• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pemasaran buah mangga arumanis (mangifera indica l.) di kabupaten Magetan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis pemasaran buah mangga arumanis (mangifera indica l.) di kabupaten Magetan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMASARAN

BUAH MANGGA ARUMANIS

(Mangifera indica

L

.)

DI KABUPATEN MAGETAN

A.

SKRIPSI

Oleh :

Erwanto

H 1306010

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sub sektor tanaman holtikultura pada dasarnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian dalam upaya mewujudkan program pembangunan secara nasional. Hortikultura merupakan bidang pertanian yang cukup luas yang mencakup buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga yang secara keseluruhan dapat ditemukan pada ketinggian 0 – 1000 m di atas permukaan air laut, maka dari itu areal yang ada di Indonesia hampir seluruhnya dapat digunakan dalam penguasaan tanaman hortikultura (Rahardi et. al., 2003).

Usahatani hortikultura khususnya buah-buahan di Indonesia selama ini hanya dipandang sebagai usaha sampingan yang sederhana serta ditanam di pekarangan atau areal sempit, penerapan teknik budidaya, dan penanganan pasca panen yang masih sederhana. Permintaan pasar terhadap buah baik dari pasar lokal maupun pasar ekspor yang menghendaki mutu tertentu, ukuran seragam dan pasokan buah yang berkesinambungan. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan buah-buahan di Indonesia dan untuk meningkatkan daya saingnya baik di pasar lokal maupun pasar ekspor, pemerintah menggalangkan pembangunan pertanian bidang hortikultura dan strategi pemasarannya (Arifin et. al., 1997).

Pemasaran komoditi pertanian Indonesia merupakan bagian yang paling lemah dalam mata rantai perekonomian. Hal ini berarti efisiensi dibidang pemasaran masih rendah sehingga kemungkinan untuk mempertinggi tingkat efisiensi masih besar (Mubyarto, 1995). Pemasaran merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia usaha, tanpa adanya suatu pemasaran maka pendistribusian produksi hasil olahan maupun pertanian akan terhambat atau tidak sampai pada konsumen ataupun sasaran yang dituju. Untuk itulah pemasaran sangat penting untuk mewujudkan pembangunan pertanian Indonesia.

(3)

Aspek pemasaran memang penting bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, importir atau lainnya menjadi amat penting. Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian, akan menentukan mekanisme pasar (Soekartawi, 2001).

Mangga adalah buah yang berasal dari India, oleh karena itu bernama latin Mangifera indica. Tercatat ada 2000 jenis varietas di dunia. Mangga memiliki kandungan Vitamin A, C dan E yang sangat bagus untuk keremajaan kulit dan mencegah kanker. Mangga mengandung karotenoid yang disebut

crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Kandungan asam galat yang ada di mangga, sangat baik untuk pencernaan, selain itu kandungan

riboflavin-nya baik untuk menjaga kesehatan mata, mulut dan tenggorokan (Pradnyamita, 2008).

(4)

mangga dikonsumsi dalam negeri, hanya sebagian yang diekspor sekitar 17.158 ton (Chomchalow et. al., 2008).

Buah-Buahan adalah suatu sub-sector penting di sektor pertanian di Pakistan. Komoditi buah unggulan di Pakistan adalah buah mangga. Tanaman mangga mangga menduduki posisi paling utama kedua setelah pohon jeruk. Luas area dan produksi buah jeruk sekitar 173 ribu hektar dan mangga sekitar 86 ribu hektar). Konsumen Mangga semakin banyak seiring dengan tingkat konsumsi buah. Kelezatan/ kehalusan, dan bahan gizi menjadikan buah mangga banyak digemari penduduk Pakistan. Produsen Mangga dituntut untuk meningkatkan produksinya sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan penghasilan produsen mangga, dan diharapkan mampu melakukan ekspor mangga baik skala Timur Tengah Maupun Eropa. Produksi buah mangga Pakistan masih rendah, sekitar 8-9 ton/ha, hal ini disebabkan petani yang miskin, manajemen praktek yang kurang baik sehingga menyebabkan kerugian. Pemerintah Pakistan mengelurakan kebijakan penggunaan pupuk secara efektif, irigasi tepat waktu. Penanganan pasca panen yang baik, petik buah dewasa, dan pengangkutan yang baik. Selain itu menyediakan pasar buah dan menguraikan operasi serta struktur saluran pemasaran mangga dan untuk mengukur memasarkan garis tepi produsen dan para perantara pasar (Muhammed dan Laurence, 1996).

(5)

Pradnyamita (2008) mengungkapkan, mangga merupakan satu genus tumbuhan yang terdiri dari pada 35 spesies pokok buah tropika dalam Famili Anacardiaceae. Mangga merupakan tanaman tahunan dan salah satu komoditas buah-buahan yang ada di Indonesia. Mangga banyak mengandung sumber vitamin dan mineral, mangga juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Mangga (Mangifera indica) termasuk komoditas buah unggulan Nasional yang mampu berperan sebagai sumber vitamin dan mineral, meningkatkan pendapatan petani, serta mendukung perkembangan industri dan ekspor. Pada tahun 2003, volume ekspor mangga Indonesia mencapai 559 ribu ton atau setara dengan 461 ribu US$ sedangkan volume impor mencapai 348 ribu ton atau setara dengan 329 ribu US$. Jadi volume ekspor mangga Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan volume impor sebanyak 211 ribu ton atau setara dengan 132 US$ (Ditjen Hortikultura, 2004). Pengembangan mangga Nasional diarahkan ke wilayah-wilayah sentra produksi yang sudah dikenal, paling luas berturut-turut ke wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, dan NTT.

Dalam upaya meningkatkan daya saing pemasaran, baik di pasar dalam negeri maupun pasar internasional, tidak ada jalan lain bagi petani mangga Indonesia melainkan harus bekerja keras, menyediakan produk melimpah dengan mutu tinggi dan diproduksi dengan biaya efisien.

(6)

manis, dengan sedikit mempunyai rasa masam. Tekstur buah yang lembut dengan sedikit berserat dan berkulit buah yang tipis.

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2004 – 2008), produksi buah mangga Arumanis berfluktuasi. Adapun data produksi buah di Kabupaten Magetan tersaji pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Produksi Buah di Kabupaten Magetan Tahun 2004 – 2008 Total Produksi (Ton)

Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi mangga Arumanis di Kabupaten Magetan tertinggi apabila dibandingkan dengan produksi buah-buahan yang lain. Produksi buah mangga tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 292.259 ton. Tahun 2004 ke tahun 2005 produksi buah mangga yang semula 246.259 ton menjadi 126.978 ton mengalami penurunan sebesar 119.281 ton. Tahun 2006 mengalami kenaikan produksi menjadi 275.001ton. Tahun 2007 produksi buah mangga mengalami penurunan menjadi 74.026ton. Pada tahun 2008, produksi buah mangga mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi 292.259, peningkatannya sebesar 218.233 ton.

(7)

mendorong peneliti mengadakan suatu penelitian mengenai analisis pemasaran buah mangga Arumanis (Mangifera indica L.) di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan saja, akan tetapi juga dipasarkan ke luar Kabupaten Magetan, antara lain Surabaya dan Jakarta. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas tersebut produsen tidak mampu apabila hanya mengandalkan penjualan langsung kepada konsumen. Sehingga dalam pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan melibatkan beberapa lembaga pemasaran agar dapat menyalurkan produk dengan cepat dan tepat.

Peran dari lembaga pemasaran sangat penting dalam rangka menyampaikan hasil produksi kepada konsumen. Mengingat buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan berpotensi untuk lebih dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan akan buah di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan maupun di luar Kabupaten Magetan. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

B. Perumusan Masalah

Komoditi mangga di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan cukup terkenal terutama mangga Gadung atau mangga Arumanis, baik dikenal masyarakat Kabupaten Magetan maupun luar Kabupaten Magetan. Harga mangga yang relatif murah pada musin panen raya, selain itu buah mangga Arumanis memiliki kelebihan tekstur buah yang lembut sedikit serat, manis dan harum aroma buahnya, hal inilah yang menjadikan produk buah mangga Arumanis banyak diminati konsumen.

(8)

mengandalkan penjualan secara langsung kepada konsumen. Untuk itu diperlukan adanya saluran distribusi yang berupa lembaga penyalur yaitu penebas, pedagang pengumpul, pedagang besar, Agen dan pedagang pengecer agar produk dapat tersalurkan dengan cepat dan tepat. Hal ini disebabkan buah mangga Arumanis sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Magetan mempunyai sifat mudah busuk dan tidak tahan lama, dengan alasan itu maka mangga harus segera sampai ke konsumen jika produsen mangga dan lembaga pemasaran tidak ingin mengalami kerugian yang lebih besar. Banyaknya lembaga atau pedagang buah mangga Arumanis tidak termanfaatkan dengan baik oleh petani untuk menjual hasil produksinya untuk mendapatkan tingkat harga yang lebih tinggi, petani cenderung tidak mau mencari informasi terkait harga buah mangga Arumanis atau pedagang yang mau membeli buah mangga Arumanisnya dengan harga yang lebih tinggi dimana kebiasaan petani menjual buah mangga Arumanisnya dengan sistem tebasan maupun ijon. Menurunnya mutu setiap musim panen buah mangga Arumanis menyebabkan harga jual buah mangga Arumanis rendah apalagi setelah musim hujan datang dimana kualitas buah mangga Arumanis menurun dan berdampak pada pendapatan petani.

Berdasar uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pola saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan ?

2. Bagaimana tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.

3. Berapa besar biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan ?

(9)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pola saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.

2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.

3. Untuk menganalisis biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.

4. Untuk mengetahui saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan yang paling efisien secara ekonomi.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini meliputi :

1. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran, evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya dengan pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

3. Bagi petani buah mangga Arumanis, hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya sebuah pemasaran sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan ditingkat petani mangga. Diharapkan petani mampu menjual buah mangga Arumanisnya ke pedagang yang membeli dengan harga tinggi.

(10)
(11)

P eta n i K o n su m en (E k sp o rtir)

Petani Pedagang Pengum pul K onsum en (Eksportir)

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Kumalawati, E (2004) dengan judul Analisis Pemasaran Komoditi White Melon di Kabupaten Sragen terdapat dua saluran yaitu : 1. Saluran I :

2. Saluran II :

Saluran yang paling banyak digunakan oleh petani white melon di Kabupaten Sragen adalah saluran I. Pada saluran pemasaran I biaya pemasaran untuk grade A sebesar Rp 605,44/kg dan untuk grade B sebesar Rp 498,62/kg dan pada saluran pemasaran II biaya pemasaran untuk grade A sebesar Rp 479,19/kg sedangkan untuk grade B sebesar Rp 409,15/kg. Total biaya pemasaran terbesar dikeluarkan oleh saluran I pada grade A.

Lembaga pemasaran dalam hal ini pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya transportasi/pengangkutan, resiko, sewa gudang dan bongkar muat. Keseluruhan biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul untuk grade A sebesar Rp 352,9/kg (35,29%) dan untuk grade B sebesar Rp 315,4 kg (42,05%).

Besarnya keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran II adalah Rp 47,1/kg untuk grade A dan Rp 179,63/kg untuk grade B. Besarnya marjin pemasaran pada saluran pemasaran I adalah Rp 605,44/kg untuk grade A dan Rp 498,64/kg untuk grade B dan pada saluran pemasaran II adalah Rp 526,29/kg untuk grade A dan Rp 588,78/kg untuk grade B. Marjin pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran pemasaran I untuk grade A. Nilai farmer’s share pada saluran I untuk grade A adalah 39,46% dan untuk grade B sebesar 33,52% sedangkan pada saluran pemasaran II nilai farmer’s shahrenya untuk grade A 47,37% dan untuk grade B 21,5%.

(12)

Petani Pedagang Besar Konsumen

Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen

Petani

Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Konsumen Petani

Saluran pemasaran I untuk grade A merupakan saluran yang secara ekonomis lebih efisien dengan marjin pemasaran terendah (52,63%) dan bagian petani yang diterima petani tertinggi (47,37%).

Penelitian dari Susilo, H (2006) dengan judul Efisiensi Pemasaran Melon di Kabupaten Klaten menyatakan terdapat tiga (3) macam saluran pemasaran yaitu :

1. Saluran I :

2. Saluran II :

3. Saluran III :

Saluran yang banyak digunakan untuk petani adalah pada saluran I sebanyak 29 responden atau sebesar 72,5%.

Rata-rata biaya pada saluran I sebesar Rp 944,00/kg (25,51%) yang terdiri dari Rp 17,00/kg dikeluarkan oleh petani dan Rp 927,00/kg oleh pedagang besar. Pada saluran II biaya sebesar Rp 1133,00/kg (36,65%) terdiri dari petani mengeluarkan Rp 28,00/kg, pedagang pengumpul sebesar Rp 675,00/kg dan pedagang besar Rp 431,00/kg sedangkan pada saluran III sebesar Rp 1805,00/kg (40,11%) terdiri dari biaya petani Rp 18,00/kg, biaya pedagang pengumpul Rp 722,00/kg dan biaya pengecer Rp 1065,00/kg, biaya terbesar pada saluran III.

(13)

Selisih harga dari produsen ke konsumen atau yang lebih dikenal dengan marjin pemasaran terbesar pada saluran III, sebesar Rp 2818,00/kg (62,62%) terdiri dari marjin dari petani.

Penelitian Ekawati, S (2008) dengan judul Analisis Pemasaran Mangga (Mangifera indica L.) Di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu

terdapat tiga macam saluran pemasaran yaitu : 1. Saluran I :

2. Saluran II :

3. Saluran III :

Saluran pemasaran yang paling banyak digunakan petani adalah saluran pemasaran II yaitu sebesar 48,72%.

(14)

Penelitian-penelitian diatas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi acuan peneliti untuk menganalisis pemasaran Buah Mangga Arumanis (Mangifera indica L.) di Kabupaten Magetan. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa kesamaan, sehingga menjadi pertimbangan peneliti dalam menyusun rencana penelitian, adapun kesamaan-kesamaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Adanya kesamaan dalam grading buah untuk pemasaran dalam penelitian Kumalawati, E (2004)

2. Adanya kesamaan topik dalam bidang kajian penelitian, yaitu mengenai pemasaran mangga dalam penelitian Ekawati, S (2008). 3. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui lembaga-lembaga

pemasaran yang terlibat dalam pemasaran tanaman hortikultura serta pendeknya saluran pemasaran hortikultura merupakan salah satu faktor penentu efisiensi pemasaran yang dilakukan.

4. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin pendek saluran pemasaran suatu produk dengan marjin pemasaran rendah serta farmer’s share yang tinggi, maka pemasaran akan semakin efisien serta memberikan keuntungan kepada produsen.

B. Tinjauan Pustaka

1. Komoditi Mangga (Mangifera indica L)

Menurut AAK (1996), sistematika mangga (Mangifera indica L.) adalah sebagai berikut :

Spesies (Jenis) : Mangifera indica L Genus : Mangifera

Famili : Anacardiaceae

Ordo : Sapindales

(15)

Tanaman mangga memiliki toleransi tumbuh yang tinggi, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau banyak. Akan tetapi untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil produksi yang optimum sebaiknya mangga ditanam pada suatu areal yang memiliki ketinggian maksimum 500 m diatas permukaan laut. Dengan temperatur 24 – 270C. Tanaman mangga sangat cocok ditanam pada tanah ringan, lempung berpasir dengan perbandingan yang seimbang (Sandy Loams) dengan pH ideal 5,5 – 6,0 (AAK, 1996).

Menurut Pracaya (2001), bahwa buah mangga terdiri dari kulit, kurang lebih 11% – 18%, pelok 14% – 22%, sedangkan daging buah menduduki bagian yang paling besar, yakni 60% – 75%. Adapun susunan nilai makanan dan komposisi kimia buah mangga, dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2. Komposisi Kimia dan Nilai Makanan Buah Mangga Nilai Rata-rata Buah Manga Unsur-unsur

yang terkandung Masih Mentah Sudah Masak

Air 90,0% 86,1%

(16)

mengandung Vitamin C, B1, dan B2. Unsur gula pada mangga mentah 8,8% dan masak 11,8%. Serat pada mangga mentah tidak ada sedangkan untuk mangga masak 1,1%. Beberapa bahan mineral yang terkandung pada mangga diantaranya; Kapur, Fosfor, dan Besi. Nilai kalori dalam setiap 100 gram mangga muda mencapai 39 gram, dan mangga yang sudah masak 50 – 60 gram. Kalori dalam mangga muda rendah karena lebih banyak mengandung zat pati, yang akan berubah menjadi gula dalam proses pematangan.

Mangga tergolong kelompok buah “batu” berdaging dengan bentuk, ukuran, warna, dan citarasa (aroma-rasa-tekstur) beraneka. Bentuk mangga ada yang bulat penuh, seperti mangga Gedong, dan bulat panjang, seperti mangga Arumanis dan mangga Manalagi, Mangga Kopek berbentuk bulat pipih, sedang mangga Golek lonjong (Pracaya, 2001).

Kandungan Vitamin C mangga cukup layak diperhitungkan. Setiap 100 gram bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok Vitamin C sebanyak 41 mg, mangga muda bahkan hingga 65 mg. Berarti, dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gram (1/2 buah ukuran kecil), kecukupan Vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi (Deptan, 2009).

Mangga Arumanis (sebutan Probolinggo) AAK (1996), berasal dari kata harum dan manis, yang memiliki ciri khas dan perbedaan yang nyata apabila dibandingkan dengan mangga jenis lainnya. Adapun tanda-tandanya adalah :

a. Berat rata-rata 385 gram/buah, panjang 13 cm, lebar 8 cm dan tebal 7,5 cm.

b. Bentuk agak panjang, melengkung sedikit, bahunya tegak lebar, ujung agak bundar.

(17)

d. Buah yang sudah tua siap dipetik, diselimuti lapisan lilin halus, pada tampuk (pangkal buah) berwarna hijau kecoklat-coklatan.

e. Dagingnya kuning belerang, serat halus, berair dan berbau harum menyengat

Mangga Arumanis yang berasal dari daerah Probolinggo, Jawa Timur ini merupakan salah satu varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Buahnya berbentuk jorong, berparuh sedikit, dan ujungnya meruncing. Pangkal buah berwarna merah keunguan, sedangkan bagian lainnya berwarna hijau kebiruan. Kulitnya tidak begitu tebal, berbintik-bintik kelenjar berwarna keputihan, dan ditutupi lapisan lilin. Daging buahnya tebal, berwarna kuning, lunak, tak berserat, dan tidak begitu banyak mengandung air. Rasanya manis segar, tetapi pada bagian ujungnya kadang-kadang terasa asam. Bijinya kecil, lonjong pipih, dan panjangnya antara 13-14 cm. Panjang buahnya dapat mencapai 15 cm dengan berat rata-rata per buah 450 g. Produktivitasnya cukup tinggi, dapat mencapai 54 kg/pohon (Anonimb, 2005).

Mangga Arumanis mempunyai keunggulan apabila dibandingkan dengan mangga jenis lain. Bentuknya agak panjang dan lebar, berkulit tipis, warna hijau tua sampai hijau biru-biruan, bertotol-totol coklat keputihan dengan rasa manis yang unik menjadi keunggulannya. Nilai lebih mangga ini makin lengkap bila mencium aromanya yang khas yaitu harum bercampur manis, tidak cuma dari baunya, mangga Arumanis ini apabila masak berwarna kuning belerang, serat halus, dan berair.

(18)

2. Pasca Panen Buah Mangga Arumanis

Mutu buah mangga dapat berkurang setelah dipanen apabila tidak diambil tindakan-tindakan yang memadai untuk mengawetkan buah. (Anonima, 2002). Dikatakan bahwa di Indonesia sekitar 50% dari hasil panen musnah karena penanganan pasca-panen yang tidak memadai. Sehingga diperlukan penanganan yang baik, diantaranya :

a. Pemanenan

Tingkat ketuaan buah saat dipanen berpengaruh terhadap mutu dan rasa buah setelah panen. Buah yang dipanen haruslah yang sudah cukup tua tapi belum matang, sehingga perkembangan buah sudah maksimal dan buah siap memasuki periode pematangan. Buah mangga dipanen dengan tangan. Memanen mangga sangat mudah karena dengan tarikan yang lemah buah yang sudah masak akan lepas. Pemanen biasanya memanjat pohon mangga dan langsung mengambil buahnya atau menggunakan keranjang yang diikatkan pada sebatang galah panjang. Kadang-kadang diikatkan pula gunting pada galah untuk memotong tangkai buah. Bila digunakan gunting, sebuah keranjang yang diikatkan pada sebatang galah ditempatkan di bawah buah yang akan dipotong, untuk mencegah jatuhnya buah ke tanah. Tidak baik merontokkan, melempar, atau menjatuhkan buah mangga langsung ke tanah karena akan membuat tekstur buah rusak. Buah mangga yang telah dipanen tidak boleh langsung terkena sinar matahari, angin, atau hujan, baik di lapangan mapun waktu diangkut. b. Sortasi

(19)

dilakukan dengan mata, atau di perusahaan-perusahaan besar dengan menggunakan timbangan yang bekerja secara otomatis.

c. Grading

Buah mangga yang telah melewati tahap sortasi kemudian ditata kedalam peti berdasarkan ukuran atau grading untuk kemudian dilakukan pengemasan dan pemeraman. Macam dan kriteria grade

mangga ditentukan oleh pemilik/pedagang buah ataupun permintaan pasar. Disamping itu, tidak ada standar buah mangga, yang menggolongkan mutu buah mangga ke dalam Mutu-mutu yang diinginkan.

d. Pengepakan dan Pemeraman

Buah yang lolos sortir kemudian dimasukkan ke dalam wadah berupa peti/kotak untuk dilakukan pemeraman sesuai dengan grade

yang diinginkan oleh pedagang. Pada peti/kotak buah untuk pemeraman bagian dasar dan dinding keranjang harus dilapisi dengan kertas semen atau daun-daunan dan jerami agar tidak menyebabkan lecet pada kulit buah. Tidak dianjurkan menggunakan koran karena tintanya dapat mengotori kulit buah. Buah harus dilindungi dari sinar matahari selama dalam pengangkutan untuk menghindari kelayuan. Selain itu juga diperlukan gas etilen dari karbid, belerang, dan kunyit untuk mempercepat proses pemasakan buah dan menambah warna buah serta aroma buah. Kertas semen ternyata tidak dapat mencegah pembusukan buah akibat penyimpanan/pemeraman

3. Pemasaran

(20)

Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri di bidang pertanian) yang bersangkutan (Kotler, 1992).

Menurut Swastha dan Sukotjo (2000) mendefinisikan pemasaran itu adalah sistem keseluruhan dari usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna pemilikan (possesion utility). Komoditi pertanian yang sudah mengalami peningkatan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk baru dapat memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen atau lembaga pemasaran kepada konsumen (Sudiyono, 2002). Banyak definisi mengenai pemasaran, tetapi dalam pengertian ini pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari produsen ke titik konsumen (Anindita, 2004).

4. Saluran Pemasaran

(21)

Kotler (1992), mendefinisikan saluran pemasaran merupakan saluran distribusi yang terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen.

Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan suatu alur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai. Saluran pemasaran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar, pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk atau jasa dipasarkan (Swastha dan Handoko, 1997).

Dalam rangka kegiatan memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara tepat saluran pemasaran yang akan digunakan dalam rangka usaha pemasaran barang-barang/jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Yang disebut dengan saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai kegiatan untuk meyalurkan/penyampaian barang-barang/jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Distributor-distributor/penyalur ini bekerja secara aktif untuk mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli oleh konsumen (Semito, 1993).

5. Lembaga Pemasaran

(22)

mengalirkan barang dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun dengan kontrak pembelian.

b. Pedagang pengumpul, yaitu membeli komoditi pertanian dari tengkulak biasanya relatif kecil.

c. Pedagang besar, yaitu melakukan proses pengumpulan komoditi dari pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi ke agen penjualan ataupun pengecer.

d. Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen.

6. Biaya Pemasaran

Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam mengelola usaha taninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya merupakan pengorbanan yang diukur untuk suatu alat tukar berupa uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam usahataninya. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau aktifitas usaha pemasaran komoditas pertanian. Biaya pemasaran komoditas pertanian meliputi biaya transportasi/biaya angkut, biaya pungutan retribusi, biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan lokasi pemasaran, lembaga pemasaran (pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan sebagainya) dan efektifitas pemasaran yang dilakukan serta macam komoditas (Rahim dan Hastuti, 2007).

(23)

pemasaran yang dilakukan, maka akan semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan (Soekartawi, 1993).

Istilah biaya pemasaran yang digunakan mencakup jumlah pengeluaran perusahaan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah pengeluaran oleh lembaga pemasaran (badan perantara) dan laba (profit) yang diterima oleh badan bersangkutan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Selanjutnya biaya pemasaran suatu macam produk biasanya diukur secara kasar dengan marjin atau spread. Marjin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir.

7. Keuntungan Pemasaran

Keuntungan pemasaran merupakan selisih harga di tingkat produsen produsen dan harga yang di bayarkan oleh konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 1993).

(24)

perusahaan mempergunakan mata rantai saluran pemasaran yang sangat panjang, dapat menyebabkan harga ke konsumen menjadi sangat tinggi dan ini mengganggu kelancaran penjualan barang-barang tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut maka makin tipis keuntungan suatu perusahaan maka akan lebih cenderung menggunakan mata rantai saluran pemasaran pendek atau langsung bilamana hal ini dimungkinkan.

8. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer dengan harga yang diterima oleh produsen (petani). Dengan kata lain, marjin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh produsen untuk produk pertaniannya.

Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi, maka marjin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi, margin merupakan suatu imbalan, atau harga atas suatu hasil kerja. Apabila ditinjau sebagai pembayaran atas jasa-jasa, margin menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi pemasaran. Konsep marjin sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep tentang nilai tambah. Marjin didefinisikan sebagai perbedaan antara harga beli dengan harga jual (Swastha, 1992).

Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan dua cara yaitu :

a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga, antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

(25)

Pr : Harga di tingkat konsumen Pf : Harga di tingkat produsen

b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Bp + Kp Keterangan : M : Marjin

Bp : Biaya pemasaran Kp : Keuntungan pemasaran 9. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran menurut Soekartawi (2002) adalah persentase antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan. Pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.

Sistem pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya murah dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1995). Pemasaran dianggap efisien bila memenuhi dua syarat yaitu : (1) mampu menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang terkait dalam kegiatan pemasaran tersebut (Mubyarto, 1979).

(26)

dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran atau mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002).

Menurut (Soekartawi, 1993) faktor-faktor yang dapat sebagai ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut:

a. Keuntungan pemasaran

b. Harga yang diterima konsumen

c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk melancarkan transaksi jual beli barang, penyimpanan, transportasi

d. Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran

Salah satu indikator untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah bagian yang diterima oleh petani. Komoditi yang diproduksi secara tidak efisien maka harus dijual dengan harga per unit yang tinggi sehingga komoditi yang diproduksikan secara tidak efisien menyebabkan bagian yang diterima petani menjadi kecil (Sudiyono, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Proses pemasaran, petani membutuhkan bantuan pihak lain untuk memasarkan hasil produksinya. Untuk itulah diperlukan peranan lembaga pemasaran untuk menyalurkan hasil produksi kepada konsumen. Jejak penyaluran dari petani sampai dengan konsumen akhir disebut dengan saluran pemasaran. Bentuk saluran pemasaran dalam satu jenis komoditi bisa beranekaragam.

(27)

tiap-tiap lembaga pemasaran. Perhitung besarnya biaya pemasaran dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Bp = Bp1 + Bp2 +...Bpn Keterangan :

Bp : Biaya pemasaran

Bp1,Bp2...Bpn : Biaya pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan. Besar kecilnya keuntungan pemasaran yang diambil biasanya sesuai dengan biaya pemasaran yang telah dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Besarnya keuntungan pemasaran diperoleh dari penjumlahan keuntungan pemasaran dari tiap-tiap lembaga pemasaran. Dengan demikian keuntungan pemasaran mangga Arumanis dapat diketahui dengan jalan menjumlahkan keuntungan dari tiap-tiap lembaga pemasaran menggunakan rumus :

Kp = Kp1 + Kp2 + ...+ Kpn Keterangan:

Kp : Keuntungan pemasaran

Kp1, Kp2,..Kpn : Keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran

(28)

Mp = Pr – Pf Keterangan :

Mp : Marjin pemasaran

Pr : Harga di tingkat konsumen Pf : Harga di tingkat produsen

Marjin yang diperoleh pedagang perantara dari sejumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara. Marjin pemasaran buah mangga Arumanis diperoleh dari biaya pemasaran ditambah keuntungan pemasaran dengan menggunakan rumus :

Mp = Bp + Kp Keterangan :

Mp : Marjin pemasaran Bp : Biaya pemasaran Kp : Keuntungan pemasaran

Untuk mengukur efisiensi pemasaran secara ekonomi digunakan persentase margin pemasaran dan farmer’s share. Persentase margin pemasaran diperoleh dari harga di tingkat konsumen dikurangi harga ditingkat produsen/petani dibagi harga di tingkat konsumen itu sendiri kemudian dikali 100%, adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Mp : Marjin pemasaran

Pr : Harga di tingkat konsumen Pf : Harga ditingkat produsen/ petani

(29)

Keterangan

F : Bagian yang diterima produsen Mp : Marjin Pemasaran

Pr : Harga di tingkat konsumen

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran buah mangga arumanis dianggap efisien secara ekonomis adalah tiap-tiap saluran pemasaran mempunyai nilai persentase marjin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petani mangga yang tinggi. Bila bagian yang diterima petani < 50% berarti belum efisien, dan bila bagian yang diterima petani > 50% maka pemasaran dikatakan efisien.

(30)

Gambar 1. Alur Berpikir Dalam Pemecahan Masalah

D. Pembatasan Masalah

1. Komoditi yang dipasarkan adalah buah mangga Arumanis dari Kabupaten Magetan.

2. Kegiatan pemasaran yang diteliti adalah kegiatan pada bulan Desember tahun 2009.

(31)

4. Petani yang dimaksud adalah petani yang membudidayakan buah mangga Arumanis yang memiliki minimal 15 pohon menghasilkan.

5. Harga buah mangga yang diteliti adalah tingkat harga yang berlaku pada saat penelitian.

E. Hipotesis

1. Diduga terdapat beberapa pola saluran pemasaran mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

2. Diduga saluran pemasaran mangga Arumanis yang lebih pendek di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan secara ekonomi lebih efisien.

F. Asumsi

1. Hasil produksi buah mangga dijual seluruhnya oleh petani sampel.

2. Berat buah mangga Arumanis yang dipasarkan tiap peti/kotak berukuran 50 Kg.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Pemasaran mangga Arumanis adalah mengalirnya barang produksi khusus buah mangga Arumanis di produsen ke konsumen yang dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran.

2. Produsen adalah petani yang mengusahakan kegiatan usahatani komoditas mangga Arumanis.

3. Konsumen adalah pembeli terakhir dalam saluran pemasaran mangga Arumanis yang diperoleh dari informasi pedagang pengecer.

4. Penebas adalah orang yang membeli mangga dari petani dengan cara tebas dalam kondisi buah berada di pohon dan siap panen.

5. Pedagang pengumpul dan penebas adalah pedagang yang membeli mangga dari penebas dan petani serta mengumpulkannya kemudian dijual ke pedagang besar.

(32)

7. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli dari pedagang pengumpul kemudian dijual ke agen dan pedagang pengecer. Pedagang besar selalu membeli dan menjual barang dalam partai besar.

8. Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan buah mangga Arumanis dari pedagang besar dalam kuantitas besar kemudian dijual kembali ke pedagang pengecer.

9. Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual dalam jumlah kecil atau per satuan secara langsung kepada konsumen akhir.

10.Pedagang luar kabupaten adalah pedagang yang membeli dari pedagang besar Kabupaten Magetan kemudian dijual ke konsumen akhir luar kabupaten.

11.Konsumen akhir merupakan proxy melalui wawancara dengan pedagang pengecer di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.

12.Pendekatan (Proxy) dimana pedagang pengecer sebagai pihak ketiga yang saling berhubungan dan berfungsi sebagai perantara yaitu dengan konsumen akhir buah mangga Arumanis.

13.Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen ke konsumen melalui proses jual beli.

14.Harga yang diterima petani produsen adalah harga mangga Arumanis pada saat terjadi jual beli yang ditentukan berdasarkan keadaan pasar pada saat terjadi transaksi dan dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

15.Harga yang diterima pedagang adalah harga pada saat terjadi jual beli yang ditentukan berdasarkan keadaan pasar pada saat terjadi transaksi diukur dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).

16.Harga yang diterima konsumen adalah harga pada saat terjadi jual beli yang ditentukan kesepakatan antara penjual dan pembeli pada saat terjadi transaksi diukur dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).

(33)

18.Grading atau pengkelasan mutu buah mangga Arumanis adalah upaya pengelompokan buah mangga Arumanis berdasarkan kriteria atau keberagaman ukuran dan kualitas menjadi beberapa tingkat berdasarkan perbedaan mutu.

19.Grading buah mangga Arumanis terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu : a. Mega : 1 – 2 buah/Kg

b. Bom : 2 – 3 buah/Kg c. Super : 4 – 5 buah/Kg d. A : 6 – 8 buah/Kg

20.Bongkar muat di tingkat pedagang pengumpul adalah kegiatan memindahkan kotak/peti buah mangga Arumanis dari tempat penyimpanan ke atas truk.

21.Biaya pemasaran buah mangga Arumanis adalah semua biaya yang digunakan dalam proses pemasaran yang meliputi biaya transportasi, biaya pengepakan/pemeraman/merpak, biaya bongkar muat, biaya pengangkutan, biaya sewa tempat atau lapak, biaya resiko, dan lain-lain yang dinyatakan dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).

22.Keuntungan pemasaran mangga merupakan besarnya keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran/selisih harga jual dengan harga beli dan biaya pemasaran dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).

23.Margin pemasaran mangga adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen, diukur dengan rupiah perkilogram (Rp/kg).

24.Farmer’s share adalah perbandingan antara harga yang diterima produsen dengan harga yang diterima konsumen yang dinyatakan dalam persen (%). 25.Efisiensi pemasaran adalah efisiensi ekonomi yang diukur dari besarnya

marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani (Farmer’s share)

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan data berkala (time series),

dimana mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah-masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994).

Sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah metode Survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan Questioner sebagai alat untuk mengumpulkan data (Singarimbun dan Effendy, 1995).

B. Metode Pengambilan Sampel Responden

1. Pemilihan Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian diambil secara sengaja (Purposive)

yaitu Kabupaten Magetan. Pemilihan kecamatan sebagai sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive sampling yaitu Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan dengan pertimbangan Kecamatan Parang mempunyai produktivitas mangga Arumanis terbesar di Kabupaten Magetan, selain itu merupakan daerah sentra produksi buah mangga Arumanis karena jumlah produksi buah mangga Arumanis terbesar di Kabupaten Magetan. Hal ini didukung oleh keadaan iklim, topografi dan keadaan wilayah di Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan yang mendukung untuk sentra penanaman buah mangga Arumanis. Produksi dan Produktivitas Buah Mangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Magetan 2008 tersaji dalam Tabel 3 di bawah ini :

(35)

Tabel. 3. Produksi dan Produktivitas Buah Mangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Magetan 2008

No. Kecamatan Yang Sedang menghasilkan

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Magetan, 2009

Kecamatan yang diambil sebagai daerah penelitian adalah Kecamatan Parang dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Parang merupakan sentra produksi buah mangga Arumanis dengan produksi 170.016 kwintal, dengan jumlah pohon yang mengasilkan 354.200 pohon pada tahun 2008.

2. Penentuan Desa Sampel

(36)

Tabel. 4. Jumlah Tanaman Mangga, Produksi dan Rata-rata Produksi Buah

Tiga desa yang diambil menjadi desa sampel adalah Desa Krajan, Desa Tamanarum, dan Desa Pragak. Ketiga desa ini dipilih karena memiliki jumlah pohon dan produksi buah mangga terbesar dari 13 desa di Kecamatan Parang. Desa Krajan memiliki 59.134 pohon dengan produksi buah mangganya sebesar 1.182.680 kg. Desa Tamanarum 58.271 pohon dan produksinya sebesar 874.065 kg, sedangkan Desa Pragak sebesar 968.520 kg dengan memiliki 48.426 pohon. Penurunan jumlah produksi buah mangga Arumanis (lihat tabel 3) disebabkan banyaknya penebangan pohon mangga dan peremajaan pohon.

3. Penentuan Responden (Petani sampel)

Singarimbun dan Effendi (1995), data yang dianalisis harus menggunakan sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang tergolong mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya ≥ 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 responden petani.

(37)

keseluruhan populasi, sesuai dengan proporsi masing-masing sub populasi, yaitu Desa Krajan, Desa Tamanarum, dan Desa Pragak dengan mempertimbangkan jumlah petani responden yang memenuhi syarat sebagai petani sampel. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 30 orang dari 3 (tiga) desa terpilih yang memenuhi syarat yaitu memiliki pohon mangga Arumanis minimal 15 pohon yang telah menghasilkan, dengan rumus :

ni : Jumlah sampel petani buah mangga Arumanis dari setiap kelurahan/desa.

Nk : Jumlah petani buah mangga Arumanis desa dari tiap kelurahan/desa terpilih.

N : Jumlah keseluruhan populasi petani buah mangga Arumanis dari desa-desa terpilih.

n : Jumlah sampel petani buah mangga Arumanis yang dikehendaki (30 responden).

Berdasarkan penggunaan rumus diatas maka sampel petani yang membudidayakan buah mangga Arumanis tiap kelurahan atau desa yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Jumlah Petani sampel (petani buah mangga Arumanis) di

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2009

(38)

responden, sedangkan Desa Pragak pengambilan sampelnya sebanyak 4 (empat) responden.

Pemilihan sampel petani dari desa terpilih dilakukan secara

random (acak) dengan cara undian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Cara undian tersebut dilakukan dengan sistem pengembalian agar setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

4. Penentuan Lembaga Pemasaran

Pengambilan responden lembaga pemasaran ditentukan dengan metode Snowball sampling yaitu dengan cara menelusuri saluran pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan mulai dari petani sampai pada konsumen akhir berdasarkan informasi dari produsen dan pedagang. Sebagian besar konsumen buah mangga Arumanis berada diluar Kabupaten Magetan yaitu berada di Jakarta dan sekitarnya.

C. Jenis dan Sumber Data yang Diperlukan

Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu : 1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden dimana memberikan gambaran tentang karakteristik responden. Teknik yang dipergunakan adalah wawancara secara langsung kepada petani buah mangga Arumanis dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuisioner). 2. Data Sekunder

(39)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi

Teknik observasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung di daerah penelitian sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah penelitian.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu metode pengambilan data primer dengan melakukan wawancara langsung dengan petani sampel dan pedagang atau lembaga pemasaran menggunakan daftar pertanyaan (quisionare) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Metode Pencatatan

Metode pencatatan yaitu metode pengumpulan data sekunder dan primer dengan melakukan pencatatan dari segala sumber termasuk wawancara dengan responden dan observasi dari instansi-instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui saluran pemasaran dan lembaga pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang dilapang.

2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan di peroleh dengan metode

(40)

3. Untuk mengetahui biaya pemasaran dan marjin pemasaran di tingkat lembaga dalam saluran pemasaran digunakan alat analisis biaya dan marjin pemasaran (cost margin analysis) yaitu dengan menghitung besarnya biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran pada tiap lembaga perantara pada berbagai saluran pemasaran.

a. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan suatu komoditi dari produsen ke konsumen. Biaya pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Bp = Bp1 + Bp2 + Bp3 ……..+ Bpn Keterangan :

Bp : Biaya pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg) Bp1,2,3…n : Biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran buah

mangga Arumanis (Rp/Kg).

1,2,3….n : Jumlah lembaga pemasaran buah mangga Arumanis b. Keuntungan Pemasaran

Keuntungan pemasaran adalah penjumlahan dari keuntungan yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran. Keuntungan pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 +……..+ Kpn Keterangan :

Kp : Keuntungan pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg).

Kp1 +...+ Kpn : Keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)

c. Marjin Pemasaran

(41)

%

Mp : Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)

Pr : Harga buah mangga Arumanis di tingkat konsumen (Rp/Kg) Pf : Harga buah mangga Arumanis di tingkat produsen (Rp/Kg)

Marjin yang diperoleh pedagang perantara dari sejumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara dirumuskan sebagai berikut:

Mp = Bp + Kp Keterangan :

Mp : Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg) Bp : Biaya pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)

Kp : Keuntungan pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg) d. Efisiensi Ekonomis

Efisiensi ekonomis dari saluran pemasaran buah mangga Arumanis dapat dihitung dengan cara memperhitungkan persentase bagian yang diterima produsen. Persentase marjin pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Persentase Marjin Pemasaran

Keterangan :

Mp : Marjin pemasaran buah mangga Arumanis (%) Pr : Harga buah mangga Arumanis di tingkat produsen (Rp/Kg)

Pf : Harga buah mangga Arumanis di tingakat konsumen (Rp/kg)

(42)

yang diterima oleh petani (farmer’s share) dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

2. Farmer’s share

Keterangan :

F : Bagian yang diterima petani buah mangga Arumanis (%) Mp : Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg) Pr : Harga buah mangga Arumanis di tingkat konsumen (Rp/Kg)

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran buah mangga Arumanis dianggap efisien adalah tiap-tiap saluran pemasaran mempunyai nilai persentase margin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petani (Farmer’s Share) tinggi. Suatu usaha secara normal dikatakan bisa dilanjutkan apabila tidak mengalami kerugian atau usaha tersebut mengalami impas. Bila bagian yang diterima petani <50% berarti belum efisien, dan bila bagian yang diterima petani >50% maka pemasaran dikatakan efisien (Sudiyono, 2002).

F = 100%

Pr 1 Mp÷X

ø ö ç

è æ

(43)

-IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Magetan

1. Keadaan Alam a. Letak Geografis

Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur. Secara Astronomis, Kabupaten Magetan terletak diantara 7° 38′ 30" lintang selatan dan 111° 20′ 30" bujur timur. Kabupaten magetan merupakan kabupaten terkecil kedua se Jawa Timur setelah Sidoharjo. Luas wilayahnya sebesar 68.884,74 Ha yang terdiri dari 18 kecamatan dengan 235 desa atau kelurahan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten magetan sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi, Kabupaten Madiun

Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Ponorogo Sebelah Barat : Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar Sebelah Timur : Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang berpotensi di bidang pertanian dan pariwisata. Letak Kabupaten Magetan yang diapit oleh kabupaten-kabupaten yang lain, memungkinkan hasil-hasil pertanian dapat dipasarkan keluar terutama buah-buahan dan sayur-sayuran, maka hal ini akan menguntungkan bagi petani dan pedagang dalam hal ini adalah petani dan pedagang buah mangga Arumanis untuk memasarkan hasil produksi mereka kepada konsumen luar kota atau kabupaten.

b. Topografi

Kabupaten Magetan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 30 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi, maka tidak terjadi genangan air. Kabupaten Magetan berada pada ketinggian antara 60 sampai dengan 1.660 meter diatas permukaan air laut. Hal ini yang menjadikan Kabupaten Magetan mampu

(44)

mencanangkan penanaman buah-buahan yang tersentra. Sebagai contoh penanaman buah mangga Arumanis tersentra di Kecamatan Parang.

c. Iklim

Kabupaten Magetan sebagian wilayahnya adalah perbukitan yaitu dibawah lereng Gunung Lawu sebelah timur sehingga relatif lebih dingin, suhu udara berkisar antara 16 – 20° C di daerah pegunungan dan 22 – 26° C di dataran rendah. Curah hujan yang turun mencapai 1.481 – 2.345 mm pertahun di dataran tinggi dan 876 – 1.551 mm pertahun di dataran rendah. Curah hujan mempengaruhi produksi hasil pertanian, dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah produksi buah mangga Arumanis, dimana curah hujan rendah produksi melimpah sedangkan curah hujan yang tinggi produksi menurun. d. Pemanfaatan Lahan

Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan wilayah. Penggunaan lahan di Kabupaten Magetan bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan wilayah di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 6. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Magetan Tahun 2008

Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

Sawah 28.355,98 41,16

Tegal 12.884,97 18,71

Bangunan/pekarangan 15.518,77 22,53

Hutan Negara 9.196,95 13,35

Hutan Rakyat 383,01 0,56

Lain-lain 2.545,06 3,70

∑ 68.884,74 100,00

Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009

(45)

bangunan dan pekarangan, yaitu sebesar 15.518,77 ha atau 22,53 %. Lahan tegalan berada di urutan ketiga yaitu sebesar 12.884,97 ha atau 18,71 %. Kabupaten Magetan memiliki hutan negara seluas 13,35 % atau 9.196,95 ha; yang ditanami mahoni, pinus, sono, keling dan jati. Pemanfaatan lahan tersempit adalah hutan rakyat seluas 0,56 % atau sebesar 383,01 ha yang ditanami tanaman serupa. Pemanfaatan lahan untuk keperluan lainnya seluas 2.545,06 ha atau 3,70 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Magetan. Dari data tersebut dapat diketahui jika lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman buah mangga Arumanis adalah lahan sawah, pekarangan dan tegal seluas 56.759,72 ha atau 82,40 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Magetan. Jenis lahan ini sangat mendukung untuk usahatani buah mangga Arumanis. Biasanya tanaman buah mangga Arumanis ditanam di areal persawahan, pekarangan dan tegalan. 2. Keadaan Penduduk

a. Pertumbuhan Penduduk

(46)

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Magetan dari Tahun 2004 – 2008

No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%)

1. 2004 687.773 -

2. 2005 689.445 2,4

3. 2006 691.185 2,5

4. 2007 692.248 1,5

5. 2008 693.274 1,5

Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 7 diatas terlihat bahwa pada tahun 2004 jumlah penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 687.773 jiwa. Tetapi setiap tahun mengalami pertumbuhan rendah. Pada tahun 2004 sampai tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 2,4 %. Tahun 2005 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 2,5 %. Kemudian pada tahun 2006 sampai tahun 2007 naik sebesar 1,5 %. Sedangkan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 pertumbuhannya sebesar 1,5 %. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Magetan dari tahun 2004 sampai tahun 2008 rata-rata kenaikannya sebesar 1,6 %. Kenaikan jumlah penduduk ini akan berpengaruh terhadap berbagai sektor terutama sektor pertanian. Kabupaten Magetan yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani merupakan daerah yang potensial untuk usahatani dan pemasaran buah mangga Arumanis.

b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

(47)

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Magetan Tahun 2004-2008

Jumlah penduduk (jiwa) Tahun

Laki-laki Perempuan Total Sex ratio

2004 332.352 355.421 687.773 93,51

2005 333.172 356.273 689.445 93,52

2006 334.177 357.008 691.185 93,60

2007 334.722 357.526 692.248 93,62

2008 335.292 357.982 693.274 93,66

Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu 332.352 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 355.421 jiwa untuk penduduk perempuan. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu 335.292 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 357.982 jiwa untuk penduduk perempuan. Dari tahun 2003 sampai 2008 jumlah penduduk perempuan lebih banyak apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk laki. Dari tahun ketahun rasio jumlah penduduk laki-laki dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan terus meningkat. Dilihat dari nilai sex ratio yang hampir selalu mendekati 100%, ini berarti kesempatan kerja antara penduduk laki-laki dan perempuan relatif sama.

c. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur

(48)

Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Magetan Menurut Golongan Umur Tahun 2008

Jenis Kelamin Kelompok Umur

(Tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa)

0 – 14 68.735 67.097 135.832

15 – 64 236.298 246.039 482.337

65 + 30.480 45.211 75.691

∑ 335.513 358.347 693.860

ABT 42 46 44

Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009

Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut kelompok usia produktif yaitu usia 15 – 64 tahun lebih besar daripada usia non produktif yang terdiri dari usia 0 – 14 tahun dan ≥ 65 tahun. Banyaknya penduduk usia produktif ini mendukung untuk dikembangkannya usahatani mangga Arumanis karena pada umumnya usia produktif mempunyai tenaga untuk melakukan kegiatan usahatani lebih baik daripada usia non produktif. Angka Beban Tanggungan bernilai 44 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung 44 penduduk non produktif.

d. Keadaaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(49)

Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kabupaten Magetan Menurut Mata penduduk di Kabupaten Magetan bekerja di sektor pertanian. Sektor terbesar urutan kedua yang berperan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan, kemudian disusul oleh sektor jasa pada urutan ketiga, sektor industri urutan keempat dan urutan terakhir adalah pada sektor pertambangan dan galian.

3. Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi

(50)

melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. Besarnya PDRB atas harga berlaku tersaji pada Tabel 11 dibawah ini :

Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Magetan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2004 - 2008

PDRB (%)

(51)

tersebut yaitu sektor jasa, industri pengolahan, kontruksi, keuangan, angkutan dan komunikasi, listrik, gas, dan air minum serta pertambangan dan galian.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, di mana dalam penghitungan ini digunakan harga tahun 2000. Besarnya PDRB atas harga konstan tersaji pada Tabel 12 dibawah ini :

Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Magetan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2006 - 2008

PDRB (%)

(52)

0,29%, sektor industry pengolahan 21%, sektor jasa sebesar 16%, dan sektor keuangan 10%.

4. Keadaan Pertanian a. Sektor Pertanian

(53)

Tabel 13. Jenis-jenis Komoditi Tanaman Pangan di Kabupaten Magetan tahun 2008

No. Jenis Komoditi Produksi (Kw)

(54)

16. Sawo 17. Salak

1.119 257

Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat diketahui bahwa komoditi subsektor tanaman bahan pangan terbesar adalah komoditi padi dengan jumlah produksi 2.140.255 kw, produksi yang terkecil adalah komoditi kacang hijau yaitu sebesar 1.035 kw. Sedangkan untuk komoditi jenis sayur-sayuran produksi terbesar yang dihasilkan adalah kubis yaitu 140.200 kw, dan produksi terendah adalah komoditi bawang putih sebesar 456 kw. Kategori buah-buahan yang produksinya terbesar adalah buah mangga Arumanis sebesar 292.259 kw, sedangkan produksi buah terendah adalah buah manggis yaitu 44,75 kw.

b. Keadaan Usahatani Buah Mangga Arumanis

Sekitar tahun 1995 buah mangga Arumanis telah masuk dan mulai ditanam di lahan ataupun pekarangan masyarakat. Hal ini merupakan bentuk program penanaman pohon mangga Arumanis dari Dinas Pertanian Kabupaten Magetan. Dimana penanamannya adalah tersentra di Kecamatan Parang. Hingga saat ini Kecamatan Parang menjadi sentra produksi buah mangga Arumanis dimana produk unggulannya adalah buah mangga Arumanis yang mampu dipasarkan keluar Kabupaten Magetan diantaranya Surabaya, Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur dan sekitarnya. Akhir tahun 2009 telah diterapkan pengolahan buah mangga Arumanis yang masih dalam kondisi mentah menjadi keripik mangga.

B. Keadaan Umum Kecamatan Parang

(55)

RT dan 54 lingkungan atau dusun. Kecamatan Parang merupakan penghasil produksi buah mangga Arumanis terbesar di Kabupaten Magetan. Batas wilayah Kecamatan Parang adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Ngariboyo

Sebelah Timur : Kecamatan Lembeyan dan Kawedanan Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo.

Sebelah Barat : Kecamatan Poncol, Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Wonogiri.

1. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Parang

Kecamatan Parang merupakan kecamatan yang memiliki potensi daerah untuk dikembangkannya usahatani mangga Arumanis. Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Parang dapat ditunjukkan pada Tabel 14 dibawah ini :

Tabel 14. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Sawah pengairan teknis 1.221,00

3. Sawah pengairan irigasi sederhana 168,00

4. Sawah Tadah hujan 541,44

Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009

Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Parang paling besar dipergunakan untuk sawah pengairan teknis yaitu seluas 1.221,00 Ha. Sedangkan penggunaan lahan kedua adalah untuk tegal/ kebun seluas 2.665,25 Ha dimana penggunaannya adalah untuk tanaman jagung, kacang tanah, kedelai, dan terutama buah mangga Arumanis. Kondisi lahan yang cenderung berbukit, sedikit curah hujan dan kelembaban tanah yang sesuai cukup baik untuk usahatani buah mangga Arumanis.

(56)

Salah satu indikator kemajuan masyarakat suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu daerah, maka bisa dikatakan semakin maju pula daerah tersebut, dimana potensi untuk mengembangkan daerah tersebut juga besar. Tingkat pendidikan disuatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaaan penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini :

Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008

Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009

(57)

Salah satu contohnya adalah kesadaran dan kemampuan untuk merawat dan mengusahakan usahatani buah mangga Arumanis yang lebih baik, dimana cara perawatan pohon yang kurang maksimal sehingga berdampak pada produksi buah mangga Arumanis itu sendiri, hal ini ditunjukkan hasil produksi buah berukuran kecil, tingkat serangan hama dan penyakit meningkat.

3. Keadaan Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan parang sampai dengan Bulan Desember 2008 adalah sebanyak 46.041 jiwa, dimana terbagi atas penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22.379 jiwa, perempuan sebanyak 23.662 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 13.371 KK. Adapun jumlah penduduk menurut jenis mata pencaharian di Kecamatan Parang tersaji pada Tabel 16 dibawah ini : Tabel 16. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 Petani 11.871

2 Buruh tani 3.359

3 Pengusaha industri 885

4 Buruh industri 488

Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009

(58)

penduduk dipergunakan untuk menanam padi dan palawija dan sebagian lagi adalah untuk menanam pohon buah mangga Arumanis. Mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat mata pencaharian yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keadaan ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya penduduk di Kecamatan Parang masih mengandalkan sektor pertanian. Hal ini merupakan peluang untuk lebih mengembangkan sektor pertanian termasuk tanaman hortikultura khususnya buah mangga Arumanis, dimana jumlah penduduk pada sektor ini dan luas lahan pertanian juga termasuk petani buah mangga Arumanis yang biasanya ditanam di pematang sawah, lahan-lahan kurang subur bahkan sebagian ada yang menggunakan lahan sawahnya khusus untuk buah mangga Arumanis.

4. Keadaan Pertanian

Kecamatan Parang memiliki luas lahan pertanian yang cukup besar yaitu 7.254,47 Ha, dimana penggunaannya adalah untuk tanaman padi dan palawija; buah-buahan dan sayuran. Adapun produksi tanaman pangan menurut jenis tanaman bahan pangan tersaji pada Tabel 17 berikut :

Tabel 17. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman Bahan Pangan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008

No. Jenis Tanaman Produksi (kw)

Gambar

Tabel 2. Komposisi Kimia dan Nilai Makanan Buah Mangga
Gambar 1. Alur Berpikir Dalam Pemecahan Masalah
Tabel. 3. Produksi dan Produktivitas Buah Mangga Menurut Kecamatan di          Kabupaten Magetan 2008
Tabel. 4. Jumlah Tanaman Mangga, Produksi dan Rata-rata Produksi Buah Mangga per desa di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mempelajari umur buah mangga Arumanis yang tepat untuk induksi embriogenesis sel endosperma, (2) mempelajari media yang optimal untuk

Kandungan Ca tertinggi didapatkan pada mangga yang direndam dalam larutan 5% CaCl2, kandungan Ca di dalam daging buah terhadap perlakuan waktu perendaman dan kadar CaCl2

pelembab kulit dengan menggunakan sari buah mangga ( Mangifera indica L.) dan. mengetahui kemampuan buah mangga untuk

Pengambilan sampel dari pohon mangga manalagi di daerah Purus, Kec Padang Barat, Padang , identifikasi sampel di Herbarium Unand, pembuatan pati, pemeriksaan pati buah

Pada saluran pemasaran kedua petani menjual bibit mangga menjual kepada Dinas dengan cara mengikuti lelang yang di selenggarakan oleh dinas pertanian kabupaten

Pengaruh Ekstrak Daun Mangga Arumanis Muda (Mangifera indica L.) terhadap Diameter Zona Inhibisi Propionibacterium acne.. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas

Metode penentuan responden untuk Lembaga Pemasaran dengan menggunakan metode snowball sampling yaitu penelusuran saluran pemasaran produk madu yang ada di Kecamatan

Kandungan Ca tertinggi didapatkan pada mangga yang direndam dalam larutan 5% CaCl 2 , kandungan Ca di dalam daging buah terhadap perlakuan waktu perendaman dan kadar CaCl