• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA

PASAR PADA INDUSTRI PERBANKAN

DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

PRATIWI PRISILIA KURNIAWATI

NIM. F1310070

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

Motto dan Persembahan

”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.

(QS. Al Baqarah : 152)

”Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan

hamba-hamba-Nya”. (QS. Al Mukmin : 44)

Man Jadda Wajada.

Keep on moving, keep climbing, keep the faith.

Buah karya ini saya persembahkan untuk:

*

Kedua Orang tuaku (papa dan mama) tercinta,

*

Adikku tersayang,

*

Seluruh teman dan sahabat-sahabatku.

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan ketulusan memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Sri Suranta, S.E., M.Si, Ak. selaku Sekretaris Program Swadana Transfer

Jurusan Akuntansi dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam menyusun skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta atas segala ilmu-ilmu yang telah diajarkan.

5. Pak Timin, Pak Rudy dan Mbak Emi Pojok BEI atas segala bantuannya.

6. Kedua Orang tua dan Adikku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan kasih

(6)

commit to user

vi

7. Mas Mardi, terimakasih telah membantu olah data.

8. Sahabat- sahabatku yang selalu memberikan semangat dan doa.

9. Teman-teman Akuntansi Non-Reguler angkatan 2010, terimakasih untuk

kebersamaaan dan keceriaan selama ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, September 2012

(7)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1.Teori Keagenan ... 10

2.Corporate Governance ... 12

a.Pengertian dan Konsep Dasar Corporate Governance ... 12

b.Prinsip dan Aspek Corporate Governance ... 13

(8)

commit to user

viii

3.Dewan Komisaris ... 17

4.Kinerja Pasar ... 19

B. Kerangka Teoritis ... 21

C. Pengembangan Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian... 25

B.Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 25

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26

1. Variabel Dependen ... 26

2. Variabel Independen ... 27

3. Variabel Kontrol ... 28

D. Sumber Data ... 29

E. Metode Pengumpulan Data ... 30

F. Metode Analisis Data ... 30

1. Statistik Deskriptif ... 30

2. Uji Asumsi Klasik ... 30

3. Uji Hipotesis ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Deskriptif Data Objek Penelitian ... 36

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 36

2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 36

B. Uji Asumsi Klasik ... 38

(9)

commit to user

ix

2. Uji Heteroskedastisitas ... 41

3. Uji Multikoloniearitas ... 43

4. Uji Autokorelasi ... 44

C. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data ... 45

1. Uji Determinasi ... 45

2. Uji F ... 46

3. Persamaan Regresi Berganda dan Uji T ... 47

D. Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran dan Keterbatasan ... 56

DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Deskriptif Variabel Penelitian ... 37

Tabel 4. 2 Uji Kolmogorov- Smirnov... ... 41

Tabel 4. 3 Uji Glejser... ... 43

Tabel 4. 4 Uji Multikolinearitas... ... 44

Tabel 4. 5 Hasil Korelasi Antar Variabel ... 44

Tabel 4. 6 Uji Autokorelasi ... 45

Tabel 4. 7 Uji Determinasi... ... 46

Tabel 4. 8 Hasil Uji F ... 47

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Model Kerangka Pemikiran ... 21

Gambar 4. 1 Histogram ... 39

Gambar 4. 2 Normal Probability Plot ... 40

(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Skripsi Lampiran 2 Surat Izin Penulisan Skripsi Lampiran 3 Daftar Perusahaan Sampel Lampiran 4 Data

(13)

commit to user

(14)

commit to user

i

ABSTRACT

Pratiwi Prisilia Kurniawati NIM. F1310070

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE TO MARKET

PERFORMANCE ON BANKING INDUSTRY

IN INDONESIA

The purpose of this research is testing the influence of corporate governance to corporate’s market performance. The board of commissioner size and the board of commissioner composition are used to measure the

implementation of corporate governance. Tobin’s q is used to measure market

performance corporate.

This research uses 20 samples of bank corporate that are enlist in BEI from 2005 until 2010. The sample interpretation method is purposive sampling. This study uses multiple regression analysis to know whether the corporate governance and market performance corporate are positively influential.

The results from this research shows that there is no significant relation between corporate governance with Tobin’s q (market performance). Whereas, control variables has significant relationship with Tobin’s q. The size of corporate positively significant. Generally, this result indicates that Indonesian’s banking is implementing corporate governance in accordance to Bapepam’s rule, but the

investors have notgive attention to that, yet.

Keywords : corporate governance, board of commissioner, Tobin’s q, and

(15)

commit to user

ii

ABSTRAK

Pratiwi Prisilia Kurniawati NIM. F1310070

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA

PASAR PADA INDUSTRI PERBANKAN

DI INDONESIA

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh corporate

governance terhadap kinerja pasar perusahaan. Ukuran dewan komisaris dan

komposisi dewan komisaris digunakan untuk mengukur penerapan corporate

governance dalam perusahaan. Tobin’s q digunakan untuk mengukur kinerja

pasar perusahaan.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2005 hingga 2010. Metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui apakah corporate governance dan kinerja pasar perusahaan memiliki pengaruh positif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara corporate governance dengan Tobin’s q (kinerja pasar). Sedangkan variabel kontrol memiliki hubungan yang signifikan terhadap Tobin’s q, ukuran perusahaan berpengaruh positif. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia sudah menerapkan

corporate governance sesuai peraturan Bapepam, namun investor belum memberi

perhatian terhadap hal tersebut.

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu mengenai corporate governance banyak mendapat perhatian dari

praktisi dan akademisi, karena corporate governance merupakan hal yang

vital dalam pengelolaan perusahaan. Corporate governance merupakan tata

kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan

dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan. Isu ini

berkembang dari waktu ke waktu sebagai reaksi terhadap kegagalan

perusahaan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Masalah corporate

governance semakin mendapat perhatian besar di Indonesia sejak terjadinya

krisis keuangan pada pertengahan tahun 1998, di mana lemahnya penerapan

prinsip corporate governance diyakini sebagai sumber utama kerawanan

ekonomi yang menyebabkan memburuknya perekonomian di Indonesia.

Iskandar dan Chamlou (2000) dalam Hidayah (2008) juga menyatakan bahwa

penyebab terjadinya krisis ekonomi di kawasan Asia Tenggara tidak hanya

akibat faktor ekonomi makro, namun juga karena lemahnya corporate

governance di negara tersebut.

Ciri utama dari lemahnya corporate governance menurut Darmawati,

Khomsiyah, dan Rahayu (2004) adalah tindakan-tindakan yang

mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan investor, maka

(17)

commit to user

investor. Dengan kata lain, buruknya pelaksanaan corporate governance

dapat meningkatkan risiko investasi yang kemudian menurunkan minat

investor atau kreditur untuk menyalurkan dana ke perusahaan. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank dalam Hidayah

(2008) menyimpulkan bahwa di negara Asia, termasuk Indonesia, kondisi

yang sering terjadi adalah tidak berfungsinya mekanisme pengawasan dewan

komisaris untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pengelolaan

perusahaan yang belum profesional. Pentingnya corporate governance,

membuat pemerintah dan investor mulai memberikan perhatian yang cukup

signifikan dalam praktik corporate governance.

Penandatanganan nota kesepakatan antara pemerintah Indonesia

dengan IMF, mendorong terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi

penerapan corporate governance di Indonesia. Pemerintah Indonesia

kemudian membentuk sebuah lembaga khusus yang bernama Komite

Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui

Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan

Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKCG

merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai good

corporate governance, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di

bidang corporate governance di Indonesia. KNKCG menghasilkan Pedoman

Umum Good Corporate Governance di tahun 2001, Pedoman Corporate

Governance Bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris

(18)

commit to user

tahun 2004 Pemerintah Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui surat

keputusan Menteri Koordinator Perekonomian RI No.

KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004 tentang pembentukan Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG) yang memperluas cakupan tugas sosialisasi

governance bukan hanya di sektor korporasi tapi juga di sektor pelayanan

publik. KNKG pada tahun 2006 menyempurnakan Pedoman Corporate

Governance yang telah diterbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan

perkembangan (Amri, 2011).

Konsep corporate governance memiliki beberapa pengertian,

corporate governance menurut KNKG adalah salah satu pilar dari sistem

ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan

baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim

usaha di suatu negara. Pendapat lain dari IICG (Indonesian institute of

Corporate Governance) corporate governance adalah sebagai proses dan

struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan

utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang namun

tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate

governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai

tujuan dan pengawasan atas kinerja (www.iicg.org). Peningkatan nilai

pemegang saham menjadi hal yang penting karena kecenderungan perusahaan

yang bergantung pada modal dari pihak eksternal untuk membiayai kegiatan

(19)

commit to user

bahwa investasi yang mereka lakukan telah tepat, kepastian seperti itu

diberikan oleh corporate governance (Nuswandari, 2009).

Semakin kompleks aktivitas perusahaan maka akan meningkatkan

pula kebutuhan terhadap praktek corporate governance yang baik untuk

memastikan manajeman berjalan dengan baik. Corporate governance

menjadi pedoman bagi manajer dalam mengelola perusahaan. Perusahaan

yang dikelola dengan baik akan menaikkan kepercayaan investor terhadap

perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan.

Selain itu, dengan corporate governance manajer akan membuat keputusan

keuangan yang dapat menguntungkan semua pihak. Prinsip-prinsip dalam

corporate governance pada dasarnya memberikan kemajuan terhadap kinerja

suatu perusahaan. Corporate governance lebih condong pada serangkaian

pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur

pembiayaan, perlakuan terhadap pemegang saham dan stakeholders, sehingga

dapat dijadikan sebagai dasar analisis dalam mengkaji corporate governance

di suatu negara dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam

pengambilan keputusan yang sistematis serta dapat digunakan sebagai dasar

pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan (Darwis, 2009).

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penerapan corporate

governance bervariasi antar satu negara dengan negara lain. Variasi hasil dari

penelitian-penelitian tersebut pada dasarnya menunjukkan adanya perbedaan

sistem hukum yang diterapkan di setiap negara (La Porta, Silanes, Shleifer,

(20)

commit to user

terhadap kinerja yang telah banyak diuji dalam penelitian memiliki hasil yang

bervariasi. Menurut Berghe dan Ridder (1999) dalam Darmawati dkk. (2004),

menghubungkan kinerja perusahaan dengan corporate governance tidak

mudah dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh

corporate governance dengan kinerja perusahaan, misalnya penelitian

Hidayah (2008) menunjukkan bahwa penerapan corporate governance tidak

mempengaruhi kinerja pasar perusahaan. Darmawati, dkk. (2004)

menemukan bahwa corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja

pasar perusahaan namun berpengaruh terhadap kinerja operasi perusahaan.

Penelitian Nuswandari (2009) menunjukkan Corporate Governance

Perception Index (CGPI) tidak mempengaruhi kinerja pasar yang diukur

dengan Tobin’s q, namun mempengaruhi kinerja operasi secara positif dan

signifikan. Cotter dan Silvester (2003) menguji independensi komite audit

dan dewan komisaris terhadap nilai perusahaan, hasilnya menunjukkan

mereka tidak dapat membuktikan pengaruh antara independensi komite audit

dan dewan komisaris terhadap nilai perusahaan.

Namun beberapa penelitian menyatakan hasil sebaliknya, misalnya

penelitian yang dilakukan Klapper dan Love (2002) menemukan bahwa

corporate governance memiliki pengaruh yang positif dengan kinerja

perusahaan yang diukur dengan Tobin’s q dan ROA. Gompers, Ishii, dan

Metrick (2003) juga menemukan pengaruh positif antara indeks corporate

governance dengan kinerja perusahaan jangka panjang. Trinanda dan

(21)

commit to user

corporate governance yang baik akan mengakibatkan kinerja keuangan juga

membaik, penelitian ini menggunakan sampel perusahaan dari sektor

perbankan hasil pemeringkatan CGPI (Corporate Governance Perception

Index) pada periode 2005-2008. Hasil penelitian Darwis (2009) menunjukkan

bahwa penerapan corporate governance berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan, semakin tinggi penerapan corporate governance yang diukur

dengan CGPI maka akan semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan

menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Penelitian Wulandari (2006)

juga mendukung penelitian Darwis (2009), namun tidak semua proksi

corporate governance berpengaruh secara signifikan. Hasil dari penelitian

Asba (2009) menyatakan bahwa penerapan corporate governance

berpengaruh terhadap kinerja pasar.

Berdasar pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut, peneliti tertarik

untuk menguji kembali pengaruh penerapan corporate governance dan

kinerja. Penelitian ini akan menguji pengaruh penerapan corporate

governance dan kinerja pasar pada perusahaan bank yang terdaftar di BEI.

Penelitian pada industri perbankan masih jarang dilakukan. Industri

perbankan merupakan industri yang vital, karena:

1. perusahaan perbankan berbeda dengan sektor industri lain, karena

perusahaan perbankan memiliki karakteristik khusus yaitu perusahaan

perbankan merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara

(22)

commit to user

pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi

memperlancar lalu lintas pembayaran,

2.perusahaan perbankan sebagai financial intermediation yang menunjang

aktivitas penting dalam perekonomian, karena menimbulkan aliran dana

dari pihak yang tidak produktif kepada pihak yang produktif dalam

mengelola dana sehingga hal tersebut akan membantu mendorong

perekonomian menjadi lebih efisien dan dinamis, dan

3.perbankan menciptakan likuiditas dalam bentuk bank's own liabilities atau

surat yang dibuat untuk peminjam. Perbankan tidak melanjutkan likuidasi

yang sudah ada, tetapi menambah likuidasi pada saat bank mengadakan

kredit baru kepada perusahaan melalui penciptaan deposit, sedangkan

non perbankan mengumpulkan likuiditas yang sudah ada dari savers

dengan long position dan menginvestasikannya pada investor dengan

short position.

Penelitian ini juga ingin mengetahui keefektifan penerapan peraturan

Bapepam pada tahun 2004 yang mewajibkan perusahaan mempunyai

komisaris independen. Peraturan tersebut dibentuk untuk meningkatkan

kualitas praktik corporate governance yang akan berpengaruh pada

peningkatan kinerja perusahaan. Maka, proksi yang digunakan untuk

mengukur corporate governance adalah ukuran dewan komisaris dan

komposisi dewan komisaris. Sementara untuk mengukur kinerja pasar

digunakan Tobin’s q. Tobin’s q merupakan indikator yang digunakan untuk

(23)

commit to user

suatu performa manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Tobin’s q

menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan

(Lang, dkk., 1989 dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010)

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini berdasar latar

belakang di atas adalah.

1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja pasar?

2. Apakah komposisi anggota dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja

pasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini berdasar perumusan

masalah di atas adalah:

1. untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja

pasar,

2. untuk mengetahui pengaruh komposisi anggota dewan komisaris terhadap

(24)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut:

1. bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penerapan

corporate governance danpengaruhnya terhadap kinerja pasar perusahaan,

2. penelitian ini dapat menjadi tambahan literatur baik bagi kalangan

akademisi dan bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi referensi

penelitian mengenai corporate governance,

3. hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak dalam maupun luar

perusahaan yang berkepentingan terhadap penerapan corporate

(25)

commit to user

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan

Terdapat dua teori mengenai corporate governance, yaitu steward

theory dan agency theory (Kaihatu, 2006). Steward theory berasumsi

bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak

dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas, dan kejujuran terhadap

pihak lain. Hal inilah yang diharapkan pemegang saham, di mana

manajemen dipandang sebagai pihak yang dapat dipercaya untuk bertindak

bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholder pada

khususnya. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Jensen

dan Meckling (1976) menyatakan bahwa manajer perusahaan dipandang

sebagai agent bagi para pemegang saham yang akan bertindak dengan

penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang

arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.

Agency theory mendapat respon lebih luas karena dipandang lebih

mencerminkan kenyataan yang ada. Agency theory memprediksi akan

terus terjadi benturan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer.

Hal ini terjadi karena kedua belah pihak akan terlebih dahulu

mementingkan kepentingan mereka sendiri (self interest). Teori keagenan

(26)

commit to user

2004). Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi

tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi.

Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia pada umumnya

mementingkan diri sendiri (self-interest), manusia memiliki rasionalitas

yang terbatas (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari

resiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar

anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya

asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Asumsi informasi adalah

bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Sebagai pengelola perusahaan, manajer mengetahui lebih banyak

informasi tentang keadaan perusahaan dibandingkan dengan pemegang

saham. Sementara pemegang saham hanya mengetahui keadaan

perusahaan dari laporan keuangan yang dibuat oleh manajer.

Ketidakseimbangan informasi antara manajer dan pemegang saham dapat

memicu timbulnya kondisi asimetri informasi. Kondisi tersebut dapat

memberikan kesempatan manajer untuk memanipulasi laba atau

melakukan manajemen laba sehingga menyesatkan pemegang saham

mengenai kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Corporate governance

berkembang dengan bertumpu pada agency theory, di mana pengelolaan

perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa

pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan

dan ketentuan yang berlaku. Adanya corporate governance diharapkan

(27)

commit to user

perusahaan, bahwa manajer akan bekerja dengan baik dan memberikan

keuntungan bagi pemegang saham.

2. Corporate Governance

a. Pengertian dan Konsep Dasar Corporate Governance

Corporate governance memiliki banyak definisi, Komite

Cadburry, misalnya, mendefinisikan bahwa corporate governance

adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara

pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, pegawai, serta para

pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan

hak-hak dan kewajiban mereka, atau sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan. Menurut KNKG, corporate governance

adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate

governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap

perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di

suatu negara. Pendapat lain dari IICG (Indonesian Institute of

Corporate Governance) corporate governance adalah sebagai proses

dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan

tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka

panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang

lain (www.iicg.org).

Menurut Roland (2000) corporate governance merupakan hak

kontrol yang mempengaruhi keputusan manajer perusahaan dan memastikan

(28)

keputusan-commit to user

keputusan perusahan. Iskandar, dkk. dalam Hidayah (2008) menyatakan

bahwa corporate governance merujuk pada kerangka aturan dan

peraturan yang memungkinkan stakeholders untuk membuat

perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return.

Berdasar beberapa definisi corporate governance di atas, dapat

disimpulkan bahwa corporate governance adalah sistem untuk mengelola perusahaan agar dapat mengakomodasi kepentingan

stakeholders. Baik buruknya penerapan corporate governance akan

berpengaruh pada terlindungi atau tidaknya kepentingan stakeholders.

b. Prinsip dan Aspek Corporate Governance

Terdapat empat prinsip utama dalam corporate governance

menurut Kaihatu (2006), yaitu:

1.) Fairness (Kewajaran)

Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundangan yang berlaku. Fairness menjamin hak-hak pemegang

saham, termasuk pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk

kecurangan.

2.) Transparency (Keterbukaan Informasi)

Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik

dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam

mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai

(29)

commit to user

3.) Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertangungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan

perusahaan terlaksana secara efektif, serta mendukung usaha untuk

menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang

saham sebagaimana diawasi oleh dewan komisaris.

4.) Responsibility (Pertanggungjawaban)

Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian atau kepatuhan

di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang

sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

Prinsip-prinsip di atas perlu diterjemahkan ke dalam lima aspek

yang dijabarkan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation

and Development) sebagai pedoman pengembangan kerangka kerja

legal, institutional, dan regulatori untuk corporate governance di suatu

negara. Lima aspek tersebut antara lain adalah:

1.) Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan: hak-hak

pemegang saham harus dilindungi dan difasilitasi.

2.) Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham: seluruh

pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan

pemegang saham asing harus diperlakukan setara. Seluruh

pemegang saham harus diberikan kesempatan yang sama untuk

(30)

commit to user

3.) Peran stakeholders dalam corporate governance: hak-hak para

pemangku kepentingan (stakeholders) harus diakui sesuai peraturan

perundangan yang berlaku, kerjasama aktif antara perusahaan, dan

para stakeholders harus dikembangkan dalam upaya bersama

menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan keberlanjutan perusahaan.

4.) Disklosur dan transparansi: disklosur atau pengungkapan yang

tepat waktu dan akurat mengenai segala aspek material perusahaan,

termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan governance

perusahaan.

5.) Tanggung jawab pengurus perusahaan (corporate boards):

pengawasan komisaris terhadap pengelolaan perusahaan oleh

direksi harus berjalan efektif, disertai adanya tuntutan strategik

terhadap manajemen, serta akuntabilitas dan loyalitas direksi dan

komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.

c. Manfaat Penerapan Corporate Governance

Manfaat penerapan corporate governance menurut Kaihatu

(2006) antara lain adalah:

1.) mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung

pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada

manajemen, biaya tersebut dapat berupa kerugian karena

penyalahgunaan wewenang atau biaya pengawasan untuk

(31)

commit to user

2.) mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak

dari pengelolaan perusahaan yang baik dapat menyebabkan tingkat

bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan

semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan;

3.) dapat meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat

meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam

jangka panjang;

4.) menciptakan dukungan dari stakeholders terhadap berbagai strategi

dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena stakeholders

mendapat jaminan bahwa akan mendapat manfaat maksimal dari

kegiatan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan

kesejahteraan.

Selain itu Darwis (2009) mengungkapkan bahwa penerapan

konsep corporate governance diharapkan dapat memberikan

kepercayaan pemilik (investor) terhadap manajemen dalam mengelola

perusahaan. Pemilik menjadi lebih yakin bahwa manajemen tidak

melakukan kecurangan untuk kesejahteraan manajemen sendiri. Selain

itu dapat menciptakan proses pengambilan keputusan yang lebih baik,

dan meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. Penerapan corporate

governance juga dapat mempermudah memperoleh modal dengan biaya

yang lebih murah karena kepercayaan dari investor dan dapat

meningkatkan kepercayaan investor untuk menanam modal, hal tersebut

(32)

commit to user

corporate governance tidak hanya untuk jangka pendek, namun juga

dalam jangka panjang akan menjadi penopang dalam perkembangan

perusahaan.

3. Dewan Komisaris

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan

corporate governance yang baik. Mereka berfungsi untuk mengawasi

jalannya perusahaan dan kebijakan yang diambil oleh manajer. Fungsi

dewan komisaris berdasar OECD antara lain adalah melakukan review dan

mengarahkan kebijakan manajer. Bahkan mereka juga bisa melakukan

penggantian terhadap seorang manajer, jika dipandang manajer tersebut

tidak mampu melaksanakan tugasnya. Peran dewan komisaris diharapkan

dapat meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara manajer

dengan pemegang saham, maka dewan komisaris seharusnya dapat

mengawasi kinerja manajer sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai

dengan kepentingan pemegang saham. Dewan komisaris diharapkan

mampu memberi jaminan pemilihan dewan direksi yang transparan dan

mampu menunjukkan integritas laporan keuangan serta mengawasi proses

pengungkapan. Pada intinya, dewan komisaris dalam suatu perusahaan

bertugas memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan

kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian tujuan perusahaan.

Ukuran dewan komisaris yang sesuai dengan perusahaan

dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu ukuran dewan direksi, industri dan

(33)

commit to user

komite yang ada dalam perusahaan (Muntoro, 2006). Bila jumlah dewan

komisaris lebih sedikit dari dewan direksi, maka kemungkinan dewan

komisaris akan mengalami tekanan psikologis. Untuk memperkecil

kemungkinan tersebut maka paling tidak jumlah dewan komisaris sama

dengan jumlah dewan direksi. Jumlah dewan komisaris juga bergantung

pada industri di mana perusahaan berada karena akan menentukan pula

jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh dewan komisaris. Ukuran dewan

komisaris yang besar diharapkan dapat mengatasi lebih banyak risiko yang

dihadapi perusahaan. Jumlah komite yang ada di dalam perusahaan juga

dapat mempengaruhi jumlah dewan komisaris karena setiap anggota

dewan komisaris menjadi anggota dalam komite-komite yang ada. Selain

itu, kemampuan manusia untuk berdiskusi dan bernegosiasi adalah

terbatas, ukuran dewan komisaris yang terlalu besar akan dapat membuat

proses mencari kesepakatan dan proses membuat keputusan menjadi sulit,

panjang, dan bertele-tele. Keterbatasan ini perlu diperhatikan pula dalam

menentukan jumlah anggota dewan komisaris.

Dalam sebuah dewan komisaris terdapat komposisi yang

merupakan kombinasi karakteristik dari anggota dewan komisaris.

Komposisi dewan komisaris suatu perusahaan dapat terdiri dari komisaris

independen dan komisaris dependen. Komisaris independen diperlukan

untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap pemegang

saham dan dapat menempatkan kepentingan perusahaan di atas

(34)

commit to user

pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham

pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Walaupun

komisaris independen dalam suatu dewan komisaris perusahaan penting,

Leblanc (2004) dalam Muntoro (2006) berpendapat bahwa yang penting

adalah kompetensi dan perilaku anggota komisaris tersebut.

Dalam industri perbankan, berdasar Peraturan Bank Indonesia No.

8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Corporate Governance Bagi Bank

Umum, jumlah anggota dewan komisaris paling kurang tiga orang dan

paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi. Jumlah dewan

komisaris independen paling kurang 50% dari jumlah anggota dewan

komisaris. Setiap usulan penggantian dan/ atau pengangkatan anggota

dewan komisaris kepada RUPS harus memperhatikan rekomendasi Komite

Remunerasi dan Nominasi. Selain itu, anggota dewan komisaris harus

memenuhi persyaratan telah lulus penilaian kemampuan dan kepatutan

sesuai ketentuan Bank Indonesia. Mayoritas anggota dewan komisaris juga

dilarang untuk memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua

dengan sesama anggota dewan komisaris dan/ atau dengan anggota dewan

direksi untuk menjaga independensi mereka.

4. Kinerja Pasar

Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran yang digunakan oleh

entitas untuk mengukur keberhasilan dalam menghasilkan laba. Kinerja

perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk menjelaskan kegiatan

(35)

commit to user

dikatakan sebagai hasil yang dicapai perusahaan pada periode tertentu

dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja

perusahaan dapat berupa kinerja keuangan maupun kinerja pasar. Salah

satu indikator pengukur kinerja pasar yang sering digunakan adalah

Tobin’s q. Tobin’s q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham dan

nilai pasar hutang dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang

ditempatkan pada aktiva produksi. Tobin’s q digunakan untuk mengukur

kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan.

Analisis keuangan menggunakan Tobin’s q sebagai bagian dari indikator

kinerja perusahaan dan dalam perhitungannya membutuhkan data

keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Seperti halnya analisis

keuangan lainnya, investor membutuhkan informasi Tobin’s q untuk

mengetahui apakah perusahaan dalam keadaan tumbuh, tidak tumbuh atau

bahkan menurun sehingga mereka dapat memutuskan apa yang harus

dilakukan dalam keadaan tersebut. Interpretasi dari skor Tobin’s q adalah

bila Tobin’s q< 1, maka menggambarkan bahwa saham dalam keadaan

undervalued atau manajemen telah gagal dalam mengelola aktiva

perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah. Bila Tobin’s q = 1,

maka menggambarkan bahwa saham dalam keadaan average atau

manajemen stagnan dalam mengelola aktiva sehingga potensi

pertumbuhan investasi tidak berkembang. Bila Tobin’s q> 1, maka

(36)

commit to user

berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan sehingga potensi

pertumbuhan investasi tinggi ( Sudiyatno dan Puspitasari, 2010)

B. Kerangka Teoritis

Gambar 2. 1

Model Kerangka Pemikiran

C. Pengembangan Hipotesis

Kinerja perusahaan ditentukan oleh sejauh mana keseriusannya dalam

menerapkan corporate governance. Secara teoritis praktik corporate

governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang

mungkin dilakukan oleh manajemen dengan keputusan yang menguntungkan

diri sendiri dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan

kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang akan berdampak

terhadap kinerja perusahaan. Hal ini mendapat perhatian dari pemerintah,

pemerintah melalui Bapepam mengeluarkan peraturan berkaitan dengan

kewajiban perusahaan yang telah go public untuk memiliki dan mengangkat

(37)

commit to user

dewan komisaris sebagai salah satu upaya menjalankan corporate governance

yang baik agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Berikut adalah pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

1. Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris dan Kinerja Pasar

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan

corporate governance yang baik. Dewan komisaris bertugas mengawasi

kinerja manajer sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan

kepentingan pemegang saham. Kiel dan Nicholson (2002) menyatakan

bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris diharapkan lebih dapat

melakukan pengawasan kerja manajemen sehingga kinerja perusahaan

dapat lebih efisien dan efektif. Selain itu proporsi komisaris independen

yang lebih besar diharapkan dapat memonitor tindakan mementingkan diri

sendiri oleh manajemen. Komisaris independen diperlukan untuk

meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan

pemegang saham (Muntoro, 2006). Penelitian mengenai pengaruh ukuran

dan komposisi dewan komisaris telah banyak dilakukan. Nasution dan

Setiawan (2007) menguji ukuran dan komposisi dewan komisaris terhadap

manajemen laba. Sampel terdiri dari bank yang terdaftar di BEJ pada

periode tahun 2000-2004. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba,

sementara komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Utami dan

(38)

commit to user

menunjukkan bahwa keberadaan dewan komisaris independen dapat

mengurangi tindak manajemen laba. Penelitian Siregar dan Utama (2005)

menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pengelolaan laba. Populasi pada

penelitian tersebut semua perusahaan yang terdaftar di BEJ, kecuali

perusahaan dalam industri keuangan, real estat dan property, serta

komunikasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Guest (2009) pada perusahaan go

public di Inggris menemukan bahwa baik ukuran maupun komposisi

dewan komisaris memiliki dampak negatif terhadap kinerja perusahaan,

kinerja perusahaan diukur dengan dengan Tobin’s q, return saham dan

ROA. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris yang terlalu

besar dapat menyebabkan terjadinya komunikasi yang buruk dalam

pengambilan keputusan. Hasil serupa didapat dari penelitian Kiel dan

Nicholson (2002) yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris

berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan yang ada di Australia,

sementara ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) mengenai pengaruh

corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang

telah go-public selama periode 2000-2002 menunjukkan bahwa komposisi

dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian

tersebut didukung oleh penelitian Darwis (2009) yang menyatakan bahwa

(39)

commit to user

kinerja. Penelitian oleh Postma, Ees, dan Sterken (2001) menunjukkan

bahwa tidak terdapat pengaruh antara jumlah anggota dewan komisaris

dengan kinerja perusahaan di Belanda yang diukur dengan ROA, ROE,

dan market to book value of equity. Bainer, Drobetz, Schmid, dan

Zimmermann (2003) lewat penelitian mereka juga membuktikan bahwa

ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

yang diukur dengan Tobin’s q. Penelitian tersebut dilakukan pada

perusahaan di Swiss yang listing pada tahun 2001. Penelitian Rachmawati

dan Triatmoko (2007) menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV

(Price Book Value). Berdasar uraian-uraian di atas, peneliti ingin menguji

pengaruh ukuran dan komposisi dewan komisaris terhadap kinerja pasar

yang diukur dengan Tobin’s q. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja

pasar.

H2: Komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja

(40)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan mengetahui

pengaruh penerapan corporate governance terhadap kinerja pasar. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau

hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dalam

Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2010. Sampel adalah sebagian

dari populasi (Sekaran, 2006). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang

representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang

digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:

1. perusahaan perbankan yang sudah terdaftar selama 6 tahun berturut-turut

di Bursa Efek Indonesia periode 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan

(41)

commit to user

2. perusahaan perbankan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan

untuk periode 31 Desember 2005-2010 yang dinyatakan dalam rupiah

(Rp),

3. data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada

publikasi periode 31 Desember 2005-2010), baik data mengenai

corporate governance perusahaan dan data yang diperlukan untuk

mendeteksi kinerja pasar.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini akan menguji variabel dependen yaitu Tobin’s q dan

variabel independen yang terdiri dari ukuran dewan komisaris dan komposisi

dewan komisaris. Variabel kontrol yang digunakan adalah ukuran perusahaan

dan growth. Berikut penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini.

1.Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang

menjadi perhatian utama dalam penelitian (Sekaran, 2006). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kinerja pasar yang diukur dengan

Tobin’s q. Tobin’s q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham dan

nilai pasar hutang dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang

ditempatkan pada aktiva produksi. Tobin’s q digunakan untuk mengukur

kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan.

(42)

commit to user

yang dilakukan oleh Widjaja dan Maghviroh (2011) yang melakukan

penelitian pada industri perbankan. Tobin’s q dihitung dengan rumus:

Keterangan:

Tobin’s q = kinerja pasar perusahaan

EMV = nilai pasar ekuitas (closing price x jumlah saham beredar)

D = nilai buku dari total hutang

BVE = nilai buku dari total ekuitas

2.Variabel Independen

Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif

(Sekaran, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari

dua variabel, yaitu:

a. Ukuran dewan komisaris

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam

pelaksanaan corporate governance yang baik. Dewan komisaris

dalam suatu perusahaan bertugas memastikan bahwa para manajer

benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari

pencapaian tujuan perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang sesuai

dengan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu ukuran

dewan direksi, industri dan jenis keahlian yang dibutuhkan,

keseluruhan risiko yang dihadapi, dan komite yang ada dalam

(43)

commit to user

total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal

perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel (Nasution dan

Setiawan, 2007).

b. Komposisi dewan komisaris

Komposisi dewan komisaris ditunjukkan oleh ada atau

tidaknya dewan komisaris independen dalam perusahaan sampel.

Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi

dewan komisaris terhadap pemegang saham dan dapat menempatkan

kepentingan perusahaan di atas kepentingan lainnya. Komisaris

independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas

yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS). Variabel ini diukur dengan

persentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah

total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan

sampel (Nasution dan Setiawan, 2007).

3.Variabel Kontrol

Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau

dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Penelitian

ini menggunakan dua variabel kontrol, yaitu:

a. Ukuran perusahaan

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap corporate governance

(44)

commit to user

memiliki masalah keagenan yang lebih besar sehingga membutuhkan

corporate governance yang lebih baik. Ukuran perusahaan dalam

penelitian ini menggunakan proksi jumlah aset perusahaan (Nasution

dan Setiawan, 2007).

b. Growth

Tingkat pertumbuhan (growth) suatu perusahaan juga

merupakan salah satu faktor fundamental yang dinilai oleh investor.

Jika pertumbuhan perusahaan cepat mengindikasikan bahwa

perusahaan telah mapan dalam kegiatan usahanya, sehingga kinerja

perusahaan juga bagus dalam mendapatkan return yang diharapkan.

Dalam penelitian ini growth dihitung dengan rasio nilai pasar

perusahaan dibagi dengan nilai buku (market to book ratio).

D. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber-sumber yang telah ada. Data dalam penelitian ini diperoleh dari

www.idx.co.id atau web perusahaan sampel untuk laporan keuangan tahunan.

Data yang digunakan adalah data perusahaan perbankan yang terdaftar di

(45)

commit to user

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1.metode studi pustaka yang dilakukan dengan cara membaca dan

mempelajari literatur-literatur seperti, buku, artikel, jurnal, dan berbagai

sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan topik yang diteliti,

2. metode dokumentasi yang dilakukan dengan menghimpun informasi dan

data yang berkaitan dengan penelitian, yaitu data laporan keuangan

tahunan perusahaan sampel.

F. Metode Analisis Data

1.Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberi gambaran secara umum variabel-variabel

penelitian yang meliputi rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, dan

standar deviasi variabel dari perusahaan sampel.

2.Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda, data

terlebih dahulu harus terbebas dari masalah multikolonieritas,

autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas. Maka terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi klasik terhadap data. Uji asumsi klasik tersebut

(46)

commit to user

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah memiliki nilai

residual yang terdistribusi normal. Jadi, uji normalitas bukan

dilakukan pada masing-masing variabel, tetapi pada nilai residunya.

Data yang terdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan

terjadinya bias. Model regresi yang baik adalah jika data terdistribusi

secara normal. Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan untuk

menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametik

Kolgomorov-Smirnov (K-S).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006).

Heteroskedastisitas berarti penyebaran titik data populasi pada bidang

regresi tidak konstan. Gejala ini ditimbulkan dari perubahan situasi

yang tidak tergambarkan dalam model regresi. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

sebagai homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk

(47)

commit to user

menggunakan uji grafik scatterplot. Namun analisis dengan grafik

memiliki kelemahan yang cukup signifikan, oleh karena jumlah

pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab itu perlu uji

statistik yang dapat lebih menjamin keakuratan hasil, dalam penelitian

ini uji statistik akan menggunakan uji Glejser.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

sekarang dengan periode sebelumnya. Masalah ini timbul karena

residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji ada tidaknya

autokorelasi adalah Run Test. Run Test merupakan bagian dari statistik

non-parametrik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar

residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat

hubungan korelasi maka dapat dikatakan bahwa residual adalah acak

atau random (Ghozali, 2006).

d. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model persamaan penelitian ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas (independen). Model persamaan penelitian yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance

(48)

commit to user

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen

menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan

VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cuttoff yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai

tolerance≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥10 (Ghozali, 2006).

3. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi

Untuk menguji seberapa jauh kemampuan model penelitian

dalam menerangkan variabel dependen (good of fit), yaitu dengan

menghitung koefisien determinasi (adjusted R²). Semakin besar

adjusted R² suatu variabel independen, maka menunjukkan semakin

dominan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Nilai R² yang telah disesuaikan adalah antara nol dan sampai dengan

satu. Nilai adjusted R² yang mendekati satu berarti kemampuan

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Nilai

adjusted R² yang kecil atau dibawah 0,5 berarti kemampuan

(49)

commit to user

kecil. Apabila terdapat adjusted R² bernilai negatif, maka dianggap

bernilai nol (Ghozali, 2006).

b. Uji Statistik f (f-test)

Uji statistik f pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimaksud dalam penelitian secara simultan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian dilakukan dengan level signifikansi 0,05 atau α= 5%.

Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan pengujian berikut ini:

1.) jika nilai signifikansi > 0,05, maka berarti bahwa secara simultan

variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen,

2.) jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka secara simultan variabel

independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2006).

c. Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

persamaan regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 17.

Berdasar hipotesis yang diajukan, maka model penelitian untuk

menguji pengaruh corporate governance terhadap kinerja pasar yang

diukur dengan Tobin’s q adalah sebagai berikut:

(50)

commit to user Keterangan:

Tobin’s q = kinerja pasar perusahaan

a = konstanta

b = koefisien regresi

UDK = Ukuran Dewan Komisaris

KDK = Komposisi Dewan Komisaris

UP = Ukuran Perusahaan

G = growth

e = koefisien error

d. Uji Statistik t (t-test)

Menurut Ghozali (2006), uji statistik t pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengambilan

keputusan dilakukan berdasarkan pengujian berikut ini:

1.) jika nilai signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak, yang berarti

koefisien regresi tidak signifikan. Ini berarti bahwa secara parsial,

variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen,

2.) jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka koefisien regresi bersifat

signifikan dan secara parsial variabel independen mempunyai

(51)

commit to user

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Deskriptif Data Obyek Penelitian

1.Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh perusahaan perbankan yang tercatat di BEI periode 2005 hingga

2010. Pada periode tersebut terdapat 35 bank, akan tetapi setelah

dilakukan purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan

(memenuhi kriteria) dalam penelitian ini ada 20 perusahaan perbankan.

Terdapat 15 perusahaan yang digugurkan karena data bank tersebut tidak

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan atau karena ketidaklengkapan

data.

2.Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat dalam tabel 4.1

yang menampilkan karakteristik sampel yang digunakan di dalam

penelitian ini, meliputi jumlah sampel (N), rata-rata (mean), nilai

maksimum, nilai minimum serta standar deviasi (σ) untuk masing

(52)

commit to user Tabel 4.1

Deskriptif Variabel Penelitian

N Minimum Maksimum Rata-rata Std.deviasi

UDK 120 1,00 11,00 5,5667 2,17987

KDK (%) 120 0,00 100,00 51,5845 13,66030 Ukuran

perusahaan

120 925664 449774551 74253188,48 1,025E8

Growth (%) 120 -173,70 586,70 195,5253 118,90868

tercatat di BEI periode 2005-2010.

Data ukuran dewan komisaris (UDK) memiliki nilai minimum 1

minimumnya sebesar 0% atau tidak memiliki komisaris independen yaitu

Bank Century tahun 2008. Nilai maksimum dari komposisi dewan

komisaris adalah sebesar 100% atau semua anggota dewan komisaris

adalah komisaris independen yaitu Bank Kesawan pada tahun 2009 dan

2010. Standar deviasi relatif kecil sebesar 13,7 dan lebih kecil dari nilai

(53)

commit to user

Data ukuran perusahaan yang dinilai dengan jumlah aset

menunjukkan bahwa nilai minimum dari data tersebut adalah sebesar

Rp925.664 yaitu Bank Swadesi Tbk. pada tahun 2005 dan nilai

maksimum adalah sebesar Rp449.774.551 yaitu Bank Mandiri pada

tahun 2010. Standar deviasi sebesar 102.500.000 menunjukkan

simpangan data yang lebih besar dari nilai rata-ratanya yaitu sebesar

74.253.188,48. Hal ini menunjukkan bahwa data ukuran perusahaan

memiliki sebaran data atau variasi data yang lebar.

Data growth memiliki nilai minimum sebesar -173,7% yaitu Bank

Eksekutif Internasional pada tahun 2009 dan nilai maksimum adalah

sebesar 586,70% yaitu Bank Internasional Indonesia pada tahun 2010.

Standar deviasi relatif kecil sebesar 118,9 dan lebih kecil dari nilai

rata-ratanya yaitu sebesar 195,5. Data Tobin’s q memiliki nilai minimum

sebesar 0,23 yaitu Bank Nusantara Parahyangan pada tahun 2006 dan

nilai maksimum 1,61 yaitu Bank Maya pada tahun 2008. Standar deviasi

relatif kecil sebesar 0,16 dan lebih kecil dari nilai rata-ratanya yaitu

sebesar 1,11.

B. Uji Asumsi Klasik

1.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, residual memiliki distribusi data normal atau tidak. Sebelum

(54)

commit to user

heteroskedastisitas. Untuk mengatasi normalitas, data outlier sebanyak

17 data dikeluarkan dan ukuran perusahaan ditransfrom menjadi bentuk

logaritma natural, sementara untuk mengatasi heteroskedastisitas variabel

kontrol growth dikeluarkan dari model karena merupakan variabel yang

terkena heteroskedastisitas. Setelah upaya tersebut dilakukan, model

lolos dari masalah asumsi klasik.

Ada dua cara untuk mendeteksi normalitas, yaitu dengan analisis

grafik dan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik

histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi

yang mendekati distribusi normal. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa pola

distribusi mendekati normal, akan tetapi bila kesimpulan normal tidaknya

data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini akan menyesatkan

apalagi bila jumlah sampel kecil.

Gambar 4.1 Histogram

(55)

commit to user

Metode analisis grafik selain grafik histogram adalah dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus

diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka titik yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.

Grafik probabilitas pada gambar 4.2 di bawah terlihat normal, karena

distribusi data residualnya terlihat mendekati garis normal.

Gambar 4.2 Normal Probability Plot

Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Untuk memastikan apakah data tersebut benar-benar normal,

(56)

commit to user

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian

normalitas data ini dilakukan terhadap nilai residualnya. Data yang

berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai asymptotic significance di

atas 0,05 (Ghozali,2006). Hasil pengujian normalitas data terlihat dalam

tabel 4.2.

Kolmogorov-Smirnov Z 2,508 1,012

Asymp.Sig. (2-tailed) 0,000 0,258

Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Berdasar tabel pengujian normalitas, nilai asymptotic significance awal

adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari α= 5% sehingga

distribusi data tidak normal. Setelah outlier dikeluarkan, data ukuran

perusahaan ditransfrom menjadi logaritma natural, dan variabel growth

dikeluarkan dari model tampak bahwa variabel penelitian Tobin’s q,

ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris, dan ukuran

perusahaan mengikuti distribusi normal karena nilai asymptotic

significance yang lebih dari α= 5% yaitu 0,258.

2.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak

(57)

commit to user

heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot, titik-titik yang

terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun di

bawah angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi tersebut terpenuhi maka tidak

terjadi heteroskedastisitas dan model regresi layak untuk digunakan.

Dari gambar 4.3, terlihat bahwa titik-titik pada grafik scatterplot

menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka

0 pada sumbu Y, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas. Akan tetapi, analisis dengan grafik plot

memiliki kelemahan dalam keakuratan menginterpretasikannya, maka

perlu dilakukan uji statistik untuk lebih menjamin keakuratan hasil. Uji

statistik dilakukan dengan uji Glejser, Glejser mengusulkan untuk

meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati,

2003 dalam Ghozali, 2006).

Gambar 4.3 Grafik ScatterPlot

(58)

commit to user

Hasil yang diperoleh dari Uji Glejser pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa

semua variabel tidak signifikan pada α= 5%. Hal ini menunjukkan tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas, karena semua variabel bebas tidak

signifikan. Hasil uji Glejser adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji Glejser

Model t Sig. Keterangan

UDK -1,073 0,286 Tidak signifikan

KDK (%) 1,148 0,254 Tidak signifikan LN_UP 1,014 0,313 Tidak signifikan Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

3.Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai

korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali,

2006). Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika

mempunyai nilai Tolerance di atas 0,1 dan VIF di bawah 10. Dari tabel

di bawah ini, diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai

Tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF jauh di bawah 10. Dengan demikian,

Gambar

Tabel 4. 5   Hasil Korelasi Antar Variabel .................................................................
Gambar 4. 3   Grafik Scatterplot ................................................................................
Gambar 2. 1
  Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berstatus sebagai guru tetap madrasah yang dinyatakan dengan SK pengangkatan dari.. Kantor tcementeriin Agama Kota,Kabupaten setempat, seperti surat pengangklh

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kemampuan metode KLT-Densitometri dengan fase diam silika gel 60 F 254 dan fase gerak toluen : etil asetat : metanol

We have compiled a massive database filled with articles, columns, tips and advice to help you with buying from generic Cialis online discount stores and generic Viagra discount

Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk menjelaskan latar belakang sejarah berdirinya Museum Negeri Provinsi Jambi, menjelaskan dan memahami bagaimana perkembangan Museum Negeri

The discovery of differences in student learning outcomes of students who have competitive behavior are taught by strategy Modeling learning with students taught by

Sistem yang dibuat adalah sistem pendukung pengambilan keputusan untuk mendiagnosis diabetes melitus dengan menggunakan metode certainty factor dimana sistem ini akan

Penyediaan infrastruktur permukiman Program pembangunan infrastruktur perkotaan RTRW APBD 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua Penyediaan infrastruktur permukiman Program pembangunan