commit to user
i
ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI
(KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI
KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
OLEH:
NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI
NIM. H0808033
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI
(KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI
KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh:
NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI
H 0808033
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal: 11 Januari 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Dr. Ir. Minar Ferichani, MP NIP. 19670331 199303 2 001
Anggota I
Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003
Anggota II
Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si NIP. 19681227 199403 1 002
Surakarta,
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap
Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Karanganyar”.
Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja
menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun
materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :
1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian UNS Surakarta.
3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Nuning Setyowati, SP., M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, M.P. selaku selaku Dosen Pembimbing Utama
Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang dengan kasih selalu
memberikan pengarahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.
6. Bapak Widiyanto, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi
yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
7. Bapak Dr. Sapja Anantanyu, SP., M.Si selaku Dosen Penguji Tamu atas
commit to user
iv
8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya
selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
9. Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Karanganyar, BAPPEDA Kabupaten
Karanganyar, BP4K Kabupaten Karanganyar, serta BPS Kabupaten
Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian serta menyediakan
data-data yang diperlukan penulis.
10.PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) kantor cabang Karanganyar yang telah
memberikan izin penelitian serta Bapak Agus Irawan selaku AO Kredit
Program BRI cabang Karanganyar yang telah membantu dalam melengkapi
data-data yang diperlukan.penulis.
11.Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jaten,
Bapak Sumarso selaku ketua kelompok tani Rukun Tani, Bapak Suyanto
selaku ketua kelompok tani Rukun Makaryo, serta petani responden di
Kelurahan Lalung dan Desa Jati yang telah membantu penulis selama
penelitian.
12.Ayahanda dan Ibunda, Bapak Drs. Waluyo Dwi Basuki, MM dan Ibu Yayuk
Wahyusri, SE yang tiada henti memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan
motivasi dalam setiap langkah penulis sehingga penulis dapat berjalan sejauh
ini, adikku Hilda Maulika Ayudya dan Daffa Alby Zhafran, serta keluarga
besar ayah dan bunda yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan
baik moral maupun material kepada penulis.
13.Sahabat-sahabatku Dyah Puspitasari Purnaningtyas, Aulia Rahma Kautsari,
Ayu Nilasari, dan Galuh Perwita Sari, terima kasih atas doa, semangat dan
persahabatan yang luar biasa.
14.Sahabat Agribisnis 2008, Bundo Retna, Riri, Suryani, Mesty, Puput, Anita,
Carrine, Tami, Riana, Ifa, Ema, Inneke, Yurike, Mas Abid, Mas Nanda, Mas
Nur, Mas Ragil, Mas Heri, Ocha, Arum, dan lain-lain serta Sasaeng Group
commit to user
v
15.Teman-teman Agribisnis 2007, Agribisnis 2009 (Hazizah, Shela, Karin, Iim,
dkk), dan Agribisnis 2010 yang telah memberi semangat dan masukan bagi
penulis.
16.Prima Nandana Multi Pradani, rekan GALAKSI, dan Aks 1 SMAN 1
Karanganyar: Dian, Indah, Rino, Bayu, Giri, Budi, Ditya, Asep, Andre, Alami,
Herlin, Ririn, Gede, dan Habib terima kasih untuk semangat dan persahabatan
supernya, apapun yang terjadi silaturahim harus tetap terjaga.
17.Teman-teman magang dan staff PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
yang telah memberi pengalaman dan kenangan indah tak terlupakan selama
magang.
18.Pengurus KAMAGRISTA periode 2010-2011 yang telah memberikan
pengalaman dan pembelajaran berharga bagi penulis. Satukan tekad, meraih
asa, jaya KAMAGRISTA!
19.Mas Yudi yang telah bersedia mengantar penulis dalam melengkapi data
penelitian.
20.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Surakarta, Januari 2013
commit to user
A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian ... 8
1. Penelitian Terdahulu ... 8
4. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi ... 17
5. Peranan Perbankan dalam Pembiayaan Usaha Tani ... 22
6. Hubungan Kredit dengan Peningkatan Pendapatan Petani ... 23
C. Kerangka Berpikir ... 24
D. Asumsi ... 26
E. Pembatasan Masalah ... 26
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 27
G. Hipotesis ... 29
III.METODE PENELITIAN ... 30
A. Metode Dasar Penelitian ... 30
B. Metode Pengumpulan Data ... 30
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 30
2. Populasi dan Sampel ... 31
commit to user
1. Analisis Biaya, Pendapatan, Efisiensi dan Kemanfaatan dalam Penggunaan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI ... 36
2. Analisis Pengaruh Modal Sendiri dan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani ... 38
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 43
A. Keadaan Geografi... 43
1. Letak dan Batas Wilayah ... 43
2. Topografi Daerah ... 44
B. Keadaan Penduduk ... 44
1. Keadaan Penduduk Menurut Golongan Umur dan jenis Kelamin .. 44
2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 47
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 50
C. Keadaan Pertanian ... 52
1. Tata Guna Lahan ... 52
2. Produksi Tanaman Pangan ... 54
D. Keadaan Perekonomian ... 56
E. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Bank Rakyat Indonesia.... 59
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
A. Hasil Penelitian ... 66
1. Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar ... 66
2. Karakteristik Petani Sampel ... 67
3. Analisis Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E BRI dan Petani Bukan Pengguna KKP-E ... 73
B. Pembahasan ... 90
1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani ... 90
2. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani ... 93
3. Pengaruh Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani ... 94
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 106
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 106
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun
2008-2011 (Miliar Rupiah) ... 2
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk 10 Tahun keAtas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2010 (Jiwa) ... 4
Tabel 1.3. Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah) ... 5
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
Tabel 3.1. Plafon dan Realisasi Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ... 30
Tabel 3.2. Populasi Petani Padi Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna KKP-E ... 31
Tabel 3.3. Penentuan Jumlah Sampel Petani Responden Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar ... 32
Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian ... 35
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ... 45
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ... 46
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin KecamatanJaten Tahun 2010 ... 47
Tabel 4.4. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010... 48
Tabel 4.5. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ... 48
Tabel 4.6. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ... 49
Tabel 4.7. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ... 50
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ... 51
Tabel 4.9. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ... 51
Tabel 4.10. Tata Guna Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ... 52
commit to user
ix
Tabel 4.12. Tata Guna Lahan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ... 54
Tabel4.13. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ... 55
Tabel4.14. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi KecamatanKaranganyar Tahun 2010 ... 55
Tabel4.15. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kecamatan Jaten Tahun 2010 ... 56
Tabel 4.16. Sarana Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.... 57
Tabel 4.17. Sarana Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .. 57
Tabel 4.18. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ... 58
Tabel 5.1. Karakteristik Petani Sampel Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar ... 71
Tabel 5.2. Rata-rata Besarnya Input dan Output dari Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 73
Tabel 5.3. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 74
Tabel 5.4. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 76
Tabel 5.5. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 78
Tabel 5.6. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 79
Tabel 5.7. Rata-rata Biaya Lain-lain Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 80
Tabel 5.8. Rata-rata Biaya Total Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 81
Tabel 5.9. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 82
commit to user
x
Tabel 5.11. Rata-rata Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 84
Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Petani Anggota Kelompok Tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ... 85
Tabel 5.13. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Pendapatan Petani dan Penggunaan Kredit ... 88
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1.Bagan Kerangka Berpikir ... 25
Gambar 2.2 SkemaVariabel X dan Y dalamPenelitian ... 26
Gambar 3.1.Bagan Pengambilan Sampel Responden ... 33
Gambar 4.1. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha .. 62
Gambar 5.1. Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani ... 99
Gambar 5.2. Penggunaan Modal oleh Petani Bukan Pengguna KKP-E ... 102
Gambar 5.3. Penggunaan Modal oleh Petani Pengguna KKP-E ... 103
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) dan Sex Ratio . 110
Lampiran 2. Identitas Responden pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna
KKP-E ... 112
Lampiran 3. Identitas Responden pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ... 114
Lampiran 4. Penggunaan Sarana Produksi pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ... 116
Lampiran 5. Penggunaan Sarana Produksi pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ... 118
Lampiran 6. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ... 120
Lampiran 7. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ... 122
Lampiran 8. Biaya Total pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ... 124
Lampiran 9. Biaya Total pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ... 125
Lampiran 10. Biaya, Penerimaan, Pendapatan pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ... 126
Lampiran 11. Biaya, Penerimaan, Pendapatan pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ... 127
Lampiran 12. R/C ratio pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ... 128
Lampiran 13. R/C ratio pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ... 129
Lampiran 14. Incremental B/C Ratio (IBCR) pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna KKP-E ... 130
Lampiran 15. Hasil Analisis Regresi ... 132
Lampiran 16. Kuesioner ... 143
Lampiran 17. Peta Kabupaten Karanganyar ... 148
Lampiran 18. Peta Kecamatan Karanganyar ... 149
Lampiran 19. Peta Kecamatan Jaten ... 150
Lampiran 20. Dokumentasi ... 151
commit to user
xiii RINGKASAN
Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni. H0808033. Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di
Kabupaten Karanganyar. Dibimbing oleh Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. dan
Widiyanto, SP., M.Si. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal sendiri dan Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.
Metode dasar penelitian adalah metode deskripsi analisis dan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karaganyar. Teknik pengambilan sampel dengan metode multistage cluster
random sampling. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan jumlah pengguna
KKP-E terbanyak yaitu kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo. Untuk mengkaji pengaruh modal sendiri dan modal KKP-E terhadap pendapatan petani digunakan model regresi linier berganda, serta didukung dengan analisis R/C ratio
dan Incremental B/C ratio untuk melihat perbedaan penggunaan modal sendiri
dan KKP-E.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani pengguna KKP-E sebesar Rp 15.835.880,00/Ha/MT lebih besar dari pada pendapatan petani bukan pengguna KKP-E sebesar Rp 14.042.598,00/Ha/MT. Nilai efisiensi usahatani petani pengguna KKP-E sebesar 2,57 lebih besar dari efisiensi usahatani petani bukan pengguna KKP-E sebesar 2,50. Kemanfaatan usahatani sebesar 3,517sehingga usahatani pengguna KKP-E lebih memberi kemanfaatan daripada usahatani petani bukan pengguna KKP-E. Hubungan faktor-faktor dengan pendapatan petani dinyatakan dalam model fungsi regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 + 0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Secara individu faktor luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani, sedangkan faktor tingka tpendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.
commit to user
xiv SUMMARY
Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni. H0808033. Analysis of Effect of Energy and Food Safety Credit (KKP-E) BRI to Increase the Rice Farmers
Income in Karanganyar Regency.Supervised by Dr. Ir. FerichaniMinar,
MP.andWidiyanto, SP., M.Si. Faculty of Agriculture.SebelasMaret University. Surakarta.
This research aimed to analyze the effect of own capital and Credit of Energy and Food Safety BRI to increase the income of owner and tenant farmers in Karanganyar Regency.
The basic method of this research is a descriptive analysis method and the research conducted by survey method. The research was conducted in the Karanganyar Regency. This research uses multistage cluster random sampling method for the sampling technique. Samplesare determined by the most farmers in KKP-E used, they are RukunTani and RukunMakaryo farmers groups. To assess the influence of their own capital and KKP-E to the farmers income used multiple linear regression models, and supported by the analysis of R/C ratio and Incremental B/C ratio to see the difference in the use of its own capital and KKP-E.
The results showed that the average farmer's income who using KKP-E was Rp 15.835.880,00/Ha/GS, that was more than farmer’s income who didn’t use KKP-E. That was Rp 14.042.598,00/Ha/GS. Peasant farming efficiency value of KKP-E user wass 2,57, that was more than the efficiency of peasant farming who was not KKP-E user. That was 2,50. Benefits farming value amounted to 3,517 so that farming farmers who using KKP-E gave more benefits than farming farmers who didn’t use the KKP-E. The relationship between these factors with farmers' income can be expressed in multiple linear regression models as follows:
Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 + 0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e The results of the regression analysis showed that the land large, education level, number of family members, the land rulership, and the use of credit jointly have significant effect on farmers' income. The individual factor of land large, land rulership, and the use of credit give the significant effect on farmers 'income, whereas level of education factor and the number of family members factor did not significantly affect to farmers' income.
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar
dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu
bentuk pembangunan nasional adalah pembangunan dalam hal ekonomi.
Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakat. Pembangunan ekonomi pedesaan merupakan bagian dari
pembangunan ekonomi nasional. Keberhasilan pembangunan ekonomi di
pedesaan banyak didukung oleh kegiatan usaha di bidang pertanian.
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian cenderung dominan
dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi
sektor pertanian dalam pembangunan meliputi pemantapan ketahanan pangan,
pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan
pendapatan. Secara garis besar, kebijakan pembangunan pertanian
diprioritaskan kepada beberapa program kerja yang dijabarkan kedalam
beberapa kegiatan. Beberapa program kerja tersebut dilaksanakan dengan
tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian, salah satunya
adalah program ketahanan pangan. Oleh karena itu, dalam program revitalisasi
pertanian dibutuhkan suatu bentuk pembangunan terstruktur antara pemerintah
dan pelaku usaha tani.
Meski perannya strategis, sektor pertanian masih menghadapi banyak
permasalahan. Lemahnya permodalan masih menjadi salah satu permasalahan
utama yang dihadapi oleh pelaku usaha pertanian. Petani umumnya
mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal
mereka, baik formal maupun informal. Namun demikian, petani di pedesaan
cenderung lebih sering mengakses kredit dari pihak informal dengan bunga
yang tinggi. Petani sering merasa kesulitan dalam mengakses pinjaman yang
commit to user
berbelit, memerlukan agunan, dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu,
alokasi kredit untuk sektor pertanian cenderung kecil apabila dibandingkan
dengan alokasi kredit untuk sektor perekonomian yang lain. Data Bank
Indonesia menunjukkan alokasi kredit perbankan terhadap sektor pertanian
masih cukup rendah dibandingkan dengan sektor perekonomian yang lainnya.
Berikut adalah data mengenai alokasi kredit bank umum berdasarkan sektor
ekonomi tahun 2007-2011 berdasarkan data statistik perbankan Indonesia
tahun 2011.
Tabel 1.1. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2008-2011 (Miliar Rupiah)
Pertambangan 32.215 42.894 61.365 87.780
Perindustrian 271.187 247.440 275.404 344.597
Listrik, gas, dan air 18.475 24.560 34.116 45.841
Konstruksi 58.753 64.225 63.500 75.395
Perdagangan, restoran, dan hotel
259.632 301.382 339.639 405.442
Pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi
62.579 73.213 75.142 95.206
Jasa dunia usaha 152.302 150.843 179.398 224.146
Jasa sosial/masyarakat 15.747 17.038 44.232 57.980
Lain-lain 369.596 438.923 602.049 748.983
Jumlah 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.200.094
Sumber: Bank Indonesia, 2011
Data yang dihimpun dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa alokasi
kredit bank umum yang diberikan kepada debitur jumlahnya selalu meningkat
sejak tahun 2008 hingga tahun 2011. Jumlah kredit paling banyak dicurahkan
pada sektor lain-lain yaitu sebesar 748.983 miliar rupiah pada tahun 2011.
Pada tahun yang sama alokasi kredit terendah diterima sektor listrik, gas, dan
air yaitu sebesar 45.841 miliar rupiah. Alokasi kredit untuk sektor pertanian
menempati urutan ke-5 dengan besar kredit 114.725 miliar rupiah.
Salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor
unggulan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI sebagai lembaga
commit to user
juga memiliki kontribusi dalam mendorong pengembangan pertanian. Salah
satu bentuk kontribusi BRI adalah dengan menerapkan kebijakan pembiayaan
di sektor agribisnis. Peran BRI dalam membangun agribisnis nasional tidak
terlepas dari keprihatinan kondisi di lapangan, dimana secara mikro sebagian
pelaku usaha pertanian masih memiliki aksesibilitas yang rendah terhadap
sumber-sumber permodalan (Aviliani, 2008).
Salah satu program kredit yang digulirkan oleh BRI terkait program
revitalisasi pertanian adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).
KKP-E merupakan salah satu program Kementerian Pertanian berupa fasilitas
kredit yang diberikan untuk usaha produktif dalam rangka mendukung
pelaksanaan program ketahanan pangan dan program pengembangan tanaman
bahan baku dan bahan bakar nabati. Kredit diberikan kepada petani-petani
yang mengusahakan tanaman pangan, hortikultura, peternakan, pengadaan dan
peremajaan alat dan mesin, perikanan, dan petani tebu. KKP-E digulirkan
kepada petani melalui kelompok tani. Pada tahun 2010, posisi KKP-E di BRI
mencapai Rp 1,52 triliun atau mencapai 27,17 % dari plafon sebesar Rp 5,6
triliun. Secara nasional, penyaluran KKP-E pada periode yang sama tercatat
Rp 2,69 triliun sehingga sumbangan BRI terhadap penyaluran KKP-E secara
nasional sebesar 56,5 %. KKP-E dapat diakses melalui Kantor Cabang BRI di
seluruh wilayah Indonesia, dan salah satunya ada di Kabupaten Karanganyar.
Kabupaten Karanganyar merupakan Kabupaten yang terletak di lereng
gunung dengan kondisi alam yang subur. Banyak masyarakat di Kabupaten
Karanganyar bekerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang bekerja di
sektor pertanian menempati urutan kedua setelah lain-lain. Berikut adalah data
mengenai jumlah penduduk 10 tahun ke atas menurut mata pencaharian di
Kabupaten Karanganyar tahun 2008-2010 berdasarkan data olahan registrasi
commit to user
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2010 (Jiwa)
Mata Pencaharian Tahun
2008 2009 2010
Petani Sendiri 134.175 134.487 135.557
Buruh Tani 68.619 68.324 67.540
Nelayan 0 0 0
Pengusaha 9.384 9.846 10.312
Buruh Industri 104.798 105.536 107.063
Buruh Bangunan 49.362 49.619 50.349
Pedagang 34.762 35.320 36.468
Pengangkutan 6.501 6.427 6.269
PNS/TNI/POLRI 20.169 19.908 20.163
Pensiunan 9764 9976 10.293
Lain-lain 285.061 288.995 288.919
Jumlah 722.595 728.438 732.933
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011
Data Registrasi Penduduk 2010 yang dihimpun dari Data Kabupaten
Karanganyar dalam Angka Tahun 2011 pada Tabel 1.1. menunjukkan dari
tahun 2008 hingga tahun 2010 jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Karanganyar selalu meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang
mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani sendiri dan buruh
tani) adalah sebesar 203.097 orang atau 27,71 % dari total jumlah angkatan
kerja di Kabupaten Karanganyar. Jumlah ini meningkat dari jumlah angkatan
kerja sektor pertanian pada tahun 2008 sebesar 202.794 orang dan tahun 2009
sebanyak 202.881 orang (BPS, 2011).
Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar sangat potensial untuk
dikembangkan, terutama untuk meningkatkan pendapatan petani. Salah satu
cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi dan pendapatan
petani adalah dengan meningkatkan akses permodalan petani. Sumber
permodalan yang dapat diakses petani di Kabupaten Karanganyar beragam.
Salah satu sumber permodalan yang dapat diakses petani adalah Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI yang disalurkan melalui BRI
Cabang Karanganyar. Jumlah KKP-E BRI yang diakses petani di BRI Cabang
commit to user
Tabel 1.3. Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah)
Jenis Kredit Tahun
2009 2010 2011
KKP-E 2.517.700.000 3.756.407.100 3.651.244.600
Sumber: BRI Cabang Karanganyar
Data yang diambil dari BRI Cabang Karanganyar, pada tahun 2009
jumlah KKP-E yang diakses kelompok petani adalah sebesar Rp
2.517.700.000,00. Pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 3.756.407.100,00
disertai dengan penambahan jumlah kelompok tani pengakses KKP-E. Pada
tahun 2011 jumlah KKP-E yang diakses kelompok tani mengalami penurunan
menjadi Rp 3.651.244.600,00. Hal ini disebabkan oleh penunggakan yang
dilakukan oleh beberapa kelompok tani sehingga pemberian skim kredit tidak
dapat diteruskan. Oleh karena banyaknya KKP-E yang diakses petani di
Kabupaten Karanganyar maka perlu rasanya dilakukan penelitian mengenai
Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)
melalui BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten
Karanganyar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah dan bank pelaksana dalam hal ini BRI terkait kebijakan-kebijakan
dalam mendukung upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
B. Perumusan Masalah
Pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Keberadaannya pun juga sebagai pendukung kelangsungan sektor
lain, terlebih sektor industri. Dalam meningkatkan produksi pertanian dan
peningkatan kesejahteraan petani, pemerintah melalui Kementerian Pertanian
mencetuskan 7 Gema Revitalisasi Pertanian yang terdiri dari revitalisasi lahan,
revitalisasi perbenihan dan perbibitan, revitalisasi infrastuktur dan sarana,
revitalisasi pembiayaan petani, revitalisasi kelembagaan petani, dan
revitalisasi teknologi dan industri hilir.
Sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya
keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain. Kebutuhan
commit to user
dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan,
maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak
hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga
menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian
(Ashari, 2009). Dalam upaya membantu petani mengatasi masalah kesulitan
modal, Kementerian Pertanian mengembangkan berbagai skim kredit
pertanian, seperti: Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit
Pembangunan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan
Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), serta memperluas pemanfaatan Kredit
Usaha Rakyat (KUR).
Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai lembaga pembiayaan nasional
tergerak untuk langsung berkontribusi memajukan agribisnis nasional dengan
pemberian kredit pertanian. Salah satu skim kredit BRI yang sesuai dengan
kebijakan pemerintah terkait dengan 7 Gema Revitalisasi Pertanian adalah
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E adalah kredit program
berupa kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka
mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program
Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati. Melalui akses
permodalan berupa KKP-E ini, diharapkan dapat membantu petani dalam
meningkatkan produksi usaha taninya sehingga pendapatan petani ikut
meningkat. Jumlah alokasi modal yang dicurahkan para petani untuk usaha
taninya berbeda-beda sehingga antara petani satu dengan yang lain
mempunyai komposisi perubahan tingkat pendapatan yang berbeda.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh modal sendiri terhadap pendapatan petani pemilik
dan penggarap di Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian
antara lain:
1. Untuk menganalisis pengaruh modal sendiri terhadap peningkatan
pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.
2. Untuk mengkaji pengaruh Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di
Kabupaten Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian antara lain:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah
pengetahuan mengenai hal-hal yang dikaji, selain itu penelitian ini juga
merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan
petani.
3. Bagi Bank Rakyat Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
masukan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan kredit pertanian terkait perannya sebagai bank umum dan
bank pelaksana program pemerintah.
4. Bagi petani, penelitian dapat dijadikan sebagai sumber pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan modal yang bersumber
dari perbankan utamanya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi,
5. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
dan referensi serta bahan kajian mengenai penelitian yang sejenis atau
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk
melakukan penelitian. Penelitan-penelitian sebelumnya telah mengkaji
masalah kredit atau modal bergulir yang berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan petani. Sebagai bahan pertimbangan dalam
penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh
beberapa peneliti yang pernah penulis baca.
Hasil penelitian Manurung (1996) yang berjudul Dampak Kredit
Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan
(Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali) menyebutkan
peranan kredit BPR terhadap usaha kecil dan masyarakat berpendapatan
rendah akan dapat meningkatkan perekonomian pedesaan melalui
peningkatan pendapatan dan/atau penciptaan kesempatan kerja bagi
masyarakat di pedesaan. Kredit BPR berpengaruh secara signifikan
terhadap pendapatan bersih para pengusaha kecil di pedesaan Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Bali terutama untuk kelompok pedagang. Kredit BPR
berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Jawa
Barat dan Jawa Timur, namun kredit BPR berpengaruh nyata terhadap
peningkatan kesempatan kerja di Bali. BPR berperan sebagai agent of
development dalam memobilisasi perekonomian masyarakat pedesaan dan
menjadi pendorong utama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer
khususnya untuk pembiayaan pendidikan.
Hasil penelitian Sembiring (2002) yang berjudul Analisis Peranan
Kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Peningkatan Pendapatan
Petani di Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank
Rakyat Indonesia Simpang Empat) menyebutkan peranan faktor produksi
modal sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, baik
modal sendiri maupun modal kredit. Setiap penambahan modal sendiri
commit to user
sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp
100.800,00. Penambahan kredit secara nyata akan meningkatkan
pendapatan petani. Setiap penambahan modal sendiri dan modal kredit
secara bersama-sama sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan
pendapatan petani sebesar Rp 133.900,00. Sehingga jelas bahwa
pendapatan petani mengalami kenaikan setelah menerima kredit. Hasil
rangkuman penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut.
Hasil penelitian Setiawan (2005) yang berjudul Pengaruh Kredit,
Luas Lahan, dan Penggunaan Pupuk terhadap Laba Bersih Petani Padi di
Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar menyebutkan bahwa
kredit, luas lahan, dan penggunaan pupuk ini mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap laba bersih. Semakin tinggi kredit yang diterima
petani, maka laba usaha taninya juga akan semakin tinggi. Demikian juga
dengan variable luas lahan dan penggunaan pupuk. Semakin tinggi luas
lahan, maka laba usaha tani juga semakin tinggi. Semakin sedikit pupuk
yang diberikan maka akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
tanaman yang pada akhirnya akan memperkecil tingkat produktifitas padi.
Hasil penelitian Lely (2007) yang berjudul Pengaruh Modal
Bergulir terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan
(Studi Kasus: Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan) menyebutkan ada perbedaan nyata
pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal
bergulir. Pendapatan petani meningkat setelah adanya modal bergulir.
Petani di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk membeli
commit to user
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Inti Kajian
Romulus Manurung
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
referensi mencantumkan kredit sebagai salah satu variabel yang
commit to user
Variabel lain yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan laba
bersih petani adalah luas lahan dan penggunaan pupuk. Berdasarkan
penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel kredit memiliki
hubungan yang positif dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan
pendapatan dan laba bersih petani.
2. Keterbaruan Penelitian
Berdasarkan empat penelitian di atas, variabel kredit berpengaruh
nyata terhadap peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha tani. Pada
keempat penelitian tersebut hanya dibahas kredit secara keseluruhan dan
tidak ada spesifikasi jenis skim kredit. Kredit Ketahanan Pangan dan
Energi (KKP-E) merupakan salah satu jenis program kredit yang
dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian yang
penyalurannya dilakukan oleh bank pelaksana. KKP-E merupakan
penyempurnaan dari Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sudah berjalan
sejak Oktober 2000 dan disempurnakan menjadi KKP-E pada Oktober
2007. KKP-E tergolong jenis program kredit baru sehingga belum banyak
peneliti yang meneliti mengenai KKP-E, termasuk kaitan KKP-E dengan
peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh KKP-E terhadap peningkatan pendapatan petani di
Kabupaten Karanganyar.
B. Landasan Teori
1. Pertanian
a. Pengertian Pertanian
Mardikanto (2007) menyatakan bahwa pertanian merupakan
usaha turut campur-tangan manusia dalam perkembangan tanaman atau
hewan, agar dapat lebih baik memenuhi kebutuhan dan memperbaiki
kehidupan keluarga dan atau masyarakatnya. Pertanian adalah seluruh
kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran,
dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam
commit to user
modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
Pertanian mempunyai dua pengertian, yaitu pertanian dalam arti
sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti sempit dapat
dikatakan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga
dimana produksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija,
tanaman sayuran dan buah-buahan. Pada umumnya sebagian hasil
pertanian rakyat adalah untuk dikonsumsi keluarga. Adapun petanian
dalam arti luas adalah banyak sekali macamnya, yaitu (1) pertanian
rakyat atau pertanian dalam arti sempit, (2) perkebunan, termasuk
didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar, (3) kehutanan, (4)
peternakan, (5) perkebunan baik perikanan darat maupun perikanan laut.
Usaha tani dapat didefinisikan sebagi himpunan dari
sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu, yang diperlukan untuk produksi
pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang
telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang
didirikan diatas tanah tersebut. Usaha tani produktif berarti usaha tani itu
produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini, secara teknis
merupakan perkalian antara efisien dan kapasitas. Efisien mengukur
banyaknya output yang diperoleh dari suatu input. Sementara kapasitas
menggambarkan kemampuan yang dapat memberikan hasil produksi
bruto yang sebesar-besarnya pada teknologi tertentu (Mubyarto, 1977).
Antara (1994) berpendapat bahwa peningkatan produksi
pertanian akan berpengaruh pada petani. Dalam meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani, sering diharapkan pada
permasalahan pengetahuan petani yang masih relatif rendah,
keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya
ketrampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan
commit to user
b.Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan
kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak
utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi
lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini
disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa
tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana
serta prasarana yang berada di perkotaan. Struktur perekonomian
wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah
dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat kaitannya
dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan,
sosial ekonomi dan kelembagaan. Menurut Santoso, et al., (2005),
pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil
pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan serta
meningkatkan pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan petani
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian
adalah tercapainya peningkatan pendapatan petani yang hidup di
pedesaan. Jumlah, ragam, serta mutu konsumsi masyarakat terus
bertambah, baik konsumsi bahan pokok maupun konsumsi terhadap
barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor non pertanian.
Keberhasilan pembangunan tidak selalu dapat menciptakan perluasan
lapangan kerja dan kesempatan kerja maka untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional diperlukan pertumbuhan sektor-sektor
lain yang memerlukan dukungan dari sektor pertanian, terutama yang
menyangkut kebutuhan modal (investasi dan modal kerja), kebutuhan
tenaga kerja, serta tersedianya bahan baku yang dihasilkan oleh sektor
pertanian (Mardikanto, 2008).
Menurut Ashari (2009) walaupun perannya sangat strategis,
sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya
commit to user
Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa
mendatang seiring dengan semakin melonjaknya harga input pertanian,
baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan
pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan
investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa
permasalahan infrastruktur pertanian. Perbankan nasional memiliki
posisi dan peranan sangat penting dalam menggerakkan perekonomian
Indonesia, karena perbankan menjadi sumber utama pembiayaan
berbagai sektor usaha, termasuk pertanian.
2. Lembaga Keuangan Perbankan
Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam
perekonomian, terutama dalam sistem pembayaran moneter. Secara umum,
bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang. Fungsi perbankan ini bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak (Ashari, 2009).
Bank adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai
agent of trust dan agent of development. Yang dimaksud sebagai agent of
trust adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk
melayani segala kebutuhan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai
agent of development bank adalah sebagai lembaga perantara yang dapat
mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan
kemudahan-kemudahan pembayaran serta penarikan dalam proses transaksi
yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi.
Berdasarkan definisi tersebut bank sebagai lembaga perantara dapat
membawa dampak ekonomi yang sangat berarti seperti penghimpun dan
penyalur dana, mempermudah pembayaran, peningkatan lapangan kerja,
commit to user
di Indonesia terdiri dari Bank Sentral/Bank Indonesia, Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat, Bank berdasarkan Prinsip Syariah, dan Bank Devisa.
Penggolongan lembaga keuangan bank di Indonesia meliputi: Bank
Sentral/Bank Indonesia, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan Bank
Asing, Bank Campuran, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) serta Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Usaha-Usaha Lembaga keuangan
(Panggabean, 2002).
Menurut Sutaryono (2009) dalam Ashari (2010), ada beberapa
kendala yang dihadapi perbankan nasional dalam menyalurkan kredit ke
sektor pertanian, diantaranya: (1) sektor pertanian sangat tergantung pada
musim sehingga dipandang mempunyai resiko tinggi, (2) tata niaga
komoditas pertanian banyak yang belum tertata sehingga harga selalu naik
turun dan tidak ada kepastian, dan (3) sebagian dana yang terhimpun
perbankan bersifat jangka pendek (short term funding), sedangkan kredit
pertanian sebagian besar berjangka relatif panjang (long term loan).
Akibatnya terjadi ketidaksesuaian dalam waktu antara pendanaan dan
kredit. Beberapa hal ini menyebabkan alokasi kredit untuk pertanian
cenderung rendah sehingga perlu adanya kredit program untuk pertanian.
3. Kredit Pertanian
Salah satu langkah terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan
upaya pemberdayaan petani adalah meningkatkan aksesibilitas terhadap
modal kerja melalui penyediaan skim-skim kredit yang merangsang
pengembangan usaha agribisnis skala kecil, menengah, dan koperasi.
Skim-skim kredit yang dikembangkan tersebut diupayakan mempunyai plafon
unit usaha yang cukup, cakupan input dan komoditas yang lebih banyak,
bunga yang murah serta prosedur pemanfaatannya yang cukup sederhana
(Solahudin, 2009).
Pentingnya kredit dalam pembangunan pertanian Indonesia terkait
dengan tipologi petani yang sebagian besar merupakan petani kecil dengan
penguasaan lahan yang sempit, sehingga tidak memungkinkan untuk
commit to user
demikian dukungan pembiayaan harus dilakukan. Syukur, et al., (1998)
menyatakan bahwa peran kredit sebagai pelancar pembangunan pertanian
antara lain: (1) Membantu petani kecil dalam mengatsi keterbatasan modal
dengan bunga yang relatif ringan, (2) Mengurangi ketergantungan petani
dengan pedagang perantara dan pelepas uang, dengan demikian berperan
dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil pertanian, (3)
Mekanisme tranfer pendapatan diantara masyarakat untuk mendorong
pemerataan, (4) Insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi
usahatani.
Arsyad (2004) menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian
jika pertanian akan dikembangkan dengan baik. Mosher mengelompokkan
syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat mutlak
dan syarat-syarat pelancar. Syarat mutlak terdiri dari: adanya pasar untuk
hasil-hasil usaha tani, teknologi yang senantiasa berkembang, tersedianya
bahan-bahan dan alat produksi secara lokal, adanya perangsang produksi
bagi petani, dan tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Di
samping kelima syarat mutlak tersebut, ada lima syarat yang keberadaanya
tidak mutlak tetapi apabila ada memperlancar pembangunan pertanian.
Syarat-syarat pelancar tersebut antara lain: pendidikan pembangunan,
kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian,
perencanaan nasional pembangunan pertanian, dan kredit produksi.
Lembaga perkreditan yang memberikan kredit produksi kepada
petani merupakan suatu faktor pelancar yang penting bagi pembangunan
pertanian. Petani harus lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli
bibit unggul, pestisida, pupuk, dan alat pertanian lainnya untuk
meningkatkan produksinya. Pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari
tabungan atau dengan meminjam untuk jangka waktu antara saat
bahan-bahan produksi dan peralatan itu dibeli dan saat hasil panen dapat dijual.
Oleh karena itu, keberadaan lembaga perkreditan ini sangat membantu
commit to user
Berdasarkan penelitian mengenai perkreditan pertanian dalam usaha
intensifikasi pertanian padi sawah yang dilakukan oleh Sudjanadi dalam
Daniel (2002), dalam penggunaan kredit seharusnya:
a. Pemberian kredit usaha tani dengan kredit bunga yang ringan perlu
untuk memungkinkan petani melakukan inovasi-inovasi dalam usaha
taninya.
b. Kredit yang diberikan harus bersifat dinamis, yaitu mendorong petani
untuk menggunakan kredit secara produktif dengan bimbingan dan
pengawasan yang teliti.
c. Kredit yang diberikan selain berupa bantuan modal juga merupakan
perangsang untuk menerima inovasi dan bersedia berpartisipasi dalam
program peningkatan produksi.
d. Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak hanya terbatas pada
kredit usaha tani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian,
tetapi juga mencakup kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga
(kredit konsumsi).
Pemerintah selama lebih dari empat dekade, telah meluncurkan
beberapa kredit program atau bantuan modal bagi petani dan pelaku usaha
pertanian melalui beberapa bentuk skim seperti dana bergulir, penguatan
modal, subsidi bunga, maupun yang mengarah komersial. Dari
perkembangan skim-skim yang dijalankan ada kecenderungan bahwa
pemerintah lebih mengarah pada kegiatan kredit yang memiliki link dengan
perbankan dan sifatnya eksekuting. Beberapa contoh skim kredit yang
mengarah kepada model tersebut di antaranya KKP-E dan KUR yang
diinisiasi dari model SP3 Deptan (Ashari, 2009).
4. Kedit Ketahanan Pangan dan Energi
Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal
pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah
melalui penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas
Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan
commit to user
diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka
tidak tersedia lagi sumber dana dari KLBI, oleh karena itu mulai tahun
2000 telah diluncurkan Skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang
sumber dananya berasal dari Perbankan dengan subsidi suku bunga bagi
petani dan peternak yang disediakan oleh pemerintah.
Dalam perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun
ke tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi). Hal ini mengadopsi upaya mengurangi
ketergantungan energi berbahan baku fosil dan perkembangan teknologi
energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi nabati.
Energi alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu
diintegrasikan dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi
Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Dalam perkembangannya,
KKP-E terus mengalami perubahan dan penyempurnaan, yang meliputi
debitur penerima KKP-E, plafon maksimum per debitur, cakupan
komoditas yang dibiayai dan kebutuhan indikatif masing-masing
komoditas. Penyempurnaan KKP-E ditujukan untuk mendukung ketahanan
pangan nasional dan ketahanan energi sekaligus meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2011).
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) adalah jenis kredit
investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh bank pelaksana kepada
petani/peternak melalui kelompok tani atau koperasi. Pola penyaluran
kredit yang digunakan KKP-E adalah executing dengan sumber pendanaan
100% berasal dari bank sehingga resikonya ditanggung oleh perbankan.
KKP-E bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan
membantu petani/peternak di bidang permodalan sehingga produktivitas
dan pendapatan petani menjadi lebih baik (Bank Indonesia, 2012a).
Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 bank yaitu sembilan bank
umum yang terdiri dari Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga,
Agroniaga, BCA, BII, dan Artha Graha serta 13 Bank Pembangunan
commit to user
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau, dan Nusa Tenggara
Barat. Plafon KKP-E yang dianggarkan secara nasional adalah sebesar Rp
8,806 trilyun yang meliputi untuk sub sektor tanaman pangan sebesar Rp
2,730 trilyun, hortikultura sebesar Rp 725,330 milyar, perkebunan (tebu)
sebesar Rp 2,993 trilyun, peternakan sebesar Rp 2,046 trilyun, dan
pengadaan pangan sebesar Rp 310,830 milyar. Besarnya tingkat bunga
kredit bank untuk KKP-E tebu adalah sebesar 12,25% dan KKP-E lainnya
sebesar 13,25%, sedangkan tingkat bunga kepada peserta KKP-E adalah
sebesar 7% untuk KKP-E tebu dan 5% untuk KKP-E lainnya dengan
subsidi bunga 5,25% untuk KKP-E tebu dan 8,25% untuk KKP-E lainnya.
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dapat diajukan dengan
persyaratan dan ketentuan pokok sebagai berikut:
a. Usaha dan Komoditas yang Dibiayai KKP-E
1) Petani, dalam rangka pengembangan tanaman padi, jagung, kedelai,
ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, koro dan/atau
perbenihan (padi, jagung dan/atau kedelai);
2) Petani, dalam rangka pengembangan tanaman bawang merah, cabai,
kentang, bawang putih, tomat, jahe, kunyit, kencur, pisang, salak,
nenas, buah naga, melon, semangka, pepaya, strawberi,
pemeliharaan manggis, mangga, durian, jeruk, apel dan/atau
melinjo;
3) Petani, dalam rangka pengembangan tebu, pemeliharaan teh, kopi
arabika, kopi robusta dan atau lada;
4) Peternak, dalam rangka pengembangan peternakan sapi potong, sapi
perah, kerbau, kambing/domba, ayam ras, ayam buras, itik, burung
puyuh , kelinci dan atau babi;
5) Kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi, dalam
rangka pengadaan gabah, jagung dan kedelai;
6) Kelompok tani, dalam rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin
commit to user
peternakan meliputi meliputi traktor, power threser, tracer (alat
tebang), corn sheller, pompa air, dryer, vacuum fryer, chopper,
mesin tetas, pendingin susu, biodigester, mesin pembibitan
(seedler), alat tanam biji-bijian (seeder), mesin panen (paddy
mower, reaper, combine harvester), mesin penggilingan padi (rice
miling unit), mesin pengupas kacang tanah (peanut shell), mesin
penyawut singkong, juicer, mesin pengolah biji jarak, mesin
pengolah pakan (mixer, penepung, pelet) dan atau kepras tebu.
b. Petani, Kelompok Tani, dan Koperasi Penerima KKP-E
Petani, kelompok tani, dan koperasi penerima KKP-E harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Persyaratan Petani Penerima KKP-E, antara lain:
a) Petani/peternak/pekebun mempunyai identitas diri.
b) Petani/peternak/pekebun dapat secara individu dan atau menjadi
anggota Kelompok Tani.
c) Menggarap sendiri lahannya (petani pemilik penggarap) atau
menggarap lahan orang lain (petani penggarap).
d) Apabila menggarap lahan orang lain diperlukan surat kuasa/
keterangan dari pemilik lahan yang diketahui oleh Kepala Desa.
e) Luas lahan petani yang dibiayai maksimum 4 (empat) Ha dan
tidak melebihi plafon kredit Rp. 100 juta per
petani/peternak/pekebun.
f) Bagi petani/peternak/pekebun yang mengajukan plafon kredit
lebih dari Rp. 50 juta harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan persyaratan lain sesuai ketentuan Bank Pelaksana.
g) Petani peserta paling kurang berumur 21 (dua puluh satu) tahun
atau sudah menikah.
h) Bersedia mengikuti petunjuk Dinas Teknis atau Penyuluh
Pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta
commit to user
2) Persyaratan Kelompok Tani Penerima KKP-E, antara lain:
a) Kegiatan usaha kelompok dapat dilakukan secara mandiri dan
atau bekerjasama dengan mitra usaha. Apabila kelompoktani
bekerjasama dengan Mitra Usaha agar membuat kesepatan
secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerjasama antara
pihak-pihak yang bermitra;
b) Kelompok tani telah terdaftar pada Balai Penyuluhan Pertanian/
Dinas Teknis terkait setempat;
c) Mempunyai anggota yang melaksanakan budidaya komoditas
yang dapat dibiayai KKP-E;
d) Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, paling
kurang ketua, sekretaris dan bendahara;
e) Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh
anggota.
3) Persyaratan Koperasi Penerima KKP-E, antara lain:
a) Berbadan hukum;
b) Memiliki pengurus yang aktif;
c) Memenuhi persyaratan dari Bank Pelaksana;
d) Memiliki anggota yang terdiri dari petani/peternak/ pekebun;
e) Memiliki bidang usaha di sektor pertanian.
c. Mitra Usaha dalam Pelaksanaan KKP-E
Mitra usaha dalam pelaksanaan KKP-E harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Berbadan hukum dan memiliki usaha terkait dengan bidang
tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, dan atau di
bidang pengolahan energy lain;
2) Bermitra dengan petani/kelompoktani/Gapoktan dan atau koperasi.
Jika mitra usahanya koperasi harus bermitra dengan petani/
kelompoktani/ Gapoktan;
3) Bertindak sebagai penjamin pasar dan atau penjamin kredit (avalis)
commit to user
koperasi, kesepakatan antara petani/kelompok tani/Gapoktan
dengan mitra usaha dibuat secara tertulis dalam bentuk perjanjian
kerjasama sesuai kesepakatan pihak-pihak bermitra.
(Kementerian Pertanian, 2012).
5. Peranan Perbankan dalam Pembiayaan Usaha Tani
Mayoritas petani di Indonesia lebih percaya dan lebih yakin dengan
menggunakan sumber modal dari keluarga atau pedagang dibandingkan
dengan kredit yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga resmi pemerintah.
Kredit yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga resmi pemerintah
dianggap berbelit-belit dalam pengurusan administrasinya. Meski demikian
secara ekonomis, penggunaan modal dari keluarga atau pedagang ini lebih
merugikan bagi petani karena pembagian keuntungan cenderung lebih
besar daripada bunga bank. Sedangkan tujuan utama dari kredit yang
dikeluarkan oleh bank dan lembaga resmi pemerintah adalah membebaskan
petani dari rentenir dan sistem ijon (Daniel, 2002).
Dukungan yang diberikan oleh perbankan selama ini lebih
ditekankan pada pengembangan usahanya dalam rangka pembangunan
pertanian secara menyeluruh. Dukungan tersebut disesuaikan dengan fungsi
bank sebagai institusi sebagaimana diatur dalam UU Perbankan No. 10
Tahun 1998 dari perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa
“Bank merupakan badan usaha yang dalam kegiatan pokoknya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Berdasarkan pengertian bank menurut UU Perbankan tersebut terlihat
bahwa peran strategis yang dapat dilakukan oleh perbankan dalam
mendukung pembangunan pertanian terletak pada komitmen perbankan
untuk memberikan dukungan finansial atau pembiayaan usaha terutama di
sektor agribisnis (Sanim, 2008).
Bank Rakyat Indonesia sebagai lembaga pembiayaan yang dikenal
commit to user
dalam mendorong pengembangan pertanian dengan menerapkan kebijakan
pembiayaan di sektor agribisnis. Peran BRI dalam membangun agribisnis
nasional ini tidak terlepas dari keprihatinan kondisi di lapangan, dimana
secara mikro sebagian pelaku usaha pertanian masih memiliki aksesibilitas
yang rendah terhadap sumber-sumber permodalan. Hal ini terkait dengan
berbagai faktor di antaranya tidak dapat menyediakan agunan fisik ataupun
pihak-pihak lain yang dapat menjamin di samping biaya transaksi pinjaman
yang dinilai sangat tinggi. BRI sebagai lembaga pembiayaan nasional
tergerak untuk langsung berkontribusi memajukan agribisnis nasional. Hal
ini didasarkan juga pada fungsi perbankan sebagai penunjang pertumbuhan
sektor agribisnis dengan memberikan pendanaan di tingkat hulu (
bio-technology), pertanian (on farm), hilir (industry), maupun di sektor
penunjang (Aviliani, 2008).
6. Hubungan Kredit dengan Peningkatan Pendapatan Petani
Kredit sebagai sumber permodalan memiliki peran dalam
peningkatan pendapatan petani. Menurut Daniel (2002) pentingnya peran
kredit disebabkan karena modal merupakan faktor produksi non alami yang
persediaannya terbatas terutama di negara-negara sedang berkembang.
Kemungkinan untuk memperluas lahan pertanian pun relatif kecil. Di
samping itu, dengan persediaan tenaga kerja yang melimpah, cara yang
paling mudah dan paling tepat untuk memajukan pertanian adalah dengan
memperbesar penggunaan modal. Prinsip inilah yang menjiwai usaha
intensifikasi pertanian di Indonesia dengan penggunaan bibit unggul baru,
obat pemberantasan hama dan penyakit, penggunaan pupuk yang lebih
banyak, serta investasi di bidang pengairan. Metode yang demikian
membutuhkan modal yang besar.
Keterbatasan modal adalah salah satu masalah utama yang dihadapi
masyarakat pedesaan mengingat modal merupakan faktor penting dalam
mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan
yang pada umumnya berprofesi sebagai petani, pedagang kecil, dan usaha
commit to user
nasabah memperoleh tambahan modal untuk meningkatkan kegiatannya.
Peningkatan realisasi kredit bagi setiap nasabah memungkinkan
kesempatan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatannya yang
semakin besar dibandingkan tanpa adanya kredit (Manurung, 1996).
C. Kerangka Berpikir
Pertanian merupakan suatu sektor yang memiliki peran penting dalam
pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pertanian adalah salah satu sektor
penghasil devisa dan penyerap tenaga kerja terbesar. Pembangunan ekonomi
pedesaan sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional,
keberhasilannya banyak di sokong oleh kegiatan usaha tani atau usaha di
bidang pertanian. Faktor produksi merupakan hal yang wajib dicurahkan
untuk mendukung usaha tani. Faktor produksi meliputi faktor produksi alam,
tenaga kerja, modal, dan manajemen. Curahan faktor produksi akan
menghasilkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam usaha tani. Dari
produksi usaha tani dihasilkan penerimaan. Pendapatan merupakan selisih
antara penerimaan dan biaya.
Pada penelitian ini dianalisis pendapatan dari petani pengguna KKP-E
dan petani bukan pengguna KKP-E. Hal yang membedakan antara keduanya
adalah penggunaan KKP-E sehingga terdapat tambahan biaya untuk bunga
pinjaman. Penambahan modal sebagai salah satu faktor produksi dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan usaha tani. Modal yang digunakan oleh
petani meliputi modal sendiri dan modal yang berasal dari luar seperti modal
pinjaman atau kredit. Berbagai skim kredit ditawarkan kepada petani oleh
lembaga-lembaga keuangan, baik lembaga keuangan formal maupun non
formal. Lembaga keuangan formal meliputi bank umum, BPR, dan koperasi.
Salah satu bank umum yang menawarkan kredit pertanian adalah Bank Rakyat
Indonesia (BRI). Berbagai macam skim kredit pertanian dapat diakses oleh
petani, antara lain Kedit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Umum Pedesaan
(KUPEDES), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi
Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), dan Kredit
commit to user
oleh petani melalui kantor cabang BRI adalah KKP-E. Berdasarkan
pendapatan yang ada dianalisis pendapatan petani yang menggunakan KKP-E
dan pendapatan petani yang tidak menggunakan KKP-E sehingga didapatkan
pengaruh KKP-E terhadap peningkatan pendapatan petani. Menurut
Mardikanto (2008) salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian
adalah tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat (petani) yang hidup di
pedesaan. Kerangka berpikir dapat digambarkan dengan bagan dalam Gambar
2.1 seperti berikut.
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Petani
Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani
Menggunakan KKP-E Tidak Menggunakan KKP-E Usaha Tani
Faktor Produksi: · Alam
· Tenaga Kerja · Modal
- Modal sendiri - Modal KKP-E · Manajemen
Penerimaan Produksi