• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tenun Timor Memberdayakan Perempuan Tolfeu sebagai Konseling Imajinasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tenun Timor Memberdayakan Perempuan Tolfeu sebagai Konseling Imajinasi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

46

BAB III

TENUN TIMOR DALAM KEHIDUPAN KELOMPOK TOLFE’U

Nusa Tenggara Timur sangat terkenal dengan kehidupan budaya yang masih terjaga

sampai saat ini.Salah satunya adalah bentuk kesenian yang terdapat pada tenun itu sendiri yang

merata diseluruh wilayah Nusa Tenggara Timur. Terkhusunya pada penulisan ini, akan diangkat

tenunan yang berasal dari daratan Timor. Di pulau Timor sendiri sangat terkenal dengan tenun

Timor yang sampai saat ini masih menjadi simbol budaya masyarakat setempat.Kelompok

Tolfe’usendiri merupakan salah satu dari sekian banyak kelompok tenun yang tersebar di daratan

pulau Timor.Pengelompokan-pengelompokan ini atas dasar territorial penyebaran tenun di pulau

Timor.Kelompok Tenun Tolfe’u sendiri berada dalam batas wilayah Kabupaten Kupang.Pemilihan kelompok tenun Tolfe’u sendiri atas dasar nilai-nilai budaya yang masih

dipegang erat dalam proses atau pemaknaan tenun Timor itu sendiri dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada bab tiga ini akan dijelaskan 3 bagian pokok yang terdiri dari: Pertama, tentang hasil

penelitian yang meliputi lokasi dan gambaran umum kelompok Tolfeu, kedua deskripsi asal usul

tenun Timor dan Ketiga, proses terbentuknya motif tenun Timor dikelompok Tolfe’usebagai

bentuk proses konseling.

1. Gambaran Umum Kabupaten Kupang

Secara georafis maka Kabupaten Kupang terletak di antara 9º19 – 10º57 Lintang Selatan

dan 121º30 – 124º11 Bujur Timur. Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan

di Negara Republik Indonesia.1Kabupaten Kupang dibentuk pada tanggal 20 Desember

1

(2)

47

1958,berdasarkan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Tingkat II dalam Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tersebut maka wilayah Kabupaten Kupang

meliputi Pulau Timor, pulau Semau, pulau Rote, pulau Ndao, pulau Sabu dan pulau Raijua serta

pulau kecil lainnya.Pada tahun 1977 terjadi peningkatan status Kota Kupang yangmerupakan

ibukota Kabupaten Kupang sebagai kota administratif yang meliputi 2 kecamatan yaitu

Kecamatan Kupang Utara dan Kecamatan Kupang Selatan Pada tahun 1996 berdasarkan

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996kota Administratif Kupang ditingkatkan menjadi wilayah

otonom dengan status Kotamadya terdiri dari 4 wilayah kecamatan (pemekaran dari 2 kecamatan

yang lama ditambah dengan beberapa desa dari kecamatan Kupang Barat dan kecamatan Kupang

Tengah) sehingga wilayah Kabupaten berkurang menjadi 17 kecamatan.2

Gambar (1) Peta Kabupaten Kupang

Sumber : Internet

Di Kabupaten Kupang umumnya beriklim tropis dan kering dimanamusim hujan sangat

pendek yaitu 3-4 bulan saja, sedangkan musimkemarau 8-9 bulan.Musim hujan yang sangat

2

(3)

48

pendek itu hanyaterjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret yaitu terjadi di Semau dengan

curah hujan terendah dan tertinggi terjadi didaratan Amfoang. Kondisi iklim ini tentunya

berpengaruh padapola bercocok tanam dan bertani masyarakat Kabupaten Kupang di mana

hanya 3,46 persen atau 18.787 Ha dari luas wilayahKabupaten Kupang merupakan tanah sawah

kering dan 96,54persen atau sekitar 523.610 Ha merupakan tanah kering dalampekarangan atau

tegalan. Tekanan udara berkisar antara 1.009,1milibar, arah dan kecepatan angin mencapai 9

knot/jam dan suhuudaranya berkisar antara 27C, dengan kelembaban udara ratarata75 persen.3

Masyarakat Kabupaten Kupang terdapat 2 (dua) suku besar yang adayaitu suku Helong

dan suku Atoni. Suku Helong berasal dari wilayahKupang Barat dan pulau Semau sedangkan

suku Atoni berasal dariwilayah Amarasi, Amfoang, Kupang Timur, Kupang Tengah, danFatuleu,

namun diantara ke 2 suku besar terdapat suku-sukukecil yang sudah bertahun-tahun menempati

kecamatan sepertiKacamatan Sulamu yaitu suku Rote dan juga suku-suku kecil lainnyayang

merupakan suku pendatang yaitu suku Bajo di Sulamu danKupang Barat.Setiap suku yang

mendiami wilayah Kabupaten Kupang memilikibahasa daerah sebagai alat komunikasi dan

digunakan oleh setiapsuku dalam berinteraksi, melakukan kegiatan-kegiatanritual/keagamaan,

upacara/pesta adat dan lain sebagainya. WilayahAmfoang dan Fatuleu menggunakan bahasa

Dawan dialek ”L”, wilayahKupang Barat dan Semau menggunakan bahasa Helong,

sedangkanKecamatan Sulamu menggunakan bahasa Rote.Sedangkan untuk kesenian daerah

sendiri sering digunakan oleh setiap suku dalammelaksanakan acara-acara ritual/keagamaan,

upacara adat, pestaperkawinan, penyambutan tamu, dan lain sebagainya.

Jenis-jenistarian daerah Kabupaten Kupang adalah tarian Bonet, Bidu dantarian

perang.Selain tarian daerah yang beragam, lagu daerah jugamenjadi bagian dari kekayaan

3

(4)

49

kesenian di wilayah KabupatenKupang. Lagu daerah di Kabupaten Kupang yaitu Ina Noi, Ina

Ro,Kol.Kit dan Moni Jo sedangkan alat musik yang sering dipakai untukmengiringi lagu dan

tari-tarian dalam upacara perkawinan ataupun acara adat lainnya adalah Gong, Tambur, Suling

Bambu, Suling Kayu(feku), Suling Kerang, Gitar Kampung/Juk/Okulele dan

Biola/Fiola.Diantara kesenian tradisional ada juga beberapa kesenian daerahseperti Lingae,

Kebalai, Koakiku dan Rabeka hanya terdapat di daerahAmarasi, Semau dan Sulamu.Sedangkan

untuk kesenian dalam bentuk tenun yang berasal dari wilayah Kabupaten Kupang memilikimotif

yang beragam dengan warna menarik.Jenis Tenun Ikat sukuAtoni daerah penyebarannya di

wilayah Amfoang, dan Fatuleu dan salah satunya adalah kelompok Tolfe’u.4

1.1 Gambaran Umum Kelompok Tenun Tolfeu

Kelompok tenun Tolfe’u sendiri berada dalam batas wilayah Fatuleu Tengah dengan ibukota kecamatan yaitu Oelbiteno.Di sana terdapat4 desadan kelompok tenun Tolfe’usendiri termasuk salah satu desa yaitu desa Nunsaen. Jumlah penduduk Fatuleu Tengah sebanyak 5.598

jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.746 jiwa dan perempuan 2.852 jiwa dengan luas wilayah

99,50 km².5Dalam wilayah desa Nunsaen sendiri jumlah laki-laki kurang lebih 1.070 jiwa dan

perempuan kurang lebih 1.150 jiwa.6 Namun yang bergabung dalam kelompok tenun Tolfe’u sendiri terdiri 40-anperempuan yang masih aktif menenun sampai pada saat ini.Sebenarnya

jumlah penenun yang ada di desa Nunsaen sangat banyak namun mereka lebih memilih untuk

menenun sendiri di rumah.Di desa Nunsaen sendiri dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.000

jiwa, hanya 89 orang yang bekerja di instansi pemerintahan seperti PNS, POLRI atau

TNI.Sebanyak 524 orang memilih bekerja sebagai petani dan sisanya tidak memiliki

4

Profil Daerah Kabupaten Kupang 2013,40-41

5

Profil Daerah Kabupaten Kupang 2013, 39

6

(5)

50

pekerjaan.7Menenun sendiri tidak anggap sebagai sebuah pekerjaan atau mata pencaharian tetap

oleh pemerintah.Padahal jumlah penenun hampir kira-kira 568 rumah tangga yang dipilih oleh

perempuan Nunsaen.

Terbentuknya kelompok tenun Tolfeusendiri atas inisiatif dari Nehemia Ottu sebagai

kepala suku di daerah tersebut sebagai sebuah bentuk keprihatinan. Sebelumnya

perempuan-perempuan di sana menenun secara individu di rumah-rumah mereka sendiri. Akibatnya adalah

banyak penenun yang harus gulung tikar karena usaha yang mereka rintis tidak dapat dilanjutkan

karena kendala ekonomi dan juga aksi dari pada tengkulak tenun.Para pengepul biasanya

memainkan harga tenun seenaknya mereka dan ini sangat merugikan para penenun.Tetapi

mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka perlu modal kembali untuk menenun.Masalah

lain yang dihadapi oleh para penenun di desa Nunsaen adalah kurangnya pemberdayaan.

Akibatnya uang yang dihasilkan dari penjualan tenun pada hari ini akan habis tanpa jejak. Baik

itu digunakan untuk membayar hutang atau kebutuhan rumah tangga dan lain-lain.Tolfeusendiri

artinya masyarakat, keluarga atau anggota baru. Dari penggunaan namaTolfeu adanya harapan

bahwa terjadinya perubahan dari para penenun.8Sebelumnya mereka menenun hanya sebatas

menenun untuk memenuhi kebutuhan adat tetapi sekarang mereka dilatih menjadi penopang

ekonomi keluarga.Selain itu perempuan-perempuan penenun ini disatukan menjadi sebuah

kesatuan dengan harapan mereka dapat bertumbuh dan mempertahankan tradisi seni budaya

Timor melalui tenun.

Penduduk asli Nunsaen adalah suku Dawan atau Timor maka dari itu tenun yang

dikembangkan dalam kelompok Tolfeu adalah tenun Timor.Dari hasil pengamatan dan

7

Kecamatan Fatuleu Tengah Dalam Angka 2017, 22-24

8

(6)

51

wawancara kebanyakan perempuan penenun Tolfeu tidak menyelesaikan pendidikan pada

sekolah dasar.Maka dari itu konsekuensinya mereka harus terus menenun. Begitu juga dengan

laki-laki di sana banyak tidak menyelesaikan sekolah dasar mereka. Menenun dan berkebun

adalah pekerjaan utama Masyarakat di sana. Namun dengan berdirinya kelompok tenun Tolfeu,

Nehemia Ottu mengharapkan bahwa pendidikan tidak menjadi batasan untuk warga Fatuleu

dapat berkarya dalam budaya.9 Nehemia Ottu sebagai kepala suku dan juga sekaligus menjabat

sebagai ketua dari kelompok tenun Tolfeumemiliki peran krusial di mana beliau menjadi

penyambung antara penenun dan pemerintah sehingga kelompok ini bisa mendapatkan subsidi

dana.

Saat ini para penenun Tolfeu, memiliki tempat kerja seperti sebuah bangunan lopo yang

lumayan besar.Lopo tersebut dapat menampung kurang lebih 15-20 penenun dalam sekali

pakai.Pengerjaan tenun sendiri biasanya dilakukan tidak pada waktu yang ditentukan, tetapi

sesuai dengan kapan pekerjaan perempuan di rumah beres. Pukul 10 pagi sampai jam 3 sore

adalah waktu yang biasa para penenun Tolfeu abiskan bersama untuk menenun. Sekitar 6-10

orang pada hari biasanya berkumpul untuk menenun atau bahkan pada waktu-waktu tertentu

seperti upacara adat mereka akan berkumpul bersama untuk menenun. Jika mereka merasa

kesepian ketika menenun di rumah maka lopo tersebut menjadi tempat meghilangkan kejenuhan

mereka dengan bertemu teman-teman yang lain. Para penenun ini tidak mengenal hari libur

kecuali hari Minggu karena mereka menyempatkan waktu ke Gereja. Ketika musim panen kapas

tiba mereka akan berbondong-bondong ke kebun kapas untuk memanen secara bersamaan.

Siklus semacam ini terus mereka lakukan sampai saat ini.Ketahanan perempuan Tolfeu sungguh

luar biasa dikala berbagai ancaman datang dari luar tetapi mereka terus bertahan untuk menenun.

9

(7)

52

2. Asal Usul dan Pemaknaan Tenun di Timor

Sekalipun Timor merupakan salah satu pulau pulau kecil di Indonesia, di daerah ini

terdapat sejumlah bahasa daerah yaitu: bahasa Timor yang biasa disebut bahasa Dawan atau

Antoni, bahasa Helong, Tetun, Guloli, Mambai, Bunak dan Kemak. Di pesisir pantai sepanjang

teluk Kupang (Kupang-Oesapa Oesao-Sulamu) karena ada perpindahan penduduk dari Rote

Sekitar abad ke 17 dan 18, mereka menggunakan bahasa Rote. Orang Timor dibekas kerajaan

Miomafo, Insana dan Beboki, sekarang Kabupaten Timor Tengah Utara), menyebut dirinya

Atoni Pah Metoyang berarti orang dari tanah kering. Hal ini memberi petunjuk tentang pemilikan

budaya dan kebiasaan, mereka menghindar dari laut dan pantai.Latar belakang pemerintahan

pulau Timor diwarnai dengan dua ciri di mana bagian barat pulau Timor adalah bekas jajahan

Belanda, sampai dengan tahun 1945.

Bagian Timur dijajah oleh Portugis sampai dengan akhir tahun 1975.Orang Belanda

masih berperan dalam pembentukan budaya, sedangkan orang Portugis tidak menyentuh aspek

budaya tekstil tradisional dan membiarkan berkembang sendiri.Menurut asal usul dalam tesis

H.G. Sculte Nordholt disebutkan bahwa Atoni Pah Meto (orang Dawan)pada waktu lalu tidak

mengetahui nama-nama ikan, akibatnya mereka tidak menangkap ikan dan tidak berlayar.Selain

itu keadaan tanah yang kurang subur menyebabkan teknologi pertanian kurang maju

pesat.Pengolahan tanah hanya dengan menggunakan kayu untuk mengembangkan tanah supaya

dapat menanam padi, jagung, labu dan kacang-kacangan.Pekerjaan ini biasanya dilaksanakan

dalam kelompok.10Biasanya dalam pekerjaan diluar rumah seperti atau berkebun dilakukan oleh

laki-laki.Seperti yang dikatakan Nehemia Ottu bahwa pembagian kerja antara laki-laki dan

10

(8)

53

perempuan sangat jelas, di mana laki-laki diharuskan bekerja di kebun dan perempuan harus di

rumah untuk menenun dan ini adalah perintah leluhur orang Timor.11 Secara tidak sadar

perempuan Timor sudah “terhipnotis” dengan hal ini akibatnya mereka tidak mau memilih

pekerjaan lain selain berkebun dan menenun.Bagi masyarakat Timor pada awalnya sebelum

mengenal pendidikan memaknai berkebun dan menenun sebagai panggilan hidup mereka.Hal ini

yang juga dipahami oleh perempuan penenun Tolfeu.

Menurut asal-usul, lahirnya tenun Timor sendiri tidak diketahui secara pasti.Namun dari

berbagai narasi yang dibawa secara lisan menggambarkan bahwa tenun sudah ada ketika

manusia pertama berada di tanah Timor untuk melindungi dari panas dan dingin.Masih teringat

dengan jelas oleh masyarakatbahwa warisan budaya Timor dari dulu hingga saat ini bagi

perempuan adalah menenun.Hal ini bisa terlihat dari siklus awal kehidupan sampai kematian dari

orang Timor.Di mana menurut Nehemia Ottu bahwa sejak kelahiran seorang anak perempuan

maka langsung dikaitkan dengan penerus penenun.12 Plasenta bayi perempuan akan ditanam

dikebun kapas. Dengan maksud ketika bayi itu tumbuh akan menjadi penenun yang mahir

menggunakan kapas. Kemudian para kerabat dan keluarga akan memberikan hadiah berupa ike

suti atau alat pemintal benang kepada keluarga bayi perempuan. Tujuannya bahwa ike suti ini

akan menjadi sumber kehidupan bagi bayi perempuan tersebut. Bagi masyarakat Timor tak

terkecuali penenun Tolfeu bahwa ike suti adalah barang paling penting dan berharga. Ike suti

adalah alat paling krusial dalam proses menenun karena akan menghasilkan benang dari kapas

yang kualitasnya bagus. Semakin bagus memintal kapas menggunakan ike suti maka benang

11

Hasil wawancara dengan NO Sebagai Pimpinan Kelompok Tenun Tolfe’u pada 25 Agustus 2017

12

(9)

54

yang akan dihasilkan lebih baik dan halus sehingga mempengaharui olahan tenun.13 Maka dari

itu asal usul tenun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ike suti.

Cara menenun tidak hanya jauh berbeda dengan daerah lainnya.Tenunan asli Timor

adalah tenunan yang berasal dari kapas di mana kapas ditanam bersama-sama jagung di

kebun.Apabila menggunakan kapas alam, maka pintalan tradisional di kampung-kampung

biasanya dikerjakan oleh beberapa wanita di mana berkumpul dan bergotong royong

mengerjakan kapas bersama sampai selesai pemintalnya menjadi benang.Seperti yang dilakukan

oleh kelompok tenun Tolfe”u.14 Penggunaan bahan kapas sendiri membuat tenun kelompok

Tolfeu lebih menarik dan lebih kental dengan ekspresi perempuan.Hal ini dikarenakan proses

yang memakan waktu yang lama dalam penggunaan kapas. Dari awalnya menanam,

membersihkan, lalu membuat kapas menjadi benang bukanlah suatu pekerjaan yang

mudah.Tetapi mereka melakukan itu dengan sepenuh hati.Tetapi perempuan Tolfeu mendalami

setiap proses tenunan itu dengan sukacita.

Pada permulaan abad ke 20 dengan majunya perdagangan tekstil impor mulai dikenal

luas.Karena itu harganya relatif murah dan penduduk setempat mulai menggunakan pakaian

impor secara luas. Raja dan pemimpin suku mulai menggunakan jas hitam model Eropa dan

India dengan kancing tutup di leher sebagai simbol kedudukan terhormat. Biasanya

menggunakan daster batik untuk ikat kepala ditambah hiasan-hiasan uang emas, perak dan merja

(muti).Makin banyak hiasan-hiasan uang emas yang dipakai menunjukan makin tinggi status

ekonomi dan kemasyarakatannya sehingga mereka disegeni dan dihormati.Pada waktu

pendudukan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942-1945 dan masa peralihan yaitu permulaan

13

Hasil wawancara dengan JT pada 25 Agustus 2017

14

(10)

55

revolusi kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1945-1948 impor barang dagangan mulai

terhenti.Maka dari itu masyarakat mulai menanam kapas di kebun mereka untuk membuat

benang sebagai bahan pakaian.15

Produksi tenun ikat asli Timor mulai berkembang lagi pada masa ini. Setelah tahun 1950

sampai pertengahan 1965 perekonomian mulai pulih dan penduduk menggunakan tekstil impor

yang dijual sampai ke desa-desa oleh para pedagang Cina. Pada saat ini mereka memperkenalkan

bahan pewarnaan tekstil sintesis yaitu Wantex yang mudah cara pencelupannya dan harganya

murah walaupun sangat mudah luntur. Demikian pula diperkenalkan benang sutra, namun

sebagian daerah setempat lebih senang menggunakan benang kapas buatan pabrik yaitu di

wilayah yang menggunakan tenun ikat.Untuk wilayah yang menggunakan seni tenun sotis atau

songket dengan menggunakan benang lungsin dan bahan pakan tambahan mereka menggunakan

benang sutra.Hal ini tampak di sebagian wilayah kecamatan Insana di Kabupaten TTU desa

Manlea dan Fatuketi dan Kabuna di Kabupaten Belu.

Sekitar tahun 1965-1967 situasi kelesuan ekonomi melanda Wilayah Timor juga,

sehingga masyarakat mulai kembali kepada usaha penanaman kapas.Sekarang ini dengan

kemajuan perekonomian tenun ikat mulai mundur produksinya, terdesak oleh tekstil pabrik.

Usaha kantor perindustrian berupa pengenalan bahan pewarna tekstil reaktif kimia yang relatif

kurang luntur mulai dijalankan secara sporadis. Mulai memperkenalkan warna-warna yang

sering dipandang dari warna tradisional.Warna kain pabrik bagi tenunan yang diperkenalkan

adalah merah muda, hijau muda, ungu, hitam yang berbeda penampilan corak warnanya. Bahan

pewarna ini tidak dijual di toko-toko dalam ukuran kecil sehingga penduduk yang ingin

menggunakannya membawa benang ikat atau futus yang telah dibuat gambarnya dibawa ke

15

(11)

56

kantor perindustrian kabupaten di Kupang, Atambua, Waingapu dan Ende untuk dicelup atau

diwarnakan. Akhirnya timbul suatu ketergantungan dalam penyebaran terbatas warna reaktif

kimia ini.16

Pada sejarahnya menenun merupakan kerja sambilan terutama di musim kemarau.Pada

musim hujan kaum perempuan ikut kerja pertanian dan juga musim kemarau bila diperlukan

tenaganya untuk kerja kebun gotong royong dan lain-lain membantu suami.17Tetapi ini sudah

tidak lagi berlaku, sehingga ada pergeseran konsep.Pada garis besarnya seorang ibu rumah

tangga akan berusaha menenun setelah mengambil air pagi dan sebelum makan siang. Sementara

itu masih terganggu oleh tugas mengurus anak dan sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Ance

Nenabu bahwa dia akan menenun setelah urusan rumah selesai, dengan mengurus suami dan

anak terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan menenun.18Urusan domestik yang dilaksanakan

perempuan semacam ini patut diapresiasi karena mereka harus berjuang di dalam rumah dan juga

berjuang mencari nafkah di luar rumah.Bahkan masalah dapur yang terus berasap adalah

tanggung jawab perempuan.Ini menjadi tekanan psikologis yang sangat berat bagi perempuan.

Tetapi mereka tidak membawa masalah dalam area domestik ke pekerjaan menenun, mereka

akan menyimpan dalam hati karena akibatnya akan fatal.19Jika masalah rumah tangga dibawa ke

proses menenun maka masyarakat di sana mengganggap bahwa perempuan tersebut tidak becus

dalam mengurus rumah.

Dalam perkembangannya tenun sebagai barang seni dapat dikomsumsi

sendiri.meliputikebutuhan sehari-hari, maupun kebutuhan adat.Tenun yang memiliki tata nilai

16Jes Therik,

Tenun Ikat Dari Timur,54

17

Hasil wawancara dengan NO pada 25 Agustus 2017

18

Hasil wawancara dengan ANpada 24 Agustus 2017

19

(12)

57

yang spesifik berdasarkan pengalaman dan ekspresi perempuaacap kali sulit menetapkan harga

standar.Bahkan tenunan yang mirip sekalipun dalam pembuatan motif oleh dua perempuan dari

Tolfeu, pastilah tenunan itu tidak sama. Hasil karya seorang penenun akan sangat berbeda

karyanya dalam beberapa hari perbedaan waktu dalam masa pembuatannya.Akan tetapi

perempuan penenun memberi nilai bagi setiap selimut atau sarung yang dikerjakan, sedang orang

modern menghitungnya dengan harga.Hal ini merupakan suatu hal yang sulit dipertemukan

dalam masyarakat tradisional. Perbandingan nilai adat pada satu selimut tenun, sama dengan

nilai seekor kerbau atau sapi tua yang tanduknya panjang-panjang atau sama dengan gading

gajah.

Baik orang Timor, Rote, Sabu, Sumba dan Flores mereka mengukur standar nilai hewan

bukan berdasarkan berat bobot badannya tetapi umurnya yang secara visual mudah dilihat dari

panjang tanduknya.Jadi makin panjang tanduknya makin tinggi nilai adatnya, dan makin

terhormat keluarga yang memilikinya.Masyarakat modern mengukur hal ini dengan data

kuantitatif misalnya berapa kilogram berat seekor kerbau yang ditimbang hidup, kemudian

diadakan tawar menawar dalam satuan uang.20Permasalahan ini yang menjadi faktor utama

seorang penenun kelompok Tolfe’u berada dalam belenggu kemiskinan sampai pada saat ini. Seperti yang diutarakan oleh Yosina Nomleni bahwa mereka membuat sebuah selimut tenun

dengan segenap hati penuh dengan pengorbanan dengan waktu yang tidak sedikit namun ketika

mereka terdesak memerlukan uang untuk biaya sehari-hari maka mereka rela menjual hasil tenun

mereka dibawah rata-rata yang seharusnya.21

20

Jes Therik, Tenun Ikat Dari Timur, 55

21

(13)

58

Dalam tenunan terselip sejumlah pesan spiritual yang menyangkut pandangan hidup dan

kepercayaan masyarakat setempat. Kepercayaan ini dijelmakan dalam lambang-lambang dan

diperindah susunannya menjadi ornament yang serasi. Kekhasan buah pikiran dan cita-cita suku

bangsa dalam karya seni budaya yang mereka pelihara beberapa generasi, menempatkan posisi

tenunan tradisional kawasan Timor sebagai karya yang layak dan patut dihargai.Banyak orang

heran dan kagum bahwa budaya etnis seni tenun hidup dan berkembang di alam yang keras

tantangannya, namun telah menghasilkan kreativitas seni yang mempunyai keindahan

tersendiri.Hal ini menjadi petunjuk bahwa ternyata mutu seni yang indah dapat saja tumbuh dan

terpelihara dalam lingkungan yang keras.Sehingga menurut penuturan Norce Koebanu, yang

bertahan untuk menenun sampai saat ini sudah sangat berkurang, karena perempuan-perempuan

itu merasa tidak mampu melakukan pekerjaan ini sepanjang umur mereka akibatnya banyak yang

meninggalkan pekerjaan menenun dan memilih pekerjaan lain di kota Kupang atau diluar

daerah.22Menenun bukanlah saja masalah pelestarian budaya Timor saja namun sudah

menyangkut holistik kehidupan perempuan setiap hari ditambah dengan gempuran zaman

modern.

Tenunan tradisional oleh kelompok Tolfeu bukan merupakan hasil suatu lingkungan yang

indah dan nyaman.Melainkan karya seni tenunTolfeu yang mengagumkan ini diciptakan dalam

lingkungan yang diwarnai perjuangan hidup yang keras di lingkungan alam yang tidak terlalu

ramah.Namun jiwa masyarakat setempat selalu bekerja keras menggapai sesuatu yang dirasakan

nya lebih indah dari yang dialaminya sehari-hari.Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya

menikmati musim hujan yang pendek, empat bulan dalam setahun.Delapan bulan hidup dalam

musim kemarau, hidup dalam hembusan angin yang kencang.Seluruh rakyat petani sederhana

22

(14)

59

mengolah tanah berbatu karang dalam lingkungan savanna dan stepe23, yang miskin dengan

lapisan permukaan tanah yang gembur karena selalu menderita pengikisan alamiah yaitu erosi air

dan angin.24Kondisi ini membuat perempuan penenun harus memiliki daya tahan fisik dan

mental yang kuat.Jika hanya salah satu saja yang mendominasi maka tenun Timor sudah lama

punah.Daerah kering seperti Timor menjadikan masyarakat “keras” dalam mengelola kehidupan

tetapi ini tidak berlaku dalam konsep perempuan penenun.Para perempuan penenun dengan

bijaksana melihat kondisi alam sebagai sebuah bentuk kebaikan Tuhan kepada mereka.25

Menenun adalah cara terbaik bersatu dengan alam.

Kawasan Timor tempat perkembangan tenun ikat yang asri ini berdiam suku bangsa yang

masih hidup dekat dengan alam.Naluri perempuan Tolfeu untukmenyesuaikan diri dengan alam

sangat kuat.Dibumbui dengan penghormatan, ketakutan dan keseganan terhadap leluhur atau Uis

Neno dan Uis Pah,26 yang dipandang mungkin dapat menolong manusia menghadapi kekerasan

alam nyata. Naluri seni bangkit dan menjelmakan diri dalam ornament yang bersifat magis.

Maka dari itu menurut Yosina Nomleni, seorang perempuan Timor diwajibkan menenun karena

bentuk pertanggungjawaban kepada Uis Neno dan Uis Pah yang sudah memberikan mereka

kehidupan dan alam.27 Bagi perempuan Timor jika mereka tidak melakukan aktifitas menenun

maka mereka akan jatuh sakit.28Sebuah pola pikir yang berbeda dengan masyarakat pada

umumnya di mana manusia harus memiliki waktu istirahat setelah sekian lama bekerja.Tetapi ini

tidak berlaku bagi perempuan penenun karena bagi mereka menenun adalah bekerja dan

menyembuhkan. Jika tidak menenun mereka akan memiliki tingkat stress lebih tinggi karena

23 Stepe adalah sebuah daratan tanpa pohon yang menjadi ciri khas daratan Timor

24

Jes Therik, Tenun Ikat Dari Timur,91

25

Hasil Wawancara dengan RL pada 24 Agustus 2017

26

Uis Neno menurut kepercayaan orang Timor adalah “Yang Tertinggi” sedangkan Uis Pah adalah peguasa bumi atau alam semesta.

27

Hasil Wawancara dengan YN pada 24 Agustus 2017

28

(15)

60

tidak bisa meluapkan emosi yang mereka simpan. Proses menenun sangat membantu mereka

terhindar dari sakit penyakit akibat dari stres.

Ada pula yang menarik dalam kehidupan orang Timor di mana figur hewan misalnya

cecak atau biklusu disegani oleh masyarakat Timor. Pada umumnya masyarakat Timor di

kampung-kampung sampai sekarang dapat membatalkan kesepakatan adat, jual beli barang dan

sebagainya apabila pada saat yang samamereka mendengar suara cecak. Apabila dilanggar

menurut kepercayaannya mereka khawatir akan mendapat bencana. Karena itu figur cecak

diungkapkan dalam karya seni tenun ikat masyarakat Timor, agar orang selalu mengingat dan

tidak melanggar kebiasaan dan aturan adat.29Di sini nampak perpaduan kepercayaan orang Timor

dengan seni tenun tradisional.Nampak jelas naluri dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

alam sekitar yang dihayati dan disalurkan untuk menggapai karya seni tenun yang memiliki jiwa,

pesan, keindahan mutu yang khas.Selain cecak yang menjadi hewan sakral orang Timor ada juga

burung yang menjadi primadona motif dalam tenun orang Timor. Masyarakat Timor percaya

bahwa orang sudah meninggal akan reinkarnasi kedalam tubuh burung sehingga sebagai bentuk

penghormatan orang Timor, motif burung dituangkan dalam balutan benang yang indah. Ini

dipercaya bahwa keluarga terdekat mereka yang sudah meninggal akan terus menjaga mereka.30

29

Jes Therik, Tenun Ikat Dari Timur,92

30

(16)

61

Gambar (2) Hasil Tenunan Motif Burung

Sumber : Dokumentasi pribadi

Ternyata tantangan hidup dalam lingkungan yang keras kawasan Timor dapat pula

menghasilkan seni tenun kerakyatan yang dapat dikagumi oleh dunia tekstil masa kini.Sekalipun

tingkat keindahan tiap karya tenun antara tiap wanita berbeda dan ditentukan oleh kemahiran tiap

pribadi, namun tiap penenun lebih menonjolkan struktur ragam hias khas tiap kelompok

etnis.Mereka luluh dalam keseluruhan khasanah seni yang dihasilkan dan dimiliki

masyarakatnya.Dalam susunan dan pengungkapan hiasan tenunan tradisional nampak

penghayatan dan kepatuhan terhadap norma pengabdian pada suku dan kerajaan masa lampau

yang mengikat.31Keterampilan, pengalaman dan imajinasi seseorang penenun dapat memberi

corak pribadi pada karya seninya.Corak ini dinilai masyarakat setempat dan memberikan dasar

untuk penilaian tentang tingkat keterampilan dan kemahiran penenun tersebut.

31

(17)

62

Corak atau motif yang keluar pada tenun yang dibuat melambangkan imajinasi yang

begitu kreatif berbau pengalaman dan perasaan dari seorang penenun.32Hanya dengan mengingat

dan merasakan maka sketsa atau pola sudah terbentuk dalam pikiran si penenun dengan

lambang-lambang atau motif yang dapat dipahami oleh masyarakat yang melihatnya. Biasanya

motif atau pewarnaan pada benang akan disesuaikan dengan kondisi penenun. Jika penenun pada

saat itu merasa sukacita karena hasil tenunan sebelumnya sudah laku terjual, maka tenunan

selanjutnya akan dihiasi dengan warna-warna terang seperti pelangi. Tetapi jika mereka merasa

dukacita atau mengalami stress maka warna akan cenderung gelap. Secara tidak langsung warna

dan motif sedang menceritakan apa yang sedang dialami penenun.

Pada dasarnya tenunan yang berkembang di daratan Timor disebut tenun ikat karena cara

membuat hiasan dasar pada kain tenun dilakukan dengan mengikat rencana gambar untuk

beberapa warna sesudah itu ditenun. Cara tenun ikat yang sederhana yaitu dengan dua warna,

misalnya warna dasar putih sesuai warna benang asli kemudian diikat hiasan gambar berwarna

biru atau hitam atau coklat.Dapat pula sebaliknya yaitu bahan dasar putih yang diberi warna

sedang motif yang diikat tetap berwarna putih sesuai warna dasar.Maksud mengikat adalah

membentuk motif dan melindunginya agar tidak terkena warna yang tak diinginkan.33Senada

dengan Nehemia Ottu mengatakan bahwa pewarna pada benang untuk dijadikan tenun tidak

sembarang.Warna putih atau muti pada benang menandakan bahwa keaslian, kemurnian dari

seorang penenun.Pada awalnya masyarakat Timor tidak mengenal warna.Maka dari itu pada

32

Hasil Wawancara dengan NO pada 25 Agustus 2017

33

(18)

63

awal-awal tenun berkembang hanya ada dua warna dasar yaitu putih atau muti dan hitam atau

metan yang menandakan adanya siang dan malam.34

Perpaduan pengalaman dan pengetahuan yang luar biasa dari masyarakat Timor. Akan

tetapi di Timor sendiri teknik tenun yang dipakai ada 3 cara yaitu Buna, Futus dan Sotis.Ketiga

teknik ini tidak terlalu mencolok perbedaannya tetapi yang membedakan hanya pada

prosesnya.Di mana sotis hanya membutuhkan waktu 1-2 minggu tetapi buna dan futus

membutuhkan 3-6 bulan pengerjaan bahkan bisa lebih dari pada itu. Menurut Jenry Tefa proses

buna dan futus butuh ketelitian yang luar biasa.35Namun perempuan penenun Timor yang masih

aktif menenun sampai saat ini, menguasai ketiga teknik ini dengan sangat baik.Menjadi

persoalan utamanya adalah karena perempuan-perempuan penenun di kelompok Tolfe’u

membutuhkan uang untuk kebutuhan hari-hari maka mereka lebih memilih memakai teknik

sotis.36Hasil penelitian juga membuktikan bahwa dari kelompok Tolfe’u anggotanya memiliki

kemampuan ekonomi dibawah rata-rata.Akan tetapi mereka terus bersemangat tanpa letih untuk

melestarikan budaya mereka melalui tenun Timor.

2.1 Proses Pengerjaan Tenun Timor

Tenun Timor merupakan salah satu bentuk ekspresi syukur atas kehidupan yang mereka

nikmati.Tenun sangat menggambarkan spritualitas orang Timor. Karya seni ini mereka terus

pelihara dalam balutan proses yang begitu indah. Bagi penulis sendiri, tenun Timor sangat

memiliki ciri khas pada proses pengerjaannya. Dalam rentan waktu yang cukup lama, segala

emosi tercurah dalam proses pengerjaan tenun Timor. Permainan warna-warni dengan berbagai

motif menggambarkan kondisi dari penenun itu sendiri.Kondisi alam dan zaman yang terus

34

Hasil Wawancara dengan NO pada 25 Agustus 2017

35

Hasil Wawancara dengan JT pada 28 Agustus 2017

36

(19)

64

berubah dari waktu ke waktu menambah bumbu seni dalam sebuah tenunan. Pada bagian ini,

penulis akan menjelaskan proses terbentuknya motif pada kain dimulai dari kapas hingga jadi

sebuah tenunan.

Kelompok tenun Tolfe’u sendiri berada dalam kawasan Fatuleu Tengah yang dikelilingi banyak gunung-gunung dan bebatuan.Sepanjang mata memandang hamparan savanna dan stepe

yang menghiasi kawasana ini.Kondisi alam yang kering dan iklim yang panas menjadi makanan

masyarakat sehari-hari.Kondisi ini tidak membuat masyarakat berdiam diri dan pasrah terhadap

keadaan.Laki-laki dan perempuan sudah memiliki peran dan tugas masing-masing pada area-area

yang sudah ditentukan. Menurut Nehemia Ottu, laki-laki Timor harus bekerja di kebun dan

perempuan di rumah untuk menenun.37 Pembagian kerja menurut budaya Timor sudah mulai

terjadi pergeseran makna di mana sebagian laki-laki dan perempuan lebih memilih pekerjaan lain

dari pada berkebun dan menenun. Lebih banyak mereka mereka pergi ke kota Kupang untuk

bekerja atau bersekolah. Sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Timor

terkhusus di kelompok Tolfeu untuk melestarikan budaya Timor.

a) Moe Tais Nak’o Abas

Tenunan yang dihasilkan oleh kelompok tenun Tolfe’u memiliki ciri khas karena mereka

masih memakai kapas hasil dari budidaya tanaman kapas mereka sendiri.Informasi yang

didapatkan bahwa tanaman kapas untuk area pulau Timor sudah sangat sulit tumbuh karena

faktor cuaca yang tak menentu. Selain itu faktor lain yang mempengaharui adalah waktu yang

sangat lama jika memakai bahan dasarnya kapas.Ditambah toko tekstil sudah menjamur dengan

menjual benang siap pakai dengan berbagai warna.Tetapi ini tidak berlaku bagi kelompok tenun

Tolfe’u.Mereka menganggap bahwa yang membedakan tenun itu bagus dan indah dibuat dari

37

(20)

65

bahan dan pewarnaanya.38Akan terlihat dengan jelas antara tenun berbahan kapas alam dan

berbahan benang toko. Sebagai studi perbandingan, di area kota Kupang penenun-penenun

sekarang lebih memilih memakai benang toko yang sudah terdapat dengan berbagai pilihan

warna untuk memudahkan merekamenenun.39 Tentu saja benang yang ada di toko sangat

membantu penenun untuk menghasilkan tenunan yang lebih cepat namun makna yang terdapat

dalam proses tenun akan hilang. Contohnya saja manusia akan lapar sehingga memutuskan untuk

makan. Tetapi mereka akan memilih untuk mengolah makanan tersebut atau memakan makanan

cepat saji.

Sejak semula tenun Timor dikenal dengan bahan utamanya yang terbuat dari

kapas.Tanaman kapas sendiri ditanam bersama tanaman lainnya di kebun seperti pisang atau

jagung.Biasanya penanaman kapas dilakukan oleh pihak laki-laki.40Namun sebelum melakukan

proses menanam kapas biasanya masyarakat setempat melakukan upacara lef boen no’o yaitu

proses upacara adat untuk meminta kepada Uis Pah menyuburkan tanaman kapas. Biasanya

upacara ini ditandai dengan pemotongan ayam lalu darahnya disebarkan di seluruh area kebun.

Para penenun memiliki harapan besar dengan adanya upacara ini agar kapas yang mereka tanam

dapat tumbuh cepat dan terhindar dari hama. Biasanya kapas yang baik memiliki masa tanam

kurang lebih 8-12 bulan dan sudah bisa dipanen. Biasanya masyarakat setempat akan menanam

pohon kapas sebanyak mungkin di kebun mereka. Dengan persediaan kapas yang banyak tentu

saja akan mempermudah penenun Tolfeuuntuk mempergunakannya.

Setelah pohon kapasnya berbuah barulah peran perempuan dimulai.Setelah mengurus

keluarga dirumah seperti mengambil air dan memasak barulah perempuan-perempuan secara

38

Hasil Wawancara dengan AN pada 25 Agustus 2017

39

Hasil Wawancara dengan AN pada 25 Agustus 2017

40

(21)

66

berkelompok pergi ke kebun.Dalam satu kelompok bisa terdapat 5-7 perempuan yang pergi ke

kebun ini biasanya disebut Seo Abas. Sesampainya di sana mereka memulai memetik kapas

sesuai kebutuhan yang direncanakan.Di kebun kapas biasanya perempuan-perempuan ini

menghidupkan suasana dengan nyanyian-nyanyian yang mereka lantunkan sehingga

menghidupkan suasana.Sambil memetik kapas, selain nyanyian mereka juga bercerita satu

dengan yang lainnya. Biasanya mereka menceritakan kondisi rumah sebelum mereka pergi ke

kebun atau bisa juga tentang masakan yang akan mereka hidangkan pada siang nanti.41Ini sangat

membantu mereka dalam meluapkan emosi mereka saat terjadi permasalahan di rumah.Adapula

pantangan perempuan jika masa haid maka tidak diperbolehkan ke kebun untuk memetik kapas

sampai menenun karena dipercaya akan mengganggu keseimbangan alam.42

Kapas yang sudah terkumpul lalu dibawa ke tempat yang sudah ditentukan.Biasanya

dibawah pohon yang rindang atau rumah mereka berkumpul untuk menenun. Di sana mereka

duduk secara melingkar lalu tahap selanjutnya adalah mengupas kapas (iis abas) dan langsung

membersikan kapas dari kotoran yang menempel pada kapas (mukmeo abas). Karena pada buah

kapas terdapat banyak kotoran dan bijinya maka perempuan Timor memilih memakai alat bninis

untuk membersihkan dan memisahkan biji dan kotoran dengan lebih maksimal. Lalu tahap

terakhir adalah dengan memakai alat ike sutiuntuk memutar atau gulingkan kapas tersebut untuk

diproses menjadi benang yang lebih kecil dan halus.43 Proses pembersihan kapas ini cukup

memakan waktu penenun. Tetapi karena sudah ada tugas pembagian kerja maka semua

dilaksanakan secara teratur.Secara berkelompok mereka terus melantunkan nyanyian bertemakan

ucapan syukur kepada Tuhan karena hasil kapas yang banyak.

41

Hasil wawancara dengan AN pada 25 Agustus 2017

42

Hasil Wawancara dengan NK pada 24 Agustus 2017

43

(22)

67

Pengerjaan dari bahan dasar kapas sampai jadinya benang diperankan oleh

perempuan.Tidak main-main pekerjaan yang mereka lakukan ini, karena jarak dari tempat

tinggal mereka untuk sampai di kebun cukup memakan waktu. Ditambah lagi jika ada

perempuan yang memiliki balita maka mereka akan membawa anaknya bersama ke

kebun.44Cuaca yang panas terik juga menambah aroma perjuangan perempuan Timor dalam

membuat sebuah tenunan.Mereka harus memikul kapas yang sudah bersih dengan bakul ditaruh

di kepala dan di bahu untuk sampai ke rumah mereka.Perjuangan ini tentu saja tidak dimiliki

oleh semua perempuan Timor, karena ini adalah pekerjaan yang berat. Proses ini akan memakan

waktu kurang lebih dari 1-3 bulan sesuai dengan kebutuhan benang yang akan dipakai.45

Gambar (3) Proses memintal kapas menjadi benang Sumber:dokumentasi wastranusantarakn

Salah satu persyaratan perempuan Timor dapat menikah adalah harus bisa menenun.Ini

adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi.Perempuan-perempuan Timor sejak umur kurang lebih

5 tahun sudah diajarkan oleh Mama, Nenek, atau saudara perempuan yang ada di rumah untuk

44

Hasil Wawancara dengan AN pada 28 Agustus 2017

45

(23)

68

menenun.46Tambahan Nehemia Ottu bahwa sejak Indonesia merdeka mulai ada perbedaan yang

terjadi di masyarakat Timor di mana laki-laki boleh diperbolehkan bersekolah yang disediakan

oleh pemerintah, namun perempuan tetap di rumah untuk urusan rumah tangga dan

menenun.Namun sejak Gestapu47 terjadi maka perempuan juga diperbolehkan untuk bersekolah

tetapi fakta yang terjadi bahwa mereka lebih senang di rumah untuk menenun.48Nehemia Ottu

menambahkan bahwa ada sebuah tradisi lamaran atau tam hen toit yang mewajibkan perempuan

membawa sebanyak mungkin kain tenun.49Lebih banyak kain tenun yang dibawa ke rumah

laki-laki maka perempuan itu dianggap sudah siap untuk menikah.

b) Moe Tais Mau

Setelah benang sudah benar-benar halus dan siap dipakai maka proses selanjutnya

terdapat rekayasa motif. Pada bagian ini sangat ditentukan oleh perempuan penenun sendiri

dengan daya ingat dan imajinasi kreatif. Namun untuk kelompok seperti Tolfe’u ini mereka bersepakat untuk membuat satu macam motif yang sama, contohnya saja motif tokek atau totem

yang lain. Walaupun sudah ada kesepakatan untuk membuat satu motif namun dalam

implikasinya biasa perempuan akan menambahkan ciri khas sesuai keinginan mereka. Pada

bagian rekayasa inilah daya imajinasi perempuan dimanfaatkan. Mereka akan mengekspresikan

seluruh jiwa dan raga dalam rekayasa motif ini.Seluruh perasaan yang mereka alami baik itu

dalam pengalaman sukacita atau duka akan mereka perlihatkan dalam motif yang akan dibuat.

Salah satu penenun Jenry Tefa menceritakan pengalamannya dalam merekayasa motif. Di mana

dia pernah membuat dan merekayasa motif karena saat itu sedang berduka karena sang Ibu telah

46 Hasil Wawancara dengan NO pada 25 Agustus 2017

47

Gestapu adalah Gerakan 30 September oleh PKI di Indonesia

48

Hasil Wawancara dengan NO pada 25 Agustus 2017

49

(24)

69

meninggal. Dia lebih memilih untuk membuat motif “burung atau kolo.”50 Alasan dibalik

pemilihan motif ini karena dia percaya bahwa sesuai budaya Timor orang yang telah meninggal

akan merenkarnasi menjadi burung. Hewan burung diangkat menjadi totem masyarakat Timor

karena dipercaya burung adalah perwujutan nyata dari orang sudah meninggal.51 Dengan

mengrekayasa motif burung pada tenun yang Jenry buat maka dia percaya bahwa sang ibunda

selalu datang untuk melindunginya. Ini dinyatakan dengan setelah tenun itu selesai lalu ada

burung yang hinggap dirumahnya lalu selalu berkicau.52Ini bertanda bahwa ada keselarasan

antara yang mereka imani dan perbuat lewat tenun.

Gambar (4) Proses membuat motif Sumber : Dokumentasi Raufrongga

Selain itu menurut penuturan Agustina Nenabu bahwa biasanya motif yang selalu dia

munculkan pada tenun adalah motif buaya. Cerita dibalik motif buaya itu adalah supaya sang

pemilik kehidupan yaitu Uis Nenoyang terwujud dalam hewan buaya dapat terus menjaga

mereka melalui alam yang terus baik dan terhindar dari bencana.53 Pesan-pesan spiritual dalam

50Hasil Wawancara dengan JT pada 28 Agustus 2017

51

Hasil Wawancara dengan NO pada 25 Agustus 2017

52

Hasil Wawancara dengan JT pada 28 Agustus 2017

53

(25)

70

tenun semacam ini menjadi nilai akan tenun Tolfeumenjadi lebih kaya, karena menggambarkan

perasaan perempuan. Menurut Nurlince Nenoliu kondisi rumah juga menentukan secepat apa

mereka menenun setiap hari. Misalkan jika mereka memiliki masalah dengan suami atau anak

maka akan sangat mengganggu proses menenun pada saat itu. Sehingga mereka akan berhenti

menenun sejenak lalu pergi dibawah pohon untuk menenangkan diri. Biasanya dalam proses

menenangkan diri ini akan ada inspirasi-inspirasi baru yang akan mereka tuangkan dalam

tenunan.54 Perempuan-perempuan penenun ini sangat bersatu bersama alam, sehingga apa yang

mereka lihat dan rasakan akan menjadi motif dalam tenun yang mereka buat. Mereka lebih

memilih pergi ke bawah pohon atau tempat yang sunyi untuk menenangkan diri dari pada harus

mengeluh atau menceritakan kepada orang lain. Bagi Yane Tanesab menceritakan masalah

rumah tangga kepada orang lain adalah tindakan yang salah, karena sama dengan membuka aib

keluarga.55Maka dari itu mereka lebih memilih untuk memendam dalam hati.Sesuai tradisi orang

Timor bahwa mereka tidak diperbolehkan menceritakan masalah atau kekurangan keluarga

mereka karena itu hal yang tabu.56 Mereka akan merasa lebih baik ketika sudah ada dihadapan

alat tenun dan bisa menenun, bagi mereka masalah bisa dilupakan sejenak dengan menenun dan

juga bisa membantu mereka memperbaiki pikiran mereka yang terganggu.

c) Hau Nafu

Ketenangan dan pikiran yang bersih sangat membantu penenun untuk mengrekayasa

benang..Setelah selesai maka tahap selanjutnya adalah masuk pada tahap pewarnaan.Pewarnaan

pada benang sendiri untuk kelompok Tolfe’u masih dilakukan secara alami.Tetapi harus diakui

bahwa kadangkala perempuan-perempuan penenun lebih senang memakai benang toko yang

54

Hasil Wawancara dengan NN pada 22 Agustus 2017

55

Hasil Wawancara dengan YT pada 24 Agustus 2017

56

(26)

71

sudah berwarna.57Biasanya pada kondisi yang mendesak saja seperti permintaan tenun yang

menumpuk sehingga perlu menyelesaikan tenunan yang lebih cepat.Sedangkan untuk pewarna

alami sendiri mereka memakai bahan dari tumbuh-tumbuhan seperti kunyit, papaya, pohon

pinang, akar mengkudu dan kapur. Bahan-bahan bisa didapatkan di pekarangan rumah atau

tumbuh di kebun.Semua sudah disediakan alam.Adapun warna-warna yang biasa terbuat dari

tumbuhan adalah merah atau tasa, putih atau muti, hijau atau mate, biru atau molom nasif,

kuning atau mol makuke, hitam atau metan, dan coklat atau mol afu.58Sungguh pekerjaan yang

tidak mudah karena bahan-bahan dari alam ini harus diambil dari tempat-tempat yang

berbeda.Waktu dan tenaga harus terus dipakai dalam tahap ini.

Gambar (5) Proses memasak bahan pewarna alami dari akar-akar tanaman Sumber : Dokumentasi Sinta Agustina

Pada bagian pewarnaan ini cukup memakan waktu yang lama hampir sekitar 2 minggu

bahkan lebih untuk menghasilkan warna yang dapat bertahan lama.Benang harus dimasak

bersama bahan pewarna alami lalu dikeringkan lalu dimasak lagi.Setelah itu keringkan selama

57

Hasil Wawancara dengan NK pada 24 Agustus 2017

58

(27)

72

3 minggu lalu masak kembali dan dikeringkan dan kemudian dicuci untuk menghilangkan bau.

Proses ini sangat menyita waktu tetapi perempuan penenun sangat menikmati ini semua. Pada

tahap ini perempuan tetap melakukannya dalam berkelompok, dan sambil menunggu benangnya

kering mereka melanjutkan menenun.Mereka bersyukur karena Timor diberikan anugerah cuaca

yang panas sehingga benang yang mereka jemur cepat kering.Setelah warna benang sudah sesuai

dengan keinginan maka tahap terakhir adalah menenun itu sendiri.

Gambar (6) Benang yang telah selesai dimasak dengan pewarna alami dan siap untuk ditenun

Sumber : Dokumentasi Sinta Agustina

d) Teun

Menenun menjadi bagian paling krusial bagi perempuan penenun karena mereka harus

berkonsetrasi penuh terhadap nete dan kumparan benang yang terdapat dihadapannya. Segala

masalah yang sedang dialaminya akan dilupakan sejenak ketika memulai menenun.59

Perempuan-perempuan tenun Tolfe’u bersepakat bahwa dengan menenun mereka dapat melupakan berbagai

masalah yang sedang mereka alami.Bahkan mereka merasa bahwa menenun adalah obat

59

(28)

73

penenang bagi mereka ketika menghadapi masalah.60Menenun adalah napas kehidupan

mereka.perempuan Timor mendapat sebuah anugerah terbesar dengan menenun. Sebuah tenun

yang dihasilkan menggambarkan banyak cerita yang banyak orang tidak mengetahuinya. Setiap

keluar masuk benang dalam prosesnya disertakan bersama perasaan senang dan sedih penenun

.

Gambar (7) Proses Menenun oleh Ance Nenabu Sumber : Dokumentasi pribadi

Sebenarnya proses pengerjaan tenun Timor disetiap wilayah memiliki teknik dan

karakteristik yang sama. Selama masih tenun itu dibuat di daratan Timor maka pengetahuan

menenun akan sama. Setelah benang sudah berwarna maka selanjutnya adalah menenun

menggunakan nete.Kemudian benang yang sudah dipersiapkan dibentangkan menjadi dua bagian

pada dua balok besar atau atis.Fungsi dari pada atis sendiri untuk menjepit benang-benang

tersebut.Panjang bentangan benang ini sekitar 60 cm, tergantung dari kain yang akan dibuat. Di

bagian nekan benang yang sudah terurai diberi simpul atau ikatan.Selanjutnya agar benang terus

tegang ketika menenun, maka ada niun atau sabuk yang diletakan pada pinggang penenun.

Fungsi niun ini agar lebih efektif maka akan disambung pada atis. Biasanya beban dari penenun

akan menjadi bantuan untuk niun menarik atis. Di antara benang-benang tersebut diselipkan sia

60

(29)

74

atau balok lidi dan juga puatyang agak tebal dari sia.Fungsi dari puat sendiri untuk menaikan

dan menurunkan benang saat menenun.

Proses selanjutnya adalah memasukan setiap helai benang secara horizontal ke dalam

simpul benang yang sudah tertata rapi secara vertikal. Setiap benang akan masuk dari sisi kiri ke

kanan lalu diikuti dengan memukul agar benang rapat pada polanya. Untuk memukul benang

horizontal agar rapat pada pola maka diperlukan senu yang berbentuk seperti pedang. Jika

benang horizontal sudah rapat maka penenun akan menaikan puat supaya benang vertikal atas

turun ke bawah dan benang vertikal bawah naik keatas. Proses ini akan terus berlangsung sesuai

jalurnya sampai selesai. Proses pengerjaan ini tidak bisa ditentukan waktu secara tepat. Tetapi di

pengaharui oleh metode atau teknik yang dipakai. Seperti teknik futus atau mengikat benang

maka waktu yang diperlukan tidak berlangsung lama mungkin 1-2 minggu proses pengerjaan.

Sedangkan sotis atau menyisip benang dan buna atau mengaitkan benang memerlukan waktu

kurang lebih 1-3 bulan pengerjaan.

3. Rangkuman

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dirangkum beberapa hal yang merupakan inti

dari pembahasan ini yaitu :

1. Asal usul tenun Timor berasal dari landasan filosofis yaitu ike suti. Berangkat dari pada

itu perempuan Tolfeu memaknai tenun Timor sebagai gotong royong, kesetaraan jender,

semangat kerja (etos kerja), pelestarian alam atau ekologi dan pemberdayaan.

2. Dari proses panjang yang dilakukan oleh penenun Tolfeumaka terdapat nilai spiritual

yang terkandung dalam tenun Timor seperti: Gotong royong, Dedikasi, Perjuangan,

Gambar

Gambar (1) Peta Kabupaten Kupang
Gambar (2) Hasil Tenunan Motif Burung
Gambar (3) Proses memintal kapas menjadi benang
Gambar (4) Proses membuat motif
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono dalam meraih calon konsumen dan konsumen menggunakan strategi komunikasi pemasarandalam bentuk kegiatan periklanan

Hotel Timor Dili merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang jasa perhotelan yang ada di Timor Leste, merupakan hotel yang sedang berkembang dan terus berupaya

Faktor dominan yang berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan Bank BTPN di daratan Timor adalah faktor yang memiliki nilai koefisien regresi paling besar

Pertanyaan : Bisa Anda jelaskan bagamana pendapat Anda sebagai masyarakat sipil di Timor Leste yang bekerja baik di pemerintahan Timor Leste maupun bekerja di

Data ini menunjukkan bahwa pemilik usaha kain tenun melihat hutang. sebagai sumber yang dapat menguntungkan

mikro kain tenun di Sumba Timur, dapat dijelaskan oleh faktor-faktor dalam.

4 Kain tenunan menjadi hasil akhir dari pekerjaan menenun oleh karena itu dengan melihat akan hal.. ini semuanya tidak terlepas dari proses atau langkah-langkah yang

14 Kelima motif yang ada di desa Tunua sudah sejak dulu dikenal oleh masyarakat dan karena itu bagi para perempuan dalam membentuk motif tenunan memang sudah