PENINGKATAN PRODUKTIVITAS GULA DENGAN MENGGUNAKAN PUPUK
MIXED-G
(The use of Mixed-G fertilizer to increase sugarcane yield)
Iswandi Anas1, Praptiningsih Gamawati2 dan Roy Hendroko Setyabudi3
1Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
2Fakultas Pertanian, Universitas Mardeka, Madiun, Jawa Timur 3PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Jakarta
ABSTRACT
In order to have high yield of sugar cane, potassium fertilizer is mostly applied as addition to nitrogen and phosphorus fertilizer. However, in the recent years, potassium fertilizes become very expensive and in most cases it is difcult to obtain in the market. On the other hand, there are some industrial waste including waste from processing of molasses to alkohol called as K-vinase. K-vinase contains about 40% K2O.
To fulfll the fertilizer needed for its sugar plantation, PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI) has produced Mixed-G fertilizer. Mixed-G fertilizer is the mix between chemical fertilizer and organic fertilizer made of the wastes of sugar cane processing i.e. flter cake, ash and K-vinase. To improve its quality, ash from empty fruit bunches of oil palm, rockphosphate, gypsum, dolomite, zeolite and mollases were also used. In 2004-2005, Mixed-G fertilizer were produced at six PT RNI sugarcane plantations in Java.
Results of the study using Mixed-G fertilizer in fve sugarcane plantation in Java showed that Mixed-G fertilizer can be used as subtitute for chemical fertilizer Urea, SP-36 and KCl. Moreover, in some locations, Mixed-G fertilizer produce higher sugarcane biomass and sugar production than chemical fertilizer alone.
PENDAHULUAN
Tebu memerlukan unsur hara yang cukup dan seimbang untuk memperoleh pertumbuhan yang baik dan produksi yang tinggi. Selain unsur N dan P, unsur K juga seringkali harus ditambahkan dalam bentuk pupuk guna memenuhi kebutuhan tanaman tebu agar tumbuh dengan baik. Untuk memenuhi keperluan K tanaman, umumnya digunakan garam kalium dalam bentuk KCl dan K2SO4. Di
Indonesia deposit garam kalium ini tidak ada sehingga pupuk ini harus diimpor. Dengan demikian, harga pupuk kalium ini mahal, memerlukan devisa yang banyak dan membuat pertanian Indonesia sangat tergantung kepada pasokan dari luar negeri. Usaha untuk menggunakan bahan-bahan yang mengandung kalium dalam jumlah yang cukup tinggi, bukan saja akan menghemat penggunaan devisa tetapi juga akan mengurangi ketergantungan pertanian di Indonesia kepada impor pupuk K dan juga dapat menekan biaya produksi.
Menurut Husz (1972) dan Hignett (1982), setiap panen tebu sebanyak 67 ton/ha sekitar 300 kg K2O terangkut bersama panen tersebut. Jumlah ini setara
dengan 500 kg KCl. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemupukan kalium untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tebu yang baik merupakan suatu keharusan dalam budidaya tebu. Di lain pihak sudah lama diketahui bahwa limbah pengolahan tebu, mengandung sejumlah kalium yang dapat dimanfaatkan sebagai sebagai sumber pupuk kalium. Pengelohan limbah industri tebu menjadi pupuk kalium jelas akan memberikan keuntungan tambahan. Dampak limbah industri gula terhadap lingkungan dapat dihindari dan dilain pihak, pupuk kalium yang relatif murah dan tersedia di dalam negeri dapat diperoleh.
industri tebu menjadi pupuk K (K-vinase) adalah PT Molindo Raya di Lawang, Jawa Timur. K-vinase mengandung sekitar 40% K2O dan pupuk kalium yang
dibuat dari K-vinase ini (ZK-Plus) mengandung minimum 35% K2O (PT Molindo
Raya Industrial, 1995). Limbah lain yang juga mengandung kalium yang tinggi adalah abu tandan kosong kelapa sawit. Hasil analisis abu tandan kosong kelapa sawit yang berasal dari PT Mitra Ogan Sumatra Selatan menunjukkan bahwa abu tandan kosong kelapa sawit mengandung 30 sampai 40% K2O.
Dalam melaksanakan program zero waste, PT RNI memanfaatkan limbah industri tebu menjadi pupuk. Usaha ini juga bertujuan untuk menekan biaya produksi gula yang antara lain diwujudkan dengan menurunkan biaya pupuk. Kelangkaan pupuk akhir-akhir ini juga telah mempercepat PT RNI untuk membuat Pupuk Mixed-G. Pupuk Mixed-G ini merupakan campuran antara blotong, abu ketel, K-vinase, abu tandan kosong kelapa sawit, batuan fosfat, gipsum, dolomit, zeolit dan tets tebu (PT Rajawali Nusantara Indonesia, 2006) Pupuk Mixed-G, pupuk alam. Pada musim tanam (MT) 2003/2004, Pupuk Mixed-G
telah di pakai di PG Subang dan PG Rejo Agung pada lahan seluas 654 ha dengan jumlah Pupuk Mixed-G yang dipakai sebanyak 930 ton. Pada tahun berikutnya (MT 2004/2005), Pupuk Mixed-G sudah digunakan di tujuh PG dengan luas areal 5 232 ha dan jumlah Pupuk Mixed-G yang digunakan sebanyak 7 027 ton. Enam pabrik Pupuk Mixed-G sudah didirikan di enam PG ( Praptiningsih et al. 2005).
BAHAN DAN METODA
Pupuk Mixed-G yang digunakan dibuat di setiap PG yaitu di PG Subang, PG Jati Tujuh, PG Tersana Baru, PG Madukismo dan PG Rejo Agung Baru. Kandungan hara Pupuk Mixed adalah sebagai berikut: (unsur makro) N 2.70%; P2O5 4.97%; K 8.94%; S 3.69%; Mg 0.92%; Ca 7.64%; (unsur mikro) Zn 0.04%; Cu 0.01%; Mn 0.14%; B 0.07%; Mo 0.04%; C0 0.001%. Kadar air Pupuk Mixed-G adalah 12.89% sedangkan pH 8.40 (Sucofndo, 2002).
Dalam percobaan ini, perlakuan yang akan diuji adalah:
A1 = Pupuk Mixed-G
A2 = Pupuk Mixed-G + hormon (P. Mixed-G 70%), N 85 % standar
A3 = Pupuk Mixed-G + humic acid (Pupuk Mixed-G 70%), N 85% standar A4 = Pupuk Anorganik standar yang dipakai di setiap PG
Semua perlakuan di beri pupuk Urea dengan takaran sesuai dengan standar masing-masing PG. Cara penanaman, pemeliharaan tanaman dilakukan menurut cara yang biasa dilakukan di setiap PG. Takaran Pupuk Mixed-G dan pupuk anorganik yang digunakan berbeda untuk setiap PG. Dalam penelitian ini juga diuji pengaruh hormon dan Humic Acid. Takaran Pupuk Mixed-G pupuk anorganik, hormon dan humic acid yang diuji di masing-masing PG disajikan pada Tabel 1.
Perlakuan PG Subang PG Jatitujuh PG Tersana
Baru PG RejoAgung PG MaduKismo A1 = Mixed
Satuan percobaan terdiri dari 8 juring yang luasnya adalah (8 x 7.5 m x 1.1 m =66 m2) di PG Rejo Agung, PG Madukismo dan PG Tersana Baru sedangkan di PG Jati Tujuh dan Subang, satu petak percobaan juga terdiri dari 8 juring dengan luas (8 x 10 m x 1.35 m = 108 m2). Ulangan dilakukan sebanyak tiga kali. Tanaman yang diuji di setiap PG adalah Plant Cane dan Ratton Cane. Satuan percobaan di susun berdasarkan Rancangan Kelompok.
Parameter yang diamati adalah jumlah tunas per juring, tinggi batang, diameter batang dan bobot tebu per petak. Data dianalisis berdasarkan Uji F dengan uji lanjut DMRT.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pupuk Mixed-G terhadap pertumbuhan tebu
batang, tinggi tanaman maupun jumlah batang per meter antara perlakuan pupuk anorganik standar tidak berbeda nyata secara statistik dibandingkan dengan perlakuan Pupuk Mixed-G di kelima PG baik untuk tanaman baru (plant cane) maupun untuk tanaman raton (ratton cane) kecuali hanya satu pada tanaman baru di PG Subang. Ini berarti bahwa pemupukan 3 ku Urea, 1 ku ZA, 1.5 ku SP-36 dan 2 ku ZK di PG Subang tidak memberikan pertumbuhan tanaman (diameter batang, tinggi tanaman dan jumlah batang per meter) yang berbeda dengan pemupukan 14 ku Pupuk Mixed-G dan 3.25 ku Urea. Begitu juga hasil penelitian yang diperoleh di PG Jati Tujuh, PG Tersana Baru, PG Rejo Agung maupun PG Madukismo. Hasil yang menarik ini juga menunjukkan bahwa di 80% lokasi plant cane dan 100% lokasi ratton cane, Pupuk Mixed-G dapat di gunakan sebagai pengganti pupuk anorganik. Hal ini dapat dijelaskan karena kandungan unsur hara yang terdapat di dalam Pupuk Mixed-G sudah mencukupi kebutuhan tanaman tebu. Pupuk Mixed-G mengandung N 2.70%; P2O5 4.97%; K 8.94%.
Pupuk Mixed-G sebanyak 1 400 kg mengandung 37.8 kg N, 69.58 kg P2O5 dan
125.16 kg K2O. Selain dari itu, Pupuk Mixed-G juga mengandung unsur hara lain
yang cukup tinggi yaitu S 3.69%; Mg 0.92%; Ca 7.64%; atau setara dengan 51.66 kg S, 12.88 kg Mg dan 106.96 kg Ca per ha. Keberadaan unsur hara lain ini juga akan sangat membantu pertumbuhan tanaman. Sebagai tambahan Pupuk Mixed-G
juga mengandung unsur hara mikro Zn 0.04%; Cu 0.01%; Mn 0.14%; B 0.07%; Mo 0.04%; C0 0.001%. Unsur hara mikro ini kemungkinan sekali di dalam tanah berada dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan tanaman tebu. Dengan adanya penambahan Pupuk Mixed-G, maka bukan hanya pupuk makro NPK saja terpenuhi tetapi juga unsur makro lainnya seperti Ca, Mg dan S serta unsur mikro dapat dicukupi. Keuntungan lain dari penambahan bahan organik berupa Pupuk
Pertumbuhan tanaman tebu yang sama baiknya antara pemupukan dengan pupuk anorganik saja dibandingkan dengan pemupukan menggunakan Pupuk
Mixed-G juga dapat dilihat di PG Jati Tujuh, PG Tersana Baru, PG Madukismo dan juga di PG Rejo Agung Baru. Ini berarti bahwa penggunaan Pupuk Mixed-G dapat dianjurkan sebagai alternatif terhadap pupuk anorganik saja. Keuntungan menggunakan Pupuk Mixed-G dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik standar saja adalah (1) pertumbuhan tebu yag diperoleh sama atara tebu yang dipupuk Pupuk Mixed-G dengan pupuk anorganik standar, (2) unsur hara yang ditambahkan dengan menggunakan Pupuk Mixed-G bukan hanya NPK tetapi juga unsur hara makro dan mikro yang lainnya, (3) PG tidak terlalu tergantung pada pupuk anorganik yang belakangan ini banyak dipalsukan, sukar didapat dan harganya makin tinggi dan (4) penggunaan limbah sebagai bahan baku Pupuk
Mixed-G memberikan keuntungan tersendiri bagi PT RNI karena ini berarti bahwa PT RNI peduli dengan masalah lingkungan yang dapat ditimbulkan oleh limbah industri tebu bila tidak di kelola dan digunakan dan (5) usaha untuk memperbaiki kondisi tanah. Memang dampak yang nyata tidak akan terlihat dalam sekali musim tanaman tetapi bila dilakukan secara terus-menerus, setelah tiga atau empat musim tanam, maka kontribusi Pupuk Mixed-G terhadap pertumbuhantanaman, perbaikan sifat tanah akan makin menonjol.
Pengaruh Pupuk Mixed-G terhadap Produksi Tebu
KESIMPULAN
Pupuk Mixed-G memperbaiki baik pertumbuhan tanaman tebu (diameter batang, tinggi dan jumlah batang per meter) maupun produksi tebu yang sama baiknya dengan pemupukan pupuk anorganik standar.
Pupuk Mixed-G dengan tambahan Urea dapat digunakan alternatif penggunaan pupuk anorganik standar (Urea/ZA, SP-36 dan KCl/ZK).
Pupuk kalium yang berasal dari pengolahan limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan tetes menjadi alkohol dapat digunakan sebagai pengganti KCl ataupun ZK.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI Jakarta) Jakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr TG Marpaung Direktur Teknologi PT RNI, Bpk Ir Harry Poetranto DD Tanaman, Bapak Ir Heru Purnomo, bapak-bapak GM dan Risbang PG Subang, PG Jati Tujuh, PG Tersana Baru, PG Madukismo dan PG Rejo Agung Baru serta Pimpinan dan Staf PUSLITAGRO, yang telah membantu menyediakan sarana penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian di lapang.
PUSTAKA
Hignett, T. P. 1982. Fertilizer and our food. Dalam White, C. W. and D. N. Collins (Eds.). The Fertilizer Handbook. P 1-20. The Fertilizer Institute. Washington D.C.
Husz, G. S. 1972. Sugar cane. Cultivation and Fertilization. Series of Monograph on Tropical and Subtropical Crops. University of Hohenheim, Germany.
P3GI. 1996. Penelitian efektiftas pupuk K-vinase (pupuk kalium mejemuk/ZK-Plus) bagi tebu. Laporan Penelitian Kerjasama antara P3GI dengan PT Molindo Raya Industrial. 18 hal
PT Molindo Raya Industrial. 1995. Pupuk Kalium Majemuk ZK-Plus (+ Unsur Mikro). PT Molindo Raya Industial, Malang Jawa Timur.
Tabel 2. Pengaruh Pupuk Mixed-G terhadap Pertumbuhan Tebu di PG. Subang, Jati Tujuh, Tersana Baru,
Pupuk Mixed-G Standar 2.85a 264.69a 7.74ab 2.49a 284.19a 8.24a
Pupuk Mixed-G + Hormon 2.49a 270.49ab 8.78b 2.50a 281.97a 8.80a Pupuk Mixed-G + Humic Acid 2.59a 263.02a 7.55a 2.52a 292.16a 8.63a
Anorganik Standar 2.50a 278.47b 8.17ab 2.51a 292.22a 9.00a
PG JATI TUJUH
Pupuk Mixed-G Standar 2.66a 292.77a 7.21a 2.61a 304.01a 6.50a
Pupuk Mixed-G + Hormon 2.75b 286.54a 6.71a 2.71a 310.24a 7.05a
Pupuk Mixed-G + Humic Acid 2.66a 292.96a 7.41a 2.70a 311.48a 6.90a
Anorganik Standar 2.73ab 296.41a 7.07a 2.76a 318.08a 7.14a
PG TERSANA BARU
Pupuk Mixed-G Standar 6.88a 314.26a 2.47a 7.90a 316.60a 2.40a
Pupuk Mixed-G + Hormon 6.31a 317.65a 2.44a 8.03a 311.04a 2.34a
Pupuk Mixed-G + Humic Acid 6.77a 308.14a 2.49a 7.48a 309.44a 2.25a
Anorganik Standar 6.20a 318.82a 2.44a 7.18a 310.36a 2.36a
PG MADUKISMO
Pupuk Mixed-G Standar 2.36a 260.26a 7.42a 2.11a 293.33a 57.89a
Pupuk Mixed-G + Hormon 2.36a 260.29a 7.53a 2.42a 239.53a 83.59a
Pupuk Mixed-G + Humic Acid 2.36a 245.56a 7.77a 2.02a 217.06a 62.13a
Anorganik Standar 2.34a 249.54a 7.93a 2.52a 227.40a 65.41a
PG REJO AGUNG BARU
Pupuk Mixed-G Standar 5.79a 255.33a 2.27a 7.56a 302.33a 2.10a
Pupuk Mixed-G + Hormon 5.75a 253.33a 2.33a 8.04a 300.00a 2.10a
Tabel 3. Pengaruh Pupuk
Mixed-G
, Hormon dan Humic Acid terhadap Produksi Tebu Plant Cane (PC)
dan Ratton Cane di PG Subang, Jati Tujuh dan Tersana Baru, Madukismo dan Rejo Agung MT
2005/2006
Perlakuan PG SUBANG PG JATITUJUH PG TERSANA BARU
Plant Cane Ratton
Cane Plant Cane
Ratton
Cane Plant Cane Ratton Cane* (kw/ha)
Pupuk Mixed-G Standar 952.49a 782.93a 719.22a 698.00ab 817.00a Pupuk Mixed-G + Hormon 907.46a 806.40a 607.41a 630.33a 931.00a Pupuk Mixed-G + Humic Acid 949.11a 831.46a 759.87a 645.67a 863.00a Anorganik Standar 1020.22a 793.60a 792.88a 828.33b 780.00a
PG MADUKISMO PG REJO AGUNG Plant Cane RattonCane Plant Cane RattonCane
(kw/ha)
Pupuk Mixed-G Standar 722.48a 753.60a 973.50a 1013.50a Pupuk Mixed-G + Hormon 772.70a 1078.98b 994.00a 917.50a Pupuk Mixed-G + Humic Acid 745.40a 790.92a 929.00a 889.57a
Anorganik Standar 689.55a 859.50a 921.50a 946.60a