• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pilar Pembangunan Politik di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pilar Pembangunan Politik di Indonesia"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAJUAN PEMBANGUNAN INDONESIA

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan dapat dimaknai sebagai suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka memajukan bangsa. Di era Globalisasai ini pembangunan di negara-negara menjadi sebuah isu yang cukup diperhatikan, karena pembangunan dalam suatu negara sering dikaitkan melalui kebijakan ekonomi. Globalisasi juga dapat membawa implikasi pada marginalisasi peran negara dalam pembangunan. Pasca perang dunia II, banyak negara baru yang muncul dan memjadi negara yang berdaulat. Negara-negara baru ini yang kemudian disebut sebagai negara berkembang atau negara dunia ketiga dihadapkan pada masalah utama yaitu kehancuran ekonomi akibat perang dan penjajahan. Dibidang ekonomi, negara berkembang ini dihadapkan pada rendahnya pendapatan perkapita. Berangkat dari permasalahan tersebut, maka para pengambil kebijakan publik di negara berkembang mengambil jalan pembangunan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan untuk mengejar ketertinggalan mereka dengan Negara-negara Eropa. Hampir semua negara membentuk badan-badan khusus yang ditujukan untuk mendorong terjadinya pembangunan ekonomi.

(3)

PEMBAHASAN

Pembangunan pada hakikatnya adalah usaha peningkatan taraf hidup manusia ke tingkat yang lebih baik, lebih sejahtera dan tenteram, serta lebih menjamin kelangsungan hidup di masa depan. Dengan demikian usaha pembangunan mempunyai arti humanisasi, atau usaha memanusiakan manusia. Pembangunan dari dan untuk manusia seutuhnya, berarti manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan, berusaha menciptakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam hidupnya.1

Istilah, konsep, ataupun paradigma pembangunan dikenal luas di era tahun 1950-1970an. Pada era 1950-1960an banyak negara Dunia Ketiga memperoleh kemerdekaan mereka, dan sebagaimana negara yang baru merdeka negara-negara tersebut dihadapkan pada persoalan krusial yang membutuhkan penanganan segera, yakni kemiskinan dan keterbelakangan. Lantas, dalam rangka mengatasi persoalan tersebut, pembangunan dijadikan paradigma utama untuk mengatasi persoalan yang ada. Harapan mereka , melalui pembangunan, negara-negara Dunia Ketiga yang baru mendapatkan kemerdekaan tersebut akan segera mampu mengejar ketertinggalan mereka dari negara-negara maju.2

Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan peran politik negara terkait yang dianggap mapan menjalani peran pembangunan bangsanya. Dengan demikian, banyak ilmuan politik yang mengkaitkan peran politik sebagai unsur terpenting dalam pembangunan negara-negara di dunia. Bagaimana hubungan negara-negara maju dengan negara-negara berkembang atau negara-negara miskin dalam membangun suatu negara yang maju. Muncul lah sebuah gagasan bahwa pembangunan politik mempengaruhi pembangunan sosial di suatu negara. Hal tersebut menjadikan alasan penyebaran sistem demokrasi sebagai sistem politik yang mendominasi dunia. Para pendukung demokrasi percaya bahwa dengan penyebaran sistem politik yang sama menjadikan pembangunan sosial akan lebih cepat. Pada akhirnya, munculah istilah pembangunan politik.

Ada sepuluh konsep pembangunan politik menurut Lucian W. Pye3:

1. Pembangunan politik sebagai prasyarat politik untuk pembangunan ekonomi. Ahli ekonomi menyatakan bahwa kondisi sosial dan politik dapat memainkan peran sebagai penghambat atau memperlancar pendapatan per kapita. Pembangunan politik dipandang sebagai keadaan masyarakat politik yang dapat memperlancar

1 Drs. Machnun Husein, .ed, Etika Pembangunan dalam Pemikiran Islam di Indonesia (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 1.

2 Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD, Isu-isu Global Kontemporer (Yogyakarta: CAPS, 2011), h. 77.

(4)

pertumbuhan ekonomi. Politik harus stabil sebelum melakukan pembangunan ekonomi. Sanggahan menghubungkan pembangunan politik ke ekonomi hanya akan mengesampingkan hal-hal yang lebih penting di sebuah negara berkembang.

2. Pembangunan politik sebagai kehidupan khas masyarakat industri. Masyarakat industri di Barat dapat dijadikan model bagi masyarakat apapun, baik yang sudah memiliki tingkat industri maupun tidak. Masyarakat industri, baik yang demokratis maupun bukan, menciptakan ukuran tertentu tentang tingkah laku dan prestasi politik, untuk kemudian menghasilkan keadaan pembangunan politik.

3. Pembangunan politik sebagai modernisasi politik. Pandangan bahwa pembangunan politik memiliki ciri khas sebagai masyarakat industri. Di sisi lain, ada pandangan bahwa pembangunan politik adalah sama dengan modernisasi politik. Konsekuensi dari itu adalah, membentuk masyarakat modern, yang terdiri dari: prosedur dan universalitas hukum, partisipasi massa, prestasi, keadilan dan kewarganegaraan.

4. Pembangunan politik sebagai operasi negara kebangsaan. Konsep-konsep politik dibuat untuk menjaga keutuhan bangsa. Jika suatu masyarakat ingin berprestasi sebagai negara modern, maka lembaga-lembaga dan tingkah laku politiknya, harus menyesuaikan diri dengan persyaratan kemampuan negara. Ukuran pembangunan politik memiliki beberapa indikator: penciptaan lembaga pemerintahan dan negara, sebagai prasarana negara kebangsaan. MK, MA, DPR dan lainnya; pernyataan secara tertib dalam kehidupan politik daripada fenomena nasionalisme. Dalam hal ini, pembangunan politik menjadi wujud dari politik nasionalisme yang dijalankan dalam kerangka lembaga-lembaga kenegaraan. Pembangunan politik tersebut dianggap sebagai pembinaan bangsa.

5. Pembangunan politik sebagai pembangunan administrasi dan hukum. Pembinaan birokrasi yang efektif, adalah pusat dari proses pembangunan. Pembangunan administrasi berkaitan dengan cara berfikir rasional. Tidak ada negara dapat dipandang ‘sudah membangun’, jika tak dapat mengendalikan masalah kemasyarakatan. Administrasi saja tidak cukup dan jika di pandang terlampau penting, akan ada ketimpangan. Pembangunan administrasi yang dipandang sekedar perbaikan administrasi, akan melupakan dua hal; pembinaan kewarganegaraaan dan partisipasi rakyat. Kedua unsur tersebut merupakan ciri dari pembangunan politik. 6. Pembangunan politik sebagai mobilisasi massa dan partisipasi. Perluasan

(5)

partisipasi massa berdampak pada perluasan pengambilan keputusan dan berpengaruh pada masalah pilihan dan keputusan. Namun di negara baru, partisipasi tidak berkaitan dengan proses memilih juga hak dipilih, tapi sambutan massa atas golongan elite. Partisipasi massa juga dapat menghisap kekuatan masyarakat, karena masalah mencari keseimbangan antara aspirasi rakyat dan ketertiban umum.

7. Pembangunan politik sebagai pembinaan demokrasi. Pembangunan politik bergerak untuk menciptakan lembaga-lembaga dan praktik demokrasi. Dalam asumsi bahwa pembangunan politik yang sungguh-sungguh, berarti pembinaan demokrasi. Namun, menggunakan pembinaan demokrasi sebagai kunci pembangunan politik, adalah usaha untuk memaksakan pada orang lain nilai-nilai Barat. Saat ini, banyak orang mempercayai bahwa pembangunan banyak berbeda dari demokrasi. Justru, usaha memperkenalkan demokrasi, bisa jadi hambatan yang pasti bagi pembangunan. 8. Pembangunan politik sebagai stabilitas dan perubahan teratur. Negara-negara baru memerlukan stabilitas untuk menuju ke arah modernitas, sehingga perubahan dapat berlangsung dengan teratur. Namun, stabilitas yang stagnan dan berpihak pada

status quo, jelas bukan pembangunan. Tapi, stabilitas juga dibenarkan untuk pembangunan ekonomi, atas dasar mengurangi ketidakpastian. Keberatan dari pandangan ini, banyak masalah tak terjawab. Misal, berapa kadar ketertiban yang diinginkan dan diperlukan, hubungan stabilitas dan perubahan hanya milik kaum menengah/ekonomi yang lebih baik.

9. Pembangunan politik sebagai mobilisasi dan kekuasaan. Penekanan bahwa pembangunan politik akan berhubungan dengan kapasitas sistem politik dalam memobilisasi kekuasaan dan mengelola sumber-sumber daya masyarakat. Kesanggupan mengerahkan sumber, sangat ditentukan oleh dukungan rakyat yang diberikan pada pemerintah, karena itu sistem demokrasi seringkali mengerahkan sumber masyarakat lebih efisien dibanding sistem lainnya. Ini bukan karena nilai mutlak dari demokrasi, namun dukungan seperti itu, sebuah sistem dapat mencapai tingkat mobilisasi kekuasaan yang lebih tinggi.

(6)

berjalan dalam proses sosial yang multi dimensional. Tidak ada satu sektor pun dari masyarakat tertinggal jauh.

Krisis di bidang apapun dan di negara manapun selalu berakar dari faktor ketidakpercayaan. Ketidakpercayaan antara pemerintah sebagai pihak yang berkuasa, dengan masyarakat sebagai pihak yang dikuasai akan melahirkan disharmoni hubungan yang berujung pada sikap menyalahkan satu-sama lain. Krisis ketidakpercayaan tersebut akan menyebabkan ketidakstabilan politik dan berujung pada mandetnya proses pengeluaran kebijakan. Untuk keluar dari krisis tersebut pemerintah harus memulai membangun kembali hubungan yang baik dengan masyarakat. Ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah semata-mata terjadi karena keputusan, sikap, dan perilaku aparat pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat. Di Indonesia, krisis kepercayaan ini mudah terlihat, hal tersebut dapat dilihat dengan maraknya korupsi, kolusi, tumpulnya hukum, dan masyarakat yang mudah anarkis. Sebelum Indonesia mampu terjun kedalam pasar bebas internasional, Indonesia perlu untuk membenahi kondisi pembangunan dalam negeri. Sejauh ini pembangunan dalam negeri selalu berbasiskan dengan pembangunan ekonomi, sehingga menyebabkan kesenjangan sosial yang semakin hebat. Indonesia sebagai negara dunia ketiga menghadapi masalah yang sama dengan kebanyakan negara-negara berkembang lainnya yaitu kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu perlu pembangunan yang berbasiskan pemberdayaan.

Pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan yang berbasis pada kekuatan atau daya yang mereka sendiri, melalui optimalisasi daya dan peningkatan posisi tawar yang mereka miliki4. Singkat kata membangun fondasi bagian bawah yang kuat supaya

dapat menopang ekonomi maupun pembangunan nasional. Pembangunan pemberdayaan pada dasarnya menawarkan altrnatif pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan memberi kesempatan kepada kelompok masyarakat miskin atau tuna-daya untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan pembangunan yang mereka pilih dan putuskan sendiri. Dalam perkembangannya model pemberdayaan telah menciptakan suatu metodologi pengumpulan data yang akan digunakan untuk merencanakan program pembangunan. Model tersebut dikenal dengan Participation Action Research (PAR). PAR mengikutsertakan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dalam proses pengumpulan data, menjelaskan sebab-sebab terjadinya kemiskinan dan merumuskan bagaimana penyelesaian masalah tersebut.

(7)

memadai tentang indikator pembangunan ini akan mengakibatkan semakin terarahnya pelakasanaan pembangunan yang dilakasanakan dan semakin tingginya responsi masyarakat dalam menyukseskan dan mencapai sasaran yang telah ditargetkan. Pengertian pembangunan itu sangat luas.Tidak hanya sekedar proses peningkatan GNP per kapita,tetapi juga bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek (ekonomi,sosial,dan politik) dalam kehidupan masyarakat.Pembangunan ekonomi seringkali didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan pendapatan rill per kapita dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.Jadi proses kenaikan pendapatan per kapita secara terus menerus dalam jangka panjang saja tidak cukup bagi kita untuk mengatakan telah terjadi pembangunan ekonomi,tetapi perbaikan struktur sosial, sistem kelembagaan (baik organisasi maupun aturan main)dan perubahan sikap dan perilaku masyarakat juga merupakan komponen penting dari pembangunan ekonomi.

Indikator moneter merupakan indikator yang berkaitan dengan uang. Uang disini merupakan tingkat income yang diterima oleh masyarakat5. Indikator moneter secara lebih

detil diukur dengan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah indikator moneter atas setiap kegiatan ekonomi penduduk suatu negara.Kelebihan utama dari pendekatan ini adalah karena difokuskan pada raison d’etre dari pembangunan yaitu meningkatnya standar dan kualitas hidup masyarakat serta berkurangnya angka kemiskinan. Kelemahan Umum Pendekatan Pendapatan per kapita adalah ketidakmampuannya untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara utuh.Seringkali adanya kenaikan pendapatan per kapita suatu negara tidak disertai oleh perbaikan kualitas hidup masyarakatnya.Kita harus menyadari bahwa tingkat pendapatan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka,meskipun di samping itu ada beberapa faktor lain (non-ekonomi) seperti adat istiadat,keadaan iklim,dan alam sekitar,serta ada atau tidaknya kebebasan dalam mengeluakan pendapat dan betindak.Beberapa ekonom memandang bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan suatu hal yang subyektif.Artinya setiap orang mempunyai pandangan hidup,tujuan hidup,dan cara hidup yang berbeda.

(8)

dengan memperbaiki metode yang digunakan dalam perhitungan pendapatan konvensional. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clarck dan selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis (1956), (2) Kelompok yang membuat penyesuain dalam perhitungan pendapatan nasional dengan mempertimbangkan adanya perbedaan tingkat harga di setiap negara,dan (3) Kelompok yang membandingkan adanya perbedaan tingkat kesejahteraan setiap negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter (non-metary indicators),seperti jumlah kendaraan bermotor, tingkat elektrifikasi,konsumsi minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, dan sebagainya6.

Menurut metode ini,tingkat kesejahteraan dari setiap negara ditentukan oleh beberapa indikator berdasarkan pada tingkat konsumsi atau jumlah persediaan beberapa jenis barang tertentu yang datanya dapat dengan mudah diperoleh di NSB.Data tersebut adalah :

1. Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg)

2. Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton) 3. Jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun

4. Jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10 5. Jumlah persediaan telpon dikalikan 10

6. Jumlah persediaan berbagai jenis kendaraan 7. Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg)

Usaha lain dalam menentukan dan membandingkan tingkat kesejahteraan antarnegara dilakukan pula oleh United Nations Research Institut for Social Development (UNRISD).Dalam Studinya UNRISD menggunakan 18 indikator yang terdiri dari 10 indikator ekonomi dan 8 indikator sosisal yaitu :

1. Tingkat harapan hidup

2. Konsumsi protein hewani per kapita

3. Presentase anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah 4. Presentase anak-anak yang belajar di sekolah kejuruan

5. Jumlah surat kabar 6. Jumlah telpon 7. Jumlah radio

8. Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk atau lebih 9. Presentase laki-laki dewasa di sektor pertanian

10. Presentase tenaga kerja yang bekerja di sektor listrik, gas, air, kesehatan, pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi.

(9)

11. Presentase tenaga kerja yang memperoleh gaji atau upah

17. Produk pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian 18. Pendapatan perkapita Produk Nasional Bruto (PNB).

Kemudian pada indeks kualitas hidup ada tiga indikator utama yang dijadikan acuan pada indeks ini yaitu tingkat harapan hidup, tingkat kematian, dan tingkat melek huruf. Berdasarkan setiap indikator tersebut dilakukan pemeringkatan terhadap kinerja pembangunan suatu negara,kinerja tersebut diberi skor antara 1-100, angka 1 melambangkan kinerja terburuk dan angka 100 melambangkan kinerja terbaik7.

Dalam 20 tahun mendatang, Indonesia akan menghadapi persaingan dan ketidakpastian global yang makin meningkat, jumlah penduduk yang makin banyak, dan dinamika masyarakat yang makin beraneka ragam. Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Nasional, perlu diteruskan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai, permasalahan yang sedang dihadapi dan tantangannya ke depan ke dalam suatu konsep pembangunan jangka panjang, yang mencakup berbagai aspek penting kehidupan berbangsa dan bernegara, yang akan menuntun proses menuju tatanan kehidupan masyarakat dan taraf pembangunan yang hendak dicapai. Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong penyediaan berbagai sarana dan prasarana perekonomian penting yang dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Secara bertahap, struktur ekonomi berubah dari yang semula didominasi oleh pertanian tradisional ke arah kegiatan ekonomi lebih modern dengan penggerak sektor industri. Ekspor nonmigas yang menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menghasilkan produk dan daya saing produk Indonesia terhadap produk negara lain meningkat pesat. Bahkan dalam paruh kedua 80-an, terjadi perubahan struktur ekspor dari yang semula didominasi oleh ekspor migas menjadi ekspor yang di dominasi oleh ekspor nonmigas.

(10)

infrastruktur telematika belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat; tidak meratanya penyebaran infrastruktur telematika dengan konsentrasi yang lebih besar di wilayah barat Indonesia, yaitu sekitar 86 persen di Pulau Jawa dan Sumatera, dan daerah perkotaan; terbatasnya kemampuan pembiayaan penyedia infrastruktur telematika dengan belum berkembangnya sumber pembiayaan lain untuk mendanai pembangunan infrastruktur telematika seperti kerjasama pemerintah-swasta, pemerintah-masyarakat, serta swasta-masyarakat; dan kurang optimalnya pemanfataan infrastruktur alternatif lainnya yang dapat dimanfaatkan dalam mendorong tingkat penetrasi layanan telematika8. Rendahnya

kemampuan masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi pada akhirnya menimbulkan kesenjangan digital dengan negara lain. Dalam kaitan itu, perlu segera dilakukan berbagai perbaikan dan perubahan untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan bangsa dalam menghadapi persaingan global yang makin ketat. Selain itu kebijakan pembangunan nasional yang selama ini kurang memberikan perhatian yang memadai pada kesenjangan juga menimbulkan beberapa ekses negatif terhadap pembangunan daerah, antara lain: menumpuknya kegiatan ekonomi di daerah tertentu saja, seperti terkonsentrasinya industri manufaktur di kota-kota besar di Pulau Jawa; terjadinya pertumbuhan kota-kota metropolitan dan besar yang tidak terkendali yang mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan perkotaan; melebarnya kesenjangan pembangunan antara daerah perkotaan dan perdesaan; meningkatnya kesenjangan pendapatan perkapita; masih banyaknya daerah-daerah miskin, tinggi pengangguran, serta rendah produktivitas; kurangnya keterkaitan kegiatan pembangunan antar wilayah; kurang adanya keterkaitan kegiatan pembangunan antara perkotaan dengan perdesaan; tingginya konversi lahan pertanian ke nonpertanian di Pulau Jawa; serta terabaikannya pembangunan daerah perbatasan, pesisir, dan kepulauan.

Indonesia yang maju dan mandiri menuntut kemampuan ekonomi untuk tumbuh yang cukup tinggi, berkelanjutan, mampu meningkatkan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat secara luas, serta berdaya saing tinggi didukung oleh penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam mengembangkan sumber-sumber daya pembangunan. Pembangunan ekonomi dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai berikut9;

o Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dimana pertanian (dalam arti luas) dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang menghasilkan

produk-8 https://syahriartato.wordpress.com/2013/02/17/jurnal-pembangunan-perkotaan/

(11)

produk secara efisien dan modern, industri manufaktur yang berdaya saing global menjadi motor penggerak perekonomian, dan jasa menjadi perekat ketahanan ekonomi.

o Pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai sekitar US$ 6000 dengan tingkat pemerataan yang relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen. o Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi

yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.

Peranan pemerintah yang efektif dan optimal diwujudkan sebagai fasilitator, regulator, sekaligus sebagai katalisator pembangunan di berbagai tingkat guna efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, terciptanya lingkungan usaha yang kondusif dan berdaya saing, dan terjaganya keberlangsungan mekanisme pasar. Kelembagaan ekonomi dikembangkan sesuai dinamika kemajuan ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik di dalam menyusun kerangka regulasi dan perijinan yang efisien, efektif, dan non-diskriminatif; menjaga persaingan usaha secara sehat mengembangkan dan melaksanakan iklim persaingan usaha secara sehat dan perlindungan konsumen; mendorong pengembangan standardisasi produk dan jasa untuk meningkatkan daya saing; merumuskan strategi dan kebijakan pengembangan teknologi sesuai dengan pengembangan ekonomi nasional; dan meningkatkan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan ekonomi10. Kebijakan pasar kerja diarahkan untuk

mendorong terciptanya sebanyak mungkin lapangan kerja formal serta meningkatkan kesejahteraan pekerja di pekerjaan informal. Pasar kerja yang fleksibel, hubungan industrial yang harmonis dengan perlindungan yang layak, keselamatan kerja yang memadai, serta terwujudnya proses penyelesaian industrial yang memuaskan semua pihak merupakan ciri-ciri pasar kerja yang diinginkan. Selain itu, pekerja diharapkan mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga dapat bersaing serta menghasilkan nilai tambah yang tinggi dengan pengelolaan pelatihan dan pemberian dukungan bagi program-program pelatihan yang strategis untuk efektivitas dan efisiensi peningkatan kualitas tenaga kerja sebagai bagian integral dari investasi sumber daya manusia. Sebagian besar pekerja akan dibekali dengan pengakuan kompetensi profesi sesuai dinamika kebutuhan industri dan dinamika persaingan global.

(12)

terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah, termasuk berkurangnya kesenjangan antar wilayah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industri dan distribusi. Upaya ini dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah. Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu sistem wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan, melalui11:

o Penerapan manajemen perkotaan (urban-sprawl management) yang meliputi optimasi dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga (buffer zone) di sekitar kota inti dengan penegakan hukum yang tegas dan adil, serta peningkatan peran dan fungsi kota-kota menengah dan kecil di sekitar kota inti agar kota-kota tersebut tidak hanya berfungsi sebagai dormitory town tetapi dapat menjadi kota mandiri;

o Pengembangan kegiatan ekonomi kota (urban economic development) yang ramah lingkungan seperti industri jasa keuangan, perbankan, asuransi, industri telematika dan lain-lain; serta peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan; peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan;

o Revitalisasi kawasan kota (urban revitalization) meliputi pengembalian fungsi kawasan melalui membangun kembali kawasan; peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan kembali pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi masal yang terintegrasi antar moda.

(13)

dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi.

Banyak cara untuk melihat apakah pembangunan di Indonesia gagal atau tidak. Salah satunya adalah masalah kesejahteraan. Jika pemerintah menyatakan berhasil meningkatkan kesejahteraan umat dengan naiknya pendapatan perkapita, maka dari sisi realitas justru umat ditimpa berbagai kesulitan hidup dan kemiskinan tidak dapat dientaskan. Jika pemerintah menyatakan berhasil menurunkan rasio hutang terhadap PDB, maka dari sisi realitas justru beban cicilan hutang semakin bertambah sedangkan jumlah hutang tidak pernah berkurang. Kegagalan pembangunan Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan yang adil bagi umat tentu tidak lepas dari kesalahan model pembangunan yang diadopsi. Secara garis besar ada tiga masalah utama model pembangunan yang menjadi faktor kunci kegagalan12.

Pertama, pembangunan yang menciptakan ketergantungan. Ketergantungan pembangunan pada faktor luar negeri menyebabkan definisi, tujuan, undang-undang, dan pilihan kebijakan dalam pembangunan tidak ditentukan secara mandiri. Padahal kemandirian saja tidak cukup dalam pembangunan tetapi harus disertai dengan konsep dan sistem yang benar, apalagi bila kemandirian tidak dimiliki. Kedua, pertumbuhan yang bertumpu pada politik. Sudah menjadi persepsi umum bahwa pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, sebaliknya pertumbuhan ekonomi mendorong tercapainya pembangunan ekonomi. Model pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi ini merupakan dasar politik pembangunan ekonomi Indonesia. Model politik pertumbuhan menempatkan persepsi kesejahteraan dan kemakmuran hanya dapat dicapai manakala perekonomian didorong untuk menghasilkan output kegiatan ekonomi yang tumbuh lebih besar setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut digambarkan oleh pertambahan nilai produk domestik bruto (PDB). Dengan perekonomian yang tumbuh, maka pengangguran dan kemiskinan dapat dikurangi dan dituntaskan, begitulah logikanya. Dan yang ketiga adalah pembangunan yang berbasiskan pasar, dalam model pembangunan ini, pusat perhatian negara adalah pasar dan investor bukan umat. Keberpihakan tersebut merupakan konsekwensi dari ketergantungan pembangunan pada hutang dan investasi asing, serta pandangan pasar dan investor sebagai lokomotif pertumbuhan. Model pembangunan yang menjadikan pasar dan investor sebagai pusat perhatian negara akan mendorong pemerintah melahirkan kebijakan dan undang-undang yang bersahabat dengan pasar. Melalui pembangunan yang pro pasar

12 Kompas.com, Antisipasi Jangan Sampai Indonesia Menjadi Negara Gagal,

(14)

pemerintah melakukan liberalisasi ekonomi dan liberalisasi sumber daya alam. Dengan kata lain, pemerintah menerapkan ekonomi neoliberal.

KESIMPULAN

Besarnya potensi ekonomi kreatif yang dimiliki Indonesia, ditambah kayanya sumber daya alam dan cadangan sumber daya manusia yang besar, jika ditransformasikan dengan tepat maka akan menjadi solusi besar bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari kemelut kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu perlu ada sinergitas dari semua pemangk kepentingan, dalam mengatasi berbagai tantangan yang berpotensi menjadi bottleneck

(15)

pentingnya menerapkan prinsip-prinsip marketing. Produk tidak semata-mata benda mati yang diperjual-belikan, namun lebih kepada strategi kita dalam mengemas produk, diferensiasi produk, targeting, dan strategi dalam memasarkan produk diperlukan penerapan marketing intelejen, supaya kita bisa tahu kekuatan pesaing-pesaing dan selera pasar, karena di era globalisasi, perang sejatinya adalah perang di medan ekonomi. Mengutip nasihat Sun Tzu “kenali dirimu kenali lawanmy, seribu pertempuran akan kau menangkan”.

Banyak cara untuk melihat apakah pembangunan di Indonesia gagal atau tidak. Salah satunya adalah masalah kesejahteraan. Jika pemerintah menyatakan berhasil meningkatkan kesejahteraan umat dengan naiknya pendapatan perkapita, maka dari sisi realitas justru umat ditimpa berbagai kesulitan hidup dan kemiskinan tidak dapat dientaskan. Jika pemerintah menyatakan berhasil menurunkan rasio hutang terhadap PDB, maka dari sisi realitas justru beban cicilan hutang semakin bertambah sedangkan jumlah hutang tidak pernah berkurang. Kegagalan pembangunan Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan yang adil bagi umat tentu tidak lepas dari kesalahan model pembangunan yang diadopsi. Saya harap, para pemegang kebijakan di negeri ini melihat makna sesungguhnya dari pembangunan, tidak hanya sekedar kemajuan ekonomi tapi juga peningkatan taraf kesejahteraan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

-Husein, Machnun. Etika Pembangunan dalam Pemikiran Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali, 1986.

-Winarno, Budi. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogjakarta: CAPS, 2011.

(16)

-AR, Mustopadidjaja. Dkk. BAPPENAS Dalam Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2014.

-Hanafie, Haniah dan Subhana Azmy, Ana. Kompilasi Bahan Mata Kuliah Pembangunan Politik. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

- Kompas.com, Antisipasi Jangan Sampai Indonesia Menjadi Negara Gagal,

http://nasional.kompas.com/read/2011/10/26/23383313/Antisipasi.Jangan.Sampai.Indonesia.J adi.Negara.Gagal

Referensi

Dokumen terkait

Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Model pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara

Namun, dibalik keberagaman tersebut telah disatukan oleh Sejarah Budaya masa lalu yang membentuk Peradaban Sungai Pawan.

Promosi wisata budaya Yogyakarta belum banyak dilakukan.Kegiatan promosi wisata dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, khususnya teknologi piranti

Mengakomodasi perubahan ini memerlukan pengertian setiap perlengkapan tetap dan mendukung prasarana termasuk untuk pengguna disabilitas yang menggunakan kursi roda,

Latar belakang: Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti

dokumen informasi publik yang wajib diumumkan secara berkala dan serta merta (jika ada) kepada pengelola situs resmi Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini, nata dari jambu air ternyata dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan edible film yang berguna untuk packing

Oleh karena itu, setiap apa yang telah dilakukan dalam demokrasi seperti Pemilu menjadi penting untuk dilakukan evaluasi sehingga Pemilu yang dilakukan bukan semata