• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pantauan Tingg MODEL PEMBELAJARAN.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Pantauan Tingg MODEL PEMBELAJARAN.doc"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran

Dr. Hj. Leli Halimah, M.Pd

disusun oleh: Kelompok 4

Annis Fadhilah (1500168)

Arini Gustiyani (1507353) Atni Nur Anggraeni (1503858)

Indi Nursyifa (1504293)

Nanda Marini (1504701)

Regina Maharani Cristy (1505728) Rima Siti Nurpatihah (1506155)

3C

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS CIBIRU BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Denga menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas khadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Model Pembelajaran.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaikai makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Model Pembelajaran ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN...

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Model Pembelajaran?

2. Bagaimana Model Pembelajaran Berdasarkan Teori? 3. Apa saja Macam-macam Model Pembelajaran? C. Tunjuan Penulisan

1. Untuk menggambarkan bagaimana konsep model pembelajaran.

2. Untuk menggambarkan bagaimana medel pembelajaran berdasarkan teori. 3. Untuk menggambarkan apa saja macam-macam model pembelajaran. D. Manfaat Penulisan

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran

Model Pembelajaran adalah sebagai suatu dsain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.

Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010:51).

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :

a. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya, b. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

c. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan

(6)

3. Fungsi Model Pembelajaran

Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Menurut Suprijono (2011: 46) melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.Chauhan menyebutkan fungsi model pembelajaran secara khusus adalah :

a. Pedoman. Model pembelajaran dapat berfungsisebagai pedoman yang dapatmenjelaskan apa yangharus dilakukan guru.

b. Pengembangan kurikulum. Model pembelajarandapat membantu dalam pengembangan kurikulumuntuk satuan kelas yang berbeda dalam pendidikan.

c. Menetapkan bahan-bahan mengajar. Modelpembelajaran menetapkan secara rinci bentuk-bentuk bahan pengajaran yang berbeda yang akandigunakan guru dalam membantu perubahan yangbaik dari kepribadian siswa.

d. Membantu perbaikan dalam mengajar. Modelpembelajaran bisa membantu proses belajarmengajar dan meningkatkan keefektifanpembelajaran. (Iru, 2012: 8)

B. Model Pembelajaran berdasarkan teori 1. Model Interaksi Sosial

(7)

a. Pengalaman Insight/ Tilikan. Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. Pengajar hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan insight.

b. Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang.

c. Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku disamping adanya kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai.

d. Prinsip ruang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewis (teori medan/field theoty). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan/medan di mana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan berada (CTL) Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik. b. Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai

diri sendiri maupun terhadap kelompok.

c. Pemecahan masalah sosial atau inquiry social bertujuan untuk mengambangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.

d. Model laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.

(8)

f. Simulasi sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.

2. Model Pemrosesan Informasi

Model ini berdasarkan Teori Belajar Kognitif (Piaget) dan berorientai pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan : mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Dipelopori oleh Robert Gagna (1985), asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan yang merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capibilities) yag terdiri dari: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik. Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne (19850 adalah:

a. Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. b. Pemahaman, individu menerima dan memahami informasi yang

diperoleh dari pembelajaran.

c. Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa.

d. Penahanan, menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang.

e. Ingatan kembali mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan.

f. Generalisasi, menggunakan hasilpembelajaran untuk keperluan tertentu.

(9)

h. Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.

Ada sembilan langkah yang harus diperhatikan pendidik di kelas kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi.

a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.

b. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.

c. Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.

d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah direncanakan.

e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran. f. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.

g. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa. h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil.

i. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.

Model Proses Informasi ini meliputi beberapa strategi pembelajaran, diantaranya:

a. Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.

b. Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan.

c. Inquiry keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam domai-domain disiplin ilmu lainnya.

d. Pembentukan konsep, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berpikir logis, aspek sosial dan moral.

e. Model pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berfikir logis, aspek sosial, dan moral.

(10)

Implikasi Teori Belajar Kognitif (Piaget) dalam pembelajaran diantaranya: a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa .

b. Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sebaik mungkin (fasilitator).

c. Bahan yang harus dipelajari hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

d. Di kelas, berikan kesempatan pada anak untuk dapat bersosialisasi dan diskusi sebanyak mungkin.

3. Model Personal

Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Implikasi teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Bertingkal laku dan belajar adalah hasil pengamatan. b. TL yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).

c. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri. d. Sebagian besar TL individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri. e. Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat

penting (learn how to learn).

f. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.

(11)

a. Pembelajaran non direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri)

b. Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepedulian siswa.

c. Sinetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif.

d. Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.

4. Model Modifikasi Tingkah Laku

Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk TL dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan. Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu fase mesin pengajaran (CAI dan CBI), penggunaan media, pengajaran berprograma (linier dan branching) Operant Conditioning, dan Operant Reinforcement. Implementasi dari model ini adalah: meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak, guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa, modifilasi TL anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, dan penerapan prinsip pembelajaran individu terhadap pembelajaran klasikal.

(12)

Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus akan dimilikinya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.

f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Pembelajaran konstektual memiliki 7 tahapan pokok yang harus dikembangkan oleh guru yaitu:

a. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

(13)

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.

e. Pemodelan (Modeling)

Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru saja dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

(14)

kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain (Depdiknas, 2002:20). Program pembelajaran konstektual hendaknya:

a. Nyatakan kegiatan utama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.

b. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.

c. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan. d. Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan

siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.

e. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar. C. Macam-macam Model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Example non Example

Model Pembelajaran Example Non Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

Langkah-langkah :

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP c. Guru memberi petunjuk dan memberikesempatanpada siswa untuk

(15)

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. g. Kesimpulan

Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan :

a. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Kekurangan:

a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. b. Memakan waktu yang lama.

2. Model Pembelajaran Picture and Picture

Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis.

Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

(16)

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.

d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.

e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.

(17)

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.

g. Kesimpulan atau rangkuman

Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture Kelebihan:

a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. b. Melatih berpikir logis dan sistematis.

c. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,

d. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik. e. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas Kekurangan:

a. Memakan banyak waktu b. Banyak siswa yang pasif.

c. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.

d. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain

e. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

(18)

agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.

Langkah-langkahnya adalah:

a. Persiapan, Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. b. Pembentukan Kelompok. Dalam pembentukan kelompok disesuaikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

c. Diskusi Masalah, Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

d. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

(19)

4. Model Pembelajaran Student Teams-Achievements Divisions (STAD) Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Sintaks model

Pembelajaran STAD antara lain :

a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

g. Guru memberikan evaluasi. h. Penutup.

d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya. e. Tidak bersifat kompetitif.

Kekurangan:

Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007)yaitu:

a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

(20)

5. Rumpun Pengembangan Pribadi (Personal Models)

Rumpun model pengembangan pribadi orientasinya adalah pengembangan diri individu peserta didik. Proses pembelajarannya lebih mengutamakan pada proses membantu individu peserta didik untuk memahami dirinya secara lebih baik, kemudian meningkatkan pada kemampuan yang lebih tinggi, lebih sensitif, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Dengan kata lain, kelompok model mengajar ini bertujuan agar peserta didik menjadi pribadi yang mandiri, juga meningkatkan kesadaran diri dan bertanggung jawab terhadap nasibnya. Berikut ini adalah beberapa model mengajar pada rumpun pengembangan pribadi.

a. Model Non Directive

Model ini dikembangkan oleh Carl Rogers (1961-1982). Dalam model ini guru memainkan peran sebagai counselor atau penasehat. Model ini dikembangkan dari teori counseling, oleh karena itu model ini mengutamakan adanya partnership diantara guru dan peserta didik. Dalam proses pembelajarannya, guru secara aktif membangun hubungan kemitraan dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan peserta didik dalam mencoba memecahkan masalahnya. Model ini dapat digunakan pada semua tipe peserta didik dan semua bidang studi.

b. Model Meningkatkan Harga Diri

(21)

Model ini dikembangkan oleh Wilian Gordon (1961) untuk digunakan di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini dirancang untuk membantu orang break set dalam memecahkan masalah dan menulis kreatif serta memeroleh perspektif pbaru pada berbagai topik dari stimulus yang langsung untuk mengajarkan kreativitas, model ini telah mempunyai dampak tambahan, yaitu dapat mendorong kegiatan kolaboratif dan belajar ketarerampilan serta menimbulkan perasaan persahabatan (feeling of camaraderie) diantara peserta didik.

d. Model Latihan kesadaran Diri

Model ini dipelopori oleh Brown (1964), dengan maksud agar peserta didik mampu menjajagi dan mengenal, serta menyadari kemampuan dirinya, juga mampu menyadari dan memahami orang lain. Melalui model ini, pesrta didik belajar melalui paket-paket latihan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan bebrbagai aktivitas.

6. Rumpun Sistem Prilaku (Behavioral Systems)

Rumpun model perilaku ini dibangun atas dasar teori belajar yang umum, yaitu kerangka teori perilaku. Tokohnya antara lain B. F. Skinner (1953). Salah satu ciri dari rumpun ini adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar kepada sejumlah perilaku yang lebih khusus dan secara sistematis. Dalam hal ini belajar tidak dipandang sebagai suatu yang menyeluruh, melainkan dirinci dalam langkah-langkah yang konkrit dan dapat diamati.

(22)

karena itu model belajarnya didasarkan atas Stimulus Response Reinforcement. Interaksi dengan pola tersebut dapat berlangsung berulang-ulang untuk mendapatkan tingkah laku yang dikehendaki. Upaya ini disebut shaping.

Beberapa model yang termasuk dalam rumpun model pengubahan tingkah laku diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Model Belajar Tuntas

Model ini dipelopori oleh Benjamin S. Bloom (1971) dan John B. Carrol (1971). Konsep utama belajar tuntas terletak pada konsep “bakat” yang didefinisikan sebagai “waktu” yang dibutuhkan peserta didik untuk menguasai materi pelajaran. Adapun konsep yang berlaku adalah “kemampuan untuk dapat menguasai materi pelajaran”. Dengan formulasi yang baru itu maka model ini berasumsi bahwa semua peserta didik dapat menguasai (mastery) bahan pelajaran secara tuntas apabila diberi waktu yang cukup.

Anggapan dasar belajar tuntas adalah peserta didik mau dan dapat belajar. Peserta didik mau belajar, pada dasarnya anak yang mempunyai kemauan untuk belajar. Apabila terdapat anak yang seperti tidak mau belajar, harus dicari penyebabnya. Anak dapat belajar, artinya kemampuan belajar itu dimiliki semua anak tidak terkecuali. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya memperhitungkan kecepatan belajar dari masing-masing anak.

Prinsip-prinsip belajar tuntas yaitu berkaitan dengan perbedaan waktu belajar, yang erat kaitannya dengan bakat yang dimiliki anak. Dalam hal ini, anak yang mempunyai bakat tinggi akan dapat mempelajari suatu bidang studi secara cepat. Sedangkan anak yang denga bakat rendah akan dapat mempelajari suatu bidang studi yang sama dalam waktu yang lebih lambat. Dalam konsep belajar tuntas, terdapat dua jenis waktu dalam pembelajaran, yaitu:

(23)

Faktor yang memengaruhi waktu yang diperlukan, yaitu bakat mempelajari sesuatu tugas yang diberikan, kemampuan anak memahami pelajaran, dan kualita pembelajaran itu sendiri.

2) Waktu yang secara riil digunakan

Faktor yang memengaruhi waktu yang secara riil diperlukan, yaitu waktu yang terseda atau kesempatan belajar (sesuai jadwal pelajaran), dan waktu yang diinginkan untuk mempelajari sesuatu hal (umpan balik yang sering dan segera).

Bagi peserta didik yang belum berhasil dalam belajarnya, maka guru harus memberikan “perbaikan”. Bentuk-bentuk perbaikan yang dapat dilakukan oleh guru, diantaranya adalah (a) melalui media tertentu atau mungkin buku, (b) tutor sebaya, (c) kerja kelompok, (d) reteaching, (e) lembar kerja, (f) metode dan media visual dan auditif, (g) permainan akademik, (h) pengajaran individual.

b. Model Operant-Condition

Pada hakikatnya model ini bertolak dari teori operant condition learning yang menyatakan bahwa manusia dapat belajar dari umpan balik yang diterima. Pola interaksi belajarnya adalah Stimuli Response Reinforcement yang dipelopori oleh Skinner. Sebagai stimuli dapat berupa masalah yang disajikan oleh guru serta kondisi fisik lingkungan yang mendukung; response dari peserta didik selalu mendapat reinforcement dari guru. Interaksi berlangsung sampai terbentuk tingkah laku yang dikehendaki sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan. B. F. Skinner juga telah mengembangkanmodel pembelajaran semacam ini dalam bentuk pengajaran berprogram (programmed instruction) berupa bahan setakan di mana peserta didik dapat belajar secara mandiri.

c. Model Simulasi

(24)

Dalam tahap ini peserta didik diberi informas secara garis besar. Tahap kedua, berupa demonstrasi. Dimana peserta didik diberitahu bagaimana harus berbuat atau berperilaku. Tahap ketiga, adalah tahap latihan (praktik). Dimana peserta didik dberi kesempatan untuk melakukan latihan. Tahap keempat, adalah tahap umpan balik. Dapat berupa diskusi antara guru-peserta didik atau antara peserta didik-peserta didik dengan tujuan agar didik-peserta didik memperoleh umpan balik. Siklus dapat diulang melalui tahap pertama sampai mencapai tingkat keterampilan yang dikehendaki.

d. Model Kondisi Belajar

Model ini dipelopori oleh Gagne (1965) dan sebenarnya model ini dapat dikelompokkan ke dalam rumpun “Pengolahan Informasi” maupun dalam rumpun “Pengubahan Tingkah Laku”. Hal ini disebabkan pengertian belajar menurut Gagne adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui proses pengolahan informasi yang bertahap mulai dari bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang lebih kompleks. Asumsi dasarnya adalah bahwa untuk dapat mempelajari suatu masalah yang kompleks diperlukan kemampuan atau pengetahuan awal yang lebih sederhana. Tahap pertama yang paling sederhana adalah mampu memberikan respons tertentu untuk stimulus tertentu. Tahap kedua adalah kemampuan untuk menghubungkan. Tahap ketiga adalah mampu membeda-bedakan. Tahap keempat adalah mampu mengklasifikasikan. Tahap kelima yaitu mampu mengaplikasikan kaidah atau konsep-konsep. Tahap keenam adalah mampu memecahkan masalah.

Tugas guru dalam hal ini adalah memberikan “kondisi belajar” yang tepat guna, agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Belajar yang efektif menurut Gagne, harus bertumpu pada aktivitas peserta didik. Jadi konsep “mengajar” dalam model ini adalah “memberikan kondisi belajar”.

(25)
(26)

BAB III PENUTUP

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Dodo, T. (2014). Macam Model dan Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia di: https://teguhtdodo.wordpress.com/2014/08/02/41-macam-model-metode-pembelajaran-efektif/ (26 November 2016)

Mulyana, A. (2015). Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia di:

ainamulyana.blogspot.co.id/2015/02/model-pembelajaran-dan-model.html?m=1 (26 November 2016)

Tanpa Nama. (2016). Fungsi dan Model Pemebelajaran Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia di: www.gudangteori.xyz/2016/10/fungsi-model-pembelajaran-menurut-para-ahli.html?m=1 (26 November 2016)

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah atau Negara dalam periode tertentu, kenaikan produksi ini bisa

3) Blok yang sudah disiapkan dipotong dengan ketebalan 5 mikron, lalu dimasukkan air panas ±60 o C. Setelah jaringan mengembang, jaringan diambil menggunakan kaca

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah..

 Diagnosis penyakit kulit berdasar pemeriksaan klinis saja, kadang2 menemui kesukaran oleh karena : pada gejala klinis yang sama dapat disebabkan oleh penyebab yang berbeda,

kejahatan yang dilakukan dengan memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan

Untuk memperoleh data yang diperlukan, sesuai dengan teknik. pengumpulan data yang telah ditetapkan sebelumnya, maka

Jumlah kalor yang diterima benda bersuhu rendah sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda bersuhu tinggib. Jumlah kalor yang diterima benda bersuhu rendah tidak

Third, authorities of KASN are: supervise each step of the JPT determining process starts from the institution committee recruitment formation, vacancy