• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYITAAN BARANG BUKTI PELANGGARAN LALU LINTAS (Studi pada Polresta Bandar Lampung) Bambang Wardoyo , Diah Gustiniati, Eko Raharjo. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Lampung Email: Bambang.199

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYITAAN BARANG BUKTI PELANGGARAN LALU LINTAS (Studi pada Polresta Bandar Lampung) Bambang Wardoyo , Diah Gustiniati, Eko Raharjo. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Lampung Email: Bambang.199"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYITAAN BARANG BUKTI PELANGGARAN LALU LINTAS

(Studi pada Polresta Bandar Lampung)

Bambang Wardoyo, Diah Gustiniati, Eko Raharjo.

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Lampung Email: Bambang.1990@yahoo.com.

ABSTRAK

Pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polresta Bandar Lampung pada tahun 2012 berjumlah 12.590 kasus dan sampai bulan Agustus 2013 telah terjadi pelanggaran mencapai 8.373 kasus. Jumlah pelanggaran yang tinggi ini, diikuti dengan penyitaan barang bukti pelanggaran lalu lintas oleh kepolisian yang berupa kendaraan bermotor yang bersangkutan, SIM atau STNK. Sehubungan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan permasalahan: Bagaimanakah pelaksanaan kewenangan kepolisian dalam melakukan suatu tindakan penyitaan terhadap barang bukti pelanggaran lalu lintas dan Apakah faktor penghambat pelaksanaan kewenangan kepolisian dalam penindakan pelanggaran lalu lintas. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa: Kewenangan kepolisian dalam melakukan penyitaan barang bukti pelanggaran lalu lintas Kota Bandar Lampung dilakukan terhadap Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) dan kendaraan bermotor bersangkutan. Bagi pengendara kendaraan bermotor tidak membawa SIM saat pemeriksaan kendaraan bermotor, polisi dapat menyita STNK. Penyitaan terhadap kendaraan bermotor dilakukan apabila kendaraan tidak dilengkapi oleh surat-surat kendaraan, pengendara tidak memiliki SIM, terjadi pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan, kendaraan bermotor diduga berasal dari hasil tindak pidana atau digunakan untuk melakukan tindak pidana dan kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan kewenangan kepolisian dalam penindakan pelanggaran lalu lintas di Kota Bandar Lampung adalah masih kurangnya rambu-rambu lalu lintas, pengetahuan masyarakat tentang hukum lalu lintas yang masih kurang dan jumlah petugas polisi lalu lintas belum proporsional.

(2)

ANALYSIS of POLICE AUTHORITY IN THE PROCESS OF SEIZURE OF GOODS TRAFFIC VIOLATION EVIDENCE

(Studies on Polresta Bandar Lampung)

Bambang Wardoyo, Diah Gustiniati, Eko Raharjo. science courses in law, Faculty of law University of Lampung

Email: Bambang.1990@yahoo.com. ABSTRACT

Traffic violations in Bandar Lampung Police jurisdictions in 2012 amounted to 12.590 cases and until August 2013 there has been a breach reached 8.373 cases. This high number of violations, followed by the seizure of evidence of traffic violations by the police in the form of motor vehicles is concerned, driver's license or vehicle registration. In respect of the above description, researchers interested in conducting research with the problem: How does the implementation of the authority of the police in conducting a foreclosure action against the evidence of traffic violations and What factors inhibiting the implementation of the police authority in the enforcement of traffic violations. This study uses a normative approach and empirical judicial approach. The results showed that the research and discussion: The authority of the police in the seizure of evidence of traffic violations committed against Dublin City Driving License (SIM), Certificate of Motor Vehicles (vehicle registration) and motor vehicle concerned. For motorists do not bring a motor vehicle driver's license examination, the police may seize the vehicle registration. Confiscation of the motor vehicle if the vehicle is not equipped conducted by the vehicle papers, the rider does not have a driver's license, a violation of the technical requirements and roadworthy, motorists probably derived from the proceeds of crime or used to commit a crime and vehicle involved traffic accidents. Factors inhibiting the implementation of the police authority in the enforcement of traffic violations in the city of Bandar Lampung is still a lack of traffic signs, public knowledge about traffic laws are still lacking and the number of traffic police officers have not proportional.

(3)

I. PENDAHULUAN

Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. Persoalan lalu lintas yang dihadapi oleh kota-kota besar antara lain, yaitu kemacetan, kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas. Keadaan ini merupakan salah satu perwujudan dari perkembangan teknologi transportasi yang modern. Perkembangan lalu lintas itu sendiri dapat memberi pengaruh, baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif bagi kehidupan masyarakat. Hal ini nampak telah membawa pengaruh terhadap keamanan lalu lintas yang semakin sering terjadi, pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh banyak faktor tidak sekedar oleh pengemudi kendaraan yang buruk, pejalan kaki yang kurang hati-hati, kerusakan kendaraan, rancangan kendaraan, cacat pengemudi, rancangan jalan, dan kurang mematuhinya rambu-rambu lalu lintas.1

Sesuai dengan Pasal 7 ayat (2) huruf e Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas.

1

Suwardjoko, Warpani. Perencanaan Lalu Lintas dan Tata Kota. (Bandung: IPB, 2005), Hlm. 135

Seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan baik kendaraan roda dua maupun roda empat, serta sudah tidak berimbangnya luas jalan dengan jumlah kendaraan di Kota Bandar Lampung berdampak pula terhadap tingkat pelanggaran lalu lintas yang terjadi. Tahun 2012 di wilayah hukum Polresta Bandar Lampung terjadi 12.590 kasus pelanggaran lalu lintas dan sampai bulan Agustus 2013 telah terjadi pelanggaran mencapai 8.373 kasus.2 Jumlah pelanggaran yang tinggi ini, diikuti dengan penyitaan barang bukti pelanggaran lalu lintas oleh kepolisian. Barang bukti yang dilakukan penyitaan oleh kepolisian dalam kasus pelanggaran lalu lintas dapat berupa kendaraan bermotor yang bersangkutan, SIM atau STNK.

Pendekatan masalah yang digunakan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Nara sumber dalam penelitian ini adalah Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung dan Anggota Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung . Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian akan diolah dengan langkah-langkah, yaitu klasifikasi, editing, interpretasi dan sistematisasi. Data yang diolah dianalisis secara kualitatif. Penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode induktif.

2

(4)

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kewenangan Kepolisian Dalam Melakukan Suatu Tindakan Penyitaan Terhadap Barang Bukti Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota Bandar Lampung

Penegakan hukum di bidang lalu lintas angkutan jalan (LLAJ) meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas. Dalam hal penindakan pelanggaran, sebelumnya dilakukan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan. Tindakan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dan penindakan pelanggaran merupakan rangkaian kegiatan penegakan hukum di bidang LLAJ. Hasil dari pelaksanaan tindakan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dan ditemukan adanya pelanggaran, maka akan dilakukan tindakan penindakan pelanggaran dengan pemeriksaan acara cepat dan dikenakan tindak pidana denda.

Kepolisian dalam hal ini Polisi Lalu Lintas Resor Kota Bandar Lampung memiliki peran dalam penindakan pelanggaran lalu lintas di Kota Bandar Lampung. Penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas yang dapat dilakukan oleh kepolisian berdasarkan kewenangannya. Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dilakukan oleh Petugas Polri dan PPNS LLAJ meliputi pemeriksaan:

a. Surat Izin Mengemudi (SIM), surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNKB), surat tanda coba kendaraan bermotor

(STCKB), atau tanda coba kendaraan bermotor (TCKB); b. Tanda bukti lulus uji bagi

kendaraan wajib uji; c. Fisik kendaraan bermotor;

d. Daya angkut dan/atau cara pengangkutan barang; dan/atau e. Izin penyelenggaraan angkutan.

Wewenang pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan oleh Petugas Polri dilakukan terhadap pemeriksaan poin a sampai dengan poin e, sedangkan wewenang PPNS LLAJ terhadap pemeriksaan pada poin b sampai dengan poin e. Apabila dilihat dari wewenang pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan, wewenang penuh berada pada Petugas Polisi Lalu Lintas termasuk di dalamnya wewenang yang dimiliki oleh PPNS LLAJ.

Penyidik Kepolisian dalam hal penindakan pelanggaran dan penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan berwenang:

a. Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan menyita sementara kendaraan bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan;

b. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan;

c. Meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan angkutan umum;

(5)

tanda coba kendaraan bermotor, dan/atau tanda lulus uji sebagai barang bukti;

e. Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran atau kejahatan lalu lintas menurut ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan;

g. Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti;

h. Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan lalu lintas; dan/atau i. Melakukan tindakan lain menurut

hukum secara bertanggung jawab.

Pelanggaran lalu lintas di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 di wilayah hukum Polresta Bandar Lampung terjadi 12.590 kasus pelanggaran lalu lintas dan sampai bulan Agustus 2013 telah terjadi pelanggaran mencapai 8.373 kasus. Jumlah kasus tindak pelanggaran lalu lintas ini cukup tinggi. Jumlah pelanggaran lalu lintas ini memperlihatkan bahwa tingkat kesadaran hukum berlalu lintas masyarakat di Kota Bandar Lampung masih rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Reza Chairul A.S. mengatakan bahwa dalam menindak pelanggaran lalu lintas melakukan beberapa cara, yaitu:

a. Memberi teguran atau peringatan terhadap pengendara kendaraan bermotor; dan

b. Melakukan tindakan langsung (tilang) atas pelanggaran lalu lintas.3

3

Hasil wawancara dengan M. Reza Chairul A.S. selaku Kepala Satuan Polisi Lalu Lintas Resor Kota Bandar Lampung tanggal 5 September 2013

Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Reza Chairul A.S. mengatakan bahwa teguran atau peringatan kepada pengendara kendaraan bermotor dilakukan apabila pengendara kendaraan bermotor melakukan kelalaian, seperti tindak menyalakan lampu utama pada siang hari dan berhenti pada tempat yang dilarang. Akan tetapi, pelanggaran seperti ini juga dapat dilakukan tindakan langsung (tilang), namun disesuaikan pada keadaan pada saat pengendara melakukan pelanggaran.

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Rama Yudistira selaku Anggota Satuan Polisi Lalu Lintas Resor Kota Bandar Lampung. Rama Yudistira mengatakan bahwa yang banyak terjadi di lapangan dilakukan pengendara sepeda motor, seperti tidak memakai helm, tidak menghidupkan lampu utama pada siang hari, parkir tidak pada tempatnya dan kendaraan yang tidak standar seperti tidak ada kaca spion.4 Tindak semua pengendara sepeda motor yang melanggar dilakukan tindakan langsung (tilang), karena disesuaikan dengan kesalahan pengendara masing-masing. Anggota Satlantas di lapangan terkadang hanya memberikan teguran atau peringatan kepada pengendara yang melanggar. Tilang biasanya diberikan kepada pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas yang membahayakan orang lain, seperti menerobos lampu merah, berbelok arah di lokasi yang tidak diperbolehkan, kendaraan tidak memiliki kaca spoin, bertindak

ugal-4

(6)

ugalan di jalan raya dan tidak memakai helm.5

Tindakan langsung terhadap pelanggaran lalu lintas, lazim disebut tilang, adalah salah satu bentuk penindakan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan Polri. Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Reza Chairul A.S. mengatakan bahwa tilang merupakan tindakan represif kepada pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas agar merasa jera dan tidak mengulanginya lagi.6 Upaya penegakan hukum lalu lintas dengan cara tindakan langsung yang dilakukan oleh Petugas salah satunya bertujuan untuk menertibkan lalu lintas dan menekan angka kecelakaan. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimaksudkan untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas yang dirasakan sangat tinggi, dan diarahkan upaya penanggulangan secara komprehensif yang mencakup upaya pembinaan, pencegahan, pengaturan dan penegakan hukum.7

Terhadap pelangaran lalu lintas yang terjadi, kepolisian memiliki wewenang untuk melakukan penyitaan barang bukti pelanggaran. Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan

5

Hasil wawancara dengan Rama Yudistira,

Op.cit. Tanggal 5 September 2013

6

Hasil wawancara dengan M. Reza Chairul A.S. selaku Kepala Satuan Polisi Lalu Lintas Resor Kota Bandar Lampung tanggal 5 September 2013

7

Hasil wawancara dengan M. Reza Chairul A.S.Op. cit. 5 September 2013.

pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 16 KUHAP.

Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan Pasal 270 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berwenang melakukan penyitaan, penyimpanan, dan penitipan benda sitaan yang di duga berhubungan dengan tindak pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tata cara penyitaan penyimpanan dan penitipan benda sebagai mana diatur dalam KUHAP.

Menurut KUHAP, penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat. Penyidik dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak yang mengharuskan segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, maka setelah itu penyidik wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh persetujuannya sebagaimana diatur dalam Pasal 38 KUHAP. Benda-benda yang dapat dilakukan penyitaan menurut Pasal 39 KUHAP adalah:

1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dan tindak pidana atau sebagai hasil dan tindak pidana;

2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;

(7)

4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukan melakukan tindak pidana;

5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

Penyitaan dapat dilakukan pelaku pelanggar lalu linas sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Barang bukti yang dapat dilakukan penyitaan tersebut, yaitu Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) dan kendaraan yang melanggar peraturan lalu lintas. Barang bukti yang disita tergantung dengan kesalahan yang dilakukan oleh pengendara atau pelanggar.

Sanksi untuk orang yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi (SIM) saat pemeriksaan diatur dalam Pasal 288 ayat (2) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sebagai berikut:

“Setiap orang yang mengemudikan

Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh

ribu rupiah).”

Apabila saat pemeriksaan ternyata diketahui pengemudi membawa kendaraan bermotor tidak mempunyai SIM, maka sanksinya lebih berat sebagaimana diatur dalam Pasal 281 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009, yaitu:

“Setiap orang yang

mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000,00

(satu juta rupiah).”

Berdasarkan Pasal 106 ayat (5) jo. Pasal Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, SIM dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) merupakan hal yang diperiksa oleh petugas polisi lalu lintas dalam hal pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan. STNK dan SIM memiliki fungsi yang berbeda. STNK berfungsi sebagai tanda bahwa kendaraan bermotor telah diregistrasi sebagaimana diatur dalam Pasal 65 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sedangkan SIM berfungsi sebagai tanda bukti legitimasi kompetensi, alat kontrol, dan data forensik kepolisian bagi seseorang yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan untuk mengemudikan kendaraan bermotor di jalan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 4 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang Surat Izin Mengemudi.

(8)

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa dalam hal penindakan pelanggaran dan penyidikan tindak pidana, Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia selain yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berwenang:

a. Memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan menyita sementara Kendaraan Bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan;

b. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkaitan dengan Penyidikan tindak pidana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

c. Meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum;

d. Melakukan penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan Bermotor, muatan, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, dan/atau tanda lulus uji sebagai barang bukti.

Penyitaan kendaraan bermotor, saat ini telah terbit peraturan perundang-undangan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Konsekuensi jika pengendara kendaraan bermotor tidak membawa SIM saat pemeriksaan kendaraan bermotor, polisi dapat menyita STNK

sebagaimana diatur dalam Pasal 32 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Mengenai penyitaan kendaraan bermotor sebagaimana diatur dalam Pasal 32 ayat (6) Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penyitaan terhadap kendaraan bermotor dapat dilakukan jika:

a. Kendaraan Bermotor tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan yang sah pada waktu dilakukan Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan; b. Pengemudi tidak memiliki Surat

Izin Mengemudi;

c. Terjadi pelanggaran atas persyaratan teknis dan persyaratan laik jalan Kendaraan Bermotor; d. Kendaraan Bermotor diduga

berasal dari hasil tindak pidana atau digunakan untuk melakukan tindak pidana; atau

e. Kendaraan Bermotor terlibat kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan meninggalnya orang atau luka berat.

(9)

persyaratan laik jalan kendaraan bermotor, kendaraan bermotor diduga berasal dari hasil tindak pidana atau digunakan untuk melakukan tindak pidana dan kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas. Penyitaan terhadap STNK atau SIM pengendara dilakukan bagi yang melanggar peraturan lalu lintas, misalnya untuk pengendara yang tidak dapat menunjukkan SIM maka STNKnya yang akan disita oleh petugas, akan tetapi apabila pengendara tidak dapat menunjukkan STNK maka petugas dapat menyita kendaraannya.8

Upaya represif ini dilakukan oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam usaha mengurangi tingkat pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas di Kota Bandar Lampung yang cukup tinggi. Selain melakukan penyitaan terhadap SIM, STNK dan kendaraan milik pelanggar lalu lintas, kepolisian juga telah melakukan beberapa langkah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Rama Yudistira mengatakan bahwa langkah yang ditempuh oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas dan tingkat kecelakaan lalu lintas di Kota Bandar Lampung, yaitu:

1. Mengadakan penyuluhan tertib berlalu lintas kepada masyarakat umum dan pelajar

Penyuluhan yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung mengenai cara berkendara yang aman, meliputi sosialisasi penggunaan helm SNI (Standar Nasional Indonesia) dan perlengkapan berkendara lainnya bagi pengendara sepeda motor,

8

Hasil wawancara dengan Rama Yudistira

Op.cit. tanggal 5 September 2013

penggunaan sabuk pengaman bagi penggunaa kendaraan roda empat dan kelengkapan kendaraan bermotor seperti kelengkapan surat-surat, kaca spion, lampu kendaraan. Penyuluhan kepada masyarakat umum melibatkan peran serta masyarakat, yaitu aparat kelurahan yang ada. Hal yang dilakukan adalah memberikan pengetahuan mengenai peraturan hukum dalam berlalu lintas. Selain itu, penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan memasang papan pengumuman atau slogan tertib berlalu lintas di tempat-tempat strategis.9

Penyuluhan kepada mahasiswa atau pelajar di Kota Bandar Lampung dilakukan dengan membagikan dan memasang brosur mengenai tertib berlalu lintas dan pendidikan berlalu lintas. Penyuluhan ini melibatkan pihak sekolah dan juga pihak universitas, misal guru, organisasi intern sekolah dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di perguruan tinggi di Kota Bandar Lampung. Penyuluhan kepada pelajar dilakukan pada setiap minggunya yang dikenal dengan sebutanpolice go to school.10 2. Melakukan patroli dan penjagaan

di tempat-tempat keramaian Patroli dan penjagaan dilakukan untuk meminimalkan terjadinya pelanggaran berlalu lintas yang dilakukan oleh masyarakat. Patroli dan penjagaan dilakukan secara rutin pada tiap harinya. Dengan adanya patroli dan

9

Hasil wawancara dengan M. Reza Chairul A.S.Op. cit. 5 September 2013.

(10)

penjagaan yang dilakukan Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung diharapkan dapat mencegah masyarakat untuk melakukan pelanggaran lalu lintas, sehingga dapat juga meminimalkan terjadi kecelakaan lalu lintas di Kota Bandar Lampung.11

3. Melakukan razia kendaraan bermotor

Razia kendaraan bermotor yang dilakukan oleh Kesatuan Polisi Lalu Lintas Resor Kota Bandar Lampung bertujuan untuk menindak masyarakat yang tidak tertib dalam berkendara, sehingga memberikan efek jera bagi masyarakat yang melanggar peraturan lalu lintas. Selain itu, untuk meminimalkan penggunaan kendaraan bermotor tanpa surat-surat tanda kepemilikan kendaraan bermotor yang sah yang dapat diduga merupakan hasil kejahatan.12

B. Faktor Penghambat Pelaksanaan Kewenangan Kepolisian Dalam Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota Bandar Lampung

M. Reza Chairul A.S. mengatakan bahwa tidak terdapat faktor atau hal yang menghambat penghambat pelaksanaan kewenangan kepolisian dalam melakukan penyitaan barang bukti pelanggaran lalu lintas di Kota Bandar Lampung. Hambatan yang masih dialami kepolisian, yaitu dalam menegakan peraturan lalu lintas sebagaimana diatur dalam

11Ibid

.

12

Hasil wawancara dengan Rama Yudistira,

Op.cit. 5 September 2013

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan peraturan lainnya. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan kewenangan kepolisian dalam penindakan pelanggaran lalu lintas di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya rambu-rambu lalu lintas

Jumlah rambu-rambu lalu lintas di Kota Bandar Lampung masih terbatas. Rambu-rambu lalu lintas hanya terdapat di jalan-jalan protokol utama, namun di jalan-jalan yang bukan merupakan jalan utama, rambu-rambu lalu lintas jumlahnya sangat terbatas. Rambu-rambu lalu lintas merupakan hal yang sangat penting untuk menertibkan arus lalu lintas. Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung khususnya Kesatuan Polisi Lalu Lintas dalam mengatur lalu lintas sangat membutuhkan rambu-rambu lalu lintas sebagai sarana pendukungnya.13

Selain itu, lampu jalan yang belum memadai. Lampu jalan merupakan sarana yang penting untuk menunjang kegiatan dan kelancaran lalu lintas pada malam hari dan pada kondisi cuaca buruk. Ketersedian lampu jalan juga dapat mencegah dan meminimalkan kecelakaan lalu lintas pada malam hari dan juga dapat mencegah terjadinya tindak pidana seperti perampokan dan pembegalan.

2. Pengetahuan masyarakat tentang hukum lalu lintas yang masih kurang

13

Hasil wawancara dengan Rama Yudistira,

(11)

Pengetahuan masyarakat di Kota Bandar Lampung tentang hukum lalu lintas yang masih kurang merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan berlalu lintas. Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahanan masyarakat melakukan kegiatan seperti sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat dan membuat serta menyebarkan brosur atau pamflet yang berikan informasi dan himbauan mengenai tertib berlalu lintas.14

3. Jumlah petugas polisi lalu lintas belum proporsional

Penegakan hukum lalu lintas tidak terlepas dari aparat penegaknya, yaitu polisi lalu lintas. Jumlah petugas polisi lalu lintas yang bertugas di Kota Bandar Lampung masih kurang apabila dibandingkan dengan luas wilayah Kota Bandar Lampung. Berdasarkan data dari Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung jumlah polisi lalu lintas yang bertugas adalah 43 orang, hal ini tidak sebanding dengan luas wilayah Kota Bandar Lampung.15 Kurangnya jumlah anggota polisi lalu lintas tersebut, berakibat tidak semua titik lalu lintas yang dapat dipantau atau dijaga, sehingga berakibat di lokasi-lokasi yang tidak dijaga banyak terjadi pelanggaran lalu lintas.

14Ibid

.

15

Hasil wawancara dengan Rama Yudistira,

Op.cit. 5 September 2013

III. SIMPULAN

(12)

IV. DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi. 2003. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Penerbit CitraAditya Bakti, Bandung

Nurul Afiah, Ratna. 1989. Barang Bukti Dalam Proses Pidana. Bandung

Philipus M. Hadjon, dkk. 2005.

Pengantar Hukum

Administrasi Negara. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta

Suwardjoko, Warpani. Perencanaan Lalu Lintas dan Tata Kota. IPB, Bandung

Universitas Lampung. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik

Indonesia

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang berhubungan dengan siswa kelas VIII MTs Rohmaniyyah Solusi apa yang telah dilakukan berkaitan dengan problematika pembelajaran Fiqih yang berhubungan dengan

Pembuangan limbah cair dengan kandungan fosfat dan nitrat yang tinggi ke dalam badan air dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu tumbuhnya lumut dan microalgae yang

(Dibawah bimbingan DODIK BRIA WAN). Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari food coping mechanism pada rumah tangga miskin dan hubungannya dengan kerawanan

Untuk melihat hubungan antara tokoh Dini sebagai seorang perempuan dan tokoh suaminya sebagai seorang laki-laki, analisis ini membahas opresi dalam bentuk kekerasan verbal

Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswadapat menjelaskan prinsip komputer, dapat membuat algoritma dasar dan menuangkannya dalam program dengan menggunakan suatu bahasa

Dengan melihat bahwa ada banyak aturan-aturan hukum yang menormakan bahwa sejatinya Negara Indonesia melindungi anak-anak beserta hak-haknya agar tidak dieksploitasi

Pola produksi merupakan komponen yang paling penting dalam perencanaan produksi, karena dengan pola produksi perusahaan bisa mengetahui jumlah biaya yang

Salah satu penyajiannya dibentuk dalam suatu Sistem penjualan & persediaan obat pada apotik 24 jam yang memakai sebuah sistem dengan