• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi Pemilihan Properti Kota Malang Menggunakan Metode AHP-SAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rekomendasi Pemilihan Properti Kota Malang Menggunakan Metode AHP-SAW"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

1201

Rekomendasi Pemilihan Properti Kota Malang Menggunakan Metode

AHP-SAW

Syafruddin Agustian Putra1, Nurul Hidayat2, Lailil Muflikhah3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: agustian.putraa@gmail.com1, ntayadih@ub.ac.id2, lailil@ub.ac.id3

Abstrak

Meningkatnya jumlah penduduk kota Malang menyebabkan para pengusaha properti berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui pengembangan serta penawaran properti dengan fasilitas yang beragam. Banyak kriteria yang menjadi pertimbangan dari calon pembeli dalam memilih sebuah properti, yaitu: harga, jumlah kamar tidur, jumlah kamar mandi, jumlah garasi, luas bangunan dan luas tanah. Dengan banyaknya kriteria yang perlu dipertimbangkan membuat calon pembeli kesulitan dalam menentukan pilihannya. Dilihat dari masalah tersebut ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dari calon pembeli dalam mengambil keputusan yaitu melakukan kombinasi metode Multi Criteria Decision Making (MCDM) dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode untuk menghitung bobot dari masing-masing kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya dan Simple Additive Weighting (SAW) sebagai metode dalam mengukur peringkat atau perangkingan. Pada pengujian fungsional didapatkan hasil sebesar 100%, yang membuktikan bahwa sistem berjalan dengan baik sesuai perancangan. Dan untuk pengujian akurasi didapatkan hasil sebesar 80,80%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode AHP-SAW dapat digunakan untuk merekomendasi properti di Kota Malang.

Kata Kunci: properti, sistem pendukung keputusan, Analytic Hierarchy Process (AHP), Simple Additive Weighting(SAW)

Abstract

The increasing of population number in Malang City triggered property developers to answer people’s needs by developing and supplying assorted facilities of property. Many criterias should be considered by prospective buyers in selecting a property, for example: price, number of bedrooms, bathrooms, garages, building area, and land area. The numerous considerations referring to some specific criteria lead prospective buyers to take a difficult decision. Regarding to this problem, there are several methods able to resolve the complicacy of buyers in taking decision, which are performing combination of Multi Criteria Decision Making (MCDM) method by using Analytic Hierarchy Process (AHP) as a way to calculate weight of each determined criterion, and Simple Additive Weighting(SAW) as a method used in ranking the criteria. In functional test, the result of 100% represents that the system runs very well as designed. And from the accuracy test, the result is 80.80%. In sum, the AHP-SAW method combination is compatible to be used in selecting property in Malang City

Keywords: property, decision support system, Analytic Hierarchy Process (AHP), Simple Additive Weighting (SAW)

1. PENDAHULUAN

Pada era saat ini, kebutuhan terhadap properti semakin meningkat seiring perkembangan dan pertumbuhan penduduk. Hal ini membawa konsekuensi lebih jauh pada penyediaan sarana dan prasarana untuk aktivitas kehidupan dimana kebutuhannya bukan hanya

(2)

untuk memenuhi setiap kebutuhan masyarakat yang memiliki kriteria sendiri yang mengacu dalam pememilihan properti.

Dalam penentuan pemilihan properti, pembeli akan dibingungkan jika hanya ada satu properti saja yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kriteria pemilihan properti tersebut antara lain harga, jumlah kamar tidur, jumlah kamar mandi, jumlah garasi, luas bangunan dan luas tanah. Banyaknya pilihan sering kali membuat calon pembeli kesulitan untuk menentukan pilihan yang sesuai dengan ekonomi. Selain itu, terkadang tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencari informasi properti ke setiap kantor pemasaran.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dyah P.N., Priyo Sidhik, dan Aris Sugiharto membahas mengenai “Analisis Dan Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Perumahan, metode yang digunakan adalah metode TOPSIS mampu memberikan hasil perangkingan dan solusi perumahan yang layak untuk direkomendasikan.

Untuk mengatasi masalah yang telah dipaparkan, ada beberapa metode yang dapat digunakan dan dikombinasikan dalam mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya yang dibahas pada penelitian ini adalah metode pengambilan keputusan yaitu Multi Criteria Decision Making (MCDM) dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Simple Additive Weighting (SAW).

Merujuk pada penelitian sebelumnya, metode yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process dan Simple Additive Weighting. AHP digunakan sebagai penghitung bobot dari masing-masing kriteria. Sedangkan SAW digunakan sebagai perangkingan. Pemilihan metode tersebut karena terbukti penggabungan kedua metode tersebut dapat memberikan keputusan yang jauh lebih baik daripada pengambilan keputusan secara subyektif (Saifulloh, 2015). Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan maka judul penelitian yang diusulkan adalah “Rekomendasi Properti Kota Malang Menggunakan Metode AHP-SAW”.Diharapkan dengan penggabungan metode tersebut dapat membantu calon pembeli untuk merekomendasikan properti untuk bisa memilih properti mana yang cocok dengan keinginan dan ekonomi mereka.

2. DASAR TEORI

Pada dasar teori ini akan membahas bagaimana

langkah-langkah pada penggabungan metode AHP-SAW yang telah dilakukan.

2.1. Tahapan Metode AHP

Tahapan dalam metode Analytical Hierarchy Process adalah sebagai berikut (Putri, 2015):

1. Mendefinisikan masalah kemudian menentukan solusi dan menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi.

2. Menentukan bobot kriteria dengan membandingkan secara berpasangan tiap kriteria. Proses membandingkan ini menggunakan skala prioritas saaty untuk menyusun matriks perbandingan berpasangan untuk pemilihan properti menggunakan persamaan.

3. Normalisasi terhadap matriks perbandingan berpasangan. Langkah-langkah normalisasi matriks sebagai berikut :

a) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks perbandingan berpasangan.

b) Membagi setiap nilai dari kolom dengan hasil penjumlahan kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. Rumus perhitungan normaliasi matriks menggunakan Persamaan (1). berpasangan baris ke-j kolom ke-k

𝑎𝑙𝑘 = Nilai matriks perbandingan berpasangan baris ke-l kolom ke-k

𝑚 = Batas akhir baris matriks perbandingan berpasangan

4. Menghitung bobot sintesis dengan cara menjumlahkan tiap kolom pada baris yang sama dari hasil normalisasi matriks perbandingan menggunakan persamaan (2).

∑ kolom = k1 + k2 + k3 + k4 + k5 + k6(2) 5. Menghitung nilai eigen dengan cara

mengalikan tiap kolom matriks perbandingan berpasangan pada baris yang sama, lalu dipangkatkan dengan seperjumlah kriteria yang ada menggunakan persamaan (3).

λ1= (𝑘1×𝑘2×𝑘3×𝑘4×𝑘5×𝑘6) 1

(3)

6. Menghitung bobot prioritas tiap kriteria dengan cara nilai eigen untuk tiap kriteria dibagi dengan jumlah total nilai eigen. 7. Menghitung nilai kepentingan tiap kriteria

dengan cara membagi bobot sintesis dengan bobot prioritas.

8. Menghitung nilai eigen maksimum (λ maks) dengan cara total jumlah nilai kepentingan dibagi banyaknya kriteria. 9. Mengukur konsistensi untuk memastikan

bahwa pertimbangan-pertimbangan untuk pengambilan keputusan memiliki konsistensi tinggi. Langkah-langkah dalam mengukur konsistensi yaitu :

1. Menghitung Consistency index (CI) yang ditunjukkan Persamaan (4).

𝐶𝐼 =(𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑛)𝑛 (4)

Dimana:

CI : Consistency Index

λ maks : eigen maksimum

n : banyaknya elemen

2. Menghitung Consistency Ratio (CR) yang ditunjukkan pada Persamaan (5).

𝐶𝑅 =𝐶𝐼𝐼𝑅 (5)

Dimana:

CR : Consistency Ratio CI : Consistency Index

IR : Index Random Consistency 10. Memeriksa konsistensi hierarki rasio

konsistensi (CI/IR) bernilai kurang dari atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan dapat dinyatakan benar.

2.2. Tahapan Metode SAW

Tahapan dalam menggunakan metode SAW adalah sebagai berikut (Aditya, 2014):

1. Menghitung normalisasi matriks alternatif Normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R. Perhitungan normalisasi matriks ditunjukan dengan Persamaan (6)(Prayoko, 2013).

𝑟𝑖𝑗 =maxxiji xij (6)

Dimana :

rij = matriks ternomalisasi[i][j] Xij = matriks keputusan [i][j] untuk i = 1, 2, 3, …, m untuk j = 1, 2, 3, …, n

maxi = nilai maksimum dari setiap kolom matriks keputusan

2. Menghitung nilai terakhir alternatif.

Nilai akhir alternatif dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (7) (Prayoko, 2013).

V𝑖= ∑nj=1wirij (7)

Dimana:

Vi = nilai akhir dari alternative wi = nilai bobot

rij = nilai properti ternormalisasi

n= banyak kriteria yang digunakan

13. Melakukan Perangkingan secara descending berdasarkan nilai preferensi setiap alternatif, yang nantinya akan menjadi hasil rekomendasi sistem.

3. METODOLOGI

Untuk memodelkan sistem secara blok digunakan diagram blok untuk memudahkan pemahaman tentang alur proses dari sistem ini. Diagram blok dari penentuan rekomendasi propertI di kota Malang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Blok diagram sistem rekomendasi pemilihan properti kota Malang

Kriteria yang digunakan pada rekomendsai pemilihan properti kota Malang adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Pemilihan Properti.

Kriteria Simbol

Harga K1

Jumlah Kamar Tidur K2

Jumlah Kamar Mandi K3

Jumlah Garasi K4

Luas Bangunan K5

Luas Tanah K6

Adapun diagram alir proses kerja atau perhitungan AHP-SAW pada pemilihan properti kota Malang, seperti yang ditunjukkan pada

(4)

gambar 2.

Mulai

Input Data Properti Input Nilai Matriks Berpasangan

Normalisasi Matriks Berpasangan

Menghitung Bobot Sintesis

Menghitung Nilai Eigen

Menghitung Bobot Prioritas

Menghitung Nilai Kepentingan Dan Eigen Maks

Cek Konsistensi CI dan CR

CR < 0,1

Perankingan Alternatif Menghitung Nilai Preferensi (V)

Normalsasi Data Alternatif

Keputusan Sistem

Selesai Tidak

AHP

SAW

Gambar 2. Diagram Alir Proses PerhitunganAHP-SAW

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil dan pembahasan ini akan di bahas tentang perancangan dan pengujian sistem rekomendasi pemilhan properti kota Malang menggunakan gabungan metode AHP-SAW.

4.1. Perancangan

Penelitian ini menggunakan gabungan metode AHP-SAW, yang nantinya akan digunakan untuk menentukan sebuah rekomendasi pemilihan properti kota Malang. Berikut ini adalah tahapan-tahapan metode AHP-SAW.

4.1.1. Perhitungan Metode AHP-SAW

Normalisasi matriks berpasangan adalah menjumlah tiap kolom kriteria pada matriks perbandingan berpasangan untuk kemudian membagi masing-masing nilai kriteria matriks perbandingan berpasangan dengan jumlah tiap kolom kriteria tersebut. Berdasarkan matriks perbandingan berpasangan yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan.

Kriteria K1 K2 K3 K4 K5 K6

K1 1 5 6 7 3 3

K2 0.2 1 2 3 0.33 0.33

K3 0.16 0.5 1 2 0.25 0.25

K4 0.14 0.33 0.5 1 0.2 0.2

K5 0.33 3 4 5 1 1

K6 0.33 3 4 5 1 1

Contoh proses perhitungan normalisasi matriks perbandingan berpasangan berdasarkan persamaan (1) adalah sebagai berikut:

Normalisasi matriks perbandingan berpasangan pada baris ke-1 kolom ke-1:

𝑋1,1=1 + 0,2 + 0,16 + 0,14 + 0,33 + 0.331 = 0,46

Normalisasi matriks perbandingan berpasangan pada baris ke-2 kolom ke-1:

𝑋2,1=1 + 0,2 + 0,16 + 0,14 + 0,33 + 0.330,2 = 0,09

Normalisasi matriks perbandingan berpasangan pada baris ke-3 kolom ke-1:

𝑋3,1=1 + 0,2 + 0,16 + 0,14 + 0,33 + 0.330,16 = 0,08

Normalisasi matriks perbandingan berpasangan pada baris ke-4 kolom ke-1:

𝑋4,1=1 + 0,2 + 0,16 + 0,14 + 0,33 + 0.330,14 = 0,07

(5)

kolom pertama pada matriks perbandingan berpasangan. Nilai hasil normalisasi matriks perbandingan berpasangan dari kolom pertama hingga empat ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar Nilai Normalisasi Matriks Berpasangan.

Proses hitung nilai bobot sintesis merupakan lanjutan dari proses normalisasi matriks perbandingan berpasangan. Bobot sintesis didapatkan dari penjumlahan secara vertikal setiap baris dari hasil normalisasi matriks perbandingan berpasangan sesuai dengan persamaan (2).

Nilai sintesis kriteria 1

0,46 + 0,39 + 0,34 + 0,30 + 0,52 + 0,52 = 2,53

Nilai sintesis kriteria 2

0,09 + 0,08 + 0,11 + 0,13 + 0,06 + 0,06 = 0,53

Nilai sintesis kriteria 3

0,08 + 0,0,4 + 0,06 + 0,09 + 0,04 + 0,04 = 0,35

Nilai sintesis kriteria 4

0,07 + 0,03 + 0,03 + 0,04 + 0,03 + 0,03 = 0,23

Hasil perhitungan nilai bobot sintesis selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Bobot Sintesis.

Kriteria Nilai

Proses menghitung nilai eigen dimulai dengan mengalikan matriks perbandingan berpasangan dalam satu baris. Hasil kali matriks perbandingan berpasangan tersebut kemudian dipangkatkan dengan 1/jumlah kriteria yang ada sesuai persamaan (3) Contoh proses perhitungan nilai eigen adalah sebagai berikut:

Nilai eigen kriteria 1

λ1= (1×5×6×7×3×3) 1 6= 3,51

Nilai eigen kriteria 2

λ1= (0,2×1×2×3×0,33×0,33) 1 6= 0,71 Nilai eigen kriteria 3

λ3= (0,16×0,5×1×2×0,25) 1 6= 0,46 Nilai eigen kriteria 4

λ4= (0,14×0,33×0,5×1×0,2×0,2) 1 6= 0,31

Hasil perhitungan pada proses kali ini berupa nilai eigen kriteria 1-6 ditunjukkan pada Tabel 5. Hasil perhitungan nilai eigen seluruhnya dijumlahkan. Total penjumlahan dari nilai eigen digunakan untuk menghitung nilai bobot prioritas.

Nilai eigen yang telah didapatkan dari proses perhitungan sebelumnya, digunakan untuk menghitung nilai bobot prioritas. Perhitungan nilai bobot prioritas ini dilakukan pada setiap kriteria dengan cara membagi nilai eigen tiap kriteria dengan total nilai eigen. Nilai bobot prioritas yang didapat dari hasil perhitungan ini selanjutnya akan digunakan untuk menghitung preferensi pada tahap SAW

Contoh perhitungan nilai bobot prioritas berdasarkan nilai eigen pada Tabel 5 adalah sebagai berikut:

Nilai bobot prioritas kriteria 1

BP1= 3,518.30 = 0,42

Nilai bobot prioritas kriteria 2

BP2= 0,718.30 = 0,08

Nilai bobot prioritas kriteria 3

BP3=0,468.30 = 0,05

Nilai bobot prioritas kriteria 4

(6)

Nilai bobot prioritas kriteria 5

BP5=1,648.30 = 0,19

Nilai bobot prioritas kriteria 6

BP6= 1,648.30 = 0,19

Pada Tabel 6 adalah hasil dari nilai bobot prioritas dari masing-masing kriteria yang digunakan pada sistem.

Tabel 6. Nilai Bobot Prioritas

Kriteria Nilai

Setelah memperoleh bobot prioritas masing-masing kriteria, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai kepentingan tiap kriteria untuk mendapatkan nilai eigen maksimum. Nilai kepentingan yang diperoleh dari proses ini selanjutnya digunakan pada proses cek nilai konsistensi CI dan CR. Proses Perhitungan nilai kepentingan adalah sebagai berikut:

Nilai kepentingan kriteria 1

λ1= 2,53 0,42⁄ = 5,98 Nilai kepentingan kriteria 2

λ2= 0,53 0,08⁄ = 6,15 Nilai kepentingan kriteria 3

λ2= 0,35 0.05⁄ = 6.15 Nilai kepentingan kriteria 4

λ2= 0,23 0,03⁄ = 6.16 Nilai kepentingan kriteria 5

λ2= 1,18 0,19⁄ = 5,94 Nilai kepentingan kriteria 6

λ2= 1,18 0,19⁄ = 5,94

Hasil dari perhitungan nilai eigen maksimum selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Kepentingan dan Nilai Eigen Max

Kriteria Nilai

Nilai Eigen Max 36.34875/6 = 6,058126

Nilai eigen maksimum yang didapatkan dari langkah perhitungan sebelumnya digunakan pada proses pertama untuk cek nilai konsistensi yaitu menghitung nilai CI. Kemudian dilanjutkan proses perhitungan terakhir untuk tahap cek nilai konsistensi yaitu menghitung nilai CR.

Proses hitung pertama yaitu menghitung nilai CI menggunakan persamaan (4) adalah sebagai berikut:

𝐶𝐼 = (λ max − n) (𝑛 − 1)⁄ = (6.058126 − 6) (6 − 1)⁄ = 0,011625

Proses terakhir pada penerapan metode AHP yaitu menghitung nilai CR juga menggunakan persamaan (5). Nilai IR yang digunakan pada proses kali ini didapatkan dari Tabel Index Random Consistency. Dengan melihat jumlah kriteria yang ada yaitu 6 kriteria, nilai IR yang kurang dari 0,1. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai perbandingan berpasangan yang digunakan konsisten dan dapat digunakan dalam proses pemilihan properti.

Setiap data yang terdapat dalam data alternatif dinormalisasi menggunakan Persamaan (6) sebelum itu dicari dulu nilai maksimum dalam matriks keputusan untuk setiap kriteria didapat dari nilai terbesar dari tiap kriteria pada tabel nilai maksimum yang ditunjukkan pada tabel 8.

Tabel 8. Nilai Maksimum.

(7)

Contoh perhitungan normalisasi matriks keputusan pada K1 dengan menggunakan Persamaan (6) adalah sebagai berikut:

Nilai normalisasi Baris-1 Kolom-1

𝑋1,1= 124500000 189500000⁄ = 0,6569921 Nilai normalisasi Baris-2 Kolom-1

𝑋3,1= 2 6⁄ = 0,33

Nilai normalisasi Baris-3 Kolom-1

𝑋3,1= 1 4⁄ = 0,25

Nilai normalisasi Baris-4 Kolom-1

𝑋4,1= 1 1⁄ = 1

Nilai normalisasi Baris-5 Kolom-1

𝑋5,1= 32 390⁄ = 0.08

Nilai normalisasi Baris-6 Kolom-1

𝑋6,1= 60 275⁄ = 0.21

Proses normalisasi terus dilakukan sampai semua nilai dalam data alternatif dinormalisasi dan menghasilkan nilai matriks ternormalisasi properti seperti ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Normalisasi Data Alternatif

K1 K3 K3 K4 K5 K6

Proses perhitungan preferensi menggunakan Persamaan (8). Perhitungan nilai preferensi properti berdasarkan nilai bobot prioritas dan nilai matriks ternormalisasi.

Contoh perhitungan preferensi properti “A1” adalah sebagai berikut:

Nilai normalisasi Baris-1 Kolom-1

𝑃1,1= 0,65 ×0.42 = 0.27

Nilai normalisasi Baris-2 Kolom-1

𝑃1,2= 0,33×0.08 = 0.02

Nilai normalisasi Baris-3 Kolom-1

𝑃1,3= 0,25 ×0.056257 = 0.014064 Nilai normalisasi Baris-4 Kolom-1

𝑃1,4= 1 ×0.03776 = 0.03776 Nilai normalisasi Baris-5 Kolom-1

𝑃1,5= 0.08 ×0.19 = 0.01

Nilai normalisasi Baris-6 Kolom-1

𝑃1,6= 0.21 × 0.19 = 0.04

Setelah mendapatkan hasil perkalian antara

nilai kepentingan AHP dan nilai normalisasi untuk setiap kriteria, tahap selanjutnya adalah menjumlahkan hasil perkalian tersebut.

Nilai Alternatif 1

𝐴1= 0.27 + 0.02 + 0.01 + 0.03 + 0.01 + 0.04 = 0.41

Proses terus dihitung sampai semua properti mendapatkan nilai preferensi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Total Preferensi

No Alternatif Total Preferensi

1 A1 0.41

2 A2 0.41

3 A3 0.42

4 A4 0.45

5 A5 0.41

Tahap terakhir adalah perangkingan untuk setiap hasil nilai preferensi yang didapat oleh masing-masing properti diurutkan dari nilai preferensi tertinggi sampai nilai preferensi terendah.

4.2. Pengujian

Pengujian sistem rekomendasi pemilihan properti kota Malang terdiri dari pengujian fungsionalitas dan pengujian akurasi.

4.2.1. Pengujian Fungsional

Pengujian fungsionalitas pada sistem ini merepresentasikan pengujian blackbox dengan menguji struktur dari kebutuhan yang telah didefinisikan pada analisis perangkat lunak ini. Hasil dari pengujian fungsional ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pengujian Fungsional

Identifikasi Use Case Hasil

KF_001 Lihat Daftar Properti Valid KF_002 Input Prioritas Kriteria Valid

KF_003 Lihat Perangkingan Valid

KF_004 Lihat Perhitungan Valid

KF_005 Lihat Detail Properti Valid

KF_006 Login Valid

KF_007 Kelola Properti Valid

KF_008 Edit Properti Valid

KF_009 Hapus Properti Valid

KF_010 Tambah Properti Valid

(8)

4.2.2. Pengujian Akurasi

Pengujian akurasi pada kasus ini adalah membandingkan hasil dari rekomendasi sistem pemilihan properti kota Malang denga hasil rekomendasi dari PT. Bunga Properti Malang. Yang dibandingkan adalah rekomendasi keseluruhan sistem.

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 99 𝐷𝑎𝑡𝑎 = 8099 ×100% = 80,80%

Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan 99 data, terdapat 80 data yang sesuai dan 19 data yang tidak sesuai dengan data hasil rekomedasi PT. Bunga Properti. Tingkat keseuaian rekomendasi sistem menjadi sebesar 80,80%. Berdasarkan tingkat akurasi 80,80% maka sistem layak untuk digunakan merekomendasikan properti di kota Malang.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil perancangan, implementasi, pengujian, dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses penentuan rekomendasi pemilihan properti berhasil diimplementasikan menggunakan metode AHP sebagai pembobotan nilai kriteria, dimana pada penelitian ini menggunakan 6 kriteria yaitu harga, kamar mandi, kamar tidur, garasi, luas bangunan, dan luas tanah. Sedangkan metode SAW sebagai perangkingan nilai alternatif.

2. Pada hasil pengujian fungsional sistem didapatkan hasil sebesar 100%, karena sistem berjalan sesuai dengan analisis kebutuhan. Pada pengujian akurasi didapatkan kesimpulan bahwa tingkat akurasi sistem sebesar 80,80% karena rekomendasi yang diberikan oleh pakar masih bersifat subyektif.

Saran untuk kelanjutan pengembangan penelitian ini adalah:

1. Pada pengembangan sistem dalam penelitian selanjutnya dapat ditambahkan parameter atau kriteria yang lebih kompleks sehingga rekomendasi yang dihasilkan oleh sistem lebih akurat dan sistem dapat menerima input kriteria secara dinamis.

2. Berdasarkan hasil pengujian akurasi, pada penelitian selanjutnya perlu adanya variasi perubahan pada matriks perbandingan

berpasangan di dalam metode Analytical Hierarchy Process, agar mendapatkan tingkat akurasi keputusan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Astradanta, M., I Made, A.W. & I Ketut, R.A. 2016. “Pengembangan Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Tempat Kuliner Dengan Menggunakan Metode AHP Dan SAW Studi Kasus : Kecamatan Buleleng”. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016.

Daniati, E. 2015. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Kost Di Sekitar Kampus UNP Kediri Menguunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW). STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015.

Dyah, P.N., Priyo, S.S. & Aris S. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perumahan Menggunakan Metode TOPSIS Berbasis Web. Journal of Informatics and Tecnology, Vol 2, no 2, Tahun 2013, p1-8.

Farizna, B. 2015. Pemodelan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Line Up Cabang Olahraga Futsal Dengan Metode AHP-TOPSIS (Studi Kasus : Hefotris Filkom UB). S1. Universitas Brawijaya, Malang.

Ismail, J. 2015. Pemodelan Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Line Up Dalam Cabang Olahraga Futsal Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process- Simple Additive Weighting (AHP-SAW)[Studi Kasus : Hefotris Filkom UB]. S1. Universitas Brawijaya, Malang.

Kusrini. 2007. Konsep Dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi.

Putri, S. R. 2015. Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Pegawai Mikro Kredit Sales (MKS) Menggunakan Metode AHP dan TOPSIS. S1. Universitas Brawijaya, Malang.

(9)

Abadi Perbaungan Dengan Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW). STMIK Budi Darma.

Perwitasari, F. I. 2015. Studi Komparasi Metode Simple Additive Weighting (SAW) Untuk Pemilihan Alternatif Simplisia. S1. Universitas Brawijaya, Malang.

Saaty, T. L. 1990. How to Make a Decision: The Analytical Hierarchy Process. European Journal of Operational Research.

Saifullah, Noordin A., 2015. analisis keakuratan metode ahp dan metode saw terhadap sistem pendukung keputusan penerimaan beasiswa. Jurnal Ilmiah DASI Vol. 16 No. 1 Maret 2015, hlm 96 - 100.

Supriatin, W, B. S., & Luthfi, E. T. 2014. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Penerima BLSM Di Kabupaten Indramayu. Citec Journal, 282-295.

Gambar

Gambar 1. Blok diagram sistem rekomendasi pemilihan properti kota Malang
gambar 2. 4.1. Perancangan
Tabel 5. Nilai Eigen.
Tabel 10. Nilai Total Preferensi

Referensi

Dokumen terkait

Government Accountability Office (GAO) ada 6 poin yang dapat dipenuhi yaitu menggambarkan semua aktivitas (Capturing all activities), mengurutkan semua aktivitas (Sequencing

• PT  Telekomunikasi  Indonesia  Tbk  (TLKM),  emiten  telekomunikasi,  mengincar  pendapatan  bisnis  aplikasi  berbasis  cloud  computing  sebesar  Rp  20 

[r]

wawancara yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk memperoleh data atau menarik data dari subjek penelitian dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan oleh

Berdasarkan tahapan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Integrasi sistem basis aturan ( rule based ) dan basis kasus ( case based ) dapat

[r]

Website dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk mempublikasikan informasi berupa teks, gambar dan program multimedia lainnya berupa

utama yang sama yaitu bertani padi dan juga menggunakan sarana produksi irigasi yang sama, tetapi jika dilihat secara kasat mata terdapat perbedaan perkembangan