• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Produktivitas Berbasis Metode. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengukuran Produktivitas Berbasis Metode. docx"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

PENYELESAIAN KASUS

Bab ini merupakan penjelasan mengenai langkah-langkah penyelesaian masalah produktivitas di lini produksi Continuous Pickling Line Pabrik Cold Rolling Mill PT Krakatau Steel. Berisi latar belakang permasalahan yang diangkat, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, landasan teori yang menjadi referensi dalam pengolahan data, metodologi penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, analisis, serta kesimpulan dan saran.

3.1 Pendahuluan

Pedahuluan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan batasan masalah penelitian.

3.1.1 Latar Belakang

Produktivitas secara umum dinyatakan sebagai suatu konsep yang mempelajari kaitan antara hasil yang diperoleh terhadap sumber daya utama yang dipakai atau disebut juga sebagai faktor-faktor produksi antara lain tenaga kerja, modal, bahan dan energi. Produktivitas menggambarkan tingkat efisiensi, efektivitas dan mempresentasikan perkembangan kinerja serta performansi suatu perusahaan .

Produktivitas merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan jika ingin terus berkompetisi dalam dunia industri yang cenderung semain ketat. Dimana peningkatan produktivitas di lantai produksi berarti peningkatkan kesejahteraan karyawan dan keberhasilan mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Dengan adanya analisis terhadap produktivitas, perusahaan akan mampu menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya. Hal yang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan untuk mengeluarkan kebijakan yang tepat sasaran.

(2)

peningkatan produksi sebagai langkah untuk tetap bisa memenuhi permintaan pasar. Oleh sebab itu, dilakukan suatu pengukuran produktivitas di perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi produktivitas di salah satu lini produksi PT krakatau steel yaitu divisi Continuous Pickling Line pabrik Cold Rolling Mill PT Krakatau Steel satu tahun terakhir sebagai dasar untuk perencanaan bagi strategi peningkatan produktivitas periode selanjutnya.

3.1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut :

1.

Berapakah produktivitas di lini produksi Continuous Pickling Line CRM PT Krakatau Steel periode Januari – Desember 2014.

2.

Bagaimanakah strategi peningkatan produktivitas untuk periode selanjutnya di lini produksi Continuous Pickling Line CRM PT Krakatau Steel.

3.1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas di lantai produksi.

2. Mengetahui produktivitas di lini produksi Continuous Pickling Line CRM PT Krakatau Steel yang akan menggambarkan perkembangan perusahaan satu tahun terakhir.

(3)

3.1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan pada lini produksi Continuous Pickling Line (CPL) yang

terdapat pabrik Cold Rolling Mill (CRM)PT Krakatau Steel.

2. Data yang diolah merupakan data produksi, data konsumsi, dan data utilisasi waktu PT Krakatau Steel periode Januari 2014 – Desember 2014.

3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Objective Matrix (OMAX). Didukung meode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengurutkan prioritas kriteria rasio produktivitas.

3.2 Landasan Teori

Landasan teori berisi referensi pendukung mengenai teori-teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian.

3.2.1 Definisi Produktivitas

(4)

1. Organization for European Economic Cooperation (1950)

Produktivitas adalah hasil bagi yang diperoleh dengan membagi keluaran dengan salah satu dari faktor-faktor produk, yaitu modal, investasi dan bahan mentah. Hasil yang didapat berhubungan dengan efektivitas (hasil guna) dalam mencapai hasil atau prestasi. Sedangkan sumber yang digunakan berhubungan dengan efisiensi (daya guna) dalam mendapatkan hasil dengan penggunaan sumber daya yang minimal.

2. Dewan Produktivitas Nasional

Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.

3. Paul Mali

Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya digunakan bersama didalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil. Paul Mali juga menyatakan bahwa produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, performansi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen dari usaha pruduktivitas. Dengan demikian, produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut :

Produktivitas = output yang dihasilkan input yang digunakan

¿efektivitas

efisiensi …(1)

Dari defenisi di atas dapat diartikan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.

3.2.2 Konsep Produktivitas

(5)

dapat berupa barang atau jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan masukan adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut yang berupa faktor tenaga kerja, bahan, modal, energi, dan lain-lain.

Produktivitas =keluaran masukan …(2)

Selain itu, produktivitas merupakan komposisi dari efektivitas dan efisiensi. Efektivitas sendiri adalah tingkat pencapaian hasil optimal yang direncanakan, sedangkan efisiensi adalah tingkat pemanfaatan penggunaan sumber yang seminimal mungkin. Jadi produktivitas merupakan gabungan dari efektivitas dan efisiensi yang dapat di tulis sebagai berikut :

Produktivitas=efektivitas

efisiensi

…(3)

Peningkatan produktivitas mempunyai pengertian menghasilkan barang atau jasa yang lebih baik dengan biaya per unit yang lebih rendah jika proses atau kejadian sama seperti semula dengan menggunakan masukan tertentu. Seperti diketahui bahwa produktivitas adalah ratio output dan input.

Variasi perubahan output dan input tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas apabila:

1. Input turun, output tetap maka produktivitas naik. 2. Input turun,output naik maka produktivitas naik. 3. Input tetap, output naik maka produktivitas naik.

4. Input naik,output naik maka produktivitas naik, (yang jumlah kenaikannya lebih besar dari kenaikan input)

5. Input turun,output turun (yang jumlah penurunannya lebih kecil daripada turunnya output),maka produktivitas naik.

(6)

Peningkatan produktivitas tidak bisa terjadi begitu saja, tetapi menuntut pengabdian dan kecakapan untuk menentukan sasaran peningkatan yang ingin dicapai dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi atau menghambat dalam peningkatan tersebut. Beberapa sebab yang menyebabkan penurunan produktivitas [Gaspersz, 1998; hal 70] :

1. Penghamburan sumber yang disebabkan karena ketidakmampuan kita untuk mengukur, mengevaluasi, mengatur produktivitas dari para pekerja.

2. Adanya penundaan dan keterlambatan pengambilan keputusan karena ketidakjelasan wewenang, serta ketidakefisienan suatu organisasi yang amat besar.

3. Motivasi kerja rendah.

4. Adanya pembengkakan biaya dari organisasi perusahaan pemerintah sehingga rendahnya pertumbuhan.

5. Pengiriman bahan baku yang terlambat, karena kacaunya jadwal produksi karena kurangnya persediaan bahan baku.

6. Adanya konflik dan kesulitan manusia dalam bekerja sama.

7. Adanya undang-undang yang usang maupun yang baru sehingga menghambat keinginan manajemen untuk meningkatkan produktivitas.

8. Perubahan teknologi dengan kecepatan yang tinggi dan biaya-biaya yang tinggi, hasilnya adalah penurunan dalam peluang-peluang dan pembaharuan-pembaharuan.

3.2.4 Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas dapat dilakukan pada berbagai skala unit kegiatan. Berikut diurutkan skala unit kegiatan dimulai dari skala yang terkecil sampai terbesar [Sumanth, 1985], yaitu :

a. Stasiun kerja

b. Seksi atau unit perusahaan c. Tingkat perusahaan

(7)

Pendekatan dalam pengukuran produktivitas, yang sering dilakukan dalam membandingkan tingkat hasil dapat dibedakan dengan beberapa cara yaitu:

1. Membandingkan unjuk kerja periode yang diukur dengan unjuk kerja periode dasar.

2. Membandingkan unjuk kerja suatu unit organisasi dengan unit organisasi yang lain.

3. Membandingkan unit kerja yang sebenarnya dengan target yang telah ditetapkan.

Dalam pengukuran produktivitas ini pendekatan yang digunakan adalah membandingkan unjuk kerja periode yang diukur dengan unjuk kerja pada periode dasar.

3.2.5 Manfaat Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas perlu dilakukan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat produktivitas organisasi tersebut dalam hal operasinalnya. Hal ini digunakan untuk membandingkan tingkat produktivitas standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang telah dicapai selama ini dan menganalisis perkembangan perusahaan.

Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain [Sumanth, 1981; hal 98] :

1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.

2. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

(8)

4. Perencanaan target tingkat produktivitas dimasa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.

5. Strategi untuk meningkatakan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada diantara tingkat produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi) dan tingkat produktivitas yang diukur (produktivitas aktual). Dalam hal ini pengukuran produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga tindakan korektif dapat diambil.

6. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas di antara organisasi perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula unutk informasi produktivitas industri dalam skala nasional maupun global.

7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu.

8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus (continuous productivity improvment).

9. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.

10. Aktivitas perundingan bisnis (kegiatan tawar–menawar secara kolektif dapat diselesaikan secara rasional, apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.

3.2.6 Model-model Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas memiliki dua macam pendekatan, yaitu model pengukuran produktivitas dengan pendekatan rasio output/input dan model pengukuran produktivitas dengan pendekatan indeks.

(9)
(10)

1. Produktivitas parsial

Merupakan perbandingan antara keluaran dengan salah satu faktor masukan. Misalnya, produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara keluaran dengan masukan tenaga kerja.

2. Produktivitas Total Faktor

Merupakan perbandingan antara keluaran bersih dengan masukan tenaga kerja dan masukan modal, dimana keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah nilai barang dan jasa yang dibeli.

3. Produktivitas Total

Merupakan perbandingan antara keluaran dengan jumlah seluruh faktor masukan.

Ketiga pengukuran produktivitas ini, faktor keluaran dan masukan harus dinyatakan dalam bentuk ukuran nyata atau secara fisik yang direduksi berdasarkan harga konstan dari periode dasar. Pengukuran produktivitas secara parsial kadang-kadang memiliki hasil yang berlawanan dengan hasil perhitungan produktivitas total. Hal ini dapat mengaburkan arah tindakan yang harus dilakukan. Sebaliknya dengan hanya mengetahui produktivitas total akan sulit mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan produktivitas untuk tindakan perbaikan.

3.2.6.2 Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Indeks

Angka indeks yang digunakan dalam pengukuan produktivitas ini merupakan suatu besaran yang menunjukkan variasi perubahan dalam waktu atau ruang mengenai suatu hal tertentu. Penggunaan angka indeks yang dilakukan biasanya digunakan untuk mengukur perubahan nilai atau perubahan sepanjang waktu tertentu. Agar dapat mengukur perubahan nilai tersebut, nilai-nilai yang diperoleh dibakukan berdasarkan periode tahun dasar atau periode dasar tertentu. Dengan demikian angka indeks yang diperoleh dapat diperbandingkan terhadap keadaan periode dasar itu. Dari sini dapat terlihat perubahan bersifat naik,turun atau tetap.

(11)

selanjutnya dapat dibandingkan dengan keadaan produktivitas pada tahun dasar, untuk mengetahui kecenderungan peningkatan produktivitas dari waktu ke waktu.

Beberapa model pengukuran produktivitas yang mrnggunakan pendekatan angka indeks adalah :

1. Model Craig-Harris

Craig-Harris mendefenisikan pengukuran produktivitas adalah :

Pt =Qt

L-C-R+Q …(4)

Keterangan :

Pt = Produktivitas total

L = Faktor masukan tenaga kerja C = Faktor masukan modal R = Faktor masukan bahan

Q = Faktor masukan lain pada barang dan jasa Qt = Keluaran total

Dengan pengertian; a. Keluaran

(jumlah unit produksi x harga jual) + deviden dari saham + bunga b. Masukan tenaga kerja

Jumlah jam kerja setiap klasifikasi pekerja x upah rata- rata pada tahun dasar untuk setiap pekerja.

c. Masukan modal

Penjumlahan dari modal berwujud peralatan, uang kas, piutang, persediaan dan modal lancar lain, kemudian deflator digunakan untuk tiap tipe modal. d. Masukan bahan mentah dan pembelian alat

Jumlah unit dibeli x nilai material pada periode dasar

(12)

2. Model Mundel

Marvin E. Mundel (1978) memperkenalkan penggunaan angka indeks produktivitas pada tingkat perusahaan berdasarkan dua bentuk pengukuran, yaitu : a. IP=\{(AOMP / RIMP) / (AOBP / RIBP)\} x 100

…(5)

b. IP=\{(AOMP / AOBP) / (RIMP / RIBP)\} x 100 …(6)

Dimana :

IP = indeks produktivitas

AOMP = output agregat untuk periode yang diukur AOBP = output agregat untuk periode dasar

RIMP = input-input untuk periode yang diukur RIBP = input-input untuk periode dasar

Bentuk pengukuran pertama merupakan rasio antara indeks performansi pada periode pengukuran dan indeks performansi pada periode dasar, sedangkan bentuk pengukuran kedua merupakan rasio antara indeks output dan indeks input. Dengan demikian kedua bentuk pengukuran di atasdapat pula dinyatakan sebagai :

a. IP=\{(AOMP / RIMP) / (AOBP / RIBP)\} x 100 = (Indeks Performansi Periode Pengukuran / Indeks Performansi Periode Dasar) x 100 b. IP=\{(AOMP / AOBP) / (RIMP / RIBP)\} x 100 = (Indeks Output

/ Indeks Input) x 100

Model ini haruslah memiliki waktu-waktu standar untuk bekerja. Kelebihan model ini adalah cocok untuk diterapkan pada perusahaan yang proses produksinya langsung dapat diamati.

3. Model POSPAC / Model Habberstad

(13)

yang diklasifikasikan ke dalam enam kelompok. Ada enam jenis produktivitas yang dinaikkan oleh perusahaan meliputi antara lain :

a. Production productuvity ( P ) b. Organization Productivity ( O ) c. Sales Productivity ( S ) d. Product Productivity ( P ) e. Work Force Productivity ( A ) f. Capital Productivity ( C )

Peningkatan produktivitas pada jenis pertama yaitu produktivitas produksi, dapat dimulai dengan perencanaan produksi untuk memenuhi permintaan produksi, diperlukan penyusunan pabrik yang baik sehingga tidak saling menggangu antar mesin, kecelakaan kerja dapat diturunkan. Disamping itu pengaturan ini diperlukan untuk meningkatkan penggunaan luas lantai dan ruang gedung serta memperlancar arus barang-barang produksi.

Peningkatan produktivitas pada jenis kedua yaitu produktivitas organisasi, meliputi usaha untuk menjaga efisiensi perusahaan jangka panjang, strategi perusahaan, penyesuaian kemampuan manajemen beserta sistemnya serta penyesuaian sistem lainnya. Perusahaan perlu memperhatikan kekuatan yang dimiliki serta kelemahan yang ada dalam organisasi.

Peningkatan produktivitas yang ketiga yaitu produktivitas penjualan, dimulai dengan analisa pasar secara umum, bagaimana arah perkembangan pasar dan bagaimana kualitas pasar di masa yang akan datang. Informasi yang didapatkan akan memberikan dasar untuk dapat mengidentifikasi pasar yang akan dijadikan sasaran di waktu yang akan datang.

(14)

komersial. Informasi mengenai kebutuhan pembeli diperoleh dari bagian pemasaran, dari komentar-komentar yang dilontarkan maka akan terbentuklah gambaran kebutuhan pemakai akan spesifikasi produk yang dibutuhkan.

Peningkatan produktivitas kelima yaitu produktivitas tenaga kerja, peningkatannya dapat melalui penambahan kemampuan dari pekerja. Hal ini dapat dilakukan lewat pendidikan dan latihan dan hal lainnya juga dapat dilakukan melalui perbaikan metode-metode kerja dan proses produksi, untuk itu diperlukan kreatuvitas dari seluruh level manajemen.

Peningkatan produktivitas yang keenam yatu produktivitas modal, tindakan perbaikannya dapat dilakukan dengan mengendalikan persediaan perusahaan sehingga akan lebih banyak tersedia untuk membiayai keperluan yang lainnya. Penggunaan uang dalam perputaran kegiatan perusahaan perlu diatur sesuai dengan kebutuhan, selebihnya dapat diproduktifkan dengan cara lain seperti deposito dan lain sebagainya. Untuk mengoptimalkan penggunaan modal dalam perusahaan diperlukan perencanaan dan pengendalian ekonomi perusahaan baik yang menyangkut struktur permodalan maupun kecepatan gerak modal dalam perputarannya.

Dalam model ini, produktivitas parsial yang akan diukur adalah :

(15)

e. Produktivitas Modal = Jumlah Penjualan

Total Modal …(11)

f. Produktivitas Tenaga Kerja = Laba Kotor

Biaya Tenaga Kerja …(12)

Kelebihan dan kekurangan model Habberstad ini jika dibandingkan dengan model David J. sumanth dalam pengukuran produktivitas adalah model Habberstad hanya khusus untuk menghitung produktivitas parsial saja serta perhitungan produktivitas tidak berdasarkan antara ratio total keluaran dengan input parsialnya, tetapi berdasarkan elemen-elemen yang terkait dalam kegiatan input parsialnya.

3. Model Produktivitas David J. Sumanth

Model produktivitas Total dan Parsial ini dikembangkan oleh David J. Sumanth untuk ruang lingkup perusahaan dengan mempertimbangkan seluruh faktor masukan dalam menghasilkan keluaran.

Model produktivitas Total David J. Sumanth :

Produktivitas Total = Total Keluaran (nyata) Total Masukan (nyata) …(13)

Dimana total keluaran meliputi: a. Nilai unit produk jadi

b. Nilai produk setengah jadi

Sedangkan total masukan meliputi : a. Nilai tenaga kerja

b. Nilai bahan

c. Nilai kapital atau modal

(16)

e. Biaya lainnya

Produktivitas parsial dalam Model Produktivitas ini dikaitkan dengan salah satu faktor masukan dan ditunjukkan oleh rasio nilai total pengeluaran dengan salah satu faktor masukan. Kelima ukuran produktivitas parsial tersebut adalah:

1. Produktivitas parsial faktor masukan tenaga kerja

P1 = Nilai total keluaran nilai masukan tenaga kerja …(14)

2. Produktivitas parsial faktor masukan modal

P2 = Nilai total keluaran nilai masukan modal …(15)

3. Produktivitas parsial faktor masukan bahan

P3 = Nilai total keluaran nilaimasukan bahan …(16)

4. Produktivitas parsial faktor masukan energi

P4 = Nilaitotal keluaran nilaimasukan energi …(17)

5. Produktivitas parsial faktor masukan lain- lain

P5 = Nilai total keluaran nilai masukan lainlain …(18)

(17)

Kategori tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan menjadi empat yaitu karakteristik, tingkat, koordinasi, dan kemampuan dalam hal membuat kebijakan dan prestasi kerja produksi, yaitu :

1. Manajer adalah orang-orang yang paling banyak menangani koordinasi proses dan mempunyai kekuasaan untuk menentukan kebijaksanaan. 2. Birokrat adalah orang-orang yang terlibat dalam kordinasi proses tapi

perannya kurang menentukan kebijaksanaan karena prosedur kerjanya umum dan ditentukan oleh manajer, seperti staf tata usaha.

3. Profesional adalah para produser yang punya kuasa untuk menentukan kebijaksanaan dalam kegiatannya seperti seorang sarjana teknik rancang bangun.

Nbt = Nilai bahan baku selama periode berjalan JBt = Jumlah bahan baku selama periode berjalan Hbo = Harga bahan baku pada periode dasar

Nilai total bahan selama periode berjalan adalah penjumlahan dari nilai total bahan baku dan nilai total bagian-bagian yang dibeli.

c. Masukan modal

Modal terdiri atas modal tetap dan modal kerja. Cara yang lazim digunakan untuk perhitungan masukan modal tetap adalah metode depresiasi dan metode ekivalensi masukan tenaga kerja.

d. Masukan energi

Masukan energi adalah ongkos-ongkos untuk membayar sumber-sumber tenaga seperti minyak, gas, batu bara, listrik, dan air.

(18)

Yang termasuk dalam pengeluaran lain-lain adalah setiap pengeluaran yang tidak termasuk pada keempat faktor masukan yang telah dijelaskan diatas.

Yang merupakan elemen keluaran nyata antara lain : a. Unit produk jadi

Yaitu semua produk yang dihasilkan dalam proses produksi bukan jumlah produk yang terjual.

b. Unit produk setengah jadi

Yaitu produk yang masih dalam tahap penyelesaian atau work in process.

4 Model Produktivitas Objective Matrix

Objectives matrix atau OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas yang dilakukan secara parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas setiap bagian dari organisasi dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut. Kegunaan dari metode OMAX ini adalah:

a. Sebagai sarana pengukuran produktivitas

b. Sebagai alat memecahkan masalah produktivitas c. Alat pemantau pertumbuhan produktivitas

(19)

Keterangan:

A. Blok Pendefinisian, terdiri atas:

1. Kriteria produktivitas yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktivitas pada bagian yang akan diukur produktivitasnya.

2. Performansi sekarang yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan pengukuran terakhir.

B. Blok Kuantitatif terdiri atas :

1. Skala yaitu angka-angka yang menunjukkan tingkat performansi dari pengukuran tiap kriteria produktivitas. Terdiri atas sebelas bagian dari 0 sampai 10. kesebelas skala tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. level 0, yaitu nilai produktivitas yang terburuk yang mungkin terjadi

b. level 3 yaitu nilai produktivitas performansi sekarang

c. level 10 yaitu nilai produktivitas yang diharapkan sampai periode tertentu.

Kenaikan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi. 2. Skor nilai level dimana nilai pengukuran produktivitas berada. 3. Bobot yaitu besarnya bobot dari tiap kriteria produktivitas terhadap

total produktivitas

4. Nilai, merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya

5. Indikator produktivitas merupakan jumlah dari tiap nilai indeks produktivitas (IP) sehingga dihitung sebagai persentase kenaikan/penurunan terhadap performansi sekarang.

3.2.7 Siklus Produktivitas

(20)

Konsep siklus produktivitas ini ditunjukkan pada gambar berikut :

[Monasari, 2004] Gambar 3.2 Siklus Produktivitas

Perusahaan yang memulai program produktivitas untuk pertama kalinya dapat mengawalinya dengan pengukuran produktivitas. Setelah tingkat-tingkat produktivitas diukur perlu dilakukan evaluasi atau perbandingan terhadap nilai-nilai yang direncanakan.

Berdasarkan evaluasi ini,tingkat-tingkat produktivitas target direncanakan untuk jangka pendek maupun panjang. Untuk mencapai target-target yang direncanakan, perbaikan produktivitas dilakukan secara formal.Untuk menaksir sejauh mana tingkat perbaikan terjadi, tingkat-tingkat produktivitas harus diukur lagi. Siklus ini berlangsung terus selama program produktivitas berjalan di perusahaan tersebut.

3.2.8 Konsep Analytical Hierarchy Proses

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode MCDM yang mulamula dikembangkan saaty (1990), Salah satu kehadalan AHP adalah dapat melakukan analisis secara simultan dan terintegrasi antara parameter-parameter yang kualitatif anatu bahkan yang “intangible” dan yang kuantitatif [Informatika pertanian,2002]. Tujuan dari AHP adalah melengkapi sebuah kerangka kerja dan

(21)

teknik merangking alternatif-alternatif yang layak berdasarkan preferensi pengambil keputusan.

3.2.8.1Penerapan Analytical Hierarchy Proses

Langkah pertama dari metode ini diawali dengan membentuk struktur kondisi yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang tersusun secara hirarki. Hirarki adalah sebuah tipe atau hal yang khas dari suatu sistem yang didasarkan pada asumsi yang menyatu yang telah diidentifikasikan. Setiap hirarki terdiri dari beberapa komponen yang kemudian diuraikan lagi ke dalam hirarki yang lebih rendah sehingga diperoleh hirarki yang paling rendah dimana komponen-komponennya dapat dikendalikan. Jadi setiap komponen dapat mempengaruhi komponen yang lain atau bisa juga dipengaruhi oleh komponen yang lainnya.

Tahap tepenting dalam penerapan metode ini adalah penilaian perbandingan berpasangan. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan sejumlah kombinasi dari elemen-elemen yang ada pada setiap hirarki. Untuk memberikan bobot verbal atau numerik pada variabel yang dianggap penting diadakan penjajagan nilai-nilai prioritas antar komponen yang dilakukan oleh para partisipan menggunakan skala penilaian. Skala penilaian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(22)

[Saaty, 1988, hal 12]

Tahapan proses penerapan metode ini secara umum adalah :[saaty, 1988, hal 16]

1. Menyusun struktur hirarki dari permasalahan agar dapat diselesaikan dengan mudah, sebab telah terbagi menjadi beberapa sub masalah yang lebih sederhana.

2. Memasukkan pendapat dari pihak – pihak yang terlibat sebagai gambaran logika, intuisi, emosi, ide, rasa, dan alasan. Dengan metode ini proses penyaringan ide dan pendapat dilakukan melalui penilaian perbandingan berpasangan tentang tingkat kepentingan atau preferensi terhadap faktor – faktor pada sub tingkat hirarki.

3. Menerjemahkan pendapat sebagai suatu bilangan yang mengandung makna. Pemberian angka numerik pada pertimbangan subjektif adalah patokan untuk mengkuantifikasi pertimbangan itu. Saaty telah menyusun skala penilaian untuk perbandingan berpasangan antar aktivitas tersebut.

(23)

5. Melakukan analisis kepekaan hasil terhadap perubahan pertimbangan.

3.2.8.2 Formulasi Matematis

Formulasi matematis yang digunakan pada proses hirarki analitik ini dilakukan dengan menggunakan matriks. Misalkan dalam sub sistem operasi terdapat n elemen operasi yaitu elemen – elemen operasi A1, A2, …, An. Hasil perbandingan

secara berpasangan elemen – elemen operasi tersebut akan membentuk matriks perbandingan yang dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Formulasi Matematis

[Annesa,2009]

Unsur – unsurnya adalah aij dengan ij = 1,2, …, n. Unsur – unsur matriks

tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Misalnya unsur a11 adalah

perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan elemen operasi A1 sendiri,

sehingga nilai a11 sama dengan 1. Nilai unsur a12 adalah perbandingan tingkat

kepentingan elemen operasi A1 terhadap elemen operasi A2. Besarnya nilai a21 adalah

1/a12 yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A2

dibandingkan terhadap elemen operasi A1.

Pemasukan nilai aij menurut aturan berikut : 1. Jika aij = a, maka aij = 1/a, a = 0

2. Jika Ai mempunyai tingkat kepentingan relatif yang sama dengan Aj, maka aij

= aij = 1

3. Hal khusus, aii = 1 untuk semua I

Dengan demikian bentuk matriks A adalah sebagai berikut :

1 a12 … a1n

(24)

… … … … 1/a1n 1/a2n … 1

Selanjutnya akan ditentukan bobot yang mencerminkan hasil dari perbandingan di atas. Bobot masing – masing komponen dinyatakan dengan W1, W2,

…,Wn. Persoalannya adalah bagaimana mendapatkan bobot Wi untuk setiap

perbandingan aij tersebut. Untuk memecahkan masalah tersebut dapat dilakukan

pengerjaan melalui 3 tahap.

Tahap pertama, asumsikan bahwa perbandingan didasarkan atas pengukuran nyata yang diteliti. Untuk membandingkan A1 dengan A2, diambil patokan dari berat

bobot setiap komponen. Misalkan A1 ditimbang mempunyai berat W1 = 305 gram.

Lalu A2 diukur menghailkan W2 = 224 gram. Kemudian dilakukan perhitungan W1

dibagi W2 yang menghasilkan 1,25, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil

perbandingan A1 adalah 1,25 kali lebih berat dari A2, dan dituliskan sebagi anggota

matriks a12 = 1,25. Jadi, dalam kasus ideal (yang didasarkan pada pengukuran eksak),

hubungan antara bobot W1 dengan hasil perbandingan aij adalah sebagai berikut :

W1/W2 = aij ( untuk i, j = 1,2,3…n ) …(20)

Nilai W1/W2 dengan i,j = 1,2,3…,n dijajagi dari partisipan, yaitu orang-orang

yang berkepentingan dengan permasalahan yang dianalisa. Bila vektor pembobotan elemen operasi A1, A2, A3,…, An tersebut dinyatakan sebagai vektor W dengan W =

(W1, W2, W3, …Wn), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1

dibandingkan dengan A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen

operasi A1 terhadap A2, yaitu W1/W2 sama dengan A12. Sehingga matriks

perbandingan semula dapat dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 3.3 Matriks Perbandingan semula

A1 A2 … An

A1 W1/W1 W1/W2 … W1/Wn

A2 W2/W1 W2/W2 … W2/Wn

(25)

An Wn/W1 Wn/W2 … Wn/Wn

Tahap kedua, perlu dilihat seberapa besar kelonggaran yang pantas diberikan untuk penyimpangan, perhatikan baris ke-i dari matriks A. Elemen baris tersebut adalah ai1,ai2,…,ain. Pada kasus eksak nilai – nilai ini sama dengan perbandingan :

Wi/W2,Wi/W2,…,Wi/Wj,…Wi/Wn. Jika kita kalikan elemen pertama baris tersebut

dengan W1, elemen kedua dengan W2 dan seterusnya akan diperoleh :

Wi/W1.W1 = Wi, Wi/W2.W2 = Wi,…, Wi/Wj.Wj = Wi,…,Wi/Wn.Wn = Wi ...(21)

Hasilnya adalah baris dengan elemen yang identik yaitu Wi, Wi, Wi, …Wi.

Pada kasus umum akan diperoleh elemen baris yang besarnya berkisar sekitar nilai Wi, sehingga beralasan jika dikatakan Wi adalah harga rata-rata dari nilai-nilai

Tahap ketiga, bila diperhatikan dalam kasus nyata maka nilai aij tidak selalu

sama dengan Wi/Wj sehingga akan mempengaruhi solusi persamaan diatas.

Berdasarkan hal tersebut maka nilai n diganti dengan Imax menjadi persamaan berikut

Wi = 1/Imax (

Persamaan diatas mempunyai solusi yang unik yang disebut dengan eigen

value () yang bernilai maksimum dari matriks A.

(26)

1. aij.ajk = (Wi/Wj) .(Wj/Wk) = Wi/Wk = aik, dimana bentuk ini menyatakan

harus terpenuhinya konsistensi dari elemen matriks tersebut.

Aji = Wj/Wi = a/(Wi/Wj) = 1/aij, menunjukkan ciri resiprokalitas dari matriks

AHP.

W1/W1 W1/W2 … W1/Wn W1 W1

W2/W1 W2/W2 … W2/Wn W2 = W2

… … … … …

Wn/W1 Wn/W2 … Wn/Wn Wn Wn …(24)

Bila matriks ini dikaitkan dengan vektor kolom W = (W1, W2,…, Wn) maka

akan diperoleh hubungan :

AW = nW …(25)

Bila mtriks A diketahui dan kita ingin mendapatkan W maka kita dapat menyelesaikan persamaan :

( a - nI ) = 0 …(26)

Dimana I adalah matriks identitas.

Persamaan (26) ini dapat menghasilkan solusi yang tidak nol jika dan hanya jika n merupakan eigen value dari A dan w adalah eigen vektor dari A. Setelah eigen value matriks perbandingan A tersebut diperoleh, misalnya I1,

I2,…, n maka

i=1 n

λi= n

…(27)

(27)

A.W = Imaks.W …(28)

Selanjutnya persamaan (28) dapat dirubah menjadi :

( A – Imaks.I ) W = 0 …(29)

Untuk memperoleh harga nol maka yang perlu diset adalah :

A – Imaks.I = 0 …(30)

Sehingga dari persamaan (30) dapat diperoleh harga Imaks. Dengan

memasukkan harga Imaks ke dalam persamaan (30) dan dari persamaan:

i=1 n

λi= n

…(31)

Maka akan diperoleh bobot masing-masing elemen operasi Wi dengan I =

1,2,3,…,n yang merupakan eigen value maksimum.

3.2.8.3 Bobot/Prioritas dalam Hierarki

Untuk dapat menentukan bobot atau prioritas dari suatu elemen pada suatu level dengan elemen pada level lainnya, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan hasil penilaian ke dalam matriks. Sebuah matriks adalah susunan segi empat siku – siku dari bilangan – bilangan. Bilangan – bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks. Angka – angka yang diurutkan secara horizontal disebut baris, dan yang diurutkan vertikal diebut kolom. Ukuran matriks dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris dan banyaknya kolom. Apabila sebuah mariks mempunyai n baris dan n kolom maka matriks tersebut disebut matriks kuadrat (bujur sangkar) berorde n.

(28)

[Annesa,2009] Gambar 3.3 Matriks 3x3

Perbandingan dilakukan antara kriteria pada kolom sebelah kiri dengan kriteria pada baris sebelah atas. Adapun penilaian yang dilakukan mengikuti ketentuan seperti berikut ini :

a. Jika A sama penting dengan B, masukkan nilai 1.

b. Jika A sedikit lebih penting daripada B, masukkan nilai 3. c. Jika A lebih penting daripada B, masukkan nilai 5.

d. Jika A jauh lebih penting daripada B, masukkan nilai 7. e. Jika A mutlak lebih penting daripada B, masukkan nilai 9.

Sebuah elemen mempunyai derajat kepentingan yang sama jika dibandingkan dengan dirinya sendiri, sehingga apabila baris dari A bertemu dengan kolom dari A pada posisi (A,A), maka nilai yang dimasukkan adalah 1. Berdasarkan hal ini, maka semua angka yang berada pada diagonal utama matriks adalah 1. Jika kolom A bertemu dengan baris B, dimana A lebih penting daripada B maka dimasukkan angka 5 pada posisi (A,B). Sebaliknya pada posisi (B,A) dimasukkan nilai 1/5, begitu seterusnya.

3.2.8.4 Perhitungan Konsistensi

Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut mempunyai hubungan kardinal yaitu ai,j . aj,k = ai,k dan ordinal yaitu Ai>Aj,

Aj>Ak maka Ai>Ak. Hubungan di atas dapat dilihat dari dua hal yaitu :

1. Dengan melihat preferensi yang multiplikatif, misalnya bila jeruk lebih enak empat kali dari jambu dan jambu lebih enak dua kali dari pisang maka jeruk lebih enak delapan kali dari pisang.

2. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya jeruk lebih enak dari jambu dan jambu lebih enak dari pisang maka jeruk lebih enak dari pisang.

(29)

preferensi seseorang. Teori matriks menyatakan bahwa kesalahan kecil pada koefisien akan menyebabkan penyimpangan kecil pula pada eigen value. Dari pernyataan yang telah diuraikan sebelumnya maka diketahui bahwa jika diagonal utama dari matriks A semuanya maka diketahui bahwa jika diagonal utama dari matriks A semuanya bernilai 1 dan jika A konsisten maka penyimpangan kecil dari ai,j

akan tetap menunjukkan eigen value terbesar yaitu Imaks. Nilai Imaks ini akan mendekati

n dan eigen value sisanya akan mendekati nol. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Indeks Konsistensi ( CI ) yang dirumuskan :

CI =

λmaks−n

n−1 , …(32)

Keterangan:

 maks = eigen value maksimum N = orde matriks

Indeks konsistensi matriks dengan skala penilaian 1 sampai 9 beserta kebalikannya disebut Indeks Random ( RI ). Saaty telah melakukan perhitungan dengan menggunakan 500 sampel, jika penilaian numerik diambil secara acak dari skala 1/9, 1/8,… , 1, 2, …, 9 maka akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda seperti terdapat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Indeks Random untuk Orde Matriks

[Saaty,1988, hal 9]

Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai Rasio Konsistensi ( CR ).

CR = CI

(30)

Menurut Saaty hasil penilaian yang diterima adalah matriks yang mempunyai 0,1. Jika lebih besar dari angka 0,1 berarti penilaian yang telah dilakukan bersifat random dan perlu diperbaiki.

Keuntungan yang diperoleh memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP antara lain:

1. Kesatuan; AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.

2. Kompleksitas; AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.

3. Saling ketergantungan; AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier.

4. Penyusunan hirarki; AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

5. Pengukuran; AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan mewujudkan metode penetapan prioritas.

6. Konsistensi; AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

7. Sintesis; AHP menurun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

8. Tawar-menawar; AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka

9. Penilaian dan konsensus; AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaiaan.

10. Pengulangan proses; AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian mereka melalui pengulangan.

Secara khusus AHP dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan keputusan, antara lain:

(31)

2. Menghasilkan seperangkat alternatif. 3. Memilih alternatif kebijakan yang terbaik. 4. Menetapkan berbagai persyaratan.

5. Mengalokasikan sumber daya.

6. Meramalkan hasil dan menaksir resiko. 7. Mengukur prestasi.

8. Merancang sistem.

9. Menjamin kemantapan sistem.

10. Mengoptimumkan, merencanakan dan memecahkan konflik.

Dipahami bahwa secara prinsip AHP mendasarkan penilaian sangat bergantung pada tingkat pengetahuan, penguasaan informasi, dan pengalaman penilaiannya. Masalah subjektivitas dalam penilaian dikhawatirkan dapat mengurangi ketidakkonsistenan, namun pendekatan AHP telah mengantisipasinya dengan ada uji konsistensi dalam bentuk rasio konsistensi yang mempunyai batas yang diizinkan. Penilaian subjektivitas tidak harus mengurangi kegunaan dari suatu metoda, karena ada hal-hal tertentu yang mendorong subjektivitas ini dilakukan yaitu:

1. Kasus pertama adalah saat penilaian subjektif dalam kenyataannya harus dilakukan. Hal ini terjadi saat tahap penetapan sasaran-sasaran global yang mengharuskan seseorang membuat prioritas terhadap operasional perusahaan. 2. Kasus kedua, apabila tidak ekonomis menggunakan pengukuran objektif, karena adakalanya biaya pengumpulan data atau informasi yang relevan lebih besar dari manfaatnya sehingga pendapat sederhana lebih disukai.

3. Kasus ketiga terjadi saat informasi subjektif yang lebih luas diperlukan daripada pertanyaan–pertanyaan sederhana terhadap fakta yang ada. Maksudnya adalah terhadap fakta tertentu dianggap cukup berupa pertanyaan tetapi barangkali bagi orang lain masih berupa isu. Dengan kata lain pertanyaan yang muncul harus didekati dengan mendapat subjektif yang barangkali menjadi ukuran yang lebih adil.

(32)

Metodologi penelitian berisi langkah-langkah sistematis yang dilakukan selama penelitian. Dimulai dari Survei Pendahuluan, Studi Literatur, Identifikasi Masalah, Prumusan Masalah, Pengumpulan Data, Pengolahan Data , Analisis, dan Penutup.

3.3.1 Survei Pendahuluan

Survei lapangan dilakukan di bagian produksi pabrik Cold Rolling Mill PT. Krakatau Steel untuk mengetahui dan mempelajari sistem yang ada pada perusahaan tersebut. Survei ini diarahkan kepada permasalahan yang terjadi pada perusahaan tersebut berupa pangamatan terhadap produk yang dihasilkan, kondisi fisik lingkungan kerja, proses operasi dan data-data yang tersedia.

3.3.2 Studi Literatur

Setelah survei lapangan dilakukan, maka dipelajari literatur-literatur yang relevan dengan permasalahan yang ditemukan. Dari literatur-literatur tersebut diperoleh teori-teori pendukung dan konsep-konsep sebagai dasar dalam penyelesaian masalah. Terutama yang berhubungan dengan pengukuran produktivitas dengan metode Objective Matrix (OMAX) serta Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk penyelesaian masalah dalam penelitian.

3.3.3 Identifikasi Masalah

Dari pengamatan pendahuluan yang dilakukan kemudian dilakukan identifikasi untuk mengetahui masalah produktivitas yang terjadi di lantai produksi perusahaan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan dapat diketahui permasalahan yang dialami perusahaan pada saat ini. Survei menunjukan produksi belum mencapai target produktivitas yang dinginkan perusahaan sehingga dapat dibuat suatu perumusan masalah dan penentuan tujuan serta batasan-batasan masalah dari penelitian ini.

(33)

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, maka ditentukanlah permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Permasalahan tersebut dijadikan sebagai suatu acuan dalam penysunan rumusan permasalahan yang didukung dari teori-teori dasar yang diperoleh dari studi literatur serta konsep-konsep yang terkait serta batasan-batasan yang ada sehingga dapat memberikan kerangka dan kemudahan dalam melakukan langkah-langkah penyelesaian.

3.3.5 Pengumpulan Data

Tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Data-data yang dikumpulkan adalah data RKAP 2014, data produksi, data konsumsi, dan data utilisasi waktu perusahaan.

3.3.6 Pengolahan Data

Data-data yang telah dikumpulkan diolah berdasarkan referensi yang relevan kemudian diolah dengan menggunakan metode Objective Matrix (OMAX) dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan prioritas kriteria rasio terpilih.

3.3.7 Analisis

Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis mengacu pada hasil yang diperoleh dari penggunaan metode pengukuran produktivitas Objective Matrix.

Usulan perbaikan juga berdasarkan penggunaan penggunaan metode pengukuran produktivitas Objective Matrix yang telah dilakukan.

(34)

Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap hasil pengolahan data ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan diberikan saran-saran untuk perbaikan dan pengembangan dimasa yang akan datang.

Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar flowchart berikut:

(35)

3.4 Penyelesaian Kasus

Penyelesaian kasus ini merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini.

3.4.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data RKAP, Data produksi, data trend konsumsi, dan data utilisasi waktu pada proses CPL periode Januari 2014 – Desember 2014 di pabrik CRM PT Krakatau Steel. Berikut ini merupakan tabel hasil pengumpulan data yang telah dilakukan.

Tabel 3.5 Data Produksi, Konsumsi, dan Utilisasi Waktu

3.4.2 Pengolahan Data

Data-data yang telah didapatkan kemudian dilakukan pengolahan data untuk mengukur produktivitasnya.

3.4.2.1 Perhitungan Rasio

Langkah yang pertama kali dilakukan adalah menetapkan kriteria dan rasio yang akan digunakan dalam perhitugan. Kriteria produktivitas yang diukur meliputi: 1. Kriteria efisiensi, menunjukkan bagaimana penggunaan sumber daya

(36)

2. Kriteria efektivitas, menunjukkan bagaimana perusahaan mencapai hasil bila dilihat dari sudut akurasi dan kualitasnya (Rasio 4 dan 5).

3. Kriteria inferensial, menunjukkan suatu kriteria yang tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas tetapi bila diikutsertakan dalam matrik dapat membantu memperhitungkan variabel yang mempengaruhi faktor-faktor penting(Rasio 6 dan 7).

Formulasi untuk rasio-rasio tersebut adalah:

Rasio 1

=

Total produk yang dihasilkan

input

(34)

Rasio 2=Total produk yang dihasilkan

Gas Alam (35)

Rasio 3=Total Produk yang dihasilkan

Listrik (36)

Rasio 4

=

Total produk reject

Total produk yang dihasilkan

x100%

(37)

Rasio 5=Total produk reject

Total produk baik (prime)x100% (38)

Rasio 6

=

Total breakdown time

Total operating time

x100%

(39)

Rasio 7=Total breakdown time

Total calender time x100% (40)

(37)

Tabel 3.6 Hasil perhitungan rasio masin-masing kriteria

Contoh perhitungan rasio untuk bulan Januari 2014 adalah :

1.

Rasio 1

=

Total produk yang dihasilkan Januari 2014

input Januari 2014

x100%

=55426

56765 x100%=97,64%

2. Rasio 2=

Total produk yang dihasilkan Januari 2014 Gas Alam Januari 2014

=55426

36766=1,51

3. Rasio 3=

Total Produk yang dihasilkan Januari 2014 Listrik Januari 2014

=55426

10363=5, 35

4.

Rasio 4

=

Total produk reject Januari 2014

Total produk yang dihasilkan Januari 2014

x100%

=2814

55426 x100%=3,01%

5. Rasio 5=

Total produk reject Januari 2014

(38)

=28148

52612 x100%=5,35

6.

Rasio 6

=

Total breakdown time Januari 2014

Total operating time Januari 2014

x100%

=6650

33501 x100%=19,85%

7. Rasio 7=

Total breakdown time Januari 2014

Total calender time Januari 2014 x100%

=6650

44640x100%=14,9%

3.4.2.2 Pengukuran Produktivitas Standar, dan Target Pencapaian

Pengukuran produktivitas standar adalah menentukan nilai tahap awal, dimana menurut Nurdin dan Zabidi nilai tahap awal ini adalah rata-rata nilai rasio 6 bulan terakhir. Sasaran akhir/target penngkatan produktivitas yang ingin dicapai dari perusahaan PT Krakatau Steel berdasarkan ketetapan dari perusahaan sebesar 60%. Target produktivitas ini ditentukan dari nilai rasio terbesar.

(39)

Contoh perhitungan nilai tahap awal dan target pencapaian rasio 1: a. Nilai Tahap Awal (Produktivitas standar) rasio 1

=

Perhitungan rasio 6 bulan terakhir

6

=

94,29+90,54+93,56+98,36+96,19+94,79

6 =94,62

b. Target Pencapaian Rasio 1

= Nilai max dari peningkatan 60% dari semua periode rasio 1

6

= MAX (((60% x 97,64) + 97,64); ((60% x 97,58) + 97,58); ... ; ((60% x 94,79) + 94,79)))

= 157,78

3.4.2.3 Penetapan Bobot Masing-Masing Rasio

Penentuan bobot untuk masing-masing rasio dilakukan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari masing-masing rasio.

Proses penilaian perbandingan berpasangan dilakukan hingga diperoleh penilaian dengan rasio konsistensi kurang dari 0,1. Rasio konsistensi akan menjadi indikator bahwa penilaian dilakukan secara konsisten. Nilai rasio konsistensi yang digunakan mengacu kepada ketetapan Saaty, dimana harus lebih kecil atau sama dengan 10 %.

Cara pengisian matrik perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut : 1. Tentukan tingkat perbandingan masing-masing rasio. Nilai perbandingan

berpasangan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(40)

Matrik perbandingan berpasangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8 Matrik Perbandingan Berpasangan

Selanjutnya untuk perhitungan bobot ditentukan terlebih dahulu skala total masing-masing faktor dan perhitungan bobot relatif yang dinormalkan (normalized relative weight). Hasil perhitungan skala total dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 3.9 Skala Total masing-masing Rasio

(41)

Tabel 3.10 Nilai Eigenvector Utama

Kemudian dilakukan perhitungan consistency ratio (CR). Untuk menghitung CR maka dihitung consistency index (CI) terlebih dahulu, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Weighted Sum Vector = Eigenvector Utama x Matrik perbandingan berpasangan

CI=λmaksimumn

n−1 …(41)

λmaksimum=

(Weighted Sum vector/Eigenvector Utama)

n …(42)

Dimana :

λ

maksimum = Nilai eigen terbesar matrik berordo n

n = jumlah faktor yang mempengaruhi faktor finansial

Contoh perhitungan untuk rasio 1 bulan Januari 2014

Weighted Sum Vector Rasio 1 = (1,00 x 0,18) + (1,00 x 0,18) + (1,00 x 0,18) + (3,00 x 0,11) + (1,00 x 0,16) + (1,00 x 0,16) + (5,00 x 0,03) = 1,34

λmaksimum = ((1,34/0,18) + (1,34/0,18) + (1,34/0,18) +

(42)

Maka, CI=

7, 23−7

7−1 =0, 0388

Nilai consistency ratio (CR) didapatkan dengan membagi nilai consitency index dengan nilai random index (RI). Nilai RI untuk matrik kriteria yaitu 1,32 yang didapatkan dari tabel RI, karena terdapat tujuh kriteria dalam matrik tersebut, maka nilai RI yang digunakan adalah untuk matrik berukuran tujuh. Perhitungan untuk mendapatkan nilai consistency ratio adalah sebagai berikut :

CR

=

0, 034488

1,32

=

0,0294

Rekapitulasi hasil perhitungan weighted sum vector dan consistency ratio dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.11 Weighted Sum Vector dan Consistency Ratio

3.4.2.4 Pembentukan Matriks OMAX

Langkah-langkah pembentukan objective matrix (OMAX), adalah sebagai berikut:

1. Tahap defining

(43)

sampai rasio 7 yang masing-masing mewakili kriteria produktivitas perusahaan.

2. Tahap quantifying

Tahap quantifying merupakan tahap pembagian level pencapaian kinerja dari level 10 sampai dengan level 0. Level 10 merupakan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Tingkat pencapaian awal saat matriks dioperasikan diletakkan pada level 3, dan dibawah level 3 adalah pencapaian yang lebih buruk.

3. Tahap monitoring

Tahap monitoring merupakan tahap analisa terhadap skor, bobot, dan nilai dari masing-masing rasio. Baris skor diisi sesuai dengan level pencapaian kinerja. Baris bobot diisi masing-masing bobot rasio yang didapatkan dari AHP. Sedangkan baris nilai didapatkan dari hasil pengalian skor dengan bobot dari masing-masing rasio.

Tabel matrik Objective Matrix (OMAX) untuk bulan Januari 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12 Matrik OMAX bulan Januari 2014

Matrik OMAX untuk bulan Februari 2014 sampai Desember 2014 terdapat di Lampiran A.

(44)

Evaluasi tingkat produktivitas dilakukan untuk mengetahui nilai indeks perubahan produktivitas yang diukur terhadap produktivitas sebelumnya.

Rekapitulasi hasil perhitungan nilai evaluasi tingkat produktivitas dapat dilihat pada berikut.

Tabel 3.13 Evaluasi Tingkat Perubahan Produktivitas

Ket : (+) Produktivitas mengalami peningkatan dari periode sebelumnya. (-) Produktivitas mengalamai penurunan dari periode sebelumnya.

Contoh perhitungan tingkat produktivitas untuk bulan Februari 2014 adalah sebagai berikut:

1. Nilai indeks perubahan produktivitas bulan Februari 2014:

=

OPiOPi1 OPi1 =

211,13−190,07 190,07 =0, 11

2. Nilai indeks perubahan produktivitas bulan Maret 2014:

=

OPiOPi1 OPi1 =

150,67−211,13

(45)

Pencapaian total skor dari masing-masing rasio produktivitas terpilih secara secara keseluruhan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.14 Pencapaian Skor Total

1 2 3 4 5 6 7

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Total Skor

Rasio

To

ta

l

(46)

Grafik hasil dari perhitungan produktivitas secara keseluruhan dengan metode objective matrix yanmg dilakukan dapat dilihat sebagai berikut:

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00

Overall Productivity 2014

OP 2014

Gambar 3.6 Grafik Produktivitas Keseluruhan

3.5 Perencanaan Produktivitas

Setelah dilakukan pengolahan data, hasil perhitungannya dianalisis dan akan digunakan dalam perencanaan produkivitas untuk kedepannya.

3.5.1 Analisis Produktivitas Parsial

Evaluasi produktivitas parsial didasarkan pada pencapaian skor produktivitas dari setiap kriteria. Masing-masing kriteria mempunyai pengaruh yang berbeda-beda dalam mencapai produktivitas. Perubahan tersebut dapat dievaluasi melalui skor yang menunjukkan tingkat produktivitas yang dicapai tiap periode pengukuran. Nilai skor pencapaian produktivitas dapat dilihat pada Tabel 3.14.

(47)

operating time memiliki pencapaian skor yang dibawah rata-rata disebabkan kurangnya pengawasan dan maintenance terhadap mesin produksi berpengaruh terhadap besarnya waktu breakdown yang dibutuhkan perusahaan setiap bulannya.

3.5.2 Analisis Produktivitas Total

Analisis produktivitas total ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat produktivitas total yang dicapai perusahaan. Analisis yang dilakukan dalam pengukuran produktivitas ini adalah dengan cara membandingkan perkembangan dan perubahan produktivitas yang terjadi pada tiap periode. Perubahan produktivitas yang terjadi pada tiap periode tersebut apakah mengalami kenaikan atau tidak dalam perkembangannya. Perkembangan produktivitas tiap periode ini dapat diketahui dengan membandingkan produktivitas pada periode yang diukur dengan produktivitas periode sebelumnya dengan melihat nilai indeks produktivitas pada performance indicator dalam matrix OMAX. Besarnya peningkatan dan penurunan indeks produktivitas total dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Nilai indeks produktivitas pada tiap periode cenderung menunjukkan pertumbuhan negatif dengan fluktuasi positif terjadi pada bulan Februari, April, Juli dan November 2014. Peningkatan produktivitas tertinggi terjadi pada bulan Juli di pertengahan tahun semester kedua sebesar 3,16. Penurunan produktivitas pada periode lainnya terjadi akibat pengaruh krisis global yang terjadi pada periode tersebut dan mulai tersaingi oleh aktivitas impor bahan baja oleh perusahaan asing yang semakin meningkat berakibat turunnya permintaan baja dalam negeri.

Selain itu pengaruh langsung dari penurunan permintaan tersebut berpengaruh besar terhadap faktor produksi yaitu pengurangan jam kerja pekerja, jumlah kebutuhan material, dan penggunaan energi listrik serta jumlah tenaga kerja. Sehingga pengurangan kapasitas tersebut berdampak besar terhadap produktivitas dari perusahaan yang akhirnya mengurangi nilai indeks produktivitas yang di ukur.

3.5.3 Identifikasi Permasalahan Produktivitas

(48)

rendahnya produktivitas disebabkan karena input yang diterima tidak sesuai dengan standar permintaan dan mesin perusahaan. Sehingga bahan harus di Cutting dan disesuaikan dengan spesifikasi yang diinginkan. Hal tersebut tentu akan meningkatkan bahan reject yang secara langsung akan mengurangi produktivitas. Pada faktor mesin penyebab rendahnya produktivitas disebabkan rusaknya spare part pada mesin pengecekan dan waktu breakdown yang terjadi selama proses produksi. Pada faktor manusia, penyebab rendahnya produktivitas karena kurangnya motivasi yang diberikan dalam melakukan pekerjaan, rendahnya disiplin tenaga kerja dan masih terdapat karyawan yang tidak mematuhi SOP.

Faktor lainnya yang mengakibatkan rendahnya produkivitas adalah lingkungan. Ketidaknyamanan lingkungan yang terjadi di bagian lantai produksi CPL karena kondisi ruangan yang tidak memiliki sistem sirkulasi udara yang baik, Kondisi lantai yang licin dan lembab, serta pencahayaan yang kurang baik.

3.5.4 Usulan Perbaikan produktivitas

Produktivitas diharapkan akan meningkat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tetapi, kenyataannya sering terjadi suatu pencapaian yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan sasaran/tujuan sehingga perusahaan mengalami pertumbuhan negatif. Untuk mengantisipasi kegagalan itu diperlukan usaha-usaha perbaikan agar sasaran atau tujuan yang diinginkan tercapai. Perbaikan dilakukan dengan meninjau ulang apa yang telah dilakukan pada periode sebelumnya.

(49)

Berdasarkan hasil pengolahan, maka rasio dengan nilai pencapaian skor paling rendah dan sangat perlu untuk ditingkatkan kontribusinya terhadap peningkatan produktivitas perusahaan adalah rasio 6 dengan total skor 6. Hal ini dikarenakan pada rasio ini didominasi produktivitas yang relatif dibawah rata-rata

Langkah perbaikan produktivitas guna perencanaan peningkatan produktivitas di masa yang akan datang adalah dengan cara memperioritaskan kepada rasio yang memiliki nilai paling buruk untuk ditingkatkan, yaitu :

1. Meningkatkan nilai rasio 6, yaitu rasio antara jumlah breakdown mesin dengan jumlah Operating Time. Hal ini berhubungan erat juga dengan rasio 7, yaitu rasio antara Breakdown mesin dengan Calender Time, Peningkatan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan rutin, penggantian spare part yang berisiko crush, serta melakukan perawatan intensif terhadap mesin, dan mengefisienkan dan manajemen utilisasi waktu perusahhan

2. Meningkatkan nilai rasio 1, yaitu rasio antara output total dengan input. Adapun usulan perbaikan untuk masalah ini antara lain :

a. Seleksi material terhadap kakao yang digunakan menjadi material.

c. Adanya perbaikan kualitas dari mesin yang digunakan, hal ini dikarenakan banyaknya limbah yang dihasilkan yang berpengaruh terhadap pengeluaran perusahaan.

d. Pengendalaian proses untuk mengurangi jumlah material yang terbuang. Hal ini dikarenakan hasil akhir berupa produk banyak yang terbuang dn mengurangi produktivitas.

3. Meningkatkan nilai rasio 3, yaitu rasio antara total output dengan konsumsi listrik. Usaha yang dapat dilakukan adalah peningkatan pengawasan kerja, pemakaian listrik seefisien mungkin, mengurangi konsumsi listrik pada jam istirahat.

(50)

dengan memberikan bonus pada karyawan yang tidak memiliki cacat absensi serta bisa melakukan pekerjaannya lebih baik dari standar yang ada., pemberian sanksi bagi karyawan yang tidak taat peraturan.

3.6 Penutup pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Rasio yang memiliki pencapaian skor paling rendah dan kurang berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas serta perlu perhatian untuk segera dilakukan perbaiakan adalah rasio 6, yaitu rasio antara waktu breakdown dengan operating time. Jumlah total skor pada rasio 6 adalah 6. Dengan dominasi nilai pencapaian produktivitas sangat buruk.

2. Nilai produktivitas tertinggi terjadi pada periode Juli 2014 sebesar 301,12 dengan indeks perubahan +3,16. Sedangkan nilai produktivitas terendah terjadi pada periode Juni sebesar 72,47 dengan indeks perubahan -0,54

3. Peningkatan dan perbaikan produktivitas pada setiap rasio produktivitas terpilih, secara berurutan diprioritaskan dari skor terendah yaitu prioritas pertama untuk rasio 6, kemudian rasio 7, rasio 1, dan rasio 2, selanjutnya perbaikan rasio 3, prioritas terakhir untuk rasio 4, dan rasio 5.

3.6.2 Saran

Adapun saran yang diberikan penulis untuk perusahaan, khususnya lini Continuous Pickling Line CRM PT Krakatau Steel antara lain :

1. Data-data yang akan digunakan dalam pengukuran produktivitas dengan metode OMAX lebih disempurnakan dan ter-update. Agar perhitungan yang dilakukan lebih akurat dan terarah.

2. Perlu usaha perbaikan dan peningkatan produktivitas untuk setiap rasio terpilih, karena dari keseluruhan rasio belum ada ang menunjukkan nilai pencapaian produktivitas baik yang dominan

Gambar

Gambar 3.1Matriks Struktur OMAX
Gambar 3.2Siklus Produktivitas
Tabel 3.2Formulasi Matematis
Tabel 3.3Matriks Perbandingan semula
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode beda hingga yang digunakan dalam penelitian ini dapat merepresentasikan proses penyerapan merkuri oleh akar bakau dengan baik yang diukur dari galat relatif

Pada penderita nyeri kronik, pasien kurang dapat mentoleransi efek samping obat (Levine, 2004) Pada nyeri kronik, dokter harus mulai dengan dosis efektif

Pelaksanaan program PPL yang telah direncanakan oleh mahasiswa, menunjukkan hasil bahwa program PPL telah berjalan dengan baik. Kerja sama ketika melakukan kegiatan yang dilaksanakan

Langkah berikutnya adalah menentukan pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengalaman belajar adalah segala aktifitas siswa dalam berinteraksi

Definisi lainnya dari jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi dikemukakan oleh Lupiyoadi

Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan sebagian besar siswa salah dalam mensubtitusikan dari apa yang diketahui di soal dan dalam proses penghitungan menggunakan

Konsep Pengembangan SDM Informasi Geospasial UNSUR KEPROFESIAN Pendidikan Akademik + Profesi Diklat/Pelatihan Profesi Memelihara Keahlian (CPD) Universitas Instansi Pemerintah BIG

Setelah penulis mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya perkelahian yang dilakukan antar sesama tahanan wanita di dalam Rumah Tahanan Negara Kelas I