• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Media Powerpoint, STAD, Hasil Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Media Powerpoint, STAD, Hasil Belajar Siswa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN MEDIA POWERPOINT SETTING KOOPERATIF STAD UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 13 MALANG

Oleh : Rina Kristia Rini

Mahasiswa S1 Jurusan Matematika FMIPA UM e-mail: tya_cris10@yahoo.com

Subanji

Dosen Jurusan Matematika FMIPA UM Mahmuddin Yunus

Dosen Jurusan Matematika FMIPA UM

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran berbantuan media Powerpoint setting kooperatif STAD siswa kelas VIII-C SMP Negeri 13 Malang yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi lingkaran. Jenis penelitian ini adalah PTK dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang terdiri dari dua siklus. Hasil penelitian ini dapat disimpilkan : a) penyajian materi, disampaikan dengan bantuan media powerpoint yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip teori beban kognitif yang dapat mengelola tiga beban kognitif dalam memori kerja, yaitu beban kognitif intrinsic, beban kognitif germany, dan beban kognitif extraneous, b) belajar kelompok, terdiri dari 9 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 siswa secara heterogen, c) tes/kuis, dilaksanakan setiap akhir pembelajaran dan siswa mengerjakan soal secara individual, d) penghitungan skor peningkatan individual, skor ini didasarkan pada perbandingan skor awal dan skor setelah tindakan, dan e) pemberian penghargaan kelompok, penghargaan ini berupa sertifikat dan bolpoint, serta ucapan selamat yang diberikan setelah akhir siklus.

Kata Kunci: Media Powerpoint, STAD, Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil yang didapat dari salah satu guru matematika di kelas VIII-C SMP Negeri 13 Malang mengenai situasi dan kondisi pembelajaran matematika di tempat penelitian bahwa pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu menjelaskan, pemberian latihan soal, dan pemberian tugas sehingga guru yang dominan dalam proses pembelajaran. Siswa kurang bisa belajar kelompok. Juga ditemukan, kemampuan pemahaman konsep khususnya pada materi lingkaran sangat kurang. Pada kelas VIII-C memiliki beberapa fasilitas pembelajaran cukup memadai salah satunya LCD (Liquid Crystal Display), namun pemanfaatannya masih belum optimal. Temuan lain yang diperoleh adalah hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata ulangan harian materi relasi dan fungsi 67,19 dan hanya 36,11% siswa yang mencapai nilai SKM.

Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pengunaan

pembelajaran dengan kelompok kecil sehingga siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan orang lain (Soetjipto, 2010:17). Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) siswa bekerja dalam tim (teams) untuk menuntaskan tujuan belajar, (2) tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang, dan rendah, (3) bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya, dan jenis kelamin, (4) sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun pada individu (Nurhadi dan Senduk, 2004:61). Pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan

(2)

dalam penelitian ini yaitu STAD. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Slavin, 2005:12). Alasan dipilihnya model pembelajaran STAD karena sebelum belajar kelompok siswa terlebih dahulu diajarkan tentang materi yang dipelajari sehingga siswa benar-benar mengerti. Adanya pemberian reward (penghargaan) di tiap akhir pembelajaran dalam model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika pada materi lingkaran. Selain itu, siswa akan aktif dan mengalami sendiri proses belajar mengajar. Pengalaman siswa dalam belajar, akan membuat siswa tidak mudah lupa dalam memahami konsep matematika atau secara tidak langsung siswa telah melakukan suatu pembelajaran yang bermakna (Saleh, 2012).

Begitu juga menggunakan pembelajaran yang berbantuan media komputer yang memanfaatkan LCD, salah satunya adalah dengan menggunakan media Powerpoint. Powerpoint yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teori beban kognitif dengan prinsip-prinsip perpaduan dari pendapatnya (Plass, 2010) dan Mayer dan Moreno (dalam Chipperfield, 2004), yaitu (1) prinsip koherensi, (2) prinsip redudensi, (3) prinsip isyarat, (4) prinsip hubungan sementara, (5) prinsip hubungan penyebaran, (6) prinsip pembagian, (7) prinsip pretraining, (8) prinsip modalitas, (9) prinsip multimedia, (10) prinsip personalisasi, (11) prinsip aktivitas pemandu, (12) prinsip umpan balik, (13) prinsip refleksi, (14) prinsip representasi ganda, (15) prinsip pembagi perhatian. Dimana prinsip-prinsip tersebut dapat mengelola tiga beban kognitif dalam memori kerja, yaitu beban kognitif intrinsic, beban kognitif germany, dan beban kognitif extraneous. Sehingga, dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran yang berbantuan media powerpoint setting kooperatif STAD.

Pembelajaran matematika menuntut guru untuk merancang proses belajar pada siswa yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas berfikir dan meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan matematika sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi. Dalam penelitian ini penggunaan model STAD sesuai dengan pendapat Slavin (2005:143) bahwa pembelajaran STAD terdiri atas 5 komponen utama, yaitu penyajian materi, belajar kelompok, kuis, skor kemajuan individu, dan penghargaan kelompok. Dimana, dalam penyajian materi siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru. Dalam penelitian ini disajikan dengan bantuan media pembelajaran. Menurut Sadiman (2003:6) media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah powerpoint.

Powerpoint dapat memberikan kelebihan, yaitu pada setiap halaman presentasi (slide), dapat disisipkan komponen-komponen yang berupa teks, grafik, gambar, foto, suara dan film, sehingga dapat menarik perhatian siswa yang

akhirnya berdampak pada hasil belajar. Selain itu, powerpoint juga dapat

dihubungkan dengan LCD sehingga lebih menarik untuk pembelajaran kelas besar. Begitu juga, seperti yang dinyatakan oleh (Chen, 2012) bahwa “by adding

hyperlinks with slide, the teacher can easily create an interactive presentation that provides a non-linear learning environment for student to interact with the program and make choices”. Sedangkan, kelemahan dalam powerpoint adalah

apabila dalam pembelajaran hanya menggunakan powerpoint saja maka seperti pembelajaran ceramah. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk mengatasinya seperti pada penelitian ini dengan menggunakan powerpoint berdasarkan teori

(3)

beban kognitif yang divariasi dengan LKS. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan, namun siswa juga aktif.

Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dapat diperoleh dari hasil belajar di setiap akhir kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005:3) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari pengukuran dengan tes hasil belajar. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa diukur berdasarkan hasil skor tes akhir siklus yang diberikan di akhir kegiatan pembelajaran serta ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa.

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan

pembelajaran matematika berbantuan media Powerpoint setting kooperatif STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Lingkaran di kelas VIII-C SMP Negeri 13 Malang.

METODE

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disingkat dengan PTK. Dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklus terdapat empat langkah, yaitu 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari-Februari 2013. Subyek peneliti adalah siswa kelas VIII-C SMP Negeri 13 Malang yang beralamat di Jalan Sunan Ampel II Kota Malang. Jumlah siswa kelas VIII-C sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki. Teknik pengumpulan data penelitian ini melalui observasi untuk mengetahui kerterlaksanaan kegiatan pembelajaran, tes yang berbentuk uraian untuk mengetahui hasil belajar, dan dokumentasi yang digunakan untuk merekam selama proses pembelajaran. Analisis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber, yaitu observasi dan catatan lapangan. Sedangkan, analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh secara individu dan secara klasikal. HASIL

Setelah pembelajaran matematika berbantuan media Powerpoint setting kooperatif STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Lingkaran di kelas VIII-C SMP Negeri 13 Malang diterapkan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Siklus I

Pada tahap penyajian materi guru melakukan presentasi dengan menyampaikan materi pembelajaran melalui tanya jawab pada siswa dengan menggunakan media powerpoint. Proses pembelajaran ini diawali dengan

menyampaikan prosedur pembelajarannya. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa, agar dapat meningkatkan beban kognitif germany. Berikut salah satu petikan dari tanya jawab guru dengan siswa.

Guru : Kemarin kita sudah belajar tentang sudut pusat dan sudut keliling. Coba

perhatikan gambar tersebut. Manakah yang disebut dengan sudut pusat? Siapa yang mau menjawab silahkan angkat tangan.

(4)

Guru : Iya,coba YY. Sudut mana yang disebut dengan sudut pusat. YY : Sudut...POQ

Guru : Iya benar. Sekarang siapa yang mau menjawab,manakah yang disebut

sudut keliling.

(Siswa yang bernama IC mengacungkan tangan). Guru : Iya, mana yang disebut sudut keliling? IC : Sudut PRQ...

Dari tanya jawab tersebut diketahui siswa sudah paham.

Kegiatan selanjutnya guru mendemonstrasikan materi dengan

menggunakan powerpoint. Pada saat penyajian materi siswa terlihat tertarik dan lebih terfokus untuk memperhatikan penjelasan guru. Sehingga, pembelajaran berbantuan media powerpoint dapat mengelola beban kognitif intrinsic dan mengurangi beban kognitif extraneous. Berikut salah satu gambar slide powerpoint.

Gambar 1. Powerpoint pada siklus I

Pada slide tersebut dibuat berdasarkan prinsip koheren, modalitas, personalisasi, hubungan penyebaran, umpan balik, representasi ganda, pembagian perhatian, refeksi, serta dapat ditampilkan lebih mudah sehingga dapat mengelola beban kognitif intrinsic. Tampilan powerpoint tersebut membuat siswa lebih fokus untuk memperhatikan penjelasan guru, sehingga mengurangi beban kognitif extraneous.

Setelah mendapat materi, siswa bekerja secara kelompok sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan, yaitu dibagi dalam 9 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 siswa secara heterogen. Pada saat diskusi kelompok, siswa kurang bisa bekerja sama, mereka hanya mengandalkan temannya yang pandai. Selain itu, pengelolaan waktu sangat kurang. Hal ini disebabkan bahwa siswa belum bisa memahami langkah-langkah kegiatan karena siswa belum terbiasa dengan adanya kegiatan tanpa dituntun satu persatu langkah-langkahnya.

Setelah selesai mengerjakan LKS, ada perwakilan dari kelompok yang mempresentasikan ke depan dengan menuliskan hasil diskusi dipapan tulis. Kelompok yang presentasi tidak ditunjuk, tetapi dari perwakilan kelompok yang ingin saja. Hasil yang dipresentasikan merupakan soal yang sebagian besar kelompok merasa kesulitan. Berikut hasil diskusi dari beberapa kelompok.

(5)

Gambar 3. Salah satu hasil kerja kelompok

Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan sebagian besar siswa salah dalam mensubtitusikan dari apa yang diketahui di soal dan dalam proses penghitungan menggunakan perbandingan.

Setelah belajar kelompok selesai, siswa diberi tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam pembelajaran. Pada saat tes siswa masih belum bisa untuk bekerja secara mandiri, masih banyak yang tengok kanan kiri dan tanya pada temannya. Dari hasil tes ini dapat dilihat perbandingan skor nilai awal yang diperoleh sebelum tindakan dan skor sesudah tindakan. Skor yang diperoleh dijadikan acuan dalam pemberian penghargaan kelompok. Penghargaan ini berupa sertifikat dan bolpoint, serta ucapan selamat.

Selama proses pembelajaran terlihat keberhasilan tindakan guru secara keseluruhan adalah 87,5% yang berada pada predikat Baik. Sedangkan, hasil belajar siswa secara keseluruhan, yaitu persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 59,38% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada siklus I kelas VIII-C belum tuntas belajar karena persentase ketuntasan belajar secara klasikal minimal harus mencapai 85%.

Dari pelaksanaan siklus ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu perlu adanya perbaikan alokasi waktu pada RPP, guru perlu memberikan motivasi yang lebih agar siswa mau bekerja sama dan memberikan perhatian yang merata kepada seluruh kelompok dengan berkeliling dan memandu siswa untuk

memahami masalah pada LKS, guru harus tegas dalam menegur atau

memperingatkan siswa yang bergurau, penghargaan diberikan setelah tes akhir siklus agar proses belajar berjalan dengan baik dan tanpa kendala waktu yang terlalu mepet atau habis, serta guru perlu meningkatkan lagi untuk tegas dalam menegur atau memperingatkan siswa yang mengerjakan tes/kuis tidak jujur. Siklus II

Proses pembelajaran ini diawali dengan menyampaikan prosedur pembelajaran. Setelah itu, guru memberikan motivasi kepada siswa, agar dapat meningkatkan beban kognitif germany. Berikut salah satu petikan dari tanya jawab guru dengan siswa.

Guru : Bagaimanakah hubungan antara sudut pusat, panjang busur dan luas

juring dari gambar tersebut?

Siswa : 0 2 2 360 πr AOB juring luas πr AB panjang AOB besar    . Dari tanya jawab tersebut diketahui siswa sudah paham.

Kegiatan selanjutnya guru mendemonstrasikan materi dengan

menggunakan powerpoint. Pada saat penyajian materi siswa terlihat tertarik dan lebih terfokus untuk memperhatikan penjelasan guru. Sehingga, pembelajaran berbantuan media powerpoint dapat mengelola beban kognitif intrinsic dan

(6)

mengurangi beban kognitif extraneous. Berikut salah satu gambar slide powerpoint.

Gambar 3. Powerpoint pada siklus II

Pada slide tersebut dibuat berdasarkan prinsip prinsip modalitas, personalisasi, pembagi perhatian, hubungan penyebaran, koheren, multimedia, umpan balik, dan representasi ganda, serta dapat ditampilkan lebih mudah sehingga dapat

mengelola beban kognitif intrinsic. Tampilan powerpoint tersebut membuat siswa lebih fokus untuk memperhatikan penjelasan guru, sehingga mengurangi beban kognitif extraneous.

Tahap belajar kelompok pada siklus II dibuat sama dengan siklus I agar tidak menyita waktu pembelajaran terlalu banyak. Pada saat diskusi kelompok siswa sudah bisa bekerja sama dengan baik. Setelah selesai mengerjakan LKS, ada perwakilan dari kelompok yang mempresentasikan ke depan dengan

menuliskan hasil diskusinya dipapan tulis. Hasil yang dipresentasikan merupakan soal yang sebagian besar kelompok merasa kesulitan. Berikut hasil diskusi siswa.

Gambar 4. Salah satu hasil kerja kelompok

Gambar 5. Salah satu hasil kerja kelompok

Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan sebagian besar siswa salah dalam mensubtitusikan dari apa yang diketahui di soal dan dalam proses penghitungan menggunakan perbandingan.

Setelah belajar kelompok siswa diberi tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam pembelajaran. Pada saat tes, masih ada dua atau tiga siswa yang tidak bekerja sendiri. Dari hasil tes ini dapat dilihat perbandingan skor nilai awal yang diperoleh sebelum tindakan dan skor sesudah tindakan. Skor yang diperoleh dijadikan acuan dalam pemberian penghargaan kelompok. Penghargaan ini berupa sertifikat dan bolpoint, serta ucapan selamat.

(7)

Selama proses pembelajaran terlihat keberhasilan tindakan guru secara keseluruhan adalah 92,35% yang berada pada predikat Baik. Sedangkan, hasil belajar siswa secara keseluruhan, yaitu persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 87,88% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada siklus II kelas VIII-C tuntas belajar karena persentase ketuntasan belajar secara klasikal sudah mencapai lebih dari 85%.

Dari pelaksanaan siklus II semua aspek kriteria keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan telah tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telah berhasil dan tindakan penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus III.

PEMBAHASAN

Penerapan Pembelajaran Matematika Berbantuan Media Powerpoint Setting Kooperatif STAD

Berdasarkan hasil pengamatan para observer dapat diketahui bahwa pada siklus I, kriteria keberhasilan tindakan Baik. Begitu juga pada siklus II. Penerapan pembelajaran matematika berbantuan media powerpoint setting kooperatif STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-C SMP Negeri 13 Malang pada materi lingkaran diuraikan sebagai berikut:

1) Penyajian Materi

Tahap ini merupakan tahap dimana guru melakukan presentasi dengan menyampaikan motivasi dan apersepsi mengenai materi pembelajaran sebagai materi prasyarat melalui tanya jawab pada siswa dengan menggunakan media powerpoint. Powerpoint yang digunakan dibuat berdasarkan prinsip-prinsip teori beban kognitif sehingga dapat mengelola tiga beban kognitif dalam memori kerja, yaitu beban kognitif intrinsic, beban kognitif germany, dan beban kognitif

extraneous. Prinsip-prinsip teori beban kognitif tersebut, yaitu (1) prinsip

koherensi, (2) prinsip redudensi, (3) prinsip isyarat, (4) prinsip hubungan sementara, (5) prinsip hubungan penyebaran, (6) prinsip pembagian, (7) prinsip pretraining, (8) prinsip modalitas, (9) prinsip multimedia, (10) prinsip

personalisasi, (11) prinsip aktivitas pemandu, (12) prinsip umpan balik, (13) prinsip refleksi, (14) prinsip representasi ganda, dan (15) prinsip pembagi perhatian. Setelah itu menyampaikan standart kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selanjutnya guru menyampaikan pembagian kelompok. Pada saat pembagian kelompok ini guru mengalami kendala, yaitu dengan dibentuknya kelompok yang heterogen banyak siswa yang protes tidak mau untuk bergabung dengan kelompoknya karena belum terbiasa dengan pembelajaran belajar kelompok, sehingga mereka masih bersifat

individual. Oleh karena itu, guru menegaskan kepada semua siswa untuk bekerja kelompok, karena dengan bekerja kelompok dapat meringankan beban dalam menghadapi permasalahan. Hal ini sesuai dengan Slavin (2005:12) yang menyatakan bahwa dengan bekerja sama teman satu kelompok dapat menilai kekuatan dan kelemahan mereka untuk membantu mereka berhasil dalam kuis. 2. Belajar Kelompok

Pada tahap belajar kelompok dalam satu kelas dibagi menjadi 9 kelompok yang beranggota 4 orang secara heterogen. Pada belajar kelompok ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara mandiri maupun secara kelompok dalam memahami materi dengan mengerjakan LKS. Pembelajaran secara kelompok ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan dapat

(8)

disampaikan oleh guru tetapi juga dapat disampaikan oleh teman dalam satu kelompok.

Diskusi kelompok pada siklus I, masih banyak siswa yang berbicara di luar materi pelajaran. Sedangkan pada siklus II, masalah ini dapat diatasi dengan cara guru berkeliling dan memantau kegiatan diskusi semua kelompok. Walaupun guru sudah berkeliling pada semua kelompok, pada siklus II masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi, sehingga untuk pelaksanaan pembelajaran berikutnya perhatian guru harus menyeluruh agar semua kegiatan siswa dapat dipantau oleh guru. Hal ini sesuai dengan Dimyati dan Mudjiono (2006:42) yang menyatakan bahwa perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Setelah selesai mengerjakan LKS, ada perwakilan dari salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang kemudian dibahas secara bersama-sama.

3. Tes/Kuis

Tahap tes/kuis ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran. Siswa mengerjakan soal secara individual dan tidak diperkenankan untuk mendapat bantuan dari siapapun dan saling membantu. Kegiatan tes/kuis ini dilaksanakan selama 10 menit. Pada siklus I, siswa masih belum bisa untuk bekerja secara mandiri, masih banyak yang tengok kanan kiri dan tanya pada temannya.

Walaupun sudah diperingatkan, pada siklus II masih ada dua atau tiga siswa yang tidak bekerja sendiri. Namun, setelah guru bertindak tegas untuk memperingatkan, siswa mulai bisa diam dan mengerjakan sendiri. Hal ini sesuai dengan Slavin (2005:144) bahwa setiap siswa harus bertanggung jawab secara individual untuk memahami materi. Setelah selesai mengerjakan, hasil tes langsung ditukarkan dengan temannya antar bangku dan dibahas bersama-sama.

4. Skor Peningkatan Individual

Penghitungan skor peningkatan individual dilakukan setelah selesai tes/kuis. Skor peningkatan individual pada siklus I ini dihitung berdasarkan perbandingan antara nilai awal yang diperoleh sebelum tindakan dan skor kuis 1, kemudian kuis 1 dengan kuis 2. Penghitungan skor peningkatan individual pada siklus I banyak mengalami kendala karena dengan dihitung langsung

membutuhkan waktu yang cukup lama, padahal sesuai dengan Slavin (2005:159) dengan mengumumkan skor kelompok pada periode pertama setelah mengerjakan kuis membuat jelas hubungan antara melakukan tugas dengan baik dan menerima penghargaannya yang akan meningkatkan motivasi untuk melakukan yang terbaik. Oleh karena itu, pada siklus II penghitungan skor peningkatan individu dilakukan setelah proses pembelajaran selesai.

5. Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang memiliki skor tertinggi yang didasarkan pada skor peningkatan individual setelah pembelajaran selesai. Pemberian penghargaan kelompok ini bertujuan agar dapat memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar sehingga hasil belajar siswa meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2005:87) bahwa pemberian penghargaan kelompok telah menunjukkan perolehan pencapaian prestasi yang berkelanjutan. Pemberian penghargaan kelompok pada siklus I banyak mengalami kendala karena waktu pembelajaran sudah habis sehingga banyak siswa yang sudah meninggalkan kelas dan sulit untuk diatur. Namun, pada siklus II sudah berjalan dengan baik karena pemberian penghargaan kelompok diberikan setelah selesai tes akhir siklus II.

(9)

Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2005:3) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini menyangkut ranah kognitif. Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes yang dilakukan setiap akhir siklus dalam bentuk uraian. Peningkatan hasil belajar diketahui dengan membandingkan nilai hasil belajar pada nilai sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II.

Pada siklus I menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum pemberian tindakan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 73,19 dengan ketuntasan secara klasikal 59,38%. Pada siklus I belum dapat dinyatakan tuntas belajar karena ketuntasan belajar klasikal belum mencapai 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan penerapan pembelajaran matematika berbantuan media powerpoint setting koopertif STAD, dan siswa kurang tekun dalam mengerjakan LKS. Selain itu, berdasarkan catatan lapangan dari observer pada siklus I ada beberapa siswa yang tidak mau bekerja, mereka hanya menggantungkan pada temanya, dan siswa kurang memperhatikan ketika ada yang presentasi.

Sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan bila dibandingkan siklus I. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 84,18 dengan ketuntasan secara klasikal adalah 87,88%. Dengan demikian, pada siklus II kelas VIII-C dapat dinyatakan telah tuntas belajar karena ketuntasan belajar secara klasikal sudah mencapai 85%. SIMPULAN

1. Penerapan pembelajaran matematika berbantuan media powerpoint setting kooperatif STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Lingkaran di kelas VIII-C SMP Negeri 13 Malang, dilakukan dalam 5 tahap.

Pertama, penyajian materi. Guru mengawali dengan penyampaian

motivasi dan apersepsi sebagai materi prasyarat melalui tanya jawab antara guru dan siswa dengan bantuan media powerpoint. Media powerpoint ini dibuat berdasarkan prinsip-prinsip beban kognitif, yaitu (1) prinsip koherensi, (2) prinsip redudensi, (3) prinsip isyarat, (4) prinsip hubungan sementara, (5) prinsip hubungan penyebaran, (6) prinsip pembagian, (7) prinsip pretraining, (8) prinsip modalitas, (9) prinsip multimedia, (10) prinsip personalisasi, (11) prinsip aktivitas pemandu, (12) prinsip umpan balik, (13) prinsip refleksi, (14) prinsip representasi ganda, (15) prinsip pembagi perhatian. Dimana, prinsip-prinsip ini mengelola tiga beban kognitif dalam memori kerja, yaitu beban kognitif intrinsic, beban kognitif germany, dan beban kognitif extraneous. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran secara maksimal. Kemudian menjelaskan teknik pembelajaran STAD secara jelas agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sungguh-sungguh.

Kedua, belajar kelompok. Guru membentuk kelompok menjadi 9

kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 siswa secara heterogen. Pada saat belajar kelompok siswa mendiskusikan LKS, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator yang memberikan bantuan kepada anggota kelompok jika dibutuhkan dan membantu siswa menemukan sendiri pemahaman konsep yang dipelajari. Setelah selesai mengerjakan LKS ada perwakilan perwakilan dari salah satu anggota kelompok yang mempresentasikan hasilnya kemudian dibahas bersama.

(10)

Ketiga, tes/kuis. Tes/kuis ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran.

Dimana, siswa mengerjakan soal secara individual dan tidak diperkenankan untuk mendapat bantuan dari siapapun dan saling membantu. Keempat, penghitungan skor peningkatan individual. Penghitungan skor peningkatan individual ini didasarkan pada perbandingan skor awal dan skor setelah tindakan. Kelima, Pemberian penghargaan kelompok. Penghargaan ini berupa sertifikat dan bolpoint, serta ucapan selamat yang diberikan setelah tes akhir siklus.

2. Selama pembelajaran matematika berbantuan media powerpoint setting kooperatif STAD dapat diketahui bahwa tes akhir pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 73,19 dan presentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal 59,38% . Sedangkan, pada siklus II meningkat yaitu nilai rata-rata yang

diperoleh 84,18 dan presentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal 87,88%. Sehingga dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 28,50%.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diajukan yaitu penerapan pembelajaran matematika berbantuan media powerpoint setting kooperatif STAD dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan berlatih belajar kelompok pada materi lingkaran. Serta dalam pembuatan powerpoint, hendaknya guru memberikan beberapa animasi dan gambar-gambar yang relevan dan tidak berlebihan yang mengacu pada teori beban kognitif. Sehingga dapat mengelola tiga beban kognitif dalam memori kerja, yaitu beban kognitif intrinsic, beban kognitif germany, dan beban kognitif extraneous. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengadakan penelitian dengan menggunakan penerapan pembelajaran matematika berbantuan media powerpoint setting kooperatif STAD seperti pada penelitian ini disarankan pada materi yang berbeda dalam bidang studi matematika dan jenjang kelas atau sekolah yang lebih tinggi.

DAFTAR RUJUKAN

Chen, Yuh-Tyng. 2012. A Study of Incorporating Multimedia Technology in Powerpoint on Demand. The New Education Review, (Online), 27(1): 172-183, (www.educationalrev.us.edu.pl/tner_1_2012.pdf), diakses 16 Mei 2013. Chipperfield, Brian. 2004. Cognitive Load Theory and Instructional Desaign.

(Online).(http://www.usask.ca/education/coursework/802papers/chipperfiel d/chipperfield.pdf). Diakses tanggal 18 November 2012).

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhadi dan Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching

and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas

Negeri Malang.

Plass, J.L, dkk. 2010. Cognitive Load Theory. Cambridge: Cambridge University Press.

Sadiman, Arif S. 2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan

(11)

Saleh, Rusman. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Fungsi di Kelas VIII A MTsN Kertapati Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun Ajaran 2011/2012.

Jurnal Illmiah Manajemen Pendidikan, (Online), 6(1): 55-63,

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/61125563_1979_732X.pdf.), diakses 17 Desember 2012.

Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, and Praktik. Terjemahan Narulita Yusion. Bandung : Nusa Media.

Soetjipto B. E. 2010. Pembelajaran kooperatif dan beberapa hasil penelitian

dibidang manajemen dan ekonomi. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Malang.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Gambar

Gambar 3. Salah satu hasil kerja kelompok
Gambar 3. Powerpoint pada siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pemerintah Daerah dalam rehabilitasi hutan man- grove Tanjung Bila, dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan adalah rendah. Hal

[r]

Batu ginjal sering tidak terdefinisikan dengan satu penyebab. Beberapa faktor yang sering berkombinasi, membuat kondisi dimana seseorang rentan mengalami batu

Penggunaan internet tidak hanya terbatas pada pemanfaatan informasi yang dapat diakses melalui media ini, melainkan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan

Susun semula perkataan di bawah supaya menjadi ayat yang betul.. digelar Tun Abdul Razak Malaysia

Berdasarkan data kecepatan transpor logam di dalam arus sungai Kancilan pada Gambar 4, ternyata telah didominasi oleh logam Al, Mn, Cd, As dan Hg, berarti air sungai tersebut

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat korelasi antara indeks massa tubuh (IMT) dengan risiko penyakit

Oleh sebab itu, untuk menjawab persoalan yang ada, maka tema balet ini diangkat dalam media buku dengan bertujuan untuk menarik minat anak-anak untuk mempelajari balet, karena