• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR ASKEB NEO kawung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP DASAR ASKEB NEO kawung"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengkajian pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah A. Pengkajian Bayi baru lahir

Pemeriksaan fisik:

1. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan pertama kali segera setelah lahir untuk mendeteksi beberapa kondisi yang bisa diobservasi.

2. Beberapa jam pertama kehidupan yang harus dikaji pada neonatus adalah:

a. Memantau tanda vital BBL

b. Timbang berat badan bayi dan ukur panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada

c. Lakukan pengkajian usia gestasi BBL selama 4 jam pertama kehidupan bayi

Metode Pengkajian

1. Gunakan klasifikasi tingkat kematangan BBL

2. Kaji masing-masing faktor pada tabel dan berikan nilai mulai 0 hingga 5 untuk masing-masing hasil

Karakteristik Fisik 1. Kulit:

Pada neonatus preterm tampak tipis dan transparan

2. Hitung frekuensi napas.

Normal: 30-60 kali/menit

(2)

Warna: pucat/ikterus/sianosis sentral/ tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dari bayi keadaan preterm

4. Hitung denyut jantung janin menggunakan stetoskop.

Normal: 100-160 kali/menit

5. Ukuran suhu aksila

Normal: 36,5-37,5° C

6. Kaji postur dan gerakan.

Normal: pada keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semi fleksi. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi scara spontan dan simstreis disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal terdapat sedikit gemetar.

7. Keadaan tonus atau kesadaran bayi.

Normal: tingkat kesadaran mulai dari diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam

8. Pemeriksaan ekstrimitas.

Tujuan: menilai ada tidaknya gerakan ekstrimitas abnormal dan asimetris serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saing melekat

9. Pemeriksaan kulit.

Normal: apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan pusat putih kecil pada muka, tubuh dan punggung)

10. Pemeriksaan tali pusat.

Normal: apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering dan lepas pada hari ke7-10

(3)

a. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo tertutama pada daerah bahu dan punggung

b. Pemeriksaan wajah dan tengkorak

dapat dilihat adanya maulage, ada tidaknya caput succedaneum, menilai fontanella

c. Pemeriksaan mata

1) Menilai strabismus: koordinasi gerakan mata yang belum sempurna

2) Jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang kemungkinan adanya kebutaan

3) Adanya epicantus melebar kemungkinan anak mengalami sindrom down

4) Katarak konginetal bila pupil berwarna putih

d. pemeriksaan telinga

menilai ada tidaknya gangguan pendengaran e. pemeriksan hidung

menilai pola pernapasan f. pemeriksaan mulut

g. pemeriksaan leher

12. Pemeriksaan abdomen dan punggung.

(4)

(defek tulang punggung sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol)

13. Pengukuran antropometri

a. BB normal 2500-3500 gr

Apabila ditemukan berat badan <2500 gr maka dikatakan berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, bila berat > 3500 gr, maka bayi termasuk kelompok makrosomia

b. PB normal 45-50 cm

c. Lingkar kepala normal 33-35 cm

Apabila lingkar kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala <3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami mikrosefalus.

d. lingkar dada normal 30-33 cm

14. Pemeriksaan genitalia.

Pada perempuan tujuannya untuk mengetahui keadaan labia minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina. Apabila ada sekret ada lubang vagina hal tersebut karena pengaruh hormone

a. Pada laki-lakisecara normal panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm

15. Pemeriksaan urin dan feses.

Pemeriksaan urin dan feses bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare serta kelainan pada daerah anus. Adanya perdarahan pervaginam pada BBL dapat terjadi selama beberapa hari selama minggu pertama kehidupan.

(5)

Pemeriksaan Refleks Cara Pengukuran Kondisi Normal Kondisi bergerak ke atas dan ke bawah

Lidah ekstensi ke luar bila

disentuh, dijumpai pada 4-8 minggu

Punggung bergerak ke arah samping bila distimulasi, dijumpai pada 4-8 minggu pertama

Jika tidak dijumpai menunjukkan kebutaan

Bila pengembangan jari kaki dorso fleksi setelah usia 2 tahun, adanya lesi melebihi 4-8 minggu merupakan keadaan abnormal

Ekstensi lidah yang persisten adanya sindrom down

(6)

7. Moro

Letakkan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflex lemah atau tidak ada berikan bayi botol atau dot, karena mengisap akan mengeluarkan reflex

Gores sudut mulut bayi garis tengah bibir selama 2 bulang menghilang pada berotasi ke arah di mana bayi sekitar jari yang diletakkan di telapak tangan bayi di sisi ulnar, reflex ini

menghilang pada usia 3-4 bulan

Bayi memutar ke arah pipi yang

Reflex yang menetap lebih pada 4 bulan. Adanya kerusakan otak, respons tidak simetris. Adanya hemiparesis, fraktur klavikula atau cedera pleksus brakialis, tidak ada respons ekstremitas bawah, adanya dislokasi pinggul atau cedera medulla spinalis

Tidak ada reflex atau reflex menetap lebih dari 10 bulan

menunjukkan adanya gangguan system saraf pusat

Fleksi yang tidak simetris

(7)

11. Kaget (startle) dengan cepat ke satu sisi rapat, reflex ini akan menghilang setelah usia 4 bulan diputar ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan, normalnya reflex

adanya gangguan neurologis berat

Tidak adanya reflex menunjukkan adanya gangguan pendengaran

Reflex yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan

perkembangan atau keadaan neurologis yang abnormal

Tidak normal bila respons terjadi setiap kepala

(8)

ini tidak terjadi setiap kali kepala diputar. Tampak kira-kira pada usia 2 bulan dan menghilang pada usia 6 bulan

B. Pengkajian pada anak dan balita 1. Pemeriksaan status kesadaran

Pemeriksaan ini dilakuakn untuk menilai status kesadaran anak dan balita, status kesadaran ini dilakukan dengan dua cara penilaian, yaitu:

a. Penilaian kesadaran kualitatif.

Tingkat kesadaran: compos mentis, somnolen, sopor, koma. b. Penilaian kesadaran kuantitatif

Respon: membuka mata, verbal, dan motorik. 2. Pemeriksaan tanda vital

a. Frekuensi nadi

Usia Frekuensi nadi rata-rata

Lahir 140

1 bulan 130

1-6 bulan 130

6-12 bulan 115

(9)

2-4 tahun 105

b. Tekanan darah normal

Usia Tekanan sistolik/diatolik (mmHg)

1 bulan 86/54

6 bulan 90/60

1 tahun 96/65

2 tahun 99/65

4 tahun 99/65

c. Pola pernapasan

Pola pernapasan meliputi: dispnea, bradikardia, takipnea, hiperpnea, apnea, cheyne stokes, kussmaul, biot.

d. Suhu tubuh normal

Usia Suhu (˚C)

3 bulan 37,5

1 tahun 37,7

3 tahun 37,2

5 tahun 37,0

3. Pemeriksaan kulit, kuku, rambut, dan kelenjar getah bening

Pemeriksaan warna kulit: cokelat, biru kemerahan, merah, kebiruan (sianosis) pada kuku, kuning, pucat (kurang merah muda pada orang kulit putih) atau warna abu-abu pada kulit hitam, kekurangan warna secara umum

4. Pemeriksaan kepala dan leher

(10)

Lakukan inspeksi dan pengukuran lingkar kepala, keadaan ubun-ubun atau fontanel

b. Wajah

Lakukan inspeksi daerah wajah untuk menilai kesimetrisan, adanya paralisis fasialis serta adanya pembengkakan pada wajah

c. Mata

Lakukan inspeksi pada mata untuk kemiringan palpebra, lipatan epikantus, kelopak mata, konjungtiva, bulu dan alis mata, sklera, kornea, pupil, iris, lensa, fundus.

d. Telinga

Lakukan inspeksi daun telinga dan liang telinga e. Hidung

f. Mulut dan tenggorokan

4. Pemeriksaan dada

Lakukan isnpeksi bentuk dada, besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, adanya deformitas atau tidak, adanya penonjolan, pembengkakan. Lakukan palpasi adanya kesimetrisan, bunyi fremitus, dan krepitasi. Lakukan perkusi dan auskultasi untuk menilai suara napas dasar dan suara napas tambahan, yang dapat dilakukan di seluruh dada dan punggung.

Bentuk dada, meliputi: funnel chest, pigeon chest, barrel chest. Bunyi napas, meliputi: vesikuler, bronkovesikuler, bronkotubular. Bunyi tambahan, meliputi: ronki (halus, sedang, kasar), mengi (sonor, sibilant), mengi yang terdengar saat inspirasi dan ekspirasi, pleural frictionrub

a. Pemeriksaan jantung

Lakukan inspeksi dan palpasi daerah apeks, perkusi untuk menilai pembesaran jantung, dan auskultasi

Derajat bising Kriteria

(11)

oleh praktisi yang berpengalaman Derajat 2/6 Bising lemah mudah terdengar

dengan penjalaran minimal

Derajat 3/6 Bising keras, tidak disertasi getaran bising, penjalaran sedang

Derajat 4/6 Bising keras disertai getaran bising dengan penjalaran luas

Derajat 5/6

Bising sangat keras, tetapi keras bila stetoskop ditempelkan saja, penjalaran luas

Derajat 6/6

Bising paling keras, meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada dengan penjalaran luas

b. Pemeriksaan abdomen

Lakukan inspeksi untuk menilai ukuran dan bentuk abdomen, auskultasi untuk mendengar adanya bising usus, perkusi lapang abdomen mulai dari epigastrium, palpasi organ di daerah organ.

c. Pemeriksaan genitalia

Pemeriksaan alat kelamin laki-laki meliputi: Inspeksi ukuran penis, inspeksi tanda pembengkakan, lesi kulit, dan inflamasi pada glans dan batang penis, inspeksi lokasi meatus uretra, inspeksi ukuran, lokasi, kulit dan distribusi rambut di skrotum, palpasi dengan ibu jari dan jari telunjuk kantung skrotum untuk memeriksa testis.

Pemeriksaan alat kelamin perempuan meliputi: inspeksi struktur genitalia eksterna, palpasi adanya massa di labia, inspeksi lokasi dengan merenggangkan ke arah bawah dari klitoris ke perineum pada daerah meatus uretra, palpasi atau inspeksi kelenjar skene dan bartolin.

d. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas

Lakukan pemeriksaan adanya skoliosis, lakukan pemeriksaan uji kekuatan pada lengan, kaki, telapak tangan, dan telapak kaki.

(12)

Lakukan inspeksi kelainan umum neurologi, seperti adanya kejang, tremor, korea, parese, paralisis, hemiparese, diplegia, dll. Lakukan pemeriksaan refleks superfisial, tendon profunda, refleks patologis. Lakukan pemeriksaan tanda meningeal seperti kaku kuduk, Brudzinski. Lakukan pemeriksaan kekuatan dan tonus otot.

2.2. Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka imatur. Oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan..

A. Prinsip umum pencegahan infeksi.

Dengan mengamati pencegahan infeksi dibawah akan melindungi bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu mencegah penyebaran infeksi.

1. Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.

2. Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf) berpotensi menularkan infeksi.

3. Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.

4. Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan.

5. Gunakan teknik aseptik.

6. Pegang instrumen tajam dengan hati-hati, dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.

7. Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.

8. Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.

(13)

Berikan perawatan rutin bayi baru lahir

1. Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu bayi stabil, gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk membersihkan darah dan cairan tubuh lain (misalnya dari kelahiran ) dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit. Tunda memandikan bayi kecil (kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau lahir sebelum usia gestasi 37 minggu ) sampai minimal hari kedua kehidupan.

2. Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok bayi, atau sesering yang dibutuhkan, dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat bersabun, kemudian keingkan area tersebut secara baik.

3. Pastikan bahwa ibu mengetahui pengaturan posisi dan penempelan yang benar untuk menyusui.

C. Mencuci tangan

1. Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan setelah merawat bayi dan sebelum prosedur apapun.

2. Setelah melepas sarung tangan

3. Setelah memegang instrumen kotor atau barang lainnya.

4. Cuci tangan dengan menggunakan teknik 7 langkah efektif.

Beri tahu ibu dan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah memegang bayi.

D. Pakaian pelindung dan sarung tangan

1. Tidak perlu memakai gaun atau masker saat memberikan perawatan rutin untuk bayi baru lahir.

(14)

3. Pakai sepatu dengan jari tertutup, jika memungkinkan jangan bertelanjang kaki.

4. Ketika sarung tangan dibutuhkan untuk prosedur, pakai sepasang sarung tangan yang berbeda untuk setiap bayi guna menghindari kontaminasi silang, dan buang sarung tangan setelah kontak.

E. Teknik aseptik

Teknik aseptik dapat digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi sampai tingkat aman jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan benda mati.

1. Gosok tangan selama tiga sampai lima menit dengan menggunakan sabun antiseptik, dan bilas dengan air yang mengalir atau air yang dituang.

2. Biarkan tangan kering dengan udara atau keringkan tangan dengan kertas bersih atau handuk pribadi.

3. Pakai sarung tangan periksa yang bersih.

F. Larutan antiseptik dan desinfektan

Meskipun istilah tersebut kadang tertukar penggunaannya, larutan antiseptik dan desinfektan berfungsi untuk tujuan yang berbeda. Larutan antiseptik digunakan pada kulit dan biasanya tidak sekuat desinfektan. Larutan desinfektan digunakan untuk dekontaminasi atau mendesinfeksi tingkat tinggi instrumen dan peralatan.

Untuk mencegah kontaminasi larutan antiseptik dan desinfektan :

1. Gunakan hanya air mendidih untuk pengenceran, jika pengenceran diperlukan (didihkan air selama 20 menit untuk mendesinfeksi tingkat tinggi )

(15)

3. Kosongkan dan cuci wadah dengan sabun dan air dan biarkan kering dengan udara minimal sekali seminggu

4. Tuang larutan antiseptik pada bola kapas atau kasa. Jangan larutkan ke dalam larutan.

5. Simpan larutan di tempat sejuk dan gelap.

1. Instrumen dan peralatan

Buang instrumen tajam dengan meletakannya dalam wadah anti bocor, jangan menutup kembali, menmbengkokan, atau mematahkan jarum atau melepasnya dari spuit. Jika jarum harus ditutup kembali, gunakan metode penutupan jarum dengan satu tangan.

Ketika memproses instrumen kita harus memastikan beberapa hal di bawah ini : 1. Pastikan bahwa instrumen bersih dan didesinfeksi tingkat tinggi atau

steril.

2. Pastikan bahwa instrumen yang terkontaminasi dengan cairan tubuh, disterilkan dan didesinfeksi tingkat tinggi secara adekuat sebelum digunakan dan diproses secara benar setelah digunakan.

3. Dan menggunakan larutan desinfektan untuk membersihkan peralatan yang tidak kontak dengan aliran darah (misalnya stetokop, inkubator) antara tiap kali penggunanan, adan terutama antara penggunaan pada bayi yang berbeda.

G. Metode tambahan untuk mencegah infeksi

1. Minta ruangan pribadi yang khusus untuk bayi baru lahir, jika memungkinkan.

2. Hindari terlalu padat dan terlalu sedikit staf.

3. Jangan meletakan dua bayi atau lebih dalam pelbet atau inkubator yang sama atau dibawah pemanas radian atau unit fototerapi yang sama.

(16)

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di fasilitas perawatan kesehatan. Epidemik presumtif pada unit perawatan khusus bayi baru lahir didefinisikan dengan temuan dua bayi atau lebih dengan kondisi yang sama ( misalnya infeksi kulit atau mata, diare infeksius) pada waktu yang sama.

Agar tidak terjadi infeksi nosokomial, lakukan hal berikut ini :

1. Pisahkan bayi dengan meletakan bayi dan ibunya dalam ruangan pribadi :

a. Biarkan pintu terbuka, jika perlu untuk memastikan bahwa bayi dan ibu tidak diabaikan

b. Jika ruangan pribadi tidak tersedi, letakan semua bayi dengan infeksi yang sama, tetapi tidak ada infeksi lain, dlam ruangan yang sama.

2. Ketika memasuki ruangan dengan bayi :

a. Pakai sarung tangan periksa yang bersih dan ganti sarung tangan setelah kontak dengan material infeksius (misalnya feses, kasa yang digunakan untuk mencuci fustula atau lepuh).

b. Pakai gaun bersih jika kontak dengan bayi atau diperkirakan ada material infeksius.

3. Batasi pemindahan bayi ke area lain fasilitas perawatan kesehatan kecuali mutlak diperlukan.

4. Sediakan peralatan perawatan non-kritis (misalnya stetoskop, termometer) untuk digunakan hanya pada bayi yang terinfeksi, jika memungkinkan, dan bersihkan desinfeksi secara cermat peralatan yang dipakai bersama diantara bayi yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.

2.3. Rawat gabung

(17)

A. Tujuan rawat gabung

1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan stiap saat atau kapa saja saat dibutuhkan

2. Ibu dapat melihat memahami cara perawatan bayinya yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas

3. Ibu mempunyai pegalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya

4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara efektif untuk mendukung dan membatnu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar

5. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional

B. Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung sebagai berikut:

1. Bayi baru lahir sponta, jika lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat

2. Bayi yang lahir secara SC dengan anastesi umum, rawat gabung dapat dilakukan setelah ibu dan bayi sadar penuh

3. Bayi tidak asfiksi setelah 5 menit pertama (nilai APGAR min. 7)

4. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

5. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih

6. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum

7. Bayi dan ibu sehat

C. Kondisi-kondisi bayi yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya rawat gabung sebagai berikut:

1. Bayi yang sangat prematur

2. Berat kurang dari 2000-2500 gram

(18)

4. Bayi dengan gangguan napas

5. Bayi dengan cacat bawaan berat

6. Ibu dengan infeksi berat

D. Manfaat yang bisa didapat jika dilakaukan rawat gabung :

1. Fisik, ibu akan mudah untuk melkaukan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi terjadinya kemungkinaninfeksi silang dari pasien lain atau nakes

2. Fisiologis,bagi bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering, maka bayi akan mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin yang membantu proses involusi rahim

3. Psikologis, akan terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi maka berpengaruh terhadap pertumbuhanpsikologis bayi. Kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi

4. Edukatif, ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya setelah diperbolehkan pulang. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan bayi dan sebagainya. Diharapkan ibu dapat merawat bayi dan dirinya sewaktu dirumah.

5. Ekonomi, pemberian ASI merupakan suatu pengehematan terhadap anggarana pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang dibutuhkan

6. Medis, dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka mordibitas dan mortalitas maupun bayinya.

(19)

Kemajuan dan perkembangan dari berbagai aspek serta pengaruh budaya barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat. Memberikan susu formula dianggap modern karena menyamakan kedudukan seseorang ibu golongan bawah dengan atas. Ketakutan akan mengendurnya payudara menyebabkan ibu tidak menyusui bayinya dan ibu yang sibuk dengan urusan di luar rumah atau ibu bekerja.

2. Ekonomi

Ibu memilih bekerja dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena ststus prstiseaatau memang dirinya dibutuhkan

3. Peranan tata laksana RS/RB

Peranan tata laksana menyangkut kebijakan RS/RB sangat penting, mengingat saat ini banyak menginginkan untuk bersalin di pelayanan kesehatan yang lebih baik

4. Dalam diri ibu sendiri

a. Keadaan gizi ibu

b. Pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui

c. Keadaan emosi

d. Keadaan payudara

e. Peran masyarakat dan pemerintah

5. Kebijakan pemerintah RI

a. Setiak bayi berhak mendapat ASI selama 6 bulan kecuali dengan indikasi (pasal 128 ayat 1 UU No, 36 th 2009 tentang kesehatan)

(20)

c. Pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai pemberian ASI sejak usia dini (GBHN 1999-2004 dan program Pembangunan Nasional Propenas)

d. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan pemberian ASI sampai anak usia 2 tahun

e. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun swasta

f. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal Peningkatan Pemberian ASI (PP ASI) sehingga petugas terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas

g. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI secara nasional pada peringatan hari ibu ke 62 (tahun 1990)

h. Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya program menyusui di RS, RB, dan puskesmas dengan tempat tidur

F. Pelaksanaa rawat gabung

Dalam rawat gabung bayi ditempatkan bersama ibunya dalam suatu ruangan sedemikian rupa sehingga ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan saja. Bayi dapat diletakkan di tempat tidur bersama ibunya atau dalam boks samping tempat tidur ibu, yang terpenting adalah ibu harus melihat dan mengawasi bayinya, saat bayinya menangis karena lapar, kencing atau digigit nyamuk. Tangis bayi merupakan rangsangan sendiri bagi ibu untuk memproduksi ASI.

2.4. Petunjuk antisipasi A. Pengertian

(21)

membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

B. Petunjuk Antisipasi Pada Masa Bayi 1. Usia 6 bulan pertama

a. Memahami proses penyesuaian antara orang tua dan bayinya, terutama pada ibu yang membutuhkan bimbingan pada masa setelah melahirkan.

b. Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu yang mempunyai kebutuhan dan untuk memahami bagaimana bayi mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan

c. Mententramkan orangtua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama d. Menganjurkan orangtua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan

orangtuanya

e. Membantu orangtua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi lingkungan

f. Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan perkembangan bayinya, yaitu dengan bersahabat dan mengamati respon sosial anak, misalnya dengan tertawa atau tersenyum

g. Menyiapkan orangtua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan kesehatan bagi bayi misalnya dengan imunisasi

h. Menyiapkan orangtua untuk menenangkan dan memberikan makanan padat

2. Usia 6 bulan ke dua

a. Menyiapkan orangtua akan adanya ketakutan bayi terhadap orang yang belum dikenal (stranger anxiety)

b. Menganjurkan orang tua untuk mengijikan anaknya dekat dengan ayah dan ibunya serta menghindarkan perpisahan yang lama dengan anak tersebut

c. Membimbing orangtua untuk mengetahui disiplin sehubungan dengan semakin meningkatnya mobilitas si bayi

d. Menganjurkan untuk menggunakan suara yang negatif dan kontak mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin. Apabila tidak berhasil, gunakan pukulan pada kaki atau tanganya.

(22)

f. Mengajarkan mengenai pencegahan kecelakaan karena keterampilan motorik dan rasa ingin tau bayi sudah meningkat

g. Menganjurkan orangtua untuk meninggalkan bayinya beberapa saat dengan pengganti ibu yang menyusui

h. Mendiskusikan untuk mengenai kesiapan penyapihan

i. Menggali perasaan orangtua sehubungan dengan pola tidur bayinya C. Petunjuk Antisipasi Pada Balita 1-3 tahun

1. Toilet Training

Kontrol volunteer dan spingter ani, dan uretha dicapai pada waktu anak dapat berjalan dan biasanya terjadi pada usia 18-24 bulan. Namun, faktor kesiapan psikologis berpengaruh pada kesiapan toilet training.

Anak harus mengenali dorongan untuk melepaskan atau menahan dan mampu untuk mengkomunikasikannya kepada ibunya. Pada waktu ini anak sudah menguasai kemampuan motorik yang utama, dapat berkomunikasi dengan jelas, memiliki lebih sedikit konflik antara tuntutan diri sendiri dengan negatif fisik, dan menyadari kemampuannya untuk mengendalikan diri dan memenuhi kesenangan ibunya.

Pada waktu malam, latihan buang air kecil menjadi tidak sempurna sampai usia 4-5 tahun. Pada anak laki-laki, mampu untuk berdiri untuk meniru ayahnya setelah diajarkan mengenai toilet training merupakan motivasi yang kuat selama masa pra sekolah. Anak dianjurkan untuk meniru orang lain dan menghindari contoh yang keliru. 2. Sibling rivaly

Anak harus berpisah dengan ibu sejak dini oleh karena itu, orangtua harus menjelaskan hal tersebut kepada anak dengan ilustrasi yang sederhana dan mudah dimengerti. Anak perlu dilibatkan dalam perawatan adik bayinya.

3. Petunuk bimbingan

Memahami masa prasekolah awal (masa balita adalah dasar untuk keberhasilan dalam merawat anak. Petugas kesehatan bertugas membimbing atau membantu orangtua mengenai tugas dan kebutuhan kebutuhan pada usia balita.

Bimbingan kepada orangtua selama usia balita dikelompokan berdasarkan kelompok usia sebagai berikut

(23)

1) Menyiapkan orangtua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari balita atau terutama negatifistik dan ritualisme. Negatifistik adalah perilaku yang bertentangan dengan kebiasaan. 2) Mengkaji kebiasaan makan sekarang dan menganjurkan

penyapihan dari botol secara bertahap, serta meningkatkan pemasukan makan padat.

3) Menyediakan makanan selingan diantara dua waktu makan dengan rasa yang disukai, serta adanya jadwal waktu makan yang rutin

4) Mengkaji pola tidur malam terutama kebiasaan minum malam memakai botol yang merupakan penyebab utama gigi berlubang dan perilaku menunda yang memperlambat waktu tidak

5) Menyiapkan orangtua untuk mencegah bahaya yang potensial terjadi di rumah, seperti kecelakaan kendaraan bermotor dan bahaya atau kecelakaan jatuh. Berikan saran yang sesuai untuk pengamanan di rumah.

6) Mendiskusikan kebutuhan akan adanya ketentuan ketentuan yang disertai dengan disiplin yang lembut dan cara-cara untuk mengatasi negatifistik dan tempertantrum serta menekankan pada keuntungan yang positif dari disiplin yang tepat atau sesuai.

7) Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan motorik halus, motorik kasar, fine motor, bahasa, pengetahuan , dan keterampilan sosial.

b. Umur 18-24 bulan

1) Menekankan pentingnya persahabatan teman sebaya dalam bermain

2) Menggali kebutuhan untuk menyiapkan kehadiran saudara kandung dan menekankan pentingnya persiapan anak terhadap kelahiran bayi baru.

3) Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap gigi dan tipe kebersihan di rumah, serta kebiasaan makan yang merupakan faktor penyebabgigi berlubang dan menyarankan pentingnya penambahan fluoride untuk memperkuat pertumbuhan tulang 4) Mendiskusikan metode disiplin yang ada dan keaktifannya, serta

(24)

perkembangan self assertion dan independensi, dan bukan merupakan tanda kemanjaan

5) Mendiskusikan tanda-tanda kesiapan untuk toilet training dan meningkatkan pentingnya menunggu kesiapan fisik dan psikologi anak.

6) Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti yang timbul ketika adanya kegelapan atau suara keras, dan kebiasaan seperti membawa selimut atau menghisasp jari.

7) Menyiapakan orangtua akan adanya tanda-tanda regresi ketika anak mengalami stress

8) Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan mudah dari orantuanya dibawah asuhan keluarga

9) Memberikan kesempatan kepada orangtua untuk mengekspresikan perasan lelah, frustasi, dan jengkel dalam merawat anak usia balita

10) Menunjukan harapan akan adanya perubahan pada anak ditahun mendatang.

c. Umur 24-36 bulan

1) Mendiskusikan pentingnya kebutuhan anak untuk meniru dan dilibatkan dalam kegiatan

2) Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training, terutama dengan harapan-harapan dan sikap yang realistis dalam menghadapi keadaan-keadaan, seperti mengompol atau buang air besar di celana,

3) Menekankan keunikan dari proses berfikir balita terutama melalui bahasa yang ia gunakan, pemahamannya terhadap bentuk, dan ketidakmampuannya untu melihat kejadian dari presfektif yang lain 4) Menekankan disiplin dengan tetap terstruktur secara benar nyata, ajukan alasan yang rasional, serta hindrari kebingungan dan salah pengertian, mendiskusikan adanya taman kanak-kanak.

D. Petunjuk bimbingan pada masa prasekolah akhir (3-5 tahun) 1. Umur 3 tahun

a. Menyiapkan orantua untuk meningkatkan minat anak terhadap hubungan yang luas

b. Menganjurkan orantua untuk mendaftarkan anak ke taman kanak-kanak

(25)

d. Menyiapkan orantua untuk mengantisipasi tingkah laku yang berlebihan sehingga dapat menurunkan ketegangan

e. Menganjurkan orangtua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif pilihan ketika anak dalam keadaan bimbang.

f. Memberikan gambaran mengenai perubahan pada usia 3-3,5 tahun ketika anak berkurang koordinasi motorik dan emosionalnya, merasa tidak aman serta menunjukan emosi dan perkembangan tingkah laku yang ekstrim, seperti gagap

g. Menyiapkan orangtua untuk mengekspektasi tuntutan-tuntutan akan perhatian ekstra dari anak, yang merupakan refleksi dari emosi yang tidak aman dan ketakutan akan kehilangan cinta

h. Mengingatkan kepada orang tua bahwa keseimbangan pada usia 3 tahun akan berubah ketingkah laku agresif diluar batas pada usia 4 tahun.

i. Mengantisipasi selera makan yang menjadi tetap dengan pemilihan makanan yang lebuh luas

2. Umur 4 tahun

a. Menyiapkan orantua terhadap perilaku anak yang agresif, termasuk atifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.

b. Menyiapkan orangtua untuk menghadapi perlawanan anak terhadap kekuasaan orangtua.

c. Kaji perasaan orangtua sehubungan dengan tingkah laku anak

d. Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama, seperti menempatkan anak pada taman kanak-kanak selama setengah hari

e. Menyiapkan orangtua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin tahu seksual pada anak

f. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistis dari tingkah laku g. Mendiskusikan disiplin

h. Menyiapkan orangtua untuk meningkatkan imajinasi diusia 4 tahun, dimana anak mengikuti kata hatinya dalam “ketinggian bicaranya” (bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak dalam permainan yang membutuhkan imajinasi

i. Menyarankan pelajaran

(26)

k. Menyiapkan orangtua untuk mengantisipisi mimpi buruk anak dan menganjurkan mereka agar tidak lupa untuk membangunkan anak dari mimpi yang menakutkan.

3. Umur 5 tahun

a. Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode yang relatif lebih tenang dibandingkan dengan masa sebelumnya

b. Menyiapkan dan membantu anak untuk memasuki lingkungan sekolah

c. Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum memasuki sekolah.

2.4. Pengertian stimulasi dan bermain

Stimulasi adalah perrangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak (Soerhiningsing, 1995). Anak yang lebih banyak mendapat mendapat stimulasi cenderung lebih banyak berkembang. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat (reinforcement). Memberikan stimulasi yang berulang dan terus menerus pada setiap aspek perkembangan anak berarti telah memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, meskipun hal tersebut tidak menghasilkan komoditas tertentu misalnya keuntungan finansial. Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira, atau perasaan lainnya, sehingga dengan memberikan kebebasan bermain orang tua mengetahui suasana hati anak.

Pada masa anak-anak, kebutuhan bermain tidak bisa dipisahkan dari dunianya dan merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, dengan aktivitas bermain anak juga akan memperoleh stimulus mental yang merupakan cikal bakal dari proses belajar pada anak untuk pengembangan, kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, dan sebagainya.

A. Fungsi bermain pada anak

1. Perkembangan sensori motor

(27)

stimulasi pendengaran, stimulasi taktil, dan stimulasi kinetic. Stimulasi sensorik yang diberikan oleh lingkungan anak akan direspons dengan memperlihatkan aktivitas motoriknya.

Stimulus visual merupakan stimulus awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan anak. Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan sekitar pada lingkungan sekitar melalui penglihatannya. Stimulus pendengaran adalah sangat penting untuk perkembangan bahasa, terutama pada tahun pertama kehidupannya. Memberikan sentuhan yang mencukupi pada anak berarti memberikan perhatian dan kasih sayang yang di perlukan oleh anak. Stimulasi kinetic akan memebantu anak untuk mengenal lingkungan yang berbeda.

2. Perkembangan kognitif

Anak belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dari berbagai macam tekstur sdari berbagai objek, angka dan benda. Anak belajar untuk merangkai kata, berfikir, abstrak,dan memahami hubungan ruang seperti naik, turu, dibawah, dan terbuka. Aktivitas bermain juga dapat membantu perkembangan keterampilan dan mengenal dunia nyata atau fantasi.

3. Sosialisasi

Sejak awal masa anak-anak, bayi telah menunjukan ketertarikan dan kesenangan. Dengan bermain, anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisaasi, belajar untuk mengatasi persoalan yang timbul, mengenal nilai moral dan etika, belajar mengenal apa yang salah dan benar, serta bertanggung jawab atas apa yang di perbuatnya.

4. Kreativitas

Bermain dapat membuat anak bereksperimen dan mencoba ide-idenya. Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru sesuatu yang baru dan berbeda, ia akan memindahkan kreasinya ke situasi yang lain. 5. Kesadaran diri

Dengan aktivitas bermain, anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri. Anak belajar untuk memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan anak yang lain. Anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.

(28)

Anak belajar mengenai perilaku yang benar dan salah dari lingkungan rumah maupun sekolah. Interaksi dengan kelompoknya memberikan makna pada latihan moral mereka. Jika masuk ke dalam suatu kelompok, anak harus menaati aturan, misalnya kejujuran.

7. Nilai terapeutik

Bermain dapat mengurangi tekanan atau stress dari lingkungan. Dengan bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan atas situasi social serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di dunia nyata.

B. Prinsip dalam aktivitas bermain.

Pada dasarnya, aktivitas bermain pada aak tidak hanya dengan menggunakan alat permainan saja. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya, seperti sentuhan, bercanda, belaian, dan lainnya, merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak, terutama pada tahun pertama kehidupannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif sebagaimana berikut ini :

1. Perlu ekstra energy 2. Waktu yang cukup 3. Alat permainan

4. Ruang untuk bermain. 5. Pengetahuan cara bermain 6. Teman bermain

C. Alat permainan edukatif

Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuia usia dan tingkat perkembangannya, serta yang berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan social anak.

Barmain aktif merupakan aktivitas bermain yang membuat anak memperoleh kesenangan dan yang dilakukan sendiri. Misalnya dengan :

1. mengamati atau menyelidiki 2. membangun

3. bermain peran

(29)

Bermain pasif merupakan suatu hiburan atau kesenangan yang diperoleh dari orang lain. Dalam hal ini, anak berperan pasif dan melihat atau mendengarkan saja.

Anak yang bermain hendaknya didampingi orang tua agar anak memperoleh penjelasan mengenai hal-hal yang belum diketahuinya dan dapat mendekatkan hubungan antara orang tua dengan anak. Agar orang dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya. Syarat-syarat berikut perlu diperhatikan :

1. Keamanan 2. Ukuran dan berat 3. Desain

4. Fungsi yang jelas

5. Variasi alat permainan edukatif 6. Universal

7. Tidak mudah rusak, mudah didapat, dan terjangkau oleh masyarakat luas.

D. Jenis Permainan

Dalam melaksanakan aktivitas bermain pada anak, usia dan tingkat perkembangan anak selalu harus dipertimbangkan, mengingat bahwa alat permainan yang digunakan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi perkembangannya. Pada bagian ini, selain menjelaskan mengenai alat permainan akan dijelaskan pula mengenai klasifikasi bermain berdasarkan isi dan karakteristik social. Isi bermain ditekankan atau diutamakan pada asfek fisik. Meskipun demiian, hubungan social tidak dapat diabaikan. Berdasarkan isinya, bermain dapat dibedakan menjadi permainan yang berhubungan dengan orang lain (social effective play), permainan yang berhubungan dengan kesenangan (sense pleasure play), permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behavior), dan permainan keterampilan (skill play).

(30)

play), permainan yang dimainkan sendiri (solitary play), permainan bersama teman tanpa interaksi (parallel play), permainan dengan bermain bersama tanpa tujuan kelompok (associative play), dan permainan dengan bermain bersama yang diorganisir (cooperative play).

1. Masa bayi (0-1 tahun)

Stimulus yang diberikan pada anak seharusnya sudah dimulai sejak kandungan, misalnya dengan bisikan, sentuhan pada perut ibu, gizi ibu yang mencukupi, dan menghindari pemicu stress yang mempengaruhi psikologis ibu.

Setelah lahir, stimulus langsung dilakukan pada bayi. Pada tahun pertama kehidupan, stimulus diberikan untuk perkembangan sensori motor, meskipun pada tahun-tahun berikutnya stimulasi ini harus tetap diberikan, stimulus yang diberikan melalui aktivitas bermain bertujuan untuk:

a. Melatih dan mengevaluasi reflek-reflek fisiologis

b. Melatih koordinasi antara mata dan tangan serta mata dan telinga c. Melatih untuk mencari objek yang tidak kelihatan

d. Mencari sumber asal suara e. Melatih kepekaan perabaan. Usia Stimulasi bicara, panggil namanya

Bermain air Berdiri pada paha orang

(31)

terang

bermain air latih berdiri, permianan

Contoh alat permainan yang dianjurkan adalah benda yang aman untuk dimasukkan kedalam mulut, boneka orang/binatang yang lunak, mainan yang bersuara, giring-giring, bola, dll.

Karakteristik permainan pada masa bayi berdasarkan isi adalah permainan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, dan permainan yang memberikan kesenangan pada anak. 2. Masa balita (2-3 tahun)

Pada masa ini anak cenderung melekat pada satu macam mainan yang dapat diperlukan sesuka anak tersebut.

Tujuan bermain pada masa balita adalah: a. Mengembangkan keterampilan bahasa b. Melatih motoric halus dan kasar

c. Mengembangkan kecerdasan d. Melatih daya imajinasi

e. Menyalurkan perasaan anak

Alat permainan yang dianjurkan bagi anak pada masa ini, misalnya lilin yang dapat dibentuk, alat untuk menggambar, puzzle sederhana, manik-manik, dan alat rumah tangga. Pada masa ini, kelakuan anak sangat menonjol, dan anak belum memahami makna dari memiliki, sehingga anak sering berebut mainan karena masing-masing menganggap bahwa mainan itu adalah miliknya.

(32)

Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak mengenal hal-hal sekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dll.

Alat permainan yang dianjurkan, misalnya buku, majalah, alat tulis/krayon, balok, dan aktiivtas berenang. Dalam bermain, anak hendaknya memiliki teman. Dan pada masa ini, bermain mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung serta menyamakan dan membedakan.

b. Merangsang daya imajinasi.

c. Menumbuhkan sportivitas, kreativitas, dan kepercayaan diri.

d. Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong royong, dan kompetisi.

e. Mengembangkan koordinasi motoric, sosialisasi dana kemampuan untuk mengendalikan emosi.

E. Bermain di Rumah Sakit

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak, dan anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stress. Sering kali terjadi bahwa setelah anak dirawat dirumah sakit, aspek tumbuh kembangnya diabaikan, petugas hanya memfokuskan pada bagaimana agar penyakitnya sembuh.

Supaya anak dapat lebih efektif dalam bermain dirumah sakit, perlu diperhatikan prinsio-prinsip sebagai berikut:

1. Anak tidak banyak menggunakan energy,waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan.

2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi 3. Sesuai dengan kelompok usia

4. Tidak bertentangan dengan terapi 5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.

Pelaksanaan aktivitas bermain dirumah sakit, memerlukan keterlibatan petugas kesehatan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya sebagai berikut.

(33)

3. Dalam pelaksanaannya, aktivitas bermain dirumah sakit merupakan tanggung jawab petugas kesehatan dengan dibantu oleh orang tua

4. Pada tahun pertama, anak hanya mengamati objek disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

McCormick,M. (2008). Manajemen masalah bayi baru lahir panduan untuk dokter, perawat dan bidan. Jakarta. EGC

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Priyana (2008), bahwa responden yang mempunyai kebiasaan cuci tangan tidak menggunakan deterjen berisiko terkena influenza

Reproduksi adu zatua menjadi barang seni kerajinan ukir budaya, keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat Nias ini telah digunakan sebagai bentuk mata

Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk merubah aktiva lancer menjadi uang kas, jika

√ Evaluasi disusun sesuai RPP. 2 Guru memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan umpan balik kepada siswa, sehingga siswa bisa meningkat dalam kemampuan Calistung siswa. √

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi multikolinieritas, salah satunya yaitu dengan menggunakan nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) dari

Dari hasil Regresi Data Panel dengan metode Random Effect Model disimpulkan bahwa konsentrasi spasial industri kecil menengah secara signifikan dipengaruhi oleh variabel

Pembahasan: Dari hasil penelitian ini terlihat terdapat hubungan protektif antara konsumsi kopi dengan angka kejadian diabetes tipe 2 baik dari frekuensi minum

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanolik, fraksi n -heksan, kloroform, dan air dari daun zodia ( Evodia