Manajemen Usaha Kecil dan Menengah
(Hasil Wawancara Studi Kasus Tempat Pangkas Rambut di Banyumanik)
Disusun Oleh:
Panji Suryo Nugroho, S.Kel (NIM : 065112039) Pendahuluan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mendapat tempat berarti dalam peta
perekonomian nasional sesudah berlangsungnya krisis moneter 1998. Pada masa dimana
perusahaan-perusahaan besar tumbang akibat guncangan sendi-sendi dasar perekonomian
nasional, UKM justru menunjukkan konsistensi yang dapat dibanggakan. Tercatat justru
UKM yang mengakibatkan perekonomian Indonesia terutama dalam sektor real tetap
bertahan sehingga tidak mengalami kehancuran total.
Perkembangan pertumbuhan UKM sendiri menunjukkan tingkat pertumbuhan
yang menggembirakan. Semakin banyak UKM muncul sesudah krisis ekonomi
berlangsung. Sayangnya, perkembangan secara kuantitas tersebut belum dapat diikuti
dengan perkembangan secara kualitas. Tercatat banyak UKM yang kemudian harus
gulung tikar diakibatkan banyak hal namun diduga banyak karena kesalahan dalam
bidang manajemen.
Bagaimana sebenarnya UKM tersebut menjalankan unit usahanya? Faktor-faktor
apa saja yang dapat menghambat pertumbuhan suatu UKM dalam usahanya? Riset ini
Metoda
Riset dilakukan di suatu tempat pangkas rambut di kawasan Banyumanik pada
hari Kamis, 8 November 2007 pukul 14.30-16.00 WIB. Metode yang dilakukan dengan
wawancara tak terstruktur. Periset datang dengan tersamar tanpa menunjukkan identitas
sebagai seorang periset terlebih dahulu namun mengambil posisi sebagai pelanggan yang
datang memanfaatkan jasa potong rambut. Diharapkan dengan keberadaan posisi
pengamat yang tidak nampak maka akan muncul keterbukaan informasi tanpa ada rasa
segan dari pihak yang diwawancara. Untuk memenuhi etika riset maka nama nara sumber
dan lokasi riset tidak disebutkan dalam laporan ini secara terang.
Hasil Riset
Hasil pengamatan menunjukkan beberapa temuan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut. UKM tersebut dijalankan oleh karyawan, bukan langsung oleh pemilik
usaha, secara sistem bagi hasil 50:50. Segala keperluan yang bersangkutan dengan
jalannya usaha seperti sewa tempat, pembelian peralatan, dilaksanakan oleh pemilik
usaha sehingga karyawan tinggal menjalankan tugasnya memotong rambut pelanggan.
Segala kebutuhan terkait usaha dilaporkan oleh karyawan kepada pemilik usaha ketika
dia datang berkunjung.
Pemilik usaha ternyata tidak hanya memiliki satu unit usaha namun sudah
mempunyai cabang di beberapa tempat. Pemilik usaha sendiri dulunya adalah pemangkas
rambut handal yang sudah memahami seluk beluk usaha tersebut. Meskipun sudah
berumur namun kehandalan teknik mencukur yang dimilikinya masih diakui oleh
UKM tersebut mempekerjakan tiga orang pegawai yang kebetulan pada saat riset
berlangsung hanya tinggal satu pegawai yang sedang menjalankan tugasnya melayani
pelanggan sedangkan dua orang lagi sedang keluar tanpa kejalasan informasi
keberadaannya. Hal ini menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah di kalangan
karyawan yang bekerja mengingat seharusnya mereka berada di tempat tugas karena
masa tersebut masih dapat disebut sebagai masa produktif kedatangan pelanggan.
Kemudian diketahui bahwa UKM tersebut mempekerjakan pegawai yang berasal
dari satu desa di daerah Magelang. Pola perekrutan biasanya berlangsung dari mulut ke
mulut atau saling mengajak satu sama lain. Berdasarkan keterangan karyawan tersebut
maka didapatkan bahwa dia bekerja di UKM itu berdasarkan ajakan dari pamannya yang
dulu juga bekerja disana meskipun sekarang sudah keluar dan mendirikan unit usaha
sendiri di daerah lain.
Setelah masa perekrutan biasanya karyawan yang masih baru diajarkan cara
memotong rambut sambil membantu di unit tersebut1. Pelatihan tersebut dijalankan
dengan sistem kerja semacam magang dengan pengawasan dan pelatihan langsung dari
pemilik usaha2. Setelah dinyatakan dapat menjalankan sendiri maka pemilik usaha sedikit
demi sedikit melepaskan unit tersebut untuk dijalankan karyawan tersebut dengan
pengawasan sesekali waktu. Skenario lain adalah karyawan tersebut diberi kepercayaan
memegang satu unit usaha yang baru dibuka di tempat lain.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemilik terhadap UKM berlangsung secara
longgar dan lebih banyak berdasarkan kepada kepercayaan terhadap karyawan.
1 Pelatihan tidak dilakukan dalam suatu acara tertentu namun dilaksanakan dengan cara memotong rambut
pelanggan sambil mendapat pengawasan langsung dari pemilik usaha.
2 Perlu dicatat bahwa pelatihan tersebut juga mengajarkan teknik-teknik mencukur rambut dengan standar
Kunjungan dilakukan sesekali waktu oleh pemilik mengingat banyaknya unit usaha yang
dipunyainya. Kunjungan tersebut juga tidak dilakukan secara intensif namun hanya
sepintas lalu saja3.
Berdasarkan keterangan hasil wawancara maka didapatkan bahwa pengawasan
menjadi titik lemah dari UKM tersebut. Laporan penjualan yang diberikan kepada
pemilik tidak sesuai dengan jumlah yang sebenarnya dalam artian lebih sedikit sehingga
jumlah bagi hasil yang diterima pemilik tidak seperti seharusnya. Pembelian peralatan
sering mengalami penggelembungan harga sehingga pemilik usaha harus mengeluarkan
jumlah uang yang lebih dari yang seharusnya dikeluarkannya.
Titik lemah kedua adalah seringnya masuk dan keluarnya karyawan dari UKM.
Selain bekerja di tempat lain, kerap kali karyawan yang keluar mendirikan usaha serupa
di tempat lain. Karyawan yang diwawancarai menceritakan bahwa dia juga bercita-cita
mendirikan usaha serupa setelah modal yang terkumpul sudah cukup.
Titik lemah ketiga yang dijumpai adalah posisi pemilik usaha yang lemah. Hal ini
terkait dengan pengawasan yang lemah dari pemilik dan juga terkait dengan ketiadaan
ikatan terhadap karyawan. Karyawan bebas masuk dan keluar sewaktu-waktu dan
pemilik usaha tidak dapat berbuat apapun untuk mencegahnya. Dengan kemampuan yang
dimilikinya sesudah bisa mencukur rambut dan dengan pengetahuannya tentang jalannya
usaha tersebut maka karyawan dapat sewaktu-waktu mengancam pemilik usaha apabila
terjadi satu masalah sehingga pemilik kelimpungan karena harus mencari karyawan baru
dan memberikan pelatihan lagi.
Dari sudut pandang karyawan maka didapatkan bahwa tindakan-tindakan tersebut
dilakukan karena perasaan ketidak adilan bahwa merekalah yang bekerja keras sedangkan
pemilik usaha hanya tinggal menerima hasil bersih saja. Mereka melihat posisi tawar
mereka yang lebih kuat sehingga dapat melakukan hal-hal sebagaimana disebutkan
sebelumnya. Apabila terjadi keberatan dari pemilik usaha terhadap apa yang mereka
lakukan maka mereka akan dengan mudah mengancam keluar4.
Meskipun demikian terdapat satu rasa terima kasih yang tulus dari karyawan
tersebut kepada pemilik usaha karena bagaimanapun dia yang mengajarkan bagaimana
cara memangkas rambut, suatu keahlian yang bermanfaat dalam mencari penghidupan,
dan telah memberi kesempatan bekerja kepada karyawan tersebut. Besar kemungkinan di
desa asal dulunya mereka adalah pengangguran yang belum bekerja sebelum akhirnya
memutuskan ikut ke kota mengikuti salah satu teman atau saudaranya yang bekerja di
pangkas rambut.
Penutup
Hasil riset menunjukkan bahwa UKM dijalankan dengan sistem kepercayaan
semata dari pemilik terhadap karyawannya. Lemahnya pengawasan ini dapat berakibat
penyimpangan-penyimpangan yang akan merugikan UKM. Nilai tawar yang tinggi yang
dimiliki karyawan juga menjadikan karyawan dapat dengan mudah masuk dan keluar
UKM yang akan dapat mengganggu kestabilan jalannya usaha. Hal ini juga berakibat
pada rendahnya disiplin karyawan yang akan berimbas pada kualitas layanan yang
diberikan kepada pelanggan.
Karyawan sendiri merasakan ketidakadilan dimana dia bekerja sedangkan pemilik
tinggal menikmati hasilnya. Ketidak adilan tersebut dilawan dalam bentuk
penyelewengan-penyelewengan yang dimungkinan karena lemahnya pengawasan dan
4 “Kalau dia (pemilik usaha) marah ya saya tinggal meletakkan gunting ini padanya (sebagai simbol
nilai tawar yang tinggi. Karyawan juga menjadikan pekerjaannya sebagai batu loncatan
sebelum membuka unit serupa di daerah lain setelah cukup modal terkumpul.
Bagaimanapun juga karyawan tetap menghargai pemilik usaha karena telah memberikan