• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Jiwa keagamaan usia Dewasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Jiwa keagamaan usia Dewasa"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia

Dewasa dan Usia Lanjut

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah

: Psikologi Agama

Dosen

: Dra. Diah Nurita

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (IV-B)

Di susun Oleh

Kelompok 4 (Empat )

- Fatimah Zahra

- Khalida

- Nur Asiyah

- Sri Kurniati

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH

MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT

(2)

KATA PENGANTAR

ْمييححررلاِ نحْمحيررلاِ هحللاِ ْم

ح س

ي بح

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Perkembangan Jiwa keagamaan pada usia Dewasa dan Usia Lanjut” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

(3)
(4)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

e. Rumusan Masalah...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Pengertian Masa Dewasa dan Masa Usia Lanjut...2

B. Karakteristik keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut...5

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan...8

D. Perlakuan Terhadap Usia Lanjut Menurut Islam...9

BAB III...12

PENUTUP...12

A. Kesimpulan...12

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.

Dengan melihat pengertian psikologi dan agama dapatlah diambil pengertian bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari serta keadaan hidup pada umumnya. Untuk itu penulis akan mencoba memaparkan tentang perkembangan jiwa keagamaan orang dewasa serta faktor-faktor yang. mempengaruhi perkembangan keagamaan tersebut.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian usia dewasa dan usia lanjut?

b. Bagaimana perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut? c. Bagaimana sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut?

d. Apa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan?

e. Rumusan Masalah

a. Untuk mengetahui pengertian usia dewasa dan usia lanjut

b. Untuk mengetahui perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut.

c. Untuk mengetahui sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Dewasa dan Masa Usia Lanjut

1. Usia Dewasa

Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa adolesen, walaupun ada juga yang merumuskan masa adolesen ini kepada masa dewasa, namun demikian dapat disebut bahwa masa adolesen adalah menginjak dewasa yang mereka mempunyai sikap pada umumnya yaitu: mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup.2 Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk mempertahankan

nilai-nilai yang dipilihnya.

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan

1 http://hera-orgen.blogspot.com/p/perkenbangan-jiwa-keagamaan-orang

04.html.

(7)

menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

b. Masa dewasa madya (middle adulthood)

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

c. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf dan perubahan penampilan. Dan kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia ini.3

2. Usia Lanjut

Dalam perkembangan manusia, yaitu sejak usia bayi hingga mencapai kedewasaan jasmani terjadi proses perkembangan yang progresif. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu usia dewasa (22-24 tahun).

Perkembangan selanjutnya adalah kemantapan fisik yang sudah dicapai. Sejak mencapai usia kedewasaan hingga ke usia sekitar 50 tahun, perkembangan

(8)

fisik manusia boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah diatas usia 50 tahun mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastic hingga mencapai usia lanjut. Periode ini disebut sebagai periode regresi (penurunan).

Sejalan dengan penurunan tersebut, maka secara psikis terjadi berbagai perubahan pula. Perubahan-perubahan gejala psikis ini ikut mempengaruhi berbagai aspek kejiwaan yang terlihat dari pola tingkah laku yang diperlihatkan.

Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetatkan hubungan dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaan bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain. Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 tahun) memiliki kecenderungan besar untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan dengan latar belakang kehidupannya.

Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.

Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Selain itu, umumnya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan keputus asaan. Karena itu mereka cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan social, termasuk sosial keagamaan.

(9)

berakhir.4Maksudnya, sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami

peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan. .

Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut, secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah :

a. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.

b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

c. ulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara

lebih sungguh-sungguh.

d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar

sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.

e. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan

pertambahan usia lanjutnya. .

f. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan

pembentukasn sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akhirat).5

B. Karakteristik keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

a. Usia Dewasa

Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai-nilai-nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.

Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada masa adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang abstrak. Diusia dewasa biasanya seseorang sudah memliki sifat kepribadian yang stabil.

Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah

(10)

memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi perubahan mungkin prose situ terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang matang.

Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya.

Dan jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.

Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.

Sejalanِ denganِ tingkatِ perkembanganِ usianya,ِ makaِ sikap keberagamaan ِ pada ِ orang ِ dewasa ِ antara ِ lain ِ memiliki ِ ciri sebagaiِ berikut:

a. Menerima ِ kebenaran ِ agama ِ berdasarkan ِ pertimbangan pemikiranِ yangِ matang,ِ bukanِ sekedarِ ikut-ikutan.

b. Cenderung ِ bersifat ِ realis, ِ sehinggga ِ norma-norma ِ agama lebihِ banyakِ diaplikasikanِ dalamِ sikapِ danِ tingkahِ laku.

(11)

d. Tingkat ِ ketaatan ِ beragama ِ didasarkan ِ atas ِ pertimbangan dan ِ tanggung ِ jawab ِ diri ِ hingga ِ sikap ِ keberagamaan merupakanِ realisasiِ dariِ sikapِ hidup.

e. Bersikapِ lebihِ terbukaِ danِ wawasanِ yangِ lebihِ luas.

f. Bersikapِ lebihِ kritisِ terhadapِ materiِ ajaranِ agamaِ sehingga kemantapanِ beragamaِ selainِ didasarkanِ atasِ pertimbangan pikiran,ِ jugaِ didasarkanِ atasِ pertimbanganِ hatiِ nurani.

g. Sikapِ keberagamaanِ cenderungِ mengarahِ kepada ِ tipe-tipe kepribadian ِ masing-masing, ِ sehingga ِ terlihat ِ adanya pengaruh ِ kepribadian ِ dalam ِ menerima, ِ memahami ِ serta melaksanakanِ ajaranِ agamaِ yangِ diyakininya.

h. Terlihatِ adanyaِ hubunganِ antarِ sikapِ keberagamaanِ dengan kehidupanِ sosial, ِ sehingga ِ perhatian ِ terhadap ِ kepentingan organisasiِ sosialِ keagamaanِ sudahِ berkembang.6

2. Usia Lanjut

(12)

ditambah adanya penurunan kegairahan seksual. William James pun menyatakan demikian bahwa dimensi keagamaan akan tampak menonjol pada usia lanjut ketika kehidupan seksual mulai berakhirAdapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan.

Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah: 7

1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan

2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.

4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.

5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertanbahan usia lanjutnya.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan

Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan. Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan

(13)

beragama tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada dua factor yang menyebabkan adanya hambatan, yaitu:8

1. Faktor diri sendiri

Factor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: kapasitas diri dan pengalaman.

Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaran-ajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang berkemampuan dan kurang berkemampuan. Mereka yang mampu menerima dengan rasio akan menghayati dan kemudian mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dengan baik, walaupun yang ia lakukan itu berbada dengan tradisi yang mungkin sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Dan sebaliknya, orang yang kurang mampu menerima dengan rasionya, ia akan lebih banyak tergantung pada masyarakat yang ada.

Sedangkan factor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam mengerjakan aktifitas keagamaan. Namun, mereka yang mempunyai pengalaman sedikit dan sempit, ia akan mengalami berbagai macam kesulitan untuk dapat mengerjakan ajaran agama secara mantap dan stabil.

2. Faktor luar

(14)

2) kejahatans9

D. Perlakuan Terhadap Usia Lanjut Menurut Islam

Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. kondisi fisik rata – rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai penyakit siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian, di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa – sisa umur menunggu datangnya kematian.

Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah perhatian mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya perhatian diarahakan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua Ini, perhatian lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu maka masalah – masalah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat mulai menarik perhatian mereka.

Perubahan orientasi ini antara lain disebabakan oleh pengaruh psikologis. Disatu pihak kemamapuan fisik pada usia tersebut sudah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, mereka memiliki khazanah penglaman yang kaya.

Kejayaan masa lalu yang pernsh diperoleh sudah tidak lagi memperoleh perhatian, karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan – kegelisahan batin.

Pada usia senja ini, lazimnya manusia manusia masih ingin memperoleh pengakuan kejayaan dan prestasi masa lalu yang pernah dicapainya. Tetapi setelah kejayaan itu lepas, baik karena pension ataupun tidak aktif lagi dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan. Bila selama karir kepegawaian ia pernah menjadi pejabat, maka setelah pension ia sama sekali tidak memiliki kekuasaan lagi.

(15)

Perintah atau acuan telunjuknya sudah hambar, karena sudah kehilangan anak buah dan bawahan. Demikian pula bila kasus seperti itu terjadi pada tokoh masyarakat yang pernah dielu – elukan. Setelah mencapai usia senja akan timbul perasaan diasingkan.

Pergulatan antara kejayaan dan ketidakberdayaan diri seperti itu, merupakan situasi batin yang dialami manusia usia senja. Makin bertambah usia akan semakin tersiksa dirinya. Untuk mengatasi kendala psikologis seperti ini, umumnya manusia usia lanjut ini akan menempuh berbagai jalan yang diperkirakan dpat meredam gejolak batinnya. Diantara alternative yang cenderung dipilih adalah ikut aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, kegiatan sosial keagamaan, ikut dalam kegiatan organisasi politik ataupun menulis autobiografi.

Selain itu, gejala psikologis yang ditampilkan manusia usia senja ini adalah berupa pernyataan – pernyataan controversial dan kritik terhadap hasil kerja generasi muda. Mereka seakan sulit mengemukakan pujian terhadap sukses maupun prestasi yang dicapai oleh generasi muda ini dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, kelompok usia ini sulit hidup akur dan berdampingan dengan generasi muda. Ada semacam kecenderungan dalam diri mereka untuk senantias dipuji dan dibanggakan.10

Dalam konsep islam perlakuan terhadap manusia usia lanjut dianjurkan seteliti dan setelaten mungkin. Perlakuan terhadap orang tua yang berusia lanjut dibebankan kepada anak – anak mereka, bukan kepada badan atau panti asuhan, termasuk panti jompo. Penrlakuan terhadap orang tua menurut tuntunan islam berawal dari rumah tangga. Allah menyebutkan pemeliharaan secar khusus orantua yang lanjut usia dengan memerintahkan kepada anak – anak mereka untuk memperlakukan kedua orang tua mereka dengan kasih sayang.

(16)

Artinya: Dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan Dia kepada kejadian(nya)]. Maka Apakah mereka tidak memikirkan?

Dalam Alquran dan terjemahannya dikemukakan bahwa kami kembalikan kepada kejadiannya, yaitu dikembalikan kepadakepada keadaan manusia ketika ia baru dilahirkan, yaitu lemah fisik dan kurang akal. Yang dikatakan maksud dengan ayat tersebut adalah, bila manusia dipanjangkan umurnya ke usia lanjut, maka ia akan kembali menjadi seperti bayi, yaitu tidak mengetahui sesuatupun. Manusia usia lanjut itu juga layaknya seorang bayi yang kekuatannya menjadi melemah, hanya secara fisik saja terlihat lebih besar dari bayi11

Dari penjelasan diatas tergambar bagaimana perlakuan terhadap manusia usia lanjut menuut ajaran islam. Manusia usia lanjut dipandang tak ubahnya seorag bayi yang memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta perhatian khusus dengan penuh kasih sayang. Perlakuan yang demikian it tidak dapat diwakilkan kepada siapapun, melainkan menjadi tanggung jawab anak – anak mereka. Perlakuan yang baik dan penuh kesabaran serta kasih sayang yang dinilai sebagai kebaktian. Sebaliknya, perlakuan yang tercela dinilai sebagai kedurhakaan.

Penjelasan ini menunjukkan bahwa perlakuan terhadap manusia usia lanjut menurut islam merupakan kewajiban agama, maka sangat tercela dan dipandang durhaka bila seorang anak tega menempatkan orangtuanya di tempat penampungan atau panti jompo. Alas an apapun tak dapat diterima bagi perlakuan

(17)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Usia lanjut adalah usia daripada puncak dari segala usia dalam hidup ini, beruntunglah orang yang diberi Allah hidayah dengan umur yang panjang hingga ia bias mencapai usia lanjut yaitu usia 65 -70 tahun.

Pada masa ini adalah puncak dari kematangan beragama, ia sudah dapat menerima ajran gama itu seluruhnya, ini juga krenai ia yakin bahwa kematian itu sudah semakin dekat dengannya.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Raharjo.2012. PengantarIlmuJiwa Agama. Semarang. PustakaRizki Putra

Jalaludin.2003. Psikologi Agama. Jakarta. Raja GrafindoPersada

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

- Menurut Wibowo, dalam bukunya Manajemen Perubahan, Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan

Reputasi (V27) pengakuan ijazah pada instansi pendidikan lain; (V28) dikenal secara umum sebagai lembaga pendidikan yang baik dan (V29) lulusan yang mampu menerapkan

Untuk itnlah sebaiknya RSU Sari Mutiara Medan melakukan pisah batas (cut ofi)pendapatan yang terjadi pda dna periode dan memberikan laporan khusus atas pemakaian jasa pasien

Sistem Informasi yang menggunakan komputer dan teknologi komunikasi untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkan.... Pengenalan Teknologi Informasi

Therefore, we can conclude that reallotmet activities through comparing areas, reshaping into a rectangle could support students understanding of the concept of

Rincian biaya kegiatan non fisik yang telah dikeluarkan oleh Posko Kabupaten Kepulauan Talaud setelah melakukan kegiatan-kegiatan fisik (seperti yang tertulis diatas) sesuai

Metode ini dipilih karena sesuai juga dengan harapan peneliti bahwa akan tercapainya tujuan penelitian menggunakan metode survei dengan penggunaan data primer untuk setiap

passive chest mobilization biasa di aplikasikan kepada pasien yang berada dalam kondisi tidak. sadar seperti di ICU (gambar.7) sedangkan active chest mobilization (gambar.8