• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN 2339 0417 UPAYA MENINGKATKAN KEDIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISSN 2339 0417 UPAYA MENINGKATKAN KEDIS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Imam Sujarwanto, SMA Negeri1 Warureja

Hal 20

jp.Kreatif Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

ISSN 2339 - 0417

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DI KELAS MELALUI PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SMA NEGERI 1

WARUREJA KABUPATEN TEGAL TAHUN 2012/2013 Oleh : Imam Sujarwanto *)

Abstrak

Rendahnya tingkat kedisiplinan guru di SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal pada tahun 20012/2013 dalam kehadirannya di kelas mempengaruhi kondusivitas kegiatan belajar mengajar. Kebiasaan guru datang terlambat akan menyebabkan kegaduhan siswa dan akan menjadi sangat ironis jika keiasaan datang terlambat ditiru oleh siswa. Hal demikian bisa diterima mengingat guru adalah sosok panutan yang digugu lan ditiru (dipercaya dan ditiru). Rendahnya kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas menjadi perlu diangkat dalam penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan penerapan reward dan punishment. Diterapkannya reward dan punishment didasari pada pemahaman bahwa reward dan punishment merupakan salah satu pilar dalam peningkatan disiplin.

PTS (Penelitian Tindakan Sekolah) yang berlangsung dalam 2 tahap siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data dipilih melalui observasi, angket dan wawancara. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskripsi kualittaif dan disajikan dalam bentuk laporan tindakan sekolah yang dipublikasikan diperpustakaan sekolah dan media massa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan reward dan punishment di SMA Negeri 1 Warureja telah mampu menaikkan tingkat kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas saat kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat pada hasil akhir pelaksanaan tindakan dimana tidak dijumpat guru atau karyawan yang terlambat lebih dari 15 menit.

Kata Kunci : Disiplin, Kehaadiran, Reward dan Punishment

PENDAHULUAN

Ada ungkapan guru kencing berdiri murid kencing berlari atau guru sebagai akro-nim bahasa Jawa digugu lan ditiru terkandung makna keteladanan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Keteladanan guru dapat dilihat dari perilaku guru sehari-hari baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Salah satu sikap keteladanan adalah kedisi-plinan guru ketika datang ke sekolah dan masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran.

(2)

dengan peraturan organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 1999).

Fakta di lapangan yang sering dijumpai adalah kurangnya disiplin guru dalam masuk kelas pada saat kegiatan belajar mengajar dimulai. Fakta ini juga dijumpai di SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal. Sedikitnya rata-rata 7 guru atau 41,18% datang terlambat, 4 kelas dari 13 kelas atau 30,76% kosong tanpa kehadiran guru saat jam pertama dan sedikitnya ada 5 kelas (38,46%) guru datang terlambat ketika pergantian jam pelajaran yaitu dari jam ke lima dan ke tujuh. Upaya keteladaan kepala sekolah sudah dilaksanakan dengan cara kepala sekolah datang ke sekolah lebih awal namun upaya tersebut belum membuahkan hasil sehingga perlu upaya lain.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas adalah dengan mene-rapkan reward dan punishment. Elizabeth B. Hurlock memposisikan reward dan punish-ment sebagai salah satu pilar dari disiplin, menurutnya reward berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik, penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung (Hurlock, 1990:90).

LANDASAN TEORI

a. Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keter-aturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau per-buatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya (Pri-jodarminto, 1994). Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah

sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

Penerapan disiplin warga sekolah, khususnya disiplin guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sangat berkait kepada kinerja guru itu sendiri. Kinerja kerja guru dalam mengemban tugas keprofesionalan seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan meng-evaluasi merupakan aspek utama dalam meningkatkan kecerdasan siswa yang mem-bawa pada peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan.

Apabila disiplin guru telah dilaksanakan dengan baik dan kinerja guru juga baik, serta didukung oleh faktor-faktor lain yang mendukung maka akan tercipta kondisi sekolah yang kondusif yang pada akhirnya tujuan sekolah untuk menjadi sekolah yang bermutu akan dapat tercapai.

Disiplin adalah kesadaran dan kese-diaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Hasibuan ,1997:212). Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperte-guh pedoman-pedoman organisasi (Mangku-negara, 2000 : 129).

(3)

aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetap-kan. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan suatu organisasi di antaranya ialah : (1) tujuan dan kemampuan, (2) teladan pim-pinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4) keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan (8) hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 1997:213). Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya disiplin kerja itu akan melibatkan dua kegiatan pendisiplinan :

1. Preventif, pada pokoknya, dalam kegiatan ini bertujuan untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan, agar mengikuti berbagai standar atau aturan. Sehingga penyelewengan kerja dapat dicegah.

2. Korektif, kegiatan yang ditujukan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelang-garan-pelanggaran lebih lanjut (Aunu-rachman dkk, 1990).

Perlu disadari bahwa untuk mencip-takan disiplin kerja dalam organisasi/ per-usahaan dibutuhkan adanya :

a. Tata tertib/ peraturan yang jelas.

b. Penjabaran tugas dari wewenang yang cukup jelas.

c. Tata kerja yang sederhana, dan mudah diketahui oleh setiap anggota dalam organisasi.

Menurut Byars and Rue (1995:357) menyatakan ada beberapa hal yang dapat dipakai, sebagai indikasi tinggi rendahnya kedisplinan kerja karyawan, yaitu: Ketepatan waktu, kepatuhan terhadap atasan, peraturan terhadap perilaku terlarang, ketertiban ter-hadap peraturan yang berhubungan langsung dengan produktivitas kerja. Sedangkan De Cenzo dan Robbins (1994:451) mengemu-kakan tipe permasalahan dalam kedisiplinan,

antara lain : kehadiran, perilaku dalam bekerja (dalam lingkungan kerja), ketidakjujuran, akti-vitas di luar lingkungan kerja.

Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja adalah persepsi guru terhadap sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya.

Dalam upaya penerapan kedisiplinan guru pada kehadiran di kelas dalam kegiatan belajar mengajar, bisa ditempuh dengan beberapa upaya. Adapun upaya dalam meningkatkan disiplin guru adalah sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku dimulai dari pimpinan sekolah, (c) mewajibkan guru untuk mengisi agenda kelas dan mengisi buku absen yang diedarkan oleh petugas piket, (d) pada awal masuk sekolah kepala sekolah bersama guru membuat kesepakatan tentang aturan ke-disiplinan, (e) memperkecil kesempatan guru untuk ijin meninggalkan kelas, dan (f) setiap rapat pembinaan diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan strategi ter-sebut di atas kultur disiplin guru dalam kegiatan pembelajaran bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.

b. Reward dan Punishment

Penerapan disiplin dapat ditegakan melalui pemberian reward dan punishment.

(4)

untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya.

Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.

Sementara punishment diartikan seba-gai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinfor-cement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.

Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja, dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan.

Menurut Thomson, reward, dapat dibe-rikan dengan dua model. Pertama pemberian hadiah kasih, berupa memuji, menepuk punggung, memeluk atau menyentuh dengan penuh kasih. Kedua pemberian hadiah materi, semisal pergi ke restoran untuk makan es krim, memberi permen atau coklat, menambah

waktu untuk menonton televisi, mengizinkan menonton acara khusus atau membawanya berpiknik (Setiawani, 2000:57).

Durkheim berpendapat setiap punish-ment identik dengan resiko kesusahan yang harus bisa diperhitungkan oleh si pelanggar, sehingga ia dapat mengelakkan kesukaran tersebut dengan mempertimbang-kan masih banyaknya kombinasi lingkungan. Dengan adanya kemampuan memperhitung-kan setiap resiko yang akan dihadapi jika melakukan perbuatan yang melanggar, seseorang dapat memilih perbuatan lain yang lebih baik dan tidak melanggar. Sehingga hal ini menimbulkan kesadaran dalam diri atas bantuan dari resiko yang ditimbulkan oleh

punishment.

Dari uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan dapat dibentuk melalui reward dan punishment

kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan: (1) bagaimana penerapan reward dan punishment dalam meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di kelas? (2) Apakah penerapan reward dan punishment dapat meningkatkan kedisiplinan guru dalam keha-diran mengajar di kelas?

METODE PENELITIAN

a. Setting dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal pada awal semester 2 Tahun 2012/2013. Jalan AMD Nomor 4 Sukareja Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal. Penelitian dilaksanakan pada penelitian di semester 2 dimaksudkan sebagai pencarian strategi mengatasi rendahnya kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas saat KBM di semester 1 tahun 2013/2014 dan seterusnya.

(5)

Maret 2013 dan siklus 2 dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2013.

b. Variabel Penelitian

Penelitian tindakan ini terdiri dua variable yaitu variabel penerapan reward dan punishment

sebagai variabel bebas dan variable kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas saat KBM sebagai variabel terikat.

c. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik Pengumpulan data yang diguna-kan adalah dengan pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan alat pengumpul datanya adalah lembar pengamatan, pedoman wawancara, dan alat dokumentasi (foto, alat rekam, dll).

Melalui lembar pengamatan, peneliti dan petugas yang ditunjukan melakukan pengamatan atau observasi tentang kehadiran guru dan karyawan secara sembunyi-sembunyi. Peng-amatan secara sembunyi-sembunyi ini dimak-sudkan agar dapat memperoleh data secara obyektif dan obyek yang diamati tidak merasa sedang diteliti.

d. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi kualitatif.

e. Tolok Ukur Keberhasilan

Tolok ukur dapat dilihat dari hasil penerapan reward dan punishment guru setelah diberi tindakan. Diharapkan setelah dilakukan penelitian tindakan sekolah ini, tingkat ke-disiplinan guru dalam kehadirannya di kelas terrendah adalah 75 %,.

Tolok ukur keberhasilan tindakan ini adalah meningkatnya kedisiplinan guru dalam kehadirannya di kelas adalah sebagai berikut: (1) Adanya peningkatan tingkat kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas pada saat KBM, (2)

Siswa terlayani dengan baik sehingga siswa dapat menerima hak-hak belajarnya, (3) Suasana pembelajaran yang awalnya kurang kondusif menjadi lebih kondusif.

f. Desain Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini di-laksanakan dalam dua siklus. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis menganggap cukup karena telah dapat diketahui adanya pening-katan disiplin guru dalam kehadiran di kelas pada kegiatan belajar mengajar.

Secara umum kegiatan penelitian tindakan sekolah pada siklus 1 dan siklus 2 sama terdiri atas beberapa tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Bedanya pada siklus 2 merupakan penyempurnaan dari kegiatan pada siklus 1 setelah refleksi. Kekurangan-kekurangan atau hambatan pada siklus 1 disempurnakan atau ditindaklanjuti pada siklus 2.

a. Siklus 1

Adapun langkah-langkah kegiatan pada siklus 1 dapat dijelaskan antara lain:

1) Perencanaan

Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan oleh penulis saat akan memulai tindakan. Agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh penulis yang akan melakukan tindakan, maka penulis membuat rencana tindakan sebagai berikut : (a) Merumusan masalah yang akan dicari solusinya, yaitu masih banyaknya guru yang kurang disiplin dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar. (b) Merumusan tujuan indakan. pemberian

(6)

(c) Merumusan indikator keberhasilan pe-nerapan Reward dan Punishment da-lam meningkatkan disiplin guru dada-lam kehadiran di kelas. Indikator keber-hasilan penerapan tindakan ini ditetap-kan sebesar 75%, artinya tindaditetap-kan ini dinyatakan berhasil bila 75% guru tidak terlambat masuk kelas dalam proses pembelajaran.

(d) Merumusan langkah-langkah kegiatan penyelesaian tindakan antara lain adalah melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang akan dilaksanakan, serta menyampai-kan tujuan dari penerapan tindamenyampai-kan yang dilakukan oleh penulis.

(e) Kepada para guru disampaikan menge-nai penerapan Reward dan Punishment

yang akan diterapkan dalam pene-litian ini. Pada siklus pertama ini, akan dipampang/ditempel diruang guru, maupun diruang TU, peringkat nama-nama guru yang paling rendah tingkat keterlambatan masuk kelasnya sampai yang paling tinggi tingkat keterlam-batannya.

(f) Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah/ menghadapi tantangan / melakukan tindakan. Penulis melakukan iden-tifikasi siapa saja yang dilibatkan dalam penelitian ini. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah : guru, guru piket, TU, dan siswa.

(g) Mengidentifikasi metode pengumpul-an data ypengumpul-ang akpengumpul-an digunakpengumpul-an. Metode pengumpulan data yang diambil oleh penulis merupakan data kualitatif melalui observasi, pengamatan serta wawancara kepada siswa mengenai kehadiran guru di kelas pada kegiatan belajar mengajar.

(h) Penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi. Dalam pengambilan data, penulis menggunakan instrument berupa lembar observasi/pengamatan, skala penilaian serta angket yang disebarkan kepada siswa, untuk mengetahui penilaian dari siswa mengenai tingkat kehadiran guru di kelas dalam proses kegiatan belajar mengajar.

(i) Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan. Fasilitas atau alat bantu yang digu-nakan dalam penelitian ini antara lain : lembar pengamatan, alat tulis , serta jam dinding yang ada disetiap kelas, serta rekap jumlah kehadiran dari setiap guru.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian tindakan se-kolah ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain :

(a) Menyebarkan lembar pengamatan ke-pada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris kelas sebanyak 12 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di SMA Negeri 1 Warureja sebanyak 13 rombongan belajar. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar di kelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. Lembar peng-amatan dapat dilihat pada lampiran. (b) Berkoordinasi dengan petugas piket

(7)

Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang.

(c) Setelah selesai jam pelajaran, dila-kukan rekapitulasi dari hasil peng-amatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis.

(d) Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu bulan (satu siklus).

3) Pengamatan dan Evaluasi

Pengamatan atau observasi dilaku-kan oleh peneliti dengan menggunadilaku-kan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus),untuk semua guru yang berjumlah 23 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi : (a) Kehadiran guru di kelas

(b) Tingkat keterlambatan guru masuk kelas (c) Waktu meninggalkan kelas setelah

selesai pelajaran

Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagi-kan kepada pengurus kelas untuk meng-amati kehadiran guru di kelas. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru di kelas pada proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rekapittulasi Tingkat Keterlambatan guru Pada Siklus 1

Waktu

Keterlambatan/Jumlah/Prosentase < 10 menit 10 – 15 menit > 10 menit

5 7 11

21,74% 30,43% 47,83 %

Dari hasil rekapitulasi tingkat keter-lambatan guru di kelas pada proses pem-belajaran diperoleh data, sebanyak 5 orang guru terlambat masuk kelas kurang

dari 10 menit, 7 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan 11 orang guru terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit.

4) Refleksi

Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan ber-sama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward

dan Punishment yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama.

Siklus 2

1) Perencanaan

Dari hasil refleksi pada siklus per-tama, peneliti merencanakan untuk mela-kukan tindakan Reward dan Punishment

yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama.

Peneliti merencanakan untuk meng-umumkan hasil observasi mengenai tingkat keterlambatan guru masuk kelas dalam proses belajar mengajar, pada kegiatan upacara bendera hari Senin. Hal ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada semua guru pada saat refleksi siklus pertama.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (a) Menyebarkan lembar pengamatan

(8)

setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas.

(b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang dari tata usaha. Petugas piket akan mengedarkan daftar hadir guru dikelas yang telah dibuat agar dapat melihat tingkat kehadiran guru disetiap kelas dan disetiap pergantian jam pelajaran. Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang.

(c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket, dari siswa maupun dari penulis.Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu bulan (satu siklus) pada siklus kedua

3) Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi dilaku-kan oleh peneliti dengan menggunadilaku-kan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 23 orang. Selama pengamatan peneliti di-bantu atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi : (1) Kehadiran guru dikelas, (2) Tingkat keter-lambatan guru masuk kelas, (3) Waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran.

Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang diba-gikan kepada pengurus kelas untuk meng-amati kehadiran guru dikelas. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat keha-diran guru dikelas pada proses belajar mengajar pada siklus kedua dapat dilihat pada 4.2.

Tabel 4.2. Rekapitulasi Tingkat Keterlambatan Guru Pada Kehadiran di

Kelas Pada Siklus 2

Waktu Keterlambatan/Jumlah/Prosentase < 10 menit 10 – 15 menit > 10 menit

18 5 0

78,26% 21,74% 0,00%

Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru di kelas pada proses pembelajaran diperoleh data, se-banyak 18 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 5 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan tidak ada satu orangpun guru yang terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit.

4) Refleksi

Setelah selesai pelaksanaan tindak-an pada siklus kedua maka diadaktindak-an refleksi mengenai kelemahann atau keku-rangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut.

Dari hasil observasi dan data yang diperoleh, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus kedua dinyatakan berhasil, karena terdapat 78,26% guru yang terlambat kurang dari 10 menit, atau melebihi target yang telah ditentukan sebesar 75%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data, dari penelitian tindakan pada siklus 1 dan 2 dapat diambil simpulan bahwa penerapan Reward dan

(9)

orang, guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 7 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan 11 orang guru terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit, sedangkan pada siklus 2 sebanyak 18 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 5 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan tidak ada satu orangpun guru yang terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit.

Penerapan Reward dan Punishment dapat meningkat kedisiplinan guru dalam hadir di kelas pada kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal.

PENUTUP

A. Simpulan

Reward dan Punishment atau ganjaran dan hukuman merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kedisiplinan guru. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian tindakan sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengatasi permasalahan kehadiran guru dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil penelitian tindakan sekolah ini juga menguatkan pendapat bahwa reward dan punishment merupakan salah satu pilar dalam disiplin.

Pemberian reward dan punishment yang memenuhi kaedah dedaktik metodik akan memotivasi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar yang professional.

B. Saran

Karena adanya pengaruh positif penerapan

Reward dan Punishment terhadap disiplin guru hadir di dalam kelas pada kegiatan belajar mengajar, maka melalui penulis mengajukan saran : Kepada semua guru dalam melaksanakan tugas untuk dapat meningkatkan disiplin dalam kehadiran di kelas sebagai bentuk pelayanan minimal kepada peserta didik di sekolah.

Sikap disiplin hadir sekolah bukan kewa-jiban guru saja tetapi juga tenaga kependidikan non guru dalam hal ini staf TU.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat, (2010) Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah. [On Line]. Tersedia : http:// akhmadsudrajat. wordpress.com/2010/03/04/manfaat- prinsip-dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/[06 Oktober 2010]

Amstrong.Michael, (1991). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia. Anwar Prabu Mangkunegara,(1994). Psikologi

Perusahaan. Bandung : PT.Trigenda Karya.

__________________________ (2000).

Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Aunurrahman,dkk(2009). Belajar dan Pembela-jaran. Bandung:Alfabeta

Bambang Nugroho. (2006). Reward dan Punishment. Bulletin Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006

Departemen Pendidikan Nasional. (2003).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas.

Hidayat, Sucherli. (1986). Peningkatan Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri Sipil: Kasus Indonesia, Jakarta: Prisma

(10)

Sanjaya,W.(2008). Kurikulum dan Pembela-jaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Subagio. (2010) Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line]. Tersedia : http://subagio-subagio. blogspot. com/2010/03/kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-mutu.html

Syamsul Hadi,(2009). Kepemimpinan Pembela-jaran, Makalah Disampaikan pada Sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Inovasi Pembelajaran.

Departemen Pendidikan Nasional,Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan

*) Penulis adalah Kepala SMA Negeri 1 Warureja Kabupaten Tegal. NIP 19690908 199702 1003. Lahir di Pemalang 8 September 1969. Pangkat Pembina Tingkat I IV/b. Tahun 2012 memperoleh Gelar Magister Pendidikan dari Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang pada program studi Ilmu Pengetahuan Sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya aparat penegak hukum dalam penanggulangan terjadinya kekerasan yang dilakukan bersama-sama di muka umum di Kabupaten Soppeng dapat dilakukan dengan cara,

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tabanan adalah rencana yang meliputi sistem perkotaan wilayah Kabupaten Tabanan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam

Pengujian dilakukan dengan mempertimbangkan aplikasi media player yang akan digunakan pada client, mengingat pada jaringan lokal komputer sebagian besar masih banyak yang

Dizalice topline (eng. Wärmepumpen ), toplinske crpke ili toplinske pumpe su uređaji koji prenose toplinu s niže na višu temperaturu, uz utrošak mehaničkog rada. Sve češće

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Durkheim (1990:116) yang berkata bahwa, “Dalam dunia pendidikan ada teori pencegahan, yaitu hukuman merupakan suatu cara

Produk sebagai bahan kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang beredar dan diperdagangkan apabila status kehalalannya dijamin dan dilindungi, dapat memberikan rasa aman

Pada bulan yang sama, terjadi kenaikan nilai tukar pada subsektor hortikultura terutama dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga pada kelompok buah-buahan sebesar

selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu dan memberikan