• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nur Farida Telaah dan Analisis Standar I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nur Farida Telaah dan Analisis Standar I"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah telah melakukan berbagai pembenahan dalam sistem standarisasi pendidikan, seperti yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (yang dalam penulisan selanjutnya akan ditulis dengan PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (yang dalam penulisan selanjutnya akan dituliskan dengan SNP). Dalam PP tersebut dikemukakan bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.1

Secara makro pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. Secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.2

Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut telah ditetapkan Standar Isi yang disesuaikan dengan substansi tujuan

1 E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 23.

(2)

pendidikan nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Bagaimanakah Standar Isi pada tingkat kompetensi pendidikan dasar dan menengah khususnya di SD/MI yang digunakan pada kurikulum 2013?

Oleh karena itu dari uraian diatas pemakalah akan menelaah dan menganalisis Standar Isi SD/MI yang ada pada Standar Nasional Pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas berikut pemakalah merumuskan beberapa pertanyaan :

1. Apa pengertian Standar Isi?

2. Apa saja Ruang Lingkup Standar Isi?

3. Bagaimana Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum?

4. Bagaimana perubahan Standar Isi dari KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013?

C. Tujuan

Adapun tujuan daripada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian Standar Isi SD/MI. 2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Standar Isi.

3. Untuk mengetahui kerangka dasar dan struktur kurikulum.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Standar Isi

Untuk mencapai kompetensi lulusan perlu ditetapkan Standar Isi yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.3

Sedikitnya terdapat delapan SNP sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam kurikulum di sekolah, agar peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik dan mendayagunakan hasil pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Delapan SNP tersebut adalah sebagai berikut:4

1. Standar Isi 2. Standar Proses

3. Standar Kompetensi Lulusan

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan; dan 8. Standar Penilaian Pendidikan

3 Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, diakses pada 22 Maret 2018 (http://bsnp-indonesia.org/standar-isi/)

(4)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang. 5

Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran. Standar Isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan akademik.6

Secara umum, Standar Isi mencakup sasaran (goal) yang mencakup segala sesuatu yang terdiri dari berbagai aspek yang akan dicapai dan menjadi pengalaman belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan Urdan dalam Ku dan Soulier (2009: 651) bahwa “goals are generally defined as performance objectives, or what learners want to achieve”. Artinya, tujuan digambarkan secara umum sebagai sasaran hasil atau hal yang ingin dicapai siswa. Selain sasaran, Kriedl (2010:

5 Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, diakses pada 22 Maret 2018 (http://bsnp-indonesia.org/standar-isi/)

(5)

227) menambahkan bahwa “curriculum purposes typically include the goals, aims, and objectives an educational program”. 7

B. Ruang Lingkup Standar Isi

Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.8

Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang dilalui oleh peserta didik untuk menguasai suatu pengetahuan, yaitu tahah pre-struktural, uni-struktural, multi-struktural, relasional dan abstrak yang diperluas. Kelima tahap ini dapat disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu surface knowledge, deep knowledge dan conceptual atau constructed knowledge. Tahap surface knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah Dasar, tahap deep knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah Menengah Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah Atas. Walaupun demikian, untuk jenis pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini dapat dicapai dalam satu jenjang pendidikan atau dalam satu tingkat kelas.9

1. Tingkat Kompetensi dan Jenjang Pendidikan

7 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hlm

8 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015, diakses pada 7 April 2018 (http://bsnp-indonesia.org/standar-isi/), hlm. 2

(6)

No. Tingkat Kompetensi Jenjang Pendidikan 1. Tingkat Pendidikan

Anak

TK/RA

2. Tingkat Pendidikan Dasar

SD/MI/SDLB/Paket A

3. SMP/MTS/SMPLB/Paket

B 4. Tingkat Pendidikan

Menengah

SMA/MA/SMALB/Paket C

Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut ditetapkan Kompetensi yang bersifat generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan Kompetensi dan ruang lingkup materi yang bersifat spesifik untuk setiap mata pelajaran. Secara hirarkis, Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan untuk menetapkan Kompetensi yang bersifat generik pada tiap Tingkat Kompetensi. Kompetensi yanag bersifat generik ini kemudian digunakan untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap mata pelajaran. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum tingkat satuan dan jenjang pendidikan.10

Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI).

(7)

Berikut uraian revisi Kompetensi Inti Tingkat Pendidikan Dasar (Kelas I – IV):11

Kompetensi Inti Deskripsi Kompetensi

Sikap Spiritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku:

a. jujur, b. disiplin, c. santun, d. percaya diri, e. peduli, dan

f. bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara.

Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara :

a. mengamati, b. menanya, dan c. mencoba

Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak:

(8)

a. kreatif b. produktif, c. kritis, d. mandiri,

e. kolaboratif, dan f. komunikatif

Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

2. Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi

Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi pada SD/MI/SDLB/ PAKET A, SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMA/MA/SMALB/PAKET C, dan SMK/MAK.

Tingkat Kompetensi dan ruang lingkup materi diterapkan untuk setiap muatan sebagaimana diatur dalam Pasal 77I ayat (1), Pasal 77C ayat (1), dan Pasal 77K ayat (2), ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan: 12

1) Muatan Pendidikan Agama Islam

2) Muatan Pendidikan Kewarganegaraan pada SD/MI/SDLB/PAKET A

3) Muatan Bahasa Indonesia pada

SD/MI/SDLB/PAKET A

4) Muatan Matematika pada SD/MI/SDLB/PAKET A

(9)

5) Muatan Ilmu Pengetahuan Alam pada SD/MI/SDLB/PAKET A

6) Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB/PAKET A

7) Muatan Seni Budaya dan Prakarya pada SD/MI/SDLB/PAKET A

8) Muatan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada SD/MI/SDLB/PAKET A.13

C. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 1. Kerangka Dasar

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:14

1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.

2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. 3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan

intelektual dan kecemerlangan akademik melalui

13 Uraian lebih rinci mengenai tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi yang diterapkan untuk setiap muatan terlampir di Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, hlm 13-168

14 Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, diakses pada 8 April 2018

(10)

pendidikan disiplin ilmu.

4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).

b. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.15

c. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah

(11)

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.16 2. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum dalam setiap kedalaman pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan local dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.17

a. Kompetensi Inti

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:18

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

16 Ibid., hlm 6

(12)

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dapat dilihat pada Tabel berikut.

KI

perilaku jujur, disiplin, tanggung dengan keluarga, teman, dan guru

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat,

membaca] dan menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,

tentang dirinya, makhluk ciptaan

Tuhan dan

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,

tentang dirinya, makhluk ciptaan

(13)

dan benda-benda

dijumpainya di rumah dan di sekolah

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah dan di sekolah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam

karya yang

estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak

beriman dan

berakhlak mulia

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak beriman dan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

(14)

perilaku jujur, dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya

perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam

berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya s erta cinta tanah air.

perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa

ingin tahu

tentang dirinya, makhluk ciptaan

Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di

rumah, di

sekolah dan tempat bermain

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa

ingin tahu

tentang dirinya, makhluk ciptaan

Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di

(15)

faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan

logis, dalam

karya yang

estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak

beriman dan

berakhlak mulia

faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam

karya yang

estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam

karya yang

estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

b. Mata Pelajaran

Berdasarkan kompetensi inti disusun matapelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan matapelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana tabel berikut:19

MATA PELAJARAN

Kelas dan Alokasi Waktu Per Minggu

(16)

Pengetahuan Alam

6. Ilmu

Pengetahuan Sosial

- - - 3 3 3

Kelompok B 1. Seni Budaya

dan Prakarya

4 4 4 5 5 5

2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

4 4 4 4 4 4

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu

3 0

3 2

34 36 3

6

36

c. Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.20

1) Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu.

2) Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pembelajaran.

3) Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pembelajaran.

4) Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 34 jam pembelajaran.

5) Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 36 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.

d. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu

(17)

matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:21

1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;

2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;

3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan

4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.22

e. Muatan Pembelajaran

Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI. Matapelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik-terpadu. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai tema. 23

D. Perubahan Standar Isi KTSP 2006 Menjadi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki sejumlah perubahan dibandingkan kurikulum sebelumnya. Karena perubahan ini, maka diperlukan sejumlah persiapan yang harus dilakukan oleh tiap-tiap pengelola satuan pendidikan, mulai dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Secara umum, elemen perubahan dalam kurikulum 2013 meliputi: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian.24

21 Uraian lebih rinci mengenai Kompetensi Dasar terlampir di Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah , hlm 11-132

(http://direktori.madrasah.kemenag.go.id/media/files/Permendikbud67TH2013.pdf

22 hlm. 11- 131 23 Ibid., hlm 132

(18)

Secara khusus, elemen perubahan pada kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (terutama pada mata pelajaran non-pendidikan agama Islam dan budi pekerti) lebih ditekankan pada aspek afektif, dengan penilaian yang ditekankan pada jenis penilaian nontes dan portofolio. Dalam implementasi kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter ini, murid MI idealnya tidak lagi banyak menghafal, karena kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan peserta didik yang memiliki budi pekerti atau karakter yang baik, sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya. 25

1. Perubahan Muatan Kurikulum

Pemerintah berupaya mengurangi muatan kurikulum, dengan kebijakan pengurangan jumlah mata pelajaran. Sistem pengelompokkan mata pelajaran pada KTSP 2006 juga diubah seiring perubahan SKL yang mengacu pada kompetensi inti: (1) sikap, (2) pengetahuan, dan (3) keterampilan. Untuk KTSP 2006, pada Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dinyatakan bahwa Standar Isi untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika;

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.26

Pada KTSP 2006 semua mata pelajaran berdiri sendiri secara terpisah (kecuali tematik kelas I-III SD). Dari standar isi tersebut, diklasifikasi menjadi 10 mata pelajaran di SD, 12 mata pelajaran di SMP, dan 16 mata pelajaran di SMA kelas X. Sedangkan pada Kurikulum 2013, pengelompokkan seperti di atas tidak berlaku lagi. Semua mata pelajaran terikat satu sama lain dengan mendukung kompetensi inti. Perubahan standar isi masing-masing jenjang pendidikan dijelaskan sebagai berikut:

(19)

1) Standar Isi Kurikulum SD/MI

Di SD, IPS dan IPA direncanakan menjadi materi ajar (tema) atau diintegrasikan pada mata pelajaran lain, melalui pembelajaran tematik integratif. Sehingga jumlah mata pelajaran berkurang dari 10 matapelajaran menjadi 8 matapelajaran. Kebijakan ini diikuti peraturan bagian inti RPP memuat (1) sikap, (2) pengetahuan, (3) keterampilan.

Di satu sisi, rencana ini meringankan beban belajar siswa. Namun di sisi lain, akan menyulitkan siswa, khususnya pengintegrasian IPA. Tidak ada masalah jika mata pelajaran IPS dijadikan tema pembelajaran PPKn, dalam Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, atau Agama, atau mata pelajaran lainnya. Hal ini akan mendukung terciptanya kompetensi secara utuh antara sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dasar pemikirannya sebagai berikut:

(a) Pengintegrasian IPS ke dalam PPKn [atau mata pelajaran lainnya] membuka peluang agar siswa belajar PPKn [atau mata pelajaran lain secara kontekstual. Pancasila-- sebagai jiwa mata pelajaran PPKn-- adalah manifestasi nilai-nilai sosio-kultural dan ekonomi Indonesia yang dapat diterima secara universal. Tema-tema sosial berada dalam jangkauan aplikasi nilai-nilai Pancasila. Kehadiran IPS dan PPKn sebagai mata pelajaran terpisah dalam KTSP 2006 sebenarnya menimbulkan ketumpangtindihan materi ajar. Ada materi IPS yang dibicarakan lagi di PPKn. Sebaliknya materi PPKn ada yang dibahas lagi dalam IPS. Di Indonesia, tidak mungkin dilakukan kebijakan mengintegrasian mata pelajaran PPKn, sebab Pancasila sebagai dasar negara harus menjadi entitas tersendiri dalam dunia pendidikan Indonesia.

(20)

matematika selalu menjadikan tema sosial sebagai bidang terapannya. Demikian juga, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, selain wacana IPA, pembelajaran Bahasa Indonesia juga sering menggunakan kutipan wacana/teks bertema sosial sebagai materi pelajaran. Dengan demikian, pengintegrasian IPS akan mendorong pembelajaran realistik atau pembelajaran kontekstual.

Pengintegrasian ini tidak mengurangi kesempatan siswa untuk memeroleh kajian ilmu sosial. Materi IPS yang tidak tercakup dalam tematik Matematika atau Bahasa Indonesia, atau mata pelajaran lainnya dapat dikosentrasikan di PPKn.

(b) Pengintegrasian IPA akan menyulitkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

Bagaimana pun, konsep IPA adalah suatu konsep fisik alam. Domain konsep IPA adalah tubuh manusia, tumbuhan, hewan, zat-zat kimia, gejala-gejala alam, dan antariksa. Walaupun sering ada tema-tema IPA dijadikan materi kajian Bahasa Indonesia, namun ada istilah IPA yang membingungkan siswa SD karena memiliki makna berbeda dalam Bahasa Indonesia. Contoh: gaya dan daya. Berbeda dengan IPS, materi IPA cenderung lebih rumit. Ada sebagian materi IPA yang sulit ditematikkan ke Bahasa Indonesia atau mata pelajaran lain.

Merupakan hal yang sangat sulit jika harus melakukan percobaan IPA/eksperimen IPA sekaligus berusaha memahami materi Bahasa Indonesia atau materi pelajaran lainnya. Contoh: eksperimen rangkaian listrik, gejala kemagnetan, pelarutan zat, dan sebagainya. Perlu konsentrasi khusus bagi siswa untuk mempelajarinya. Dapat diduga bahwa siswa SD sulit memahami konsep IPA sekaligus konsep Bahasa Indonesia [atau konsep mata pelajaran lain] dalam satu pembelajaran yang sama.

(21)

dianggap sulit. Walaupun ada sebagian materi IPA yang selama ini merupakan tema dalam pelajaran matematika. Misalnya teori kecepatan dan debit. Jadi pada kurikulum 2013, IPA sebaiknya tetap berdiri sendiri.27

2. Dari segi penyusun Kurikulum

KTSP disusun oleh Pihak Sekolah sebagai satuan pendidikan dengan acuan Standar Isi (dari Delapan Standar Pendidikan) yang dibuat oleh BSNP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan. Pada kuriulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikan isi dari materi pelajaran yang bersifat nasional akan identik di seluruh Indonesia sesuai Standar Isi pendidikan nasional.

Untuk menghindari pengembangan bahan ajar yang tidak sesuai psikologi perkembangan siswa, pemerintah mengadakan buku-buku pelajaran. Dengan demikian kontrol pemerintah terhadap kasus materi ajar yang salah dapat dihindari.

Pada KTSP 2006, tiap mata pelajaran memiliki beberapa Pokok Bahasan. Pada tiap pokok bahasan ini ditentukan Standar Kompetensi Lulusan nasional yang hendak dicapai siswa. Dari pokok bahasan akan dipilah-pilah oleh pihak sekolah menjadi beberapa Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar. Inilah yang menjadi standar isi kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Jadi, kompetensi dasar siswa diturunkan dari materi pelajaran.

27Sebastian Fedi, “Perbandingan Standar Isi antara KTSP dan Kurikulum 2013” dalam

(22)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.

2. Ruang lingkup standar isi meliputi tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

3. Kerangka Dasar kurikulum berdasarkan pada landasan Filosofis, landasan Teoritis, dan landasan Yuridis. Sedangkan Struktur Kurikulum terdiri dari Kompetensi Inti, Mata Pelajaran, Beban Belajar, Kompetensi Dasar, dan Muatan Pembelajaran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mulyasa. E. (2006). Kurikulum Yang Disempurnakan, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, diakses pada 22 Maret 2018 (http://bsnp-indonesia.org/standar-isi/),

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah, diakses pada 8 April 2018

(http://direktori.madrasah.kemenag.go.id/media/files/Permendikbud67TH2 013.pdf)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015, diakses pada 7 April 2018

(http://bsnp-indonesia.org/standar-isi/)

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Pres.

Sebastian Fedi, “Perbandingan Standar Isi antara KTSP dan Kurikulum 2013” dalam http://tyanfedi.blogspot.co.id/2013/10/perbandingan-standar-isi-antara-ktsp.html diakses tanggal 08 April 2018 pukul 19.16 WIB.

Madjid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu,, Bandung: Remaja Rosdakarya,.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti tentu tidak lepas dari media dan sumber belajar, karena media dan sumber belajar termasuk

Dalam konteks pemikiran ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an, atau wawasan ke- Islam-an dan wawasan kebangsaan, HMI yang bersumber dari rumusan tujuan HMI yang pertama dan kedua,

Dengan memperhatikan biomassa dan kandungan cadangan karbon komunitas tumbuhan baik tegakan pohon maupun urnbuhan bawah maka dapat dipreCiksi bahwa total biomassa

Pengaruh Biaya Dana Terhadap Bunga Pinjaman Pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Cabang Utama

Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Sistem Informasi Perijinan Pangan Olahan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Berbasis Web”.. Sholawat serta salam

Pengem bangan m erupakan lanj ut an dari t ahap desain, pada t ahap ini puzzle yang sudah dirancang kem udian dikem bangkan sehingga puzzle dapat digunakan sebagai m edia pem

Secara teoritis, pengembangan hubungan membutuhkan waktu dan melalui tahapan- tahapan tertentu menuju komunikasi yang lebih intim, apalagi jika berkaitan dengan pasangan

Meludah di tempat yang terkena matahari atau ditempat yang diisi sabun atau karbol atau lisol. Sebaiknya penderita tinggal di rumah seorang diri Makanan untuk penderita