• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KOMPETISI PENYULUHAN TAX CENTRE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KOMPETISI PENYULUHAN TAX CENTRE"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KOMPETISI PENYULUHAN TAX CENTRE

PERAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL

NAMA

: ANGGI PRIBADI

NPM

: 13.11.106.401101.2374

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

(2)

Biodata Peserta

Nama : Anggi Pribadi

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Muara Jawa, 27 September 1995 Nomor KTP : 6402142709950003

Status perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. A Yani Gg. Sahabat, Handil II, Muara Jawa Nomor Handphone : 089689253412

Perguruan Tinggi : Universitas Balikpapan Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen NPM : 13.11.106.401101.2374

Balikpapan Desember 2013 Tertanda

Anggi Pribadi

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan oleh penulis dalam rangka mengikuti kompetisi penyuluhan tax centre 2013. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Teman-teman mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan yang turut memberikan dorongan dan masukan dalam penulisan makalah ini 2. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk melakukan penelitian

3. Kepada kedua orang tuaku, ayahanda Ade Kusnadi dan ibunda Saniah Kepada penulis-penulis yang sebelumnya telah meriset hal ini dan kemudian dapat penulis kembangkan sedemikian rupa agar menjadi makalah yang baik dan benar

Semoga amal dan kebajikan semua yang telah membantu dalam penulisan makalah ini mendapat imbalan yang sepantasnya dari Allah SWT.

Balikpapan, Desember 2013

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

BIODATA PESERTA...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...iv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1. LATAR BELAKANG ...1

2. RUMUSAN MASALAH...2

3. TUJUAN PENELITIAN...2

BAB II PEMBAHASAAN...3

1. PAJAK ...19

2. PEMBANGUNAN SOSIAL...19

3. BAGAIMANA PERAN PAJAK DALAM PEMBANGUNAN SOSIAL ...25

BAB III PENUTUP`...28

1. KESIMPULAN...28

(5)

BAB I

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Pajak yang notabennya merupakan pendapatan terbesar keuangan pemerintah sangat berguna untuk menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan dan juga infrastruktur untuk kebutuhan masyarakat yang diharapkan mampu menjadikan itu semua pembangunan yang berkelanjutan baik dalam pembangunan ekonomi, social, dan lingkungan.

Dewasa ini pemerintah masih berfokus pada pembangunan ekonomi di wilayah perkotaan dibandingkan di wilayah pedesaan hal ini menimbulkan kesenjangan sosial oleh karna itu pembangunan ekonomi tidak boleh terlepas dari pembangunan sosial Edi Suharto mengartikan pembangunan sosial sebagai suatu pendekatan pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial, pembangunan sosial lebih kepada meningkatkan keadilan terhadap semua anggota masyarakat, jadi pembangunan sosial adalah proses pembangunan yang direncanakan dan diselaraskan dengan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan keadilan.

(6)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa itu pajak ?

2. Apa itu pembangunan sosial?

3. Bagaimana peran pajak dalam pembangunan sosial?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk penulis, agar mampu menjelaskan dan berbagi ilmu mengenai bagaimana kedudukan pajak dalam pembangunan sosial.

2. Untuk pembaca, agar dapat lebih memahami bagaimana kedudukan pajak dalam pembangunan sosial agar mampu di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(7)

PEMBAHASAN

1. Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah :

Leroy Beaulieu

Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah

P. J. A. Adriani

(8)

Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment

Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan

Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

(9)

menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''

a.1. Unsur pajak

Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan, "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

(10)

4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

a.2. Jenis Pajak

Di tinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:

a.2.1. Pajak Negara

Sering disebut juga Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang terdiri dari:

a. Pajak Penghasilan

Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36 Tahun 2008

b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Diatur dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42 Tahun 2009

c. Bea Materai

UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Matera d. Bea Masuk

UU No. 10 Tahun 1995 jo. UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan

e. Cukai

(11)

1.2.2. Pajak Daerah

Sesuai UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis Pajak Daerah:

a. Pajak Provinsi terdiri dari:

 Pajak Kendaraan Bermotor;

 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

 Pajak Air Permukaan; dan

 Pajak Rokok.

b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211, diatur bahwa pejabat diplomatik dan pejabat perwakilan konsuler dibebaskan dari semua pungutan dan pajak. - pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah. Yang termasuk dalam pajak daerah yaitu :

 Pajak Restoran;

 Pajak Hiburan;

 Pajak Reklame;

(12)

 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

 Pajak Parkir;

 Pajak Air Tanah;

 Pajak Sarang Burung Walet;

 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 1.3. Undang - Undang Perpajakan Negara

 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan. stdd Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

stdd Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. stdd Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009

 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. stdd Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006

 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. stdd Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007

1.4. Fungsi Pajak

(13)

a. Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

b. Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

c. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

(14)

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

1.5. Syarat pemungutan pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:

a. Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

Contohnya:

1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak

3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran

b. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

(15)

 Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya

 Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum

 Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak

 Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

c. Pemungutan pajak harus efesien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

d. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

(16)

Contoh:

 Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif

 Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%

 Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi)

1.6. Asas Pemungutan Menurut Para Ahli

Asas pemungutan pajak menurut pendapat para ahli

Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, beberapa ahli yang mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain:

Adam Smith, pencetus teori The Four Maxims

(17)

jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

Menurut W.J. Langen, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan. Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum. Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama). Asas beban yang kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.

(18)

1.7. Asas Pengenaan Pajak

Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang pribadi atau badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut, tentu saja harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Sebagai contoh di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan berdasarkan undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan, diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh negara untuk mengenakan pajak.

Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah:

1.Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence principle): berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk (resident) atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduk-nya akan menggabungkan asas domisili (kependudukan) dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri (world-wide income concept).

(19)

dari sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan penge¬naan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

3.Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas kewarganegaraan (nationality/citizenship principle): Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. Seperti halnya dalam asas domisili, sistem pengenaan pajak berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan dengan cara menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas world wide income.

(20)

(world-wide income), sedangkan pada asas sumber, penghasilan yang dapat dikenakan pajak hanya terbatas pada penghasilan-penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada di negara yang bersangkutan.

Kebanyakan negara, tidak hanya mengadopsi salah satu asas saja, tetapi mengadopsi lebih dari satu asas, bisa gabungan asas domisili dengan asas sumber, gabungan asas nasionalitas dengan asas sumber, bahkan bisa gabungan ketiganya sekaligus.

Indonesia, dari ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, khususnya yang mengatur mengenai subjek pajak dan objek pajak, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menganut asas domisili dan asas sumber sekaligus dalam sistem perpajakannya. Indonesia juga menganut asas kewarganegaraan yang parsial, yaitu khusus dalam ketentuan yang mengatur mengenai pengecualian subjek pajak untuk orang pribadi.

1.8. Teori Pemungutan

Menurut R. Santoso Brotodiharjo SH, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ada beberapa teori yang mendasari adanya pemungutan pajak, yaitu:

(21)

2. Teori kepentingan, menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak ditentang, karena pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya. Ada perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan orang miskin justru dibebaskan dari beban pajak.

1.9. Penerimaan Pajak di Indonesia

Penerimaan pajak tahun 2012 adalah 835,25 Triliun, dibandingkan dengan realisasi Tahun 2011 maka realisasi penerimaan perpajakan tahun 2012 naik sebesar 92,53 Trilyun atau mengalami pertumbuhan sebesar 12, 47 %. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 sebesar 10,87%. Realisasi penerimaan pajak 2012 per jenis pajak :

 Pajak Penghasilan (PPh) Rp464,66 triliun

 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN

dan PPnBM) Rp336,05 triliun

 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp28,96 triliun

Rencana penerimaan pajak Tahun 2013 adalah sebesar Rp1.042,32 triliun atau tumbuh 24,79% dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun 2012. Penerimaan tersebut memberikan kontribusi sebesar 68,14% dari rencana anggaran Pendapatan Negara Tahun 2013 sebesar Rp1.529,67 triliun.

(22)

1. Pajak langsung adalah pajak yang dibebankan secara langsung kepada wajib pajak seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan.

2. Pajak tidak langsung adalah pajak/pungutan wajib yang harus dibayarkan sebagai sumbangan wajib kepada negara yang secara tidak langsung dikenakan kepada wajib pajak seperti cukai rokok dan sebagainya.

Sedangkan berdasarkan jumlah yang harus dibayarkan, pajak dibedakan menjadi:

1. Pajak pendapatan adalah pajak yang dikenakan atas pendapatan tahunan dan laba dari usaha seseorang, perseroan terbatas/unit lain.

2. Pajak penjualan adalah pajak yang dibayarkan pada waktu terjadinya penjualan barang/jasa yang dikenakan kepada pembeli.

3. Pajak badan usaha adalah pajak yang dikenakan kepada badan usaha seperti perusahaan bank dan sebagainya.

(23)

investasinya di badan usaha bisa ditunda sampai keuntungan tersebut dibagikan ke perorangan.

Pajak berdasarkan pungutannya dapat dibedakan menjadi:

1. Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak/pungutan yang dikumpulkan oleh pemerintah pusat terhadap tanah dan bangunan kemudian didistrubusiakan kepada daerah otonom sebagai pendapatan daerah sendiri.

2. Pajak perseroan adalah pungutan wajib atas laba perseroan/badan usaha lain yang modalnya/bagiannya terbagi atas saham–saham.

3. Pajak siluman adalah pungutan secara tidak resmi/pajak gelap dan merupakan sumber korupsi.

4. Pajak transit adalah pajak yang dipungut di tempat tertentu yang harus dilalui oleh pengangkutan orang/barang dari suatu tempat ke tempat lain.

2. PEMBANGUNAN SOSIAL

Pembangunan sosial menurut Midgley (1995; 250) adalah “a process of planner social change designed to promote the well-being of the population as a whole in conjunction with a dynamic process of development”.Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Midgley tersebut terlihat bahwa pembangunan sosial ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat.

(24)

pembangunan sosial harus juga membuat perencanaan pembangunan ekonomi.

Selanjutnya Edi Suharto mengartikan pembangunan sosial sebagai suatu pendekatan pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial.

Berdasarkan definisi dari Edi Suharto tersebut terlihat bahwa pembangunan sosial lebih kepada meningkatkan keadilan terhadap semua anggota masyarakat. Jadi pembangunan sosial adalah proses pembangunan yang direncanakan dan diselaraskan dengan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan keadilan.Untuk melihat suatu pembangunan mempunyai dimensi pembangunan sosial dapat dilihat dari karateristik pembangunan sosial itu sendiri.

Karakteristik dari pembangunan sosial adalah :

1. Proses dari pembangunan sosial yang dilakukan tidak terlepas dari pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sosial tidak akan terlepas dari keberhasilan pembangunan ekonomi. Tujuan dari pembangunan sosial hanya akan tercapai jika pembangunan ekonomi berkembang.

(25)

3. Tekanan dari pembangunan sosial lebih kepada proses yang dilakukan dalam pembangunan sosial itu sendiri. Dengan demikian dalam pembangunan sosial harus dilihat tiga aspek yaitu kondisi awal sebelum adanya pembangunan sosial, proses pembangunan itu sendiri yang merupakan proses perubahan sosial, dan kondisi akhir setelah perubahan sosial dilakukan.

4. Pembangunan sosial merupakan proses yang bersiat progresif, artinya pembangunan yang dilakukan merupakan proses yang bersifat dinamis untuk mencapai kemajuan. Pembangunan sosial diarahkan untuk mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

5. Pembangunan sosial merupakan proses yang lebih bersifat intervensi. Ini berarti bahwa pembangunan sosial dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul akibat adanya distorsi dari pembangunan itu sendiri. Distorsi dari pembangunan ini sendiri akan menjadi permasalahan yang harus diselesaikan dan pembangunan sosial inilah yang akan menyelesaikan distorsi dari pembangunan tadi.

6. Adanya strategi yang harus digunakan dalam pembangunan sosial untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi ini digunakan untuk melakukan intervensi akibat adanya distorsi pembangunan tadi. Strategi juga dapat digunakan untuk menghubungkan pembangunan sosial yang dilakukan dengan pembangunan ekonomi.

7. Ditinjau dari ruang lingkupnya, pembangunan sosial bersifat universal. Hal ini berarti bahwa pembangunan sosial ditujukan untuk seluruh masyarakat.

8. Pembangunan sosial yang dilakukan ditujukan untuk dapat mempromosikan atau mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial.

(26)

khusus. Strategi yang digunakan dalam pembangunan sosial menurut Midgley (1995; 103-138) adalah :

1. Pembangunan sosial melalui individu dengan pendekatan individualis. Strategi ini kurang populer dalam pembangunan sosial, karena lebih menekannya pada pengembangan dan fungsi individu serta hubungan antarindividu. Individu-individu yang ada dalam masyarakat berswadaya memberdayakan masyarakat itu sendiri dengan membentuk usaha pelayanan. Dengan adanya usaha membentuk pelayanan yang bersifat swadaya tadi maka strategi ini sering juga disebut juga sebagai pendekatan perusahaan (enterprise approach) 2. Pembangunan sosial melalui komunitas, dikenal juga dengan

pendekatan komunitarian. Pendekatan ini sangat dipengaruhi oleh ideology populis. Dalam strategi ini kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat mencoba untuk saling berhubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan masing-masing kelompok. Kerja sama antarkelompo itu akan menghasilkan jaringan kelompok yang selanjutnya digunakan untuk pengembangan kelompok lokal yang ada dalam masyarakat.

3. Pembangunan sosial melalui pemerintah, yang sering dikenal dengan pendekatan statis. Pendekatan ini sangat lekat dengan ideology kolektivis atau sosialis. Ideology ini menekankan betapa pentingnya kolektivitas. Pembangunan sosial dilakukan dengan menggunakan lembaga-lembaga yang ada di dalam organisasi pemerintah. Pada strategi ini pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk membuat kebijakan dan mengimplementasikan kebijakan sosial yang telah dibuat. Jadi dengan demikian partisipasi dalam pembangunan sosial tidak hanya dilakukan oleh individu dan masyarakat, tetapi juga oleh pemerintah.

(27)

meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh. Paling tidak hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan sosial tersebut adalah (a) social services, (b) social welfare services, dan (c) community development. Meminjam asumsi Todaro (M. P. Todaro, 1989: 92), ada tiga sasaran yang seyogyanya dicapai dalam pembangunan sosial, yaitu :

Pertama, meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan pokok. Kedua, meningkatkan taraf hidup, yaitu selain meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu ataupun sebagai suatu bangsa. Ketiga, memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan kesengsaraan manusia. Pembangunan, dengan demikian, harus dipahami sebagai suatu proses berdimensi jamak yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional. (Prayitno, 2009).

(28)

"Pembangunan Sosial tidak hanya diukur melalui peningkatan akses pelayanan seperti kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan, melainkan melalui kemajuan dalam pencapaian tujuan sosial yang lebih kompleks dan kadang-kadang beragam seperti persamaan, 'keadilan sosial', promosi budaya, dan ketentraman batin, juga peningkatan kemampuan manusia untuk bertindak, sehingga potensi kreatif mereka dapat dikeluarkan dan membentuk perkembangan sosial" (Moeljarto T., 40).

Kemudian dalam kaitannya dengan strategi pembangunan sosial yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, Midgley (2005:149-201) mengemukakan ada tiga strategi besar, yaitu:

1. Pembangunan Sosial oleh Individu, di mana kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dapat diangkat ketika para individu berusaha untuk mengangkat kesejahteraan mereka masing-masing. Pendekatannya lebih mengarah pada pendekatan individualis dan pendekatan enterprise (usaha).

2. Pembangunan Sosial oleh Masyarakat, di mana masyarakat saling bekerja sama secara harmonis serta memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan mereka, memecahkan permasalahan mereka dan berusaha menciptakan kesempatan guna memperbaiki hidup. Pendekatannya lebih dikenal dengan nama pendekatan kemasyarakatan.

(29)

Berkaitan dengan kondisi Indonesia yang kompleks, ternyata tidak dapat dipilih satu dari tiga strategi tersebut, tetapi ketiga strategi tersebut perlu terus dilaksanakan. Artinya, ketika pemerintah melakukan pembangunan sosial, maka peran-peran dari swasta dan sektor ketiga (masyarakat madani) terus ditumbuhkan. Sehingga, tidak terjadi dominasi pemerintah dalam penanganan pembangunan sosial. Masing-masing pihak terus menunjukkan kiprahnya. Bahkan, bisa melakukan sinergi untuk mempercepat proses pembangunan sosial. Jika swasta dan sektor lain mampu memberikan kontribusi pada Negara, maka diharapkan akan dapat mengurangi beban pemerintah. Sehingga, pemerintah bisa mengalokasikannya untuk program strategis lainnya (Prayitno, 2009).

3. BAGAIMANA PERAN PAJAK TERHADAPA PEMBANGUNAN SOSIAL

(30)

diantaranya: (1) Pasal 27, tentang hak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak, (2) pasal 31, tentang hak mendapatkan pendidikan, (3) pasal 33, tentang perekonomian dan kesejahteraan sosial, (4) pasal 34, tentang jaminan terhadap fakir miskin dan anak-anak terlantar. Tanggungjawab negara dalam mendorong kesejahteraan juga diamanatkan dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Disisi lain, kondisi kesejahtaraan masyarakat Indonesia berada pada titik memprihatinkan terutama dalam aspek kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Bulan Maret 2009, jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15% dari total jumlah penduduk Indonesia. Tingginya angka kemiskinan memberi kesan bahwa praktik pembangunan nasional selama ini belum bisa meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, dimana pembangunan nasional bertumpu pada pembangunan ekonomi yang bersumber dari utang luar negeri.

Dalam mengatasi distrorsi pembangunan yang terjadi di Indonesia, dengan mengevaluasi permasalahan yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya, pembangunan sosial sudah menjadi bagian dari rencana pembangunan 2009-2014, sebagaimana dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pidato kenegaraan dihadapan Sidang Paripurna DPR, pada tanggal 16 Agustus 2009, bahwa esensi dari program lima tahun mendatang adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, penguatan demokrasi dan penegakan keadilan. Presiden menyampaikan bahwa pemerintah menempatkan peningkatan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama, ekonomi Indonesia harus tumbuh semakin tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang diciptakan adalah pertumbuhan yang inklusif, pertumbuhan yang berkeadilan, dan pertumbuhan yang disertai pemerataan.

(31)

1. Menjaga agar sektor rill dapat terus bergerak, melalui berbagai kebijakan termasuk insentif fiskal untuk mendorong sektor rill lebih tumbuh cepat. 2. Mencegah terjadinya gelombang PHK seraya terus menurunkan angka

pengangguran.

3. Menjaga stabilisasi harga, terutama bahan pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat.

4. Menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat dalam bentuk penurunan tarif pajak penghasilan Orang Pribadi (OP), peningkatan batas Penghasilan Orang Tidak Kena Pajak (PTKP), penurunan harga BBM, dan pemberian BLT pada saat terjadi tekanan yang sangat berat terhadap kelompok keluarga miskin.

5. Memberikan perlindungan pada masyarakat miskin atau hampir miskin (near poor), karena salah satu fungsi negara adalah memberikan perlindungan dan menyediakan jaring pengaman sosial (social safety net) kepada masyarakat lapisan bawah.

6. Menjaga ketahanan pangan dan energi. Harga pangan harus tetap terjangkau dengan jumlah yang cukup.

7. Tetap berupaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi nasional pada angka yang relatif tinggi, setidaknya antara 4 - 45%.

Sebagaimana isi pidato tersebut, pada dasarnya sudah jelas arah pembangunan sosial Indonesia sebagaimana indikator Midgley: bertitik pusat pada komunitas dan masyarakat, menekankan intervensi yang terencana, mengangkat pendekatan yang berorientasi perubahan bersifat dinamis yang inklusif dan universal, yang intinya mengharmonisasikan intervensi sosial dengan usaha-usaha pembangunan ekonomi.sosial masyarakat yang bersumber dari penerimaan pajak.

(32)

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Pembangunan sosial menurut Midgley (1995; 250) adalah “a process of planner social change designed to promote the well-being of the population as a whole in conjunction with a dynamic process of development”.Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Midgley tersebut terlihat bahwa pembangunan sosial ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat.

(33)

Beberapa program yang menjadi pusat pehatian pembangunan sosial mencakup pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, dan pengentasan kemiskinan.

2. Saran

Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca agar kelak dapat digunakan sebagaimana mestinya di kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial, Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan Sosial. Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Depag RI. Jakarta.

Prayitno, Ujianto Singgih. 2009. Tantangan Pembangunan Sosial di Indonesia. Pusat Pengkajian Data dan Informasi (P3DI). Sekretariat Jendral DPR RI. Jakarta

Suharto, Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran, Bandung: LSP-STKS

Budhi Wibhawa, Santoso Tri Raharjo, Meilani Budiarti, (2010), Dasar-dasar Pekerjaan Sosial, Bandung, Widya Padjadjaran

Hill, Michael 1996, Social Policy: Comparative Analysis, London: Prentice-Hall

www.pajak.go.id

id.wikipedia.org/wiki/Pajak

(34)

Siahaa, Marihot P., SE. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta, PT Rajagrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Total Assets (ROA), dan Return on Equity

Hendaknya diperhatikan dan dipastikan dengan Klien bahwa yang dicantumkan sebagai kriteria audit adalah yang benar-benar relevan dengan tujuan audit dan lingkup audit yang

Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan  belajar diberi tugas makalah kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan

Keputusan itu saya ambil dengan pertimbangan bahwa salah satu hasil yang bisa kita lihat setelah penotokan adalah perubahan dalam cara orang memandang sesuatu yang semula

Pada Gambar 6 (b) dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pemanasan biji kemiri maka bilangan iodine semakin rendah. Pada kenaikan suhu ikatan rangkap berkurang karena ikatan

Pinjaman luar negeri mempunyai dampak yang positif terhadap pembangunan ekonomi suatu negara yaitu akan menambah sumber- sumber produktif tanpa menimbulkan dampak

Hartono, M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan dan dukungan kepada penulis selama

Keadaan umum wilayah pengamatan adalah Kecamatan Muara Wis merupakan salah satu kecamatan yang berada pada wilayah zona hulu Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki kelompok