• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Tapping Reframing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. Tapping Reframing"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

T APPING

T APPING

REFRAMING

REFRAMING

INTUISI

INTUISI

A.S. Laksana

A.S. Laksana

Trance

Trance

 Formasi

 Formasi

Diterbitkan pertama kali dalam bentuk ebook, 2010 Diterbitkan pertama kali dalam bentuk ebook, 2010

(2)

Karya-karya lain oleh A.S.

Karya-karya lain oleh A.S. Laksana:

Laksana:

Hipnosis dan EFT

Hipnosis dan EFT 1.

1. EFT: Keajaiban di Ujung Jari AndaEFT: Keajaiban di Ujung Jari Anda 2.

2. Teknik Lanjutan EFT: Bagaimana Para Teknik Lanjutan EFT: Bagaimana Para Master BekerjaMaster Bekerja 3.

3. EFT in Action EFT in Action – Dari Tra– Dari Trauma, Depresi, hingga uma, Depresi, hingga KankerKanker 4.

4. Hipnosis Milton Erickson: Efektivitas Sugesti TersamarHipnosis Milton Erickson: Efektivitas Sugesti Tersamar 5.

5. Beberapa Pertimbangan tentangBeberapa Pertimbangan tentang TranceTrance, Induksi, dan Resistensi:, Induksi, dan Resistensi: Kumpulan Tulisan Milton Erickson (sebagai

Kumpulan Tulisan Milton Erickson (sebagai penerjemapenerjemah)h)

Karya-karya Fiksi dan Umum: Karya-karya Fiksi dan Umum: 6.

6. Bidadari yang Mengembara, Kumpulan Cerpen (2004)Bidadari yang Mengembara, Kumpulan Cerpen (2004) 7.

7. Creative Writing: Tip dan Strategi Penulisan Cerpen dan NovelCreative Writing: Tip dan Strategi Penulisan Cerpen dan Novel 8.

8. Podium DeTIK, Kumpulan KolomPodium DeTIK, Kumpulan Kolom 9.

9. Medan Perang (Cerita Bersambung di Medan Perang (Cerita Bersambung di Koran Tempo)Koran Tempo) 10.

10. Ular di Tapak Tangan (Cerita Bersambung di Suara Merdeka)Ular di Tapak Tangan (Cerita Bersambung di Suara Merdeka)

Terjemahan Terjemahan 11.

11. Snow Country (Daerah Salju), oleh Snow Country (Daerah Salju), oleh Kawabata YasunariKawabata Yasunari 12.

12. The Godfather (skenario), oleh Francis Ford Coppola & MarioThe Godfather (skenario), oleh Francis Ford Coppola & Mario Puzzo

Puzzo 13.

13. Menulis Skenario dalam 21 Hari, oleh Vicky KingMenulis Skenario dalam 21 Hari, oleh Vicky King 14.

14. Dunia yang Bahagia, Kahlil GibranDunia yang Bahagia, Kahlil Gibran 15.

15. After the Affair, oleh Janis Abrahms Spring & After the Affair, oleh Janis Abrahms Spring & Michael SpringMichael Spring 16.

16. The Little Secret That Can Change Your Life, The Little Secret That Can Change Your Life, oleh Joann Davisoleh Joann Davis 17.

(3)

Karya-karya lain oleh A.S.

Karya-karya lain oleh A.S. Laksana:

Laksana:

Hipnosis dan EFT

Hipnosis dan EFT 1.

1. EFT: Keajaiban di Ujung Jari AndaEFT: Keajaiban di Ujung Jari Anda 2.

2. Teknik Lanjutan EFT: Bagaimana Para Teknik Lanjutan EFT: Bagaimana Para Master BekerjaMaster Bekerja 3.

3. EFT in Action EFT in Action – Dari Tra– Dari Trauma, Depresi, hingga uma, Depresi, hingga KankerKanker 4.

4. Hipnosis Milton Erickson: Efektivitas Sugesti TersamarHipnosis Milton Erickson: Efektivitas Sugesti Tersamar 5.

5. Beberapa Pertimbangan tentangBeberapa Pertimbangan tentang TranceTrance, Induksi, dan Resistensi:, Induksi, dan Resistensi: Kumpulan Tulisan Milton Erickson (sebagai

Kumpulan Tulisan Milton Erickson (sebagai penerjemapenerjemah)h)

Karya-karya Fiksi dan Umum: Karya-karya Fiksi dan Umum: 6.

6. Bidadari yang Mengembara, Kumpulan Cerpen (2004)Bidadari yang Mengembara, Kumpulan Cerpen (2004) 7.

7. Creative Writing: Tip dan Strategi Penulisan Cerpen dan NovelCreative Writing: Tip dan Strategi Penulisan Cerpen dan Novel 8.

8. Podium DeTIK, Kumpulan KolomPodium DeTIK, Kumpulan Kolom 9.

9. Medan Perang (Cerita Bersambung di Medan Perang (Cerita Bersambung di Koran Tempo)Koran Tempo) 10.

10. Ular di Tapak Tangan (Cerita Bersambung di Suara Merdeka)Ular di Tapak Tangan (Cerita Bersambung di Suara Merdeka)

Terjemahan Terjemahan 11.

11. Snow Country (Daerah Salju), oleh Snow Country (Daerah Salju), oleh Kawabata YasunariKawabata Yasunari 12.

12. The Godfather (skenario), oleh Francis Ford Coppola & MarioThe Godfather (skenario), oleh Francis Ford Coppola & Mario Puzzo

Puzzo 13.

13. Menulis Skenario dalam 21 Hari, oleh Vicky KingMenulis Skenario dalam 21 Hari, oleh Vicky King 14.

14. Dunia yang Bahagia, Kahlil GibranDunia yang Bahagia, Kahlil Gibran 15.

15. After the Affair, oleh Janis Abrahms Spring & After the Affair, oleh Janis Abrahms Spring & Michael SpringMichael Spring 16.

16. The Little Secret That Can Change Your Life, The Little Secret That Can Change Your Life, oleh Joann Davisoleh Joann Davis 17.

(4)

Daftar Isi Buku

Daftar Isi Buku

4 4 Pengantar Pengantar 6 6

Pendahuluan: Memadukan Dua Alat yang

Pendahuluan: Memadukan Dua Alat yang Sama-Sama EfektifSama-Sama Efektif 11

11

Reframing dalam EFT: Sebuah

Reframing dalam EFT: Sebuah Tinjauan SekilasTinjauan Sekilas 20

20

Cara Baru Menangani Rasa Sakit dengan EFT Cara Baru Menangani Rasa Sakit dengan EFT

Oleh: Patricia Carrington PhD Oleh: Patricia Carrington PhD

32 32

Waktu dan Reframing: Teknik Mudah dengan Hasil Cepat Waktu dan Reframing: Teknik Mudah dengan Hasil Cepat

Oleh: Tania Prince Oleh: Tania Prince

38 38

Reframing untuk Masalah Kecanduan Reframing untuk Masalah Kecanduan

Oleh: Tania Prince Oleh: Tania Prince

44 44

Lebih Lanjut tentang EFT dan Reframing Lebih Lanjut tentang EFT dan Reframing

Oleh: Tania Prince Oleh: Tania Prince

52 52

Provocative Energy Techniques Provocative Energy Techniques

Oleh: David Lake, PhD Oleh: David Lake, PhD

66 66

Mendengarkan Keluhan Tubuh Anda Mendengarkan Keluhan Tubuh Anda

Oleh: Angie Muccillo Oleh: Angie Muccillo

72 72

Mantra Tubuh Mantra Tubuh

Oleh: Nancy Porter-Steele, PhD Oleh: Nancy Porter-Steele, PhD

74 74

Merasakan dan Menelisik Emosi Merasakan dan Menelisik Emosi

Oleh: Michelle Leuschen, MS Oleh: Michelle Leuschen, MS

(5)

Pengantar

uku ini sebelumnya tidak pernah saya niatkan untuk menjadi buku yang terpisah. Beberapa pendekatan yang saya himpun di sini semula dimaksudkan sebagai bagian dari buku lain yang berjudul “Teknik  Lanjutan EFT ”. Namun di tengah penulisan, tiba-tiba muncul begitu saja

keputusan untuk memisahkan beberapa teknik tertentu dan mengumpulkannya dalam buku tersendiri. Maka buku inilah jadinya.

Keputusan itu saya ambil dengan pertimbangan bahwa salah satu hasil yang bisa kita lihat setelah penotokan adalah perubahan dalam cara orang memandang sesuatu yang semula menjadi masalah baginya. Ini sesuatu yang  juga menjadi fokus pendekatan Reframing. Maka, begitulah, tiba-tba muncul

dorongan untuk memisahkan pendekatan-pendekatan yang berfokus pada Reframing ke dalam buku tersendiri.

Apa yang terjadi ketika dua pendekatan yang sama-sama efektif

dipadukan dan digunakan bersama-sama dalam satu sesi penanganan? Apakah penggabungan itu akan melipatgandakan keampuhan penanganan kita?

(6)

Inilah yang akan kita lihat pada beberapa pendekatan yang terhimpun di buku ini. Tak ada niat yang muluk-muluk kecuali menyatakan terus-terang bahwa buku ini hanya diniatkan untuk menyajikan apa adanya beberapa pendekatan alternatif yang ditawarkan oleh para Master yang berupaya memadukan kedua pendekatan itu, dan itu semua bisa anda coba. Maka, dengan tetap berpegang pada kenyataan bahwa EFT adalah teknik energi sebagaimana yang diingatkan oleh David Lake, kita akan bersama-sama melihat bagaimana kedua pendekatan ini dijalankan seiring.

Satu hal yang terpenting bagi kita adalah sikap untuk selalu menyadari bahwa kita belajar dengan kerendahan hati dan kesediaan untuk membuka diri terhadap tawaran-tawaran orang lain. Pengetahuan bisa berasal dari mana saja. Dan dari setiap keping pengetahuan yang anda serap, anda akan menemukan sendiri pendekatan yang paling efektif bagi anda. Buku ini akan memberikan manfaat terbaiknya ketika kita bersedia memahami bahwa kita bisa banyak belajar dari para pendahulu kita dan dari sejumlah kemungkinan yang mereka tawarkan. Pada akhirnya tentu saja anda sendiri yang akan memilih dan

memilah mana yang terbaik, dan mendapatkan inti pemahaman yang akan sangat berguna bagi peningkatan kecakapan anda sendiri.

Seorang koki perlu berbelanja segala bahan sebelum menyajikan masakannya sendiri, bukan?

Selamat membaca.

Salam.

(7)

PENDAHULUAN

Memadukan Dua Alat yang

Sama-Sama Efektif

ita telah mempelajari EFT dan anda mungkin sudah

mempraktekkannya dengan ujung jari anda, dan mendapatkan hasil seketika yang mencengangkan. Prinsip dasar EFT menyebutkan bahwa penyebab segala bentuk emosi negatif adalah kekacauan dalam sistem energi tubuh. Penotokan pada titik-titik meridian adalah bentuk intervensi untuk membereskan kekacauan energi tubuh itu, dan dengan cara itulah kita menyingkirkan emosi negatif yang menyebabkan kita dirundung masalah. Dari sekian banyak orang yang berbagi cerita tentang keberhasilan

penanganan mereka, kita bisa mendapatkan gambaran betapa efektif EFT sebagai sebuah pendekatan terapetik.

Keberesan energi tubuh memberikan hasil yang wujudnya bisa beberapa macam. Ia bisa berupa kesembuhan orang dari penyakit fisik, bisa berupa lenyapnya semua emosi negatif, bisa hilangnya fobia dalam waktu cepat jika itu yang disasar dengan EFT, bisa dalam bentuk munculnya cara pandang baru dalam menghadapi isu-isu yang semula begitu menekan dan terus-menerus

(8)

menjadi masalah. Pada orang-orang yang memendam perasaan tertekan oleh kejadian traumatik, misalnya, hasil penotokan bisa membuat orang itu

kehilangan intensitas emosionalnya ketika mengingat lagi kejadian tersebut— sesuatu yang sebelumnya tak pernah bisa ia lakukan. Orang menjadi berani menengok kembali bahkan kejadian yang paling traumatis baginya tanpa guncangan emosi. Seperti ada cara pandang baru setelah penotokan

berlangsung. Seperti tiba-tiba ada jarak tertentu anda seseorang dan kejadian traumatisnya di masa lalu.

Anda tahu, itu efek yang lazim pada pendekatan reframing yang berhasil. Ketika cara berpikir seseorang menyebabkan berkembangnya berbagai

masalah, maka yang perlu anda lakukan adalah mengubah cara pandang itu menjadi lebih konstruktif dan produktif. Dengan reframing kita membantu orang lain mendapatkan wawasan baru dalam melihat sebuah kejadian, atau isu tertentu, atau apa yang selama ini dianggap masalah.

Reframing adalah pendekatan komunikasi yang dijalankan dengan cara enteng dan rileks, tetapi juga sangat licin dan cerdik, sehingga klien pada

momen tertentu tiba-tiba tak bisa lagi mempertahankan cara pandang lamanya dan muncul kesadaran baru untuk menerapkan cara pandang yang lebih sehat. Tiba-tiba saya melihat bahwa dalam beberapa bagian ada kesamaan antara hasil yang didapat melalui EFT dan hasil yang dicapai melalui reframing.

Saya kira persinggungan inilah, dan efektivitas kedua pendekatan, yang mengilhami munculnya beberapa pendekatan alternatif oleh para Master. Dan sebagaimana yang saya sampaikan dalam pengantar, persinggungan ini

(9)

yang membahas EFT dan Reframing. Apalagi, dalam upaya saya selama ini untuk mendalami EFT, saya mendapati beberapa pendekatan yang ditawarkan oleh para Master EFT yang secara langsung menyinggung-nyinggung dan bahkan memadukan EFT dengan Reframing. Setidaknya reframing menjadi bagian penting dari pendekatan-pendekatan ini.

Dalam banyak hal, sesuai dengan karakteristik dasar Reframing sebagai teknik komunikasi terapetik, penguasaan terhadapnya akan meningkatkan kecakapan kita dalam membawakan EFT. Sesungguhnya ada satu model lagi yang bisa anda pelajari untuk mengasah kemampuan anda mendeteksi dan mengangkat apa yang tersembunyi di lapisan bawah kesadaran orang, yakni apa yang dalam Neuro Linguistic Programming di sebut dengan Meta Model. Dengan penguasaan terhadap Meta Model, anda akan lebih cakap menguber apa yang tersembunyi—sesuatu yang nantinya bisa anda totok dengan EFT. Saya merekomendasikan anda mendalami Meta Model. Ini juga pendekatan yang sangat efektif untuk merobohkan cara pandang yang

mengembangbiakkan masalah. Dan anda bisa mendapatkan bahan-bahannya dalam buku-buku NLP.

Sebagai pendahuluan tentang bagaimana menerapkan prosedur NLP pada praktek EFT anda, artikel yang ditulis oleh Dr. Alexander Lees, praktisi EFT dan pakar NLP dari Kanada, saya kira sangat memadai. Anda juga akan

mendapatkan contoh bagaimana ia menerapkan prosedur NLP-nya pada penanganan yang ia lakukan terhadap salah satu kliennya yang menderita kanker.

(10)

***

Saya menyertakan pendekatan selanjutnya yang agak berbeda ke dalam buku ini, yakni pendekatan “mendengarkan keluhan tubuh” yang ditawarkan oleh Master EFT Angie Muccillo dari Australia. Jika Reframing tampaknya lebih dekat dengan pikiran, dengan cara pandang, dengan apa yang diyakini seseorang (yang hendak kita ubah karena cara pandang lama klien kita

menyebabkan setumpuk masalah), maka pendekatan Angie Muccillo jelas sekali lebih menekankan intuisi. Saya tidak berniat membuat perbandingan. Lagi pula mungkin akan keliru jika kita beranggapan bahwa reframing hanya mengandalkan pikiran. Master EFT Tania Prince dalam tulisan-tulisannya tentang reframing dan EFT (saya memuat tiga tulisannya di buku ini) selalu menyatakan bahwa reframing sangat mengandalkan intuisi.

“Reframing mensyaratkan kesediaan terapis untuk menyingkirkan kehendaknya sendiri,” kata Tania Prince. “Anda hanya perlu mempercayai intuisi anda dan mengikuti apa yang keluar begitu saja dari benak anda tanpa anda merancang-rancang apa yang seharusnya terjadi.”

Memang intuisi dalam reframing dan intuisi dalam “mendengarkan keluhan tubuh” agak berbeda dalam penerapannya. Pada pendekatan

reframing, ketepatan timing untuk menyusupkan cara pandang baru itulah yang intuitif—artinya ia intuitif di pihak terapis. Sementara pada pendekatan lainnya, terapis mengajari klien bekerja secara intuitif untuk mendengarkan keluhan tubuhnya (sesuatu yang mungkin nyaris berada di luar pikiran sadar klien).

(11)

Namun, di luar perbedaan itu, saya ingin menyatakan bahwa tujuan menyandingkan dua kecenderungan pada satu buku seperti sekarang ini hanyalah sebuah upaya untuk memberi penegasan, sekali lagi, bahwa EFT adalah perangkat yang sangat fleksibel. Anda bisa menggunakanya sesuai dengan preferensi anda. Atau lebih tepatnya, anda bisa menggunakan pendekatan yang mana pun dengan pertimbangan utamanya adalah kenyamanan klien anda.

Mungkin suatu ketika anda menghadapi orang yang cenderung intuitif. Pada kesempatan lainnya anda menghadapi orang yang sangat rasional. Dan anda siap menghadapi menghadapi segala macam kecenderungan orang ketika peralatan anda lengkap. Dalam tahap untuk melengkapi diri dengan pelbagai perangkat, saya ingin mengingatkan anda bahwa pendekatan apa pun yang ditawarkan di dalam buku ini bukanlah harga mati. Semuanya bisa saja anda perlakukan sebagai panduan relatif yang anda pahami demi mematangkan  jurus EFT anda sendiri.

Contoh terbaik dari ini saya kira adalah Gary Craig sendiri. Dengan pendekatan apa ia bekerja? Saya kira ia bekerja dengan pendekatan apa saja: dengan nalar, dengan intuisi, dan bahkan dengan cara yang kadang-kadang ia sendiri sulit menjelaskannya.***

(12)

Reframing dalam EFT:

Sebuah Tinjauan Sekilas

REFRAMING

uatu hari istri saya meledak tak tertahankan melihat 2 anak kami

bermain lompat-lompatan di tempat tidur dan tak bisa dihentikan sama sekali. Teriakannya tidak digubris dan ketika ia betul-betul meledak, anak-anak menghentikan sebentar, tetapi beberapa waktu kemudian akan

melompat-lompat lagi dan istri saya akan meledak lagi. “Kau kan tahu aku tak suka tempat tidur jadi berantakan!” teriak istri saya.

Pada saat itu saya juga tak tahan mendengar teriakan istri saya. Maka saya minta ia duduk tenang, saya ajak mengobrol, dan saya minta ia

memejamkan mata sebentar. “Bayangkan kau masuk ke kamar dan lihatlah tempat tidurmu rapi, serapi yang kauinginkan,” kata saya. “Perasaanmu senang karena keadaan ini yang kauinginkan?”

(13)

“Oke, bayangkan keadaan seperti itu bertahan sehari... dua hari... tiga hari... seminggu... sebulan... dua bulan.... Kau senang jika keadaan serapi itu bertahan setahun? Atau dua tahun? Atau selamanya?”

Ia mengiyakan.

“Dan kau suka tempat tidurmu selalu rapi setiap hari? Dan selamanya serapi yang kauinginkan?”

“Ya.”

“Perasaanmu senang?” “Ya.”

“Jadi di mana anak-anak yang kaucintai? Kau pasti hidup sendirian dan semua anak yang kaucintai meninggalkanmu. Mereka tak ada di rumah ini.”

Tiba-tiba ia menangis.

“Sekarang lihat lagi kamarmu. Beri kerutan sedikit pada seprai tempat tidurmu, beri kerutan lebih banyak, dan lihatlah tempat tidurmu sedikit berantakan, dan itu berarti anak-anak masih ada di rumah ini. Kau masih bersama orang-orang yang kaucintai.”

Sekarang istri saya bisa lebih rileks melihat anak-anak bermain loncat-loncatan di tempat tidur. Paling-paling ia hanya sedikit cemas kalau mereka terlalu bersemangat meloncat-loncat dan jatuh dari tempat tidur.

Semudah itu mengubah kerangka berpikir orang? Ya.

Semudah itu mendapatkan hasil terapetik? Ya.

(14)

Dan kurang lebih seperti itulah reframing bekerja: Ada sebuah kejadian. Anda menyikapi kejadian itu dengan kerangka berpikir tertentu yang mungkin menyebabkan pikiran anda kalut atau emosi anda meledak. Reframing tidak mengubah kejadiannya; ia hanya menawarkan kerangka baru, yang lebih

sehat, dalam melihat kejadian itu. Ketika anda bekerja dengan reframing, satu hal yang perlu anda ingat adalah bahwa orang merespons kejadian mengikuti kerangka berpikirnya sendiri, dan itu bukan reaksi langsung terhadap realitas eksternal. Ketika kita mengubah kerangka berpikir kita, maka respons kita akan berubah sekalipun realitas eksternalnya tetap seperti itu.

“Reframing merupakan senjata terapetik ampuh yang bisa menjadikan anda lebih efektif untuk meraih hasil memuaskan dengan EFT. Reframing  juga menyenangkan baik bagi klien maupun terapis,” kata Master EFT Tania

Prince.

Reframing sangat ampuh dan sejarah terapi modern telah menyaksikan keampuhan senjata terapetik ini ketika ia digunakan oleh orang-orang yang tepat: Milton Erickson, Virginia Satir, dan Fritz Perl. Ketiganya adalah orang-orang yang mengilhami John Grinder dan Richard Bandler untuk melahirkan pendekatan baru yang kita kenal dengan nama Neuro Linguistic

Programming.

Milton Erickson, misalnya, menghadapi pasien yang mengidap fobia pada ruangan tertutup dengan mengubah persepsi tentang pintu dan jendela sebagai “sebuah rekahan pada dinding”. Dari sana ia bisa mengajukan pertanyaan dengan enteng kepada pasiennya, “Bukankah kau harus menutupnya jika

(15)

seorang gadis kecil yang mukanya penuh bercak dengan memberi sebutan baru kepada anak itu “Si Muka Kayu Manis”. Lihatlah, ia tidak mengubah apa pun pada wajah si gadis kecil; ia hanya memberi sebutan yang “dibutuhkan” oleh gadis itu untuk merasa bangga pada apa yang semula ia anggap masalah.

Banyak terapis sekarang ini yang menggunakan reframing untuk

mendorong klien menemukan cara pandang alternatif ketika cara pandang lamanya justru melahirkan masalah. Sebuah teknik untuk menginstalkan pikiran positif? Tidak selalu begitu jika anda; setidaknya ia bukan melulu teknik afirmasi. Reframing adalah teknik yang licin untuk menyusupkan

kerangka berpikir baru demi melumpuhkan kerangka berpikir lama. Dan pada tingkatan tertentu anda harus licin juga dalam menyampaikannya. Milton Erickson adalah orang yang sangat licin dan ia nyaris selalu berhasil

menundukkan simptom apa pun yang ia tangani.

KALIMAT SETUP EFT

Mengenai persinggungan EFT dan Reframing, saya ingin memulai pembicaraan dari awal sekali, yakni dari kalimat setup yang biasa kita

nyatakan dan kita ulang tiga kali sebelum kita memulai putaran EFT. Upaya beberapa master EFT untuk memadukan kedua pendekatan ini memang secara langsung memberikan kesan bahwa EFT dan Reframing adalah dua

pendekatan yang terpisah. Sebagai label, begitulah kenyataannya. Tetapi jika kita melihat hasil akhir dari kedua pendekatan itu, kita akan melihat jelas persinggungan di antara keduanya. EFT bekerja untuk menotok energi, reframing bekerja untuk mengubah cara pandang menjadi lebih konstruktif.

(16)

Dan hasil akhir keduanya adalah munculnya wawasan baru dalam melihat sebuah kejadian. Paling tidak, berkembangnya wawasan baru itu sering merupakan salah satu efek yang kita rasakan setelah kita berhasil

menyingkirkan emosi negatif dengan EFT. Sementara Reframing memang dimaksudkan untuk tujuan tersebut, maka tidak demikian dengan EFT.

Sebagai teknik energi, EFT lebih berurusan dengan keberesan energi di tubuh kita. Lantas kenapa bisa muncul wawasan baru di benak kita pada saat kita selesai menjalani penotokan?

Saya kira hal tersebut bukan sesuatu yang mengejutkan, bukan pula sebuah kebetulan. Sekarang, mari kita lihat momen ketika kita menotok titik karate atau mengusap sore spot sambil mengucapkan kalimat setup:

“ Meskipun saya memiliki masalah_____, saya baik-baik saja dan saya menerima diri saya apa adanya.”

Kita bisa mengatakan bahwa pada dasarnya kalimat setup yang kita nyatakan itu mengandung formula reframing. Anda tahu, sebuah masalah akan menyiksa anda jika anda tidak bisa menerima keadaan anda dan anda terus dirundung kecemasan dengan masalah tersebut. Ketika anda bisa

menerima keadaan anda dan anda baik-baik saja meskipun anda sakit kepala, misalnya, maka sakit kepala itu bukan lagi menjadi masalah. Artinya, masalah sakit kepala itu menjadi hilang dengan sendirinya sebab anda baik-baik saja dan tidak menganggap itu masalah. Hantu ada karena kita memikirkannya, bukan?

Lalu, ketika para master EFT berupaya mengajukan

(17)

standar, kita tetap bisa melihat bahwa di dalam kalimat-kalimat itu tetaplah terkandung formula reframing. Perhatikan beberapa kalimat setup berikut ini, yang digunakan oleh David Lake dan Steve Wells dalam pendekatan yang mereka populerkan dengan nama Provocative Energy Techniques (PET):

“Aku tidak menerima diriku (keadaanku) sama sekali... dengan sejumlah alasan... tetapi aku menerima itu semua apa adanya.”

Atau,

“Aku benar-benar orang baik.... di mata hewan-hewan... tetapi bukan bagiku sendiri.”

Ada paradoks yang sengaja dimunculkan. Dan paradoks yang kita jumpai dalam kalimat-kalimat setup provokatif ini pada dasarnya tetap menggunakan formula yang serupa dengan kalimat setup standar (yang juga sangat

paradoks): “Saya menderita masalah X, saya baik-baik saja.”

Dan tampaknya paradoks itulah yang menggerakkan berlangsungnya proses reframing. Sebuah paradoks pada tingkat tertentu akan

mengembangkan kebingungan pada pikiran sadar klien. Dan kebingungan tersebut akan membuka peluang bagi kita untuk menggoyahkan cara pandang yang lama dan membuka kemungkinan ke arah cara pandang baru.

Saya pribadi merasa cukup nyaman menggunakan paradoks dan

pembesar-besaran masalah yang ditawarkan oleh David Lake dalam beberapa penanganan yang saya pikir akan lebih efektif jika saya menggunakan cara tersebut. Ini pendekatan yang cukup licin dan di luar dugaan bahkan sering bisa diterapkan pada orang-orang yang merasa tidak sreg dengan kalimat setup standar karena terdengar negatif. Salah satu contohnya adalah

(18)

penanganan terhadap seorang perempuan yang mengatakan bahwa ia sudah tidak tahan dengan perangai suaminya yang gemar berselingkuh. Kami memulai dengan kalimat setup sesuai prosedur standar: “ Meskipun saya memiliki suami yang gemar berselingkuh dan saya tersakiti oleh perilaku

suami saya, saya sepenuh hati menerima keadaan saya dan memaafkan suami saya.” Ia mengikuti dengan terbata-bata.

“Saya tidak bisa menerima itu,” katanya.

“Oke. Meskipun saya tidak bisa menerima perilaku suami saya yang gemar berselingkuh, saya bisa memahami diri saya sepenuhnya dan

menerima diri saya bahwa saya tidak bisa menerima perilaku suami saya.” Ia bisa menerima.

“ Meskipun saya lima belas tahun tersiksa sebagai istri lelaki bajingan, saya sepenuhnya menerima diri saya bahwa saya tersiksa menjadi istri seorang lelaki bajingan.”

“Dan apa yang membuat anda memilih lelaki bajingan sebagai suami?” tanya saya.

Ia diam beberapa saat. Memandangi saya. Sesungguhnya ia memandangi sesuatu yang jauh sekali, mungkin di masa awal-awal mereka menikah.

“Ia sangat baik pada waktu itu,” katanya.

“Dan menikah dengan anda menjadikannya bajingan?” “Entahlah,” katanya.

(19)

“Sekarang.... Meskipun ia lelaki yang baik pada mulanya dan saya

menjadikannya bajingan setelah kami berumah tangga, saya memaafkan diri saya dan saya tidak sudi memaafkannya.”

Dengan setup-setup seperti itu, klien saya malahan bisa menerimanya. Pekerjaan kami berjalan lancar dan kami menyelesaikan satu demi satu pelbagai kejadian yang memberinya emosi negatif. Termasuk yang kami selesaikan adalah ketidakmapuannya mengungkapkan diri dan

ketidakberdayaannya di hadapan sang suami. Itu sesuatu yang berakar dalam sekali di masa kanak-kanak, yang tumbuh melalui pengalamannya dengan ayah yang selalu “membungkam” suaranya.

MEMBERI RUANG BAGI INTUISI

Tawaran yang lebih “lembut” bisa anda dapati pada pendekatan yang ditawarkan oleh Patricia Carrington. Kalimat setupnya memandu anda untuk mendapatkan kesadaran bahwa dalam kondisi apa pun anda tetap memiliki pilihan terbaik. Dan apa yang anda pilih itulah yang situasi baru yang hendak anda wujudkan dengan penotokan EFT.

Kalimat setup yang ditawarkan oleh Pat juga bisa menjadi alternatif jika anda menghadapi klien yang tidak nyaman dengan kalimat setup standar. Apa yang ditawarkan oleh Pat terasa lebih mudah diterima dan lebih melayani kebutuhan psikologis orang yang pada dasarnya menginginkan pilihan yang lebih baik, jika mereka punya pilihan. Tujuan utamanya adalah memandu klien untuk melihat rasa sakit dan simptom lainnay dengan cara berbeda— cara yang lebih memberdayakan.

(20)

Maka dalam pendekatan Pat, kita akan mendengar kalimat-kalimat setup seperti berikut:

“ Meskipun saya menderita penyakit (tekanan, atau apa saja) ini, saya memilih menyadari bahwa ia ada untuk penyembuhan saya.”

Atau,

“ Meskipun saya menderita penyakit_____, saya berterima kasih kepada Semesta yang mengirimkan rasa sakit (atau tekanan, dan sebagainya) ini sebagai jalan untuk penyembuhan diri saya.”

“Meskipun saya memiliki perasaan marah pada suami saya, saya

memilih mengekspresikan perasaan marah itu dalam cara yang memperkokoh hubungan kami.”

Dan seperti apa bentuk ekspresi kemarahan yang memperkokoh hubungan?

Menurut Pat, anda tidak perlu mendeskripsikan seperti apa bentuknya. Biarkan saja semuanya berlangsung alamiah di tingkat bawah sadar dan

bawah sadar anda akan memiliki caranya sendiri untuk mewujudkan itu. Anda hanya perlu memasukkan “kata kunci” dan menotoknya.

Mungkin kesembuhan itu akan muncul dalam bentuk transformasi fisikal, cara pandang baru, gaya baru mengatasi penyakit, atau ia merupakan akibat dari situasi berbeda yang mengubah hidup anda. Pokoknya anda tidak perlu menduga-duga apa yang akan terjadi, tetapi penyembuhan itu akan terjadi dan rasa sakit itu adalah sinyal ke arah sana.***

(21)

Memadukan EFT dan NLP

Dr. Alexander R. Lees, Kanada

I. MENGGUNAKAN NLP UNTUK MEMBANGUN KEDEKATAN

Ketika Gary Craig mengadakan workshop EFT dan Penyakit Serius di Bellevue, saya mendapatkan kesempatan istimewa untuk menjadi

asisten pada acara tersebut. Isu yang digarap di panggung bervariasi, namun kehebatan demonstrasi tersebut meninggalkan pertanyaan mendasar di benak saya, “Bagaimana cara Gary melakukan apa yang dilakukannya?”

Saya kira jawaban-jawabannya mudah saja: • “Ia menciptakan EFT!”

• “Ia bertahun-tahun mempraktekkan dan memperbaikinya.”

• “Ia sekadar melemparkan sesuatu, dan memperhatikan apa yang terjadi.”

• “Yah, ia seorang insinyur.” • “Ia mempunyai bakat alamiah.”

• “Mungkin itu sudah bawaan lahir yang terus ia tingkatkan.”

Daftar kemungkinan itu tak akan ada habisnya. Kita bebas memilih satu kemungkinan, atau memadukan beberapa, dan merasa puas dengan

(22)

“wawasan” dan “pemahaman” baru kita. Beberapa dari anda mungkin tidak akan puas sekadar memahami dan berniat untuk memeriksa lebih lanjut.

Bagi yang demikian, mereka akan menemukan pola tertentu yang tampak dalam pendekatan Gary. Dan memahami sebuah pola bisa sama dengan

menemukan peta sebuah wilayah, yang tak lain adalah jalur menuju medan pikiran. Semua perjalanan diawali dengan langkah pertama, dan setiap

langkah membawa ke langkah berikutnya, sampai ujung perjalanan. Variabel-variabelnya hanya kapan dan bagaimana.

Untuk menguak bagaimana cara melakukan seperti yang Gary lakukan, mari kita eksplorasi hal itu. Dengan demikian orang-orang lain bisa mulai menciptakan peta mereka sendiri, jalur mereka sendiri untuk menjadi piawai. Kita akan menemukan dalam pembelajaran ini bagian-bagian atau langkah apa saja yang perlu kita lalui. Artikel ini akan menguak sedikit untuk anda.

Langkah pertama adalah membangun Kedekatan ( Rapport ). Ini sebuah prasyarat. Kedekatan mengawali kepercayaan, atau menjadi perekat yang mempersatukan. Metafora untuk kedekatan adalah “Benang Emas” yang menjembatani perbincangan.

Kedekatan dengan klien bisa dibangun dalam banyak cara. Beberapa buku tentang ini menganjurkan kita menyesuaikan bahasa tubuh, ekspresi wajah, nada suara, irama, dan volume, dan pola ucap orang lain. Hal-hal ini bisa dikombinasikan, atau digunakan sendiri-sendiri, dan anda akan kaget mendapati bahwa teknik ini akan membuat percakapan dengan seseorang mengalir lancar. Ini adalah contoh-contoh singkat, sekadar memberi gagasan pada anda.

(23)

• Orang yang anda tangani bicara dengan irama, dan irama ini muncul dalam bentuk kelompok kata. Taruh kata, orang yang anda hadapi cenderung menggunakan kalimat dengan lima atau enam kata. Praktisi kemudian akan menjawab dengan cara yang sama, dengan kalimat-kalimat yang terdiri dari lima atau enam kata.

• Contoh lain, mungkin nada bicara orang itu datar atau monoton. Praktisi bisa membawakan dirinya dengan nada bicara yang seperti itu juga. • Contoh lain lagi, mungkin orang itu cenderung duduk dengan

menyilangkan pergelangan kakinya. Praktisi bisa menyilangkan tangannya di pergelangan atau menyilangkan kaki di pergelangan.

Pengembangan penting dari konsep rapport  ini adalah sebuah proses yang disebut pacing dan leading. Melakukan langkah-langkah untuk mendekatkan diri (rapport ) membuat praktisi bisa memasuki model dunia ( pacing) sang klien dengan lebih mudah, yang pada gilirannya membawa pemahaman yang lebih menyeluruh terhadap problem yang mengemuka.

Sekali tahap ini dicapai, praktisi kemudian bisa “menguji” dengan menawarkan solusi, sebutlah penotokan untuk membuang emosi yang menghambat, atau penotokan untuk “menyuntikkan” emosi positif yang dibutuhkan (leading).

Sebaliknya, pace dan lead  juga merupakan cara yang luar biasa untuk “menguji” kedekatan (rapport ) itu sendiri. Mula-mula praktisi mencocokkan diri dengan beberapa aspek dari bahasa tubuh klien dan sebagainya ( pace). Kemudian secara halus ia membuat gerak tubuh atau mengubah kecepatan, nada dan volume suara, dan kemudian memperhatikan apakah klien juga

(24)

membuat perubahan serupa. Jika klien melakukannya, kedekatan (rapport ) terbangun. Jika klien tidak membuat penyesuaian, ini merupakan masukan bagi praktisi bahwa ia harus melanjutkan langkahnya untuk membangun kedekatan dan mengujinya lagi.

 Rapport , pace, dan lead  bisa juga mengambil bentuk lain. Contohnya, praktisi EFT mendengarkan kliennya, dan kemudian menyarikannya secara ringkas dan jelas. Ini menunjukkan bahwa anda memahaminya. Setelah itu anda bisa menambahkan, “Saya menduga di sinilah anda menginginkan

perubahan,” atau pernyataan-pernyataan lain yang mengisyaratkan, “Mari kita tangani itu.”

Jika klien menunjukkan penerimaan, berarti rapport , pace, dan lead  anda sukses. Jika klien menjawah, “Ya, tapi....” dan terus memberikan informasi, praktisi bisa memutuskan untuk pace (mendengar) lebih lanjut, dan menguji lagi dengan cara yang sama: Yakni menyodorkan suatu pernyataan yang ringkas dan jelas tentang masalah yang ada, dan permintaan lain untuk mulai menggarap perubahan.

Apa yang disampaikan di atas adalah bagian kecil dari banyak faktor yang mempengaruhi kualitas kita menjalankan EFT, dan semogalah membuat kita sama-sama menyadari bahwa Seni EFT memiliki struktur, dan ia bisa

dipelajari.

Karena itu, untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana cara Gary

melakukan apa yang dilakukannnya?” mari kita mulai dengan memasukkan informasi tentang bagaimana membangun kedekatan ke dalam aplikasi EFT anda. Siapa tahu suatu hari nanti orang lain yang akan mengajukan pertanyaan

(25)

kepada anda, “Bagaimana cara anda melakukan apa yang anda lakukan?” Anda juga akan menjadi hebat dengan cara anda.

II. REFRAMING DAN NLP

Sebuah kisah Tao menceritakan tentang seorang petani di sebuah desa miskin. Ia dianggap kaya raya karena memiliki seekor kuda yang biasa digunakan untuk membajak sawah dan sebagai alat angkut. Suatu hari kudanya lari. Semua tetangga mengatakan betapa sial kejadian ini, tetapi si petani hanya menjawab, “Mungkin.”

Beberapa hari kemudian kuda itu kembali dan membawa dua kuda liar bersamanya. Para tetangga ikut girang pada nasib baiknya, tetapi si petani hanya mengatakan, “Mungkin.”

Hari berikutnya, anak si petani mencoba menunggangi salah satu kuda liar; kuda itu melemparkannya dan kaki si anak patah. Para tetangga

menyampaikan simpati atas nasib naasnya, tetapi si petani lagi-lagi mengatakan, “Mungkin.”

Minggu depannya, para prajurit militer datang ke desa itu untuk mengambil para pemuda dalam program wajib militer. Mereka tidak mengambil anak petani itu karena kakinya patah. Ketika para tetangga mengatakan kepada si petani alangkah beruntungnya dia, si petani mengatakan, “Mungkin.”

Makna setiap kejadian selalu tergantung pada “frame” yang kita gunakan. Ketika kita mengubah frame itu, kita mengubah maknanya. Mendapatkan dua kuda liar adalah kemujuran, sampai muncul konteks baru di mana kaki si anak

(26)

lelaki patah. Patah kaki merupakan kemalangan dalam konteks kehidupan damai di desa itu, tetapi dalam konteks perekrutan wajib militer dan perang, tiba-tiba ia menjadi kemujuran. Ini disebut reframing: mengubah frame yang biasa dipakai untuk mempersepsi kejadian-kejadian demi mengubah

maknanya. Ketika makna berubah, tanggapan seseorang dan perilakunya juga berubah.

Reframing bukan hal baru. Banyak fabel dan dongeng melibatkan perilaku atau kejadian-kejadian yang berubah artinya ketika frame tentang mereka berubah. Seekor anak itik dianggap buruk rupa karena ia berbeda dari yang lain-lainnya, tetapi ketika ia ternyata menjadi angsa—ia menjadi lebih indah dibandingkan itik-itik lain yang dulu lebih indah darinya. Hidung merah Rudolf si rusa kutub yang tampak konyol ternyata bermanfaat untuk

membimbing kereta Santa menembus malam berkabut.

Cerita-cerita ini adalah contoh dari konsep yang disebut Reframing. Jika anda mau meluangkan waktu melakukannya, anda akan bisa menghadirkan kondiri yang lebih nyaman bagi seseorang untuk menerima EFT. Gary Craig sering menggunakannya, dengan sukses besar, dalam sesi EFT; ia

menyusupkan reframing terutama dengan cara guyon.

Maka, mulailah memahami konsep reframing. Dipadukan dengan teknik-teknik NLP lainnya seperti rapport , pace, dan lead  yang sudah kita bicarakan di atas, kita akan meningkatkan kemampuan EFT kita. Jika anda enggan

(27)

Contoh penggunaan reframing adalah pada kasus Ted yang saya tangani. Ted mengidap kanker dan diramalkan umurnya paling banter tinggal dua pekan lagi.

“Ted, kau pengusaha sukses, dan bateraimu selalu terisi penuh selama 40 tahun. Itu yang membuatmu begitu sukses. Kemudian kau mendapati dirimu mengidap kanker, sebuah tantangan lain, dan bateraimu tiba-tiba menjadi terkuras habis. Maka, ketimbang duduk ngobrol saja, meratapi bahwa kau tidak punya kekuatan lagi, kenapa kita tidak mulai dengan mengisi dulu bateraimu?”

Kami menotok kepusingan, rasa mual, dan kurangnya energi; melakukan beberapa putaran untuk masing-masing isu itu, dengan berbagai variasi. Saat saya meninggalkannya, Ted menanyakan, “Hai, bagaimana mungkin hal beginian bisa membawa hasil hebat? Aku sebelumnya merasa seperti akan mati hari ini, dan meminta Alice membatalkan pertemuan ini.”

Cerita selengkapnya, bisa anda baca pada artikel: “Kisah Ted” (hal. 42).

III. TIDAK MEMBACA PIKIRAN ORANG

Di awal tulisan ini, kita telah membicarakan beberapa komponen untuk

membangun rapport , melakukan pace dan lead . Pada dua langkah terakhir itu ( pace dan lead ) bisa saja muncul polisi tidur. Dan apa kerja polisi tidur?

Untuk memperlambat laju kita. Sedikit mengingatkan, pace dan lead  adalah upaya kita untuk memasuki model dunia seseorang, atau proses untuk

memahami persepsi orang lain mengenai sebuah kejadian, keadaan, atau situasi. Dalam proses ini, praktisi mungkin tiba-tiba menyadari bahwa ada

(28)

yang keliru dengan yang telah ia lakukan. Selamat, anda menemukan polisi tidur pertama anda.

Cara tercepat untuk merusak kedekatan adalah dengan berniat mengetahui isi pikiran orang lain. Ini merujuk pada tindakan membaca pikiran. Tak

banyak orang di planet ini yang mempunyai kecakapan membaca pikiran orang lain. Jadi, biarkan urusan ini di tangan mereka.

Bagi kita, ketika kita “menangkap sesuatu” selagi kita bekerja dengan klien, sampaikan informasi itu dalam bentuk pertanyaan, dan tunggu

 jawabannya. Dalam istilah Gary, “Tunggu sampai ia mendarat.”

Pertanyaan yang jitu akan memicu proses reframing. Ia bisa memberikan wawasan baru atau pemahaman yang mendalam, dan itu akan membuat sesi berjalan mulus dan nyaman. Sebaliknya, jika anda mengatakan kepada

seseorang bahwa ia melakukan kekeliruan, hal itu serupa dengan mencemooh orang yang terluka. Blunder semacam itu bisa menjebak praktisi ke arah

tindakan melabeli perilaku atau reaksi orang. Dan kemudian berkutat mengurusi label itu.

Anda tak perlu repot-repot dengan label. EFT bekerja dengan prinsip yang gamblang, yakni menemukan kejadian tertentu, menihilkan energi yang membangkitkan “masalah” dan menetralisirnya. Sekali medan energi berhasil dibereskan, ekspresinya (respons atau perilaku simptomatiknya) juga

menghilang.

Sebagai contoh, kita lihat orang yang fobia terhadap lift. Di sini anda akan mendengarkan sebuah masalah dengan dua komponen:

(29)

2. Cerita tentang bagaimana ketakutan itu mengekspresikan diri.

Praktisi EFT bisa merespons dengan, “Jadi anda lebih suka menggunakan lift tanpa dicekam ketakutan?”

Dengan persetujuan klien, praktisi kemudian menotok: “ Meskipun aku menyimpan ketakutan ini setiap kali aku menggunakan lift....”

Kemudian totoklah seluruh titik dengan frase pengingat: “Takut lift .” Pendeknya, kita memulai sesi dengan lift plus respons fobianya, dan

mengakhirinya dengan lift minus respons fobia itu. Mudah kelihatannya? Yah, mungkin, atau setidaknya anda bisa belajar membuatnya lebih mudah. Karena itu, jangan coba-coba membaca pikiran orang, memproyeksikannya, atau

melabelinya. Belajarlah untuk:

• Mendengarkan apa masalahnya,

• Membantu mengidentifikasi emosi yang tak diinginkan. • Dan menotoknya.

Dengan cara itu anda tahu betul bagaimana caranya mewujudkan kecakapan anda sebagai praktisi.

IV. PENGUMPULAN INFORMASI & EFT

Porsi pengumpulan informasi bisa menjadi sama penting dengan penotokan. Dalam sebuah sesi, sebagian waktu kita gunakan untuk mengumpulkan

informasi yang tepat. Kita membicarakan hal-hal secara global dan spesifik dengan klien.

“Saya terlukai,” adalah pernyataan global. Pertanyaan, “Sedalam apa luka anda? Siapa yang melukai? Anda terluka karena apa?” akan membawa kita ke

(30)

hal-hal spesifik. Harap diingat, semakin spesifik semakin mudah kita menangani pekerjaan kita.

Generalisasi adalah sebentuk komunikasi global, yakni kita menggunakan satu pengalaman untuk membuat kesimpulan besar. Penotokan terhadap

generalisasi bisa saja menghasilkan peningkatan; klien (atau kita sendiri) akan merasa lebih baik. Namun, akan lebih memuaskan hasilnya jika kita

membantu klien untuk lebih spesifik. Itulah salah satu alasan kita melakukan pengumpulan informasi.

Saya menyarankan anda mempelajari NLP untuk meningkatkan

kecakapan anda menggali hal-hal spesifik pada klien. Ada satu segmen khusus yang kita pelajari dalam NLP, yakni Meta Model. Dengan Meta Model kita akan mendalami bagaimana cara mengajukan pertanyaan untuk tujuan

pengumpulan informasi, agar kita lebih komplet dalam memahami masalah. Penguasaan terhadap Meta Model akan membuat EFT kita lebih efektif dan lebih kokoh.

Mari kita bandingkan contoh dua pembicaran antara praktisi dan klien di bawah ini. Yang pertama tanpa memahami Meta Model, yang kedua dengan pemahaman terhadap Meta Model.

Tanpa Meta Model:

Klien: “Ibuku tidak mencintaiku.”

Praktisi memperkenalkan EFT. Setelah satu putaran, ia menanyakan bagaimana sekarang keadaan klien.

(31)

 Dengan Meta Model:

Klien: “Ibuku tidak mencintaiku.”

Praktisi: “Bagaimana kau tahu bahwa ibumu tidak mencintaimu?” Klien: “Hmm....”

Praktisi: “Apa tepatnya yang dilakukan oleh ibumu, atau tidak

dilakukannya, yang menyampaikan pertanda bahwa ia tidak mencintaimu?” Klien: “Dia tidak pernah tersenyum padaku.”

Praktisi: “Apakah kau selalu tersenyum pada orang-orang yang kaucintai, sepanjang waktu?”

Klien: “Yah, kukira tidak, sih.”

Praktisi: “Pernahkah kau mengalami situasi di mana kau tidak mencintai seseorang, tetapi kau tersenyum padanya?”

Klien: “Tentu saja pernah.”

Praktisi: “Jadi, bagaimana kau tahu bahwa ibumu tidak tersenyum dan itu berarti ia tidak mencintaimu?”

Klien: “Yah, kurasa aku tak bisa tahu.”

Praktisi: “Katakan, apakah kau merasa tidak nyaman ketika kau bertemu dengan seorang perempuan, dan ia tidak tersenyum padamu?”

Klien: “Begitulah.”

Ringkasan:

Pada contoh kedua, kita membongkar generalisasi, atau lebih spesifik lagi, menyingkirkan pengaruh merugikan dari sebuah generalisasi “negatif”.

(32)

Klien (laki-laki) menjadi ragu pada keyakinannya semula, dan mulai menyadari situasi dirinya, misalnya perempuan akan membuatnya tidak nyaman ketika mereka tidak tersenyum padanya.

Menggunakan EFT dengan menggali informasi tersembunyi ini akan lebih bermanfaat ketimbang sekadar menotok: “Ibuku tidak mencintaiku.” Keduanya akan bekerja, tetapi contoh kedua akan lebih kokoh.

Ingatlah, anda sedang membantu, baik diri anda sendiri maupun orang lain. Anda bisa menawarkan solusi hanya jika anda “memahami” situasi. Begitupun klien anda; ia siap jika ia mengenali situasi dirinya. Pengumpulan informasi adalah bagian penting proses ini, dan mengembangkan keterampilan di wilayah ini akan memperkaya pengalaman anda. Stephen Covey, dalam bukunya, The 7 Habits of Highly Effective People mengatakan, “Berusahalah memahami, sebelum dipahami.”

Yah, tetapi silakan memahami bahwa kadang kita perlu melakukan penotokan langsung. Di lain kesempatan, meluangkan waktu untuk mengumpulkan informasi akan lebih penting. Dengan mengetahui dua pendekatan itu, anda meningkatkan kesempatan anda untuk sukses melalui berbagai kecakapan, dan itulah yang diinginkan oleh klien anda.

V. KEDEKATAN (RAPPORT) BAWAH SADAR

Ketika anda mempelajari NLP, anda akan belajar bahwa manusia berpikir dalam “cara” tertentu atau dengan “saluran” tertentu. Dengan menyesuaikan diri pada saluran klien, atau cara berpikir yang mereka gunakan, praktisi EFT bisa lebih mudah mengembangkan kedekatan (rapport ). Yang saya

(33)

maksudkan adalah kedekatan atau situasi nyambung dengan bawah sadar seseorang.

Ada tiga saluran utama, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Kita bisa menggunakan ketiganya untuk mengembangkan strategi mewujudkan rapport .

Taruhlah anda dalam sebuah sesi dengan seseorang. Orang itu sedang menjelaskan masalahnya kepada anda (tahap pengumpulan informasi). Dengan pengetahuan tentang visual, auditori, dan kinestetik, anda bisa menyimak pemaparan orang secara lebih cermat. Anda bisa mendapatkan sinyal-sinyal yang menunjukkan dengan saluran yang mana orang itu mengakses masalahnya.

Visual

Seorang visual, mungkin akan mengatakan,

“Saya akan tunjukkan kepada anda kejadiannya.” “Biar saya gambarkan apa yang telah terjadi.”

Orang yang dominan visual memproses informasi seperti melihat film di benak mereka dan dengan cara itulah mereka berbagi dengan anda. Ini sebuah contoh dari file saya:

“Mary” sedang duduk di sofa dan tersengal-sengal setelah menyelesaikan cerita kilatya tentang kecelakaan yang ia alami. Saya mencocokkan diri

dengan kecepatan bicaranya ketika saya mengatakan, “Seperti sebuah film! Sekarang, ketika anda tidak mampu melihat diri anda sendiri bebas dari situasi tersebut, anda tak akan bisa melukiskan solusinya. Dan seluruh peta  pikiran anda mengenai berbagai kemungkinan lantas menjadi kosong.”

(34)

Mary mengatakan, “ Astaga, Dok, kau paham!”

Aku lantas bilang, “Saya ingin menunjukkan cahaya kepada anda.  Apakah anda sudah pernah menyaksikan demonstrasi EFT?”

Demi tujuan mengumpulkan informasi, anda bisa meminta keterangan lebih lanjut tentang satu hal (lebih rinci) dan anda memutuskan untuk

mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. Penanganan anda harus cocok dengan saluran yang digunakan oleh klien anda, sehingga meningkatkan rapport .

Auditori

Konsep yang sama juga berlaku untuk pemrosesan auditori dan kinestetik. Pada klien auditori, narasinya akan dipenuhi dengan predikat yang sesuai

dengan itu. Misalnya, “ Dengar.”

“Biar kusampaikan kepadamu.”

“Apakah kedengarannya masuk akal?”

“Apakah cerita seperti ini menyakiti telinga anda?” “Ia bicara , dan aku bicara , dan ia bicara.”

Contoh dari file saya:

Jim berusia tujuh belas, bersandar dengan nyaman di kursi berbantalan tebal, khas remaja, dan memulai ceritanya.

“ Akan kuceritakan kepada anda ayah tiriku. Ia benar-benar pembual  , selalu mengatakan kepadaku apa yang harus dilakukan, bagaimana

(35)

seharusnya aku bicara dengannya, dan bahwa aku tidak mendengarkan. Aku muak mendengarkannnya terus berkecumik.”

Aku menjawab: “Kedengarannya ia menganggap dirinya orang penting, memberondongmu sepanjang waktu dengan berbagai perintah. Katakan

apakah ia juga menyalak pada ibumu?”

Kemudian saya menambahkan,“ Kedengarannya kejam sekali. Apakah kau sudah mendengar tentang EFT ?”

Kinestetik

Orang yang dominan kinestetik akan membumbui narasinya dengan predikat yang tepat dengan kecenderungan kinestetik. Misalnya,

“Saya merasa sengsara.”

“Saja sekadar tidak mendapatkan pegangan tentang bagaimana menghadapi hal itu.”

Contoh dari file-ku:

“Ya, Dok, (suaranya dalam sekali di dada, ada jeda di antara kata-kata, bicara sangat lambat—khas kinestetik)

 Aku tidak merasa bahwa istriku masih mencintaiku.

 Ia tidak lagi menggosok leherku atau menepuk-nepuk punggungku atas setiap upaya yang kulakukan.

Kami sekarang jalan sendiri-sendiri dan suaranya terasa jauh sekali.” Saya menjawab:

“ Aku tahu sangat menyakitkan bagi anda untuk bersinggungan dengan masalah seperti itu, tetapi memahami apa yang sedang berlangsung adalah

(36)

langkah awal untuk memperoleh pegangan bagi berbagai kemungkinan solusi.”

Klien menjawab:

“Aku berharap begitu, karena seluruh upayaku sia-sia sampai saat ini.” Lantas saya berkata:

“Sebuah teknik yang disebut EFT adalah cara yang lembut untuk  memijat seluruh perasaan itu agar mengendor dan hilang.”

Intinya, kita bekerja dengan “saluran pengolah informasi” yang sama. Klien akan merasa tidak hanya didengarkan, tetapi juga dipahami.

Tentu saja ada isyarat-isyarat lain yang harus dipelajari, yang akan memperkaya pengetahuan kita tentang bagaimana membantu orang lain mengatasi masalahnya. Namun, tulisan ini saya kira cukup memadai sebagai awalan. Lagipula, disajikan dengan cara bagaimanapun, EFT tetap alat yang luar biasa. Dan ketika anda terus mengasah the art of delivery, kecakapan anda niscaya akan meningkat pesat. Selamat mengembangkan pengetahuan.***

(37)

Kisah Ted

Dr. Alexander R. Lees

Catatan: Kalimat-kalimat yang diberi warna biru adalah bagian-bagian yang berhubungan dengan EFT: The Art of Delivery. Pembedaan ini diharapkan akan membantu anda lebih mudah dalam meningkatkan kecakapan EFT anda.

eberapa waktu lalu seseorang datang ke kantor saya dan ia sangat spesial. Namanya “Ted”. Saya tidak bisa menjelaskan kenapa kami nyambung (kami sangat berbeda) tetapi kami nyambung. Berkenalan dengannya sungguh istimewa. Saya akan menceritakan pertemuan kami

kepada anda.

Ted 60 tahun ketika kami pertama kali bertemu, akhir September 2004. Penampilan fisiknya bagus dan ia mengatakan dengan bangga mengenai ketaatannya pada olahraga teratur, makan yang benar, dan terus menjaga ketajaman pikiran. Ia memberitahu saya bahwa ia mempunyai beberapa staf yang memasoknya dengan informasi-informasi global yang berpengaruh pada berbagai bisnisnya.

Masalahnya adalah penyalahgunaan alkohol, yang sudah berjalan 30 tahun. Saya menunjukkan penerimaan saya dan mencoba menariknya ke dalam diskusi mengenai alasan orang menenggak alkohol (bahwa alkohol

(38)

digunakan untuk mengobati tekanan emosional yang tak terselesaikan). Hal itu rupanya tak terlalu memancing minatnya. Juga, setiap upaya yang saya lakukan untuk mengajaknya bicara perihal hubungannya dengan istri dan

anak-anaknya, tak berhasil. Di luar hambatan-hambatan ini, kami menemukan  jalan untuk melanjutkan pembicaraan.

“Sekarang,” katanya tiba-tiba. “Apa yang sesungguhnya dilakukan oleh terapis?” Pada titik ini, saya tahu bahwa setidaknya ada satu hal yang

membuatnya menjadi pengusaha sukses. Sosoknya berubah dalam sepersekian detik, sikapnya menjadi lebih kasar, dan saya merasa dua sinar laser menusuk tulang tengkorak saya. Ia menunjukkan dirinya sangat berkuasa.

“Tergantung,” jawab saya, menatap matanya.

“Pada?” itulah jawaban lisannya, tetapi matanya (tak berkedip) tetap menatap saya.

“Apa masalahnya,” jawab saya. Pada saat yang sama saya berpikir, strategi tehku tidak jalan saat ini (kadang ketika saya perlu menenteramkan diri, saya mencecap teh untuk pengalih perhatian). Saya juga berpikir bahwa  jika saya bermain catur dengan orang ini, saya akan kalah, dan dalam tempo

cepat.

“Lakukanlah,” kata Ted setelah diam beberapa saat, dan sedikit rileks, tatapannya beralih ke daftar kasusku. “Keluargaku mengatakan bahwa aku terlalu banyak minum,” katanya setelah pandangan matanya melemah.

Ketika Ted mengatakan, “Keluargaku menganggap...” sesungguhnya ia sedang membuat jarak. Artinya, ia menghilangkan satu langkah dan ini bisa berarti banyak. Tetapi fokus utama saya pada saat ini adalah untuk

(39)

menemukan apakah Ted sendiri “memiliki” masalah ini, atau ia sekadar merasa keluarganya mengatakan begitu. Dari tanggapannya, saya mungkin mendapatkan gambaran sejauh mana tingkat komitmennya, atau ia menemui saya karena ingin menenteramkan istri dan keluarganya.

Ted melanjutkan, “Apakah, jika ada, yang bisa anda lakukan untuk itu?” “Mendapatkan keluarga baru?” jawab saya.

Ia tertawa dan menyandarkan punggungnya di sofa. Saya melanjutkan, “Kau berpikir begitu?”

“Mungkin,” jawabnya samar. “Dan apa yang anda tahu tentang bisnis?” Menarik. Jawaban ini menyiratkan (sedikitnya) bahwa Ted setuju dengan kerisauan keluarganya, tetapi juga menyarankan hal lain, yakni bahwa ia tidak cukup nyaman untuk berurusan dengan itu. Karena itu ia mengalihkan

pembicaraan ke soal bisnis. Jika ia lebih kongruen, saya akan

memperkenalkan EFT pada saat ini juga. Tetapi karena terjadi perubahan dalam pernafasannya (lebih pendek-pendek), saya memutuskan untuk pacing dengannya sedikit lagi.

Pacing berarti kita menghadapi klien dalam model dunia mereka dan cara berpikir mereka tentang segala sesuatu. Kata lainnya, saya melanjutkan upaya membangun kedekatan dengan Ted. Pada titik ini, saya tidak berupaya

mempengaruhi atau mengubah apa pun.

“Saya tahu, tak banyak untungnya mengecewakan keluarga, tak ada

faedahnya membeli pelepas stres yang sangat mahal, dengan hasil yang buruk, dan jika anda bisa menemukan alternatif yang lebih menyenangkan, itulah

(40)

yang perlu dikejar, anda mungkin akan meluangkan cukup waktu untuk mengeksplorasinya.”

“Menarik,” jawabnya. “Orang terakhir yang kutemui ingin menelisik masa kanak-kanakku. Kau tidak meributkan hal itu?”

Sampai di sini, Ted menggambarkan apa “yang diinginkan oleh orang terakhir yang ditemuinya.... “ Frase ini mengisyaratkan bahwa Ted tidak ingin melakukannya, tetapi sang konsultan melakukannya. Dan sekarang ia tetap tidak ingin menempuh cara itu. Memaksakan Ted untuk mengingat-ingat masa lalunya hanya akan menunjukkan kekakuan sang praktisi.

“Jika kau bisa mengingat apa kejadian yang menyebabkanmu menenggak alkohol, aku tidak merasa perlu untuk membongkar gudang ingatanmu,” kata saya.

Pernyataan tersebut berpihak kepadanya. Jika ia bisa menerimanya, kami bisa terus maju untuk membereskan itu, ketimbang hanya mendiskusikan hal-hal yang umum saja.

Setelah saya memberikan pemaparan singkat tentang “titik-titik pengusir stres”, Ted menanyakan, “Bagus. Apa yang anda pikir?”

Saya memperkenalkan EFT dengan menyebutnya “titik-titik pengusir stres” untuk menyesuaikan diri dengan model dunia Ted, cara pandangnya tentang segala sesuatu. Ia bisa dengan mudah menerima kata stres, tetapi

menolak mendengar kata emosi. Juga, karena ucapan Ted ringkas-ringkas dan to the point, saya mengubah gaya saya menjadi seperti itu saat

(41)

Kemudan saya memintanya spesifik, seperti kapan dan di mana kebutuhan untuk minum itu muncul.

Ted berpikir sejenak dan kemudian mengatakan ia ingin minum menjelang akhir pertemuan bisnis dan ia banyak menghadiri pertemuan seperti itu dalam seminggu.

Putaran pertama EFT diarahkan pada “Menjelang akhir pertemuan bisnis.” Empat kali dalam seminggu. Maka, sambil menotok titik karatenya, saya meminta Ted menirukan:

“Meskipun kebutuhan minum menguat menjelang akhir pertemuan Hari Selasa, aku menerima diriku sepenuhnya dan apa adanya.”

Ia mengulang frase ini tiga kali. Saya kemudian menotok dengan frase pengingat “Kebutuhan minum ini.” Kami menggunakan pernyataan setup yang sama untuk ketiga pertemuan lainnya, dan kemudian menggarap masing-masing pertemuan itu dalam putaran sendiri-sendiri. Kemudian saya duduk dan menunggu.

Tampak lebih rileks, Ted termangu beberapa saat, maka saya hanya menunggu.

Sering sekali, dan biasanya ketika seseorang pertama kali mengalami penotokan EFT, ada kecenderungan ia akan “termangu” setelah selesainya penotokan Momen ini adalah bagian dari proses penyortiran, dan sebaiknya praktisi tidak mengganggunya. Dengan begitu, klien mempunya kesempatan untuk berefleksi dan memperhatikan perubahan yang sedang berlangsung. Ini bisa membantu menyatukan dan memantapkan perubahan. Seringkali,

(42)

“Saya benar-benar tidak ingin pulang,” katanya beberapa saat kemudian. “Saya dan istri saya menjadi asing satu sama lain, hanya kami tinggal di

rumah yang sama.”

Di sini, Ted membagikan aspek lain dari masalahnya sekarang; sepotong puzzle, begitulah.

Saya merenung beberapa saat. Saya tidak melihat celah untuk

menanyakan apakah jadwal kerjanya dan jam kerjanya yang panjang ada

hubungannya dengan ini, dan tak ada kesempatan untuk menyatakan bahwa ia telah menikahi gundik yang bernama cari uang, dan bahwa itulah prioritas hidupnya. Saya merasa subjek ini telah ia kubur dalam-dalam selamanya, tanpa penyelesaian apa pun, dan karena itu masing-masing menuntut kompensasi dalam caranya masing-masing.

“Sekarang, bawa aku ke pintu rumahmu. Ketika kau di sana, apa yang terjadi?” tanyaku.

Ted membayangkan dirinya melangkah keluar dari mobil, membuka

pintu depan rumahnya, saya memperhatikannya dengan teliti. Wajahnya mulai berubah (bibirnya menipis, mata menyipit, dan tubuhnya menjadi agak

kaku—semua adalah indikator beban emosional). Saya menghentikan

ceritanya dan menanyakan kepadanya apa yang ia rasakan di dalam tubuhnya. Setelah mengosongkan apa yang ia rasakan dalam beberapa menit saat ia mencoba secara lisan merumuskan perasaannya terhadap istrinya, dan

kemudian ia mengatakan, “Kemarahan.”

(43)

“Meskipun saat aku pulang ke rumah setelah kerja seharian dan melihat wajah istriku dan aku menjadi marah, aku menerima diriku sepenuhnya dan apa adanya.” Ini diulang tiga kali, dan kami kemudian menotok setiap titik dengan frase “Kemarahan ini, kemarahan ini.”

“Kau tahu, ini membuatku frustrasi. Biasanya aku menyingkir dan pergi dan menenggak minuman.”

Kami melanjutkan apa yang muncul dengan satu putaran tentang “Kebutuhan minum karena ia frustrasi.” Dan kemudian satu putaran dengan “ketidakadilan (unfairness)” dan “kurangnya keintiman.”

Kini saya ingin mempercepat waktu kunjungan yang dijadwalkan sekurangnya sekali seminggu dalam waktu satu bulan atau lebih. Ted jelas menunjukkan bahwa ia ingin bicara, melepaskan semua beban, dan ingin “membeli waktuku”, jika aku mau mendengarkannya saja.

Aku mencoba “campur tangan” dan melakukan beberapa penotokan EFT menjelang Desember, saat Ted mengatakan ia benar-benar memerlukan

alkohol untuk menikmati liburan. Ia mengatakan, keluarganya akan membuat segala rencana dan mempersiapkan kumpul-kumpul tanpa dirinya, sekalipun misalnya ia ada, dan menunjukkan kesan bahwa ia ingin bergabung.

Kami menotok perasaan terasing dan kesepian. Putaran pertama (tanpa setup) dengan menggunakan frase pengingat “Perasaan terasing ini” tidak banyak membawa hasil. Kami melakukan satu putaran lagi, kali ini diawali dengan titik karate. Sambil menotok terus titik itu, saya meminta Ted berkata keras-keras: “Meskipun aku benar-benar diasingkan oleh keluarga yang kubela dengan bekerja keras, aku menerima diriku sepenuhnya dan apa

(44)

adanya.” Ini diulangi tiga kali, kemudian kami berpindah ke titik-titik lain dengan frase pengingat: “Perasaan terasing ini”.

Kami segera melanjutkannya dengan format yang sama, hanya kali ini menggunakan frase “Meskipun aku merasa kesepian ketika keluargaku membuat rencana tanpa melibatkan aku, aku menerima diriku

sepenuhnya dan apa adanya.” Kali ini Ted keberatan mengatakan “aku menerima diriku sepenuhnya dan apa adanya”, maka kami menggantinya dengan “Meskipun aku merasa kesepian ketika keluargaku membuat rencana tanpa melibatkan aku, aku baik-baik saja, tetapi kesepian ini menyiksaku.”

Frase baru ini dengan mudah diulangi dua kali lagi, sambil menotok titik karate, dan kami kemudian menotok titik-titik lainnya dengan frase pengingat “Perasaan kesepian ini, perasaan kesepian ini.”

Dengan determinasi dan kesungguhannya, Ted berhasil dalam upayanya meninggalkan alkohol. Dalam kesempatan ketika Ted terbuka untuk

menggunakan EFT, atau lebih khusus lagi, menerapkannya, ia tampak sangat nyaman mengatakan, “EFT memudahkan kita bebas dari alkohol.”

Ketika stresnya menumpuk lagi, Ted akan dengan mudah melakukan penotokan: “Meskipun aku membutuhkan alkohol dan ingin minum sekarang, aku menerima diriku sepenuhnya dan apa adanya.” Ia

kemudian akan melakukan penotokan satu putaran dengan menggunakan frase pengingat “kebutuhan minum ini, kebutuhan minum ini.” Ada saat di

mana ia melakukannya berkali-kali dalam sehari; ada juga yang hanya satu atau dua kali.

(45)

Ted juga melaporkan bahwa, seiring waktu, dorongan untuk minum sangat berkurang, dan begitu juga frekuensi munculnya perasaan ingin/butuh minum yang ia rasakan. Akhirnya, yang menggembirakan adalah ketika ia melaporkan bahwa beberapa hal yang dulunya menjadi “pemicu” kini tidak lagi.

Salah satu yang membuat saya makin mengaguminya adalah bahwa orang ini kokoh dan sering mengatakan, “Emosi tidak ada hubungannya dengan ini semua. Kalian semua keliru. Totok-menotok ini bagaimanapun membuat urusan menjadi lebih mudah, tetapi aku merasa sama saja.”

atal tahun 2004 adalah natal pertama Ted tanpa alkohol. Saya ingin mendengar kabarnya setelah liburan karena saya tahu ia akan

berhasil. Ted punya keberanian, kehendak yang kuat, determinasi, dan EFT yang membantunya (itu yang ia akui sendiri). Dan itu semua demi mendapati... Natal yang Mengerikan!

Pada Natal 2004, telepon saya berdering. “Selamat hari natal,” kata saya. Setelah beberapa saat sunyi, saya mendengar suara, “Tidak, saya mengidap kanker.” Ganti saya yang diam, dan saya memberi isyarat pada istri saya untuk menurunkan volume tape. Mungkin tampang saya kelihatan

menyedihkan saat itu, atau karena ia bisa membaca pikiran saya, ia bisa membaca keinginan saya.

“Dari Ted?” tanyanya pelan.

Sebelum saya menyapa namanya, Ted melanjutkan, “Aku pusing sekali kemain, aku akhirnya jatuh. Pandanganku kabur, tetapi kini aku di rumah

(46)

sakit. Dokter mengatakannya kepadaku pagi tadi. Kelihatannya tidak terlalu bagus.”

“Aku harus ke sana,” kata saya kepada istri saya setenang mungkin. Ia menjawab, “Aku tahu, jaket dan kuncimu di dekat pintu. Kutaruh tehmu di travel mug.”

Tak lama setelah saya tiba, Ted meminta waktu buat kami berdua. Dalam suara tersendat ia mengatakan, “Ia menyebar di seluruh otakku. Ia ada juga di tulang belakang. Pankreas dan lambung termasuk, dan ada dua benda hitam di paru-paru kiriku. Mereka mengatakan kepadaku, paling lama mungkin dua minggu.”

Perubahan pada semangat, sikap, dan nada bicaranya masih menyakitkan untuk saya ingat, tetapi saya tahu satu hal, dinamo lelaki ini melemah, dan prosesnya begitu cepat. Inilah momen di mana kalimat yang baik akan menolong dan kalimat yang keliru akan membuat keadaan makin parah.

“Di luar itu, bagaimana hari-harimu?” tanya saya lemah.

Di antara nafasnya yang tersengal-sengal, saya bisa merasakan indikasi bahwa ia belum ingin mati. Kami melakukan beberapa putaran lembut untuk kabar yang mengejutkan ini, dan ketakutannya dan kegelisahannya terhadap keluarganya. Dimulai dengan titik karate, saya mengucapkan untuk Ted: “Meskipun aku mengidap kanker di seluruh tubuhku, yang merupakan kabar buruk, aku memilih untuk ... menenangkan diriku.”

Sering pendekatan ini berhasil, terutama jika praktisi memasukkan jeda setelah untuk... dan kemudian menyampaikan kata-kata: “menenangkan

(47)

diriku” dengan sedikit berbeda. Perbedaannya bisa pada nada suara, volume, dan sebagainya. Teknik ini disebut sebagai sugesti yang ditanamkan.

“Aku takut menjadi tenang,” begitulah responsnya. Kami segera melakukan satu putaran menggunakan frase pengingat: ketakutan ini, ketakutan ini. “Apa yang akan dilakukan oleh keluargaku?” tanyanya

kemudian. Putaran selanjutnya: “Meskipun aku merisaukan keluargaku, dan bagaimana mereka menangani segala sesuatu, aku menerima diriku sepenuhnya dan apa adanya.” Frase pengingatnya adalah “Kerisauan terhadap keluargaku.”

Setelah beberapa saat, Ted menyampaikan penyesalan, untuk pertama kalinya, “Seandainya aku sadar lebih awal, aku mungkin tahu semua ini....” Saya meraih tangannya lagi, dan dengan lembut menotok titik karate dan Ted menirukan, “Meskipun aku menyesal tidak lebih awal sadar, dan mungkin bisa merasakan sesuatu yang tidak beres, aku menerima diriku

sepenuhnya dan apa adanya.” Frase pengingatnya adalah “Penyesalan ini”. Setelah kira-kira sepuluh menit, Ted menyampaikan berbagai

penyesalannya—salah satunya adalah kurangnya waktu untuk keluarga. Saya menotok saja satu demi satu.

Perawat datang selagi saya memegang tangannya. “Lebih baik?” ia menyelidik, yang membatalkan putaran lain untuk membereskan nafasnya yang tersengal-sengal, tetapi rona wajahnya kembali segar, dan matanya menunjukkan bahwa ia menikmati momen ini.

Kunjungan hari berikutnya sedikit lebih muram, Ted memiliki sebuah agenda.

(48)

“Dengar, Dok, aku perlu menjual rumahku. Istriku butuh bantuan untuk itu. Cucu pertamaku akan lahir beberapa bulan lagi. Ada beberapa keputusan bisnis yang harus kuambil. Aku perlu sedikit waktu. Aku harus mengubah segala sesuatu sehingga mereka (keluarga) bisa menjalankan bisnis dengan baik. Jika anda mau membantu, aku akan membayar anda saat itu juga. Ini penting sekali bagiku.” Penting sekali bagi setiap orang yang membaca ini untuk memahami kekuatan pribadi orang ini. Determinasinya, kemauannya, dan keuletannya telah kembali, dan dari sudut pandangnya, ini merupakan tantangan lain.

Ia perlu waktu. Ada banyak hal yang harus dilakukan dan diagnosa dua minggu bukanlah waktu yang memadai. Ia dijadwalkan untuk penyinaran

pada hari Selasa. Setelah itu kemoterapi. Tim ahli yang terdiri dari para dokter spesialis akan mengerjakan bagian-bagian mereka, dan apa yang ia butuhkan sekarang adalah yang ia namakan dukungan mental. Ia jelas tidak ingin

membicarakan atau mendengar bahwa itu tidak mungkin, tetapi ia kongruen, dan gigih untuk mendapatkan lebih banyak waktu.

Kami rutin bertemu, kadang beberapa hari berturut-turut. Kami menotok rasa mual, kepusingan, dan ketiadaan energi. Setelah itu semua, polanya

menjadi seperti ini: Ted menolak efek samping penanganan medis, dan aku akan menotoknya untuk itu. Kadang, kami mengulang satu putaran ketika ia mengatakan, “Masih tetap ada”, atau “tidak hilang seluruhnya.” Selama sesi-sesi intensif ini, kami menggunakan prosedur 9 gamut sebelum menotok isu “Masih tetap....”

(49)

Kami akan mengulang putaran, ketika diperlukan, sampai Ted merasa lebih nyaman, atau mengatakan, “Aku ingin tidur sekarang.” Ia tampak

senang dengan hasilnya. Penyinaran dan kemoterapi terus dilanjutkan, begitu  juga sesi kami. Ted melaporkan bahwa efek samping dari penanganan medis

ini tampaknya menurun intensitas dan durasinya. “Mungkin menjadi terbiasa,” katanya suatu ketika.

Dengan alasan apa pun, Ted menolak menotok sendiri. Ia lebih suka saya yang menotoknya. Jarang sekali saya bisa meyakinkannya untuk menotok diri sendiri, kecuali ketika di telepon. Jadi, kami menotok ketika determinasinya melemah, dan ketika ia “tidak ingin diteruskan lagi.” Kami menotok

penyesalannya (terutama untuk kurangnya waktu bagi keluarga selama bertahun-tahun), menotok keyakinannya bahwa ia adalah ayah yang tak

pernah ada di rumah, dan bahwa ia melewatkan banyak sekali momen-momen penting di dalam keluarganya.

Selera humornya biasanya sangat baik, tetapi suatu hari ia menelepon dalam keadaan tertekan. Rumah duka menelepon, dan mulai membicarakan rencana pemakamannya sebelum ia tahu siapa yang sedang bicara itu.

Setelah beberapa putaran EFT melalui telepon, humornya kembali dengan sengit dan ia menanyakan, “Siapa yang pernah mengatakan, ‘Gosip tentang kematianku terlalu dibesar-besarkan?’” Aku menjawab, “Mark Twain.” Ted mengatakan, “Bagus. Aku akan mengutip kalimat itu ketika keluargaku datang kemari. Pasti terdengar merdu sampai bermil-mil.” Kemudian ia menutup telepon.

(50)

Beberapa hari kemudian, saya menelepon untuk menanyakan keadaannya.

“Penguburanku direncanakan hari ini,” katanya. “Kau akan datang?” Aku balik mencandainya

“Tidak bisa,” jawabnya. “Aku sedang menonton film yang kaubelikan untukku. Kemarilah.”

Saya datang menemuinya.

Pada Juni 2005, Ted merestrukturisasi sebagian besar urusan bisnisnya. Rumah besarnya di pantai akhirnya terjual, dan ia membeli rumah yang lebih cocok. Cucu pertamanya lahir pada bulan Juli. Ia menggendongnya, dan

meneteskan air mata. Tak sampai dua minggu setelah itu ia mengundang saya ke rumah sakit. “Aku mengutip salah satu ucapanmu,” kataya, mencari-cari buku catatannya, “Tetapi aku tidak bisa menemukannya... sesuatu mengenai berlayar.”

“Ketika jangkar diangkat, semua utang terbayar?” tanyaku.

“Ya, itulah!” ia berbisik. Meskipun matanya terus berkedip, kami berdua tahu saatnya sudah tiba.

“Aku akan berlayar segera. Keluargaku akan memerlukanmu beberapa waktu. Tolong ingatkan mereka bahwa kita telah mengubah dua minggu menjadi enam bulan plus dua minggu. Mereka benar-benar marah

kutinggalkan, karena itu katakan pada mereka. Beritahu mereka.”

Ted tertidur. Saya di sana beberapa waktu, merenungkan percakapan kami dan waktu yang kami lalui berdua, dan di atas semua itu, hal-hal yang kupelajari dari lelaki yang luar biasa ini.

(51)

Ketika aku tiba di rumah, aku melihat catatan yang ia buat untukku: “Sebuah perubahan yang agak mendadak—dengan kesadaran.”

Setelah pemakaman, salah seorang anaknya mendatangiku. “Kami akan memerlukan bantuan untuk semua ini,” katanya, “Terutama ibu saya. Bisakah saya datang kepada anda besok pagi?”

(52)

Cara Baru Menangani Rasa Sakit

dengan EFT

Patricia Carrington PhD, Master EFT, Australia

da tiga metode yang bisa anda coba di sini, yang ketiga-tiganya

berkaitan dengan kesadaran anda dalam melihat rasa sakit yang anda hadapi. Ketiga metode itu adalah: Melakukan Reframing terhadap Rasa Sakit, Mengalihkan Perhatian, dan “Mendengarkan” Rasa Sakit.

I. Melakukan Reframing terhadap Rasa Sakit

Jika anda membuka situs Gary Craig, anda akan tahu bahwa rasa sakit atau rasa nyeri ( pain) adalah urusan yang paling banyak ditangani dengan EFT. Tentu saja EFT tidak selalu berhasil mengurangi rasa sakit saat itu  juga—tepatnya, kesembuhan tidak selalu terjadi seketika—tetapi ia hampir

selalu berhasil sehingga banyak orang berpaling ke EFT untuk mengatasi rasa sakit mereka.

Saya tidak akan meninjau berbagai cara yang dilakukan orang untuk mengatasi rasa sakit itu, tetapi saya menyarankan anda mencari cara anda sendiri dengan penuh kesungguhan. Berdasarkan minat saya sendiri untuk

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Cara siswa dalam menyelesaikan masalah menjadi salah satu sasaran utama dalam pembelajaran fisika. Penelusuran mengenai bagaimana cara siswa menyelesaikan

Games merupakan salah satu cara yang berguna untuk menghilangkan penat, disukai oleh banyak orang, tidak memandang usia, jenis kelamin, atau pun jenis pekerjaan.. Pada saat ini

Kontribusi yang diharapkan dari penelitia.1 ini adalah dapat menjadi bahan masukan bagi para pengarnbil keputusan SDM, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam

Salah satu cara untuk SIG terintegrasi dengan para pelaku dalam proses pengambilan keputusan adalah melalui pengembangan SIG kedalam DSS sehingga menjadi sistem pendukung

memeluk agama Islam yang disebarkan atau disyiarkan oleh orang-orang Arab ini, kemudian cara berpakaian orang-orang Arab ini juga menjadi salah satu objek

Dengan pertimbangan yang tepat, metode ini bisa menjadi salah satu alat untuk menentukan kebijakan bagi sekolah dalam sistem pengambilan keputusan terutama

Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan pengambilan keputusan merupakan bagian dari suatu pemecahan masalah, salah satu perspektif penting dalam pengambilan keputusan yaitu cara

Selain itu, harga juga dapat membawa pengaruh dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian karena tingkat harga yang ditetapkan menjadi salah satu faktor pertimbangan