Tania Prince, Master EFT
ebagaimana saya sampaikan pada tulisan terdahulu, reframing adalah senjata fantastis bagi anda untuk membantu klien menyingkirkan masalahnya dan membuat sesi terapetik anda menjadi rileks dan menyenangkan. Ia bisa mewujudkan perubahan cepat secara mudah.
Dalam tulisan ini saya menggarisbawahi dua reframing yang saya
gunakan dengan klien-klien saya. Keduanya bekerja seketika, melumpuhkan emosi negatif saat itu juga ketika sesi sedang berlangsung.
Meskipun reframing bisa terlihat kompleks, pada kenyataannya ia sangat mudah dipelajari. Saya menyertakan juga beberapa tip untuk memudahkan anda mempelajari teknik reframing.
Contoh 1: Menguak Bawah Sadar
Contoh di bawah ini menunjukkan kasus di mana reframing memberikan hasil seketika. Menariknya, klien/peserta pelatihan saya menggunakan
mendapatkan hasil yang sama persis, misalnya intensitas emosional terhadap satu isu turun ke tingkat 0 begitu dilakukan reframing.
Kasus: Kemarahan selama 16 Tahun Pernikahan yang Buruk
Latar Belakang
Saat saya mengadakan pelatihan EFT level 3, dua peserta pelatihan berkutat menangani isu kemarahan, yang sialnya tak pernah bisa diturunkan intensitasnya ke tingkat nol dan justru terus meningkat layaknya gunung api yang siap meletus.
Salah seorang memendam kemarahan yang disebabkan oleh perkawinan yang penuh pelecehan selama 16 tahun. Meskipun perkawinannya sudah
berakhir, ia masih menyimpan kemarahan yang tak menemukan penyelesaian berkaitan dengan kejadian-kejadian di sepanjang waktu itu. Pada
kenyataannya, ia terlalu banyak memendam kemarahan dan emosi-emosi lain mengenai perkawinannya dan enggan menyinggung-nyinggung masalah itu. Dengan kata lain, “Kau tak ingin membicarakannya sama sekali.” (Itu kata-katanya sendiri.) Akhirnya ia memutuskan bahwa sudah waktunya
menyelesaikan masalah ini. Dalam sesi praktek dengan peserta pelatihan lain, ia mulai menotok masalah ini.
Begitulah, mereka menotok dan kemarahan itu makin meningkat. Mereka sudah menotok langsung kemarahan itu dan juga dengan setup: “Tidak mau menyingkirkan kemarahan itu.” Kedua pendekatan itu tidak membawa hasil.
Mengidentifikasi Alasan di Balik Alotnya Kemarahan
Ketika saya mendekati keduanya, saya meminta mereka menotok titik karate selagi saya mengajukan pertanyaan mengenai masalah tersebut. Pertanyaan pertama saya adalah:
“Apa yang akan terjadi jika kau menyingkirkan masalahmu?”
Pertanyaan ini mengidentifikasi apa saja keuntungan yang didapat oleh klien dengan mempertahankan masalahnya. Klien mengatakan:
“Itu berarti perkawinan selama 16 tahun itu sia-sia.”
Saya menjawab enteng, “Oke”, menerima pernyataannya itu, dan membangun kedekatan dengannya karena saya bisa memahaminya.
Kemudian, sambil melanjutkan penotokan di titik karate, saya meminta klien mengatakan:
“Meskipun saya merasa BENAR-BENAR MARAH, (menggunakan nada suara benar-benar marah), saya sepenuhnya menarima dan menyayangi diri saya.”
Kami mengulangi pernyataan itu tiga kali dan kemudian mulai menotok titik-titik meridian, dimulai dari ujung kepala, lalu ujung alis, dan seterusnya. Saat kami menotok, saya mengubah frase pengingatnya dengan frase yang mewakili alasannya mempertahankan kemarahan.
“Jika saya melepaskan kemarahan saya, itu berarti 16 tahun perkawinan saya hanyalah sia-sia.” Pernyataan itu diterima oleh klien (itu pernyataannya sendiri, bukan?).
Kemudian saya me-reframe pernyataan itu dengan mengatakan:
Kemarahan menyingkir seketika. Sebagaimana biasa setelah terjadinya reframing, klien melanjutkan ke aspek-aspek masalahnya yang di antaranya adalah perasaan tolol untuk bertahan selama 16 tahun dalam perkawinan yang seperti itu.
Perspektif Klien
Saya pikir ketika anda menganalisa bagaimana reframing bekerja,
sangatlah berguna untuk memahami apa yang ada di dalam diri klien saat itu. Informasi berikut ini disampaikan oleh klien/peserta pelatihan:
Ia mengatakan, “Kemarahan itu menghambat saya. Aneh sekali saya terus mempertahankan itu. Sekarang semua kemarahan yang ditimbulkan oleh 16 tahun perkawinan itu lenyap.”
Selanjutnya ia mengatakan, “Ia menjadi bagian dari diri saya dalam
waktu lama, sehingga sungguh mengejutkan bahwa sekarang ia tak ada lagi.”
Setelah penanganan itu, seluruh kemarahannya yang berkaitan dengan 16 tahun perkawinan melenyap. Sepekan berikutnya ia mengatakan, “Saya
mencoba mengembalikan kemarahan itu... sekadar ingin tahu.” Dan ia tak bisa lagi mengembalikannya.
Titik Balik yang Mendorong Perubahan
Klien mengatakan bahwa menyingkirkan kemarahan itu berarti mengakui bahwa 16 tahun perkawinannya sia-sia belaka. Maka saya menyetujui dan membuat persamaannya: “ Jadi mempertahankan kemarahan itu adalah tindakan yang penuh manfaat ?”
Maka, anda tahu, mendekati masalah dari sudut pandang klien merupakan cara yang sangat efektif untuk me-reframe cara pandang mereka.
Contoh 2: Menggunakan Contoh Tandingan untuk Melakukan Reframing terhadap Pecandu Alkohol
Dalam kasus ini, perubahan cara pandang klien terjadi sebelum sesi berakhir. Tepatnya, ketika kami mengevaluasi apa tujuan klien menjalani terapi, dan di tahap mana keadaan dirinya sekarang.
Sebelum sesi dimulai, klien mengatakan kepada saya bahwa ia memiliki masalah fisik berkaitan dengan kebiasaannya minum, yakni ia biasa muntah darah dan ada masalah dengan livernya. Kendati demikian ia tidak bisa
menghentikan kebiasaannya.
Saya memulai Eft dengan menanyakan seburuk apa yang ia rasakan sekiranya ia “tidak pernah bisa lagi menenggak alkohol dalam hidupnya.” Ia bilang itu memberinya angka 10 dalam skala intensitas, yang berarti itu adalah kondisi terburuk.
Kami menotok jawabannya:
“Meskipun saya merasa hidup ini buruk sekali jika saya tidak pernah bisa lagi menenggak alkohol...”
Setelah satu putaran, intensitasnya turun menjadi sembilan—perubahan yang tidak berarti. Kami menotok lagi dan tidak ada penurunan.
Pada putaran ketiga, saya memintanya menotok titik karate dengan kalimat setup:
“Meskipun saya merasa tidak ada artinya hidup saya jika saya tidak bisa menenggak alkohol lagi...”
Saya memintanya terus menotok titik karate dan memintanya menjelaskan makna “hidup yang tidak ada artinya”.
“Apakah itu semacam perasaan kehilangan sesuatu?”
Saya mengubah nada suara saya saat mengajukan pertanyaan tersebut. Klien menyetujui kata “kehilangan” itu. Kemudian saya melanjutkan:
“Apakah itu kehilangan kesenangan?”
Ia membenarkan lagi.
Kami menotok satu putaran.
“Jadi meskipun saya merasa hidup ini sia-sia, saya merasa tak punya lagi kesenangan hidup jika tidak menenggak alkohol....”
Kami mengulangi kalimat itu tiga kali dan kemudian mulai menotok seluruh titik meridian, dan mengulangi:
“Tak ada artinya, kehilangan kesenangan hidup jika tidak lagi menenggak alkohol.”
Saat menotok Bawah Mata, saya bertanya:
“Bukankah kau bilang kau muntah darah karena menenggak alkohol?”
Reaksinya begitu cepat. Ia tergelak dan berhenti menotok. Perasaannya pada isu spesifik ini sepenuhnya hilang.
Titik Balik yang Mendorong Perubahan
Alkohol sama dengan kesenangan hidup. Reframing bekerja dengan menyodorkan informasi bahwa alkohol bukanlah kesenangan hidup baginya.
Pendekatan ini juga berhasil karena dibawakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Saat klien menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, ia sekaligus
terbawa masuk ke situasi di mana alkohol sama sekali bukan kesenangan hidup baginya.
Dan ia berhasil karena ketepatan timing. Sekali lagi, itu masalah intuisi yang akan anda dapatkan dengan ketekunan menggunakan EFT.
Tip-tip Reframing
1. Totoklah apa saja yang menghambat reframing. 2. Baca artikel dan buku-buku tentang Reframing
Reframing mensyaratkan kesediaan terapis untuk menyingkirkan
kehendaknya sendiri. Anda hanya perlu mempercayai intuisi dan mengikuti apa saja yang muncul begitu saja di benak anda tanpa merancang-rancang apa yang seharusnya terjadi. Untuk melakukan ini, sangat bermanfaat sekiranya anda menggunakan EFT utnuk menyingkirkan apa yang mungkin
menghambat anda dalam melakukan reframing, seperti “Ini terlalu sulit,” atau “Saya tidak akan pernah bisa melakukannya.” Gampangnya, taruh saja setiap hambatan mental anda ke dalam kalimat setup EFT dan totoklah itu semua sampai anda bisa menyingkirkan semua hambatan itu.
Dan anda hanya perlu rileks dalam menjalankan EFT dan reframing anda, juga dalam mematangkan penguasaan anda tentang reframing. Pikiran kita
akan bekerja lebih baik ketika kita rileks, dan pada saat rileks itu juga kita akan belajar lebih baik dan dengan mudah bisa meningkatkan kecakapan kita..