• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG DILAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG DILAK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG DILAKUKAN OLEH STATE

ACTOR PENYELESAIAN DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

( Studi Kasus : Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Marsinah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa )

Dosen Pengampu : Ridwan Arifin , S.h.,Ll.m

Disusun oleh :

Nama : 1. Feny Indriyani 8111416054 2. Albhertha Octhaviana 8111416088 Mata Kuliah : Hukum dan HAM

Rombel : 01

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikannya sehingga tugas makalah yang berjudul “ Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Dilakukan oleh State Actor “ ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan HAM di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Melalui makalah ini, penulis berusaha memberikan pembahasan tentang segala sesuatu mengenai pelanggaran hak asasi manusia, penyelesaiannya dan upaya pencegahannya.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh State Actor “ ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca dan memberikan perubahan yang besar bagi masyarakat.

Semarang, 11 Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ……… 1

Kata pengantar ……… 2

Daftar Isi ………..3

Daftar Gambar ………4

Daftar Putusan ………5

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

………..8

B. Rumusan Masalah ……… 11

C. Metode Penulisan

……….11

BAB II Pembahasan

2.1 Bagaimana Cara Penyelesaiannya ……….12

2.2 Bagaimana Upaya Pencegahannya ………..13

BAB III Kesimpulan

3.1 Kesimpulan

(4)

Daftar Pustaka……… 15

(5)

DAFTAR PUTUSAN

A. Fakta Konkret

Yang dimaksud dengan fakta konkret adalah fakta yang melatar belakangi putusan Pengadilan terhadap terdakwa sampai dengan dikeluarkannya Putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung tanggal 29 April 1995 Regno.1147 K/Pid/1994.

a) Pada tanggal 3 Mei 1993, karyawan/wati harian pabrik PT. CPS Porong, termasuk Marsinah melakukan unjuk rasa dan mogok kerja. Mereka berkerumun di halaman pabrik. Ya, manager PT. CPS memerintahkan Mtr, kepala personalia, untuk meneliti dan mencatat siapa diantara para karyawan/wati yang menjadi dalang pemogokan/unjuk rasa.

(6)

c) Karena ada unjuk rasa/pemogokan tersebut maka pimpinan perusahaan mengadakan rapat untuk bermusyawarah. Rapat tersebut dihadiri oleh Ys (manager), Mtr (Kabag personalia) mewakili PT. CPS, Marsinah mewakili karyawan/wati di dampingi oleh Ta, Sp, dkk, Muspika, DPC SPSI, dan wakil Depnaker. Musyawarah tersebut menghasilkan putusan bahwa semua tuntutan karyawan/wati dipenuhi oleh pihak perusahaan, kecuali jamsostek yang masih ditangguhkan. Akhirnya para karyawan/ wati menghentikan mogok/unjuk rasa dan bekerja kembali.

d) Pada tanggal 5 Mei 1993 sehari berikutnya, di pabrik PT. CPS diselenggarakan lagi rapat dipimpin oleh Ys, dihadiri Mtr, Bw, Sw, Ap, Spt, Wd, untuk membahas situasi unjuk rasa di PT. CPS disamping membahas surat ancaman yang ditulis oleh Marsinah yang ditujukan kepada pimpinan pabrik PT. CPS. Isi surat ancam¬an dimaksud .a.l: Jangan mencari-cari kesalahan para karyawan/wati, bilamana terus dilakukan, maka rahasia perusahaan akan dibongkar. Dalam rapat tersebut berkembang rasa tidak senang terhadap sikap dan tindakan Marsinah yang mempelopori pemogokan/unjuk rasa, maka timbul pemikiran untuk menyingkirkan Marsinah.

e) Beberapa hari kemudian Marsinah tidak tampak lagi di pabrik PT CPS. Beberapa hari sesudahnya masih dalam bulan Mei 1993, di dusun Jeging, Kecamatan Welangan, Kabupaten Nganjuk ditemu¬kan mayat seorang wanita, mayat tersebut, kemudian diketahui, wanita bernama Marsinah karyawati PT. CPS. Mayat Marsinah lalu diangkut ke RS dan diotopsi. Hasil otopsi menyatakan luka-luka pada pipi, siku, lengan, perut, luka-luka-luka-luka robek di bagian perut, tulang punggung bagian depan hancur, memar pada kandung kemih, usus, pendarahan pada rongga perut kurang lebih l liter. Kesimpulan meninggal akibat perdarahan pada rongga perut.

B. Fakta Hukum

(7)

harus diperhatikan terkait dengan kasus pembunuhan Marsinah dengan terdakwa Mtr, yaitu:

a) Sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 UU Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP menyatakan bahwa dalam hal pemeriksaan, seorang tersangka/terdakwa dapat memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim.

b) Dalam kaitannya pemeriksaan dihadapan penyidik, maka seorang tersangka memiliki hak-hak yang dilindungi oleh Undang-undang seperti hak untuk tidak diperiksa dalam keadaan tertekan/disiksa dimana hal ini selaras dengan asas praduga tidak bersalah serta pasal 117 KUHAP, selanjutnya seorang tersangka berhak untuk didampingi oleh penasihat hukum seperti halnya dijelaskan pada pasal 54 UU Nomor 8 tahun 1982 tentang KUHAP.

c) Sebagaimana dimaksud pada pasal 185 ayat (1) menyatakan bahwa keterangan saksi sebagai alat bukti adalah apa yang saksi sampaikan dalam sidang pengadilan dan keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa seorang terdakwa bersalah atas dakwaan yang dipersangkakan.

d) Sebuah Berkas Acara Pemeriksaan setelah diserahkan dari pihak penyidik kepada pihak penuntut umum maka pihak penuntut umum segera mempelajari dan meneliti berkas tersebut untuk kemudian menentukan apakah berkas tersebut telah lengkap atau belum lengkap. Manakala berkas tersebut telah lengkap (P21) maka penuntut umum segera membuat surat dakwaan untuk kemudian memajukannya untuk disidangkan. Manakala berkas tersebut dinyatakan belum cukup/belum lengkap (P18) maka penuntut umum segera mengembalikan berkas tersebut kepada pihak penyidik beserta petunjuk yang harus dilengkapi penyidik (P19).

(8)

suatu perkara pidana. Hal ini selaras dengan pasal 165 ayat (1) UU Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP sebagai bahan masukan kepada Hakim sehingga hakim dalam memutuskan suatu perkara pidana benar-benar didasarkan kepada dua alat bukti yang sah serta hakim memperoleh keyakinan bahwa terdakwalah yang melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya (Pasal 183 KUHAP).

BAB I

(9)

A. Latar Belakang

Hak Asasi Manusia ( selanjutnya disebut HAM ) merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan istilah Human Rights .Disamping itu ada juga yang menggunakan istilag fundamental rights atau basic rights.Secara etimologis ,Hak Asasi Manusia terbentuk dari 3 kata, yaitu hak,asasi dan manusia.1 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) secara umum dianggap

sebagai sumber penting dalam Hukum HAM Interna- sional karena memuat prinsip-prinsip funda- mental HAM yang bersifat universal (Mauna, 2011:679-68) dan menjadi dasar bagi per- lindungan dan pemajuan HAM di seluruh dunia dan didukung semua negara terma- suk Indonesia (Zein, Y.A. 2012:6) serta telah menjadi kewajiban moral untuk diterapkan oleh seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (sABO, 2014:17).2 Hak tersebut menyatu

dalam diri seseorang tanpa mengenal bangsa, warna kulit, agama, afiliasi politik dan lain-lainnya. Semua orang terlahir dengan hak yang sama sama tanpa pengecualian.Menurut Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM), semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Sementara, Undang-Undang No. 39/1999 tentang HAM menyatakan bahwa serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Hak Asasi Manusia memiliki beberapa prinsip, yaitu:

6. Tidak dapat diambil oleh siapapun.3

1 Dr.Rahayu ,Hukum Hak Asasi Manusia (Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2010)hlm.38 2 I Made Budi Ariska ,”Isu Hak Asasi Manusia dalam Penerapan Deportasi Terhadap Tenaga Kerja Asing di Bali”,Pandecta,Vol.11.Nomor.1,2016,9.

(10)

Saat ini, HAM telah menjadi standar norma internasional untuk melindungi setiap manusia dari setiap tindakan; baik secara politik, hukum dan sosial yang melanggar hak seseorang. Acuan utama dalam HAM adalah Deklarasi Hak Asasi Manusia. Dalam deklarasi tersebut, terdapat 10 hak dasar dari setiap manusia yang wajib dijamin oleh setiap negara, yaitu:

1. Hak Untuk Hidup: hak untuk hidup dan meningkatkan taraf hidup, hidup tentram, aman dan damai dan lingkungan hidup

2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan: Hak untuk membentuk suatu keluarga melalui perkawinan yang sah

3. Hak Mengembangkan kebutuhan dasar: hak untuk pemenuhan diri, hak pengembangan pribadi, hak atas manfaat iptek, dan hak atas komunikasi

4. Hak memperoleh keadilan: hak perlindungan hukum, hak keadilan dalam proses hukum, dan hak atas hukum yang adil

5. Hak atas kebebasan dari perbudakan: hak untuk bebas dari perbudakan pribadi, hak atas keutuhan pribadi, kebebasan memeluk agama dan keyakinan politik, kebebasan untuk berserikat dan berkumpul, kebebasan untuk menyampaikan pendapat, kebebasan untuk menyampaikan pendapat, dan status kewarganegaraan

6. Hak atas rasa aman: hak mencari suaka dan perlindungan diri pribadi

7. Hak atas kesejahteraan: hak milik, hak atas pekerjaan, hak untuk bertempat tinggal layak, jaminan sosial, dan perlindungan bagi kelompok rentan

8. Turut serta dalam pemerintahan: hak pilih dalam pemilihan umum dan hak untuk berpendapat

(11)

10. Hak anak: hak hidup untuk anak, status warga negara, hak anak yang

HAM. Terjadinya tindakan pelanggaran HAM dapat dilakukan oleh siapapun, baik itu perorangan maupun kelompok. Dalam kondisi apapun, pertanggung-jawaban harus dibebankan kepada negara sebagai representasi pemangku mandatdari warga negara. Namun tidak menutup kemungkinan orang/kelompok dapat dikriminalisasi untuk mempertanggungjawabkan tindak pelanggaran yang telah dilakukan.Secara umum, ada dua pihak yang dapat menjadi pelaku pelanggaran HAM; Aktor Negara dan Aktor Non-Negara.

Aktor Negara (state actor)

Yang dimaksud dengan aktor negara adalah mereka, baik perorangan maupun institusi yang berada dalam kapasitas atau sebagai representasi Negara (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Pelanggaran HAM tersebut terjadi karena dalam melaksanakan kewajiban mereka sebagai representasi Negara tidak melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi manusia warga negaranyaSecara sederhana, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki oleh setiap umat manusia sejak terlahir di dunia. Hak tersebut menyatu dalam diri seseorang tanpa mengenal bangsa, warna kulit, agama, afiliasi politik dan lain-lainnya. Semua orang terlahir dengan hak yang sama sama tanpa pengecualian.5

4 Barzah latuponu,Perlindungan Hukum dan Hak Asasi Manusia terhadap Pekerja Kontrak”,Jurnal Nasional ,Vol.17.Nomor.3,2011,60

(12)

Hak asasi manusia, setiap manusia lahir pasti memiliki hak ini, hak yang dimiliki sejak lahir hak manusia untuk berpendapat dan melakukan yang mereka mau atau dengan kata lain hak kebebasan manusia. Tetapi ada beberapa kasus orang mengunci mati hak seseorang, salah satunya adalah kasus yang kami angkat menjadi studi yaitu kasus “Marsinah”

Dasar Hukum / Pasal pada Undang Undang

1) Pasal 1 butir ke-1 UU No. 39 tahun 1999

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.6

2) Pasal 1 butir ke-6 UU No. 39 tahun 1999

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,

menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak

mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.7

3) Pasal 9 butir ke-1 UU No. 39 tahun 1999

Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.

Dalam Rome Statute of the International Criminal Court 1998 (status Roma tahun 1998) art dijelaskan mengenai definisi dari Pelanggaran HAM yang berbunyi:

The jurisdiction of the court shall be limited to the most serious crime of concen to the international community as a whole. The courth has

jurisdiction in accordance with the statute with respect to the following crime:

(13)

(a). The crime of genocide (b).Crimes against humanity (c).War crimes

(d).The Crime of aggres8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara penyelesaiannya masalah yang terjadi pada kasus Marsinah?

2. Bagaimana upaya pencegahannya? C. Metode Penulisan

Metode study kepustakaan dilakukan untuk menunjang metode wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, referensi-referensi dapat diperoleh dari buku-buku atau internet.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Cara Penyelesaian

Proses Penyelidikan dan Penyidikan

1. Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan

penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.

(14)

2. Delapan petinggi PT CPS (Yudi Susanto, 45 tahun, pemilik pabrik PT CPS Rungkut dan Porong; Yudi Astono, 33 tahun, pemimpin pabrik PT CPS

Porong; Suwono, 48 tahun, kepala satpam pabrik PT CPS Porong; Suprapto, 22 tahun, satpam pabrik PT CPS Porong; Bambang Wuryantoyo, 37 tahun, karyawan PT CPS Porong; Widayat, 43 tahun, karyawan dan sopir di PT CPS Porong; Achmad Sutiono Prayogi, 57 tahun, satpam pabrik PT CPS Porong; Karyono Wongso alias Ayip, 37 tahun, kepala bagian produksi PT CPS Porong) ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk Mutiara, 26 tahun, selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap, mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah.

3. Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah.

4. Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI. Pasal yang dipersangkakan Penyidik Polda Jatim terhadap para tersangka dalam Kasus Marsinah tersebut antara lain Pasal 340 KUHP, 255 KUHP, 333 KUHP, hingga 165 KUHP jo Pasal 56 KUHP.

5. Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari

Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.

(15)

bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni) Jaksa / Penuntut Umum. Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah

"direkayasa".

2.2 Upaya Pencegahannya

1.Meneggakan supremasi hukum dan demokrasi ,pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan bangsa dan negara.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanngaran HAM ,kualitas pelayanan publik yang baik akan membuat masyarakat menjadi nyaman dan tidak menjadi tonggak upaya yang pencegahan pelanggaran HAM

3. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara .Semakin profesional sebuah lembaga ,semakin baik pula masyarakat untuk mencapai lembaga tersebut ,demikian hanya dengan lembaga keamanan dan pertahanan negara jika mampu meyakinkan masyarakat bahwa mereka itu profesional maka pelanggaran Ham akan berkurang

4.Meningkatkan penyebarluasan prinsip –prinsip HAM kepada Masyarakat. Penyebarluasan prinsip HAM pada masyarakat melalui pendidikan formal

(sekolah,perguruan tinggi) . Tujuan dari penyebarluasan ini tentunya agar

masyarakat mengerti dan pahamseberapa pentingnya HAM itu.Jika masyarakat mengerti ,maka akan meringankan beban pemerintah dalam upaya penegakan HAM.

(16)

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas hak asasi dari orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu

Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Art 5, Statute of the international Criminal Court 1998.

Barzah latuponu,Perlindungan Hukum dan Hak Asasi Manusia terhadap Pekerja Kontrak”,Jurnal Nasional ,Vol.17.Nomor.3,2011,60

Dr.Muladi ,Hak Asasi Manusia (Bandung:Pt Refika Aditama,2005)hlm.138

Dr.Rahayu ,Hukum Hak Asasi Manusia (Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2010)hlm.38

Effendi Mansyur, HAM dalam Dimensi /Dinamika Yuridis ,Sosial ,Politik(Bogor:Ghalia Indonesia,2005)hlm.59

I Made Budi Ariska ,”Isu Hak Asasi Manusia dalam Penerapan Deportasi Terhadap Tenaga Kerja Asing di Bali”,Pandecta,Vol.11.Nomor.1,2016,9.

Komnas HAM ,”Jurnal HAM” ,jurnal nasional,vol.12.Nomor.2,2011.36.

Referensi

Dokumen terkait

3 1 Rahfendika Berninanto Sidomulyo, RT 24/01, Ngembat Padas, Gemolong, Sragen SMK Akuntansi 003. 4 8 Yuanita Komalasari Karang, RT 011, Karanganyar, Plupuh, Sragen SMK

Usaha Menengah merupakan usaha pada ekonomi produktif yang dilakukan secara individua atau badan usaha yang berdiri sendiri dalam arti bukan merupakan cabang suatu perusahaan

Untuk menghitung nilai koefisiensi korelasi antara variabel motivasi siswa dalam mengikuti ekstrakurikuler sains (X) dengan variabel partisipasi siswa dalam

Sajian gending tidak dapat berdiri sendiri dalam menghantarkan seseorang mencapai kondisi ndadi, namun merupakan salah satu unsur terpenting karena intensitas auditifnya

Karena begitu luas lingkup dari permasalahan dan waktu keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini hanya dalam perbedaan sebatas Pengaruh

Pada pengenalan pengucap dengan menggunakan metode VQ, jarak penyimpangan Euclidean ini digunakan untuk menghitung jarak penyimpangan antara masing-masing vektor ciri

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan memperkenalkan salah satu majalah yang diproduksi oleh Yayasan Sahabat Mustahiq Sejahtera, kemudian di dalamnya terdapat

Selain itu ternyata persyaratan bahwa suatu kawasan harus dijadikan kawasan lindung karena memiliki kemiringan di atas 40% seluruhnya telah termasuk di dalam hasil overlay antara