• Tidak ada hasil yang ditemukan

111306871 7 Strategi Pembelajaran Sd 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "111306871 7 Strategi Pembelajaran Sd 2011"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI 7

STRATEGI PEMBELAJARAN SD

A. Pendahuluan

PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan) merupakan implementasi proses belajar mengajar dengan mengembangkan budaya organisasi kelas, dan iklim organisasi pengajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis sehingga menyenangkan bagi siswa sesuai dengan tuntutan Undang-Undang Sisdiknas (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 ayat 2 a). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2006 dan Nomer 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan dinyatakan bahwa Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Isi. Untuk dapat mengembangkan hal tersebut dituntut kemampuan guru memahami strategi pengembangannya. Salah satu kemampuan yang harus dikembangkan adalah kemampuan menetapkan model pembelajaran.

Penetapan model pembelajaran mengacu pada konsep kurikulum yang berlaku, yaitu KTSP dimana pengembangannya didasari dari kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi, menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar diharapkan dengan: (1) Berpusat pada peserta didik, (2) Mengembangkan kreativitas, (3) Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (4) Kontekstual, (5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan (6) Belajar melalui berbuat. Dengan dasar kurikulum ini diharapkan tumbuh inovasi-inovasi pembelajaran.

Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan model/strategi/metode/teknik baru di luar kebiasaan atau pengembangan model/strategi/metode/teknik lama dengan tambahan sehingga lebih efektif untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran. Dalam referensi kependidikan sering disandingkan antara pengertian-pengertian tersebut dengan maksud yang serupa. Untuk kepentingan inovasi pembelajaran, akan diuraikan perbedaan antara model, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.

Model pembelajaran adalah: "Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar." Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000). Pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu.

(2)

yang sudah ada atau menciptakan metode baru. Metode secara harfiah berarti “cara”. Secara umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendapat lain juga dijelaskan bahwa metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan menkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.

Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan sebagai teknik pembelajaran. Metode adalah alat untuk mencapai tujuan yang bersifat prosedural (fase pendahuluan, fase pembahasan, fase menghasilkan dan fase penurunan), sedangkan teknik merupakan pelaksanakan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan yang bersifat implementatif. Rangkaian dari banyak metode yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran dinamakan strategi pembelajaran.

Metode bukan merupakan tujuan, melainkan cara untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Untuk itu tidak mungkin membicarakan metode tanpa mengetahui tujuan yang hendak dicapai. Jadi berhasil tidaknya tujuan yang akan dicapai bergantung pada penggunaan metode yang tepat. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa sebenarnya tidak ada metode mengajar yang paling baik atau buruk. Yang ada adalah guru yang cakap atau guru tidak cakap dalam memilih dan mempergunakan metode dalam pembelajaran.

Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari dengan jumlah peserta didik yang banyak tentu saja akan berbeda jika dilakukan pada pagi hari dengan jumlah peserta didik yang sedikit.

Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya ada dua orang yang sama-sama menggunkan metode ceramah dalam situasi yang sama maka bisa dipastian mereka akan melakukannya secara berbeda .

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

(3)

Pembelajaran inovatif membutuhkan kondisi tertentu antara lain terdapat kebebasan bagi guru untuk menghadapi resiko, mendorong guru untuk mencoba ide baru, memberi kesempatan bagi guru untuk tidak terikat, mendorong guru untuk mencoba berbagai teknik mengajar, dan menyediakan forum untuk refleksi tentang pembelajaran

B. Klasifikasi Strategi Pembelajaran dan Contoh Metode

Strategi dan metode yang dipilih didasarkan dari model pembelajaran yang digunakan atau model digunakan untuk memilih dan menyusun strategi pembelajaran untuk suatu penekanan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dapat digabungkan, dipertukarkan, dan dapat pula dimodifikasi teknik pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan kondisi siswa. Model-model Pembelajaran secara umum terdiri dari model pemrosesan informasi, model personal, model interaksi sosial, dan model behavioral.

1.

Model Pemrosesan Informasi

: Dalam model ini ditekankan pengambilan, penguasaan dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif siswa.

2.

Model Personal

: Penekanan dalam model ini adalah pada pengembangan konsep diri

setiap individu. Hal ini juga meliputi pengembangan proses individu membangun dan mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya.

3.

Model Interaksi sosial

: Model ini menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara siswa. Fokusnya pada peningkatan kemampuan siswa untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.

4.

Model Behavioral

: Model behaviorial menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari siswa sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon, model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu.

Keempat model di atas tidaklah eksklusif. Sebuah unit pembelajaran mungkin mengandung beberapa model sementara sebuah pembelajaran mungkin menyertakan aspek-aspek lebih dari satu model. Penerapan model pembelajaran membutuhkan strategi pembelajaran atau dapat dikatakan penetapan strategi pembelajaran tergantung dari model yang akan diterapkan. Selain model pembelajaran, dalam menetapkan strategi pembelajarn perlu juga diperhatikan pendekatan pembelajara.

Pendekatan (approach) memiliki pengertian yang berbeda dengan strategi (Sanjaya Wina, 2007), pendekatan bersifat filosofis paradigmatik, yang mendasari aplikasi strategi dan metode. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Berdasarkan pemerolehan bahan pembelajaran, secara garis besar pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan konsep dan pendekatan proses.

(4)

2.

Pendekatan proses

atau dikenal dengan pendekatan keterampilan proses menekankan pada bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.

Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, strategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode. Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu pembelajaran langsung, pembelakaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, belajar melalui pengalaman, dan pembelajaran mandiri.

1.

Pembelajaran langsung

: Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. Contoh metode dalam pembelajaran langsung adalah: ceramah, tanya jawab, demonstrasi latihan dan drill.

2.

Pembelajaran tidak langsung

: Umumnya berpusat pada peserta didik. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat. Contoh metode pembelajaran tidak langsung adalah: inkuiri, studi kasus, pemecahan masalah, peta konsep.

3.

Pembelajaran interaktif:

Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan. Contoh merode dalam pembelajaran interaktif adalah: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau projek, kerja berpasangan.

4.

Belajar melalui pengalaman (Empirik/Eksperiential)

: Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif. Contoh metode dalam pembelajaran empirik adalah: bermain peran, observasi/survey, simulasi.

5.

Pembelajaran mandiri

: Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Contoh metode dalam pembelajaran mandiri adalah: pekerjaan rumah, projek penelitian, belajar berbasis komputer.

Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

(5)

dengan masif dipertimbangkan keefektifan dan dalam suasana yang menyenangkan. Untuk supaya siswa banyak mengingat apa yang telah dipelajari, maka siswa diberi banyak kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktikkan dan mendiskusikan materi pembelajaran.

1. Metode dalam pembelajaran langsung.

Pembelajaran langsung biasanya diidentikkan dengan metode ceramah, dimana pembelajaran ini disinyalir kurang mengaktifkan siswa. Namun demikian pembelajaran langsung masih dapat digunakan dengan menggunakan metode tanyajawab, demonstrasi, dan latihan. Selanjutnya dapat digunakan beberapa cara untuk lebih mengefektifkan pembelajaran langsung, misalnya:

 Siswa mereviu materi pembelajaran yang telah dipelajari.

 Materi baru disajikan kepada siswa:  materi dikelola per bagian dengan baik.

 gunakan media visual (penting untuk membaca)

 Siswa melakukan latihan dengan bimbingan guru.

 Siswa melakukan latihan secara mandiri (Lembar Kerja Siswa)

 Siswa dimonitor perolehan keterampilan/pengetahuannya secara periodik.

Metode yang dapat dikembangkan ketika siswa menerima penjelasan dari guru antara lain:

a. Contoh dan analogi: Guru menyediakan contoh dan ilustarsi dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan pelajaran. Guru juga dapat membuat perbandingan antara materi pelajaran dengan pengalaman siswa

b. Permainan: Guru menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan diharapkan sesuai dengan tema. Contoh permainan misalnya tebak gambar, tebak mesteri dalam kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas dengan beberapa modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone, permainan kata, dll).

c. Kartu respon: Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan pada kartu atau potongan kertas dengan tidak menuliskan nama atau identitas lain. Dapat dikembangkan dengan kartu soal ataupun kartu jawab. Pada kartu soal siswa mendapatkan kartu pertanyaan yang berbeda dan menjawab dengan angkat tangan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif atau imajinatif. Pada kartu jawab siswa mendapatkan kartu jawab, ia angkat tangan saat kartunya cocok dengan pertanyaan guru; gunakan pertanyaan terbuka, produktif atau imajinatif.

d. Poling: Guru melakukan survey yang singkat untuk memperoleh data secara cepat. Hal ini dapat dilakukan dengan survey verbal misalnya dengan meminta siswa mengangkat tangan atau mengangkat kartu jawaban

(6)

f. Pemanggilan pembicara selanjutnya: Guru meminta siswa untuk mengacungkan tangan jika mereka ingin menyampaikan pendapatnya dan memanggil seorang siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Setelah selesai giliranya, siswa ini diminta menunjuk siswa lain menyampaikan pendapatnya.

g. Cerita atau visualisasi yang menarik: Guru menyediakan cerita fiksi, gambar, grafik atau alat visual lain yang relevan untuk menarik perhatian siswa terhadap apa yang akan guru ajarkan. Termasuk melihat video, mendengarkan radio atau tape recorder.

h.

Permasalahan

: Guru mengajukan permasalahan yang terkait dengan pelajaran

yang akan disampaikan.

i.

Demonstrasi:

guru ataupun siswa dapat mendemonstrasikan sesuatu sesuai tema

dengan menggunakan gerak tubuh ataupun alat peraga.

j.

Reviu koran atau berita:

siwa diminta mereviu koran atau berita pada bacaan

lain.

k. Curah pendapat: siswa diminta untuk berpendapat tentang sesuatu sesuai tema. Pendapat-pendapat itu ditampung untuk diambil kesimpulan bersama tentang permaslahan yang dibahas.

l. Metode membaca keras-keras: Setiap siswa diminta untuk membaca bagian dari teks ( satu paragraf) di depan kelas dengan keras. Beberapa siswa dapat membaca bagian teks yang sama. Guru dapat menghentikan untuk mengajukan pertanyaan. Setelah beberapa siswa membaca keras kemudian diskusi bersama dan penguatan

Metode yang dapat dikembangkan setelah siswa menerima penjelasan dari guru antara lain:

a. Jeda klarifikasi: kegiatan ini dimaksudkan agar sisiwa mendengar dengan aktif. Guru memberikan jeda diantara penjelasannya agar guru dapat mengklarifikasi

b. Berbagi catatan: setelah serangkaian kegiatan peserta didik membandingkan hasil catatannya dengan catatan rekannya yang lain

c. Tanya jawab: hampir mirip dengan jeda klarifikasi namun tanya jawab dilakukan setelah penjelasan benar-benar tuntas. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan konsep dan aplikasinya. Jika tidak ada pertanyaan dari siswa, guru dapat memancing dengan bertanya pada siswa. Perlu diingat bahwa mengajukan pertanyaan bukanlah hal yang mudah bagi siswa. Oleh karenanya, perlu diberikan alokasi waktu bagi siswa untuk berfikir.

d. Merespon demonstrasi: setelah siswa diajak mengamati kejadian tertentu, mereka diminta untuk membuat sebuah paragraf tentang kesan siswa terhadap demonstrasi tersebut. Siswa dapat memulai dengan kalimat. ” Setelah mencermati demonstrasi saya...” e. Headline: Guru menyarikan pelajaran dengan kata-kata kunci agar mudah diingat.

Metode untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dipelajari a. Mengembangkan peta konsep: secara individual ataupun kelompok siswa diminta untuk

(7)

hubungan antar konsep. Peserta didik membuat bulatan-bulatan yang di dalamnya terdapat konsep dan garis yang menghubungkan antara bulatan yang satu dengan yang lainnya. b. One minute paper: kegiatan ini dapat dilakukan di akhir pembelajaran. Mintalah siswa

mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait konsep yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi siswa untuk menjawabnya.

c. Refleksi: mintalah satu atau dua siswa maju di depan kelas dan menceriterakan kesan terhadap pembelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

d. Quis: guru mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta siswa menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama siswa maupun tidak mencantumkan nama. Quis juga bisa digunakan dengan adu cepat, teka-teki atau sejenisnya. Quis dapat dilakukan secara lisan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif, imajinatif. Quis juga dapat dilakukan dengan cara melengkapi gambar.

e. Turnamen: secara berkelompok siswa berkompetisi untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok siswa yang memenangkan turnamen mendapatkan reward tertentu.

f. Reviu: Minta siswa-siswa untuk mereviu isi pelajaran dengan yang lain atau memberi mereka tes skor reviu.

2. Metode dalam pembelajaran tidak langsung

a. Metode Inkuiri: Siswa melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa mengajukan pertanyaan. Selanjutnya siswa merumuskan dugaan, dan mengumpulkan data. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa diminta untuk menyimpulkan.

b. Metode memecahkan masalah: Setiap siswa diminta untuk merumuskan masalah dengan jelas dan ringkas. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan (fakta dan pengetahuan. Menentukan berbagai pemecahan masalah. Memilih pemecahan yang paling sesuai. Menguji pemecahan masalah yang dipilih. Menilai hasil pemecahan masalah.

c. Metode berdagang: Setiap siswa menuliskan satu hal (misal, pengalaman, ide kreatif, pertanyaan, pendapat atau yang lain) pada sepotong kertas. Setiap siswa menempelkan hasil tulisan pada bajunya. Berkeliling untuk menjual dan membeli (membaca) hasil teman lain. Tetapkan aturan bahwa setiap hasil kerja harus dijual dan dibeli. Secara klasikal, secara bergiliran siswa menyampaikan hasil perdagangannya. Penguatan oleh guru.

d. Analisa studi kasus: kepada peserta didik diberikan kasus yang harus dipecahkan baik secara individual maupun secara berkelompok berdasarkan data, fakta atau konsep yang telah dipelajari di kelas.

(8)

3.

Metode dalam pembelajaran interaktif

a. Diskusi kelompok: Guru meminta siswa berkelompok dengan anggota tiga atau lebih untuk berbagi informasi.

Contoh cara membentuk kelompok yang efektif adalah:

Kartu kelompok. Langkah pertama adalah menetapkan jumlah kelompok. Jumlah kelompok dalam kelas dapat ditentukan berdasarkan jumlah siswa. Langkah berikutnya adalah membuat kartu yang diberi nomor dari 1 sampai dengan nomor terakhir yang sesuai dengan jumlah kelompok atau kartu warna-warni dengan jumlah warna sama dengan jumlah kelompok. Kartu-kartu ini dibuat rangkap sebanyak jumlah kelompok. Kemudian kartu-kartu ini dibagaikan kepada siswa-siswa, mereka yang mendapat kartu dengan nomor sama atau warna membentuk satu kelompok

Puzzle: Buat gambar hewan atau mobil atau yang lain pada kertas karton sebanyak jumlah kelompok yang ingin dibentuk. Kemudian gambar ini dipotong-potong sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Masing-masing potongan dibagikan kepada siswa-siswa. Siswa yang mendapatkan potongan gambar gajah berkumpul dan membentuk satu kelompok.

Kartu nama: Gunakan kartu nama yang berbeda-beda bentuk dan atau warnanya untuk menentukan kelompok yang berbeda

Kelahiran: Siswa-siswa diminta untuk berkelompok berdasarkan kelahirannya, misalnya siswa yang lahir bulan Januari dan Februari membentuk satu kelompok, demikian juga untuk bulan-bulan yang lain.

Kartu remi: Gunakan kartu remi atau jenis lain untuk membentuk kelompok. Misalkan, gunakan aces (as), king (K), queen (Q) dan jack (J) untuk membentuk empat kelompok.

Nomor undian: Buat potongan-potongan kertas dan beri nomor sesuai dengan jumlah kelompok dan jumlah siswa. Kemudian masukan dalam kotak. Tiap siswa diminta mengambil nomor undian. Siswa-siswa yang mendapat nomor undian yang sama membentuk satu kelompok.

Rasa permen: Bagikan permen dengan berbagai rasa berbagai rasa untuk membentuk kelompok. Misalkan ingin membentuk 4 kelompok maka permen yang dibagikan memiliki empat rasa: lemon, strawbery, mangga, dan jambu. Jumlah masing-masing rasa sesuai dengan jumlah kelompok yang ingin dibentuk.

Kesukaan: Kumpulkan mainan yang bertema sama dan gunakan untuk membentuk kelompok, misalkan untuk tema transportasi maka mobil, kapal, pesawat, kereta api dapat digunakan untuk membentuk 4 kelompok. Masukkan mainan ini ke dalam kotak dan minta siswa untuk mengambil undian dan kemudian dikembalikan lagi. Siswa yang mengambil undian yang sama berkumpul membentuk satu kelompok.

Buku siswa: Guru dapat memberikan kode pada buku PR siswa untuk menentukan kelompok

(9)

yangsama dengan peserta didik disebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share).

c. Metode Investigasi Kelompok: Siswa membentuk kelompok. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.Setiap kelompok membahas tugas yang diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan. Guru memberikan penguatan.

d. Metode TGT (Team Game Tournament): Guru menyajikan materi baru. Siswa membentuk kelompok belajar secara heterogen (sesuaikan kondisi siswa kelas awal). Setiap kelompok mengikuti turnamen akademik. Setiap siswa mewakili kelompoknya pada kegiatan turnamen. Beri penghargaan terhadap kelompok yang menang.

e. Metode Jigsaw: Guru menyiapkan tugas sebanyak jumlah kelompok (tugas disesuaikan dengan kemampuan anak kelas awal). Siswa berkelompok dengan jumlah anggota sama dengan jumlah kelompok (siswa harus hafal anggotanya). Setiap siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Siswa dari berbagai kelompok yang memperoleh tugas yang sama membentuk kelompok baru dan mendiskusikan bagiannya. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi kepada anggota kelompok yang lain. Secara acak siswa menyampaikan seluruh tugas yang diberikan guru (yakinkan bahwa stiap siswa mampu menguasai seluruh tugas). Penguatan

f. Metode Debat: Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain kontra. Setiap kelompok membaca materi yang akan didebatkan. Guru menunjuk satu anggota pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian seterusnya. Guru menuliskan ide/gagasan dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi. Guru menambahkan ide yang belum terungkap. Dari data-data di papan tulis, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai

g. Metode Numbered Heads Together: Siswa membentuk kelompok dan setiap anggota menerima nomor (biasanya anggotanya 4 orang). Guru menyampaikan permasalahan untuk didiskusikan oleh setiap kelompok (tiap siswa harus memahami jawaban kelompoknya). Siswa yang nomornya sama dengan nomor yang ditunjuk oleh guru menyampaikan jawaban atas nama kelompoknya. Demikian seterusnya sehingga semua masalah telah dijawab. Penguatan

h. Metode STAD (Student Team Achievement Division): Pembelajaran oleh guru. Siswa membentuk kelompok (sesuaikan dengan kondisi siswa kelas awal). Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang diterima (tiap siswa harus memahami jawaban kelompoknya). Salah seorang dari setiap kelompok mengerjakan soal-soal (kuis). Nilai setiap anggota menentukan nilai kelompok. Penguatan

(10)

j. Kelompok belajar kolaboratif: siswa dibentuk dalam kelompok heterogen 3-6 orang. Mintalah salah satu siswa menjadi pemimpinnya dan satu yang lain menjadi pencatat. Berikan kesempatan pada sisiwa untuk belajar secara berkolaborasi. Hasil kelompok berupa laporan tertulis

k. Diskusi terbuka: Ajukan pertanyaan pada seluruh siswa atau kelompok. Untuk menghindari pemborosan waktu, guru dapat menyatakan sebelumnya bahwa hanya meminta 4 atau 5 siswa untuk mengajukan pendapat dengan mengacungkan tangan. l. Pesta Pertanyaan : peserta didik diminta membaca topik/materi tertentu. Masing-masing

peserta didik menyiapkan beberapa pertanyaan penting beserta kemungkinan jawabannya. Secara bergiliran peserta didik menyampaikan pertanyaan dan dibahas bersama teman-temannya serta dikuatkan oleh dosen.

m. Panel: Guru meminta beberapa siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas seperti dalam bentuk diskusi panel. Siswa-siswa yang duduk di depan menghadap ke teman-teman lain berperan sebagai panelis. Kemudian secara bergiliran siswa-siswa lain menjadi panelis.

n. Fishbowl (diskusi melingkar): Guru meminta beberapa siswa untuk melakukan diskusi secara melingkar dan siswa yang lain mendengarkan dalam format melingkar di luar nya. Kemudian buat lingkaran kecil di dalamnya untuk melanjutkan diskusi.

o. Permainan: Guru menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan diharapkan sesuai dengan tema. Contoh permainan misalnya tebak gambar, tebak mesteri dalam kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas dengan beberapa modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone, permainan kata, dll)

p. Belajar berpasangan: Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas atau berdiskusi dengan teman di dekatnya secara berpasangan. Belajar berpasangan cocok untuk mengerjakan tugas yang rumit.

Beberapa tugas yang dapat diberikan pada kegiatan belajar berpasangan:

 Mendiskusikan bacaan singkat

 Saling bertanya terkait dengan reaksi pasangan terhadap tugas membaca, materi pelajaran atau yang lainnya

 Saling mengritik pekerjaan pasangan

 Saling bertanya tentang hasil membaca

 Merangkum pelajaran yang baru diberikan

 Mengembangkan pertanyaan yang akan diajukan pada guru

 Mengalisis masalah tertentu, latihan atau percobaan

 Saling menguji pasangan

 Merespon pertanyaan yang diajukan guru

 Membandingkan catatan pelajaran yang dibuat di kelas

(11)

a. Bermain peran: masing-masing kelompok diminta merancang permainan peran berdasarkan konsep yang sedang dipelajari. Kelompok yang satu menanggapi hasil permainan peran kelompok yang lain.

b. Membangun model: sama dengan bermain peran masing-masing kelompok diminta untuk mengembangkan model berdasarkan konsep yang dipelajari. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil dan ditanggapi kelompok lainnya. c. Simulasi/latihan praktek: setelah siswa belajar tentang keterampilan motorik tertentu,

secara acak siswa diminta untuk mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari di depan kelas.

5. Metode dalam pembelajaran mandiri

Pembelajaran di SD, bisa mulai dilatih dengan pembelajaran mandiri. Hanya saja disesuaikan dengan usia dan kondisi sekolah yang ada. Seperti dikatakan di atas, bahwa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran mandiri antara lain PR (Pekerjaan Rumah), projek, pembelajaran berbasis komputer.

a. Metode Pemberian Tugas: Metode pemberian tugas adalah cara penyajian materi pelajaran dengan memberi tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan tertentu dan dipertanggungjawabkan. Tugas dapat dikerjakan di sekolah ataupun di rumah. Jenis tugas yang harus dikerjakan di rumah dinamakan pekerjaan rumah.

Tujuan pemberian tugas antara lain supaya siswa dapat memperdalam materi pelajaran dan untuk mengecek materi yang telah dipelajari. Sedangkan fungsinya dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar baik secara individu ataupun kelompok.

b. Metode Projek: Metode projek adalah suatu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari masalah dimana pemecahannya memerlukan tinjauan dari berbagai segi. Dasar pemikiran penggunaan metode ini adalah masalah hanya bisa diselesaikan dengan berbagai segi atau ilmu. Untuk itu hanya pada masalah-masalah yang memerlukan pemecahan unit yang dapat digunakan metode projek. Projek pada anak usia kelas awal tentu saja pemacahan masalah yang sederhana, contoh pertumbuhan tanaman. Anak diminta untuk mengamati beberapa pertumbuhan beberapa tanaman dalam kurun waktu yang cukup panjang, misal 1 bulan.

C. Implementasi Metode dalam Pembelajaran

PAIKEM memerlukan implementasi yang jelas. Implementasi PAKEM tercermin dalam kegiatan awal, inti, dan penutup. Supaya PAIKEM terlaksana perlu digunakan bermacam-macam metode. Penggunaan berbermacam-macam-bermacam-macam metode inilah yang dinamakan dengan multimetode.

Dalam referensi kependidikan sering disandingkan antara pengertian-pengertian model, pendekatan, strategi, metode dan teknik dengan maksud yang serupa, untuk itu dalam panduan pengembangan RPP (Diknas, 2008) dinyatakan sebagai berikut:

(12)

Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:

a.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.

b.

Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya.

Beberapa metode di atas dapat dipilih berdasarkan penggunaan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dikelompokkan dalam kegiatan awal, inti, dan penutup. Yang perlu diingat bahwa pada metode yang sama dapat digunakan pada kegiatan yang berbeda. Misalnya metode tanyajawab dapat digunakan pada kegiatan awal, inti, ataupun penutup.

Kegiatan awal

Secara umum kegiatan awal berfungsi untuk: (1) Memfokuskan perhatian siswa dan menciptakan ketertarikan, (2) Merangsang pemikiran siswa, (3) Mengungkap pengalaman awal yang dimiliki siswa, (4) Memotivasi siswa mempelajari materi, (5) Memahami tujuan pembelajaran, (6) Mengingatkan pada kesepakatan kelas

Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dipilih di antaranya sebagai berikut.

1. Mengajukan kasus-kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan konsep/topik yang sedang dipelajari.

2. Meminta siswa untuk mencermati dan memberikan komentar tentang video, gambar dan sketsa yang terkait dengan konsep yang akan dipelajari dan meminta komentar mereka. 3. Mendemonstrasikan sesuatu di depan kelas dan meminta siswa mengomentarinya.

4. Menyampaikan fakta-fakta perkembangan iptek terkait dengan konsep yang akan dipelajari.

5. Cerita atau visualisasi yang menarik: 6. Reviu koran atau berita

7. Curah pendapat 8. Pesta pertanyaan 9. Quis

10. Dan masih banyak lagi.

Kegiatan Inti

(13)

kasus-kasus kehidupan nyata. Di bawah ini beberapa strategi atau metode yang dapat dimanfaatkan oleh guru.

1. Pembelajaran kooperatif, atau pembelajaran yang mendorong siswa untuk bekerjasama dengan berbagai pilihan metode, yaitu: (JIGSAW, TGT, STAD, dll).

2. Pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran yang mengarahkan siswa dan untuk memecahkan masalah yang diajukan dengan konsep yang akan dipelajari.

3. Projek dan penyusuna laporan 4. Diskusi

5. Debat

6. Simulasi dan bermain peran 7. Tanya jawab

8. Simulalsi 9. Bermain peran

10. Dan masih banyak lagi

Kegiatan akhir

Bagian akhir pembelajaran adalah kegiatan guru untuk mengetahui apakah siswa telah berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada tahap ini di antaranya sebagai berikut.

1 Siswa diminta membuat ringkasan tentang hal-hal yang telah dipelajari.

2 Siswa mempresentasikan secara lisan poin-poin penting yang telah mereka pelajari. 3 Siswa mengembangkan tulisan kreatif terkait konsep yang dipelajari.

4 Siswa diminta mengembangkan peta konsep tentang materi yang dipelajari. 5 Siswa diminta untuk mereviu apa yang telah dipelajari.

D. Contoh Penggunaan Metode pada Matapelajaran

Tidak semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan keadaan pembelajaran berlangsung. Semua metode pembelajaran memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan relevan dengan tujuan pembelajaran tertentu namun tidak cocok untuk tujuan dan keadaan yang lain. Dengan kata lain, semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Prinsip-prinsip penggunann metode antara lain: efektif dan efisien, digunakan secara bervariasi, digunakan dengan memadukan beberapa metode. Faktor-faktor yang perlu di perhatikan dalam menentukan metode pembelajaran, antara lain: (1) tujuan pembelajaran/Indikator dan Kompetensi Dasar, (2) Tema pembelajaran (untuk kelas awal), (3) Kondisi siswa (kemampuan siswa, jumlah siswa), (4) jenis materi, (5) waktu, (6) fasilitas yang ada, dan (7) Kemampuan guru.

Berikut akan dicontohkan penggunaan metode dalam 5 matapelajaran (IPA, PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika).

(14)

Pada prinsipnya dalam pemilihan metode pembelajaran IPA didasarkan atas rambu-rambu pembelajaran IPA, yaitu

Empat Pilar Pembelajaran UNESCO, yaitu: Learning to know (belajar untuk mengetahui), Learning to do (belajar untuk melakukan), Learning to be (belajar untuk menjadi mandiri), Learning to live together (belajar hidup bersama/bekerja sama)

Konstruktivisme, yaitu paradigma pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman diri kita dalam belajar. Pemahaman kita tentang sesuatu bukanlah pemberian orang lain melainkan kita sendiri yang membangunnya secara bertahap. Masing-masing orang memiliki “cara” atau “ model “ sendiri dalam memahami sesuatu, yang mungkin berbeda dengan orang lain. Jadi belajar pada dasarnya adalah proses menerima dan mengolah pengalaman-pengalaman baru menjadi pengetahuan baru

Inquiry Sains. Pembelajaran berbasis inquiry adalah cara membangun pengetahuan tentang alam di sekitar kita melalui cara-cara inquiry. Pembelajaran dimulai dengan permasalahan yang dajukan oleh siswa atau yang diarahkan oleh guru pada topik yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memegang peranan untuk menjawab pertanyaan dengan melakukan serangkaian kerja ilmiah. Pada akhir pembelajaran guru mengajukan pertanyaan apakah konsep-konsep telah dipahami dengan baik oleh siswa.

Sains, Lingkungan, Teknologi dan Kemasyarakatan. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, dan memanfaatkannya untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Salingtemas merupakan pendekatan yang berbasis kepada masalah dan responsif terhadap masalah-masalah yang terkait dengan implikasi sains dan teknologi serta lingkungan baik yang berskala lokal, nasional maupun internasional. Masalah yang diselidiki dipilih sendiri oleh siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat memahami konsep, proses dan pengaruh sains dan teknologi pada masyarakat dengan berbagai perspektif. Dalam setting pembelajaran salingtemas, siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang mengasah kemampuan untuk mengambil kebijakan terhadap masalah sains dan teknologi.

Problem Solving. Melibatkan siswa pada kasus permasalahan nyata dalam kehidupan:

Membentuk kelompok, menyajikan masalah, mengaktifkan kelompok, penguatan, mempertanyakan solusi

Pembelajaran Sains bermuatan nilai. Ada dua dimensi dalam pembelajaran sains berluatan nilai, yaitu:(1)Ketuhanan, yaitu fitrah bertuhan, (2) Kemanusiaan, yaitu berbudi luhur.

Contoh-Contoh Metode IPA

1. Pembelajaran Berbasis Masalah

Metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004).

Langkah:

(15)

b. Menghadirkan masalah: Guru memotivasi siswa dan menyampaikan permasalahan pada masing-masing kelompok

c. Mengaktifkan kelompok: Guru meminta kelompok melaksanakan curah pendapat, berdiskusi,mencari informasi dan melakukan penyelidikan.

d. Presentasi Perumusan Masalah: Siswa diminta mengemukakan hasil-hasil diskusi dan penyelidikan kepada kelompok yang lain, diskusi dan mencari penjelasan

e. Penguatan: Guru menyampaikan penguatan-penguatan dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dipelajari

Apa yang harus dilakukan siswa?

a.

Merumuskan masalah: Siswa diharapkan mampu merumuskan permasalahan yang akan dipecahkan.

b.

Mengidentifikasi kemungkinan solusi: Siswa diharapkan melakukan curah pendapat untuk mengidentifikasi kemungkinan solusi dari masalah yang dihadapi

c.

Mempersempit pilihan: Dari berbagai alternatif solusi, siswa diharapkan dapat memilih penyelesaian prioritas dan menentukan data yang diperlukan untuk menguji alternatif solusi tersebut.

d.

Mengajukan hipotesis: Dari alternatif solusi yang diprioritaskan siswa menentukan hipothesis solusi permasalahan

e.

Menguji hipothesis: Siswa melakukan penyelidikan untuk menguji hipothesis yang diajukan

f.

Menyusun Laporan: Siswa membuat laporan sederhana untuk disampaikan kepada teman-temannya.

Kriteria topik-topik permasalahan yang baik

 Bermakna dan ada hubungan dengan kehidupan nyata.

 Tingkat kesulitan masalah sesuai dengan perkembangan siswa

 Aktifitas penyelesaian masalah sesuai dengan indikator kompetensi yang akan dipilih.

 Sumber, bahan dan media mudah didapatkan

2. Pengembangan model Bermain Peran

Strategi pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memerankan kejadian alam/fenomena agar lebih mudah dipelajari. Biasanya pada materi-materi tertentu dimana pengamatan langsung sulit dilakukan.Contoh: (1) Peredaran benda langit, (2) Pencernaan makanan dalam tubuh.

Langkah:

a. Siswa menerima tugas permainan peran. b. Siswa melakukan diskusi

c. Siswa mengumpulkan informasi yang relevan d. Siswa menyusun permainan peran

(16)

3. Pengembangan Model Simulasi

Dilakukan apabila: (1) Kegiatan eksperimen dan pengamatan langsung sulit dilakukan (2) Tersedia media untuk mengembangkan model, (3) Terdapat sumber-sumber data pendukung

Langkah:

a. Pembentukan Kelompok b. Pembagian dan penjelasan LKS c. Sharing hasil pengembangan model d. Penguatan guru

4. Metode Inquiri

Metode inquiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik lain (Eggen dan Kauchak (1996). Penerapan metode inquiri ini misalnya pada pembahasan tentang topik perkecambahan. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

 Siswa secara individu diminta untuk mengecambahkan dua biji kacang hijau yang masing-masing diletakkan pada tempat gelas plastik berbeda yang sebelumnya diberi kapas basah.

 Gelas yang satu diletakkan pada tempat yang gelap dan yang satu lagi diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.

 Setelah lima hari mereka kita suruh mengamati, dan memberikan alasan mengapa kecambah yang dihasilkan berbeda.

Dari hal ini siswa diharapkan dapat menjawab fakta yang terjadi yaitu kecambah ditempat gelap warnanya putih dan panjang, sedangkan yang ditempat terang lebih pendek dan kehijauan. Dari jawaban tersebut menggiring siswa untuk dapat membuat generalisasi tentang proses perkecambahan. Guru bertindak sebagai inspirator, dan fasilitator sehingga generalisasi yang ditemukan oleh siswa memiliki penguatan. Inspirasi dari guru sangat dibutuhkan untuk memupuk jiwa dari siswa selalu ingin tahu terhadap sesuatu nyang baru

5. Metode Penemuan

Penemuan (discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses disamping hasil belajar. Contoh: penemuan hati pisang sebagai sumber makanan yang kaya zat gizi. Lagkah-langkahnya sebagai berikut:

(17)

 Hasil observasi ini akan menjadikan siswa-siswi tersebut bertanya: mengapa hati batang pisang dapat dimakan.

 Guru harus dapat menjadi fasilitator dan motivator terhadap masalah ini, melalui referensi-referensi yang ada, maka siswa dibimbing untuk melakukan analisis di laboratorium untuk memestikan kandungan gizi yang ada pada hati batang pisang.

 Berdasarkan proses ini maka siswa dapat menemukan kandungan gizinya dan menyimpulkannya.

6. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang di dalamnya berlangsung pengujian suatu hipotesis, dan terdapat variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Hal yang diteliti dalam suatu eksperimen adalah pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain.

Contoh: pengamatan vitamin C pada buah-buahan dengan menggunakan larutan Iodin. Ekstrak buah yang mengandung vitamin C rendah dengan buah yang mengandung vitamin C tinggi dapat ditunjukkan dengan warna coklat pada larutan. Buah yang mengandung sedikit vitamin C setelah ditetesi dengan iodin menunjukkan warna yang terang, sebaliknya untuk buah yang mengandung vitamin C tinggi warnanya coklat tua.

7. Metode karyawisata

Karyawisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karyawisata memiliki banyak hal yang bersifat nonakademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar. Metode karya wisata sangat efektif digunakan untuk mengungkap konsep dan fakta yang lebih besar skalanya, misalnya tentang ekosistem danau, pabrik, ekosistem gurun, stasiun kereta api, dan lain sebagainya.

Sebelum karyawisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

 Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber pembelajaran.

 Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah.

 Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai pedagogis.

 Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum. Apabila sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, karyawisata dapat dilaksanakan.

 Membuat dan mengembangkan program karyawisata secara logis, dan sistematis.

(18)

 Menganalisis ketercapaian, kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karyawisata yang akan datang.

Contoh Skenario Pembelajaran IPA:

Kelas/Semester: IV/I

Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan alat indera manusia, fungsi dan pemeliharaannnya Indikator:

1. Mengidentifikasi alat indera manusia berdasarkan pengamatan 2. Menjelaskan kegunaan alat indera

3. Mencari informasi tentang kelainan alat indera yang disebabkan oleh kebiasaan buruk misalnya membaca di tempat yang kurang terang. Minumair panas .

4. Memberi contoh cara merawat alat indera

Skenario Pembelajaran:

Kegiatan Awal

 Siswa diajak membuka pelajaran dengan bersama-sama menyanyikan lagu “ Dua Mata Saya “.

 Siswa membangun kesepakatan

 Siswa menerima foto kopi yang berisi gambar-gambar tentang penggunaan panca indera

 Secara berkelompok siswa mendiskusikan gambar-gambar yang dibagikan guru.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti

 Siswa mengelompok menjadi 5 kelompok secara acak. Guru juga membagikan format penilaian antar teman (peer assessment) pada masing-masing siswa

 Siswa melakukan kegiatan eksperimen berdasarkan Lembar kerja yang telah disediakan.

 Siswa melakukan diskusi kelompok untuk membahas hasil-hasil eksperimen.

 Setiap kelompok mempresentasikan hasil-hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok yang lain.

 Siswa diarahkan untuk mengambil kesimpulan dari hasil diskusi /presentasi.

 Secara individual semua siswa diminta menuliskan pemahaman tentang konsep panca indera

Kegiatan Penutup

 Siswa mencermati penguatan tentang konsep alat indera dari guru

 Siswa mengajukan pertanyaan atau gagasan yang terkait dengan penguatan guru

 Siswa menerima pertanyaan/evaluasi dari guru

(19)

Penggunaan Metode dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan pada pandangan tentang pemerolehan bahasa dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD, pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan dengan didasarkan pada pendekatan komunikatif, kontekstual, whole language, dan integratif. Pendekatan komunikatif didasarkan pada teori bahasa yang menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Tujuannya mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis) (Nunan, 1989).

Sesuai dengan pendekatan komunikatif, pembelajaran bahasa Indonesia sudah seharusnya dilaksanakan secara kontekstual. Johnson (2004) memberikan penjelasan bahwa Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik (Nurhadi, 2004). Secara garis besar, langkah-langkah penerapan kontekstual di kelas sebagai berikut.

1. Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Komponen konstruktivisme).

2. Laksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan (Komponen inkuiri).

3. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (Komponen bertanya). 4. Ciptakan masyarakat belajar melalui kerja kelompok (Komponen masyarakat belajar). 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (Komponen pemodelan).

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu (komponen refleksi).

7. Lakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen asesmen autentik).

(20)

berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam pendekatan whole language, pembelajaran bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama.

Dengan kata lain, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilaksanakan secara integrative, baik interbidang studi maupun antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa.

Integratif antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.

Pengintegrasian kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia secara interbidang studi dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan Pengintegrasian Interbidangstudi

(21)

siswa agar dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari fungsi desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993). Ciri-ciri Kelas Whole Language Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language :

 Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut diletakkan dalam alamari kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan dilengkapi berbagai jenis buku, majalah, koran, kamus, buku petunjuk dan berbagai barang cetak lainnya.

 Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

 Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.

 Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru.

 Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Dalam hal ini interaksi guru adalah multiarah.

 Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban yang diberikan siswa dapat diterima.

 Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik dari guru maupun temannya.

Dari ketujuh ciri tersebut dapat terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri lagi di depan kelas meyampaikan materi. Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara informal. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan dapat lebih mengaktifkan siswa, mendorong siswa untuk inovatif, menyenangkan, dan efektif (PAIKEM).

Cobtoh Metode Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara Terpadu

Kelas Awal

1. Team Game Tournament Mencocokkan Kata dan Gambar Kompetensi Dasar: Membedakan berbagai bunyi

Langkah Kegiatan:

a. Menyanyi dan gerak: lagu “Satu-satu”

b.

Guru menunjukkan gambar orang tua dan anak-anak c. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang gambar

yang ada.

d. Guru memperlihatkan kartu kata pada saat menunjukkan gambar tersebut dan melafalkan dengan tepat.

e. Siswa menirukan pelafalan dengan tepat

f. Guru menugasi siswa secara kelompok beradu cepat menempelkan kartu kata pada gambar yang dipajang di papan flannel/flip board yang sesuai dengan ucapan guru.

(22)

g. Siswa melafalkan kata-kata yang telah ditempelkan.

Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Pengembangan kosa kata

b. Pelafalan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat c. Kemampuan mengingat

Pengembangan

a. Guru meletakkan beberapa kartu kata di setiap halaman dan membacakannya di depan siswa, sehingga menjadi cerita utuh

b.

Siswa secara kelompok diberi kartu-kartu kata tersebut dan diminta merangkaikannya kembali sehingga menjadi cerita yang utuh

c.

Bermain peran sesuai isi cerita

• Siswa sec• Bermain peran sesuai isi

2

.

Bermain Tangkap Bola

Kompetensi dasar : Mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi anggota tubuh dengan kalimat sederhana

Langkah Kegiatan:

a. Anak diajak ke luar kelas dan membentuk lingkaran

b. Guru melempar bola dan bola dilemparkan secara acak ke siswa c. Bagi anak yang menerima bola diharuskan menyebutkan:

– Nama binatang dan ciri-cirinya. Misal : anak menyebutkan “Kucing” kemudian diteruskan “berkaki empat” dilanjutkan lagi “suka makan daging” dan seterusnya.

d. Bola dilemparkan kembali kepada anak yang lain. Penerima bola menirukan kalimat yang diucapkan oleh penerima bola sebelumnya

e. Dilakukan berulang-ulang

f. Kegiatan ini berakhir jika bola dilemparkan kembali kepada guru Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini?

a. Memusatkan perhatian anak b. Menambah kosa kata

c. Anak dapat belajar merangkai kalimat sederhana

3. Bercerita Gambar Seri secara Kooperatif

Kompetensi Dasar: Menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Langkah Kegiatan:

a. Anak membawa gambar dari rumah

b. Siswa membentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang

c. Setiap kelompok merangkaikan gambar yang telah dibawa (sesuai topik yang telah ditentukan untuk setiap kelompok)

d. Secara bergiliran, setiap kelompok menceritakan hasil rangkaian gambar kepada kelompok lain.

e. Mengambil hasil rangkaian gambar terbaik

f. Guru menceritakan hasil rangkaian gambar yang terbaik g. Anak diminta menceritakan hasilnya kepada orangtua

ini dani

ini mama

nana

(23)

h. Orangtua menuliskan cerita anak dan diserahkan kepada guru.

Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini?

a. Anak dapat menyimak isi cerita yang disampaikan secara lisan

b. Anak dapat menceritakan/menyampaikan cerita yang didengarnya kepada orang lain secara urut.

Pengembangan:

a. Hasil rangkaian teman diceritakan kepada teman lain b. Menuliskan hasil rangkaian gambar.

4. Bisik berantai

Kompetensi dasar: mampu memahami isi pesan dan menyampaikannya kepada orang lain

Langkah-langkah Kegiatan

a. Siswa membagi kelompok beranggotakan 5 orang b. Masing-masing kelompok berbaris.

c. Siswa yang berada pada urutan pertama dibisiki sebuah kalimat oleh guru kemudian menyampaikannya kepada siswa yang berada di urutan nomor dua

d. Siswa yang berada di urutan nomor dua menyampaikan pesan yang didengarnya kepada nomor tiga dan seterusnya sampai pada siswa yang berada di urutan paling belakang. e. Siswa yang berada di urutan paling belakang membisikkan kembali pesan tersebut kepada

guru.

Apa yang diperoleh siswa melalui kegiatan ini?

1. Siswa mampu menangkap pesan yang disampaikan secara lisan 2. Siswa mampu menyampaikan pesan yang didengar secaralisan 3. Siswa mampu meningkatkan daya ingatnya

5. Mendengarkan Cerita

.

Tujuan: Siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan.

Alat yang digunakan: Kaset cerita dan tape recorder. (Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok)

Cara pelaksanaan:

1. guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, 2. putarkanlah kaset cerita yang cocok dengan siswa,

3. siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut,

4. siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa,

5. siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok,

6. siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian,

(24)

6. Bermain Peran

Kompetensi Dasar : Memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang disukai dengan ekspresi yang sesuai.

Langkah Kegiatan:

a. membuat poster tentang pementasan di luar kelas (waktu, tempat, judul pentas, dll) b. guru membagi peran siswa, siapa yang penjual karcis, membeli karcis, pembawa acara,

dan yang menonton dengan urut presensi

c. disaat yang sudah ditentukan 10 orang siswa diminta secara bergantian untuk maju ke panggung menceritakan mainan yang dibawanya dari rumah

d. teman-teman dari kelas lain menyaksikan acara ini.

Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? a. Melatih anak untuk menghormati orang lain

b. Anak berani mengungkapkan pendapat dengan kata-katanya sendiri c. Melatih kepercayaan diri.

d. Melatih anak berekspresi

7. Reproduksi Cerita

Kompetensi Dasar : Menceritakan kembali dongeng yang didengarnya.

Bahan: Gambar-gambar yang sesuai dengan cerita anak, misal: Bawang Merah dan Bawang Putih.

Langkah Kegiatan:

a. Guru bercerita tentang bawang Merah dan Bawang Putih

b. Anak diminta menceritakan kembali cerita guru dengan bahasanya sendiri c. Secara kelompok anak menulis cerita guru

d. Membacakan cerita yang telah ditulisnya

e. Anak memerankan tokoh-tokoh sesuai dengan cerita.

Apa yang diperoleh anak dari kegiatan ini? Melatih anak untuk menghormati orang lain Melatih keterampilan menyimak siswa Melatih keterampilan berbicara (bercerita

Contoh Metode Pembelajaran Kelas Atas (Tingkat Lanjut)

1. Presentasi atau Penjelasan Sesuatu (obat, makanan, minuman, dll.)

Tujuan: Siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain.

Alat yang diperlukan: Botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok).

Langkah-langkah Kegiatan:

(25)

c. dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok,

d. siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya, e. siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami, f. guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

2. Debat

Debat dapat merupakan suatu metode yang penting untuk mendorong berpikir dan berefleksi, misalnya mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.

Langkah-langkah Kegiatan

a. Susunlah pernyataan yang merupakan sesuatu yang berlawanan yang terkait dengan materi pelajaran (misal ’tayangan televisi lebih banyak yang merugikan masyarakat daripada yang menguntungkan)

b. Bagi kelas ke dalam dua kelompok. Tandai kelompok pertama dengan kelompok ‘pro’ dan kelompok lain sebagai kelompok ‘kontra’.

c. Pada masing-masing kelompok buatlah 2 sampai dengan 4 sub kelompok. Sebagai contoh jika jumlah siswa 24 orang, maka dapat dibuat 3 sub kelompok beranggotakan 4 orang baik untuk kelompok ‘pro’ maupun kelompok ‘kontra’. Mintalah masing-masing sub kelompok untuk mengembangkan argumen dari tugas yang diberikan secara berdiskusi. Pada akhir diskusi mintalah sub kelompok untuk memilih pembicara yang mewakili sub kelompoknya.

d. Susunlah tempat duduk sejumlah sub kelompok secara berhadapan dan persilahkan pembicara masing-masing kelompok menduduki tempat duduk tersebut sedangkan anggota yang lain duduk di belakang mereka. Awali debat dengan meminta setiap pembicara untuk menyampaikan argumennya.

e. Setelah setiap orang mendengarkan argumen awal, hentikan debat dan kembalikan ke sub kelompok masing-masing. Mintalah setiap sub kelompok mendiskusikan bagimana ‘mematahkan’ argumen lawan (argumen perlawanan). Mintalah setiap sub kelompok untuk memilih pembicara yang baru.

f. Lanjutkan debat dengan mendudukkan pembicara secara berhadapan untuk memberikan ‘argumen perlawanan’ secara bergantian. Dorong juga siswa yang duduk di belakang untuk memberikan dukungan pada pembiacarnya.

g. Jika dianggap cukup, akhiri debat dengan mengajak siswa untuk membentuk lingkaran. Mintalah siswa untuk mendiskusikan apa yang mereka pelajari dari debat. Mintalah juga siswa untuk mengidentifikasi argumen yang terbaik dari kedua kelompok.

3. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar

Kompetensi dasar : Melaporkan hasil wawancara Materi : Wawancara tentang keluarga

Langkah-langkah Kegiatan

a. Jelaskan langkah-langkah permainan sebelum siswa dibawa ke luar kelas.

(26)

d. Bantulah siswa membentuk lingkaran. Separuh siswa membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar. Separuh lagi mementuk lingkaran di luar lingkaran kecil dan siswa menghadap ke dalam untuk saling berhadapan ini.

e. Pastikan siswa saling berhadapan dengan pasangan masing-masing. Mulailah percakapan / tanya jawab selama 2 menit. Awasi mereka dan bantulah jika mereka membutuhkannya. f. Katakan “ganti” setelah 2 menit. Siswa yang berada di lingkaran luar harus bergeser ke

sebelah kanan dan berhadapan dengan pasangan yang baru. Mulailah kegiatan untuk saling melaporkan hasil percakapan sebelumnya.

g. Lanjutkan sampai beberapa putaran.

Contoh pertanyaan untuk wawancara (bisa diganti pertanyaan dari topik yang lain). 1) Berapa jumlah anggota keluargamu?

2) Siapa saja mereka ?

3) Apa pekerjaan mereka dan di mana tempatnya? 4) Apa hobi mereka? Dan seterunya.

4. Dramatisasi

Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan

Contoh Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP)

Ada beberapa metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang dapat diterapkan pada siswa kelas awal. Pemilihan dan penggunaan metode mana yang akan digunakan, tentu harus didasarkan pada tujuan pembelajaran dan kelebihan dan kelemahan masing-masing metode. Oleh sebab itu, berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang dapat dipilih dalam melaksanakan pembelajaran.

1. Metode Global

Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai “Metode Kalimat”. Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali kepada siswa adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukan untuk mengingatkan siswa kepada kalimat yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.

Langkah-langkah Kegiatan

a. Memperkenalkan gambar dan kalimat

b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; c. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf.

d. Siswa menyalin tulisan

ini mama i n i m a m a

i-ni ma – ma i-n-i m-a – m-a

(27)

Metode SAS dalam MMP mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan adalah yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar-mengajar (KBM) dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan gambar, benda nyata, tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi, MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat.

Kemudian, melalui proses analitik, siswa diajak mengenal konsep kata. Kalimat utuh dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.

Prosedur Penggunaan Metode SAS

Pembelajaran MMP bagi siswa kelas 1 SD dapat dibedakan ke dalam dua tahapan, yakni belajar membaca tanpa buku dan belajar membaca dengan menggunakan buku (Momo dalam Puspita, 2007).

Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan Tanpa Buku

a. Merekam bahasa siswa: Bahasa yang digunakan di dalam percakapan siswa direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan.

b. Menampilkan gambar sambil bercerita Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan membaca.

Contoh : Guru memperlihatkan gambar dua orang anak, sambil bercerita,

ini ana

ini ani

ani adik ana

ana kakak ani

Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan bacaan

c. Membaca gambar, Contoh: Guru memperlihat gambar seorang ibu sambil mengucapkan kalimat “ini ibu”. Siswa melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan guru. d. Membaca gambar dengan kartu kalimat. Setelah siswa dapat membaca gambar dengan

lancar, guru menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan pelaksanaanya dapat digunakan media berupa papan selip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, dan kartu gambar. Dengan menggunakan kartu-kartu dan papan selip atau papan flannel, maka pada saat menguraikan dan menggabungkan kembali kartu-kartu tersebut akan lebih mudah.

e. Membuat kalimat secara struktural (S). Setelah siswa mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini media yang digunakan adalah kartu-kartu kalimat serta papan selip atau papan flannel. Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat.

f. Proses analitik (A). Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah siswa menganalisis kalimat itu menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf

Gambar

gambar tersebut dan melafalkan dengan tepat.
Tabel : Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tabel 1: Bus Masuk dan Keluar Terminal Setiap Satu Jam

Referensi

Dokumen terkait

lining yang semula terdiri dari serbuk kasar, sebagian berubah menjadi bersifat yang semula terdiri dari serbuk kasar, sebagian berubah menjadi bersifat keramik yang

Pengertian Umum : Yang dimaksud sebagai poros adalah batang logam berpenampang lingkaran yang berfungsi untuk memindahkan putaran atau mendukung sesuatu beban dengan atau

L]EROMãDQMH NDNRYRVWL ELYDOQHJD RNROMD 2EYR]QLFD EL WDNR PHVWR UHãLOD SUHG WRYRUQMDNL NDWHULK FLOM MH LQGXVWULMVND FRQD 3ROMXELQM Y Y]KRGQHP GHOX 7ROPLQD +NUDWL VH

Hasil uji kandungan boraks dan formalin yang dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan test kit terhadap 9 sampel jajanan yang ada disekitar Universitas

KEEMPAT Biaya yang dikeluarkan akibat ditetapkannya keputusan ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Lampung Tahun Anggaran

Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang digunakan untuk berbagai tujuan, sehingga penggolongan biaya juga didasarkan kesesuaian dengan tujuan

Dalam percakapan sehari-hari sering luas Subjek tidak dinyatakan dengan jelas, maka disebut putusan umum (putusan yang “pada umumnya” benar dan termasuk

Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Kitab ketiga dalam Wujing adalah Kitab Yi Jing atau Kitab.. Perubahan atau Kejadian dan Peristiwa Alam Semesta berisi Wahyu