• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, 2008: 117). Konsep dari penelitian ini adalah pemerolehan bahasa.

2.1.1 Pemerolehan Bahasa

Menurut (Chaer, 2003: 167) mengatakan pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa pertama itu terjadi apabila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa, yaitu bahasa ibunya.

(2)

7 2.1.2 Anak Usia Lima Tahun

Pada umur lima tahun, seorang anak mulai memasuki peringkat kompetensi penuh. Pada umur ini anak-anak normal pada umumnya telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya. Bagaimanapun perbendaharaan katanya (kosakatanya) masih termasuk miskin tetapi terus tumbuh dengan kecepatan yang menakjubkan (Simanjuntak, 2009: 123).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Psikolinguistik

Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing - masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun, keduanya sama - sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa.

Psikolinguistik adalah studi tentang proses mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa (Dardjowidjojo, 2003: 7).

(3)

8

pembicara/pemakai suatu bahasa membentuk atau membangun atau mengerti kalimat-kalimat bahasa tersebut.

2.2.2 Kognitif

Chomsky (dalam Chaer, 2009: 108) mengatakan bahwa teori kognitif didasarkan pada satu hipotetsis bahasa yang disebut hipotesis nurani (the innateness hypothesist). Hipotesis ini mengatakan bahwa otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Untuk itu otak manusia telah dilengkapi dengan struktur bahasa universal dan disebut Language Acquisition Device (LAD). Dalam proses pemerolehan bahasa, LAD ini menerima ucapan-ucapan dan data-data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian dinuranikan sebagai keluaran. Chomsky berpendapat tidak mungkin seorang anak mampu menguasai bahasa ibunya dengan mudah yaitu tanpa diajar dan begitu cepat dengan masukan yang sedikit (kalimat-kalimat tidak lengkap, berputus-putus, salah, dan sebagainya) tanpa adanya struktur universal dan LAD itu di dalam otaknya secara genetik.

(4)

9

kerja LAD ini dapat dijelaskan sebagai berkut: apabila sejumlah ucapan yang cukup memadai dari suatu bahasa (bahasa apa saja: Sunda, Batak, Cina, dan sebagainya) “diberikan” kepada LAD seorang kanak-kanak sebagai masukan (input), maka LAD itu akan membentuk salah satu tata bahasa formal sebagai keluaran (out put) nya.

Jadi:

Input Output

2.2.3 Jenis Kata

Menurut Alisyahbana (1974: 79), kata adalah kesatuan kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung pengertian atau arti. Menurut jenisnya kata dibagi sepuluh macam, yaitu:

1. Kata benda adalah kata yang menyatakan tentang benda. Kata benda dibagi dua yaitu: kata benda kongkret merupakan kata benda yang nyata yang dapat dilihat atau diraba, contoh: buku, meja, jendela dan kata benda abstrak merupakan kata benda yang tidak dapat dilihat atau diraba, tetapi dapat dirasakan, contoh: sayang, benci, cinta.

2. Kata kerja adalah kata yang menyatakan pekerjaan atau perbuatan. Kata kerja dapat dibagi dua macam, yaitu kata kerja transitif yaitu kata kerja yang dapat diberi objek,

Ucapan –Ucapan bahasa X

LAD Tata bahasa

(5)

10

contoh: memasak, mencuci, menulis dan kata kerja intransitif yaitu kata kerja yang tidak dapat diberi objek, contoh: berdiri, mandi, terbang.

3. Kata keadaan adalah kata yang menyatakan situasi atau keadaan, contoh: aman, dingin, maju.

4. Kata ganti orang adalah kata yang berfungsi sebagai pengganti orang. Kata ganti ada tiga macam, yaitu: kata ganti orang I, contoh: saya dan aku (tunggal), kami dan kita (jamak), kata ganti orang II, contoh: kau dan kamu (tunggal), kalian (jamak), kata ganti orang III, contoh: ia dan dia (tunggal), mereka (jamak).

5. Kata keterangan adalah kata yang berfungsi untuk menyatakan keterangan. Kata keterangan dapat dibagi enam macam, yaitu: kata keterangan tempat, contoh: Adik mencuci piring di kamar mandi, kata keterangan waktu, contoh: Hotel itu dibangun pada tahun 2012, kata keterangan keadaan, contoh: Paman sudah berangkat ke Bandung, kata keterangan subjek, contoh: Daniel, yang rajin itu, mendapat penghargaan mahasiswa terbaik, keterangan predikat, contoh: Kakak belajar, mengemudi, mobil, keterangan objek, contoh: Ibu memotong sayur, bayam, di dapur.

6. Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah atau bilangan. Kata bilangan dibagi tiga macam, yaitu kata bilangan tertentu, contoh: satu, dua, tiga, empat, kata bilangan tidak tertentu, contoh: beberapa, sebanyak, sebagian, kata bilangan bertingkat, contoh: ke-22, ke-27.

(6)

11

sedangkan, daripada, walaupun, kata sambung antarkalimat, contoh: dengan demikian, oleh sebab itu.

8. Kata depan adalah kata yang berfungsi sebagai penunjuk pada keterangan tempat, contoh: ke, dari, di.

9. Kata sandang adalah kata yang berfungsi sebagai penegas kata-kata tertentu, contoh: sang, yang, si.

10. Kata seru adalah kata yang berfungsi untuk menyatakan seruan, contoh: aduh, wah, oh, aduh, dan lain-lain.

2.2 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber untuk dikaji dalam penelitian ini, adapun sumbernya adalah sebagai berikut:

Kaseng (1986) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemerolehan Struktur Bahasa Anak-Anak Prasekolah (Eka Bahasa Bugis)” , Kaseng meyimpulkan bahwa untuk memahami bahasa Bugis diperlukan daya asosiasi yang tinggi serta diperlukan dukungan konteks situasi atau objek, mengingat sifat-sifat kejiwaan yang dimiliki si anak, potensi alat ucap dan pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa peneliti mendapat informasi dari skripsi ini.

(7)

12

pragmatik. Pemerolehan bahasa juga mengatakan bahwa pemerolehan bahasa tidak dapat terjadi hanya karena adanya bekal kodrati (innate properties) belaka. Pemerolehan bahasa juga tidak mungkin terjadi hanya karena adanya faktor lingkungan saja, kedua-duanya diperlukan sebagai proses penguasaan bahasa. berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa peneliti mendapat informasi yaitu pemerolehan bahasa terjadi karena adanya bekal kodrati (innate properties) dan adanya faktor lingkungan.

Fauzi (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Usia 0-5 Tahun: Analisis Psikolinguistik, membahas tentang tahap-tahap pemerolehan bahasa yang terdiri atas tahap perkembangan prasekolah dan tahap perkembangan kombinatori. Tahap perkembangan sekolah meliputi, tahap meraba, tahap holofrastik, tahap kalimat dua kata, tahap pengembangan tata bahasa, dan tahap kombinasi penuh. Tahap perkembangan kombinatori meliputi perkembangan negatif, dan perkembangan sistem bunyi. Fauzi juga membahas tentang perkembangan bahasa dan perkembangan kognitif. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa teori psikolinguistik dan kognitif di landasan teori dapat digunakan sebagai bahan referensi menyangkut masalah yang dikaji.

(8)

13

dilakukan bahwa peneliti mendapat informasi dari skripsi ini yaitu lingkungan sangat mempengaruhi dalam menghasilkan bahasa.

Susanti (2005) menyatakan bahwa anak yang berbahasa Jawa dalam pemerolehan bahasanya mengikuti perkembangan anak secara umum dan tidak semua anak yang berbahasa Jawa mampu membentuk kalimat sederhana. Anak usia 1-3 tahun belum bisa membentuk kalimat tapi anak 3-5 tahun sudah mampu membentuk kalimat sederhana. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi, metode simak dan menggunakan teknik rekam, catat, dan teknik gambar. Dalam analisis data digunakan metode padan dan digunakan teknik pilah dan teknik hubung banding membedakan. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa teori psikolinguistik dan kognitif di landasan teori dapat digunakan sebagai bahan referensi menyangkut masalah yang dikaji dan metode yang digunakan untuk kajian penelitian.

Marpaung (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Batak Toba Anak Usia 1-5 Tahun”, menyimpulkan bahwa tahap-tahap perkembangan pemerolehan bahasa anak adalah tahap holofrastik (tahap linguistik pertama), tahap ucapan-ucapan dua kata, tahap perkembangan tata bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa dalam bahasa Batak Toba. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa peneliti mendapat informasi dari skripsi ini.

(9)

14

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh bahwa tindak tutur yang ditemukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba terdapat tiga belas jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur

Posisi komplemen dalam FA bahasa Batak Toba selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya setelah inti leksikal dan kategori yang mendampingi inti leksikal pada frasa adjektiva

Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, kita dapat menghitung usia atau waktu pisah bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi kalau diketahiu prosentase

adat perkawinan masyarakat Batak Toba dan tuturan yang paling dominan digunakan. dalam

Dari data yang diperoleh, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Pemerolehan Kata Sapaan bahasa Batak Toba pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Sibuntuon Partur bahwa

Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia, membicarakan tentang masalah interferensi di bidang morfologi, kosa kata, sintaksis pada bahasa daerah dalam perkembangan bahasa

Hutabarat (2011) dalam penelitiannya yan berjudul “Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun Dan Tiga Tahun Di Padang Bulan Medan” menemukan bahwa anak yang

Rosliana (1998) dalam skripsinya yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode Pada Penutur Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa alih kode dan campur kode adalah merupakan peristiwa