• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi - Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi - Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Secara etimologis persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio yang artinya menerima atau mengambil. Robbin dalam Notoatmodjo (2005) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya. Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi sangat cepat dan kadang tidak kita sadari, dimana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima dan memengaruhi tindakan kita.

Winardi (2001), mengemukakan persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan kita menghadapi lingkungan kita. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009).

Menurut Kalangie dalam Febriani (2013) reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus/rangsangan dapat terjadi dalam bentuk :

(2)

2. Responding (jawaban) yaitu reaksi yang diberikan kepada seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.

3. Valuining (penilaian) yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

4. Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, prioritas niali yang dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

5. internalisasi (karakteristik nilai) yaitu nilai keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

Persepsi yang positif terhadap mutu pelayanan kesehatan mengembangkan suatu kesadaran mutu sebagai elemen penting yang selalu meningkat dalam daya saing, pemahaman keperluan keunggulan mutu dan pembagian strategi mutu yang berhasil dari strategi tersebut akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Menurut Smet dalam Uma (2013), pada dasarnya faktor-faktor yang memengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(3)

a. Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan memengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekiratnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda-beda.

b. Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memerhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan memengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

c. Minat

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energy atau perceptual viligance yang digerakkan untuk memersepsi suatu hal. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memerhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

d. Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

(4)

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

f. Suatu hati

Keadaan emosi memengaruhi perilaku seseorang, suasana hati menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat memengaruhi begaimana seseorang pada waktu yang dapat memengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang memengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan memengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi persepsi antara lain adalah sebagai berikut :

a. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus

(5)

b. Warna dari objek

Objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit. Karena akan menimbulkan kesan tersendiri pada objek tersebut.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekeliligya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dari luar akan member makna lebih bila sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa memengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.

2.1.3 Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Garvin dan Davis yang dikutip oleh Nasution (2011), mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

(6)

kepuasan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azwar, 1996).

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan yang sesuai standart profesi dan standart pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia yang tersedia di Rumah Sakit/Puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.

Jadi mutu pelayanan kesehatan adalah kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan. Dan sebaliknya jika kepuasan dalam diri pasien rendah, maka mutu pelayanan kesehatan juga rendah.

Pelayanan kesehatan adalah ilmu atau seni yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang umur dan meningkatkan efisiensi hidup melalui upaya kelompok-kelompok masyarakat yang terkordinasi, perbaikan kesehatan lingkungan, mencegah dan memberantas penyakit menular dan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau perorangan.

Ada dua pengertian pokok dalam sistem pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Pengertian tentang sistem, yaitu yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan utuh dan terpadu, saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(7)

organisasi dengan tujuan untuk memelihara ataupun meningkatkan derajat kesehatan.

Kualitas dalam pelayanan kesehatan bukan hanya ditinjau dari sudut pandang aspek teknis medis yang berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja tetapi juga sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk manajemen administrasi, keuangan, peralatan, dan tenaga kesehatan lainnya (Wijono, 2000).

Indikator kualitas pelayanan atau respon teknis/karakteristik mutu mengacu kepada sepuluh kriteria umum atau standar yang menentukan kualitas pelayanan (Parasuraman et al., 2005). Adapun uraian dari kesepuluh kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a. keandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Yang termasuk elemen ini adalah kemampuan petugas medis dalam memberikan pelayanan dengan jelas dan akurat.

b. Tanggap (Responsiveness), yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan kesediaan untuk melayani pelanggan dengan cepat dan tepat. Termasuk di dalamnnya adalah cekatan dalam menolong pasien pada saat menjalankan tugas misalnya ketangkasan perawat dan dokter gigi dalam menangani pasien.

(8)

d. Akses (access), yaitu kemudahan untuk didatangi, ditemui, atau dihubungi. Termasuk di dalamnya adalah perawat segera datang ketika dipanggil, intensitas kunjungan perawat dan dokter ke pasien, peralatan panggilan perawat yang berfungsi dengan baik.

e. Keramahan (Courtesy), yaitu kesopanan, sikap hormat, perhatian, dan keramahan karyawan. Variabel yang termasuk di dalamnya adalah ramah kepada pasien, sopan, jujur, sabar, komunikasi yang baik dan lancar dengan pasien, tidak ada perbedaan pelayanan kepada pasien.

f. Komunikasi (Communication), yaitu kemampuan memberikan informasi dengan bahasa yang dapat dimengerti konsumen dan mendengarkan konsumen. Ini juga berarti bahwa pihak puskesmas harus mampu menyesuaikan berkomunikasi dengan setiap pelanggan yang berbeda. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan dokter dalam memberikan informasi yang diminta pasien, komunikasi yang baik dan lancar antara dokter dan perawat dengan pasien, kemampuan dalam memberikan informasi secara jelas dan tidak berbelit-belit dari petugas administrasi.

g. Kredibilitas (Credibility), artinya dapat dipercaya oleh konsumen, kejujuran dari penyedia pelayanan. Elemen ini mewakili reputasi dan spesialisasi dokter yang disediakan oleh pihak puskesmas, keterampilan perawat, kejujuran dari karyawan, tidak menerima tip dari pasien, dan tidak adanya perbedaan pelayanan kepada pasien karena adanya perbedaan kelas atau koneksi.

(9)

i. Memahami Pelanggan (Understanding), artinya puskesmas berusaha untuk memahami pelanggan dan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Termasuk di dalamnnya kesabaran karyawan, karyawan bekerja tanpa mengganggu ketenangan pasien.

j. Nyata (Tangibles), yaitu komponen-komponen jasa yang berbentuk fisik seperti fasilitas-fasilitas fisik, peralatan yang digunakan untuk menyediakan pelayanan, penampilan karyawan, serta sarana komunikasi yang digunakan. Termasuk di dalamnya adalah penampilan perawat, dokter, serta karyawan lainnya, kondisi bangunan puskesmas, kamar mandi.

Dalam perkembangan selanjutnya Parasuraman et al. (2005) membuat ukuran kualitas pelayanan menjadi 5 (lima) dimensi dengan pertimbangan beberapa kriteria kualitas yang telah ada sebelumnya mempunyai beberapa kesamaan yaitu :

1) Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat yang digunakan.

2) Reability (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).

3) Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan (konsumen) untuk menyediakan jasa/pelayanan yang cepat dan tepat.

(10)

5) Empaty (Empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan.

Kualitas pelayanan kesehatan pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya. Namun disamping itu yang lebih penting lagi adalah bagaimana proses pemberian pelayanan dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan. Dengan demikian, proses pemberian pelayanan dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, disamping harus menganut nilai-nilai moral untuk diterapkan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.

(11)

Agar masyarakat menghargai dan memanfaatkan pelayanan puskesmas, maka puskesmas perlu memelihara citra yang baik, yaitu:

1. Kebersihan gedung serta jamban puskesmas

2. Senyum dan sikap ramah dari setiap petugas puskesmas. 3. Pemberian pelayanan dengan mutu sebaik-baiknya.

4. Kerjasama yang baik dengan pamong setempat dan petugas sektor lain.

5. Selalu menepati janji pelayanan yang telah disepakati bersama (Sari,2004).

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa.

Beberapa teori tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Rosenstock yang dikutip oleh Sirait (2001), ada 4 kesiapan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan yaitu (1) kepekaan seseorang terhadap penyakit, (2) persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari penyakit, (3) persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pelayann kesehatan, (4) persepsi seseorang terhadap hambatan atau kerugian yang diperoleh dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

(12)

1) Mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia

2) Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada 3) Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan

Menurut Kalangie (1994) yang mengutip Departement of Health Education and Well Fare, USA (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan :

1. Faktor Regional misalnya : Jakarta, jawa Tengah, dll. Dan faktor Residence, misalnya : rural dan urban.

2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu : a) Tipe dari organisasi misalnya : RS, Puskesmas, dll

b) Kelengkapan program kesehatan c) Tersedianya tenaga dan fasilitas medis d) Teraturnya pelayanan

e) Hubungan antara dokter/tenaga kesehatan dengan pasien f) Adanya asuransi kesehatan

3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya.

4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu: a) Faktor sosio demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, status

perkawinan, besar family, kebangsaan, dan agama

(13)

informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelayanan kesehatan sebelumnya.

c) Faktor ekonomi meliputi status sosio ekonomis (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan)

d) Dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah pasien dengan tempat pelayanan kesehatan

e) Variabel yang menyangkut kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala penyakit, status terbatasnya keaktifan yang kronis, dll.

2.3 Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004). Wilayah kerja puskesmas yang standar secara nasional adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan/RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2004).

2.3.1 Susunan Organisasi Puskesmas

(14)

Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :

1. Kepala Puskesmas

2. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan :

a. Data dan informasi

b. Perencanaan dan penilaian c. Keuangan

d. Umum dan kepegawaian

3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas

a. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM b. Upaya kesehatan perorangan

4. Jaringan Pelayanan Puskesmas a. Unit Puskesmas Pembantu b. Unit Puskesmas Keliling

c. Unit Bidan Desa komunitas (Depkes RI, 2004 2.3.2 Fungsi Puskesmas

Adapun fungsi puskesmas terdiri dari :

a. Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja.

(15)

kegiatan yang dilaksanakan berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

b. Fungsi pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.

c. Fungsi pusat pelayanan strata pertama

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan yang terdiri dari kegiatan penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) serta upaya kesehatan masyarakat yang terdiri dari kegiatan pencegahan penyakit (Preventif) dan pemeliharaan kesehatan (Promotif) (Depkes RI, 2004).

2.3.3 Upaya Kesehatan Puskesmas

Sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama, puskesmas wajib melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

(16)

b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya pokok puskesmas yang tidak masuk dalam upaya kesehatan wajib dan pelayanan penunjang yaitu :

a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olahraga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Lanjut

(17)

2.3.4 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Salah satu program pengembangan di puskesmas adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya dibagi dalam tiga kegiatan yaitu :

1. Pembinaan/Pengembangan

Pembinaan/Pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri (self care), melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada aktivitas masyarakat dengan pendekatan Program Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dalam Program Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Desa (UKGMD).

Langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan KIE ( Komunikasi, Informasi, dan Edukasi ) berupa : pendekatan lintas program/lintas sektoral, persiapan desa, latihan kader, diagnosa masalah, umpan balik dan pelaksanaan kegiatan.

b. Pelayanan oleh kader : penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan sepintas, pengobatan sederhana, rujukan.

c. Monitoring : sumber data dapat diambil dari buku catatan kader. 2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan

a. Pada anak sekolah

(18)

3. Pelayanan Medik Gigi Dasar

Pelayanan medik gigi dasar di puskesmas adalah pelayanan yang diberikan terhadap masyarakat yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayanan meliputi pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, disamping penyuluhan secara individu maupun kelompok terhadap pengunjung poliklinik gigi di Puskesmas (Depkes RI, 1993).

2.4 Tugas dan Wewenang Tenaga Kesehatan

Menurut Depkes RI, 1993 adapun tugas dan wewenang tenaga kesehatan adalah:

1. Tugas Dokter Gigi Spesialis:

a. Melaksanakan pelayanan spesialistik b. Menerima rujukan kasus medik spesialistik

c. Memberikan rujukan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam rangka meningkatkan mutu penilaian pelayanan spesialistik.

2. Tugas Dokter Gigi a. Medis Teknis :

1) Melaksanakan pelayanan medik gigi, umum dan khusus

2) Menerima rujukan kasus medik gigi dasar dann merujuk kasus-kasus spesialistik

3) Melaksanakan pelayanan asuhan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat (bila tidak ada perawat gigi)

(19)

1) Menyangkut masalah umum/luas seperti dalam mengidentifikasikan, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi dan mulut di wilayahnya.

2) Mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di puskesmas

3) Mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan asuhan

4) Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tehnis 5) Bertanggung jawab dalam pencatatan/pelaporan tentang kesehatan gigi

di wilayahnya. a. Manajemen (makro)

1) Mempersiapkan pelaksanaan evaluasi program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah

2) Membina, mengkoordinasi, melatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Posyandu

3) Melaksanakan pencatatan/pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di poliklinik gigi (Depkes R, 1993).

2.5 Pelayanan Medik Gigi Dasar

(20)

pencegahan sekunder yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan, serta pembatasan cacat dan pencegahan tersier berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal dilakukan oleh dokter gigi termasuk dokter keluarga kalau perlu oleh tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuannya setelah mendapat pelatihan seperlunya (Depkes RI, 2004).

Pelayanan medik gigi dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik serta kesehatan. Efektivitas dari sistem rujukan sangat ditentukan oleh mutu pelayanan medik gigi dasar di seluruh jajaran pelayanan kesehatan (Primary, Secondary dan Tertiary Care). Pelayanan medik gigi dasar meliputi : konseling, diagnostic, pengobatan, emergensi dasar, rujukan.

Pelayanan medik gigi dasar Menurut pedoman kerja puskesmas, pelayanan medik dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi (Depkes, 2004).

 

2.6 Morbiditas Penyakit Gigi dan Mulut di Puskesmas

Ada 5 (lima) jenis penyakit gigi dan mulut yang di derita masyarakat yang datang berobat ke puskesmas yaitu :

1. Karies gigi (gigi berlubang) 2. Kelainan Pulpa (pulpitis)

(21)

4. Kelainan dentofasial (susunan gigi tidak normal) dan maloklusi (kontak antara gigi rahang atas dengan gigi rahang bawah tidak normal)

5. Monlisiasis dan stomatitis

Sedangkan tindakan-tindakan pengobatan gigi dan mulut yang dilakukan di Puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Scalling (pembersihan karang gigi )

2. Preparasi (penambalan gigi dengan amalgam/silicat) 3. Mumifikasi (perawatan pulpa)

4. Ekstraksi (pencabutan gigi tetap) 5. Incisi Abses

6. Tindakan bedah ringan pada pengambilan gigi M3 anguler

7. Perawatan komplikasi : shock anaphilatik, perdarahan post exstraksi dan dry soket.

Dari ke tujuh jenis tindakan atau perawatan yang telah ditetapkan di poli gigi, tidak semua puskesmas dapat melakukan tindakan-tindakan perawatan tersebut, umumnya hal ini disebabkan karena tidak lengkapnya sarana medis yang tersedia sehingga hal ini dapat memengaruhi kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan di poli gigi.

2.7 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

(22)

yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga, maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi : peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan penyembuhan terbatas.

Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, pasien akan mendapatkan pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan Administrasi/Penerimaan

Bagian ini merupakan tempat dimana pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu sebelum memasuki ruangan poli gigi. Bagian penerimaan pasien juga merupakan wajah suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas-petugas yang dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik, dan terampil (Depkes, 2004).

2. Pelayanan tenaga medis/dokter

(23)

3. Pelayanan Tenaga Para Medis/Perawat

Tenaga para medis/perawat orang yang lebih dekat hubungannya dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat sebelum bertemu dengan dokter (Depkes 2004)

4. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang diberikan di Puskesmas

Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (1999), pelayanan medik gigi dasar yang diberikan puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi.

5. Penyediaan sarana medis/non medis

Standar peralatan menurut Depkes RI 2004 yang wajib disediakan di poli gigi puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan sarana non medis. Saran medis yang diperlukan di poli gigi yaitu : alat-alat diagnose (kaca mulut, sonde, pinset, dan excavator), alat-alat pencabutan gigi (tang ekstraksi, cryer, bein), bahan penambalan gigi (amalgam, phospat cement dan lainnya). Sedangkan sarana non medis seperti : dental unit atau dental chair, lemari alat, meja alat, sterilisator dan kompresor.

6. Lingkungan Pasien

(24)

Lingkungan yang terkait dengan dengan pelayanan kesehatan di poli gigi adalah konstruksi bangunan dan desain ruang tunggu dan ruang periksa (Depkes 2004).

2.8 Pengaruh Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayanan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas

Persepsi merupakan hasil pengamatan oleh panca indera terhadap suatu objek sehingga pengamatan yang terjadi menghasilkan persepsi terhadap objek tersebut. Bila persepsi terhadap objek tersebut baik atau memuaskan maka akan timbul keinginan memanfaatkan pelayanan tersebut, demikian selanjutnya. Dengan demikian persepsi pasien tentang mutu pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan poli gigi yang di ukur berdasarkan pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan administrasi, pelayanan obat, dan kondisi fisik fasilitas.

Menurut pendapat Parasuraman, Zeitham dan Berry, yang dikutip oleh Saleh M (2001), yang mengatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap pemanfaatan jasa pelayanan yaitu : (1) pengalaman dari teman-teman (words of mouth), (2) kebutuhan atau keinginan (personal need), (3) pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan (past experience), komunikasi melalui iklan atau pemasaran (external communication to customer).

(25)

2.9 Kerangka Konsep

Dari teori yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis merancang suatu kerangka konsep yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka konsep yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

Persepsi Pasien tentang mutu pelayanan  kesehatan : 

‐ Pelayanan Dokter 

‐ Pelayanan Perawat 

‐ Pelayanan Administrasi 

‐ Pelayanan Obat 

‐ Kondisi Fisik Fasilitas 

 

Pemanfaatan Pelayanan 

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan cetak (NO REKENING: dan Account Number) pada Gambar 5. Perlu dihapus agar yang tertinggal hanyalah nomer rekening tulisan tangan. Untuk menghapus tulisan

Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan

The cognitive advantages of adults take place especially in formal language learning situations, since they possess a greater memory storage capacity for analytic

Menurut Mukti Ali dalam Pembangunan Pendidikan dalam Pandangan Islam, sistem pengajaran di Pondok Pesantren dalam garis besarnya ada beberapa macam yaitu: a) Sistem

KEGIATAN KEGIATAN INVENTARISASI HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kapasitas dan kecepatan laju infiltrasi pada sistem OTI lebih tinggi dibandingkan dengan sistem TOT; (2) Perlakuan sistem OTI maupun TOT

Pengaruh Kualitas Produk Dan Brand Image Terhadap Loyalitas Pelanggan Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Konsumen Produk “Supermi”

Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai Keadilan tersebut didasari oleh hakekat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia