• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan keterampilan menulis melalui latihan menulis surat pribadi dalam pembelajran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan keterampilan menulis melalui latihan menulis surat pribadi dalam pembelajran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

A. Judul: Meningkatkan keterampilan menulis melalui latihan menulis surat pribadi dalam pembelajran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU.

B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian 1. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia 2. Bidang Kajian : Masalah Belajar C. Latar Belakang

Perbaikan proses belajar mengajar di sekolah dasar diterapkan dalam berbagai bidang studi yang tercakup dalam GBPP kurikulum SD. Salah satu mata pelajaran di SD adalah Bahasa Indonesia. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bidang studi Bahasa Indonesia di SD, sesuai dengan perkembangan SD maka keterampilan Bahasa Indonesia yang sering menjadi kendala bagi SD dalam hal baca tulis.

Sebagai alat komunikasi, Bahasa Indonesia tidak dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Menurut Achmad dkk (1992) dalam masyarakat modern, keterampilan manusia banyak berguna bagi banyak jenis kegiatan manusia yang kita lakukan setiap hari, misalnya menulis surat, laporan, pidato, ceramah, disertai menulis cerita, menulis buku, atau menulis artikel dalam majalah dan surat kabar, pendeknya hamper setiap hari kita sebagai anggota masyarakat modern terlibat dalam kegiatan menulis.

Oleh sebab itu, keterampilan menulis disekolah sangatlah penting mengingat fungsi bahasa sebagai alat komunikasi tersebut. Pada hakekatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.

(2)

dari kemampuan kebahasaan (language competence) dan kemampuan komunikatif (comunication competence) (Syafe’ie, 1993).

Kemampuan bahasa tersebut merupakan target pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah baik jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.

Dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SD (Depdikbud, 1993) pada dasarnya tersebar pada komponen kebahasaan, pemahaman dan penggunaan. Komponen kebahasaan berisi materi menyimak/mendengarkan dan membaca, sedangkan komponen penggunaan materi berbicara dan menulis.

Pembelajaran keterampilan menulis di SD merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu komponen pengguanaan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, pembelajaran keterampilan menulis disajikan secara terpadu dengan keterampilan bahasa lain. Dan juga harus mengguanakan suatu proses yaitu pra menulis (prewriting), pengedrafan (drafing), perbaikan (reficing), pengeditan (editing) dan publikasi (publishing) (Tomkins, 1994).

Melalui keterampilan tersebut siswa akan dapat mengembangkan kreatifitasnya, menyampaikan pesan yang dapat diajarkan dipendidikan dasar yaitu menulis jurnal, menulis surat, menulis biografi, menulis ekspositori, menulis narasi, menulis puisi dan deskriptif. Pembelajaran menulis surat dirasa penting, hal ini ditandai dimasukannya ke dalam butir pembelajaran kelas IV sampai VI (Depdikbud).

Mengingat pentingnya pengajaran menulis, yang dikembangkan tersebut diatas khususnya menulis sebagai fokus dalam penelitian ini, maka peran guru sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar disekolah.

Salah satu misi tugas utama guru adalah sebagai “directur Learning”(direktur pembelajaran). Sebagai direktur pembelajaran, guru mempunyai peran sebagai motifasi siswa dalam belajar. Ini sangat penting, karena temuan beberapa penelitian menunjukan bahwa motif berprestasi mempunyai korelasi positif dan cukup berarti pada pencapaian prestasi belajar (Nata Wijaya, 1992).

(3)

siswa baik secara individu maupun kelompok, 2) memberikan informasi yang diperlukan dalam pembelajaran, 3) memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristiknya, 4) membantu setiap siswa dalam menghadapi dalam masalah-masalah pribadi dalam pembelajaran, dan 5) menilai setiap langkah kegiatan yang ia lakukan (Surya dan Nata Wijaya, 1992).

Figure guru adalah model yang dapat digunakan sebagai pengajaran dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Hal ini seperti dikemukakan oleh Hastuti (1979) bahwa guru pada umumnya merupakan model yang baik untuk pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di Negara kita.

Dalam konteks sebagai bahasa kedua, Wilkin (1993) mengemukakan manfaat yang lain pada bahasa kedua akan menduduki posisi yang sangat penting pada kehidupan sehari-hari dalam berkomunikasi. Sedangkan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari melalui lisan atau tulisan. Melalui tulisan dapat berbentuk surat.

Dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan menulis surat, khususnya surat pribadi, sebagaiman dijelaskan dalam kutipan tersebut di atas. Sedangkan tema-tema isi surat sisesuaikan dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar.

Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia, khususnya pengajaran menulis di SD maka perlu dilakukan penelitian meningkatkan keterampilan menulis sebagai latihan menulis surat pribadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU.

D. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: bagaimana meningkatkan keterampilan menulis melalui latihan menulis surat pribadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU?

(4)

Untuk mengatasi masalah diatas, peneliti mencoba menerapkan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis surat pribadi terhadap siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya dalam pelajaran menulis. Hal tersebut harus diterapkan secara berkelanjutan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga kemampuan menulis siswa-siswa yang rendah dapat dibantu untuk pencapaian hasil belajar yang optimal.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis melalui latihan menulis surat pribadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1) Secara toritis, peneliti ini dapat memberikan manfaat tentang penerapan pendekatan proses dalam latihan menulis surat pribadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2) Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi pada siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diambil dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: apakah melalui latihan menulis surat pribadi dapat meningkatkan keterampilan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

G. Kajian Pustaka 1. Hakikat Menulis

(5)

bahas secara produktif dalam bentuk bahasa tulis. Ada beberapa ahli yang memberikan pengertian menulis sebagai berikut:

Menulis didefinisi sebagai kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan bahasa yang dapat di pahami oleh seseorang, sehingga orang lain tidak dapat membaca lambing-lambang grafik itu apabila mereka memahami bahasa dan gambar yang digunakan (Tarigan, 1992:21).

Menulis adalah proses menuangkan atau memaparkan informasi berupa pikiran, perasaan, atau kemauan dengan menggunakan wahana bahasa tulis berdasarkan tataan tertentu sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan oleh penulis ( Nurchasana & Widodo, 1994:2). Widodo (1997) menambahkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan ide, pikiran, pengetahuan, dan pengalaman hidup dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dapat dipahami oleh pembaca.

Menurut Oka (1976:49) menulis adalah kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia secara tertulis dari hasil kegiatan kejiwaan, menuturkan pengalaman baik pengalaman penulis maupun pengalaman orang lain dan memaparkan penghayatan penulis terhadap lingkungan sekitarnya. Menulis tidak hanya ditekankan pada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi juga pada proses kejiwaan yang sedang berlangsung.

(6)

menulis adalah kegiatan menuangkan ide dalam wujud bahasa sesuai dengan kaidah pemakai bahasa.

Menurut Gie (1992:17) menulis sebagai pedoman mengarang, memiliki pengertian keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dalam menyampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dapat dipahami.

2. Proses Menulis

Menulis merupakan suatu partisipasi aktif yang melibatkan berbagai proses dalam mengelola suatu pesan agar mampu dipahami atau diterima oleh pembaca. Menulis merupakan suatu proses berfikir yang berkelanjutan, mencobakan dan mengulas kembali, (Murray dalam Temple, 1988:123) menulis membutuhkan waktu satu durasi yang relatif lama dan berkesinambungan. Ada saat seorang siswa sudah mulai menulis, maka ia membutuhkan waktu yang cukup panjang dan tidak terganggu. Menulis juga tidak menuntut kesadaran untuk tetap memedomani kaidah-kaidah tulisan, kegiatan menulis berkembang melalui berlatih secara terus menerus.

Siswa menentukan sendiri apa yang mereka tulis, merancang dan mencoba-coba, sampai sampai akhirnya menjadi tulisan yang telah direvisi dan disiapkan untuk dipublikasikan.

Kadang-kadang siswa mengalami kebingungan dalam menentukan tulisan, apakah itu sudah sesuai dengan urutan dalam proses menulis atau belum. Untuk itu perluh memahami urutan-urutan atau tahap-tahap proses menulis segalanya yang digunakan oleh oleh penulis professional.

Ada beberapa konsep proses menulis menurut Tomkins (1994), tahap-tahap proses menulis tersebut adalah sebagai berikut: (1) pramenulis, (2) penyusunan konsep, (3) revisi, (4) penyuntingan, dan (5) pemanjangan.

(7)

Sementara itu, Fariss (1993) mengklasifikasi proses menulis itu keempat tahapan, yaitu (1) pramenulis, (2) menulis, (3) kaji ulang tulisan, dan (4) publikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, proses penulis yang dimaksud dalam bahasan ini mencakup lima tahap proses menulis yang meliputi (1) tahap pramenulis, (2) tahap penyusunan konsep, (3) tahap perbaikan, (4) tahap penyuntingan, dan (5) tahap pemajangan.

3. Kemampuan mengungkapkan isi gagasan 1. Gagasan Pokok

Dalam kegiatan pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah, tidak sedikit guru menggunakan istilah untuk menyebut gagasan pokok. Bahkan para ahli bahasa pun menyebut isi gagasan pokok menggunakan istilah yang berbeda. Dari berbagai istilah tersebut apabila dipaparkan seperti berikut ini.

Ahmadi (1991:11) menyatakan bahwa kalimat utama (topic sevence) adalah kalimat yang menyatakan pikiran utama yang mengendalikan seluruh paragraph. Keraf (1980:70) menyebutkan bahwa kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari isi gagasan yang dikembangkan dalam alinea. Hardjodipuro (1987:15) menyatakan bahwa kalimat topik menerapkan tempat peluangan tujuan paragraf.

Soedjito dan Hasan (1991:12) menyatakan bahwa kalimat di dalam paragraf yang mengungkapkan pikiran atau gagasan utama disebut kalimat utama atau kalimat topik, atau kalimat tumpuan. Tarigan (1986:18) menyatakan bahwa kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum.

Dari bermacam-macam istilah yang digunakan tersebut diatas, dapat disimpulkan secara garis besar isi gagasan pokok atau gagasan utama atau kalimat pokok atau kalimat utama adalah kalimat dalam paragraph yang mengungkapkan isi gagasan atau pokok pikiran. Isi gagasan pokok merupakan inti sebuah paragraph yang harus dikembangkan dalam pernyataan-pernyataan itu tetap mendukung topik tersebut.

(8)

Tidak jauh berbeda dengan istilah isi gagasan pokok, bahwa isi gagasan penjelaspun banyak ahli bahasa yang menggunakan beraneka macam istilah yang tidak sama. Dari berbagai istilah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. Ahmadi (1991:15) menyebutkan isi gagasan penjelas dengan menggunakan istilah detail penunjang primer adalah detail yang menunjang kalimat utama, sedangkan detail menunjang kalimat sekunder adalah yang menunjang detail penunjang primer.

Lain halnya dengan tarigan (1986:19) menyebut isi gagasan penjelas dengan istilah kalimat pengembang. Ia menyatakan bukan hanya dimaksud sesaui dengan kalimat pengembang adalah urutan kalimat sebagai perluasan ide pokok yang bersifat abstrak menurut hakikat ide pokok.

Akhadiah arsyad, Ridwan (1989:156) menyebutnya dengan istilah kalimat penunjang. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat penunjang adalah nkalimat yang menjelaskan pokok dalam paragraph. Setiap gagasan penunjang dalam sebuah paragraph dalam tulisan dituangkan kedalam suatu kalimat penunjang atau lebih.

Lebih lanjut Soedjito dan Hasan (1991:12) menyebut isi gagasan penjelas dengan memakai istilah kalimat penjelas. Mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang mengungkapkan pikiran penjelas. Ditambah dengan mereka bahwa dalam sebuah paragraph hanya terdapat satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Isi gagasan penjelas dalam paragraph sangat penting. Isi gagasan penjelas sangat berguna untuk meyakinkan pembaca terhadap isis gagasan pokok yang disampaikan.tanpa isi gagasan penjelas, paragraph menjadi tidak menarik untuk dibaca. Banyak pembaca yang memerlukan isi gagasan untuk memenuhi tujuan mereka, sehingga mereka harus membaca termasuk isi gagasan penjelas.

(9)

yang dimaksud dengan isis gagasan penjelas adalah urutan kalimat yang mengungkapkan perluasan pemaparan isi gagasan pokok. 4. Kemampuan Mengguanakan Bahasa

1. Tata Bahasa

Di dalam komunikasi sehari-hari, manusia memerlukan bahasa sebagai alatnya. Sebagai alat komunikasi, bahasa akan bermanfaat sebaik-baiknya, bila akan dibaca oleh orang yang terlibat lingkungan komunikasi tersebut. Penguasaan bahasa itu tidak hanya mencakup kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu saja melainkan juga mencakup beberapa aspek lainnya.

Aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi: (1) kemampuan menemukan ragam bahasa yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan, (2) penguasaan secara aktif sejumlah kosa kata, (3) penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa secara aktif, dan (4) tingkat penalaran yang dimiliki seseorang (Solichi, 1994:27). Dengan penguasaan kosa kata dan kaidah-kaidah sintaksis saja sudah dapat digunakan untuk berkomunikasi. Akan tetapi, apabila hanya dengan penguasaan tersebut bahasa belum dapat digunakan secara baik.

Oleh karena itu, perlu adanya syarat-syarat lain yang harus dimiliki agar bahasa dapat disampaikan dengan lebih mudah untuk ditangkap dan dipahami yakni penguasaan kemampuan menyusun kalimat.

2. Kalimat

Menulis merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan berbagai kemampuan, baik kemampuan mengelola ide atau gagasan, maupun kemampuan kebahasaan yang diwujudkan lewat rangkaian kalimat. Dengan demikian persyaratan tata bahasanya dalam menyusun kalimat yang baik harus dimiliki oleh seseorang penulis atau pengarang.

(10)

dan penggunaan kata dengan penyusunan kalimat merupakan suatu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.

Kalimat adalah suatu unik pikiran terkecil dari suatu teks yang mengungkapkan gagasan secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat sesuai dari unsur ketatabahasaan. Perwujudan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari huruf besar. Dari segi yang disampaikan, kalimat diakhiri dengan tanda titik (.) pada kalimat berita, tanda seru (!) pada kalimat perintah, dan tanda tanya (?) pada kalimat pertanyaan (Moeliono, 1988).

Kalimat yang benar dan jelas akan dengan mudah dipahami secara tepat. Agar dapat menyusun kalimat yang benar dan jelas, Mccrimmon (1984), (Tolla, 1991:46) menetapakan ada empat aspek keterampilan yang perhatikan dalam menyusun kalimat efektif, yaitu (1) kesatuan, (2) ekonomis, (3) penekanan, dan (4) variasi. Tidak jau berbeda (Reange & Syafi’ie, 1974) mengatakan ada lima aspek keteramplian yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) kehematan, (4) penekanan, dan (5) variasi. Senada dengan pendapat diatas, (Soidjito,1986:30) memberikan empat criteria yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) kelengkapan, dan (4) urutan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa criteria dalam menyusun kalimat efektif pada dasarnya ada lima karakteristik, yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) kehematan atau ekonomis (4) kelengkapan, dan (5) penekanan. Kelima criteria atau aspek tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Kesatuan

(11)

demikian dapat dikatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki keasatuan hubungan anatara satu kalimat dengan kalimat lain. Artinya kalimat-kalimat yang digunakan memperlihatkan suatu kesatuan dengan yang lain.

2. Kepaduan

Setiap kalimat efektif dinyatakan memenuhi syarat kepaduan apabila antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain saling berhubungan, berkaitan secara kelompok dan padu. Ada hubungan antara unsur yang membentuk kalimat yaitu unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.

3. Kehematan

Setiap kalimat efektif dinyatakan memenuhi syarat kehematan apabila setiap kata yang digunakan untuk membangun kalimat itu tidak mengandung unsur yang berlebihan. Kehematan kalimat berkaitan erat dengan jumlah kata yang dapat digunakan dan makna yang dapat disampaikan. Dalam menyusun kalimat senantiasa menggunakan asas kehematan. Artinya, kosa kata yang digunakan menyuusun kalimat menggunakan kalimat yang jelas.

4. Kelengkapan

Kalimat efektif dinyatakan memenuhi syarat kelengkapan jika berisi kalimat penjelasan cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat uatama. Sebaliknya, kalimat efektif dinyatakan tidak lengkap apabila hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan yakni pengulangan kata-kata dalam suatu kalimat (Akhadiah, Arsjad, Ridwan, 1989 :152).

Juga dimaksudkan sebagai teruraikannya kalimat topic dengan kalimat-kalimat penjelas. Selanjutnya dijelaskan bahwa kegagalan penulis dalam mengembangkan ide utama secara penuh akan mengakibatkan ketidak lengkapkan suatu paragraph artinya pemakai bahasa tidak dapat memanfaatkan unsur peragaan gerak.

(12)

bentuk kata, susunan kalimat, pemilihan atau penggunaan kata, dan penggunaan penerapan ejaan dan tanda pemilihan atau penggunaan kata, dan penggunaan penerapan ejaan dan tanda baca. Dengan demikian, ragam bahasa tertulis merupakan hasil penataan secara cermat oleh pemakainya sehingga ragam bahasa tertulis itu mempunyai empat ragam criteria, yakni (1) jelas (bertalian dengan makna), (2) tegas (bertalian dengan unsur dramatika, seperti subjek, predikat dan objek.), (3) tepat (bertalian dengan pilihan kata atau istilah), dan (4) lugas (tidak berpanjang-panjang dan tidak bermajas).

Adapun ciri-ciri ragam bahasa lisan adalah sebagai berikut: (1) pemakai bahasa menyampaikan atau menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi tanpa diwakili oleh media tertentu, (2) pemakaian bahasa menuturkan bahasanya langsung kepada orang yang diajak komunikasi, (3) tidak terlalu terikat dengan aturan tata bahasa baku, Bahasa Indonesia, dan (4) diperjelas dengan unsure gerakan tubuh/mimik.

Cirri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut (1) pemakai bahasa dalam menyampaikan bahasa menggunakan media tertentu seperti kertas, pena dan sebagainya, (2) pemakai bahasa dituntut memiliki atau menguasai kaidah tentang bahasa baku, Bahasa Indonesia seperti bentuk kata, susunan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca, (3) pemakai bahasa tidak dapat menggunakan unsur gerak tubuh seperti gerak tangan ekspresi wajah, nada suara, walaupun cirri perbedaan kedua ragam bahasa seperti tersebut, akan tetapi kedua-duanya dapat digunakan untuk alat komunikasi sebagai persamaannya. 5. Kemampuan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca

(13)

Sebaliknya, penggunaan ejaan dan tanda baca yang tidak tepat dan tidak cermat, akan membawa pengaruh terhadap pembaca dalam menafsirkan apa yang tertulis. Atas dasar keterangan itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan ejaan dan tanda baca merupakan syarat mutlak bagi penulis dalam membuat karya tulis. Keterangan lebih lanjut tentang ejaan dan tanda baca, para ahli memberikan penjelasan sebagai berikut:

Menurut Badudu (1984 :31) ejaan adalah pelambangan fonem dengan huruf. Dalam setiap ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem-fonem itu dinamakan huruf.

Menurut Keraf (1984 :47) ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya dalam suatu bahasa).

Pengertian ejaan dikemukakan oleh Syafi’ie (1984) bahwa ejaan adalah bunyi-bunyi ujaran dengan menggunakan kaidah-kaidah penulisan yang baku yang digunakan sesuai dengan aturan yang ditentukan dalam suatu bahasa.

(14)

intonasi, tekanan, dan jedah yang dalam ragam tulis perlu dilambangkan dengan tanda baca, misalnya tanda titik (.), tanda, (,) tanda seru (!), tanda tanya (?) (Mustakin, 1992:1-2).

Basuki (1990:48) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ejaan adalah merupakan keseluruhan peraturan pengambaran lambang-lambang bunyi ujar satu bahasa dan hubungan lambang-lambang satu dengan lambang lainnya, baik dalam penggabungan ataupun dalam pemisahan dari lambang-lambang tersebut.

Selanjutnya pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan atau yang lazim disebut EYD dinyatakan dalam ejaan yang disempurnakan adalah sistem ejaan Bahasa Indonesia yang sebagian sama dengan sistem ejaan yang termuat dalam surat keputusan Presiden No 57 tanggal 16 Agustus 1972 yang sampai saat ini menjadi ejaan resmi Bahasa Indonesia.

Atas dasar penjelasan para ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa ejaan pada dasarnya mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka, dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Disamping itu, pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing termasuk dalam ejaan.

Dalam sistem ejaan yang disempurnakan ini, secara garis besar diatur tentang pemakaian ejaan yang meliputi (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur srepan, dan (5) pemakaian tanda baca. Sedangkan pemakaian komponen tanda baca dalam pedoman umum.

Tanda baca yang disempurnakan meliputi: (1) tanda titik (.), (2) tanda koma (,), (3) tanda titk koma (;), (4) titik dua (:) (5) tanda hubung (-), (6) tanda pisah (--), (7) tanda elips (...), (8) tanda tanya (?), (9) tanda seru (!), (10) tanda kurung (()), (11) tanda petik (“...”), (12) tanda kurung siku ([]), (13) tanda petik tunggal (‘...’), (14) tanda garis miring (/), (15) tanda ulang (...2), dan (16) tanda pengikat atau apostrof (‘) (pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan 1980;Kamus besar Bahasa Indonesia, 1990).

(15)

terhadap data tugas menulis atau mengarang yang di kerjakan oleh siswa. Hal itu disebabkan tidak semua komponen tersebut seutuhnya digunakan oleh siswa dalam kegiatan menulis dan mengarang. Jadi komponen yang muncul dalam hasil akan dibahas. Penelitian ini hanyalah komponen yang muncul dalam hasil tulisan atau karangan siswa.

Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada komponen kemampuan menggunakan kalimat. Komponen kemampuan menggunakan kalimat meliputi (1) kesatuan, (2) kepadua (3) kelengkapan, dan (4) urutan. 6. Ciri dan Bagian-Bagian Surat Pribadi

1. Ciri-ciri surat pribadi

 Menggunakan kata-kata sederhana

 Menggambarkan suasana santai dan akrab

 Menunjukan kesopanan berbahasa

 Nama dan tanda tangan H. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Wardhani IGAK dan Wihardir Kuswaya Penelitian Tindakan Kelas adalah penelian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Karakteristik PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah sebagai berikut.

1. Penelitian berawal dari kekerisauan guru akan kinerjanya

2. Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi mengikuti kaidah-kaidah penelitian

3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran 4. Tujuannya : memperbaiki pembelajaran

(16)

pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian pembelajaran Bahasa Indonesia, (2) kurangnya penerapan pendekatan proses dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, (3) adanya dukungan dari Kepalah Sekolah dan Guru setempat untuk melaksanakan kegiatan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

3. Subyek penelitian

33 orang I=21p=12. Sasaran utama penelitian adalah guru dan siswa. Guru sebagai sarana utama sebab guru selaku subyek yang menerapkan pendekatan siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU untuk meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi dengan melalui perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan penelitian proses dan hasil pembelajaran. Siswa sebagai sasaran utama sebab siswa selaku obyek dalam pembelajaran menulis surat pribadi melalui latihan dengan bimbingan guru untuk meningkatkan kemampuan menulis.

4. Prosedur penelitian

Untuk melihat gambaran pelaksanaan dalam proses pembelajaran di kelas maka dapat dilihat pada bagan desain penelitian di bawah ini. Rancangan dan model pene;litian tindakan kelas

Tabel 3.1 : Rancangan dan model penelitoian (PTK)

(17)

Dengan mengacu pada bagan di atas, maka produser pelaksanan penelitian tindakan ini, meliputi : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4) refleksi dalam setiap siklus.

Secara rinci pada kegiatan masing-masing tahap ini diuraikan sebagai berikut : 1. Perencanaan

a. Membuat skenario pembelajaran menulis dengan dengan menerapkan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis surat pribadi peneliti bersama beberapa guru kelas yang menjadi observer berdiskusi, mengeksplorasi teori yang relevan, dan mengidentifikasi masalah pembelajaran, serta menetapkan alternatif tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran menulis.

b. Mengembangkan format pengamatan pembelajaran untuk pembelajaran dengan pendekatan proses.

c. Mengembangkan alat evaluasi tentang materi yang belum tuntas

2. Pelaksanaan tindakan Tindakan

Bahan Tindakan

Reflekasi II

Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan)

Analisis Data II

Pelaksanaan Tindakan

Observasi II

(18)

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanan yang telah dibuat yaitu:

a. Tahap awal pembelajaran 1. Guru mengucapkan salam

2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran b. Tahap inti pembelajaran

6. Guru memberikan contoh surat pribadi kepada masing-masing kelompok

7. Siswa menulis surat pribadi sesuai dengan contoh yang ada

8. Guru melakukan evaluasi c. Tahap akir pembelajaran

1. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

2. Melakukan tindak lanjut 3. Observasi

Pada tahap ini, kegiatannya adalah melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observer bertugas mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses belajar berlangsung dan mengacu pada lembar observasi. Proses observasi dilakukan sejak awal hingga akir penelitian di kelas. Yang diobservasi adalah sikap siswa pasa awaktu KBM berlangsung.

Bagaimana sikap siswa waktu menulis, apakah asyik menulis atau hanya diam saja. Indikator-indikator yang terdapat pada perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, aspek guru dan aspek siswa serta evaluasi pembelajaran.

4. Refleksi

(19)

perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya, yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.

Observer bersama peneliti melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan merenungkan kembali secara insentif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang diharapkan. Refleksi merupakan kegiatan yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengecek kelengkapan data, pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan

b. Mendiskusikan dan pengumpulan adata antara guru, peneliti dan kepalah sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan dan lain-lain.

c. Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan kedalam skenario pembelajaran dengan berdasarkan analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilaksakan pada siklus II.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tes

Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa dalam penerapan pendekatan proses. Tes dilakukan pada akhir setiap tindakan.

b. Pengamatan / Obsrvasi

Pengamatan dilaksanakan oleh orang yang terlibat aktif dalam pelaksanaan tindakan, yaitu guru yang mengajar kelas V dan sejawat. Pada pengamatan ini digunakan lembar observasi untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting untuk mengetahui sejau mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan yang dikehendaki.

6. Teknik analisis data

(20)

( KKM) Bahasa Indonesia di SDK Tes Kabupaten TTU yakni 80. Kriteria ketuntasan yang dipakai sebagai indikator adalah:

a. Daya serap (tingkat pemahaman) siswa terdapat materi (%): 1) > 80 = sangat tinggi

2) 70 – 79 = tinggi 3) 60 -69 = cukup 4) 50 -59 = rendah 5) > 49 = sangat rendah

( sumber : KKM SD Negeri Bakan Kabupaten TTU)

b. Cara menentukan ketuntasan kelas atau daya serap adalah : Daya serap = ABx100

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadia, S. S. Ridwan dan M. G. Arsyad. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Akhadia M. K. Sabarti. 1991. Pengajaran Membaca dan Menulis di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Badudu, J. S. 1980. Pedik-Pedik Bahasa Indonesia. Jakarta : Angkasa

__________.1982. Inilah Bahasa Indoensia Yang Benar. Jakarta : Gramedia. Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indoensia. Jakarta : Balai Pustaka. __________. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. __________. 1992. Petunjuk Teknis Pengajaran Menulis Kelas III, IV, V dan

VI di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Keraf, Gorys. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores : Nusa Indah. Kridalaksana, H. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.

Oka, I Gusti Ngurah dan Basuki. 1990. Retorikat : Kiat Bertutur. Malang : YA3 Malang.

Suwardi Heru. 2010. Pembelajaran Bahasa Indonesia Tulis di Sekolah Dasar. Kupang : FKIP Nusa Cendana Kupang.

Tarigan, Djago dan Sulistyaningsih, L. S. 1979. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta : Depdikbud.

______. 2001. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.

(22)

Wardhani IGAK dan Wihardit Kuswaya. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

PROPOSAL PENELITIAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI LATIHAN MENULIS SURAT PRIBADI DALAM PEMBELAJRAN

BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V SDK TES KABUPATEN TTU

(Penelitian Tindakan Kelas)

OLEH : YOHANES COLO

NIM. 1301142658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PGSD

BERBASIS SKGJ PPKHB KABUPATEN TTU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN

(23)

Gambar

Tabel 3.1 : Rancangan dan model penelitoian (PTK)

Referensi

Dokumen terkait

PERBANDINGAN PENGARUH OLAHRAGA PERMAINAN BOLA BESAR DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA SISWA SMP NEGERI 1 CIMAHI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Melakukan kunjungan sekaligus memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami keluarga Pak Made Jatra khususnya dalam permasalahan ekonomi. Minggu, 7 Agustus

Bentuk perubahan ini bukan dengan cara kekerasan atau pemberontakan seperti yang dijelaskan oleh perspektif revolusi, namun lebih kepada kesadaran individu secara

Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian terhadap pengaruh pemberian perlakuan awal berupa pengupasan dan perendaman dalam sodium metabisulfit

Dari perhitungan yang di dapat X² hitung (110.16879) lebih besar dari X² tabel (21.02606) maka tolak Ho terima Ha yang berarti konsumen merasa puas terhadap pelayanan yang

Permasalahan yang sering terjadi di kawasan perkotaan adalah kurangnya fasilitas parkir di luar badan jalan, baik berupa taman parkir atau gedung parkir sehingga

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “ Analisis Pengaruh Pembiayaan Dana Syirkah Temporer Terhadap Profitabilitas Melalui Kualitas Produk Sebagai

[r]