• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perolehan Izin Praktik Dokter Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perolehan Izin Praktik Dokter Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara hukum, hal tersebut telah ditegaskan

dalam pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia 1945. Dalam sebuah

negara hukum terdapat pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia yang

secara tegas dilindungi oleh konstitusi. Tujuan dari hukum adalah untuk

menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu hukum bertujuan

mengatur masyarakat agar bertindak tertib dalam pergaulan hidup secara damai,

menjaga agar masyarakat tidak bertindak anarki dengan main hakim sendiri dan

menjamin keadilan bagi setiap orang akan hak-haknya sehinggga tercipta

masyarakat yang teratur, bahagia, dan damai1

Dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945 dijelaskan

bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut

pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan perlindungan terhadap

seluruh warga negara dalam berbagai bidang kehidupan. Selain tujuan tersebut,

pemerintah juga berkewajiban melaksanakan pembangunan diberbagai bidang

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut,

pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

yang ditujukan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

melaksanakan pembangunan dalam bidang kesehatan.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2006 tentang Kesehatan dibentuk untuk

menggantikan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dibentuk

untuk menggantikan Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Kesehatan yang dianggap telah usang dan tidak lagi memenuhi kebutuhan akan

pengaturan tentang kesehatan pada era dimana kemajuan Ilmu Pengetahuan dan

1

(2)

teknologi kedokteran telah maju demikian pesatnya. Dalam bagian pertimbangan

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa

pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang

besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia

dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya

adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh

masyarakat Indonesia.2

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah berkewajiban untuk

melaksanakan program dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan memuaskan kepada

masyarakat yang memberikan perlindungan hukum, maka pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Undang-undang tersebut diharapkan memberikan perlindungan kepada

masyarakat, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan, dan

memberikan kepastian hukum.

UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan

pengaturan praktik kedokteran bertujuan memberikan perlindungan kepada

pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan

dokter (dokter dan dokter spesialis) serta dokter gigi (dokter gigi dan dokter gigi

spesialis), memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter

gigi. Ada beberapa hal yang diatur dalam undang-undang tersebut, salah satunya

Pasal 37 ayat 2 dan 3 tentang Surat Izin Praktik (SIP) dokter dan dokter gigi yang

hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat serta satu Surat Izin Praktik

(SIP) hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat.

Dalam undang-undang No. 29 Tahun 2004 dikatakan bahwa Surat izin

praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter

gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan.3

2

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Berkaitan dengan masalah malpraktek, instrumen perizinan yang diatur dalam

3

(3)

hukum administrasi negara mempunyai hubungan dengan timbulnya perbuatan

malpraktek administrasi.

Oleh karena itu instrumen perizinan menjadi salah satu faktor yang

penting ketika seorang dokter akan membuka praktek kesehatan, karena instrumen

perizinan tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa dokter yang bersangkutan

mempunyai kompeten untuk menjalankan praktik kedokterannya tersebut.

Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk

pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh

masyarakat. Penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari

berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh

dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan

kewenangan yang secara terus-menerus harus ditingkatkan mutunya melalui

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta

pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik

kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. untuk

memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima pelayanan

kesehatan, dokter, dan dokter gigi. Pada dasarnya tindakan medis yang dilakukan

oleh pihak rumah sakit/dokter merupakan tindakan yang sangat mulia yaitu

dengan segala upaya melakukan penyelamatan dan pertolongan terhadap pasien.

Berdasarakan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk lebih menulis

skripsi mengenai “PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRAKTEK DOKTER DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan izin praktek dokter ?

2. Bagaimana pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter ?

3. Bagaimana prosedur perolehan izin praktek dokter ditinjau dari Hukum

(4)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis, maka

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan izin praktik dokter.

2. Untuk mengetahui pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik

dokter.

3. Untuk mengetahui prosedur perolehan izin praktik dokter ditinjau dari

Hukum Administrasi Negara.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian

mengenai “Prosedur Perolehan Izin Praktek Dokter Ditinjau Dari Hukum

Administrasi Negara belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli disusun sendiri dan bukan

plagiat atau diambil dari skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis

dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi

yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Perizinan

Pengertian izin (vergunning) berdasarkan Kamus Istilah Hukum dijelaskan

sebagai berikut4

4

S. J. Fockema Andreas, Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Groningen : Tweede Druk, J. B. Wolter’ Uitgevers-maatshappij N. V., 1951, hal.311.

(5)

”Overheidstoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal

van handeling waarop in het algemeen belang special toezicht vereist is, maar

die, in het algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd”.

Izin dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan

pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan

pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal

yang sama sekali tidak dikehendaki. Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin

bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh,

dengan kata lain, Als opheffing van een algemene verbodsregel in het conrete

geval, sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret5. Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara

bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal concreto berdasarkan

persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan. E. Utrecht mengatakan bahwa bilamana pembuat peraturan

umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya

asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka

keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat

suatu izin. Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu

persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk

memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum

dilarang6. Pengertian izin pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu7 a. Izin dalam arti luas

:

Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum

administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

mengemudikan tingkah laku para warga.

5

M. M. van Praag, Algemeen Nederlands Administratief Recht, ’s-Gravenhage : Juridischt Boekhandel en Uitgeverij A. Jongbloed & Zoom, 1950, hlm.54.

6

Bagir Manan, Ketentuan-ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Hak Kemerdekaan Berkumpul Ditinjau dari Perspektif UUD 1945, Jakarta : Makalah Tidak Dipublikasikan, 1995, hlm.8.

7

(6)

Izin dalam arti luas adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan

undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu

menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan, dengan

memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk

melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Hal ini

menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum

mengharuskan pengawasan khusus atasnya.

b. Izin dalam arti sempit

Izin dalam arti sempit adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan. Izin

pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk

mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan

yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat

undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia

menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya.

Pada pokoknya izin dalam arti sempit ialah bahwa suatu tindakan dilarang,

terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang

disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas

tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi

perkenan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar

tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu (dicantumkan

dalam ketentuan-ketentuan).

Definisi izin mempunyai kesejajaran dengan beberapa istilah lain, yaitu8 a. Dispensasi

:

Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan

suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan

tersebut. WF. Prins mengatakan bahwa dispensasi adalah tindakan

pemerintah yang menyebabkan suatu peraturan perundang-undangan

menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa (relaxatie legis).

b. Konsesi

8

(7)

Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang

besar dimana kepentingan umum terlibat erat sekali. Pekerjaan itu

sebenarnya merupakan tugas dari pemerintah, tetapi oleh pemerintah

diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang

izin) yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa

kontraktual atau kombinasi antara lisensi dengan pemberian status

tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertentu. Bentuk

konsesi terutama digunakan untuk berbagai aktivitas yang menyangkut

kepentingan umum, lalu diserahkan kepada perusahaan-perusahaan

swasta.

Mengenai konsesi, E. Utrecht mengatakan bahwa kadang-kadang

pembuat peraturan beranggapan bahwa suatu perbuatan yang penting

bagi umum, sebaik-baiknya dapat diadakan oleh suatu subyek hukum

partikelir, tetapi dengan turut campur dari pihak pemerintah. Suatu

keputusan administrasi negara yang memperkenankan yang

bersangkutan mengadakan perbuatan tersebut, memuat suatu konsesi

(concesie)9 c.Lisensi

.

Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk

menyelenggarakan suatu perusahaan10.

2. Unsur-unsur Perizinan

Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan

perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkrit menurut prosedur

dan persyaratan tertentu. Pengertian ini mengandung beberapa unsur dalam

perizinan yaitu11 a. Instrumen Yuridis

:

9

Ibid.

10

Ibid

11

(8)

Berkaitan dengan tugas negara, terdapat perbedaan antara tugas dari negara

hukum klasik dan tugas negara hukum modern terutama dalam melaksanakan

tugasnya, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Negara Hukum Klasik

Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan

keamanan merupakan tugas negara hukum klasik.

2) Negara Hukum Modern

Tugas dan kewenangan pemerintah dalam negara hukum modern tidak

hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan tetapi juga

mengupayakan kesejahteraan umum.

Pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, diberi wewenang

dalam bidang pengaturan dengan instrumen yuridis untuk menghadapi

peristiwa konkrit. Instrumen tersebut adalah dalam bentuk ketetapan

(Beschikking). Beschikking adalah instrumen hukum utama dalam

penyelenggaraan pemerintah. Salah satu bentuk ketetapan adalah izin.

Sesuai dengan jenis-jenis beschikking izin termasuk ketetapan konstitutif,

yang merupakan ketetapan yang menimbulkan hak baru untuk adresat

dalam izin tersebut. Izin disebut pula sebagai ketetapan yang

memperkenankan yang sebelumnya tidak diperbolehkan.

b. Peraturan Perundang-undangan

Salah satu prinsip dari negara hukum adalah pemerintahan yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan, artinya setiap tindakan hukum pemerintah

dalam menjalankan fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan didasarkan pada

wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

dan penegakan hukum positif memerlukan wewenang, karena wewenang

dapat melahirkan suatu intrumen yuridis, namun yang perlu diperhatikan oleh

pemerintah adalah izin yang diterbitkan harus berdasarkan wewenang yang

diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku (legalitas).

Penerimaan kewenangan tersebut adalah pemerintah atau organ pemerintah,

dari presiden sampai dengan lurah. Kewenangan pemerintah dalam

(9)

kewenangan memberi pertimbangan atas dasar inisiatif sendiri. Pertimbangan

tersebut didasarkan oleh:

1) Kondisi-kondisi dari pemohon yang dimungkinkan untuk dikeluarkan

suatu izin

2) Cara pertimbangan kondisi-kondisi yang ada

3) Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul dari akibat penolakan atau

pemberian izin dikaitkan dengan pembatasan perundang-undangan

4) Prosedur yang harus dilakukan pada saat dan sesudah keputusan diberikan

baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin.

c. Organ Pemerintahan

Organ pemerintah adalah pihak yang memiliki kewenangan untuk

mengeluarkan beschikking, termasuk izin, organ pemerintah yang dimaksud

adalah organ yang menjalankan tugas, yaitu ditingkat pusat sampai yang

paling dasar. Banyaknya organ pemerintah yang memiliki wewenang untuk

menerbitkan izin, seringkali menghambat aktivitas dari pemohon izin. Hal

tersebut terjadi karena keputusan yang dibuat oleh organ pemerintah tersebut

memakan waktu yang panjang, yang dapat merugikan pemohon izin. Oleh

karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan deregulasi dan debirokratisasi

dengan batasan-batasan tertentu. Batasan-batasan tersebut adalah :

1) Deregulasi dan debirokratisasi tersebut tidak menghilangkan esensi dari

sistem perizinan tersebut.

2) Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis,

administrasif dan finansial.

3) Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan prinsip dalam

peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar perizinan.

4) Deregulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas-asas umum

pemerintahan yang layak (Good Corporate Governance).

(10)

Izin sebagai salah satu jenis dari beschikking memiliki bentuk dan sifat

yaitu12

1) Konkrit, artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha

Negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan. :

2) Individual, artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan untuk

umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju.

3) Final, artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat

hukum.

Peristiwa konkrit adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang

tertentu dan fakta hukum tertentu. Peristiwa konkrit yang dimohonkan izinnya

sangat beragam dan dalam peristiwa konkrit dapat diterbitkan atau diperlukan

beberapa izin, berdasarkan proses dan prosedurnya tergantung dari pemberi

wewenang izin, macam izin serta struktur organisasi, organ pemerintah yang

berwenang menerbitkan izin. Berkaitan dengan wewenang organ pemerintah

dengan peristiwa konkrit, kewenangan tersebut diberikan untuk tujuan yang

konkrit yang didasarkan pada aspek yuridis perizinan yang meliputi 13

1) Larangan untuk melakukan aktivitas tanpa izin. Larangan dirumuskan

dalam norma larangan bukan norma perintah, maka pelanggaran atas

larangan itu dikaitkan dengan sanksi administrasi, pidana dan perdata. :

2) Wewenang untuk memberi izin.

e. Prosedur dan Persyaratan

Pengajuan izin oleh pihak pemohon izin harus menempuh prosedur tertentu

yang ditentukan oleh organ pemerintah yang berkaitan secara sepihak,

persyaratan untuk memperoleh izin, memiliki 2 sifat, yaitu:

1) Konstitutif, terdapat perbuatan atau tingkah laku tertentu (perbuatan

konkrit) yang harus dipenuhi, yang jika tidak dipenuhi dapat dikenakan

sanksi.

12

C.S.T. Kancil, Kitab Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta : Pradnya Paramita, 2003, hlm. 15

13

(11)

2) Kondisional, penilaian dari suatu peristiwa yang akan diterbitkan izin

dapat terlihat dan dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang

disyaratkan terjadi.

3. Fungsi dan Tujuan Perizinan

Sebagai suatu instrumen yuridis dari pemerintah, izin yang dianggap

sebagai ujung tombak instrumen hukum berfungsi sebagai14 :

a. Pengarah

Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu

misalnya izin bangunan.

b. Perekayasa

Kegiatan yang berhubungan dengan perancangan atau pembuatan izin.

c. Perancang masyarakat adil dan makmur

Sebagai upaya rancang atau desain yang dilakukan oleh penerintah

sebelum membangun suatu sistem dan sarana.

d. Pengendali

Kegiatan untuk menentukan hubungan antara yang direncanakan dan

dengan hasilnya, guna mengambil tindakan yang diperlukan sehingga

kegiatan dilaksanakan serta tujuan tercapai sesuai dengan apa yang

direncanakan.

e. Penertib masyarakat

Izin dimaksudkan juga sebagai suatu penertib masyarakat.Tujuan

perizinan harus dikaitkan dengan peristiwa konkrit yang dihadapi. Secara umum,

tujuan dari izin adalah15

a. Mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu :

Untuk menyeleksi aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan rank en horecawet,

dimana pengurus harus mempunyai syarat-syarat tertentu)

b. Mencegah bahaya bagi lingkungan

14

Ibid.

15

(12)

Pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, dan pengawasan serta pencegahan atas kegiatan,

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

menjaga keletarian lingkungan.

c. Melindungi objek-objek tertentu

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan

atau perusakan terhadap objek-objek tertentu yang memiliki izin resmi.

d. Membagi objek-objek yang sedikit

Memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

tertentu dengan memberikan suatu objek untuk kegiatan dimaksud.

4. Mekanisme Perizinan

Surat Izin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah

kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah

memenuhi persyaratan. Sebelumnya para pemohon SIP harus mendapatkan Surat

tanda registrasi dokter dan dokter gigi karena dalam salah satu syarat untuk

mendapatakn SIP adalah STR itu sendiri. STR adalah bukti tertulis yang diberikan

oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi

yangtelah diregistrasi Perizinan Dokter Menurut UU 29/2004 Pasal 37 UU

29/2004 menyatakan dengan tegas bahwa Surat Izin Praktik (SIP) setiap dokter

yang melakukan praktik kedokteran dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang

berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan. Pada

ketentuan Pasal 37 itu, sangat jelas sekali bahwa yang memiliki kewenangan

untuk menolak atau menyetujui pemberian perizinan dokter adalah pejabat

kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota. Dalam praktik sekarang ini, pejabat

kesehatan yang berwenang yang dimaksud adalah Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

F. Metode Penelitian

(13)

Dalam penelitian ini, spesifikasi penelitian yang digunakan adalah

deskripif analitis. Yang dimaksud dengan deskriptif analitis, yaitu membuat

deskriptif atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta,

sifat dan hubungan antar fenomena atau gejala yang diteliti sambil

menganalisisnya, yaitu mencari hubungan sebab akibat dari suatu hal dan

menguraikannya secara konsisten dan sistematis serta logis.16

Selanjutnya, spesifikasi penelitian deskritif analitis ini digunakan untuk

menganalisis, yaitu mencari sebab akibat dari permasalahan yang terdapat pada

perumusan masalah dan menguraikannya secara konsisten, sistematis dan logis

sesuai dengan perumusan masalah yang menjadi focus dalam penelitian ini.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah

yuridis normatif. Yang dimaksud dengan metode pendekatan yuridis normatif

yaitu suatu cara meneliti dalam penelitian hukum yang dilakukan terhadap bahan

pustaka atau data sekunder belaka dan dengan menggunakan metode berpikir

deduktif, yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar. 17 Selanjutnya yang dimaksud dengan metode berpikir deduktif adalah cara berpikir dalam penarikan

kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan

bahwa dia benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya

khusus.18 3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan

dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang

sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumentasi yang biasanya

disediakan di perpustakaan.19

16

Moh. Nazar, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia, 1985), hal 63

17

Peter MM.Penelitian Hukum. (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 17

18

Sedarmayanti &Syarifuddin Hidayat, Metodologi Penelitian. (Bandung : Maju Mandar, 2002), hal 23

19

(14)

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdapat dalam suatu

aturan hukum atau teks otoritatif seperti peraturan perundang-undangan, putusan

hakim, traktat, kontrak, keputusan Tata Usaha Negara. Bahan hukum primer yang

dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan

seperti Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran beserta peraturan

pelaksanaan dari perundang-undangan tersebut.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku

teks, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, serta kasus-kasus hukum. Selain itu

dalam penelitian ini dipergunakan pula bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier

adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia

dan lain-lain.

Berdasarkan uraian mengenai metode penelitian tersebut di atas dapat

dijelaskan bahwa spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi

ini dalah deskriptif analitis sehingga metode pendekatan yang adekurat digunakan

dalam penelitian skripsi ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, maka

jenis jenis data yang dapat digunakan adalah data sekunder yang bersifat

kualitatif. Data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan

tersier tersebut diperoleh dengan cara atau melalui suatu kegiatan yang dinamakan

studi kepustakaan / library research

4. Teknik Pengumpulan Data

Oleh karena data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang bersifat kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang

dipergunakan adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu kegiatan

(praktis dan teoritis) untuk mengumpulkan dan mempelajari serta memahami data

yang berupa hasil pengolahan orang lain, dalam bentuk teks otoritas (peraturan

perundang-undangan, putusan hakim, traktat, kontrak, keputusan tata usaha

Negara, kebijakan publik dan lainnya), literatur atau buku teks, jurnal, artikel,

arsip atau dokumen, kamus hukum, ensiklopedia dan lainnya.

(15)

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

normatif. Metode kualitatif normatif ini digunakan karena penelitian ini tidak

menggunakan konsep-konsep yang diukur / dinyatakan dengan angka atau

rumusan statistic. Dalam menganalisis data sekunder tersebut, penguraian data

disajikan dalam bentuk kalimat yang konsisten, logis dan efektif serta sistematis

sehingga memudahkan untuk interprestasi data dan konstruksi data serta

pemahaman akan analisis yang dihasilkan, yaitu mencari seba akibat dari suatu

masalah dan menguraikannya secara konsisten, sistematis dan logis sesuai dengan

perumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi yang berjudul Prosedur Perolehan Izin Praktek Dokter

Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara sistematika penulisannya adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan

kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II PENGATURAN IZIN PRAKTIK DOKTER

Pada bagian ini akan membahas tentang Pihak-Pihak Yang

Berwenang Mengeluarkan Izin, Peraturan undang-undang yang

mengatur tentang izin Praktik Dokter dan Ketentuan Sanksi Dalam

Izin Praktik Dokter

BAB III PELAYANAN PENGURUSAN IZIN PENYELENGGARAAN

PRAKTIK DOKTER

Bab ini akan membahas Tinjauan Tentang Izin Praktik Dokter,

Jenis dan Bentuk Izin, Izin Praktik Dokter, Pelayanan Perizinan

dalam Perspektif Negara Kesejahteraan, Restrukturisasi dan

Revitalisasi Pelayanan Perizinan, Birokrasi Pelayanan Perizinan,

(16)

Pelayanan Perizinan yang Optimal dan Penataan Kelembagaan

yang menangani Perizinan

BAB IV PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRAKTIK DOKTER

DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Pada bab ini akan membahas mengenai Peraturan Daerah Kota

Medan Tentang Izin Praktik Dokter. Proses dan Prosedur

Perolehan Izin Praktik Dokter, Hambatan dalam Perolehan Izin

Tempat Praktik Dokter dan Upaya yang dilakukan dalam

mengatasi perolehan Izin Praktik Dokter

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir akan membahas tentang Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunujukkan kategori peran orang tua sebagai teman paling tinggi memiliki peran yang berperan baik dan Cukup berperan sebanyak 11

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: tidak terdapat interaksi yang terjadi antara pembelajaran yang mengguna- kan LKS terhadap KPS

Sebagai model, dalam kondisi apapun, guru harus menjadi teladan. bagi siapapun khususnya teladan bagi para peserta didik,

Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan saran selama penulisan skripsi ini... selaku

Sungai tidak hanya merupakan sarana transportasi tetapi juga merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.Apalagi di jaman sekarang dimana

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa problematika proses pembelajaran matematika yang dihadapi oleh siswa madrasah

Untuk membandingan nilai ekonomis kedua bahan ini, maka diperlukan analisis perbandingan harga konstruksi atap rangka kayu dengan harga kosntruksi dari rangka

instalasi pada wilayah RW 03 ini hanya digunakan beberapa bangunan saja, karena kualitas air limbah dapat diturunkan atau diremoval sesuai dengan baku mutu yang