• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (1)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Kepulauan Riau

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kepulauan Riau

(2)

KAJIAN EKONOM I DAN KEUANGAN

REGIONAL

Provinsi Kepulauan Riau

Kantor Perw akilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

(3)

Visi Bank Indonesia

dapat dipercaya secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

M isi Bank Indonesia

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak

dan berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan

Visi Kantor Perw akilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

peran dalam menjalankan

tugas-M isi Kantor Perw akilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

(4)

i

K A T A P E N G A N T A R

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang M aha Esa atas rahmat -Nya, Kajian

Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triw ulan II 2014 dapat diselesaikan.

Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank

Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau

secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahw a peran perekonomian

regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional.

Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut

berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perw akilan Bank

Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi

Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional,

inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau

dilakukan setiap triw ulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan

Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai

upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi

Kepulauan Riau secara triw ulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai

pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam

penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa

yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih m empunyai

banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih

meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

Semoga Tuhan Yang M aha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan

memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita

semua.

Batam, Agustus 2014

KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ttd

(5)

ii

(6)

iii

D AFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAM PIRAN ... xii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB I. PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum ... 5

1.2 Sisi Permintaan. ... 5

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ... 6

1.2.2 Konsumsi Pemerintah ... 8

1.2.3 Investasi ... 8

1.2.4 Ekspor ... 9

1.2.5 Impor ... 11

1.3 Sisi Penaw aran. ... 13

1.3.1 Sektor Industri Pengolahan ... 13

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) ... 15

1.3.3 Sektor Bangunan ... 17

1.3.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 18

BAB II. PERKEM BANGAN INFLASI REGIONAL 2.1 Perkembangan Inflasi M enurut Kelompok Barang dan Jasa ... 23

2.1.1 Inflasi Bulanan (mtm) ... 23

2.1.2 Inflasi Tahunan (yoy) ... 25

2.2 Perkembangan Inflasi M enurut Kota ... 27

2.3 Faktor-faktor yang M empengaruhi Inflasi ... 28

2.3.1 Kelompok Volatile Food ... 29

2.3.2 Kelompok Administered Price ... 30

2.3.3 Kelompok Inti ... 30

2.3.4 Ekspektasi Inflasi ... 31

(7)

iv

BAB III. PERKEM BANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEM BAYARAN DAERAH

3.1 Perkembangan Perbankan ... 37

3.1.1 Bank Umum ... 37

3.1.1.1 Aset ... 38

3.1.1.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 39

3.1.1.3 Kredit ... 41

3.1.1.4 Loan to Deposit Ratio(LDR)... 45

3.1.1.5 Risiko Kredit ... 45

3.1.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 46

3.1.2.1 Aset ... 47

3.1.2.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 48

3.1.2.3 Kredit ... 49

3.1.2.4 Loan to Deposit Ratio(LDR)... 50

3.1.2.5 Risiko Kredit ... 51

3.1.3 Perkembangan Perbankan Syariah (Bank Umum dan BPR) ... 51

3.1.3.1 Aset ... 51

3.1.3.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 52

3.1.3.3 Pembiayaan ... 52

3.1.3.4 Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) ... 53

3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran ... 53

3.2.1 Transaksi Pembayaran Tunai ... 53

3.2.1.1 Aliran Uang Kartal M asuk/Keluar (Inflow /Outflow ) ... 53

3.2.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ... 54

3.2.1.3 Uang Rupiah Tidak Asli ... 56

3.2.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai ... 57

3.2.2.1 Kliring Lokal ... 57

3.2.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)... 57

3.3 Perkembangan Transaksi Kegiatan Usaha PEnukaran Valuta Asing (KUPVA) dan Penyelenggara Transfer Dana (PTD) ... 58

3.3.1 Perkembangan Transaksi KUPVA ... 58

3.3.2 Perkembangan Transaksi Penyelenggara Transfer Dana (PTD) ... 60

BAB IV. PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 Realisasi APBD di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau ... 65

4.1.1 Realisasi Penerimaan ... 65

(8)

v

4.2 Realisasi APBN Di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau ... 69

4.3 Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan ... 70

BAB V. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT 5.1. Ketenagakerjaan ... 73

5.2. Kesejahteraan M asyarakat ... 74

5.2.1 Pendapatan Rumah Tangga ... 77

5.2.2 Nilai Tukar Petani ... 76

5.2.3 Tingkat Kemiskinan ... 78

BAB VI. PROSPEK PEREKONOM IAN DAN INFLASI REGIONAL 6.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ... 81

(9)

vi

D AFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Permintaan (yoy) ... 5

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral ... 13

Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Kepulauan Riau M enurut Kelompok Barang dan Jasa (% mtm) ... 23

Tabel 2.2 Andil Inflasi Bulanan Kepulauan Riau M enurut Kelompok Barang dan Jasa (% ) ... 24

Tabel 2.3 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Bulanan Kepulauan Riau Triw ulan II 2014 ... 25

Tabel 2.4 Inflasi Tahunan Kepulauan Riau M enurut Kelompok Barang dan Jasa (% yoy) ... 26

Tabel 2.5 Andil Inflasi Tahunan Kepulauan Riau M enurut Kelompok Barang dan Jasa (% yoy) ... 27

Tabel 2.6 Inflasi Bulanan di Kepulauan Riau Berdasarkan Kota ... 28

Tabel 2.7 Ekspektasi Inflasi Tahunan Dunia Usaha ... 31

Tabel 3.1 Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau ... 37

Tabel 3.2 Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau ... 47

Tabel 3.3 Indikator Perbankan Syariah di Kepulauan Riau... 51

Tabel 3.4 Pelaksanaan Kas Keliling 2014 ... 56

Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Kepulauan Riau ... 57

Tabel 3.6 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau ... 58

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau ... 66

Tabel 4.2 Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau ... 69

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja M enurut Lapangan Pekerjaan Februari 2012 Februari 2014 ... 73

Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut jenis kegiatan utama, Provinsi Kepulauan Riau Februari 2012 - Februari 2014 ... 74

Tabel 5.3 Indeks Tendensi Konsumen Triw ulan II-2014 ... 75

Tabel 5.4 Indeks Survei Konsumen Triw ulan II-2014... 75

(10)

vii

Tabel 5.6 Nilai Tukar Petani Per Subsektor Nasional dan Kepri Triw ulan II-2014 .... 77

Tabel 5.7 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Kepri ... 77

Tabel 5.8 Garis Kemiskinan, Jumlah Persentase Penduduk M iskin di Provinsi

Kepulauan Riau ... 78

Tabel 5.9 Peran Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau . 79

(11)

viii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1.1 Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Permintaan ... 6

Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi M akanan dan Non M akanan ... 7

Grafik 1.3 Perkembangan Hasil Survei Konsumen ... 7

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi ... 7

Grafik 1.5 Perkembangan KPR, KKB dan Kredit M ultiguna ... 7

Grafik 1.6 Perkembangan Impor Barang M odal Kepulauan Riau ... 9

Grafik 1.7 Hasil Likert Scale Liaison KPw BI Kepulauan Riau ... 9

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi (Bank Umum dan BPR) Kepulauan Riau ... 9

Grafik 1.9 Hasil Likert Scale Liaison KPw BI Kepulauan Riau: Sumber Pembiayaan Investasi Hasil Likert Scale Liaison KPw BI Kepulauan Riau ... 9

Grafik 1.10 Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah ... 10

Grafik 1.11 Perkembangan Ekspor M igas dan Non M igas ... 10

Grafik 1.12 Porsi Ekspor M igas dan Non M igas ... 10

Grafik 1.13 Porsi Ekspor Komoditas Non M igas ... 10

Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Non M igas ... 11

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas M igas ... 11

Grafik 1.16 Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Antar Daerah ... 11

Grafik 1.17 Porsi Impor M igas dan Non M igas ... 11

Grafik 1.18 Porsi Impor M igas dan Non M igas ... 12

Grafik 1.19 Porsi Impor Komoditas Non M igas ... 12

Grafik 1.20 Pertumbuhan Impor Komoditas Utama Non M igas ... 12

Grafik 1.21 Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB ... 13

Grafik 1.22 Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau ... 14

Grafik 1.23 Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan ... 14

Grafik 1.24 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada Sektor Industri Pengolahan ... 15

Grafik 1.25 Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Industri M ikro Kecil ... 15

Grafik 1.26 Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ... 16

Grafik 1.27 Volume Bongkar M uat Barang di Pelabuhan Kota Batam ... 16

(12)

ix

Grafik 1.29 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama M enginap Hotel

Berbintang di Kepulauan Riau ... 16

Grafik 1.30 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada Sektor PHR ... 17

Grafik 1.31 Konsumsi Semen Kepulauan Riau ... 18

Grafik 1.32 Perkembangan Kredit Konstruksi Kepulauan Riau ... 18

Grafik 1.33 Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Hasil Tambang Kepulauan Riau .... 19

Grafik 1.34 Perkembangan Lifting M inyak Kepulauan Riau ... 19

Grafik 1.35 Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau ... 19

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional ... 26

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Wilayah Sumbagteng % (yoy) ... 26

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kepri dan Nasional ... 27

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Kepri % (yoy) ... 27

Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional ... 29

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau ... 29

Grafik 2.7 Perkembangan Bahan Komoditi Tambahan Hasil Survei Pemantauan Harga ... 30

Grafik 2.8 Perkembangan Harga Tarif Rumah Sakit ... 30

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Sew a Rumah... 30

Grafik 2.10 Ekspektasi Inflasi ... 31

Grafik 2.11 Perkembangan Perkiraan Inflasi 3 bulan yad ... 31

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum ... 38

Grafik 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ... 38

Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum ... 39

Grafik 3.4 Perkembangan DPK (berdasarkan komposisi) ... 39

Grafik 3.5 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank ... 39

Grafik 3.6 Tiering DPK Bank Umum (Nominal) ... 40

Grafik 3.7 Tiering DPK Bank Umum (Jumlah Rekening)... 40

Grafik 3.8 Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah ... 41

Grafik 3.9 Perkembangan DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah ... 41

Grafik 3.10 Perkembangan Kredit Bank Umum... 41

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ... 41

Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank ... 43

Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) ... 43

Grafik 3.14 Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral ... 43

(13)

x

Grafik 3.16 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah . 44

Grafik 3.17 Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Nominal) ... 44

Grafik 3.18 Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Jumlah Rekening) ... 44

Grafik 3.19 Perkembangan Kredit UM KM Bank Umum ... 45

Grafik 3.20 Perkembangan KUR Bank Umum ... 45

Grafik 3.21 Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum ... 46

Grafik 3.22 Perkembangan Aset BPR ... 47

Grafik 3.23 Perkembangan DPK BPR... 48

Grafik 3.24 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenisnya ... 48

Grafik 3.25 Perkembangan DPK BPR Berdasarkan Wilayah ... 48

Grafik 3.26 Perkembangan Kredit BPR ... 49

Grafik 3.27 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Jenisnya ... 49

Grafik 3.28 Porsi Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 50

Grafik 3.29 Perkembangan Kredit UM KM oleh BPR ... 50

Grafik 3.30 Perkembangan Kredit BPR Berdasarkan Wilayah... 50

Grafik 3.31 Perkembangan LDR dan NPL BPR ... 51

Grafik 3.32 Perkembangan Aset, DPK dan Pebiayaan Syariah ... 53

Grafik 3.33 FDR dan NPF Perbankan Syariah ... 53

Grafik 3.34 Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau ... 54

Grafik 3.35 Perkembangan Pertumbuhan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau ... 54

Grafik 3.36 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar ... 55

Grafik 3.37 Pelaksanaan Kas Keliling Per Bulan Tahun 2014 ... 55

Grafik 3.38 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli di Kepulauan Riau ... 56

Grafik 3.39 Perkembangan Transasi KUPVA ... 59

Grafik 3.40 Porsi M ata Uang dalam Transaksi KUPVA ... 59

Grafik 3.41 Perkembangan Transaksi KUPVAterhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 60 Grafik 3.42 Perkembangan Transasi PTD di Kepulauan Riau ... 60

Grafik 3.43 Jenis Transasi PTD ... 60

Grafik 4.1 Komposisi Pendapatan Pemda ... 66

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda ... 66

Grafik 4.3 Komposisi Anggaran Belanja ... 68

Grafik 4.4 Realisasi Belanja Pemda ... 68

Grafik 4.5 Komposisi Belanja APBN M enurut Wilayah... 70

Grafik 4.6 Realisasi Belanja M enurut Wilayah ... 70

Grafik 4.7 Komposisi Belanja APBN M enurut Proyek ... 70

(14)

xi

Grafik 4.9 Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepulauan Riau ... 71

Grafik 5.1 Jumlah Tenaga Kerja dan PDRB Bangunan... 74

Grafik 5.2 Jumlah Tenaga Kerja dan PDRB Pertambangan ... 74

Grafik 5.3 Indeks Tendensi Konsumen ... 76

Grafik 5.4 NTP M enurut Subsektor ... 77

Grafik 5.5 Nilai Tukar Petani (NTP) ... 77

Grafik 6.1 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau ... 81

Grafik 6.2 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor PHR (Berdasarkan SKDU) ... 82

Grafik 6.3 Hasil Survei Konsumen ... 82

Grafik 6.4 Perkembangan Pendaftaran PM A Kepulauan Riau ... 83

Grafik 6.5 Perkembangan Pendaftaran PM DN Kepulauan Riau ... 83

Grafik 6.6 Perkembangan Produksi Gas Alam Australia ... 83

(15)

xii

D AFTAR LAM PIRAN

Halaman

Tabel 1 Ringkasan Eksekutif Indikator Ekonomi dan M oneter Triw ulanan... a

Tabel 2 Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam ... b

Tabel 3 Perkembangan Inflasi Kota Batam, Pekanbaru dan Nasional ... c

Tabel 4 Data Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Kepulauan Riau ... d

Tabel 5 Data Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Kepulauan Riau ... e

Tabel 6 Data Perbankan (Bank Umum dan BPR) Kota Batam ... f

Tabel 7 Data Pengaliran Kas M asuk/Keluar dan Kegiatan PTTB KPw . BI Prov. Kepri ... g

Tabel 8 Perputaran Kliring Batam, Tanjungpinang dan Tanjung Balai Karimun . ... h

Tabel 9 Indikator Terpilih . ... i

Tabel 10 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek dan Lokasi

Kantor Cabang . ... j

(16)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi Regional Triw ulan II 2014

Tren penguatan

Laju inflasi triw ulan II 2014, tercatat tinggi dibanding pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,99% (yoy). Angka pertumbuhan pada triw ulan II 2014 tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional sebesar 5,12% (yoy).

Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi, serta perbaikan kinerja ekspor. Penguatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh penyelenggaraan M TQ nasional bersama sejumlah kegiatan tingkat nasional dan internasional lainnya yang mendorong peningkatan jumlah w isataw an domestik maupun mancanegara, yang kemudian mendorong konsumsi. Sementara itu, peningkatan realisasi anggaran pemerintah serta kondisi sosial politik yang tetap kondusif paska pemilihan umum menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan investasi setelah tertahan pada triw ulan sebelumnya. Adapun perbaikan kinerja ekspor terutama ditopang oleh peningkatan ekspor pada komoditas produk dari besi dan baja dengan negara tujuan ekspor Australia, dipengaruhi oleh berbagai proyek eksplorasi minyak dan gas di negara tersebut.

Secara sektoral, penguatan pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan. Peningkatan konsumsi rumah tangga berdampak pula pada penguatan sektor PHR. Demikian juga perbaikan kinerja ekspor khususnya pada komoditas produk dari besi dan baja menjadi penopang pertumbuhan sektor industri pengolahan.

Sementara itu, tren penurunan inflasi terus berlanjut pada triw ulan II 2014. Inflasi tercatat sebesar 6,03% (yoy) menurun dibanding inflasi triw ulan triw ulan sebelumnya sebesar 7,75% (yoy). Penurunan inflasi dipengaruhi oleh dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM ) yang semakin mereda di 2014, serta faktor kecukupan pasokan sejumlah bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan.

(17)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau

laporan. Sementara aset tercatat sebesar Rp45,53 triliun atau tumbuh 20,26% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 19,34% (yoy); DPK sebesar Rp39,80 triliun tumbuh 23,26% (yoy) meningkat dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 33,29% (yoy).

Berbeda dengan bank umum, kinerja BPR meningkat baik pada aset, DPK maupun kredit. Aset senilai Rp4,19 triliun atau tumbuh 17,80% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 14,12% (yoy). DPK sebesar Rp3,32 triliun atau tumbuh 18,04% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 13,85% (yoy). Kredit senilai Rp3,24 triliun tumbuh 16,39% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 15,49% (yoy).

Sesuai siklus tahunan, aktivitas sistem pembayaran mulai meningkat pada triw ulan kedua dibanding triw ulan pertama seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian. Selain itu, perhelatan M TQ Nasional dengan sejumlah rangkaian acara lainnya turut mendorong peningkatan aktivitas sistem pembayaran Kepulauan Riau. Pada triw ulan laporan inflow tercatat sebesar Rp0,37 triliun, outflow sebesar Rp2,54 triliun dan net outflow sebesar Rp2,17 triliun atau tumbuh 64,42% (yoy). Sementara itu nilai transaksi kliring dan Real Time Gross Settlement System (RTGS) juga mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 14,36% (yoy) dan 2,67% (yoy).

Adapun angka realisasi pendapatan dan belanja pemerintah tercatat masih sangat rendah pada triw ulan II 2014. Realisasi pendapatan Pemda sebesar 38,4% atau mencapai Rp4,16 triliun dari pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp10,83 triliun. Sementara itu realisasi belanja sebesar 26,31% atau mencapai Rp3,2 triliun dari anggaran sebesar 12,16 triliun.

Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 menurun dibanding periode yang sama tahun lalu, demikian juga jumlah pengangguran mengalami penurunan. Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2014 sebanyak 845.088 orang menurun 0,16% (yoy). Sementara itu, jumlah pengangguran sebanyak 46.947 orang, juga menurun 12,08% dibanding tahun lalu.

Sementara itu, daya beli petani menurun, tercermin dari penurunan NTP yang tercatat sebesar 100,82; lebih rendah dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 101,15.

(18)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

3

pada triw ulan III 2014. Sementara laju inflasi diyakini akan menurun.

pada triw ulan III 2014 diprakirakan ditopang oleh pemulihan ekonomi global khususnya negara-negara maju, yang akan mendorong ekspor. Prakiraan penurunan laju inflasi dan ekspektasi positif konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan juga akan menorong konsumsi dan investasi. Sesuai pola tahunan, konsumsi pemerintah juga akan meningkat lebih tinggi pada triw ulan III 2014.

(19)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

4

(20)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

5

BAB 1

PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL

1.1. KONDISI UM UM

Pada triw ulan II 2014 perekonomian Kepulauan Riau tumbuh 6,33% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 5,21% (yoy), juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,99% (yoy). Angka pertumbuhan pada triw ulan II 2014 tersebut juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional sebesar 5,12% (yoy).

Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi pada triw ulan laporan terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (investasi). Penguatan konsumsi rumah tangga didorong oleh penyelenggaraan sejumlah kegiatan di Kepulauan Riau pada triw ulan II antara lain M TQ Nasional dan beberapa kegiatan lainnya, juga ditopang oleh perlambatan laju inflasi. Sementara itu, kondisi sosial politik yang tetap kondusif paska pemilihan umum menjadi faktor penopang pertumbuhan investasi.

Dari sisi penaw aran, penguatan pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor-sektor utama yaitu sektor industri pengolahan yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja ekspor, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai dampak peningkatan konsumsi masyarakat.

1.2. SISI PERM INTAAN

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Permintaan (yoy)

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I** Tw.II** Konsumsi Rumah Tangga 7.14% 9.59% 7.37% 5.97% 4.85% 6.88% 4.99% 7.89%

Konsumsi Lembaga Swasta 5.72% 5.74% 3.01% 3.29% 4.16% 4.04% 10.04% 18.17%

Konsumsi Pemerintah 6.92% 8.65% 5.96% 4.98% 4.60% 5.99% 5.07% 5.03%

Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.65% 12.38% 11.43% 11.64% 9.99% 11.33% 9.86% 9.94%

Ekspor Barang dan Jasa 4.26% 4.24% -0.32% -0.41% 3.58% 1.76% -4.32% -2.60%

Dikurangi Impor Barang dan Jasa Perusahaan 7.63% 2.02% -2.43% -1.99% 1.21% -0.32% -4.83% -2.60%

PDRB 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13% 5.21% 6.33%

Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara ** angka sangat sementara

(21)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

6

Grafik 1.1

Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Permintaan

1.2.1 KONSUM SI RUM AH TANGGA

Pada triw ulan II 2014, konsumsi rumah tangga tumbuh menguat signifikan dibanding triw ulan sebelumnya, dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi masyarakat yang mulai meningkat pada triw ulan kedua, juga ditopang oleh perhelatan sejumlah kegiatan di Kepulauan Riau, serta laju inflasi yang semakin melambat. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 7,89% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 4,99% (yoy). Penguatan pertumbuhan tersebut terjadi baik pada konsumsi makanan maupun non makanan.

Perhelatan M TQ Nasional, beberapa kegiatan pariw isata serta kampanye pemilihan presiden (pilpres) merupakan beberapa faktor pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Pada Juni 2014, Kota Batam menjadi tuan rumah penyelenggaraan M TQ Nasional bersamaan dengan penyelenggaraan sejumlah kegiatan lainnya yaitu Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI), Pameran Peradaban Islam (PPI) dan Pameran Kesenian. Selain itu, terdapat juga kegiatan internasional tahunan di Kabupaten Bintan yaitu Bintan Thriathlon. Perhelatan berbagai kegiatan tersebut mendorong peningkatan jumlah w isataw an domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Kepulauan Riau yang kemudian berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Demikian juga kegiatan kampanye pemilihan presiden yang dimulai pada bulan Juni, turut berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi.

Peningkatan konsumsi rumah tangga juga ditopang oleh perlambatan laju inflasi yang berlanjut pada triw ulan II 2014 dan didukung pula oleh ekspektasi positif masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Inflasi Kepulauan Riau (gabungan inflasi Kota Batam dan Kota Tanjungpinang) pada triw ulan II 2014 tercatat sebesar 6,03% (yoy), melambat dibanding inflasi triw ulan sebelumnya sebesar 7,75% (yoy). Sementara itu, hasil survei konsumen oleh Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan indeks keyakinan

Konsumsi RT, 50.8%

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba,

1.0% Konsumsi

Pemerintah, 4.3% Investasi,

18.0% Net Ekspor,

26.0%

(22)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

7 konsumen (IKK), indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) serta indeks ekspektasi konsumen (IKE) pada triw ulan laporan dibanding triw ulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh penurunan harga dan peningkatan konsumsi barang-barang tahan lama.

Peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari peningkatan kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan (bank umum dan BPR). Kredit konsumsi tumbuh menguat dari 23,57% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 26,81% (yoy) pada triw ulan laporan. Penguatan kredit konsumsi terutama ditopang oleh pertumbuhan signifikan pada kredit pemilikan rumah (KPR), khususnya untuk tipe kecil (sampai dengan tipe 21), serta pertumbuhan pada kredit multiguna. Penguatan pertumbuhan kredit pada rumah tipe kecil antara lain dipengaruhi oleh peraturan loan to value (LTV) Bank Indonesia yang relatif lebih longgar untuk rumah sampai dengan tipe 21 dibanding rumah tipe sedang dan besar.

Grafik 1.2

Perkembangan Konsumsi Makanan dan Non Makanan

Grafik 1.3

Perkembangan Hasil Survei Konsumen

Grafik 1.4

Perkembangan Kredit Konsumsi

Grafik 1.5

Perkembangan KPR, KKB dan Kredit Multiguna 0%

Jan Feb Mar Apr Mei Juni 2014

(23)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

8

1.2.2 KONSUM SI PEM ERINTAH

Belanja Pemerintah tumbuh sedikit melambat , dari 5,07% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 5,03% (yoy) pada triw ulan laporan.

Selama triw ulan II 2014, total realisasi belanja pemerintah di Kepulauan Riau (gabungan kabupaten/kota dan provinsi) mencapai 26,31% dari total rencana belanja, dengan porsi terbesar untuk belanja operasi sebesar 83,56% , dan porsi belanja modal sebesar 16,44% . Adapun realisasi belanja operasi sebesar 31,05% dari anggaran, dan realisasi belanja modal tercatat masih kecil yaitu sebesar 11,43% dari total anggaran.

Pada belanja operasi, porsi terbesar realisasi berupa belanja pegaw ai (42,66% ), diikuti oleh belanja barang dan jasa (32,87% ), dan bantuan keuangan (3,80% ). Sementara pada belanja modal, porsi realisasi terbesar berupa belanja modal jalan, irigasi dan jaringan (4,60% ), kemudian belanja modal peralatan dan mesin (2,57% ), serta belanja modal gedung dan bangunan (2,00% ). Relatif masih rendahnya penyerapan belanja modal mengingat pada triw ulan laporan sedang dilaksanakan pengadaan beberapa proyek yang pembayarannya akan dilakukan pada triw ulan III atau triw ulan IV 2014.

Untuk memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pemerintah perlu mengalokasikan belanja modal yang lebih tinggi khususnya untuk pembiayaan infrastruktur dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang, serta mendorong pertumbuhan ekonomi, dan investasi.

1.2.3 INVESTASI

Investasi tumbuh menguat, dengan angka pertumbuhan 9,94% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 9,86% (yoy). Kondisi sosial politik yang tetap kondusif paska pemilihan umum, serta realisasi anggaran pemerintah yang mulai meningkat pada triw ulan kedua merupakan beberapa faktor yang mendorong penguatan pertumbuhan investasi.

(24)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

9

Grafik 1.6

Perkembangan Impor Barang Modal Kepulauan Riau

Grafik 1.7

Hasil Likert Scale Liaison KPw BI Kepulauan Riau

Sementara itu, dari sisi kredit perbankan, kredit investasi tercatat melambat di tengah peningkatan realisasi investasi, mengindikasikan bahw a sumber pembiayan investasi pada triw ulan laporan, sebagian bersumber dari non perbankan. M elalui survei liaison pada pelaku usaha diketahui bahw a sebagian perusahaan mendapatkan pembiayaan investasi maupun modal kerja dari induk perusahaan (parent company). Hasil survei liaison pada sejumlah pelaku usaha di triw ulan laporan menunjukkan bahw a rata-rata porsi pembiayaan investasi yang bersumber dari bank sebanyak 7,36% , sementara dari non bank (terutama dari parent company dan cash flow internal perusahaan) sebesar 78,36% dari total biaya yang dibutuhkan.

Grafik 1.8

Perkembangan Kredit Investasi (Bank Umum dan BPR) Kepulauan Riau

Grafik 1.9

Hasil Likert Scale Liaison KPw BI Kepulauan Riau: Sumber Pembiayaan Investasi

1.2.4 EKSPOR

M eskipun masih mencatatkan pertumbuhan negatif, namun kinerja ekspor tercatat lebih baik dibanding triw ulan sebelumnya. Ekspor tercatat tumbuh negatif 2,60% (yoy), atau lebih baik dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya dengan angka pertumbuhan sebesar negatif 4,32% (yoy). growth - Impor Barang Modal (RHS)

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Survei Liaison KPw BI Kepulauan Riau

(25)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

10

Grafik 1.10

Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah

Grafik 1.11

Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas

Komoditas non migas dengan porsi 65,52% dari total ekspor tumbuh melambat pada triw ulan laporan. Total ekspor non migas senilai 2,6 miliar USD, tumbuh 0,85% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 4,72% (yoy). Berdasarkan komoditas, perlambatan pertumbuhan ekspor terutama terjadi pada komoditas elektronik, mesin-mesin serta produk olahan CPO dan CPKO. M eskipun demikian, laju perlambatan ekspor non migas tertahan oleh peningkatan pertumbuhan ekspor produk dari besi dan baja, dipengaruhi oleh permintaan pipa besi dan baja untuk eksplorasi migas Australia yang tercatat masih tinggi pada triw ulan laporan.

Sementara itu, komoditas migas dengan porsi 34,48% terhadap total ekspor, tercatat tumbuh menguat. Total ekspor migas senilai 1,49 miliar USD, tumbuh dari negatif 30,06% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi negatif 12,46% (yoy) pada triw ulan laporan. Pertumbuhan ekspor terutama disumbang oleh komoditas hasil gas, sementara komoditas minyak mentah masih pada tren melambat.

Grafik 1.12

Porsi Ekspor Migas dan Non Migas

Grafik 1.13

Porsi Ekspor Komoditas Non Migas -6%

Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah

Sumber: BPS

Nilai Ekspor Migas Nilai Ekspor Non Migas growth - Ekspor Migas growth - Ekspor Non Migas

Sumber: BPS, diolah 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 73 - Articles of iron and steel 15 - Animal or vegt. fats and oils 89 - Ships,boats and floating structures 90 - Optical,photographic,medical instr. 38 - Miscellaneous chemical products. 18 - Cocoa and cocoa preparations 87 - Vehicles other than railway 80 - Tin and articles thereof

(26)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

11

Grafik 1.14

Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Non Migas

Grafik 1.15

Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Migas

1.2.5

IM POR

Searah dengan ekspor, kinerja impor juga mulai meningkat dibanding triw ulan sebelumnya meskipun masih mencatatkan pertumbuhan negatif.Angka pertumbuhan impor sebesar negatif 2,60% (yoy), atau lebih baik dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar negatif 4,83% (yoy). Berdasarkan jenis komoditas, peningkatan kinerja impor terjadi baik pada komoditas migas maupun non migas. Berdasarkan asal barang, penguatan pertumbuhan impor terjadi baik pada impor luar negeri maupun impor antar daerah.

Grafik 1.16

Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Antar Daerah

Grafik 1.17

Porsi Impor Migas dan Non Migas -100.00

Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani Produk dari Besi dan Baja Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung Lainnya

(%, yoy)

Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah (yoy)

Nilai impor Migas Nilai Impor Non Migas growth impor migas growth impor non migas

Sumber: BPS, diolah

(27)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

12

Grafik 1.18

Porsi Impor Migas dan Nonmigas

Komoditas non migas, dengan porsi 84,53% terhadap total impor, juga mencatatkan pertumbuhan impor sebesar negatif 10,58% (yoy) atau lebih baik dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar negatif 20,85% (yoy). Perbaikan kinerja impor terutama tercatat pada kelompok komoditas reaktor nuklir, pemanas, dan mesin; sementara angka pertumbuhan impor pada komoditas utama lainnya relatif stabil dibanding triw ulan sebelumnya.

Komoditas migas, dengan porsi 15,47% terhadap total impor, mencatatkan pertumbuhan impor sebesar negatif 9,19% (yoy) atau lebih baik dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar negatif 42,96% (yoy). Nilai terbesar impor migas berupa komoditas hasil minyak (53,42% ) kemudian gas (46,58% ).

Sementara itu, impor antar daerah juga menguat signifikan dari negatif 0,57% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 3,71% (yoy) pada triw ulan laporan. Peningkatan impor antar daerah, yang sebagian besar terdiri atas bahan makanan, sandang, bahan baku konstruksi, dan lain-lain, menjadi salah satu indikator kelancaran pasokan barang ke Kepulauan Riau yang menopang perlambatan laju inflasi serta peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran.

Grafik 1.19

Porsi Impor Komoditas Non Migas

Grafik 1.20

Pertumbuhan Impor Komoditas Utama Non Migas

Migas, 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 73 - Articles of iron and steel 72 - Iron and steel 39 - Plastics and articles thereof 89 - Ships,boats and floating structures 90 - Optical,photographic,medical instr. 76 - Alumunium and articles thereof 32 - Tanning and dyeing extracts 33 - Essential oils and resinoids

Sumber: Bank Indonesia Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Plastik dan Produk dari Plastik

Sumber: Bank Indonesia

(28)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

13

1.3 SISI PENAWARAN

Pada sisi sektoral, penguatan pertumbuhan ekonomi pada triw ulan II 2014 ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor-sektor utama, khususnya sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Tabel 1.2.

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

Grafik 1.21

Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB

1.3.1 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Perbaikan kinerja ekspor berdampak pada penguatan pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan tumbuh 5,15% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 4,63% (yoy). Penguatan pertumbuhan sektor industri pengolahan terjadi pada hampir seluruh subsektornya, termasuk subsektor utama yaitu subsektor alat angkut, mesin dan peralatannya serta subsektor logam dasar, besi dan baja.

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* Tw.I** Tw.II**

Pertanian 1.86% 2.55% 1.63% 1.30% 1.92% 1.85% 2.04% 5.13%

Pertambangan & Penggalian 5.40% 6.52% 4.11% 2.16% 1.39% 3.50% 1.36% 1.26%

Industri Pengolahan 5.68% 7.13% 5.62% 5.48% 4.54% 5.67% 4.63% 5.15%

Listrik, Gas & Air Bersih 5.68% 4.35% 4.53% 4.64% 4.32% 4.46% 2.76% 2.45%

Bangunan 10.12% 10.91% 8.57% 12.60% 13.57% 11.45% 15.21% 13.27%

Perdagangan, Hotel & Restoran 9.75% 10.56% 7.90% 6.98% 6.28% 7.87% 6.74% 9.80%

Pengangkutan & Komunikasi 7.02% 6.59% 5.42% 4.43% 3.54% 4.97% 3.16% 5.02%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.26% 8.65% 4.98% 4.57% 3.53% 5.38% 2.68% 2.45%

Jasa-Jasa 6.71% 6.57% 4.16% 3.70% 2.52% 4.21% 3.17% 4.07%

PDRB 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13% 5.21% 6.33%

(29)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

14 Subsektor alat angkut, mesin dan peralatannya, dengan kontribusi 55,23% terhadap total PDRB industri pengolahan, tercatat tumbuh menguat dari 5,54% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 5,61% (yoy) pada triw ulan laporan. M elalui survei liaison, diketahui bahw a produksi industri elektronik cenderung meningkat pada triw ulan kedua mengikuti pola pesanan dari konsumen. Selain itu, peningkatan produksi pada triw ulan kedua juga dilakukan untuk mengantisipasi penurunan produksi yang biasanya terjadi pada bulan puasa dan masa Lebaran.

Subsektor utama lainnya yaitu subsektor logam dasar besi dan baja, dengan kontribusi 17,25% terhadap total PDRB industri pengolahan tercatat tumbuh menguat dari 5,35% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 6,82% (yoy) pada triw ulan laporan. Penguatan pertumbuhan subsektor logam dasar besi dan baja yang terutama berupa produk pipa besi dan baja dipengaruhi oleh permintaan perusahaan-perusahaan eksplorasi minyak dan gas Australia yang tetap tinggi terhadap produk tersebut, seiring dengan kegiatan eksplorasi minyak dan gas yang tetap tinggi di kaw asan tersebut.

Grafik 1.22

Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau

Grafik 1.23

Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan

Penguatan pertumbuhan sektor industri pengolahan juga terkonfirmasi melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau yang menunjukkan peningkatan realisasi kegiatan usaha pada triw ulan laporan dibanding triw ulan sebelumnya, dengan saldo bersih sebesar 21,05, lebih tinggi dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 3,55. Searah dengan hasil SKDU, pertumbuhan produksi baik pada industri mikro

Semen & Brg. Galian bukan logam

Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet

Barang lainnya

Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

Kertas dan Barang Cetakan

Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya

(yoy)

(30)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

15

Grafik 1.24

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.25

Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Industri Mikro Kecil

1.3.2 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR)

Penguatan konsumsi berdampak pula terhadap penguatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dengan angka pertumbuhan sebesar 9,80% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 6,74% (yoy). Berdasarkan subsektornya, penguatan pertumbuhan terjadi pada seluruh subsektor, yaitu subsektor perdagangan besar dan eceran, subsektor restoran, dan subsektor hotel.

Subsektor perdagangan besar dan eceran tumbuh signifikan 6,25% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 10,02% (yoy) pada triw ulan laporan. Pertumbuhan tersebut didorong oleh penyelenggaraan sejumlah kegiatan di Kepulauan Riau pada triw ulan laporan (M TQ nasional, Pekan Produk Kreatif Indonesia, Pameran Peradaban Islam, Bintan Thriathlon), yang mendorong peningkatan jumlah w isataw an mancanegara maupun w isataw an domestik ke Kepulauan Riau, yang kemudian mendorong peningkatan belanja pada subsektor perdagangan besar dan eceran. Selain itu, kelancaran kegiatan bongkar muat di pelabuhan Batam yang tercermin dari volume bongkar dan muat barang yang lebih tinggi dibanding triw ulan yang sama tahun lalu turut menopang pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran. Perlambatan laju inflasi yang berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat turut menopang pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran.

0 Ind. Pengolahan (PDRB) - Realisasi (RHS)

Sumber: SKDU Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau

(%, yoy)

Pertumbuhan Produksi Industri Mikro Kecil (%,yoy) Pertumbuhan Produksi Industri Besar Sedang (%, yoy)

%, yoy

(31)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

16

Grafik 1.26

Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

Grafik 1.27

Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Kota Batam

Subsektor hotel dan restoran juga tumbuh menguat, masing-masing sebesar 8,83% (yoy) dan 8,64% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar masing-masing 7,08% (yoy) dan 7,12% (yoy). Penguatan pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan jumlah w isman pada triw ulan laporan yang tercatat sebanyak 497.213 orang atau tumbuh 8,5% (yoy), dan berdampak pula pada peningkatan tingkat okupansi hotel maupun tingkat penghunian kamar (TPK) pada triw ulan laporan.

Penguatan pertumbuhan pada sektor PHR juga terkonfirmasi melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Kepulauan Riau yang menunjukkan peningkatan realisasi kegiatan usaha pada triw ulan laporan dibanding triw ulan sebelumnya, dengan angka saldo bersih sebesar 6,27 lebih tinggi dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 5,21.

Grafik 1.28

Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 1.29

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel Berbintang di Kepulauan Riau 0.00%

Dalam Negeri Bongkar Dalam Negeri Muat Luar Negeri Impor Luar Negeri Ekspor

Sumber: Bank Indonesia

Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah.

-30.00

Jumlah Wisman (orang) Pertumbuhan (%, yoy)

(32)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

17

Grafik 1.30

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada Sektor PHR

1.3.3 SEKTOR BANGUNAN

M eskipun melambat dibanding triw ulan sebelumnya, namun pertumbuhan sektor bangunan tercatat tetap tinggi pada triw ulan laporan. Sektor bangunan tumbuh 13,27% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 15,21% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan sektor bangunan antara lain dipengaruhi oleh sejumlah pekerjaan pembangunan jalan dan gedung untuk persiapan M TQ nasional yang sudah diselesaikan di triw ulan I 2014. M eskipun demikian, angka pertumbuhan sektor bangunan yang tetap tinggi tersebut mengindikasikan kegiatan konstruksi di Kepulauan Riau yang tetap tinggi pada triw ulan laporan dibanding periode yang sama tahun lalu, antara lain ditopang oleh industri perumahan/real estate yang tetap marak di Kepulauan Riau, serta realisasi proyek pemerintah yang mulai berjalan pada triw ulan kedua.

Sementara itu, data kredit pada sektor bangunan hingga triw ulan II 2014 masih pada tren menurun. Kondisi ini diprakirakan dipengaruhi oleh berbagai tekanan pada sektor konstruksi seperti polemik status lahan yang masih belum terselesaikan di Kepulauan Riau, pelemahan nilai tukar yang masih berlanjut turut berdampak pada tingginya harga bahan bangunan, serta kebijakan loan to value (LTV) Bank Indonesia.

Searah dengan perlambatan sektor bangunan, pertumbuhan konsumsi semen Kepulauan Riau juga tercatat menurun di triw ulan laporan. Total konsumsi semen sebesar 227.796 ton, tumbuh melambat dari 4,49% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi negatif 3,94% pada triw ulan laporan. Sementara itu, hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) oleh Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan terjadi peningkatan harga rumah hunian yang tercermin dari peningkatan indeks harga rumah pada triw ulan kedua dibandingkan triw ulan pertama, yaitu dari 105,10 pada triw ulan sebelumnya menjadi 106,69 pada triw ulan laporan.

-20.00 -15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

PHR - Perkiraan Kegiatan Usaha PHR - Realisasi Kegiatan Usaha

(saldo bersih)

(33)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau

1.3.4 SEKTOR PERTAM BANGAN DAN PENGGALIAN

Tren perlambatan sektor pertambangan dan penggalian masih berlanjut pada triw ulan laporan. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 1,26% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 1,36% (yoy).

Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian terutama disumbang oleh perlambatan pertumbuhan pada subsektor minyak dan gas bumi yang tumbuh melambat dari 1,08% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 0,83% (yoy) pada triw ulan laporan. Data lifting minyak dan gas bumi Kepulauan Riau menunjukkan lifting minyak sebesar 2,8 ribu M BBL, mengalami penurunan 10,7% (yoy). Sementara itu, meskipun masih tumbuh negatif, namun kinerja lifting gas tercatat lebih baik pada triw ulan laporan, yaitu sebesar 41,4 M BBTU atau tumbuh negatif 31,20% (yoy), membaik dibanding angka pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar negatif 44,50% (yoy). Ke depan, lifting minyak dan gas Kepulauan Riau masih berpeluang untuk tumbuh lebih tinggi, dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) antara lain melalui penyelesaian proyek pengembangan South Belut (sumur dan fasilitasnya), pengembangan program pengeboran, serta berbagai program pemeliharaan sumur.

Sementara itu, subsektor pertambangan tanpa migas juga tumbuh melambat yang masih dipengaruhi oleh pelarangan ekspor mineral mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan M ineral dan Batu Bara. Sektor pertambangan tanpa migas tumbuh 3,18% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 3,28% . Searah dengan kondisi tersebut, data ekspor luar negeri di Provinsi Kepulauan Riau untuk komoditas hasil tambang pasir/bijih logam (termasuk non migas) nihil yang menunjukkan tidak ada ekspor untuk komoditas tersebut, mengindikasikan bahw a hasil

(30) 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(34)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

19 tambang yang diperoleh hanya dipakai untuk kebutuhan konsumsi domestik dan tidak dilakukan ekspor. Beberapa hasil tambang logam Kepulauan Riau yaitu aluminium dan timah.

Namun, perlambatan pada subsektor pertambangan masih tertahan oleh pertumbuhan pada subsektor penggalian, dengan angka pertumbuhan 3,04% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 1,57% (yoy). Searah dengan kondisi tersebut, nilai ekspor luar negeri untuk kelompok komoditas pertambangan dan penggalian lainnya (hasil penggalian Kepulauan Riau antara lain berupa pasir granit ) tercatat mulai meningkat dibanding triw ulan sebelumnya meskipun masih mencatatkan pertumbuhan tahunan yang negatif yaitu sebesar negatif 6,27% (yoy), lebih baik dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar negatif 47,49% (yoy).

Grafik 1.33

Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Hasil Tambang Kepulauan Riau

Grafik 1.34

Perkembangan Lifting Minyak Kepulauan Riau

Grafik 1.35

Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau -150.00

Nilai Ekspor - Pertambangan dan Penggalian Lainnya (RHS) Nilai Ekspor - Pertambangan Pasir/Bijih Metal (RHS) growth - Pertambangan Pasir/Bijih Metal (LHS) growth - Pertambangan dan Penggalian Lainnya (LHS)

Sumber: Bank Indonesia

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw I Tw II

2011 2012 2013 2014

Lifting Minyak (LHS) growth (RHS)

% Ribu MBBL

Sumber: Kementerian ESDM , diolah.

-60.0

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw II

2011 2012 2013 2014

Lifting Gas (LHS) growth (RHS)

ribuMMBTU %

(35)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

20

BOKS 1

KUNJUNGAN WISATAWAN M ANCANEGARA M ENOPANG PERTUM BUHAN

EKONOM I

Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu gerbang w isata mancanegara di

Indonesia dan tercatat sebagai destinasi penyumbang w isataw an mancanegara

nomor tiga terbesar di Indonesia setelah Bali dan Jakarta. Luas w ilayah sebesar 251.810 km2, terdiri atas 2.408 pulau, dengan 96% luas w ilayahnya berupa lautan.

Kepulauan Riau dengan ribuan pulaunya memiliki banyak destinasi w isata

menarik antara lain

Lagoi di Bintan, Pantai Pulau Penaah di Lingga

,

Pantai Padang

M elang di Anambas

,

Pantai M elur Batam di Pulau Galang, Pantai Indah di Batam, Pantai Trikora Bintan, Pantai Pelaw an dan Pongkar di Karimun, Pantai Sisi dan Tanjung di Natuna,

Pasir Panjang di Pulau Rupat, Nongsa di Pulau Batam, dan

lain-lain

. Wisataw an dapat menikmati w isata selam, memancing, snorkeling, diving,

tracking, w isata hutan bakau, w isata All Terrain Vehicle (ATV), parasailing, dan lain-lain, menjadikan Provinsi Kepulauan Riau menarik untuk dikunjungi khususnya untuk tujuan w isata yang berbasis kelautan dan budaya setempat.

Berdasarkan Passenger Exit Survey (PES) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kepulauan Riau pada bulan Juli 2014 terhadap 100 responden w isataw an mancanegara yang berkunjung ke Provinsi Kepri melalui Kota Batam, diketahui bahw a w isataw an terbanyak berasal dari Singapura (77% ) karena jarak negara tersebut sangat dekat dengan Kota Batam. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil PES, 94% mata uang asing yang disiapkan oleh w isman berupa dollar Singapura (SGD).

Grafik B1.1. Asal Negara Wisatawan Mancanegara Grafik B1.2. Alasan Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Kepulauan Riau

77% 3%

3% 3% 2%

12% Singapore

M alaysia

India

France

UK

Lain-lain

79% 11%

5% 2% 2% 1% Holiday/Leisure

Business

Visiting Friends/Relatives Educstion/Study

Sport M ission

(36)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

21 Hasil PES menunjukkan bahw a 42% w isman yang berkunjung adalah business manager atau executive dengan tujuan kunjungan sebagian besar untuk berlibur (79% responden). Hal ini menunjukkan bahw a kondisi Kepulauan Riau dengan destinasi-destinasi w isata yang ada, cukup menarik bagi w isataw an asing sebagai alternatif liburan.

Grafik B1.3. Pekerjaan Wisatawan yang Berkunjung ke Kepri

Kunjungan w isataw an mancanegara ke Kepulauan Riau turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil PES, sebanyak 57% w isataw an mancanegara yang mengunjungi Kepri menginap di hotel, hal ini dapat m embantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kepri khususnya di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada triw ulan II 2014 pertumbuhan ekonomi Kepri di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,80% (yoy).

Grafik B1.4. Akomodasi Wisatawan Mancanegara di Provinsi Kepulauan Riau

Grafik B1.5. Pintu Masuk Wisatawan Mancanegara ke Provinsi Kepulauan Riau

Lebih lanjut, w isman yang berkunjung juga memberikan pemasukan bagi sektor transportasi. Dari Grafik B1.5. terlihat bahw a w isman yang berkunjung ke Kepulauan Riau cenderung memilih menggunakan kapal feri (93% responden), karena jarak yang dekat dengan Batam, jumlah armada banyak, dan biayanya relatif murah. Sementara itu, pelabuhan yang paling banyak dijadikan pintu masuk w isman ke Kepri adalah Terminal Feri Sekupang.

Grafik B1.6. Lama Wisatawan Berkunjung di Kepulauan Riau

Grafik B1.7. Rata-rata Distribusi Pengeluaran Wisatawan Selama berkunjung di Kepri

(37)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

22 Kunjungan w isataw an asing juga berkontribusi terhadap peningkatan cadangan devisa. Wisataw an asing yang berkunjung harus menukarkan mata uang mereka untuk dapat bertransaksi di Kepulauan Riau. Berdasarkan hasil PES Juli 2014, 85% w isman berkunjung ke Kepulauan Riau selama 1-3 hari, dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 3,19 juta (atau rata-rata sebesar SGD 340) per w isman. Dari uang yang mereka keluarkan di Kepulauan Riau tersebut, sebagian besar untuk keperluan akomodasi, makan dan minum, suvenir serta hiburan (Grafik B1.7.).

Untuk mendorong peningkatan kontribusi sektor pariw isata terhadap perekonomian, maka pemerintah daerah diharapkan untuk terus meningkatkan potensi destinasi w isata yang ada serta lebih gencar melakukan promosi terutama ke negara-negara tetangga terdekat. Selain itu, pemerintah bersama seluruh masyarakat juga diharapkan berperan aktif menjadikan Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan w isata yang nyaman, antara lain dengan menjaga sikap ramah terhadap w isataw an, disiplin menjaga kebersihan lingkungan, penyediaan sarana transportasi publik yang nyaman, serta menjaga agar kondisi keamanan Kepulauan Riau selalu kondusif.

(38)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

23

BAB 2

PERKEM BANGAN INFLASI REGIONAL

Inflasi Kepulauan Riau pada Triw ulan II 2014 mengalami penurunan mengikuti pola tahunan yang berangsur turun hingga pertengahan tahun. Inflasi Kepulauan Riau triw ulan II 2014 tercatat sebesar 6,03% (yoy) menurun dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 7,84% (yoy). Penurunan inflasi tersebut dipengaruhi kecukupan pasokan bahan pangan dan kelancaran distribusi barang terutama bahan makanan seperti cabai merah dan baw ang merah yang dipenuhi dari luar daerah Kepulauan Riau.

2.1. PERKEM BANGAN INFLASI M ENURUT KELOM POK BARANG DAN JASA

2.1.1 INFLASI BULANAN (mtm)

Kepulauan Riau secara bulanan, mengalami deflasi dua bulan berturut -turut yakni April dan M ei 2014 sedangkan pada Juni mulai tercatat inflasi. Kepulauan Riau mengalami deflasi pada April dan M ei dengan masing-masing sebesar 0,58% (mtm) dan 0,03% (mtm). Sementara pada Juni 2014 terjadi inflasi sebesar 0,24% (mtm).

Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% mtm)

Sumber : BPS Kepulauan Riau , diolah

Penurunan inflasi yang terjadi sesuai dengan pola tahunan yaitu selalu meningkat di triw ulan I dan beranjak turun pada triw ulan II. Kondisi bahan pangan yang tercukupi serta kelancaran transportasi pengangkutan terutama transportasi laut akibat iklim cuaca yang kondusif memberikan pengaruh besar terhadap penurunan inflasi.

Kelompok bahan makanan memberikan pengaruh besar terhadap penurunan inflasi dengan angka inflasi berturut -turut pada April dan Juni 2014 sebesar negatif 4,16% (mtm) dan 1,69% (mtm). Komoditas pada kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan signifikan yaitu cabai merah dan baw ang merah dengan angka deflasi pada April 2014

Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Bahan Makanan 1,06 1,82 2,76 0,42 -0,24 -4,16 -1,69 0,02

2 Makanan Jadi, minuman,

rokok dan tembakau 1,05 0,46 0,40 0,48 0,20 0,34 0,67 0,24

3 Perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar 0,27 0,10 0,02 0,22 0,24 0,66 0,32 0,58

4 Sandang 1,76 0,35 0,92 0,41 0,25 -0,45 0,40 0,58

5 Kesehatan 0,17 0,09 0,17 0,20 0,15 4,67 2,95 0,08

6 Pendidikan, rekreasi dan

olahraga 0,57 0,65 0,11 0,02 0,19 0,03 0,01 -0,03

7 Transpor, komunikasi dan

jasa keuangan 0,26 0,02 0,37 0,03 0,16 -0,14 0,01 0,12

0,76 0,65 0,83 0,27 0,11 -0,58 -0,03 0,24

Umum

(39)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

24 sebesar 42,09% (mtm) dan 17,87% (mtm) karena masih melimpahnya pasokan yang diperkirakan dampak paska panen yang diperoleh dari sentra produksi di Pulau Jaw a.

Kondisi yang sama terjadi pada kelompok sandang yang mengalami penurunan akibat komoditas harga emas perhiasan yang turun sebesar 2,56% (mtm) pada April 2014 yang umumnya dipengaruhi oleh harga internasional serta kondisi permintaan yang menurun. Penurunan inflasi bulanan yang lebih dalam tertahan akibat kenaikan harga pada kelompok lainnya seperti pada kelompok kesehatan yang mengalami inflasi pada April 2014 mencapai 4,67% (mtm) karena kenaikan tarif rumah sakit daerah di Kota Batam.

Tabel 2.2 Andil Inflasi Bulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Berdasarkan andil inflasi bulanan, kelompok bahan makanan memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi terutama pada April 2014 dengan angka sebesar 0,92% (mtm). Besarnya bobot atau porsi kelompok bahan makanan yang mencapai 21% terhadap nilai total konsumsi secara keseluruhan memberikan dampak yang signifikan adanya perubahan pada kelompok bahan makanan terhadap angka inflasi bulanan.

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan andil deflasi terbesar kedua setelah kelompok bahan makanan yaitu penurunan tarif angkutan udara pada April 2014 sebesar 1,57% (mtm) dipengaruhi menurunnya permintaan setelah perayaan hari besar imlek dan belum banyaknya event besar bagi para w isataw an yang terjadi pada bulan tersebut.

Di sisi lain, pada kelompok lainnya terjadi inflasi dengan sumbangan terbesar oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan andil sebesar 0,17% (mtm) pada April 2014 dengan kenaikan pada komoditas sew a rumah dipengaruhi penyesuaian kenaikan harga tahunan.

Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1 Bahan Makanan 0,28 0,06 0,19 0,48 0,72 0,09 -0,05 -0,92 -0,36 0,00 0,46

2

Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau

0,19 0,06 0,06 0,08 0,07 0,07 0,03 0,05 0,11 0,04 0,14

3 Perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar 0,06 0,07 0,18 0,02 0,01 0,06 0,06 0,17 0,08 0,15 0,28

4 Sandang 0,12 -0,06 0,00 0,02 0,06 0,02 0,01 -0,03 0,02 0,03 0,05

5 Kesehatan 0,01 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,19 0,13 0,00 0,01

6 Pendidikan, rekreasi

dan olahraga 0,03 0,01 0,00 0,03 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,04

7 Transpor, komunikasi

dan jasa keuangan 0,05 0,02 0,08 0,00 0,07 0,01 0,03 -0,03 0,00 0,02 0,25

0,76 0,16 0,53 0,65 0,81 0,27 0,11 -0,58 -0,03 0,24 1,21

No Kelompok

Umum

(40)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

25

Tabel 2.3 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Bulanan Kepulauan Riau Triwulan II 2014

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Berdasarkan andil atau sumbangan untuk komoditas yang rutin sebagai penyumbang inflasi pada triw ulan II 2014 yaitu beras dan rokok sedangkan untuk komoditas non pangan yaitu tarif rumah sakit dan sew a rumah. Komoditas tarif rumah sakit memberikan andil inflasi terbesar pada April dan M ei 2014 masing-masing sebesar 0,18% (mtm) dan 0,12% (mtm) Komoditas rutin penyumbang deflasi secara keseluruhan berasal dari kelompok bahan makanan yaitu cabai merah dan kacang panjang dengan andil berturut -turut sebesar 0,46% (mtm) dan 0,14% (mtm).

2.1.2 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Perkembangan inflasi tahunan yang tidak jauh berbeda dengan data inflasi bulanan terlihat pada kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan inflasi terbesar dari angka inflasi pada triw ulan I 2014 sebesar 14,63% (yoy) menurun menjadi 6,42% (yoy). Kemudian, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan terbesar kedua menjadi sebesar 9,56% (yoy) menurun dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 13,09% (yoy)

Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

Tarif rumah sakit 33.70 0.18 Tarif Rumah Sakit 15.88 0.12 Sewa rumah 1.24 0.10

sewa rumah 1.24 0.09 Ketupat 9.59 0.06 Upah Pembantu RT 3.63 0.05

Upah Pembantu RT 3.60 0.04 Tomat Sayur 30.21 0.06 Beras 1.38 0.04

Rokok Kretek Filter 1.67 0.03 Beras 1.44 0.04 Selar 7.22 0.04

Beras 0.50 0.02 Upah Pembantu RT 3.62 0.04 Rokok putih 2.16 0.03

Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

Cabe merah -42.09 -0.46 Kacang panjang -44.73 -0.14 Sotong -11.82 -0.03

Bayam -25.09 -0.09 Cabe rawit -43.12 -0.08 Kangkung -10.91 -0.03

Bawang merah -17.87 -0.08 Cabe merah -9.53 -0.06 Cabe merah -4.54 -0.03

Selar -11.56 -0.07 Bayam -13.48 -0.04 Kacang panjang -13.88 -0.02

Cabe rawit -24.04 -0.06 Bawang merah -8.83 -0.03 Kepiting/rajungan -9.29 -0.01

Komoditas Penyumbang Inflasi

Komoditas Penyumbang Deflasi

April 2014 Mei 2014 Juni 2014

(41)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

26

Tabel 2.4 Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%yoy)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Angka inflasi tahunan Kepulauan Riau secara keseluruhan masih sesuai dengan polanya yang selalu berada di baw ah angka inflasi nasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan angka inflasi Kepulauan Riau triw ulan II 2014 sebesar 6,03% (yoy) di baw ah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy).

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional

Grafik 2.2

Perkembangan Inflasi Wilayah Sumbagteng % (yoy)

Secara regional di w ilayah Sumatera Bagian Tengah, Inflasi Kepulauan Riau masih di baw ah angka inflasi kabupaten/kota di provinsi sekitar seperti Provinsi Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Namun bila dilihat angka inflasi berdasarkan kabupaten/kota, Tanjungpinang menjadi kota dengan angka inflasi tertinggi tercatat sebesar 7,05% (yoy) pada triw ulan II 2014 sedangkan angka inflasi terendah tercatat di Kota Batam sebesar 5,86% (yoy).

I II III IV I II

1 Bahan Makanan 6,04 6,37 11,09 14,09 14,63 6,42

2 Makanan Jadi, minuman,

rokok dan tembakau 4,53 5,04 6,47 6,52 5,62 5,65

3 Perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar 2,11 2,52 3,57 4,78 3,49 4,49

4 Sandang 1,26 -0,16 1,19 -0,09 2,67 5,55

5 Kesehatan 2,55 2,76 3,24 3,56 2,73 9,66

6 Pendidikan, rekreasi dan

olahraga 3,09 2,76 2,59 3,41 3,65 3,37

7 Transpor, komunikasi dan

jasa keuangan 1,09 4,07 12,61 12,35 13,09 9,56

3,41 4,07 7,29 8,24 7,84 6,03

(42)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan II 2014

27

Tabel 2.5 Andil Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%yoy)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Berdasarkan andil atau sumbangan terhadap inflasi, perubahan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan andil inflasi sebesar 1,35% (yoy) menurun signifikan dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 3,25% (yoy). Kemudian, disusul kelompok transportasi, komunikasi dan keuangan yang juga menurun signifikan dengan andil inflasi menjadi sebesar 1,89% (yoy) dari triw ulan sebelumnya sebesar 2,58% (yoy).

2.2 PERKEM BANGAN INFLASI M ENURUT KOTA

Inflasi Provinsi Kepulauan Riau merupakan gabungan angka inflasi dua kota yaitu Batam dan Tanjungpinang dengan masing-masing bobot sebesar 86% dan 14% . Pada triw ulan II 2014 angka inflasi Kota Batam tercatat sebesar 5,86% (yoy) dan Kota Tanjungpinang sebesar 7,05% (yoy) sehingga membentuk angka inflasi Kepulauan Riau sebesar 6,03% (yoy).

Grafik 2.3

Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional

Grafik 2.4

Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau % (yoy)

I II III IV I II

1 Bahan Makanan 1.55 1.63 2.89 3.69 3.25 1.35

2

Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau

0.83 0.93 1.17 1.18 0.87 0.89

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

0.49 0.59 0.81 1.08 0.87 1.15

4 Sandang 0.09 -0.01 0.08 -0.01 0.16 0.33

5 Kesehatan 0.10 0.11 0.12 0.13 0.11 0.43

6 Pendidikan, rekreasi

dan olahraga 0.17 0.15 0.14 0.18 0.27 0.25

7 Transpor, komunikasi

dan jasa keuangan 0.18 0.66 2.18 2.13 2.58 1.89

3.41 4.07 7.29 8.24 7.84 6.03

2013 2014

Gambar

Grafik 1.18
Grafik 1.33
Grafik B1.1. Asal Negara Wisatawan Mancanegara
Grafik B1.3. Pekerjaan Wisatawan yang Berkunjung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai nama untuk unit/instalsi pelayanan gawat darurat di rumah Berbagai nama untuk unit/instalsi pelayanan gawat darurat di rumah sakit diseragamkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah bubuk bungkil kacang tanah yang tepat pada pembuatan permen cokelat, untuk mengetahui pengaruh bubuk bungkil

Nuzula, Weny Firdausin. Jurusan Tadris Matematika, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Kata Kunci: Peran Guru, Siswa

Soekarno mengawali pledoi Indonesia Menggugat dengan menyampaikan bahwa proses peradilan yang sedang dilakukan terhadapnya adalah sebuah proses politik penguasa

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Kenapa nol? Jarak masing-masing muatan ke titik P adalah sama dan besar muatan juga sama, separuh positif dan separuh lagi negatif sehingga jika dimasukkan angkanya hasilnya

menyukseskan pembangunan nasional di bidang pembinaan dan pengembangan generasi muda melalui kegiatan filateli.  Dengan dijiwai semangat perjuangan yang tinggi dan tekad

Mengingat demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan terutama di negara- negara yang sedang berkembang, insiden demam tifoid di Indonesia masih tinggi salah