• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN MINAT WANITA USIA SUBUR DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN MINAT WANITA USIA SUBUR DENGAN"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN MINAT WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MEUREUDU KECAMATAN MEUREUDU KABUPATEN

PIDIE JAYA

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah

Banda Aceh

Oleh :

FITRIANI SUSILAWATI NIM. 10010128

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH

(2)

ABSTRAK

GAMBARAN MINAT WUS TERHADAP PENGGUNAN IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KECAMATAN

MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 Fitriani Susilawati1, Musafir Hasballah 2

Xi + Bab + 56 lembar + 10 tabel + 11 lampiran

Latar Belakang : Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuanUntuk mengetahui gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013.

Metode Penelitian :Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan crossectional, dilakukan di wilayah kerja puskesmas Meureudu tanggal 12 sampai 16 Agustus 2013. Populasi sebanyak 756 jiwa yang menjadi Pengambilan sampel menggunakan tehknik Achidental sampling pada sebanyak 88 responden. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu berupa kuesioner yang di bagikan kepada responden.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9 %). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur >35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (50,0%). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 23 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande Multi Gravida yaitu sebanyak 16 orang (4,44%). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 20 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan tinggi yaitu sebanyak 15 orang (41,7%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mayoritas WUS kurang berminat dengan alat kontrasepsi Implant. Dalam penelitian ini peneliti menyarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan agar meningkatkan pelayanan Kebidanan khususnya pelayanan KB implant.

Kata kunci : Minat, Wus, Implant, Pengetahuan, Umur, Paritas, Pendidikan Daftar bacaan : 17 buku, 3 situs internet (2003-2012)

1

Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKes U’Budiyah 2

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Gambaran Minat WUS Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013’’

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III kebidanan.

Dalam penulisan Karya Tulis ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dedy Zefrizal, ST, selaku Ketua Yayasan Pendidikan U’Budiyah Indonesia 2. Marniati, SE, M.Kes, selaku ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh

3. Nuzulul Rahmi, SST, selaku ketua program studi D III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

4. Musafir Hasballah, M.Kes, selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing peneliti dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Dr.Misrawati, selaku Kepala Puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya

(6)

7. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan semangat dan

dukungan serta do’a sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

8. Seluruh sahabat-sahabat ku di STIKes U’Budiyah Sigli Program Studi DIII

Kebidanan angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti sangat menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

Banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, dalam kesempatan ini peneliti sangat mengharapkan kritikan maupun saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya hanya dengan izin-Nya lah segala sesuatu dapat terwujud. Amin Ya Rabbal A’lamin!!!

Sigli, September 2013

(7)

DAFTAR ISI

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat WUS Terhadap Pemilihan Implant ……… 20

1. Pengetahuan ... 20

2. Umur ... 23

3. Paritas ... 26

4. Pendidikan ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep penelitian ... 30

B. Definisi Operasional... 32

C. Cara Pengukuran Variabel ... 33

(8)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 38 B. Hasil Penelitian... 38 C. Pembahasan... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 53 B. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 32 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Minat WUS

Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013.………..…...39

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ...… 40 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur WUS Terhadap Penggunaan

Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ……….. 40 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Paritas WUS Terhadap Penggunaan

Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ……...………….…... 41 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan WUS Terhadap Penggunaan

Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013...41

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan

Implant berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013...42 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan

Implant berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013...43 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan

Implant berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013...44 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan

Implant berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk

semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju

pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana (BKKBN, 2012).

Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan

ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk (BKKBN, 2012).

Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998) mengemukakan

bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia

(11)

Berdasarkan pendapat di atas, diharapkan setiap keluarga memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan

berkenaan dengan hal tersebut. Paradigma baru Program KB Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi “Keluarga berkualitas

2015” untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, Harmonis, dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa (Sarwono 2003)

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan

peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini

kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat

kontasepsi dapat dikatakan bahwa 51,21% akseptor KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02% memilih Pil, 4,93 % memilih Implant 2,72 % memilih IUD dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat memilih

metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD). Implant, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita

(MOW) kurang diminati (BKKBN, 2012).

Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang

(12)

keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan, efek samping, potensial,

konsekwensi kegagalan/kehamilan yang tidak diinginkan. Besar keluarga 3yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan

integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB. Angka kematian ibu dan

perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di suatu negara. Tingkat kesejahteraan juga

dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB

nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan

perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 1998). Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2012 dari 5.192.644 PUS, 9,9%

merupakan peserta KB baru dan 78.2% merupakan peserta KB aktif. Dengan

proporsi jenis kontrasepsi yang digunakan yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) meliputi IUD 8.3%, MOP 0.1%, MOW 0.7%, implant

12.2%, dan Non MKJP meliputi suntik 51%, pil 25.1%, kondom 2.4% (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).

(13)

Menurut data yang diperoleh dari Dinkes Pidie Jaya dari jumlah PUS 20.075 yang merupakan peserta KB aktif hanya 8,4% yang menggunakan

kontrasepsi implant (profil Dinkes Pidie Jaya,2012).

Menurut data yang di peroleh dari Puskesmas Meureudu kecamatan

Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2012, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 2.385 jiwa, sedangkan jumlah WUS 1.252 jiwa yang menjadi peserta KB aktif adalah 756 jiwa. Dengan perincian sebagai berikut : KB Pil

345 jiwa , KB Suntik 361 jiwa, KB Implant 27 jiwa, KB IUD 32 jiwa.

Berdasarkan hasil survey awal peneliti di Puskesmas Meureudu

kecamatan Meureudu kabupaten pidie Jaya, dari 10 responden yang diwawancarai saat pengambilan data awal, di dapatkan bahwa 3 orang mengetahui tentang penggunaan implant sedangkan 7 orang tidak mengetahui

tentang penggunaan implant, sehingga mereka tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi implant. Pada umumnya WUS (Wanita Usia Subur) yang telah

menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil dan suntik. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di

wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013’’

B. RumusanMasalah

(14)

pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013”

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan

Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap minat WUS dengan

pemilihan alat kotrasepsi implant.

b. Untuk mengetahui umur responden terhadap minat WUS dengan

pemilihan alat kotrasepsi implant.

c. Untuk mengetahui paritas responden terhadap minat WUS dengan

pemilihan alat kotrasepsi implant.

d. Untuk mengetahui pendidikan responden terhadap minat WUS dengan

pemilihan alat kotrasepsi implant

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

(15)

dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.

2. Bagi Puskesmas Meureudu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna

peningkatan pelayanan kontasepsi implant demi terciptanya metode kontrasepsi efektif dan berjangka panjang.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi kepustakaan tentang alat kontrasepsi

implant dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya. 4. Bagi Akseptor (Responden)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi masyarakat setempat untuk mengerti dan memahami tentang fungsi, manfaat, serta efektifitas kontrasepsi implant sehingga masyarakat

semakin mengenal dan pemakaian kontrasepsi implant semakin bertambah.

5. Untuk dasar penelitian selanjutnya

Bagi peneliti lain dapat dimanfaatkan an di jadikan sebagai bahan referensi dan hasil penelitian ini dapat di jadikan dasar dalam melakukan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasep

si

1. Pengertian kontrasepsi

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha usaha itu dapat bersifat sementara dapat juga bersifat permanent.

(Hartanto Hanafi : 2002)

Menurut BKKBN Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya dapat didefinisikan sebagai tindakan atau usaha yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan. Pembuahan dapat terjadi bila beberapa syarat berikut terpenuhi yaitu adanya sel telur dan sel sperma yang

subur, kemudian cairan sperma harus ada di dalam vagina, sehingga sel sperma yang ada di dalam vagina dapat berenang menuju ke serviks

kemudian ke rahim lalu ke saluran oviduk untuk membuahi sel telur. Sel telur

(17)

melakukan nidasi, endometrium atau dinding rahim harus dalam keadaan siap untuk menerima nidasi (BKKBN, 2006).

2. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal

Tidak satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua

klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun, secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut :

a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila

digunakan.

b. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan

dapat mencegah terjadinya kehamilan.

c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh

lingkungan budaya di masyarakat. d. Terjangkau harganya oleh masyarakat.

e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera

kembali kesuburannya kecuali untuk kontrasepsi mantap. f. Pemilihan Metode Kontrasepsi

Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi, individu atau pasangan suami istri, mula-mula harus memutuskan apakah mereka ingin

menerapkan program Keluarga Berencana. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi keputusan ini menurut (Hartanto Hanafi, 2002) antara lain : 1) Faktor sosial-budaya : tren saat ini tentang jumlah keluarga; dampak

(18)

individu tersebut; pentingnya memiliki anak laki-laki di mata masyarakat karena akan meneruskan nama keluarga.

2) Faktor pekerjaan dan ekonomi : kebutuhan untuk mengalokasi sumber-

sumber ekonomi untuk pendidikan atau sedang memulai suatu

pekerjaan; kemampuan ekonomi untuk menyediakan calon anak-anaknya dengan makanan,pakaian, tempat berlindung

3) Faktor keagamaan : pembenaran terhadap prisip-prinsip pembatasan

keluarga dan konsep dasar tentang keluarga berencana oleh semua agama.

4) Faktor hukum : peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan

keluarga berencana sejak diberlakukannya undang-undang negara connectitut tentang pembatasan penggunaan semua alat kontrasepsi

yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan tidak sesuai konstitusi oleh majelis tertinggi pada tahun 1965.

5) Faktor fisik : kondisi yang tidak bisa membuat wanita hamil karena

alasan kesehatan.

6) Faktor hubungan : stabilitas hubungan, masa krisis dan penyesuaian

yang panjang dengan hadirnya anak

7) Faktor psikologis : kebutuhan untuk memiliki anak untuk dicintai dan

(19)

8) Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik : adanya keadaan atau

kemungkinan munculnya kondisi atau penyakit yang dapat ditularkan

kepada bayi (misalnya HIV/AIDS). 3. Metode kontrasepsi

Menurut Hartanto Hanafi (2002) metode kontrasepsi terdiri dari : a. Metode sederhana

1) Kontraseps

i tanpa alat

a) Kb alamiah yang terdiri dari : pantang berkala, metode kalender,

metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simpto termal.

b) Coitus interrupter.

2) Kontraseps

i dengan alat

a) Mekanis (barrier)

(1) Kondom pria

(2) Inal Barrier intra vaginal yang terdiri dari diafragma, kap

serviks, spons, kondom wanita.

b) Kimiawi

Spermisid yang terdiri dari : vaginal cream, vaginal foam,

vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, vaginal soluble

film.

b. Metode modern

(20)

a) Peroral

(1) Pil oral kombinasi (2) Mini pil

(3) Morning after pil

b) Suntikan

DMPA, NET-ET, Microspheres, Microcapsule

c) Implant

2) Intra uterine devices (IUD/AKDR)

3) Kontrasepsi mantap

a) Pada

wanita

(1) Penyinaran

(a) Radiasi sinar X, cobalt

(b) Sinar laser

(2) Operatif (MOW)

(3) Penyumbatan tuba fallopi secara mekanis

(a) Penjepitan

tuba fallopi

(b) Solid plugs

(4) Penyumbatan tuba fallopi secara kimiawai

(21)

(1) Operatif (

MOP) vasektomi

(2) Penyumbat

an vans defferens secara mekanis

(3) Penyumbat

an vans defferens secara mekanis

B. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian

Implant atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang

dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukan dibawah kulit. (Prawiharjo, 2009).

Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas

sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek

dari pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon

levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).

Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi

melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009)

(22)

di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestel.

Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepasklan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin

yang dipakai juga dalam pil KB dan pada AKDR yang bioaktif (saifuddin, 2006).

2. Jenis implant

Jenis-jenis implant menurut Prawiharo (2009) adalah sebagai berikut :

a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm

dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama

kerjanya 5 tahun.

b. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,

dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg ketodesogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

c. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

3. Mekanisme kerja

Cara kerja implant yang setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg

levonorgestrel yang dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep

mekanisme kerjanya menurut Manuaba adalah :

1) Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi. 2) Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa.

(23)

4. Efektifitas Implant

Menurut Hartanto Hanafi, (2002) efektifitas implant adalah :

a. Angka kegagalan norplant kurang 1 per 100 wanita pertahun dalam lima tahun

pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode

barier.

b. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6

kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil.

c.Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5 tahun,

tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah

besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %. Penyebabnya belum

jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.

5. Indikasi

Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada :

a. Perempuan yang telah memiliki anak atau pun yang belum.

b. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).

c. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi

dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

d. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

e. Perempuan pasca persalinan.

f. Perempuan pasca keguguran.

g. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.

h. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen.

(24)

6. Kontraindikasi

Menurut Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa kontra indikasi

implant adalah sebagai berikut :

a. Perempuan hamil atau diduga hamil.

b. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya.

c. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

d. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.

e. Perempuan dengan benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

7. Keuntungan

Keuntungan dari implant menurut Saifuddin (2006) adalah :

a. Keuntungan kontrasepsi yaitu:

1) Daya guna tinggi.

2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

3) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.

4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

5) Bebas dari pengaruh estrogen.

6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

7) Tidak mengganggu ASI.

8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

(25)

2) Mengurangi jumlah darah haid

3) Mengurangi/memperbaiki anemia.

4) Melindungi terjadinya kanker endometrium.

5) Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara

6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang pangul.

7) Menurunkan angka kejadian endometriosis.

8. Kerugian implant

Hartanto Hanafi, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah:

a. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.

b. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan

pengangkatan implant.

c. Biaya Lebih mahal.

d. Sering timbul perubahan pola haid.

e. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.

f. Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang

mengenalnya.

g. Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain.

9. efek samping.

Efek samping / Komplikasi dan cara Penanggulangannya Saifuddin (2006)

menjelaskan bahwa efek samping / komplikasi dan cara penanggulangannya

adalah sebagai berikut :

a. Amenorea

(26)

2) Bila klien tetap saja tidak menerima, angkat implant dan angjurkan

menggunakan kontrasepsi lain.

3) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilannya, cabut

implant dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila

diduga kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan

obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.

b. Perdarahan, bercak (spotting) ringan

1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun

pertama.

2) Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan

apapun.

3) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan

pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau

ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan

terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.

4) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil

kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil

kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg estinilestradiol atau 1,25 mg

estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.

c. Ekspulasi

1) Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat,

dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.

2) Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya,

(27)

3) Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode

kontrasepsi lain.

d. Infeksi pada daerah insersi

1) Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau

antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari.

2) Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.

3) Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru. Pada sisi

lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi yang lain.

4) Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan

pus keluar, cabut implant lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotik

oral 7 hari.

e. Berat badan naik / turun

1) Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah

normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg

atau lebih.

2) Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien

mencari metode lain.

efek samping norplant antara lain :

a) Gangguan pola haid seperti terjadinya spotting, perdarahan haid

memanjang atau lebih sering berdarah(metrorrhagia), amenore.

(28)

c) Anoreksia,

d) Pening e) Sakit kepala

f) Perubahan pada libido dan berat badan

. Cara pemasangan

Menurut Manuaba teknik pemasangan implant adalah sebagai berikut:

a) Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat (apabila terdiri dari 6

kapsul buah seperti kipas terbuka).

b) Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa dengan likokain 2%.

c) Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk.

d) Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya.

e) Kapsul dimasukkan ke dalam trokar, dan didorong dengan alat

pendorong sampai terasa ada tahanan.

f) Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik ke luar.

g) Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong

dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.

h) Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band aid). Teknik ini berlaku untuk semua jenis implant.

C. Wanita usia subur (wus) dan kb 1. Pengertian

Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan konsep Departemen kesehatan

(29)

(WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun. pada wanita usia subur ini berlagsung lebih

cepat dari pada pria. puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun. pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95 % untuk hamil. pada usia

30 -an presentasenya menurun sehingga 90%. sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Depkes RI, 2009) .

2. Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Wanita Usia Subur (WUS) Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, WUS sangat mudah dalam

memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan WUS tersebut normal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi WUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam

penyelesaian masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan

angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan

dimengerti oleh masyarakat luas. ( BKKBN, 2006).

D. Faktor

Faktor yang mempengaruhi Minat WUS terhadap Pemilihan Implant 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

(30)

rasa, raba. Sebagian pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang

tersebut terjadi proses berurutan, yaitu:

a. Awarenes (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini

sikap suatu subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap stimulus atau objek

tersebut. Bagi dirinya, hal ini sikap responden lebih tertarik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

(31)

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra. Pengetahuan bertujuan untuk

mendapatkan kepastian dan menghilangkan prasangka sebagai akibat ketidakpastian (Adi,R. 2004)

Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat

yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di

pelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menympulkan, meramalkan, sebagian ter-

(32)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi aau penggunaan hukum-hukum, runus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan

sebagainya.

6. Evaluasi (Evaluasition)

Evaluasi ini derkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan

(33)

anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kurang gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare disuatu tempat, dapat menafsirkan

sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

2. Umur

Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan.Umur bekaitan dengan kedewasaan psikologis yaitu semakin mampu menentukan kematangan jiwa, befikir normal dan mengendalikan emosi. Dengan bertambahnya umur

seseorang semakin tinggi pula keingintahuan sehingga pengetahuan juga semakin bertambah (Sarwono, 2005).

Umur atau usia adalah keadaan yang menunjukkan lamanya hidup seseorang yang biasanya dihitung sejak hari lahirnya yang dinyatakan dalam tahun (departemen pendidikan dan kebudayaan). Umur seorang wanita

menjadi indikator penting dalam masa reproduksinya terutama dalam upaya untuk menentukan dan mengatur kapan mereka ingin hamil dan melahirkan.

Karena menurut sarwono tahun 2005, umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan kehamilan sampai proses persalinan. Ini dapat dilihat dari faktor-faktor resiko kehamilan antara umur

<20 tahun atau >35 tahun.

Dalam kehidupan wanita dapat dikelompokkan atas 3 kelompok

berdasarkan masa reproduksi :

a. Masa reproduksi muda yaitu umur <20 tahun. b. Masa reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun.

(34)

Dalam program KB Nasional untuk menyelamatkan ibu dan anak akan melahirkan pada usia muda dan melahirkan pada usia tua, maka

ditempuh kebijaksanaan yang dikategorikan dalam 3 fase yaitu (Hartanto Hanafi : 2004) :

a. Fase menunda atau mencegah kahamilan bagi pasangan usia subur dengan

istri berumur < 20 tahun, dianjurkan untuk menunda kehamilannya.

b. Fase menjarangkan kehamilannya bagi pasangan usia subur dengan istri

berumur 20 – 35 tahun yang merupakan masa paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran antara 2

sampai 4 tahun.

c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan bagi pasangan usia subur

dengan istri berumur >35 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kehamilan

setelah mempunyai 2 orang anak.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di

Indonesia dapat disimpulkan bahwa usia terbaik dan paling aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah umur 20 – 35 tahun. Wanita yang hamil dan melahirkan pada umur < 20 tahun mempunyai resiko yang

tinggi terhadap terjadinya kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi, hal ini disebabkan karena belum sempurnanya

perkembangan alat-alat reproduksi sebagai organ vital dalam kehamilan dan persalinan. Untuk itu bagi PUS dengan istri berumur <20 tahun dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi untuk menunda atau

(35)

usia yang terbaik dan yang paling aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan, karena pada umur tersebut seorang wanita sudah siap baik

secara biologis dan psikologis, dimana alat-alat reproduksi sudah berkembang secara sempurna sehingga sangat kecil kemungkinan

mengalami kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan bayi. Bagi PUS dengan istri berumur 20-35 tahun, penggunaan kontrasepsi lebih bertujuan agar dapat mengatur dan merencanakan dengan baik kapan

harus hamil dan melahirkan serta jumlah keluarga (anak ) yang di inginkan.Sama halnya dengan ibu umur < 20 tahun, pada ibu umur > 35

tahun juga mempunyai resiko tinggi terhadap kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi bila hamil dan melahirkan, karena alat-alat reproduksinya sudah mengalami kemunduran dan

melahirkan yang telah di alamiya serta problem kesehatan lain yang mungkin diderita. Untuk itu bagi PUS dengan istri berumur > 35 tahun

penggunaan kontrasepsi bertujuan agar seorang wanita untuk tidak hamil dan melahirkan lagi setelah mempunyai 2 orang anak, hal ini untuk mencegah terjadinya serta meningkatnya angka kesakitan pada ibu dan

bayi (Manuaba, 2008).

3. Paritas

(36)

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan

menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.

Klasifikasi Paritas

a. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang

cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2007)

b. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).

Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup)

beberapa kali (Manuaba, 2008).

Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih

(Varney, 2007).

c. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak

atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).

Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005).

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak

(37)

Faktor yang Mempengaruhi Paritas 1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih

berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang. 2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang

diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. 3) Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk

mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.

4) Latar Belakang Budaya

Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat

universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan

(38)

penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok

masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. Latar belakang budaya yang

mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.

5) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat

langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui

(Varney, 2007).

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami seorang ibu, paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian

maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri

lebih baik, sedangkan resiko pada peritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan KB, sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak

(39)

4. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan

(Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan adalah peroses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,

proses, perbuatan dan cara mendidik. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses belajar yang di tempuh oleh seseorang dengan tujuan untuk

meningkatkan kemajuan intelektual secara formal. Usaha pendidikan dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin

banyak pengetahuan mengenai cara hidup sehat yang diperoleh akan canderung diterapkan dalam kehidupan. (Depdiknas, 2005):

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas (Depdiknas, 2005):

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar berbentuk: 1) Sekolah Dasar (SD)

2) Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat 3) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

(40)

Pendidikan menengah berbentuk: 1) Sekolah Menengah Atas (SMA), 2) Madrasah Aliyah (MA),

3) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

4) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan Tinggi

Perguruan tinggi dapat berbentuk:

Akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian,

dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik.

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kesehatan

reproduksi dengan demikian akan meningkatkan motivasi untuk menunda atau membatasi kelahiran. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang

wanita semakin mudah mencerna dan mengerti informasi yang di peroleh khususnya tentang pengertian dan manfaat kontrasepsi sehingga dapat merencanakan kehamilan dan persalinan dengan baik (Depdiknas, 2005).

BAB III

(41)

A. Kerangka Konsep penelitian

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat WUS terhadap

penggunaan kontrasepsi implant, yaitu Pengetahuan, Sosial Ekonomi, Fasilitas Kesehatan, (Notoatmodjo, 2003), Umur (Sarwono, 2005), Paritas

(Manuaba, 2002), Pendidikan (Depdiknas, 2005). Karena keterbatasan peneliti di segi waktu dan biaya, maka variabel yang peneliti ambil adalah faktor pengetahuan, faktor umur, faktor paritas, dan faktor pendidikan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Penelitian

Definisi

Operasional Cara Ukur

Alat

ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Umur

Minat WUS Terhadap Penggunaan

Implant Pengetahuan

Paritas umur Pendidikan

(42)

C. Cara pengukuran menggunakan variabel Pengukuran variabel dilakukan sebagai berikut : 1. Minat dibagi dua kategori, yaitu: a. Baik, bila jawaban benar

76-100%.

Kuesioner -Masa Reproduksi Muda c. c.Grande multi para (>4 anak).

Kuesioner - Primipara

(43)

a.) Tinggi, bila responden dapat menjawab dengan benar >50%

b.) Rendah, bila responden dapat menjawab dengan benar ≤50% 2. Karakteristik penilaian pengetahuan seseorang dapat dibagi menjadi

beberapa tahap, yaitu : (Arikunto, 2006).

a) Baik, bila responden dapat menjawab dengan benar 76-100% b) Cukup, bila responden dapat menjawab dengan benar 56-75 %

c) Kurang, bila responden dapat menjawab dengan benar <56% 3. Umur dibagi 3 kategori (Hartanto hanafi, 2002) yaitu:

a) Masa reproduksi muda yaitu umur <20 tahun.

b) Masa

reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun

c) Masa

reproduksi tua yaitu umur >35 tahun.

4. Menurut Manuaba (2008) paritas di bagi 3 kategori yaitu: a) Primipara (1 anak)

b) Multipara (2-4 anak)

c) Grande multipara (>4 anak

5. Depdiknas (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan di bagi 3

katagori yaitu :

a) Tinggi : Jika tamat perguruan tinggi / Akademi b) Menengah : Jika tamat SMA / sederajat

c) Dasar : Jika tamat SD / SLTP / tidak sekolah

(44)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan

pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran minat WUS terhadap penggunaan implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah WUS yang menjadi akseptor KB aktif yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant diwilayah kerja puskesmas Meureudu berjumlah 756 jiwa.

2. Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling

yaitu pengambilan sampel secara accidental sampling didasarkan pada responden yang pada hari itu sesuai pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus

(45)

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka didapatlah sampel minimal sebanyak 88 orang dengan kriteria sampel.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Meureudu 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 16 Agustus 2013.

D. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui minat

WUS tentang alat kontrasepsi implant di tinjau dari pengetahuan, umur, pendidikan, paritas Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh

dari Puskesmas Meureudu yang meliputi jumlah WUS, jumlah akseptor KB, dan jumlah WUS yang menggunakan implant dan data jumlah WUS yang menjadi akseptor KB implant di Kabupaten Pidie Jaya. Setelah

(46)

untuk diisi dan kemudian data tersebut dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisa data.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berjumlah 28 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan

tentang minat, 20 pertanyaan tentang pengetahuan,dan 1 pertanyaan tentang umur,1 pertanyaan tentang pendidikan dan 1 pertanyaan tentang paritas, yang diberikan pada responden.

F. Pengolahan Data dan Analisa Data. 1. Pengolahan Data

Pengolahan data (Budiarto, 2002) dilakukan dengan tahap sebagai berikut : a. Editing, Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali

atau melakukan pengecekan pada setiap jawaban yang masuk.

Apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan pencocokan segera pada responden.

b. Coding, Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data

yakni untuk pertanyaan tertutup melalui symbol setiap jawaban.

c. Transfering, Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah

(47)

d. Tabulating, Kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden

yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya

dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode statistik deskriptif, untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan presentase dari

masing-masing variabel.

Menurut Budiarto (2002), data analisa dengan menggunakan

statiska sederhana yaitu rumus persentase, selanjutnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

P =

n f

x 100%

Keterangan : P : Persentase

f : Frekuensi teramati n : Jumlah sampel b. Analisa Bivariat

Untuk mengukur hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi implan dilakukan analisis

(48)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Puskesmas Meureudu merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di Kecamatan Meureudu arah selatan dari Ibu Kota Kabupaten Pidie dengan jarak tempuh sekitar 16 KM. Luas Wilayah kerja Puskesmas Glumpang Tiga

14 km² yang meliputi 14 desa. Jumlah penduduk Kecamatan Glumpang TigaTahun 2013 adalah 7557 jiwa dengan jumlah laki-laki 3631 jiwa dan

jumlah perempuan 3926 jiwa serta mempunyai 2 mukim, yang berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Glumpang Baro b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Tiro Terseb

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Bandar Baro d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Mutiara Timur

Fasiltas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Glumpang Tiga diantaranya 1 unit puskesmas induk , 2 polindes, 1 pusling ,14 posyandu.

Jumlah total petugas kesehatan puskesmas Glumpang Tiga yaitu 47 orang yang terdiri dari 3 orang dokter umum, 13 orang bidan desa, 3 orang bidan

PTT, 1 orang ahli gizi, 13 orang perawat dan petugas kesehatan lainnya.

B.Hasil Penelitian

(49)

orang. Tehnik pengumpulan sampel menggunakan tehnik Acchidental Sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner

untuk di isi oleh responden. Kuesioner terdiri atas 28 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan tentang Minat, 20 pertanyaan tentang pengetahuan, 1

pertanyaan tentang umur,1 pertanyaan tentang pendidikan dan 1 pertanyaan tentang paritas.

1. Analisa Univariat

Hasil pengukuran terhadap variabel dependen – Independen yaitu Minat WUS terhadap penggunaan Implant di wilayah kerja Puskesmas

Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut :

a. Minat

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Minat WUS Frekuensi Persentase %

1 Tinggi 36 40,9

2 Rendah 52 59,1

Jumlah 88 100

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa Minat WUS terhadap penggunaan Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu mayoritas berada pada katagori rendah sebanyak 52 orang (59,1%)

(50)

b. Pengetahuan WUS

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengethun WUS Terhdap Penggunaan Implant

Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi Persentase %

1 Baik 18 20,5

2 Cukup 29 32,9

3 Kurang 41 46,6

Jumlah 88 100

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa Pengetahuan WUS terhadap penggunaan implant di wilayah kerja puskesmas

Meureudu mayoritas berada pada katagori kurang sebanyak 41 orang ( 46,6%) dari 88 responden.

c.Umur WUS

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Umur WUS Terhadap Penggunaan Implant Di WilayahKerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Umur Frekuensi Persentase %

1 <20 34 38,6

2 20-35 25 28,3

3 >35 29 32,9

Jumlah 88 100

Sumber : Data Primer (Tahun 2013)

(51)

mayoritas berada pada katagori Masa reprouksi muda (<20 tahun) sebanyak 34 orang (38,6%), dari 88 responden.

d. Paritas

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Paritas Frekuensi Persentase %

1 Primi para 35 39,8

2 Multi Para 30 34,1

3 Grande multi para 23 26,1

Jumlah 88 100

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa paritas WUS di wilayah kerja Puskesmas Meureudu mayoritas berada pada katagori

Primi para sebanyak 35 orang ( 39,8%), dari 88 responden.

e. Pendidikan

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Pendidikan WUS Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu KecamatanMeureudu

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Pendidikan Frekuensi Persentase %

1 Tinggi 20 22,7

2 Menengah 29 32,9

3 Dasar 39 44,3

Jumlah 88 100

(52)

Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa pendidikan WUS mayoritas berada pada katagori dasar sebanyak 39 orang ( 44,3

%), dari 88 responden. 2. Tabulasi Silang

a. Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Pengetahuan

Tabel 5.6

Tabulasi SilangMinat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja PuskesmasMeureudu Kecamatan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Pengetahuan

Minat WUS terhadap

Penggunaan Implan Total

Tinggi Rendah

f % f % f %

1 Baik 14 38,9 4 76,9 18 100

2 Cukup 9 25,0 20 38,4 29 100

3 Kurang 13 36,1 28 51,8 41 100

Jumlah 36 52 88 100

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di

jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9%), kemudian dari 41 responden dengan minat rendah terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS

(53)

b. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Umur

Tabel 5.7

Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Umur

Minat WUS terhadap

Penggunaan Implan Total

Tinggi Rendah

f % f % f %

1 <20 tahun 6 16,7 28 53,8 34 100

2 20-35 tahun 12 33,3 13 25,0 25 100

3 > 35 Tahun 18 50,0 11 21,2 29 100

Jumlah 36 52 88 100

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant pada berdasarkan umur dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur>35 tahun

yaitu sebanyak 18 orang (50,0%), kemudian dari 34 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS yang berumur<20 tahun yaitu

(54)

c. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Paritas

Tabel 5.8

Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

No Paritas

Minat WUS terhadap

Penggunaan Implan Total Tinggi Rendah

f % f % f %

1 Primipara 6 16,7 29 55,8 35 100

2 Multipara 14 38,9 16 30,8 30 100

3 Grande Multi

para 16 4,44 7 13,5 23 100

Jumlah 36 52 88 100

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant berdasarkan paritas dari 23 responden

dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande Multipara yaitu sebanyak 16 orang (4,44%), kemudian dari 35 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan paritas

(55)

d. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.9

Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implan berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013

N

o Pendidikan

Minat WUS terhadap

Penggunaan Implan Total

Tinggi Rendah

f % f % f %

1 Tinggi 15 41,7 5 9,61 20 100

2 Menengah 10 27,8 19 36,5 29 100

3 Dasar 11 30,6 28 53,8 39 100

Jumlah 36 52 88 100

Sumber : Data Primer (2013)

Berdasarkan tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant berdasarkan pendiddikan dari 20 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan

tinggi yaitu sebanyak 15 orang (1,7%), kemudian dari 39 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan

(56)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di jelaskan di atas maka pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Pengetahuan Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang

implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9%), kemudian dari 41 responden dengan minat rendah terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada

WUS yang mempunyai pengetahuan kurang terhadap implant yaitu sebanyak 28 orang (51,8 %).

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Meliono (2007),

pengetahuan merupakan yang diperoleh seseorang melalui pengamatan inderawi, pengetahuan ada ketika seseorang menggunakan indera atau akal

budinya untuk mengetahui sesuatu hal yang belum pernah dia alami atau dia rasakan sebelumnya.

Penelitian yang di lakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan

Lakessi Kota Parepare Tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak digunakan pada akseptor yang mempunyai

pengetahuan tinggi tentang implanT sebesar 32 orang (54,6%) dan yang paling sedikit pada tingkat pengetahuan kurang sebesar 23 orang (45,4 %)

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

(57)

tertentu. Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari: umur, motivasi, persepsi dan faktor

eksternal yang terdiri dari: pendidikan, pekerjaan, media massa, pengalaman serta lingkungan.

Menurut asumsi peneliti Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat di nyatakan bahwa dengan adanya pengetahuan yang tinggi tentang implant maka akan memberikan pengaruh terhadap minat WUS dengan penggunaan

implant. Mereka yang mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan pemakaian implant akan menarik minat untuk menggunakan alat

kontrasepsi implant. Pengetahuan berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan status sosial dan kedudukan sorang wanita, peningkatan mereka terhadap kehidupan untuk membuat keputusan sendiri

serta menyatakan pendapat misalnya kapan seharusnya hamil, melahirkan dan pemilihan jenis kontrasepsi.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang maka semakin mudah mencerna semua informasi yang di peroleh segala keputusannya di dasari atas pemikiran yang rasional.

2. Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Umur

Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa

dari dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur >35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (50,0%), kemudian dari 34 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS yang

(58)

Saifuddin AB, (2008) yang menjelaskan bahwa dengan makin bertambahnya usia, maka tingkat perkembangan seseorang akan sesuai

dengan pengetahuan yang pernah didapat dan juga dari pengalamannya sendiri.

Depdiknas (2004) menyatakan umur juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana usia muda sering menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkah

lakunya.

Penelitian yang dilakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan

Lakessi Kota Parepare Tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak digunakan pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 39 orang (70,9%) dan umur >35 tahun sebanyak 16 orang

(29,1%).

Menurut asumsi peneliti bahwa umur sangat mempengaruhi pola pikir

dan tingkah laku seseorang. Umur Wus mempengaruhi minat Wus terhadap penggunaan implant. Wus yang berumur <20 cenderung tidak menginginkan implant karena mereka merasa masih terlalu muda untuk

menggunakan implant. Umur juga sangat mempengaruhi terhadap keyakinan dan tindakan seseorang terhadap dalam prilaku kesehatan,

namun bila seseorang tidak mau menambah wawasan maupun pengetahuannya baik melalui pendidikan maupun menerima dan mempelajari hal-hal baru yang menunjang pengetahuannya maka

(59)

kepada hal-hal yang dapat semakin memperluas pengetahuan dalam upaya mempertahankan kesehatan dirinya. Di samping itu tingginya motivasi

akseptor menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan kesadaran terfokus pada indikasi untuk mengatur kehamilannya. Hal ini sesuai dengan yang

diharapkan oleh pemerintah melalui program KB nasional bahwa sebaiknya bagi PUS dengan istri berymur 20-35 tahun untuk mengatur kehamilannya setelah mempunyai 2 orang anak dengan jarak kehamilan 2-4 tahun.

3. Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Paritas

Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa

dari 23 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande multipara yaitu sebanyak 16 orang (4,44%), kemudian dari 35 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan

paritas Primi para yaitu sebanyak 29 orang (55,8%).

Paritas adalah wanita yang sudah melahirkan bayi yang dapat hidup.

Paritas primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup sebanyak 1 kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali, dan grande multipara

yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup lebih dari 5 kali (Manuaba, 2005).

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi  Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant Di
Tabel 5.2 Distribusi  Frekuensi Pengethun WUS Terhdap Penggunaan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi  Berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja
+5

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berfikir kreatif siswa yang diajar menggunakan model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) lebih

Muncul pula mitos mengenai penggambaran sosok laki-laki pada iklan tv adalah sosok yang kuat atau memiliki postur tubuh yang berotot namun hal tersebut tidak menutup

Kismani (56), petani di Desa Banjaran Godang, Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, mengaku terpukul dengan krisis ekonomi global yang berdampak

Efek samping obat, durasi pengobatan yang lama pada TB MDR, efek fisik dari penyakit dan stigma sosial yang melekat pada penyakit itu sendiri menyebabkan kualitas kesehatan

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitin ini khususnya yang berkaitan tentang bentuk pengelolaan daya tarik wisata oleh Desa

Hasil penelitian Anisa (2013) memberikan bukti bahwa hanya kesulitan keuangan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergantian KAP. Alasan penulis

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan masalah keperawatan risiko penurunan

Saran untuk pihak perusahan mengatur jadwal perjalanan supir truk khususnya untuk yang kerja shiftt malam dengan lama kerja lebih dari 8 jam sehingga ada waktu istirahat