GAMBARAN MINAT WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MEUREUDU KECAMATAN MEUREUDU KABUPATEN
PIDIE JAYA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah
Banda Aceh
Oleh :
FITRIANI SUSILAWATI NIM. 10010128
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH
ABSTRAK
GAMBARAN MINAT WUS TERHADAP PENGGUNAN IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KECAMATAN
MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 Fitriani Susilawati1, Musafir Hasballah 2
Xi + Bab + 56 lembar + 10 tabel + 11 lampiran
Latar Belakang : Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuanUntuk mengetahui gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013.
Metode Penelitian :Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan crossectional, dilakukan di wilayah kerja puskesmas Meureudu tanggal 12 sampai 16 Agustus 2013. Populasi sebanyak 756 jiwa yang menjadi Pengambilan sampel menggunakan tehknik Achidental sampling pada sebanyak 88 responden. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu berupa kuesioner yang di bagikan kepada responden.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9 %). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur >35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (50,0%). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 23 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande Multi Gravida yaitu sebanyak 16 orang (4,44%). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 20 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan tinggi yaitu sebanyak 15 orang (41,7%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mayoritas WUS kurang berminat dengan alat kontrasepsi Implant. Dalam penelitian ini peneliti menyarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan agar meningkatkan pelayanan Kebidanan khususnya pelayanan KB implant.
Kata kunci : Minat, Wus, Implant, Pengetahuan, Umur, Paritas, Pendidikan Daftar bacaan : 17 buku, 3 situs internet (2003-2012)
1
Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKes U’Budiyah 2
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Gambaran Minat WUS Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013’’
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III kebidanan.
Dalam penulisan Karya Tulis ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dedy Zefrizal, ST, selaku Ketua Yayasan Pendidikan U’Budiyah Indonesia 2. Marniati, SE, M.Kes, selaku ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh
3. Nuzulul Rahmi, SST, selaku ketua program studi D III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
4. Musafir Hasballah, M.Kes, selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing peneliti dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Dr.Misrawati, selaku Kepala Puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya
7. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan semangat dan
dukungan serta do’a sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
8. Seluruh sahabat-sahabat ku di STIKes U’Budiyah Sigli Program Studi DIII
Kebidanan angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Peneliti sangat menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
Banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, dalam kesempatan ini peneliti sangat mengharapkan kritikan maupun saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya hanya dengan izin-Nya lah segala sesuatu dapat terwujud. Amin Ya Rabbal A’lamin!!!
Sigli, September 2013
DAFTAR ISI
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat WUS Terhadap Pemilihan Implant ……… 20
1. Pengetahuan ... 20
2. Umur ... 23
3. Paritas ... 26
4. Pendidikan ... 29
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep penelitian ... 30
B. Definisi Operasional... 32
C. Cara Pengukuran Variabel ... 33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 38 B. Hasil Penelitian... 38 C. Pembahasan... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 53 B. Saran... 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 32 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Minat WUS
Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013.………..…...39
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ...… 40 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur WUS Terhadap Penggunaan
Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ……….. 40 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Paritas WUS Terhadap Penggunaan
Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ……...………….…... 41 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan WUS Terhadap Penggunaan
Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013...41
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan
Implant berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013...42 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan
Implant berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013...43 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan
Implant berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013...44 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan
Implant berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang
kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk
semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju
pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana (BKKBN, 2012).
Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk (BKKBN, 2012).
Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998) mengemukakan
bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia
Berdasarkan pendapat di atas, diharapkan setiap keluarga memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan
berkenaan dengan hal tersebut. Paradigma baru Program KB Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi “Keluarga berkualitas
2015” untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, Harmonis, dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Sarwono 2003)
Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan
peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini
kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat
kontasepsi dapat dikatakan bahwa 51,21% akseptor KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02% memilih Pil, 4,93 % memilih Implant 2,72 % memilih IUD dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat memilih
metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD). Implant, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita
(MOW) kurang diminati (BKKBN, 2012).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang
keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan, efek samping, potensial,
konsekwensi kegagalan/kehamilan yang tidak diinginkan. Besar keluarga 3yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan
integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB. Angka kematian ibu dan
perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di suatu negara. Tingkat kesejahteraan juga
dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB
nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan
perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 1998). Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2012 dari 5.192.644 PUS, 9,9%
merupakan peserta KB baru dan 78.2% merupakan peserta KB aktif. Dengan
proporsi jenis kontrasepsi yang digunakan yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) meliputi IUD 8.3%, MOP 0.1%, MOW 0.7%, implant
12.2%, dan Non MKJP meliputi suntik 51%, pil 25.1%, kondom 2.4% (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Menurut data yang diperoleh dari Dinkes Pidie Jaya dari jumlah PUS 20.075 yang merupakan peserta KB aktif hanya 8,4% yang menggunakan
kontrasepsi implant (profil Dinkes Pidie Jaya,2012).
Menurut data yang di peroleh dari Puskesmas Meureudu kecamatan
Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2012, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 2.385 jiwa, sedangkan jumlah WUS 1.252 jiwa yang menjadi peserta KB aktif adalah 756 jiwa. Dengan perincian sebagai berikut : KB Pil
345 jiwa , KB Suntik 361 jiwa, KB Implant 27 jiwa, KB IUD 32 jiwa.
Berdasarkan hasil survey awal peneliti di Puskesmas Meureudu
kecamatan Meureudu kabupaten pidie Jaya, dari 10 responden yang diwawancarai saat pengambilan data awal, di dapatkan bahwa 3 orang mengetahui tentang penggunaan implant sedangkan 7 orang tidak mengetahui
tentang penggunaan implant, sehingga mereka tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi implant. Pada umumnya WUS (Wanita Usia Subur) yang telah
menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil dan suntik. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di
wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013’’
B. RumusanMasalah
pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013”
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan
Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap minat WUS dengan
pemilihan alat kotrasepsi implant.
b. Untuk mengetahui umur responden terhadap minat WUS dengan
pemilihan alat kotrasepsi implant.
c. Untuk mengetahui paritas responden terhadap minat WUS dengan
pemilihan alat kotrasepsi implant.
d. Untuk mengetahui pendidikan responden terhadap minat WUS dengan
pemilihan alat kotrasepsi implant
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.
2. Bagi Puskesmas Meureudu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna
peningkatan pelayanan kontasepsi implant demi terciptanya metode kontrasepsi efektif dan berjangka panjang.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi kepustakaan tentang alat kontrasepsi
implant dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya. 4. Bagi Akseptor (Responden)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi masyarakat setempat untuk mengerti dan memahami tentang fungsi, manfaat, serta efektifitas kontrasepsi implant sehingga masyarakat
semakin mengenal dan pemakaian kontrasepsi implant semakin bertambah.
5. Untuk dasar penelitian selanjutnya
Bagi peneliti lain dapat dimanfaatkan an di jadikan sebagai bahan referensi dan hasil penelitian ini dapat di jadikan dasar dalam melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasep
si
1. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha usaha itu dapat bersifat sementara dapat juga bersifat permanent.
(Hartanto Hanafi : 2002)
Menurut BKKBN Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya dapat didefinisikan sebagai tindakan atau usaha yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan. Pembuahan dapat terjadi bila beberapa syarat berikut terpenuhi yaitu adanya sel telur dan sel sperma yang
subur, kemudian cairan sperma harus ada di dalam vagina, sehingga sel sperma yang ada di dalam vagina dapat berenang menuju ke serviks
kemudian ke rahim lalu ke saluran oviduk untuk membuahi sel telur. Sel telur
melakukan nidasi, endometrium atau dinding rahim harus dalam keadaan siap untuk menerima nidasi (BKKBN, 2006).
2. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal
Tidak satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua
klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun, secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut :
a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila
digunakan.
b. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan
dapat mencegah terjadinya kehamilan.
c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh
lingkungan budaya di masyarakat. d. Terjangkau harganya oleh masyarakat.
e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera
kembali kesuburannya kecuali untuk kontrasepsi mantap. f. Pemilihan Metode Kontrasepsi
Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi, individu atau pasangan suami istri, mula-mula harus memutuskan apakah mereka ingin
menerapkan program Keluarga Berencana. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi keputusan ini menurut (Hartanto Hanafi, 2002) antara lain : 1) Faktor sosial-budaya : tren saat ini tentang jumlah keluarga; dampak
individu tersebut; pentingnya memiliki anak laki-laki di mata masyarakat karena akan meneruskan nama keluarga.
2) Faktor pekerjaan dan ekonomi : kebutuhan untuk mengalokasi sumber-
sumber ekonomi untuk pendidikan atau sedang memulai suatu
pekerjaan; kemampuan ekonomi untuk menyediakan calon anak-anaknya dengan makanan,pakaian, tempat berlindung
3) Faktor keagamaan : pembenaran terhadap prisip-prinsip pembatasan
keluarga dan konsep dasar tentang keluarga berencana oleh semua agama.
4) Faktor hukum : peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan
keluarga berencana sejak diberlakukannya undang-undang negara connectitut tentang pembatasan penggunaan semua alat kontrasepsi
yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan tidak sesuai konstitusi oleh majelis tertinggi pada tahun 1965.
5) Faktor fisik : kondisi yang tidak bisa membuat wanita hamil karena
alasan kesehatan.
6) Faktor hubungan : stabilitas hubungan, masa krisis dan penyesuaian
yang panjang dengan hadirnya anak
7) Faktor psikologis : kebutuhan untuk memiliki anak untuk dicintai dan
8) Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik : adanya keadaan atau
kemungkinan munculnya kondisi atau penyakit yang dapat ditularkan
kepada bayi (misalnya HIV/AIDS). 3. Metode kontrasepsi
Menurut Hartanto Hanafi (2002) metode kontrasepsi terdiri dari : a. Metode sederhana
1) Kontraseps
i tanpa alat
a) Kb alamiah yang terdiri dari : pantang berkala, metode kalender,
metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simpto termal.
b) Coitus interrupter.
2) Kontraseps
i dengan alat
a) Mekanis (barrier)
(1) Kondom pria
(2) Inal Barrier intra vaginal yang terdiri dari diafragma, kap
serviks, spons, kondom wanita.
b) Kimiawi
Spermisid yang terdiri dari : vaginal cream, vaginal foam,
vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, vaginal soluble
film.
b. Metode modern
a) Peroral
(1) Pil oral kombinasi (2) Mini pil
(3) Morning after pil
b) Suntikan
DMPA, NET-ET, Microspheres, Microcapsule
c) Implant
2) Intra uterine devices (IUD/AKDR)
3) Kontrasepsi mantap
a) Pada
wanita
(1) Penyinaran
(a) Radiasi sinar X, cobalt
(b) Sinar laser
(2) Operatif (MOW)
(3) Penyumbatan tuba fallopi secara mekanis
(a) Penjepitan
tuba fallopi
(b) Solid plugs
(4) Penyumbatan tuba fallopi secara kimiawai
(1) Operatif (
MOP) vasektomi
(2) Penyumbat
an vans defferens secara mekanis
(3) Penyumbat
an vans defferens secara mekanis
B. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian
Implant atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang
dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukan dibawah kulit. (Prawiharjo, 2009).
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas
sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek
dari pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon
levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).
Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi
melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009)
di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestel.
Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepasklan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin
yang dipakai juga dalam pil KB dan pada AKDR yang bioaktif (saifuddin, 2006).
2. Jenis implant
Jenis-jenis implant menurut Prawiharo (2009) adalah sebagai berikut :
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm
dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
b. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg ketodesogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3. Mekanisme kerja
Cara kerja implant yang setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg
levonorgestrel yang dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep
mekanisme kerjanya menurut Manuaba adalah :
1) Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi. 2) Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa.
4. Efektifitas Implant
Menurut Hartanto Hanafi, (2002) efektifitas implant adalah :
a. Angka kegagalan norplant kurang 1 per 100 wanita pertahun dalam lima tahun
pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode
barier.
b. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6
kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil.
c.Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5 tahun,
tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah
besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %. Penyebabnya belum
jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
5. Indikasi
Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada :
a. Perempuan yang telah memiliki anak atau pun yang belum.
b. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
c. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi
dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Perempuan pasca persalinan.
f. Perempuan pasca keguguran.
g. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
h. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
6. Kontraindikasi
Menurut Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa kontra indikasi
implant adalah sebagai berikut :
a. Perempuan hamil atau diduga hamil.
b. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya.
c. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
d. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
e. Perempuan dengan benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
7. Keuntungan
Keuntungan dari implant menurut Saifuddin (2006) adalah :
a. Keuntungan kontrasepsi yaitu:
1) Daya guna tinggi.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
2) Mengurangi jumlah darah haid
3) Mengurangi/memperbaiki anemia.
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium.
5) Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang pangul.
7) Menurunkan angka kejadian endometriosis.
8. Kerugian implant
Hartanto Hanafi, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah:
a. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
b. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan
pengangkatan implant.
c. Biaya Lebih mahal.
d. Sering timbul perubahan pola haid.
e. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
f. Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang
mengenalnya.
g. Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain.
9. efek samping.
Efek samping / Komplikasi dan cara Penanggulangannya Saifuddin (2006)
menjelaskan bahwa efek samping / komplikasi dan cara penanggulangannya
adalah sebagai berikut :
a. Amenorea
2) Bila klien tetap saja tidak menerima, angkat implant dan angjurkan
menggunakan kontrasepsi lain.
3) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilannya, cabut
implant dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila
diduga kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan
obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.
b. Perdarahan, bercak (spotting) ringan
1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun
pertama.
2) Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun.
3) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan
pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau
ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan
terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
4) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil
kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg estinilestradiol atau 1,25 mg
estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Ekspulasi
1) Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat,
dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.
2) Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya,
3) Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode
kontrasepsi lain.
d. Infeksi pada daerah insersi
1) Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau
antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari.
2) Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.
3) Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru. Pada sisi
lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi yang lain.
4) Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan
pus keluar, cabut implant lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotik
oral 7 hari.
e. Berat badan naik / turun
1) Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah
normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg
atau lebih.
2) Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien
mencari metode lain.
efek samping norplant antara lain :
a) Gangguan pola haid seperti terjadinya spotting, perdarahan haid
memanjang atau lebih sering berdarah(metrorrhagia), amenore.
c) Anoreksia,
d) Pening e) Sakit kepala
f) Perubahan pada libido dan berat badan
. Cara pemasangan
Menurut Manuaba teknik pemasangan implant adalah sebagai berikut:
a) Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat (apabila terdiri dari 6
kapsul buah seperti kipas terbuka).
b) Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa dengan likokain 2%.
c) Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk.
d) Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya.
e) Kapsul dimasukkan ke dalam trokar, dan didorong dengan alat
pendorong sampai terasa ada tahanan.
f) Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik ke luar.
g) Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong
dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.
h) Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band aid). Teknik ini berlaku untuk semua jenis implant.
C. Wanita usia subur (wus) dan kb 1. Pengertian
Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan konsep Departemen kesehatan
(WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun. pada wanita usia subur ini berlagsung lebih
cepat dari pada pria. puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun. pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95 % untuk hamil. pada usia
30 -an presentasenya menurun sehingga 90%. sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Depkes RI, 2009) .
2. Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Wanita Usia Subur (WUS) Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, WUS sangat mudah dalam
memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan WUS tersebut normal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi WUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam
penyelesaian masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan
angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan
dimengerti oleh masyarakat luas. ( BKKBN, 2006).
D. Faktor –
Faktor yang mempengaruhi Minat WUS terhadap Pemilihan Implant 1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
rasa, raba. Sebagian pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan, yaitu:
a. Awarenes (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini
sikap suatu subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Bagi dirinya, hal ini sikap responden lebih tertarik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra. Pengetahuan bertujuan untuk
mendapatkan kepastian dan menghilangkan prasangka sebagai akibat ketidakpastian (Adi,R. 2004)
Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di
pelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menympulkan, meramalkan, sebagian ter-
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi aau penggunaan hukum-hukum, runus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya.
6. Evaluasi (Evaluasition)
Evaluasi ini derkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan
anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kurang gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare disuatu tempat, dapat menafsirkan
sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
2. Umur
Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan.Umur bekaitan dengan kedewasaan psikologis yaitu semakin mampu menentukan kematangan jiwa, befikir normal dan mengendalikan emosi. Dengan bertambahnya umur
seseorang semakin tinggi pula keingintahuan sehingga pengetahuan juga semakin bertambah (Sarwono, 2005).
Umur atau usia adalah keadaan yang menunjukkan lamanya hidup seseorang yang biasanya dihitung sejak hari lahirnya yang dinyatakan dalam tahun (departemen pendidikan dan kebudayaan). Umur seorang wanita
menjadi indikator penting dalam masa reproduksinya terutama dalam upaya untuk menentukan dan mengatur kapan mereka ingin hamil dan melahirkan.
Karena menurut sarwono tahun 2005, umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan kehamilan sampai proses persalinan. Ini dapat dilihat dari faktor-faktor resiko kehamilan antara umur
<20 tahun atau >35 tahun.
Dalam kehidupan wanita dapat dikelompokkan atas 3 kelompok
berdasarkan masa reproduksi :
a. Masa reproduksi muda yaitu umur <20 tahun. b. Masa reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun.
Dalam program KB Nasional untuk menyelamatkan ibu dan anak akan melahirkan pada usia muda dan melahirkan pada usia tua, maka
ditempuh kebijaksanaan yang dikategorikan dalam 3 fase yaitu (Hartanto Hanafi : 2004) :
a. Fase menunda atau mencegah kahamilan bagi pasangan usia subur dengan
istri berumur < 20 tahun, dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
b. Fase menjarangkan kehamilannya bagi pasangan usia subur dengan istri
berumur 20 – 35 tahun yang merupakan masa paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran antara 2
sampai 4 tahun.
c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan bagi pasangan usia subur
dengan istri berumur >35 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kehamilan
setelah mempunyai 2 orang anak.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di
Indonesia dapat disimpulkan bahwa usia terbaik dan paling aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah umur 20 – 35 tahun. Wanita yang hamil dan melahirkan pada umur < 20 tahun mempunyai resiko yang
tinggi terhadap terjadinya kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi, hal ini disebabkan karena belum sempurnanya
perkembangan alat-alat reproduksi sebagai organ vital dalam kehamilan dan persalinan. Untuk itu bagi PUS dengan istri berumur <20 tahun dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi untuk menunda atau
usia yang terbaik dan yang paling aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan, karena pada umur tersebut seorang wanita sudah siap baik
secara biologis dan psikologis, dimana alat-alat reproduksi sudah berkembang secara sempurna sehingga sangat kecil kemungkinan
mengalami kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan bayi. Bagi PUS dengan istri berumur 20-35 tahun, penggunaan kontrasepsi lebih bertujuan agar dapat mengatur dan merencanakan dengan baik kapan
harus hamil dan melahirkan serta jumlah keluarga (anak ) yang di inginkan.Sama halnya dengan ibu umur < 20 tahun, pada ibu umur > 35
tahun juga mempunyai resiko tinggi terhadap kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi bila hamil dan melahirkan, karena alat-alat reproduksinya sudah mengalami kemunduran dan
melahirkan yang telah di alamiya serta problem kesehatan lain yang mungkin diderita. Untuk itu bagi PUS dengan istri berumur > 35 tahun
penggunaan kontrasepsi bertujuan agar seorang wanita untuk tidak hamil dan melahirkan lagi setelah mempunyai 2 orang anak, hal ini untuk mencegah terjadinya serta meningkatnya angka kesakitan pada ibu dan
bayi (Manuaba, 2008).
3. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan
menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.
Klasifikasi Paritas
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang
cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2007)
b. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup)
beberapa kali (Manuaba, 2008).
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih
(Varney, 2007).
c. Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak
atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005).
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak
Faktor yang Mempengaruhi Paritas 1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih
berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang. 2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. 3) Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk
mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
4) Latar Belakang Budaya
Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat
universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan
penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai
sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. Latar belakang budaya yang
mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.
5) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat
langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui
(Varney, 2007).
Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami seorang ibu, paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian
maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri
lebih baik, sedangkan resiko pada peritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan KB, sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
4. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan
(Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan adalah peroses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses, perbuatan dan cara mendidik. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses belajar yang di tempuh oleh seseorang dengan tujuan untuk
meningkatkan kemajuan intelektual secara formal. Usaha pendidikan dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin
banyak pengetahuan mengenai cara hidup sehat yang diperoleh akan canderung diterapkan dalam kehidupan. (Depdiknas, 2005):
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas (Depdiknas, 2005):
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk: 1) Sekolah Dasar (SD)
2) Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat 3) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Pendidikan menengah berbentuk: 1) Sekolah Menengah Atas (SMA), 2) Madrasah Aliyah (MA),
3) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
4) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan Tinggi
Perguruan tinggi dapat berbentuk:
Akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik.
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi dengan demikian akan meningkatkan motivasi untuk menunda atau membatasi kelahiran. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang
wanita semakin mudah mencerna dan mengerti informasi yang di peroleh khususnya tentang pengertian dan manfaat kontrasepsi sehingga dapat merencanakan kehamilan dan persalinan dengan baik (Depdiknas, 2005).
BAB III
A. Kerangka Konsep penelitian
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat WUS terhadap
penggunaan kontrasepsi implant, yaitu Pengetahuan, Sosial Ekonomi, Fasilitas Kesehatan, (Notoatmodjo, 2003), Umur (Sarwono, 2005), Paritas
(Manuaba, 2002), Pendidikan (Depdiknas, 2005). Karena keterbatasan peneliti di segi waktu dan biaya, maka variabel yang peneliti ambil adalah faktor pengetahuan, faktor umur, faktor paritas, dan faktor pendidikan.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Definisi
Operasional Cara Ukur
Alat
ukur Hasil Ukur
Skala Ukur Umur
Minat WUS Terhadap Penggunaan
Implant Pengetahuan
Paritas umur Pendidikan
C. Cara pengukuran menggunakan variabel Pengukuran variabel dilakukan sebagai berikut : 1. Minat dibagi dua kategori, yaitu: a. Baik, bila jawaban benar
76-100%.
Kuesioner -Masa Reproduksi Muda c. c.Grande multi para (>4 anak).
Kuesioner - Primipara
a.) Tinggi, bila responden dapat menjawab dengan benar >50%
b.) Rendah, bila responden dapat menjawab dengan benar ≤50% 2. Karakteristik penilaian pengetahuan seseorang dapat dibagi menjadi
beberapa tahap, yaitu : (Arikunto, 2006).
a) Baik, bila responden dapat menjawab dengan benar 76-100% b) Cukup, bila responden dapat menjawab dengan benar 56-75 %
c) Kurang, bila responden dapat menjawab dengan benar <56% 3. Umur dibagi 3 kategori (Hartanto hanafi, 2002) yaitu:
a) Masa reproduksi muda yaitu umur <20 tahun.
b) Masa
reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun
c) Masa
reproduksi tua yaitu umur >35 tahun.
4. Menurut Manuaba (2008) paritas di bagi 3 kategori yaitu: a) Primipara (1 anak)
b) Multipara (2-4 anak)
c) Grande multipara (>4 anak
5. Depdiknas (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan di bagi 3
katagori yaitu :
a) Tinggi : Jika tamat perguruan tinggi / Akademi b) Menengah : Jika tamat SMA / sederajat
c) Dasar : Jika tamat SD / SLTP / tidak sekolah
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran minat WUS terhadap penggunaan implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah WUS yang menjadi akseptor KB aktif yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant diwilayah kerja puskesmas Meureudu berjumlah 756 jiwa.
2. Sampel
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling
yaitu pengambilan sampel secara accidental sampling didasarkan pada responden yang pada hari itu sesuai pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka didapatlah sampel minimal sebanyak 88 orang dengan kriteria sampel.
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Meureudu 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 16 Agustus 2013.
D. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui minat
WUS tentang alat kontrasepsi implant di tinjau dari pengetahuan, umur, pendidikan, paritas Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh
dari Puskesmas Meureudu yang meliputi jumlah WUS, jumlah akseptor KB, dan jumlah WUS yang menggunakan implant dan data jumlah WUS yang menjadi akseptor KB implant di Kabupaten Pidie Jaya. Setelah
untuk diisi dan kemudian data tersebut dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisa data.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berjumlah 28 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan
tentang minat, 20 pertanyaan tentang pengetahuan,dan 1 pertanyaan tentang umur,1 pertanyaan tentang pendidikan dan 1 pertanyaan tentang paritas, yang diberikan pada responden.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data. 1. Pengolahan Data
Pengolahan data (Budiarto, 2002) dilakukan dengan tahap sebagai berikut : a. Editing, Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali
atau melakukan pengecekan pada setiap jawaban yang masuk.
Apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan pencocokan segera pada responden.
b. Coding, Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data
yakni untuk pertanyaan tertutup melalui symbol setiap jawaban.
c. Transfering, Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah
d. Tabulating, Kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden
yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya
dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode statistik deskriptif, untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan presentase dari
masing-masing variabel.
Menurut Budiarto (2002), data analisa dengan menggunakan
statiska sederhana yaitu rumus persentase, selanjutnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
P =
n f
x 100%
Keterangan : P : Persentase
f : Frekuensi teramati n : Jumlah sampel b. Analisa Bivariat
Untuk mengukur hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi implan dilakukan analisis
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Puskesmas Meureudu merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di Kecamatan Meureudu arah selatan dari Ibu Kota Kabupaten Pidie dengan jarak tempuh sekitar 16 KM. Luas Wilayah kerja Puskesmas Glumpang Tiga
14 km² yang meliputi 14 desa. Jumlah penduduk Kecamatan Glumpang TigaTahun 2013 adalah 7557 jiwa dengan jumlah laki-laki 3631 jiwa dan
jumlah perempuan 3926 jiwa serta mempunyai 2 mukim, yang berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Glumpang Baro b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Tiro Terseb
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Bandar Baro d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Mutiara Timur
Fasiltas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Glumpang Tiga diantaranya 1 unit puskesmas induk , 2 polindes, 1 pusling ,14 posyandu.
Jumlah total petugas kesehatan puskesmas Glumpang Tiga yaitu 47 orang yang terdiri dari 3 orang dokter umum, 13 orang bidan desa, 3 orang bidan
PTT, 1 orang ahli gizi, 13 orang perawat dan petugas kesehatan lainnya.
B.Hasil Penelitian
orang. Tehnik pengumpulan sampel menggunakan tehnik Acchidental Sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner
untuk di isi oleh responden. Kuesioner terdiri atas 28 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan tentang Minat, 20 pertanyaan tentang pengetahuan, 1
pertanyaan tentang umur,1 pertanyaan tentang pendidikan dan 1 pertanyaan tentang paritas.
1. Analisa Univariat
Hasil pengukuran terhadap variabel dependen – Independen yaitu Minat WUS terhadap penggunaan Implant di wilayah kerja Puskesmas
Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut :
a. Minat
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Minat WUS Frekuensi Persentase %
1 Tinggi 36 40,9
2 Rendah 52 59,1
Jumlah 88 100
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa Minat WUS terhadap penggunaan Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu mayoritas berada pada katagori rendah sebanyak 52 orang (59,1%)
b. Pengetahuan WUS
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengethun WUS Terhdap Penggunaan Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi Persentase %
1 Baik 18 20,5
2 Cukup 29 32,9
3 Kurang 41 46,6
Jumlah 88 100
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa Pengetahuan WUS terhadap penggunaan implant di wilayah kerja puskesmas
Meureudu mayoritas berada pada katagori kurang sebanyak 41 orang ( 46,6%) dari 88 responden.
c.Umur WUS
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Umur WUS Terhadap Penggunaan Implant Di WilayahKerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Umur Frekuensi Persentase %
1 <20 34 38,6
2 20-35 25 28,3
3 >35 29 32,9
Jumlah 88 100
Sumber : Data Primer (Tahun 2013)
mayoritas berada pada katagori Masa reprouksi muda (<20 tahun) sebanyak 34 orang (38,6%), dari 88 responden.
d. Paritas
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Paritas Frekuensi Persentase %
1 Primi para 35 39,8
2 Multi Para 30 34,1
3 Grande multi para 23 26,1
Jumlah 88 100
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa paritas WUS di wilayah kerja Puskesmas Meureudu mayoritas berada pada katagori
Primi para sebanyak 35 orang ( 39,8%), dari 88 responden.
e. Pendidikan
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pendidikan WUS Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu KecamatanMeureudu
Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Pendidikan Frekuensi Persentase %
1 Tinggi 20 22,7
2 Menengah 29 32,9
3 Dasar 39 44,3
Jumlah 88 100
Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa pendidikan WUS mayoritas berada pada katagori dasar sebanyak 39 orang ( 44,3
%), dari 88 responden. 2. Tabulasi Silang
a. Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Pengetahuan
Tabel 5.6
Tabulasi SilangMinat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja PuskesmasMeureudu Kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Pengetahuan
Minat WUS terhadap
Penggunaan Implan Total
Tinggi Rendah
f % f % f %
1 Baik 14 38,9 4 76,9 18 100
2 Cukup 9 25,0 20 38,4 29 100
3 Kurang 13 36,1 28 51,8 41 100
Jumlah 36 52 88 100
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di
jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9%), kemudian dari 41 responden dengan minat rendah terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS
b. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Umur
Tabel 5.7
Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Umur
Minat WUS terhadap
Penggunaan Implan Total
Tinggi Rendah
f % f % f %
1 <20 tahun 6 16,7 28 53,8 34 100
2 20-35 tahun 12 33,3 13 25,0 25 100
3 > 35 Tahun 18 50,0 11 21,2 29 100
Jumlah 36 52 88 100
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant pada berdasarkan umur dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur>35 tahun
yaitu sebanyak 18 orang (50,0%), kemudian dari 34 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS yang berumur<20 tahun yaitu
c. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Paritas
Tabel 5.8
Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No Paritas
Minat WUS terhadap
Penggunaan Implan Total Tinggi Rendah
f % f % f %
1 Primipara 6 16,7 29 55,8 35 100
2 Multipara 14 38,9 16 30,8 30 100
3 Grande Multi
para 16 4,44 7 13,5 23 100
Jumlah 36 52 88 100
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant berdasarkan paritas dari 23 responden
dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande Multipara yaitu sebanyak 16 orang (4,44%), kemudian dari 35 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan paritas
d. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.9
Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implan berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Tahun 2013
N
o Pendidikan
Minat WUS terhadap
Penggunaan Implan Total
Tinggi Rendah
f % f % f %
1 Tinggi 15 41,7 5 9,61 20 100
2 Menengah 10 27,8 19 36,5 29 100
3 Dasar 11 30,6 28 53,8 39 100
Jumlah 36 52 88 100
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant berdasarkan pendiddikan dari 20 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan
tinggi yaitu sebanyak 15 orang (1,7%), kemudian dari 39 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di jelaskan di atas maka pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Pengetahuan Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang
implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9%), kemudian dari 41 responden dengan minat rendah terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada
WUS yang mempunyai pengetahuan kurang terhadap implant yaitu sebanyak 28 orang (51,8 %).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Meliono (2007),
pengetahuan merupakan yang diperoleh seseorang melalui pengamatan inderawi, pengetahuan ada ketika seseorang menggunakan indera atau akal
budinya untuk mengetahui sesuatu hal yang belum pernah dia alami atau dia rasakan sebelumnya.
Penelitian yang di lakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan
Lakessi Kota Parepare Tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak digunakan pada akseptor yang mempunyai
pengetahuan tinggi tentang implanT sebesar 32 orang (54,6%) dan yang paling sedikit pada tingkat pengetahuan kurang sebesar 23 orang (45,4 %)
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
tertentu. Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari: umur, motivasi, persepsi dan faktor
eksternal yang terdiri dari: pendidikan, pekerjaan, media massa, pengalaman serta lingkungan.
Menurut asumsi peneliti Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat di nyatakan bahwa dengan adanya pengetahuan yang tinggi tentang implant maka akan memberikan pengaruh terhadap minat WUS dengan penggunaan
implant. Mereka yang mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan pemakaian implant akan menarik minat untuk menggunakan alat
kontrasepsi implant. Pengetahuan berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan status sosial dan kedudukan sorang wanita, peningkatan mereka terhadap kehidupan untuk membuat keputusan sendiri
serta menyatakan pendapat misalnya kapan seharusnya hamil, melahirkan dan pemilihan jenis kontrasepsi.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang maka semakin mudah mencerna semua informasi yang di peroleh segala keputusannya di dasari atas pemikiran yang rasional.
2. Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Umur
Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa
dari dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur >35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (50,0%), kemudian dari 34 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS yang
Saifuddin AB, (2008) yang menjelaskan bahwa dengan makin bertambahnya usia, maka tingkat perkembangan seseorang akan sesuai
dengan pengetahuan yang pernah didapat dan juga dari pengalamannya sendiri.
Depdiknas (2004) menyatakan umur juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana usia muda sering menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkah
lakunya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan
Lakessi Kota Parepare Tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak digunakan pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 39 orang (70,9%) dan umur >35 tahun sebanyak 16 orang
(29,1%).
Menurut asumsi peneliti bahwa umur sangat mempengaruhi pola pikir
dan tingkah laku seseorang. Umur Wus mempengaruhi minat Wus terhadap penggunaan implant. Wus yang berumur <20 cenderung tidak menginginkan implant karena mereka merasa masih terlalu muda untuk
menggunakan implant. Umur juga sangat mempengaruhi terhadap keyakinan dan tindakan seseorang terhadap dalam prilaku kesehatan,
namun bila seseorang tidak mau menambah wawasan maupun pengetahuannya baik melalui pendidikan maupun menerima dan mempelajari hal-hal baru yang menunjang pengetahuannya maka
kepada hal-hal yang dapat semakin memperluas pengetahuan dalam upaya mempertahankan kesehatan dirinya. Di samping itu tingginya motivasi
akseptor menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan kesadaran terfokus pada indikasi untuk mengatur kehamilannya. Hal ini sesuai dengan yang
diharapkan oleh pemerintah melalui program KB nasional bahwa sebaiknya bagi PUS dengan istri berymur 20-35 tahun untuk mengatur kehamilannya setelah mempunyai 2 orang anak dengan jarak kehamilan 2-4 tahun.
3. Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Paritas
Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa
dari 23 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande multipara yaitu sebanyak 16 orang (4,44%), kemudian dari 35 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan
paritas Primi para yaitu sebanyak 29 orang (55,8%).
Paritas adalah wanita yang sudah melahirkan bayi yang dapat hidup.
Paritas primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup sebanyak 1 kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali, dan grande multipara
yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup lebih dari 5 kali (Manuaba, 2005).