• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sabtu 20 Februari 2010 SEKILAS TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sabtu 20 Februari 2010 SEKILAS TENTANG "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Sabtu, 20 Februari 2010

SEKILAS TENTANG ROTAN

Rotan adalah sekelompok tumbuhan memanjat yang merupakan pohon yang termasuk golongan palma. Salah satu fungsi rotan adalah digunakan sebagai bahan baku untuk membuat perabot rumah tangga seperti meja, kursi atau perabot lainnya. Penggunaan rotan untuk membuat perabot rumah tangga sudah dikenal dari dahulu. Ada hal baik dari furniture yang terbuat dari rotan, tetapi Anda juga harus pandai melakukan perawatan agar perabot Anda tetap awet dan kelihatan indah.

Kegunaan/ Manfaat Rotan

Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan di seluruh dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Karena itu rotan banyak dimanfaatkan menjadi bahan baku mebel, seperti kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis, mudah dibentuk, serta murah. Harga perabot atau furnitur rumah tangga yang terbuat dari rotan tidak semahal dengan perabot yang dibuat dengan bahan dasar kayu tetapi memiliki kekuatan yang hampir sama. Rotan secara umum lebih dikenal dapat di gunakan sebagai bahan untuk mebeler atau furniture, tetapi kenyataanya bagi yang menyenangi bahan dan produk dari rotan dapat digunakan hampir disemua segi kehidupan manusia seperti konstruksi rumah, isi rumah, perkantoran, jembatan, keranjang, tikar, lampit, tali, dll. Sampai ada istilah atau peribahasa (tidak ada rotan akarpun berguna).

Rotan merupakan hasil hutan non kayu yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan dapat digunakan hampir disemua segi kehidupan manusia, tetapi lebih dikenal secara umum

digunakan untuk mebeler.

Perawatan Rotan

Agar mebel atau perabot dari rotan lebih tahan lama, ada hal yang perlu Anda perhatikan dalam

(2)

• Bersihkan seminggu sekali. Cukup gunakan lap kering untuk menghilangkan debu-debu yang menempel. Jangan gunakan cairan kimia karena dapat merusak rotan. • Untuk membersihkan debu dan kotoran yang ada di sela-sela, cuci dengan menggunakan detergen. Cairan detergen hendaknya jangan terlalu pekat. Setelah itu, lap dengan menggunakan lap kering dan kerinngkan dengan diangin-anginkan. Ini dapat dilakukan setiap 1 bulan sekali. • Agar tetap kelihatan indah, Anda dapat mengecatnya bila warna rotan sudah kelihatan pudar. • Letakkan perabot dari rotan di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara langsung. Hal ini dapat membuat perabot Anda menjadi pudar, kering sehingga mudah rusak. • Untuk menghindari rayap, Anda dapat menggunakan larutan kamper (kapur barus) dan minyak tanah. Semprotkan larutan tersebut pada rotan, atau masukkan dalam lubang yang dibuat rayap

pada perabot rotan Anda.

Tentu rumah Anda akan lebih bersih jika perabot di dalam rumah Anda juga bersih, termasuk perabot atau mebel yang terbuat dari rotan. Ini akan mempercantik ruang di dalam rumah Anda. Diposkan oleh RotanKu di 23.49

MARGIN PEMASARAN

Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah perubahan antara harga petani dan harga eceran (retail.

Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah quantitas produk yang dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan margin keuntungan.

Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk tersebut. Oleh karena itu nilai margin pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges (Dahl, 1977).

Biaya pemasaran terkait dengan tingkat pengembalian dari faktor produksi, sementara marketing charges berkaitan dengan berapa yang diterima oleh pengolah, pengumpul dan lembaga tataniaga. Margin tataniaga terdiri dari tiga jenis yaitu absolut, persentase dan kombinasi. Margin pemasaran absolut dan persentase dapat menurun, konstan dan meningkat dengan bertambahnya quantitas yang dipasarkan. Hubungan antara elastisitas permintaan di tingkat rantai tataniaga yang berbeda

(3)

KONSEP PEMASARAN

Assauri (2001) mengemukakan bahwa “Pemasaran adalah usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha-usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

Berdasarkan definisi di atas, terlihat bahwa pemasaran mencakup berbagai kegiatan secara terpadu yang berarti untuk hasil yang maksimal dalam peningkatan penjualan dan memperbesar market share, maka segala kegiatan dilakukan secara terpadu, saling berhubungan antara saling mempertimbangkan satu sama lainnya.

Pemasaran merupakan keseluruhan sistem kegiatan yang dibentuk untuk merancang menetapkan harga, mengadakan promosi serta menpemasarankan barang dan jasa tersebut kepada langganan. Dengan demikian suatu pemasaran bukanlah merupakan yang bersifat statis dan hanya terbatas dalam konteks pemenuhan kebutuhan konsumen, melainkan sesuatu yang bersifat dinamis secara kontinus berusaha sampai pada pemenuhan dan keinginan konsumen (Stanton, 1993).

Pendapat tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Swastha dan Irawan (2003) bahwa Pemasaran adalah suatu sistim keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan menpemasarankan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan balk kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial.

Definisi di atas menyatakan bahwa pemasaran sebagai suatu sistim interaksi kegiatan perusahaan melaksanakan perencanaan produksi, menentukan harga dan pemasaran. Pengertian marketing disini merupakan sistim dari tinclakan perdagangan yang terorientasi langsung konsumen dan pasar. Urgensi pendirian suatu perusahaan antara lain ditujukan pada pemenuhan kebutuhan konsumen akan barang clan jasa yang senantiasa meningkat sejalan dengan perkembangan yang terjadi pada masyarakat yang bersangkutan. Seiring dengan pernyataan seperti itu berarti tercipta peluang bagi dunia usaha untuk memasarkan barang dan jasa kepada masyarakat.

Selain itu Chandra (2002) mengemukakan bahwa: Pemasaran atau marketing adalah sama kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan yang efektif. Jika ditelaah definisi yang dikemukakan oleh Chandra tersebut, terlihat bahwa kedua definisi yang

dikemukakannya adalah memiliki kesamaan, yakni kegiatan pemasaran adalah penyampaian barang clan jasa dari produsen ke konsumen. Dengan demikian yang menjadi perhatian utama dalam kegiatan pemasaran adalah terletak pada konsumen.

(4)

Merujuk pada definisi tersebut, menyebabkan dominannya para pengusaha atau kelompok usaha yang lebih berotientasi pada segi produksi, dengan kata lain bahwa mereka menekankan pads aspek produk apa yang dihasilkan, bukan produk apa yang dapat dipasarkan. Keterbatasan pengertian mengenai pemasaran ini, menyebabkan banyak pengusaha yang mengalami berbagai kesulitan dalam melanjutkan kegiatan usahanya. Hal tersebut diperparah dengan

ketidaksempurnaan perusahaan dalam konteks persaingan yang semakin tajam. Dengan perkembangan sistim perekonomian dewasa ini yang lebih memfokuskan diri ke arah spesialisasi, maka pada umumnya negara-negara berkembang seperti Indonesia, terus

mempelajari prinsip-prinsip pemasaran guna mengetahui tentang bagaimana cara memperbaiki sistim pemasaran domestik serta bagaimana cara untuk dapat bersaing secara efisiensi di pasaran dunia.

Keberhasilan penjualan produk pads dasarnya merupakan hasil perpaduan yang serasi antara kualitas barang, harga barang, serta aktivitas perusahaan dalam mempromosikan barang dan jasa tersebut. Hal ini berarti bahwa untuk menunjang aktivitas pemasaran perusahaan, perlu

diperhatikan berbagai faktor yang dipandang urgen artinya untuk mencapai hasil yang optimal.

Bahwa kegiatan pemasaran akan berhasil apabila diarahkan pads pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen, adalah merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat ditawar lagi. Penjualan akan memperoleh bales jasa dari pembeli apabila pembeli merasa bahwa keinginan atau kebutuhan yang terpenuhi.

Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Model S-C-P ini dikemukakan pertama kali oleh Joe Bain dalam bukunya “Industrial Organization” yang menjelaskan tentang hubungan yang dapat diramalkan antara struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar (Purcell, 1979). Kerangka analisis structure-conduct-performance model (model SCP) yang dikemukakan Bain melihat bagaimana kekuatan dalam suatu sistem pemasaran (Martin, 1993).

Perilaku pasar menggambarkan tingkah laku pasar (market conduct) lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar tertentu agar dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Pelaku pasar (dalam hal ini pedagang) melakukan kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga, kolusi, siasat pemasaran (misalnya potongan harga, dll), Man, melakukan penelitian dan pengembangan untuk memperkuat posisi di dalam pasar.

Keragaan pasar (market performance) merupakan hasil akhir perilaku pasar. Dalam kenyataannya interaksi antara struktur-perilaku-keragaan pasar tidak selalu liniear, malah cenderung bersifat komplek dan sating mempengaruhi secara dinamis.

(5)

Melalui analisis struktur pasar maka perilaku pasar menjadi subyek yang penting pads kondisi persaingan tidak sempurna. Pada kondisi tersebut berbagai perilaku dari pelaku pasar yang terlibat akan bermunculan yaitu bagaimana melakukan kolusi, perilaku strategic/siasat, melakukan penelitian, atau pengembangan untuk memperkokoh posisi di dalam pasar.

Selanjutnya Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa pelaku pasar memandang sifat produk apakah homogen atau terdiferensiasi. Sifat produk dan pangsa pasar menunjukkan perilaku pasar yaitu kegiatankegiatan yang mengubah pangsa pasar atau saluran pemasaran yang mans akan dipakai atau menjadi pilihan petani kentang dan bagaimana kebijaksanaan serta harga yang tedadi. Di samping hal tersebut di atas, bagian harga yang diterima masing-masing pelaku pasar menentukan kepuasan masing-masing pihak dan akan berpengaruh terhadap loyalitas pelaku pasar untuk memilih saluran pemasaran untuk menjual produknya.

Keragaan pasar (market performance) mengungkapkan tentang tingkat profit dan efisiensi dari suatu sistem pasar. Ukuran yang digunakan untuk menilai keragaan pasar tersebut adalah besaran dan struktur marjin pemasaran. Marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen untuk suatu produk.

Tomek dan Robinson (1979), menjelaskan marjin pemasaran sebagai berikut: (1) perbedaan harga yang hares dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, dan (2) gabungan balas jasa yang diterima oleh jasa pemasaran sebagai akibat adanya permintaan dan penawaran.

Menurut Riyanto (1995) memberikan pengertian profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dalam persentase. Pengertian ini digunakan untuk menghitung marjin secara

individual atau untuk masing-masing pelaku pemasaran. Dalam kaftan dengan pemasaran komoditi kentang maka yang dimaksud dengan net sales adalah pendapatan kotor yang diperoleh masing-masing pelaku pemasaran. Sedangkan net operating income adalah pendapatan bersih, yaitu pendapatan kotor dikurangi dengan biaya usaha tani, biaya pasca panen dan biaya pemasaran lainnya.

Ukuran besar kecilnya marjin pemasaran seringkali dijadikan kriteria untuk menilai apakah pasar sudah atau belum efisien. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya marjin antara lain,

ketersediaan fasilitas fisik pemasaran yaitu pengangkutan, penyimpanan, pengolahan risiko kerusakan, dan lain-lain.

(6)

Analisis tentang farmers share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima produsen dari harga ekspor (pedagang perantara). Kohl dan Uhl (1990) melaporkan bahwa besarnya farmers share dipengaruhi oleh

(1) tingkat pemrosesan, (2) biaya transportasi, (3) keawetan produk, clan (4) jumlah produk. Selanjutnya ketimpangan pembagian (pemasaran) keuntungan di antara lembaga/pelaku pemasaran yang terlibat jugs dapat digunakan untuk mengukur efisiennya sistem pemasaran komoditi kentang.

Menurut Todaro (1998) menjelaskan bahwa ukuran pemasaran keuntungan/pendapatan clibeclakan dalam dua ukuran pokok yaitu ukuran pemasaran clan pemasaran fungsional atau kepemilikan faktor-faktor produksi.

Ukuran pemasaran menunjukkan besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing lembaga/pelaku pemasaran yang terlibat tanpa memperhatikan sumbernya, sedangkan pemasaran fungsional lebih menjelaskan pads pemasaran pangsa pendapatan per faktor produksi. Inclikator ini berfokus pads bagian pendapatan yang diterima oleh masingmasing faktor produksi yang digunakan (tanah, tenaga kerja, bahan baku, peralatan, clan modal).

Secara umum saluran pemasaran yang dapat ditemukan dalam pemasaran komoditi kentang di Indonesia (Departemen Perdagangan, 1986), yaitu: (1) Petani – Pengumpul – Prosesor –

Eksportir; (2) Petani – Pengumpul/Prosesor – Eskportir; (3) Petani – Pengumpul – Eksportir; (4) Petani/Prosesor – Eksportir; (5) Petani – Prosesor/Eskportir

Pengaruh pola saluran pemasaran ini terhadap pendapatan produsen merupakan pencerminan dari efisiensi tidaknya saluran pemasaran tersebut.

Petani kentang mempunyai kedudukan yang lemah dalam proses pemasaran komoditi kentang, karena sebagai produsen bukanlah merupakan penentu harga (price marker) dalam proses pemasaran.

Efisiensi tidaknya kegiatan pemasaran suatu komoditas dapat dilihat dari empat kdteria: (a) marjin pemasaran, (b) harga di tingkat konsumen, (c) tersedianya fasilitas fisik pemasaran, (d) intensitas persaingan pasar.

Kriteria marjin pemasaran lebih sering dipergunakan untuk mempelajari efisiensi operasional pemasaran karena penyebaran marjin pemasaran relatif dapat dengan mudah ditelusuri. Melalui analisis korelasi harga dan indeks korelasi pasar dapat diketahui intensitas persaingan pasar dan harga di tingkat konsumen.

Dahl dan Hammond (1977) mengemukakan bahwa marjin pemasaran adalah perbedaan harga tingkat pengecer dengan harga di tingkat produsen. Pengertian nilai marjin pemasaran

(7)

Menurut Gonarsyah (1990) pembinaan efisiensi pemasaran pads dasarnya dapat dikembangkan dari dua titik tolak yaitu-. (a) memperluas pasaran, dan (b) mengurangi marjin pemasaran. Perluasan pasaran ditempuh dengan meningkatkan permintaan konsumen dan melaksanakan pemasaran tertata (oderly marketing), yaitu dengan memanfaatkan secara maksimal potensi pasar yang ada dengan mengatur barang menurut waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan

konsumen.

Beberapa ahli telah mengemukakan pengertian pemasaran, serta pembahasan yang berbeda-beda berdasarkan sudut pandang masingmasing. Terdapat diantaranya yang mengemukakan bahwa pemasaran sebagai suatu sistim kegiatan yang tetap teritegrasi dalam kegiatan perusahaan. Sebagai proses pemindahan atas hak milik suatu produk tertentu, serta terdapat pula diantaranya yang mengatakan bahwa pemasaran adalah merupakan proses penyesuaian antara permintaan dan penawaran atas suatu produk tertentu.

Namun pada hakekatnya, apa yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut tetap mempunyai maksud dan tujuan yang sama yakni bagaimana cara memenuhi keinginan dan kebutuhan

konsumen. Berikut ini dikemukakan secara rinci mengenai definisi pemasaran dari beberapa ahli.

Pengertian margin pemasaran

Pengertian Margin Pemasaran dan Faktor Yang Mempengaruhi

Mergin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang diterima oleh petani produsen dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Besar kecilnya perbedaan harga ditingkat konsumen akhir akan dipengaruhi oleh:banyak lembaga pemasaran yang ikut dalam proses pemasaran, panjang atau pendeknya saluran yang dilalui dan jarak pasar, Nurlan F (1986).

Menurut Khol dan Uhl dalam Astin Akitasan (2004) mendefinisikan marjin pemasaran merupakan rasio antara nilai tambah yang diperoleh pelaku pemasaran tertentu dan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

Sementara itu Downey dan Trocke (1981) margin pemasaran adalah perbedaan antara harga penjualan produk pada dua tahapan yang berurutan dalam saluran distribusi pemasaran produk yang bersangkutan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa margin pemasaran merupakan perbedaan atau selisih antara harga penjualan yang diterima setiap lembaga pemasaran pada dua tahapan yang berurutan dalam saluran pemasaran mulai dari produsen sampai kepada konsumen akhir.

(8)

Menurut Rashit dan Caudry dalam Basirun dkk (1991) mengumumkan bahwa ada dua unsur yang mempengaruhi margin pemasaran , yaitu:1) biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan fungsi tata niaga seperti mengumpulan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan, pengangkutan dan lain-lain, 2) besar keuntungan dari pasar-pasar perantara atau keuntungan pedagang perantara. Selanjutnya Buse dan Brandow dalam Basirun dkk (1991) telah melakukan penelitian tentang hubungan antara volume, biaya dan harga terdapat margin dengan menggunakan ordinary square regrestion. Dimana dari hasil ketiga variable yang diteliti memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap margin tata niaga pemasaran.

Kajian Empirik

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode Astuti (2006) dengan judul”Analisis Pemasaran Rumput Laut Di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Muna”. Dengan menggunakan analalisis marjin pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa marjin pemasaran rumput laut di kecamatan kulisusu kabupaten muna sangat besar.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yusri (2007) dengan judul”Studi Pendapatan Kakao Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka”. Dengan menggunakan analisis π = TR –TC dimana π adalah Pendapatan Bersih, TR= Total Revenue (Pendapatan Kotor), TC= Total Cost (Totaol Biaya). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan bersih yang diperoleh petani kakao sesuai kriteria yang ditetapkan BPS, tergolong masyarakat berpendapatan tinggi.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka kerangka pikir yang mendasari penelitian ini adalah bahwa budidaya rumput laut yang dilakukan petani rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton dimaksudkan untuk memperoleh produksi, pendapatan dan menjelaskan pemasaran.

Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini merumuskan hipotesisi sebagai berikut:

1. Diduga bahwa produksi dan pendapatan petani rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton relatif besar.

2. Diduga bahwa pemasaran rumput laut yang ada di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton menggunakan saluran distribusi langsung dan saluran distribusi satu tingkat. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

(9)

Tataniaga petanian, saluran tataniaga, mrgin tataniaga, pemasaran

B.1. Tataniaga Pertanian

Khol dan uhl (2002) mendefinisikan tataniaga sebagai suatu aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai ke titik konsumen. Produksi adalah penciptaan kepuasan, proses membuat kegunaan barang dan jasa. Kepuasan dibentuk dari proses produktif yang diklasifikasikan menjadi kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan.

Pendekatan dalam tataniaga pertanian dikelompokan menjadi pendekatan kelembagaan (institutional approach), pendekatan fungsi (fungtional approach), pendekatan barang (the commodity approach) dan pendekatan sistem (sistim approach).

1. Pendekatan Kelembagaan (institutional approach)

Yaitu suatu pendekatan yang menekankan untuk mempelajari pemasaran dari segi organisasi lembaga-lembaga yang turut serta dalam proses penyampaian barang dan jasa dari titik produsen sampai titik konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa antara lain: produsen, pedagang besar dan pedagang pengecer.

2. Pendekatan Fungsi (fungtional approach)

Adalah mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dan tindakan atau perlakuan-perlakuan ke dalam fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan proses penyampaian barang dan jasa. Adapun fungsi pemasaran terdiri dari tiga fungsi pokok, yaitu:

a. Fungsi pertukaran :

- Penjualan : Mengalihkan barang ke pembeli dengan harga yang memuaskan.

- Pembelian : Mengalihkan barang dari penjual dan pembeli dengan harga yang memuaskan.

(10)

- Pengangkutan : Pemindahan barang dari tempat produksi dan atau tempat penjualan ke tempat-tempat dimana barang tersebut akan terpakai (kegunaan tempat).

- Penyimpanan : Penahanan barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dijual (kegunaan waktu).

c. Fungsi pelancar

- Pembiayaan : Mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi-transaksi dalam arus barang dari sektor produksi sampai sektor konsumsi.

- Penanggungan risiko : Usaha untuk mengelak atau mengurangi kemungkinan rugi karena barang yang rusak, hilang, turunnya harga dan tingginya biaya.

- Standardisasi dan Grading : Penentuan atau penetapan dasar penggolongan (kelas atau derajat) untuk barang dan memilih barang untuk dimasukkan ke dalam kelas atau derajat yang telah ditetapkan dengan jalan standardisasi.

- Informasi Pasar : Mengetahui tindakan-tindakan yang berhubungan dengan fakta-fakta yang terjadi, penyampaian fakta, menafsirkan fakta dan mengambil kesimpulan akan fakta yang terjadi.

3. Pendekatan barang (the commodity approach)

Yaitu suatu pendekatan yang menekankan perhatian terhadap kegiatan atau tindakan-tindakan yang diperlakukan terhadap barang dan jasa yang selama proses penyampaiannya mulai dari titik produsen sampai ke titik konsumen. Pendekatan ini menekankan pada komoditi yang akan diamati.

4. Pendekatan Sistem (sistim approach)

Yaitu merupakan suatu kumpulan komponen-komponen yang bekerja secara bersama-sama dalam suatu cara yang terorganisir. Suatu komponen dari suatu sistem, mungkin merupakan suatu system tersendiri yang lebih kecil yang dinamakan subsistem

(11)

Menurut Kotler (2002), saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan sebagian kegiatan pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat, bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.

Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh. Selain itu saluran pemasaran dapat mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001), Saluran tataniaga terdiri dari serangkaian lembaga tataniaga atau perantara yang akan memperlancar kegiatan tataniaga dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir yang merupakan satu tingkat saluran. Saluran nol-tingkat (saluran tataniaga nol-langsung) terdiri dari produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir. Saluran satu-tingkat terdiri dari satu perantara penjual, yaitu pengecer. Saluran dua-tingkat dari dua perantara, seperti pedagang besar dan pengecer. Saluran tiga-tingkat dalam saluran tataniaga barang konsumsi memiliki tiga perantara, yaitu pedagang besar, pemborong dan pengecer.

B.3. Marjin Tataniaga

(12)

akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga.

Hammond dan Dahl (1977) menyatakan bahwa marjin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga di tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin besar perbedaan harga antar produsen dengan harga di tingkat konsumen. Secara grafis marjin tataniaga dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan persentase atau bagian harga yang diterima petani (farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.

Tingkat efisiensi tataniaga juga dapat diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga didefinisikan sebagai besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien. (Limbong dan Sitorus, 1987)

B.4. Pemasaran

(13)

perusahaan ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya. Pemasaran merupakan kunci keberhasilan usaha perusahaan.

Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Proses pemasaran merupakan proses yang sedang dan terus berlangsung dan membentuk suatu sistem. Suatu sistem pemasaran tersusun atas beberapa sub-sistem yang saling berinteraksi satu sama lain, yang sangat menentukan hasil akhir dari suatu sistem itu sendiri.

Dalam membahas pemasaran pertanian tidak terlepas dari konsep pasar, pemasaran dan pemasaran pertanian. Adapun pemasaran pertanian merupakan bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya, tetapi dianggap sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Anggapan ini didasarkan pada karakteristik produk pertanian serta subyek dan obyek pemasaran pertanian itu sendiri. Dalam mendefinisikan pasar, perlu diperhatikan adanya pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pemasaran.

Pasar secara sempit didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan jasa (Sudiyono, 2004). Pasar dalam arti modern berarti suatu proses aliran barang dari produsen ke konsumen yang disertai penambahan guna barang baik guna tempat, waktu, bentuk dan kepemilikan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, pasar dapat didefinisikan sebagai tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa, dimana terjadi pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli.

(14)

Ada beberapa definisi pemasaran yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, antara lain :

1. Menurut King

Pemasaran merupakan pengambilan keputusan dan pelaksanaan, termasuk perencanaan dan penetapan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berupa barang.

2. Menurut Fisk

Pemasaran ialah segala usaha bisnis sehingga dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang diinginkan oleh semua konsumen.

3. Menurut Schewe dan Smith

Pemasaran adalah aktivitas-aktivitas dimana badan usaha melakukan promosi untuk menyampaikan barang dan jasa antara perusahaan dan masyarakat.

4. Menurut Downey dan Erikson

Pemasaran merupakan ilmu yang menelaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomis dari produsen melalui lembaga pemasaran kepada konsumen.

Dengan melihat beberapa definisi pasar dan pemasaran seperti di atas, maka dapat dikemukakan definisi dari pemasaran pertanian itu sendiri, yaitu sebagai berikut :

1. Menurut FAO (1958)

Pemasaran pertanian adalah serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan konsumen.

2. Menurut Breimeyer (1973)

Pemasaran pertanian adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi diantara usahatani dan konsumen. Definisi ini menegaskan bahwa pemasaran pertanian terjadi setelah usaha tani (marketing post the farm) dan produksi terjadi pada usahatani (production on the farm).

(15)

Pemasaran pertanian adalah semua aktivitas perdagangan yang meliputi aliran barang-barang dan jasa-jasa secara fisik dari pusat produksi pertanian ke pusat konsumsi pertanian.

Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang menekankan bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen (distribusi). Tataniaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhsn harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga. (Rahardi, 2000).

Definisi tataniaga di atas didasarkan pada konsep inti tataniaga sebagai berikut:

1. Kebutuhan, keinginan, dan permintaan

2. Produk

3. Utilitas, nilai dan kepuasan

4. Pertukaran, transaksi, dan hubungan

5. Pasar

6. Pemasaran dan pemasar.

Tataniaga sayuran, sebagai salah satu produk pertanian, masih kurang efisien, yaitu kurang adilnya pembagian keuntungan. Hal ini tergambar dari sangat rendahnya harga produk sayuran di tingkat pengusaha produsen sayuran, terutama pengusaha sayuran skala kecil (petani). Untuk menanggulangi masalah itu perlu diketahui mata rantai distribusi beserta permasalahannya.

(16)

dengan proses produksi sayuran, melainkan sebagai penyalur produksi sayuran. Berikut ini beberapa pengusaha perantara sayuran :

1. Pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan

barang-barang hasil pertanian dari petani produsen, dan kemudian memasarkannya kembali dalam partai besar kepada pedagang lain.

2. Pedagang besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari

pedagang pengumpul dan atau langsung dari produsen, serta menjual kembali kepada pengecer dan pedagang lain dan atau kepada pembeli untuk industri, lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang sama pada konsumen akhir.

Pedagang pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang hasil pertanian ke konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam partai kecil. (Rahardi, 2000).

Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Kebutuhan merupakan kekuatan dasar yang mendorong pelanggan untuk ambil bagian dan terlibat dalam pertukaran. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan yang lebih mendalam. Keinginan mencerminkan hasrat atau preferensi seseorang terhadap cara-cara tertentu dalam memuaskan kebutuhan dasar. Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membeliya. Oleh karena itu, keinginan akan berubah menjadi permintaan, bilamana didukung dengan daya beli.

(17)

menghasilkan utilitas yang paling besar per rupiah yang dikeluarkannya. Nilai merupakan fungsi dari tampilan produk, jasa dan harga instrinsik.

Kepuasan adalah manfaat yang diberikan sesuatu produk sesuai dengan yang diharapkan atau didambakan pelanggan, baik secara fungsional dan emosional. Pelanggan membeli manfaat, bukan produk.

Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh produk yang dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan suatu yang lain sebagai balasannya. Pertukaran merupakan cara seseorang untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Pertukaran terjadi di dalam pasar yang terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran guna memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Dengan adanya pertukaran, maka muncullah pemasaran. Pemasaran adalah pengidentifikasian calon mitra pertukaran, mengembangkan penawaran, mengkomunikasikan informasi, mengirimkan produk dan mengumpulkan pembayaran. Pemasar adalah seseorang yang mencari sumberdaya dari orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai imbalannya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari keempat buah nilai korelasi yang ada pada tabel 4.29 dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi tertinggi terhadap waktu terletak pada sensor T4 yang menempel di

18. Terima kasih kepada staff karyawan Perpustakaan Umum Kota Malang, Perpustakaan Umum Kota Kediri atas kerjasama dalam pengambilan data dan Perpustakaan Pusat Teknik Arsitektur

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa diucapkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan anugerah dan petunjuk-Nya, Tugas Akhir dengan judul “ IMPLEMENTASI

Inflasi gabungan 3 kota di Riau pada bulan November 2018 sebesar 0,49 persen terjadi karena adanya kenaikan indeks harga konsumen pada enam kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan

Data satelit kanal IR1 digunakan untuk melihat tutupan awan. Selain itu dapat digunakan untuk pendugaan terjadinya curahan dari perkiraan temperatur puncak awan. Pola diurnal

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilaksanakan

Selain itu keputusan untuk menggunakan jasa merupakan suatu keputusan yang kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain kualitas pelayanan yang di berikan perusahaan

sebagai pihak yang harus mengikuti Perpres 54/2010, yaitu entitas yang mendapat bantuan, atau memperoleh lisensi ekslusif dari pemerintah. Monopoli atau quasi- monopoli untuk