• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis "

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI MANGGIS (Garcinia mangostana Linn)

(Studi Kasus di Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

ANDRI FAUZAN RACHMAN

F34070075

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Decision Support System for Mangosteen Agroindustry Development

(case study in Kabupaten Bogor, West Java)

Andri Fauzan Rachman and Eriyatno

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220 Bogor, West Java,

Indonesia.

email

ABSTRACT

Mangosteen has become the Queen of commodities to export fresh fruit to foreign countries. But the numbers are still about 20% of the total production in Indonesia is mostly caused by low quality of the fruit. For that, they need diversified commodities processed mangosteen products. The objectives of this research to develop a model of decision support system for mangosteen agroindustry development in bogor district and recommend a strategy for planning and development of the agroindustry to the government of Bogor district and mangosteen prospective employers. Decision support system for mangosteen agroindustry development implemented into a computer program package called mangosteen 1.0 by using Pascal programming language in Embarcadero Delphi XE which consists of six models, including model of prospective product, site analysis model, model of analysis production centers, model of the mangosteen cultivation financial feasibility, model of agro-industry financial feasibility, and model of mangosteen development strategy. Decision support system using the comparison ekponensial method ( MPE), and analitical Hierarchy Process method (AHP). This mangosteen agro-industrial is plan to be located in Dramaga based on site selection using MPE method with a capacity of 50.000 bottles of mangosteen xanthone per month. This research programme shows that the mangosteen agro-industrial of xanthone is feasible with NPV Rp.

8.804.311.994, IRR 52%, Pay Back Period (PBP) 3 years and 3 months, and B/C Ratio 2.76.

(3)

Andri Fauzan Rachman. F34070075. Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan

Agroindustri Manggis (Garcinia mangostana Linn). (Studi Kasus di Kabupaten Bogor) Di bawah

bimbingan Eriyatno 2011.

RINGKASAN

Manggis merupakan komoditas holtikultura yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Selama beberapa tahun, manggis telah menjadi komoditas primadona untuk ekspor buah segar ke mancanaegara. Namun jumlahnya masih sekitar 20% dari total produksi di Indonesia yang banyak disebabkan oleh mutu buah yang rendah. Untuk itu, diperlukan adanya diversifikasi produk olahan komoditas manggis sebagai salah satu upaya menanggulangi masalah yang ada.

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah penghasil manggis yang terletak Jawa Barat memiliki potensi pengembangan komoditas yang cukup baik. Selain didukung oleh agroekosistem Kabupaten Bogor yang cocok untuk budidaya komoditas manggis, Kabupaten Bogor juga menjadi daerah yang cukup strategis untuk mendirikan sebuah industri karena memiliki akses pemasaran yang dekat ke ibukota dan berbagai daerah lainnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pengusahaan nilai tambah produk olahan dari komoditi manggis, memberikan gambaran mengenai peluang dan prospek industri pengolahan manggis, mempelajari faktor dan parameter yang mempengaruhi desain sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis, merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis.

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis diimplementasikan ke dalam suatu paket program komputer yang diberi nama mangosteen 1.0 dengan menggunakan bahasa pemograman dalam Embarcadero Delphi XE. Sistem penunjang keputusan ini terdiri dari enam model diantaranya model penentuan produk prospektif, model penentuan lokasi unggulan, model analisis sentra produksi, model analisis kelayakan finansial budidaya manggis, model analisis kelayakan finansial agroindustri manggis dan model strategi pengembangan agroindustri manggis. Verifikasi program mangosteen 1.0 dilakukan di sentra produksi manggis di Kabupaten Bogor. Verifikasi untuk agroindustri pengolahan manggis dilakukan di PT. Sari Bunga Alam yang terletak di Sunter Muara, Jakarta Utara.

Sub Model Penentuan Produk Prospektif dirancang untuk menentukan produk olahan

manggis yang memiliki potensi yang besar dan prospektif untuk dikembangkan. Model ini menggunakan teknik MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Kriteria yang digunakan dalam menentukan produk prospektif antara lain ketersediaan bahan baku, potensi pasar, teknologi proses, kebijakan pemerintah dan nilai tambah produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk olahan yang paling prosepektif untuk dikembangkan ialah xanthone dengan nilai 782.

Sub Model Penentuan Lokasi Unggulan dirancang untuk menentukan lokasi yang paling

(4)

Sub Model Analisis Kelayakan Usaha Budidaya manggis untuk masa proyek 20 tahun

menunjukkan hasil bahwa rata-rata keuntungan bersih per tahun sebesar Rp. 66.096.770, NPV sebesar Rp. 1.143.544.536, B/C Ratio sebesar 3,57, IRR sebesar 9,54% dengan PBP selama 12 tahun 5 bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal usaha budidaya manggis layak untuk dijalankan.

Sub Model Analisis Sentra Produksi dirancang untuk menganalisis sentra produksi

manggis yang paling tepat untuk memberikan pasokan bahan baku manggis untuk diolah menjadi produk olahan. Daerah sentra terbaik yang dipilih ialah daerah dengan total biaya termurah sehingga dapat memperkecil biaya produksi. Model ini bersifat dinamis karena input dan ouputnya dapat berubah dari waktu ke waktu.

Sub Model Analisis Kelayakan Finansial Agroindustri Manggis menunjukkan kriteria

kelayakan investasi. NPV-nya bernilai positif dengan nilai sebesar Rp 8.804.311.994. Nilai Internal

Rate Ratio (IRR) sebesar 52 %, Kemudian Pay Back Period (PBP) adalah 3 tahun 3 bulan atau lebih

cepat dari umur proyek. Nilai Net B/C Ratio sebesar 2,76 atau lebih besar dari 1. Dari kriteria-kriteria kelayakan investasi dapat dikatakan layak untuk dijalankan.

Sub Model Strategi Pengembangan dirancang untuk menghasilkan strategi terbaik dalam

(5)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI MANGGIS (Garcinia mangostana Linn)

(Studi Kasus di Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ANDRI FAUZAN RACHMAN

F34070075

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul skripsi : Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan

Agroindustri Manggis (Garcinia mangostana Linn)

(Studi Kasus di Kabupaten Bogor)

Nama

: Andri Fauzan Rachman

NIM

: F34070075

Menyetujui,

Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE)

NIP 19470306 197106 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen,

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)

NIP : 19621009 198903 2 001

(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Sistem Penunjang

Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis (Garcinia mangostana Linn)

adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2011 Yang membuat pernyataan

(8)

©

Hak cipta milik Andri Fauzan Rachman, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi,

(9)

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 2 April 1989. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Edi Ruhaedi dan Ibu Ida Farida. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Taman Pagelaran. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTP Negeri 1 Bogor pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima pada program sarjana Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Semasa kuliah penulis aktif dalam sejumlah organisasi dan kepanitiaan. Penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian periode 2008-2009 sebagai staf departemen PSDM, Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2009-2010 penulis mendapatkan amanah sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN)

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem

Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis (Garcinia

mangostana Linn). Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Industri Pertanian di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE. selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Indah Yuliasih, S. TP, M.Si. selaku dosen penguji atas bimbingan dan arahan yang diberikan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. M. Arif Darmawan, S. TP, MT. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para pakar yang telah membantu penulis dalam penelitian guna menyusun skripsi ini dan telah memberi berbagai informasi dan saran yang berhubungan dengan skripsi penulis, Bapak Sugiyono, Ibu Dra.Endang Setyowati, Ibu Yolanda, dan Bapak Bakri.

5. Kedua orang tua penulis, Edi Ruhaedi dan Ida Farida yang selama ini tanpa henti memberikan motivasi, semangat,doa, dukungan dan perhatian penuh kepada penulis.

6. Mas Vrika Nurrahman, Mas Teguh Adi Setia, Agung Utomo, dan Dimas Gusti Randa atas bantuan bahasa pemrogramannya serta dalam pengerjaan program komputer dan ilmu sistem lainnya dalam penelitian.

7. Eva Arifah dan keluarga, yang telah memberikan bantuan, doa serta dukungan selama ini bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi ini.

8. Bena Kusuma teman satu bimbingan yang telah memberikan berbagai masukan bagi penulis. 9. Sahabat-sahabatku TIN 44 tercinta yang telah saling menyemangati dan membantu dalam

menyelesaikan skripsi.

10. Serta semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah membalas segala budi baik yang penuh ketulusan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekhilafan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2011

Andri Fauzan Rachman

(11)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUJUAN PENELITIAN ... 2

1.3. RUANG LINGKUP ... 3

1.4. MANFAAT PENELITIAN... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. MANGGIS ... 4

2.1.1. Karakteristik dan Morfologi Tanaman Manggis ... 4

2.1.2. Syarat Tumbuh ... 5

2.1.3. Kandungan Kimia Manggis ... 5

2.1 4. Syarat Mutu Manggis ... 6

2.1.5. Penyebaran Tanaman Manggis ... 6

2 2. AGROINDUSTRI MANGGIS ... 7

2.2.1. Sirup Manggis ... 8

2.2 2. Xanthone Manggis ... 9

2.2.3. Puree Manggis ... 10

2.2.4. Dodol Manggis ... 10

2.3. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN ... 11

2.4. PENELITIAN TERDAHULU ... 13

III. LANDASAN TEORI ... 15

3.1. TEKNIK HEURISTIK ... 15

3.2. METODE PERBANDINGAN EKPONENSIAL ... 15

3.3. METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) ... 16

3.4. METODE PENGURUTAN (SORTING) ... 17

3.5. KRITERIA INVESTASI ... 17

3.5.1. Net Present Value (NPV) ... 18

(12)

iii

Halaman

3.5.3. Break Even Point (BEP) ... 18

3.5.4. Pay Back Period (PBP) ... 19

3.5.5. Analisis Sensitifitas... 19

IV. METODOLOGI ... 20

4.1. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

4.2. TAHAPAN PENELITIAN ... 22

4.3. METODE PENGUMPULAN DATA ... 22

4.4. METODE PENGOLAHAN DATA ... 23

4.5. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 23

V. ANALISIS SISTEM ... 24

5.1. ANALISIS SITUASIONAL ... 24

5.1.1. Profil Kabupaten Bogor ... 24

5.1.2. Potensi Manggis Kabupaten Bogor... 24

5.1.3. Budidaya Manggis ... 25

5.1.4. Agroindustri Manggis ... 28

5.2. PENDEKATAN SISTEM... 30

5.2.1. Analisis Kebutuhan ... 31

5.2.2. Formulasi Permasalahan ... 32

5.2.3. Identifikasi Sistem ... 33

VI. PEMODELAN SISTEM ... 36

6.1. KONFIGURASI MODEL ... 36

6.2. RANCANGAN GLOBAL SISTEM ... 40

6.3. KERANGKA MODEL ... 42

6.3.1. Sistem Pengolahan Terpusat ... 42

6.3.2. Sistem Manajemen Basis Dialog ... 42

6.3.3. Sistem Manajemen Basis Data Statis ... 42

6.3.4. Sistem Manajemen Basis Dinamis ... 42

6.3.5. Sistem Manajemen Basis Model ... 43

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

7.1. PROGRAM UTAMA MANGOSTEEN 1.0 ... 48

7.1.1. Sistem Pengolahan Terpusat ... 48

7.1.2. Sistem Manajemen Basis Data ... 49

(13)

iv

Halaman

7.3. SUB MODEL PENENTUAN LOKASI UNGGULAN ... 53

7.4. SUB MODEL ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA ... 57

7.5. SUB MODEL ANALISA SENTRA PRODUKSI ... 59

7.6. SUB MODEL ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI ... 60

7.7. SUB MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI ... 63

VIII. RANCANGAN IMPLEMENTASI ... 67

8.1 TAHAPAN PENERAPAN INDUSTRI ... 67

8.1.1. Penentuan Kapasitas Produksi ... 67

8.1.2. Pendirian dan Tata Letak Pabrik ... 67

8.1.3. Aspek Legal Yuridis ... 68

8.1.4. Rekruitmen Tenaga Kerja ... 68

8.2 PROSES PRODUKSI XANTHONE MANGGIS ... 68

8.2.1. Ekstraksi Xanthone Kulit Manggis ... 68

8.2.2. Pembuatan Sirup xanthone ... 69

8.3 ADAPTASI MODEL ... 69

8.3.1. Penentuan Produk ... 69

8.3.2. Penentuan Lokasi ... 69

8.3.3. Analisa Sentra Produksi ... 69

8.3.4. Strategi Pengembangan Agroindustri ... 70

8.4 TAHAPAN PENYESUAIAN IMPLEMENTASI DI DAERAH LAIN ... 70

8.5 VERIFIKASI PROGRAM ... 70

8.5.1. Kelebihan Model... 70

8.5.2. Kekurangan Model ... 70

IX. PENUTUP ... 71

9.1 KESIMPULAN ... 71

9.2 SARAN ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(14)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi kimia buah manggis dalam 100 gram buah yang dapat dikonsumsi ... 5

Tabel 2. Persyaratan mutu buah manggis ... 6

Tabel 3. Produksi manggis di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2004 -2008 (ton) ... 7

Tabel 4. Resume penelitian terdahulu ... 14

Tabel 5. Jumlah tanaman dan produksi manggis daerah sentra di Kabupaten Bogor ... 25

Tabel 6. Bulan panen di daerah sentra manggis Kabupaten Bogor ... 25

Tabel 7. Indeks kematangan manggis ... 27

Tabel 8. Bobot krtiteria penentuan produk prospektif ... 51

Tabel 9. Kriteria ketersediaan bahan baku ... 52

Tabel 10. Kriteria potensi pasar ... 52

Tabel 11. Kriteria penguasaan teknologi proses ... 52

Tabel 12. Kriteria kebijakan pemerintah ... 52

Tabel 13. Kriteria nilai tambah produk ... 52

Tabel 14. Hasil penilaian produk prospektif ... 53

Tabel 15. Hasil penilaian produk dengan metode MPE ... 53

Tabel 16. Parameter penilaian untuk kriteria kemudahan akses bahan baku ... 54

Tabel 17. Parameter penilaian untuk kriteria kondisi infrastuktur ... 55

Tabel 18. Parameter penilaian untuk kriteria ketersediaan sarana utilitas ... 55

Tabel 19. Parameter penilaian untuk kriteria kemudahan akses bahan penunjang ... 55

Tabel 20. Parameter penilaian untuk kriteria ketersediaan tenaga kerja ... 56

Tabel 21. Parameter penilaian untuk kriteria kondisi sosial budaya ... 56

Tabel 22. Parameter penilaian untuk kriteria kemudahan akses pemasaran ... 56

Tabel 23. Hasil peniaian lokasi dengan MPE... 57

Tabel 24. Hasil perhitungan parameter kelayakan finansial usaha budidaya manggis dengan tiga skenario ... 58

Tabel 25. Hasil perhitungan parameter kelayakan finansial agroindustri manggis dengan tiga skenario ... 62

Tabel 26. Hasil perhitungan pada analisis faktor (level 2) ... 64

Tabel 27. Hasil perhitungan pada analisis tujuan (level 3) ... 65

Tabel 28. Hasil perhitungan pada analisis tujuan (level 4) ... 65

(15)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. a. Pohon manggis b. Buah manggis... 4

Gambar 2. Pohon industri manggis (Utami 2008)... 8

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan sirup manggis (Iswari et al. 2007) ... 9

Gambar 4. Diagram alir proses ekstraksi xanthone dari kulit manggis (Pebriyanthi 2010) ... 10

Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan dodol manggis... 11

Gambar 6. Struktur dasar sistem penunjang keputusan (Eriyatno 1999) ... 12

Gambar 7. Kerangka pemikiran model sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis ... 21

Gambar 8. Kulit buah dan daging buah manggis ... 28

Gambar 9. Mesin ektraktor buah... 29

Gambar 10. Diagram alir proses pembuatan sirup xanthone manggis ... 29

Gambar 11. Produk xanthone manggis ... 30

Gambar 12. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem ... 31

Gambar 13. Diagram sebab akibat perencanaan pengembangan agroindustri manggis ... 34

Gambar 14. Diagram input output sistem perencanaan pengembangan agroindustri manggis .. 35

Gambar 15. Konfigurasi sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis di Kabupaten Bogor ... 37

Gambar 16. Diagram alir deskriptif model sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis ... 38

Gambar 17. Diagram alir data level 0 (diagram konteks mangosteen) ... 40

Gambar 18. Diagram aliran data level 1 ... 41

Gambar 19. Diagram alir model penentuan produk prospektif ... 44

Gambar 20. Diagram alir model penentuan lokasi unggulan ... 45

Gambar 21. Diagram alir model kelayakan investasi ... 46

Gambar 22. Diagram alir model penentuan strategi pengembangan agroindustri manggis ... 47

Gambar 23. Tampilan login mangosteen ... 49

Gambar 24. Tampilan menu utama mangosteen ... 49

Gambar 25. Tampilan basis data statis mangosteen ... 50

Gambar 26. Tampilan basis data dinamis mangosteen ... 50

Gambar 27. Tampilan sub model penentuan produk prospektif. ... 53

Gambar 28. Tampilan sub model penentuan lokasi unggulan ... 57

Gambar 29 Tampilan sub model analisis sentra produksi. ... 60

Gambar 30. Tampilan input sub model kelayakan finansial agroindustri ... 61

(16)

vii

Halaman

(17)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Petunjuk Instalasi dan Pemakaian Program mangosteen 1.0 ... 76

Lampiran 2. Peta sebaran daerah sentra produksi manggis di Kabupaten Bogor... 81

Lampiran 3. Hasil penilaian pakar terhadap kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi agroindustri pengolahan manggis ... 82

Lampiran 4. Jarak lokasi dengan sumber bahan baku ... 83

Lampiran 5. Data kuantitatif Kabupaten Bogor untuk kriteria pemilihan lokasi ... 84

Lampiran 6. Hasil perhitungan MPE pada sub model penentuan lokasi unggulan ... 85

Lampiran 7. Biaya investasi budidaya manggis ... 86

Lampiran 8. Biaya operasional budidaya manggis... 87

Lampiran 9. Proyeksi laba rugi budidaya manggis ... 88

Lampiran 10. Kriteria kelayakan investasi budidaya manggis ... 89

Lampiran 11. Data sentra produksi manggis beserta bulan panennya ... 90

Lampiran 12. Kuisioner AHP penentuan strategi pengembangan agroindustri ... 91

Lampiran 13. Verifikasi perhitungan AHP ... 99

Lampiran 14. Biaya investasi agroindustri xanthone manggis ... 101

Lampiran 15. Biaya operasional agroindustri xanthone manggis ... 103

Lampiran 16. Proyeksi laba rugi agroindustri xanthone manggis ... 104

Lampiran 17. Proyeksi arus kas agroindustri xanthone manggis ... 105

(18)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Komoditas holtikultura selama ini dipandang sebagai salah satu komoditas yang memiliki potensi pasar yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukan oleh rata-rata jumlah produksi dan tingkat ekspor yang semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu komoditas yang menunjukan kinerja ekspor yang terus membaik adalah manggis. Manggis merupakan salah satu komoditas buah-buah holtikultura yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan nilai gizi yang tidak kalah penting dibandingkan dengan buah yang lainnya. Manggis memiliki prospek pengembangan yang cukup menjanjikan. Selain banyaknya sentra penanaman komoditas manggis di Indonesia, komoditas ini juga mempunyai peluang pasar ekspor yang terbuka luas, di samping itu komoditas manggis juga memiliki prospek yang baik dari segi produk olahannya.

Selama bertahun-tahun manggis menjadi salah satu komoditas yang diekspor ke berbagai negara di dunia. Volume ekspor buah manggis sepanjang Januari dan Februari 2010 meningkat signifikan dan nyaris menyamai volume ekspor sepanjang tahun 2009. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS 2010) , ekspor manggis periode Januari dan Februari 2010 mencapai 8.225 ton meningkat 91% dibandingkan volume ekspor Januari- Februari 2009 yang hanya 4.285 ton. Sementara nilainya meningkat 120% dari US$ 2.781.712 di Januari-Februari 2010 menjadi US$ 6.310.272. kinerja ekspor manggis tersebut mendekati realisasi ekspor sepanjang 2009 yang volumenya 9.987 ton dengan nilai US$ 6.451.923. Data ini menunjukan komoditas manggis merupakan salah komoditas yang prospektif serta berdaya saing dilihat dari segi bahan baku serta tingkat produksi dan ekspornya di dunia.

Selain dipasarkan dalam bentuk segar, manggis juga telah banyak dikonsumsi dalam bentuk produk olahan. Produk olahan yang manggis dapat berupa dodol manggis, sirup manggis, puree

manggis, xanthone manggis, jus manggis dan sebagainya. Permintaan akan manggis dalam bentuk olahan maupun produk olahan terus meningkat. Jumlah ekspor manggis yang besar hingga saat ini belum juga memenuhi permintaan pasar. Masih banyak manggis yang belum memenuhi standar untuk dapat diekspor, sehingga perlu penanganan lebih lanjut untuk menangani masalah tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk memanfaatkan potensi manggis ialah dengan mengembangkan agroindustri pengolahan komoditas manggis. Dengan demikian manggis akan lebih memiliki nilai tambah serta memiliki daya saing untuk masuk ke pasar.

(19)

2

Melihat kondisi tersebut maka diperlukan suatu sistem yang terencana dan terintegrasi untuk merencanakan pengembangan agroindustri pengolahan manggis secara cepat dan tepat yang dapat menciptakan kesinergisan antar pihak-pihak yang terlibat sehingga akan tercipta pembangunan agroindustri yang berkelanjutan yang dapat menguntungkan berbagai pihak.

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah penghasil manggis yang terletak Jawa Barat memiliki potensi pengembangan komoditas yang cukup baik. Selain didukung oleh agroekosistem Kabupaten Bogor yang cocok untuk budidaya komoditas manggis, Kabupaten Bogor juga menjadi daerah yang cukup stategis untuk mendirikan sebuah industri karena memiliki akses pemasaran yang dekat ke ibukota dan berbagai daerah lainnya. Pada tahun 2003, departemen pertanian juga telah menetapkan manggis sebagai salah satu komoditas unggulan nasional Kabupaten Bogor sehingga meningkatkan potensi Kabupaten Bogor untuk menjadi lokasi pendirian industri pengolahan manggis.

Dalam kegiatan perencanaan, penggunaan perangkat lunak seringkali dapat memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan secara tepat, cepat dan efisien sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Oleh karena itu, pengembangan suatu rekayasa pengembangan model sistem penunjang keputusan akan dapat membantu para pengambil keputusan (decision maker) dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan pengembangan agroindustri pengolahan manggis.

Menurut Eriyatno (1999) sistem penunjang keputusan adalah konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pemakainya. Sistem penunjang keputusan dimaksudkan untuk memaparkan secara rinci elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan.

Sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agorindustri komoditas manggis ini akan membantu penggunanya yakni para pengambil keputusan khususnya Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mengetahui strategi dan langkah tepat yang dapat dilakukan untuk merencanakan serta mengembangkan agroindustri maupun agribisnis manggis. Selain itu, model ini diharapkan mampu menganalisa dan mengintegrasikan faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam membuat suatu perencanaan untuk pengembangan agroindustri serta mampu mengakomodasi semua informasi yang berkaitan dengan komoditi manggis dan produk olahannya yang dibutuhkan oleh pengguna.

1.2

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mempelajari faktor-faktor dan parameter yang mempengaruhi desain sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri pengolahan manggis.

2) Merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri pengolahan manggis dengan mengaplikasikan dalam bentuk program.

3) Merekomendasikan strategi perencanaan dan pengembangan agroindustri pengolahan manggis, khususnya kepada calon pengusaha agroindustri manggis dan Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai upaya konstruktif mendukung pembangunan wilayah.

(20)

3

1.3

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah melakukan pembuatan sistem penunjang keputusan dalam proses pengambilan keputusan mengenai perencanaan pengembangan agroindustri manggis. Analisis yang dilakukan mencakup analisis penentuan produk prospektif, analisis penentuan lokasi unggulan, analisis pendekatan sentra produksi manggis serta analisis kelayakan finansial budidaya dan analisis kelayakan finansial agroindustri manggis serta perumusan strategi pengembangan agroindustri manggis.

Verifikasi model ini akan dilakukan terhadap data wilayah Kabupaten Bogor. Sistem penunjang keputusan ini dapat digunakan oleh para pengambil keputusan seperti pemerintah ataupun pihak swasta. Masukan data berasal dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian dan Kehutanan, Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT), IPB serta instasi lain yang dapat membantu untuk ketersediaan data.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tak langsung dalam pengembangan agroindustri komoditas manggis yang mencakup beberapa aspek. Manfaat penelitian ini diantaranya:

1) Memberikan data dan informasi pengolahan komoditas manggis dalan rangka meningkatkan nilai tambah komoditas manggis yang bermanfaat untuk pengembangan agroindustri manggis

(21)

4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

MANGGIS

2.1.1

Karakteristik dan Morfologi Tanaman Manggis

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter dengan buah berwarna merah keunguan ketika matang meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Guttiferae Genus : Garcinia

Species : Garcinia mangostana L (Anonim 2000)

Manggis (Garcinia mangostana Linn) termasuk tanaman tahunan yang masa hidupnya mencapai puluhan tahun. Susunan tubuh tanaman manggis terdiri atas organ vegetatif yang meliputi akar, batang dan daun yang berfungsi sebagai alat pengambi, pengangkut, pengolah, pengedar dan penyimpan makanan, serta organ generatif yang meliputi bunga, buah dan dan biji (Rukmana 1995). Pohon manggis dapat mencapai ketinggian 25 m. Tanaman ini mempuyai akar tunggang dengan beberapa rambut akar, dengan lebar tajuk mencapai 12 m. Permukaan batang tidak rata dan berwarna kecoklatan. Semua bagian tanaman akan mengeluarkan getah kuning bila dilukai (Reza dan Wijaya 2000).

(a) (b)

Gambar 1. (a) pohon manggis; (b) buah manggis

(22)

5

Buah manggis berbentuk bulat, sewaktu muda warnanya hijau muda dan setelah tua berwarna ungu merah kehitaman. Buah berwarna hijau muda dan bercak ungu sudah dapat dipanen. Buah masak beratnya berkisar antara 30-140 gr, tebal kulit sekitar 5 mm, getah berwarna kuning, warna petal merah dan stigma halus dengan diameter 8-12 mm. Daging buah manggis bersegmen-segmen yang jumlahnya berkisar antara 5-8 bersegmen-segmen. Daging buah manggis berwarna putih dan bertekstur halus setiap segmen daging mengandung biji yang berukuran besar.

Buah manggis mengandung kalori dan kadar air yang cukup tinggi. Secara tradisional buah manggis dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Buah manggis dapat tetap segar bila disimpan dalam ruangan atau tempat yang dingin. Pada kondisi ruangan bersuhu 4-6 oC dapat tetap segar sampai 49 hari, sedangkan pada suhu 9-12 oC hanya tahan sampai 33 hari (Satuhu 1997).

2.1.2

Syarat Tumbuh

Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik basah, sering ditemukan tumbuh bersama dengan tanaman durian. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m di atas permukaan laut (dpl), suhu optimal berkisar antara 22-23 oC dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun dan kelembaban 80 persen.

Jenis tanah ideal adalah latosol dan andosol, berdrainase baik, memilki pH 5,0-7,0 dengan kedalaman lapisan oleh tanah 50-200 cm. Daun dan buah manggis tahan terhadap sinar matahari, namun tanaman ini memerlukan naungan pada saat masih kecil. Naungan dikurangi seiring dengan semakin besarnya tanaman. Tanaman manggis cocok untuk ditumpangsarikan dengan tanaman buah-buahan lainnya (Rukmana 1995).

2.1.3

Kandungan Kimia Manggis

Komponen terbesar dari buah manggis adalah air, yaitu 83%. Kalori yang dihasilkan oleh 100 gram buah manggis dapat dimakan adalah 63%, yang sebagian besar berasal dari karbohidrat yang dikandungnya. Komponen protein dan lemak yang dikandung sangat kecil, demikian pula kandungan vitaminnya. Buah manggis tidak mengandung vitamin A, tetapi mengandung vitamin B1 dan vitamin C. Oleh karena itu, buah ini tidak dapat dijadikan sumber vitamin yang potensial (Qanytah 2004). Komposisi kimia manggis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia buah manggis dalam 100 gram buah yang dapat dikonsumsi. Komponen gizi Unit Jumlah

(23)

6

2.1.4

Syarat Mutu Manggis

Tingkat mutu dan kualitas buah manggis selama ini belum optimal. Keseragaman ukuran dan tingkat kematangan buah masih sulit dicapai. Masih diperlukan adanya peningkatan produktivitas serta teknologi budidaya untuk menghasilkan buah manggis yang memiliki mutu yang optimal. Salah satu kebijakan yang dilakukan saat itu untuk melindungi kepentingan konsumen dan meningkatkan daya saing dalam hal mutu yaitu menerapkan standar buah manggis. Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01 – 3211 – 1992. Berdasarkan SNI 01 – 3211 – 1992 mutu manggis segar dikelompokkan atas 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II. Adapun klasifikasi dan standar mutu manggis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan mutu buah manggis

Jenis Uji Satuan Persyaratan

Mutu Super Mutu I Mutu II

Keseragaman - Seragam Seragam Seragam

Diameter mm >65 55-65 <55 Buah cacat atau busuk

(jumlah/jumlah) % 0 0 0

Tangkai atau kelopak - Utuh Utuh Utuh

Kadar kotoran (b/b) % 0 0 0

Serangga - Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Warna daging buah - Putih bersih khas manggis

Putih bersih khas manggis

Putih bersih khas manggis

Sumber : Standar Nasional Indonesia (1992)

2.1.5

Penyebaran Tanaman Manggis

(24)

7

Tabel 3. Produksi manggis di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2004-2008 (ton)

Provinsi Tahun

Sumber: Statistik Pertanian 2009

2.2

AGROINDUTRI MANGGIS

Manggis atau mangosteen (Garcinia mangostana L) merupakan tanaman yang hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan, mulai dari daging buah, kulit luar, daun, batang hingga akar. Selama ini manggis kebanyakan hanya dikonsumsi dalam bentuk segar tanpa adanya pengolahan terhadap buah manggis, padahal manggis memiliki banyak memliki manfaat dari segi ekonomi maupun dari segi kesehatan bila diolah dengan baik.

Manggis sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena diketahui mengandung xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin C. Sebuah penelitian di Singapura menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan durian. Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis, karena itu manggis di dunia diberikan julukan ”Queen of Fruit” atau si ratu buah (Iswari dan Sudaryono 2007)

(25)

8

Gambar 2. Pohon Industri Manggis (Utami 2008)

Hampir seluruh bagian tanaman manggis dapat dimanfaatkan untuk dijadikan menjadi berbagai macam produk seperti produk pangan, bahan kosmetik, bahan bangunan dan bahan kompos. Tanaman manggis yang sudah tidak produktif dapat menghasilkan kayu yang dapat digunakan untuk bahan bangunan. Namun hal ini bukan menjadi alternatif utama mengingat masa produksinya yang sangat lama. Bagian utama dari tanaman manggis yang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan produk olahan yaitu berasal dari buah manggis yang terdiri dari daging buah,dan kulit buah. Bahan-bahan tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti xanthone, puree, sirup, jeli, selai dan sebagainya. Produk olahan diharapkan mampu memberikan nilai tambah yang besar bagi komoditas manggis (Utami 2008). Berikut ini merupakan proses pengolahan dari beberapa produk olahan manggis.

2.2.1

Sirup Manggis

(26)

9

Pencucian

Pembelahan

Pemisahan

Blanching pada suhu80 oC (t= 3 menit)

Pulper

Penyaringan

Mixing

Pemasakan

Pasteurisasi

Pembotolan Buah Manggis Segar

Bubur Buah

Sirup Manggis

Kulit Buah

Daging buah dan Biji

Air 50%, Ekstrak Kulit Buah 20%,

Gula dan Maltodekstrin

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan sirup manggis (Iswari et al. 2007)

2.2.2

Xanthone Manggis

Xanthone adalah senyawa organik dengan rumus molekul dasar C13H8O2. Turunan senyawa

xanthone banyak terdapat di alam dan berdasarkan penelitian telah terbukti memiliki aktivitas

(27)

10

Gambar 4. Diagram alir ektraksi xanthone dari kulit buah manggis (Pebriyanthi 2010)

2.2.3

Puree

Manggis

Puree adalah bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang sudah diolah menjadi bubur buah. Puree dapat diolah kembali menjadiproduk olahan yang diinginkan. Banyak negara diluar negeri mengirimkan puree manggis yang berasal dari Asia Tenggara khususnya Indonesia, karena manggis dari Indonesia mempunyai rasa yang khas dengan kesegaran yang khas juga. Oleh karena itu hal ini merupakan peluang bisnis bagi petani ataupun kelompok usaha pengolahan ataupun investor dalam membangun industri puree manggis (Iswari dan Sudaryono 2007).

2.2.4

Dodol Manggis

Dodol adalah makanan berupa gel yang terbuat dari campuran bahan beras pati, gula dan bahan pengisi lainnya yang biasanya berupa buah. Kebanyakan dodol masih diolah secara tradisional dan masih menggunakan teknologi yang sederhana. Pada proses pembuatan dodol manggis, bahan yang digunakan ialah daging buah beserta bijinya. Biji memiliki tekstur keras sehingga biji harus direbus selama 10 menit agar lunak dan mudah dihancurkan saat akan dicampurkan dengan adonan dodol (Paramawati 2010). Diagram alir proses pembuatan dodol manggis dapat dilihat pada Gambar 5.

Ekstrak xanthone Maserasi pada suhu kamar (20-25 oC)

t = 24 jam Penghancuran

Ekstraksi dengan pelarut ethanol 70% dan air (1:2 b/v)

Penyaringan Ampas Buah manggis segar

Kulit Buah Pencucian

Pemisahan

Pemisahan

Daging Buah

Kulit Luar

(28)

11

Gula Pasir, Vanili Tepung Ketan Kelapa

Daging buah beserta biji

Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan dodol manggis (Paramawati 2010)

2.3

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Menurut Eriyatno (1999) sistem penunjang keputusan adalah konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pemakainya. Sistem penunjang keputusan dimaksudkan untuk memaparkan secara rinci elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan yaitu:

1) Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan 2) Adanya dukungan menyeluruh (holistic) dari keputusan bertahap ganda

3) Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen dan intelegensia buatan

4) Mempunyai kemampuan aditif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju suatu sistem yang lebih bermanfaat

Eriyatno (1999) melanjutkan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan selanjutnya mampu mengintegrasi berbagai disiplin ilmu melalui pendekatan sistem. Penggunaan sisitem penunjang keputusan seyogyanya ditunjang oleh berbagai studi lapangan dan penelitian kasus, guna menelusuri validitas input dan parameter-parameternya. Menurut Keen dan Morton (1978), sistem penunjang keputusan adalah suatu sistem berbasis komputer-interaktif yang memudahkan pemecahan masalah dari permasalahan-permasalahan keputusan yang semi terstruktur dan tidak terstruktur.

(29)

12

Landasan utama dalam pengembangan sistem penunjang keputusan untuk modal manajemen adalah konsepsi model. Menurut Eriyatno (1999) model adalah abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual dunia. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Oleh karena itu model adalah suatu abtraksi dari realitas, maka dalam perwujudannya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri. Model dapat dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Secara umum model dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu model ikonik, model analog dan model simbolik atau model matematik. Konsepsi model ini diperlukan untuk menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan, yaitu: (1) pengembilan keputusan atau pengguna, (2) model dan (3) data. Hubungan antara komponen-komponen tersebut dapat dilihat di Gambar 6.

Gambar 6. Struktur dasar sistem penunjang keputusan (Eriyatno 1999)

Menurut Marimin (2004) sistem penunjang keputusan terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1) Manajemen Data, termasuk di dalamnya adalah database yang berisi data yang berhubungan

dengan sistem yang diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen basis data.

2) Manajemen Model, yaitu paket perangkat lunak yang terdiri dari model finansial, statistika, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang menyediakan kemampuan sistem analisis.

3) Subsistem Dialog, yaitu subsistem yang menghubungkan pengguna dengan perintah-perintah dalam Sistem Penunjang Keputusan.

Menurut Eriyatno (1999) sistem manajemen dialog adalah sub sistem dari sistem penunjang keputusan yang berkomunikasi langsung dengan pengguna, yakni menerima masukan dan member keluaran. Sistem manajemen basis data harus bersifat interaktif dan luwes dalam arti mudah dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data.

Sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam permodelan sistem penunjang keputusan. Sistem pengolahan problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi sistem penunjang keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima masukan dari ketiga subsistem lainnya dalam bentuk baku serta menyerahkan keluaran ke sub sistem

Data

Pengguna

Model

Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

Sistem Manajemen Basis Model (MBMS)

Sistem Pengolahan Problematik

(30)

13

yang dikehendaki dalam bentuk baku pula. Fungsi utamanya adalah sebagai penyangga untuk menjamin masih adanya keterkaitan antar sub sistem (Eriyatno 1999).

Keen dan morton (1978) menyatakan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan akan bermanfaat bila terdapat kondisi sebagai berikut:

1) Data sangat banyak sehingga sulit untuk memanfaatkannya.

2) Waktu untuk menentukan hasil akhir atau mencapai keputusan terbatas. 3) Diperlukan manipulasi dan komputasi dalam proses pencapaian tujuan.

4) Perlunya penentuan masalah, pengembangan alternatif dan pemilihan solusi berdasarkan akal sehat.

2.4

PENELITIAN TERDAHULU

Hartono (2002) merancang model sistem manajemen pengembangan agroindustri holtikultura di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama SiMPATi 2002, yang tersusun atas pusat pengolahan sistem, Sistem Manajemen Basis Data Statis, Sistem Manajemen Basis Data Dinamis, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Sistem Manajemen Basis Model yang merupakan inti dari SiMPATi 2002 terdiri dari 6 sub model, yaitu sub model pemilihan komoditas unggulan, sub model pemilihan produk unggulan, sub model sistem pakar lokasi unggulan, sub model prakiraan ketersediaan bahan baku, sub model kelayakan finansial agorindustri, dan sub model strategi pengembangan agroindustri holtikultura.

Setiadi (2004) merancang model sistem penunjang keputusan investasi Agroindustri Berbasis Daging Sapi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama BEDSS 1.01. Paket program BEDSS 1.01 dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0. sistem ini memiliki model yang dapat memberikan alternatif keputusan investasi agroindustri berbasis daging sapi yang potensial dan tepat serta memberikan rekomendasi strategi dan alternatif pengembangan agroindustri berbasis daging sapi kepada pemerintah daerah Kabupaten Boyolali.

Susanto (2007) melakukan penelitian mengenai kajian strategi pengembangan agribisnis buah manggis di wilayah agropolitan Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan agribisnis buah manggis serta menyusun alternatif strategi pengembangan agribisnis buah manggis berdasarkan kondisi wilayah. Kajian tersebut diolah dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hierachy Process) Penelitian tersebut menghasilkan urutan prioritas stategi pengembangan yaitu 1) Pengembangan Lembaga Penunjang Agribisnis; 2) Pengembangan Usaha Tani Manggis; 3) Pengembangan Agroindustri/Produk Olahan.

Utami (2008) melakukan penelitian tesis untuk menentukan Strategi Pengembangan Manggis (Garcinia Mangostana L) di Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi biofisik wilayah melalui evaluasi kesesuaian lahan, menganalisis prospek ekonomi pengembangan manggis, menganalisis sistem kelembagaan dan pemasaran manggis dan menyusun strategi pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.

(31)

14

berdasarkan penilaian pakar (expert judgement), model untuk menentukan bagi hasil berdasarkan resiko pembiayaan dan porsi modal, model untuk memprakirakan jumlah penjualan dengan metode regresi linier dan deret waktu, dan model untuk menentukan lokasi agroindutri pepaya gunung.

Susila (2009) merancang model sistem penunjang keputusan perencanaan pembangunan agroindustri berbasis lidah buaya di Kabupaten Bogor. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama AloeDist 1.0. Sistem ini terdiri dari 9 model yang dirancang untuk merencanakan pendirian usaha tani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut merencanakan pendirian usaha tani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut antara lain sub model lokasi usahatani, sub model prakiraan penjualan usahatani, sub model kelayakan finansial usahatani, sub model rencana kebutuhan produksi usahatani, sub model teknologi pengolahan, sub model lokasi agroindustri, sub model prakiraan penjualan agroindustri, sub model kelayakan finansial agroindustri, dan sub model rencana kebutuhan produksi agroindustri.

Tabel 4. Resume penelitian terdahulu

No.

Nama Pengarang dan

Tahun Terbit

Sitasi yang Terkait

SPK Manggis Perencanaan

Agroindustri AHP

Strategi Pengembangan

1. Hartono, 2002 √ √ √ √

2. Setiadi, 2004 √ √ √

3. Susanto, 2007 √ √ √

4. Utami, 2008 √ √ √

5. Erfanto, 2008 √ √

(32)

15

III.

LANDASAN TEORI

3.1

TEKNIK HEURISTIK

Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam permasalahan yang dikaji atau dengan kata lain yaitu berupa bentuk pemecahan masalah dengan menggunakan kecerdasan manusia dan ditulis dengan program komputer.

Eriyatno (1999) berpendapat bahwa teknik heuristik merupakan pengembangan dari operasi aritmatika dan matematika logika. Ciri-ciri teknik heuristik secara umum yaitu:

1) Adanya operasi aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian 2) Adanya suatu perhitungan bertahap

3) Mempunyai tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya. Lebih lanjut lagi Eriyatno (1999) menyebutkan bahwa karakteristik teknik heuristik adalah:

1) Meringkas ruang lingkup keputusan sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.

2) Banyak masalah yang kompleks, walaupun esensi permasalahan dapat diformulasikan secara sistematis.

3) Perencanaan kebijakan strategis manajemen demikian sulit dihitung dan sangat rumit sehingga tidak dapat ditangkap dengan model matematik.

Pada teknik heuristik, tidak ada suatu model yang baku sehingga setiap pemasalahan menggunakan teknik heuristik yang spesifik. Teknik heuristik tidak menjamin penyelesaian permasalahan yang optimal, tapi dapat memberikan pemecahan yang memuaskan bagi pengambil keputusan (Eriyatno 1999).

3.2

METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

Metode perbandingan eksponensial merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan dari beberapa alternatif keputusan dengan kriteria majemuk. Metode ini dikembangkan dengan cara merubah penilaian kualitatif yang berasal dari subyektifitas dari pengambil keputusan menjadi nilai kuantitatif (Manning 1984).

(33)

16

Manning (1984) melanjutkan bahwa tahapan dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial adalah:

1) Menyusun alternatif keputusan yang akan dipilih.

2) Menentukan kriteria atau pertimbangan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi 3) Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria 4) Melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria

5) Menghitung nilai atau skor alternatif

6) Menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan kepada skor atau nilai total masing-masing alternatif.

Formulasi pehitungan skor untuk setiap alternatif dalam metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut:

Skori = nilai skor dari alternatif ke-i

Nilai ij = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j

Kritj = tingkat kepentingan kriteria ke-j

i = 1,2,3,….,n : jumlah alternatif j = 1,2,3,….,n : jumlah kriteria

Penentuan urutan prioritas keputusan dilakukan dengan cara mengurutkan nilai skor dari alternatif yang terbesar sampai dengan alternatif yang terkecil.

3.3

METODE AHP (

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

)

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu pendekatan analisis yang bertujuan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur. Analisis ini biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur (kuantitatif), maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat (judgement), AHP banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria. Perencanaan, alokasi, sumberdaya, dan penentuan prioritas dari strategi yang dimiliki pihak yang terlibat (aktor) dalam situasi konflik (Saaty 1993).

AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Semua elemen dikelompokan secara logika dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis (Marimin 2004).

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin 2004).

(34)

17

Tahap terpenting dalam analisis pendapat adalah penilaian dengan teknik komparasi berpasangan (pairwase comparation) terhadap elemen-elemen keputusan pada suatu tingkat hierarki keputusan. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan nilai skala pengukuran yang dapat membedakan setiap pendapat serta mempunyai keteraturan, sehingga memudahkan proses transformasi dalam perhitungan matematis dari bentuk pendapat (kualitatif) ke dalam bentuk nilai angka (kuantitatif). Tingkat kesahihan (validitas) pendapat bergantung pada konsistensi dan akurasi pendapat. Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai rasio konsistensi pendapat cukup tinggi. Namun demikian, penggunaan revisi pendapat ini sangat terbatas guna mencegah terjadinya penyimpangan dari jawaban sebenarnya (Saaty 1993).

3.4

METODE PENGURUTAN (

SORTING

)

Pengurutan (sorting) diartikan sebagai proses penyusunan kembali sekumpulan objek ke dalam urutan tertentu. Tujuan pengurutan ialah untuk mendapatkan kemudahan dalam pencarian anggota dari suatu himpunan disamping dapat mempercepat mengetahui data terbesar dan terkecil (Ardhi 2010)

Menurut Fauzi (2011) metode sorting yang berkembang hingga saat ini antara lain:

1) Buble sort merupakan metode pengurutan yang paling lambar daripada metode pengurutan lainnya karena metode ini melakukan pengurutan dengan cara membandingkan 1 elemen dengn yang lain selama 2 kali looping. Namun, metode ini merupakan metode yang paling mudah digunakan daripada metode yang lainnya

2) Selection sort yaitu pengurutan dengan cara menyeleksi elemen – elemen ada dalam suatu array. Terdapat 2 kali looping dalam metode ini, loop yang pertama melakukan seleksi terhadap elemen awal. Loop kedua melakukan seleksi terhadap elemen kedua lalu membandingkan antara kedua

loop tersebut

3) Insertion Sort, disebut- sebut sebagai metode pertengahan. Artinya, metode ini memiliki kecepatan rata- rata antara metode primitif (buble dan selection) dan modern (merge dan quick). Metode ini didasarkan pada sebuah key yang diambil pada elemen ke-2 pada sebuah array, lalu menyisipkan elemen tersebut jika branching terpenuhi

4) Merge Sort merupakan algoritma sorting yang sudah menerapkan teknik rekursif. Metode ini bisa dibilang cukup sulit dan membutuhkan pemikiran yang agak berat. Namun, kecepatan yang dihasilkan jauh melebihi metode primitif

5) Quick Sort, Inilah metode sorting yang tercepat diantara metode 5 metode sorting yang paling umum digunakan. Selain menerapkan teknik rekursif devide dan conquer, Teknik ini juga didasarkan pada pivot yang menjadi kunci perbandingan.

3.5

KRITERIA INVESTASI

(35)

18

3.5.1

Net Present Value

(NPV)

Net Present Value adalah selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV tersebut sebagai berikut:

( )

Bt = Total pendapatan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp) Ct = Total biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp) i = tingkat suku bunga yang digunakan (%)

t = umur proyek n = jumlah tahun

terdapat tiga kemungkinan nilai NPV yang akan dihasilkan, yaitu:

1) NPV > 0, hal ini mengartikan bahwa proyek tersebut dianggap layak untuk dijalankan 2) NPV = 0, hal ini mengartikan bahwa proyek tersebut tidak untuk tetapi juga tidak rugi

3) NPV < 0, hal ini mengartikan bahwa proyek tersebut dianggap tidak layak untuk dijalankan karena tidak menguntungkan

3.5.2

Benefit Cost Ratio

(B/C

ratio

)

Benefit Cost Ratio (B/C ratio) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present value yang negatif (sebagai penyebut). Secara umum rumusnya adalah :

( )

Keterangan: Bt = Total pendapatan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp) Ct = Total biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp) i = tingkat suku bunga yang digunakan (%)

t = umur proyek n = jumlah tahun

3.5.3

Break Even Point (BEP)

(36)

19

BEP (Rupiah) = TFC + VC

Q

BEP (Jumlah Produksi) = TFC P - VC

Keterangan : TFC = Total biaya tetap VC = Biaya variable per unit P = Harga produk per unit

Q = Jumlah produk yang dihasilkan

3.5.4

Pay Back Period

(PBP)

Pay Back Period (PBP) adalah suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar 2007). Dengan kata lain adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal dimana kriteria keputusan yang diambil berdasarkan kriteria waktu. Semakin cepat tingkat pengembalian investasi, maka bisnis ini dinilai semakin baik untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung PBP adalah:

Keterangan:

NPV1 = nilai NPV kumulatif negatif NPV2 = Nilai NPV kumulatif positif

t1 = tahun umur proyek yang memiliki nilai NPV kumulatif negatif

t2 = tahun umur proyek yang memiliki nilai NPV kumulatif positif

3.5.5

Analisis Sensitivitas

Nilai NPV, B/C Ratio, BEP dan PBP dalam analisis finansial dan ekonomi dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji sejauh mana perubahan-perubahan unsur dalam aspek finansial dan ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan suatu unsur harga pada saat pelaksanaan proyek. Melalui analisis ini dapat diketahui seberapa jauh proyek tetap layak jika terjadi perubahan-perubahan terhadap parameter-parameter tertentu, misalnya kenaikan biaya bahan baku dan bahan penunjang, serta penurunan harga jual (Gray

et.al 1992)

PBP = t2 +

NPV2 (t2 –t1)

(37)

20

IV.

METODOLOGI

4.1

KERANGKA PEMIKIRAN

Manggis merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memiliki potensi yang begitu besar. Hal ini dapat dilihat dari sentra produksi manggis yang tersebar hampir di seluruh indonesia mulai dari pulau sumatra hingga nusa tenggara dengan jumlah produksi total mencapai 112.722 ton pada tahun 2007.

Namun demikian masih banyak permasalahan-permasalahan manggis yang perlu ditangani. Manggis di Indonesia masih memiliki produktivitas yang rendah. Rata-rata produktivitas manggis di Indonesia berkisar antara 30 – 50 kg/ pohon, padahal produktivitas manggis di Malaysia dan India mencapai 200 – 300 kg/pohon. Selain itu kualitas manggis Indonesia secara keseluruhan juga masih rendah. Sesuai data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan, rata-rata kualitas buah manggis yang memenuhi standar ekspor hanya kurang dari 20 persen dari total produksi setiap tahunnya sedangkan sisanya merupakan buah dengan kualitas rendah.

Melihat permasalahan yang ada maka perlu adanya sebuah pengembangan komoditas manggis untuk meningkatkan daya saing komoditas manggis di dunia internasional. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan agroindustri manggis dengan mengolah manggis menjadi berbagai macam produk olahan.

Pengembangan produk olahan manggis diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang tinggi. Proses pengolahan manggis menjadi produk olahan ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk didirikannya industri skala menengah sampai skala besar karena produk olahan manggis memiliki nilai tambah yang besar bila diolah dengan baik dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan pendapatan petani, maupun elemen-elemen yang terkait di dalamnya. Peluang ini masih terbuka lebar bagi investor yang berminat menanamkan modalnya pada sektor industri pengolahan manggis ini.

Namun dalam perencanaannya, perlu dilakukan kajian terhadap beberapa aspek yang mempengaruhinya. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan mengembangkan suatu model sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis. Hal ini dilakukan untuk memberikan rekomendasi kepada para pengambil keputusan yang akan terjun dalam agribisnis dan agroindustri manggis.

Rancang bangun model sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindustri manggis ini akan dilakukan pada skala regional di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kabupaten Bogor sebagai salah satu sentra produksi manggis di Indonesia dapat dijadikan salah satu

pilot plant pendirian agroindustri manggis dilihat dari segi lokasi serta potensi yang besar dan jumlah produksi yang tidaklah sedikit.

(38)

21

Permasalahan yang menjadi kajian penelitian ini merupakan permasalahan yang dan melibatkan berbagai kendala dalam perencanaan pengembangan agroindustri manggis. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan sistem yang sistematis untuk membantu memecahkan masalah tersebut. Diagram alir kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

Mulai

Studi Pustaka

Identifikasi potensi manggis di Kabupaten Bogor

Hitung: Net B/C, IRR, NPV, PBP

Kelayakan Pengembangan

Model Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan

Agroindustri Manggis Tidak

Analisis Sentra Produksi

(39)

22

4.2

TAHAPAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain sebagai berikut:

1) Tahap pendahuluan, meliputi studi pustaka mengenai tanaman manggis, teknologi budidaya dan pengolahan hasil panen, profil Kabupaten Bogor, data profil manggis Kabupaten Bogor, agroindustri pengolahan manggis, sentra produksi manggis serta pola pembiayaan.

2) Analisis situasional dilakukan melalui observasi lapang pada sentra budidaya manggis, industri pengolahan serta melakukan penulusuran data untuk melengkapi data penunjang.

3) Tahap pengembangan model yang dilakukan melalui pendekatan sistem, mencakup analisis kebutuhan, perumusan masalah dan identifikasi sistem.

4) Tahap desain model, terdiri dari (1) sub model penentuan produk prospektif, (2) sub model penentuan lokasi unggulan, (3) sub model analisis kelayakan finansial budidaya, (4) sub model analisis kelayakan finansial agroindustri, (5) sub model analisis sentra produksi, (6) sub model strategi pengembangan agroindustri.

5) Tahap rancang bangun model evaluasi perencanaan pengembangan agroindustri manggis. Tahap ini terdiri dari pembangunan sistem manajemen basis model, manajemen basis data, manajemen pengolahan terpusat dan manajemen dialog. Keluaran dari tahapan ini adalah berupa aplikasi program software komputer untuk model perencanaan pengembangan agroindustri manggis. 6) Verifikasi model dilakukan dengan pengujian menggunakan data aktual yang bertujuan untuk

mengetahui apakah keluaran (output) program telah layak untuk digunakan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.

7) Validasi model untuk mengetahui apakah hasil verifikasi benar atau tidak yakni dengan menggunakan perhitungan manual untuk meyakinkan kebenarannya dan sebagai pembanding.

4.3

METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kebutuhan sistem dan dikelompokan sebagai berikut:

1) Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang budidaya tanaman manggis, agroindustri pengolahan manggis, data profil manggis, strategi pengembangan manggis, serta parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam perencanaan pengembangan agroindustri manggis. Studi Pustaka dilakukan di Perpusatakaan LSI-IPB, PITP-FATETA, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian Kabupaten Bogor, Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT)-IPB, Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP) serta melalui internet dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan pengkajian masalah khusus ini.

2) Observasi lapangan

(40)

23

3) Wawancara

Pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan pakar. Pakar ialah orang-orang yang telah ahli dalam bidang tertentu, dalam hal ini yaitu manggis dan olahannya. Pakar yang diwawancarai antara lain pakar usaha budidaya manggis, pelaku industri pengolahan manggis, akademisi serta serta sumber lain yang masih berkaitan dengan komoditas manggis dan turunannya. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer tentang permasalahan yang ada di lapangan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perumusan strategi pengembangan agroindustri manggis.

4.4

METODE PENGOLAHAN DATA

Metode pengolahan data yang dilakukan dalam Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis meliputi:

1) Penentuan produk olahan prospektif dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).

2) Penentuan lokasi unggulan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). 3) Analisis Sentra Produksi menggunakan metode sorting

4) Penentuan kelayakan finansial usaha budidaya dan agroindustri dengan menggunakan kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Intenal Rate of Return (IRR), B/C Ratio, Break Even Point (BEP), Pay Back Periode (PBP).

5) Strategi Pengembangan Agroindustri Manggis menggunakan Analytical Hierarchy Process

(AHP).

4.5

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

(41)

24

V.

ANALISIS SISTEM

5.1.

ANALISIS SITUASIONAL

5.1.1.

Profil Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan secara geografis terletak pada posisi 6019’ - 6047’ Lintang Selatan dan 10601’-1070103’ Bujur Timur. Luas wilayah berdasarkan data terakhir adalah 2.301,95 Km2. Batas-batas wilayah kabupaten Bogor adalah:

Sebelah Utara : Kota Depok Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tangerang Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta Sebelah Timur Laut : Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur

Berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2005, Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 427 desa/kelurahan, 13.541 RT dan 913.206 rumah tangga. Dari jumlah tersebut 234 desa mempunyai ketinggian sekitar kurang dari 500 m diatas permukaan laut (dpl), 144 desa diantara 500-700 m dan sisanya 49 desa sekitar lebih dari 500 m dpl.

5.1.2.

Potensi Manggis Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pengembangan komoditas manggis yang cukup besar, mengingat potensi pengembangan komoditas manggis cukup luas, didukung oleh agroekosistem Kabupaten Bogor yang cocok untuk budidaya komoditas manggis. Pada tahun 2003, Departemen Pertanian telah menetapkan manggis sebagai ssalah satu komoditas unggulan nasional Kabupaten Bogor.

Berdasarkan data tahun 2006, Kabupaten Bogor memiliki luas sekitar 299.990 Ha, dengan potensi lahan pertanian seluas 151.296 Ha. Pada luas pertanian tersebut, terdapat pertanaman manggis dengan populasi sebanyak 39.674 pohon, tambah tanam 10.137 pohon dan produksi sebesar 3.467 ton buah manggis. Kabupaten Bogor memiliki bebrapa daerah sentra penghasil manggis, antara lain Kecamatan Jasinga, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya dan Kecamatan Nanggung. (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2007). Tabel 5 menunjukkan jumlah tanaman dan produksi manggis di daerah sentra pada tahun 2005, 2006, 2007(sampai Triwulan II).

(42)

25

Tabel 5. Jumlah tanaman dan produksi manggis daerah sentra di Kabupaten Bogor

Kecamatan Jumlah Tanaman Akhir Jumlah Tanaman Produktif Produksi (Ton) 2005 2006 2007*) 2005 2006 2007*) 2005 2006 2007*)

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor *) data sampai (Bulan Juni) 2007

Tabel 6. Bulan panen di daerah sentra manggis Kabupaten Bogor

Kecamatan Bulan Panen Puncak

Panen

Sumber : Profil Manggis Kabupaten Bogor (2007)

5.1.3.

Budidaya Manggis

Analisis situasional budidaya manggis dilakukan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Budidaya tanaman manggis di Kabupaten Bogor sebagian besar dilakukan dengan menggunakan sistem multikultur dan hanya sedikit yang menggunakan sistem monokultur. Pada umumnya, kebun manggis yang ada di Kabupaten Bogor merupakan warisan yang dibudidayakan secara turun menurun sehingga budidayanya belum dilakukan secara intensif. Kebanyakan petani tidak melakukan pemupukan, pengendalian pemberian obat, sanitasi, pemangkasan ranting maupun pembungkusan buah serta mengabaikan cara pemanenan sesuai dengan yang dianjurkan sehingga

Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik basah, sering ditemukan tumbuh bersama dengan tanaman durian. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m di atas permukaan laut (dpl), suhu optimal berkisar antara 22-23 oC dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun dan kelembaban 80 persen.

a. Penanaman

Gambar

Tabel 2. Persyaratan mutu buah manggis
Tabel 3. Produksi manggis di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2004-2008 (ton)
Gambar 2. Pohon Industri Manggis (Utami 2008)
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan sirup manggis (Iswari  et al. 2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait

yaitu jumlah hasil produksi. Walaupun demikian keluaran model yang diperoleh dapat memberikan informasi mengenai alternatif lokasi yang memiliki potensi

[r]

Model ini terdiri dari enam (6) sub model, yaitu Sub Model Pemilihan Komoditas Unggulan, Sub Model Pemilihan Produk Unggulan, Sub Model Sistem pakar Lokasi

Potensi pengembangan kluster ekonomi di Kabupaten Aceh Tengah ini dapat dianalisis dari dukungan sosial budaya, potensi pengembangan sentra produksi komoditas

tzknologi, kesesuaian teknologi, pemilihan komoditas unggulan daerah, pri~ritas teknologi yang akan diterapkan, sistem pemasaran, analisa nilai tambah teknologi, dan

Hasil penelitian menunjukkan strategi pengembangan potensi wilayah agroindustri perkebunan unggulan berada pada kuadran I atau strategi yang dibuat dengan menggunakan seluruh

Permasalahan dan kendala yang dihadapi pengembangan komoditas hortikultura terutama pada sentra-sentra produksi antara lain : pola usaha masih skala kecil dan tersebar,

Pengembangan komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan tanaman hortikultura perlu difokuskan pada wilayah sentra produksi unggulan yang memang memiliki kemampuan dalam menunjang