• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS HIDUP PADA WANITA MENOPAUSE DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KUALITAS HIDUP PADA WANITA MENOPAUSE DI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS HIDUP PADA WANITA MENOPAUSE

DI PUSKESMAS TAMAN BACAAN

PALEMBANG TAHUN 2016

Sri Emilda

Program Studi D IV Kebidanan STIKES Mitra Adiguna Palembang Komplek Kenten Permai Blok J No. 9-12 Bukit Sangkal Palembang 30114

Abstrak

Setiap wanita akan mengalami masa berhentinya haid atau menstruasi yang disebut dengan masa menopause. Banyak wanita yang merasa depresi, perasaan itu muncul pada sebagian wanita saja, ada juga wanita yang merasa biasa saja.Wanita yang seperti ini biasanya mempunyai kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup diartikan sebagai penilaian individual terhadap posisi mereka didalam kehidupannya, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu. Tujuan dilakukannya penelitian ini diketahuinya kualitas hidup pada wanita menopause di Puskesmas Taman Bacaan Palembang. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif, penelitian ini menggunakan alat ukur kuisioner dengan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data. Fokus penelitian berjumlah 3 wanita menopause dan 1 informan ahli. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, semua informan memiliki kualitas hidup yang positif, hal ini terlihat dari gangguan fisik dari semua gejala yang dirasakan, mereka tetap menjaga kesehatannya dengan cara cek kesehatan ke dokter, terapi, cara tradisional, menjaga makanan, konsumsi vitamin, olahraga serta tetap beraktivitas seperti biasanya. Pada aspek psikologis semua informan mengatasi hal-hal yang timbul dengan cara menenangkan pikiran, berfikir postif dan menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah tangga. Dalam hal penampilan, semua informan mengatakan tidak menjadi beban pikiran dengan perubahan yang terjadi, begitu juga aktivitas seksual tidak ada keluhan dan tidak ada yang berubah. Hubungan sosial semua informan berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar rumah yang mendukung dan memberi rasa nyaman. Harapan untuk kesehatan kedepannya, ketiga informan ingin tetap dengan kondisi sehat, mereka mensiasati dengan cara jangan terlalu banyak pikiran, makanan tetap dijaga, melakukan olahraga, ikut aktivitas diluar rumah, mengkonsumsi obat dan vitamin serta

refreshing bersama keluarga. Faktor yang mempengaruhi ketiga informan mempunyai kualitas hidup yang positif yaitu dalam hal mengenali diri sendiri, bersikap optimis dengan tetap melakukan aktivitas seperti biasanya.

Kata kunci : Menopause, Kualitas Hidup, Wanita Refrensi : 32 (2001-2016)

Abstract

(2)

data collection method. The focus of the study amounted to 3 menopausal women and 1 expert informant. Based on the research that has been done, all informants have a positive quality of life, it is seen from the physical disturbance of all the symptoms are felt, they keep their health by way of health checks to doctors, therapy, traditional ways, keeping food, vitamins, sports and keep the activity as usual. In the psychological aspect all informants overcome the things that arise by calming the mind, thinking postif and occupying themselves with housework. In terms of appearance, all informants said not to be a burden to the mind with the changes that occur, so does the sexual activity no complaints and nothing has changed. Social relations all informants interact socially with the environment around the house that supports and gives a sense of comfort. Hope for the health of the future, the three informants want to stay with healthy condition, they anticipate by not too much mind, keep food, do sports, join the activity outside the house, taking drugs and vitamins and refreshing with family. Factors that affect the three informants have a positive quality of life that is in terms of recognizing yourself, be optimistic to keep doing activities as usual.

(3)

PENDAHULUAN

Kehidupan pada dasarnya merupakan serangkaian perkembangan dan kontinu dari lahir sampai mati. Setiap perkembangan mengandung pengertian adanya suatu proses menuju kematangan yang meliputi aspek jasmaniah, rohaniah dan sosial. Bila seoarang individu telah mencapai periode kematangan, baik aspek fisik, psikis maupun sosial yang umumnya dapat dicapai pada usia remaja hingga dewasa, maka periode berikutnya adalah tahap kemantapan dan untuk selanjutnya adalah periode penurunan (Proverawati, 2010).

Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan yang terjadi pada fungsi tubuh manusia. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses menua, karena pada proses ini banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu

fase menopause. Sebelum terjadi fase menopause biasanya didahului dengan fase

pre menopause dimana pada fase pre menopause ini terjadi peralihan dari masa subur menuju masa tidak adanya pembuahan (anovulatoir) (Proverawati, 2010).

Menoupase didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause. Oleh karena itu, tidak jarang seorang wanita takut menghadapi saat menopausenya. Seiring dengan bertambahnya umur, semua fungsi organ tubuh mulai menunjukkan adanya perubahan-perubahan yang signifikan. Salah satunya adalah menurunnya fungsi organ reproduksi yaitu ovarium. Pada usia sekitar 45 tahun terjadi keluhan haid yang mulai

tidak teratur. Biasanya ditandai dengan memendeknya siklus haid dibandingkan dengan siklus haid sebelumnya (Purwoastuti, 2015).

Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, tepatnya umur antara 40-55 tahun. Kondisi ini merupakan suatu akhir proses biologis yang menandai berakhirnya masa subur seorang wanita. Dikatakan menopause bila siklus mensturasinya telah berhenti selama 1 bulan. Berhentinya haid tersebut akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Retnowati, 2001).

Menurut Manuaba (2009), fase menopause pada wanita merupakan waktu terhentinya menstruasi dengan perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol yang berlangsung sekitar 3 - 4 tahun pada usia antara 56-60 tahun. Wanita mengalami perubahan-perubahan hormon utama yang berasosiasi dengan menopause, satu diantaranya adalah penurunan nyata dalam estrogen. Hilangnya estrogen dan progesteron secara progresif selama menopause meningkatkan resiko kesehatan wanita dan akan mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita (McKhann, 2010).

Kualitas hidup merupakan konsep kesehatan multimensi terutama memperlihatkan gejala subjektif yang mempengaruhi perasaan seseorang dan fungsi kesehariannya. Kualitas hidup mencakup beberapa area penting seperti perasaan seseorang, ketidakmampuan melaksanakan tugas, dan fungsi fisik, psikologis dan sosial. Faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut diantaranya, seperti mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis, dan mengembangkan sikap empati (Ghozally, 2005).

(4)

mempengaruhi kelangsungan hidup wanita itu sendiri terkait dengan harapan hidupnya. Jika memiliki kualitas hidup yang baik, maka akan memiliki harapan hidup yang baik pula (Glasier dan Gebbie , 2006).

Pada beberapa wanita, berakhirnya menstruasi terjadi secara mendadak, satu masa menstruasi berakhir dan ia tidak pernah mendapat menstruasi lagi. Bagi wanita lainnya, jarak menstruasinya menjadi tidak teratur, terjadi antara selang waktu tiga minggu hingga beberapa bulan. Apabila satu tahun penuh telah berlalu tanpa mendapat menstruasi, ia dapat dengan yakin menyimpulkan bahwa menopause terjadi saat terakhir kali ia mendapat menstruasi. Dampak dari menopause tersebut dapat menimbulkan gejala-gejala yang di rasakan oleh wanita menopause (Maulana, 2005).

Berdasarkan batasan serta pengelompokan, gejala-gejala pada menopause yang sulit di ketahui. Menopause bukan hanya ditandai oleh berhentinya haid, sejak dulu sudah di tandai oleh keluhan-keluhan fisik, psikis/psikologi, seksualitas dan sosial (Faisal, 2001). Fakta lapangan menemukan bahwa 75 % wanita yang mengalami menopause akan merasakan berbagai masalah atau gangguan ( hot flushes / peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba, sakit kepala, mudah lupa, sulit tidur, rasa semutan pada tangan dan kaki ), sedangkan sekitar 25% lainnya tidak mempermasalahkan (Achadiat, 2003).

Masalah-masalah kesehatan pada usia menopause ada 2 macam yaitu masalah jangka pendek, keluhan terkait dengan psikologis dan fisik. Sedangkan masalah jangka panjang, keluhan terkait pada seluruh sistem tubuh seperti pada muskuloskeletal dan kardiovaskuler. Salah satu masalah kesehatan pada masa menopause yaitu terjadinya keluhan psikologis dimana wanita merasa cemas dan takut ketika telah memasuki masa menopause. Kondisi ini merupakan perubahan alamiah yang akan terjadi pada setiap wanita karena kurang pengetahuan tentang menopause. Wanita cenderung memandang menopause dari sudut negatif. Kondisi ini akan berpengaruh

pada tingkat kecemasannya, dan lebih tinggi dialami oleh wanita usia 48-56 tahun (Retnowati, 2001).

Perubahan psikologis pada wanita menopause dapat berdampak pada keadaan sosial yang dirasakannya, Keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Keadaan sosial yang dirasakan adalah takut kehilangan fungsi dan eksistensi sebagai wanita, takut tidak bisa memuaskan atau melayani suami, takut kehilangan kasih sayang atau suami mencari wanita lain, tidak bisa tampil baik mendampingi suami yang meningkat kariernya, minder ketemu orang, cenderung ingin dirumah saja, merasa hidupnya kini tak mengandung harapan dan dilupakan orang (Faisal, 2001). Banyak keluhan yang di alami seorang wanita pada menopause. Keluhan ini menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada diri seorang wanita, sehingga wanita mempunyai persepsi tidak baik tentang menopause (Dewi, Makiyah, 2005).

(5)

akan mempengaruhi kualitas hidupnya (Kasdu, 2004).

Berdasarkan penelitian Tika Larasati (2012) Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma adalah subjek memiliki kualitas hidup yang positif, tidak merasa murung meratapi keadaan yang telah dialaminya yaitu masa menopause. Hal ini terlihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup subjek dalam hal mengenali diri sendiri yaitu subjek dapat menyelesaikan masalah sendiri, adaptasi misalnya subjek suka berkumpul dengan teman-teman, merasakan penderitaan orang lain subjek sering bercerita tentang keluh kesah antar sesama teman, perasaan kasih sayang keluarga tetap menyayangi subjek seperti sebelumnya, bersikap optimis dengan tetap melakukan aktivitas yang menyenangkannya, mengembangkan sikap empati seperti selalu menolong orang yang mengalami musibah.

Penelitian Dessy Irwienna Putri (2014), hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup cenderung lebih baik pada wanita menopause yang berpendidikan tinggi, berolahraga rutin, tidak memiliki penyakit kronis, dan bergejala menopause ringan. Ditinjau dari domain kualitas hidup, domain fisik cenderung lebih baik pada

wanita menopause yang

menikah,berolahraga rutin dan bergejala menopause ringan. Domain psikologis cenderung lebih baik pada wanita menopause yang berpendidikan tinggi, berolahraga rutin, dan tidak memiliki penyakit kronis. Domain lingkungan cenderung lebih baik pada wanita menopause yang berpendidikan tinggi, berolahraga rutin, dan bergejala menopause ringan. Sedangkan domain sosial cenderung lebih baik pada wanita menopause yang menikah. Berdasarkan dari penelitian ini maka wanita menopause dianjurkan untuk melakukan olahraga rutin sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Jumlah wanita menopause di Asia, menurut data WHO pada tahun 2025 melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa. Depkes RI (2005),

memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata 49 tahun yang mengalami menopause (Septiyani, 2013).

Sindroma menopause sampai saat ini masih dialami oleh wanita dibeberapa negara misalnya di Eropa mencapai 70-80%, Amerika 60%, Malaysia 57%, China 18%, Jepang dan di Indonesia 10%. Perbedaan persentase sindroma menopause disebabkan jumlah estrogen wanita Eropa dan Amerika lebih banyak dibanding wanita Asia (Urnobasuki, 2004).

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah RRC, India dan Amerika serikat, yaitu 237 juta jiwa, dengan 118 juta jiwa berjenis kelamin wanita (BPS, 2010). Menurut proyeksi BPS, jumlah penduduk perempuan berusia di atas 50 tahun adalah 15,9 juta orang, dan pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 60 juta perempuan mengalami menopause (Rachmawati dalam Sumanto, 2009).

(6)

mengikuti perlombaan lansia di tiingkat kota Palembang.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian : penelitian ini bersifat

deskriptif kualitatif. Deskriptif Kualitatif

adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran/deskripsi yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik atau sifat variabel dan kualitatif tidak berhubungan dengan angka (Notoatmodjo, 2005).

Waktu dan Tempat Penelitian : penelitian dilakukan pada tanggal 15 – 20 Oktober 2016 di wilayah Puskesmas Taman Bacaan Palembang.

Fokus Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada wanita menopouse.

Data, dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada partisipan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan mencatat jawaban-jawaban yang diutarakan informan sebagai sumber data primer. Jawaban-jawaban tersebut akan dicatat di buku catatan.

Situasi Sosial

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi situasi sosial. Situasi sosial ini terdiri atas 3 elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2011). Penelitian ini tidak menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari suatu kasus tertentu pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransfer ketempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang diteliti.

Situasi sosial dalam penelitian ini adalah ibu (informan) yang sudah menopause.

Sampel

Selanjutnya menurut Saryono (2011), fokus penelitian kualitatif adalah pada kedalaman dan proses sehingga pada penelitian ini hanya melibatkan jumlah partisipan yang sedikit (sebanyak 3 partisipan). Pada penelitian ini berjumlah 3 wanita menopause dan1informan ahli

obstetric dan ginekologi.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara non-probability sampling yaitu secara purposive sampling, dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiono, 2011).

Dengan kriteria informan sebagai berikut :

a. Perempuan berusia berkisar 45-55 tahun yang sudah masa menopause

b. Berpendidikan SD, SMP, SMA

c. Kooperatif dan bisa diajak berkomunikasi dengan baik

d. Bersedia menjadi informan dalam penelitian.

Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan hasil informasi yang lebih dalam pengelolaan data, peneliti menggunakan content analysis, data atau informasi yang telah diperoleh, dicatat atau direkam dengan menggunakan radio kaset dan buat transkrip, kemudian kedalam matrik dan di dalam matrik data dikelompokkan sesuai dengan tujuan peneliti. Data tersebut kemudian dianalisis secara manual serta disusun untuk alternatif penelitian masalah. Untuk melihat keabsahan informasi dilakukan triangulasi sumber dengan cara melakukan pengecekan ulang terhadap jawaban informasi yang lainnya yang dilaksanakan oleh peneliti sendiri. Selain itu untuk triangulasi metode dilaksanakan wawancara mendalam dan observasi (Sugiyono, 2011).

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

(7)

menopause itu tidak datangnya haid lagi, pada usia 48 tahun. Disebabkan tindakan operasi histerektomi setelah itu tidak datang haid lagi sampai sekarang. Dari wawancara dengan Ny”F” mengatatakan : masa menopause itu berakhirnya kesuburan, masih ada gairah jika masih haid, hilang kegairahan jika tidak haid lagi. Selanjutnya Ny.R mengatakan menopause adalah tidak datang haid lagi. Dari ketiga informan mengatakan bahwa menopause itu tidak datangnya menstruasi lagi. Dari hasil wawancara dengan informan ahli bahwa menopause adalah suatu kondisi yang normal yang terjadi pada wanita seiring dengan bertambahnya usia akan terjadinya suatu keadaan dinamakan menopause, jadi bukan gangguan atau penyakit tapi sering didefiniskan tidak datangnya menstruasi selama 1 tahun pada wanita, terjadi pada usia 45-55 tahun.

Sesuai dengan teori Retnowati (2001) menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasnya terjadi pada usia 45-55 tahun. Kondisi ini merupakan suatu akhir proses biologis yang menandai berakhirnya masa subur seorang wanita, mengalami masa peralihan dari siklus haid yang rutin setiap bulan ke masa menopause dimana terjadinya perubahan-perubahan fisik dan juga psikis pada diri seorang wanita. Pada masa menjelang menopause, estrogen yang dihasilkan semakin turun sampai masa menopause.

Untuk aspek fisik mengalami perubahan misalnya dalam hal kesehataan fisik, Hasil wawancara informan Ny. A mengatakan : dia merasa cepat kelelahan, persendian terasa sakit, bekeringat panas dimalam hari. Ny. F mengatakan dimalam hari susah tidur, banyak keringat dimalam hari, badan sering sakit, nyeri persendian, kaki dan pinggul. Dan Ny.R Ny. R mengalami rematik, susah tidur, mudah kelelahan dan berkeringat panas dan banyak dimalam hari. Ketiga informan (Ny.A, Ny.F dan Ny.R) mengalami perubahan dalam masalah kesehatan seperti cepat kelelahan, persendian terasa sakit, bekeringat dimalam

hari, susah tidur, berkeringat panas. Untuk mengurangi hal tersebut, semua informan melakukan cek kesehatan ke dokter dan mengkonsumsi obat dari dokter dan obat tradisional serta melakukan terapi, selain itu semua informan mengkonsumsi sayuran, buahan serta istirahat.

Menurut Kuncoro ( dalam Atikah 2010), ketika terjadi pre menopause akan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda pada tiap orang, meskipun demikian merupakan gejala yang biasa disebut

sindrom premenopause. Gejalanya seperti

hot flush (perasaan panas dari dada hingga wajah), keringat dimalam hari, insomnia

(susuah tidur), sehingga waktu tidur menjadi kurang, aktifitas saat ini sama tidak berkurang tetap melakukan aktifitas yaitu kegiatan jadi ibu rumah tanggga.

Menurut Atikah (2010), pre menopause merupakan sumber potensial lain pada masalah tidur. Nyeri tiba-tiba atau dikenal dengan hot flush dan perubahan cara bernafas termasuk yang paling banyak dialami kaum wanita disaat pertama kali datang menopause. Kondisi ini cukup mengganggu tidur dan bisa memicu kelelahan disinag hari.Pemeriksaan kesehatan diusahakan secara rutin seperti

pap-test, mammogram, tes kolesterol dan

trylyceride dan screening lainnya. Penting bagi para wanita mulai dari usia 25-64 tahun semua wanita harus melakukan pemeriksaan dasar setiap tahunnya. Yang lebih penting lagi adalah meminum obat-obatan sesuai dengan resep dokter.

(8)

apalagi sudah ada cucu, semakin rutin dan giat dalam ikut kegiatan-kegiatan.

Sedangkan informan kedua (Ny.F) mengatakan malas untuk beraktivitas jika timbul rasa pegal-pegal dibadan. Menurut Suparyo (2014), menurunnya hormon mengakibatkan menurunnya tingkat energi pada wanita sehingga saat memasuki masa menopause seorang wanita akan lebih sering merasa lelah dan lemas tanpa sebab. Rasa lelah dan lemah tentunya akan mempengaruhi kegiatannya sehari-hari yang pada akhirnya mereka tidak bisa melakukan aktivitas sebagaimana biasanya.

Aspek psikologis kondisi informan pertama (Ny.A) mengatakan ia merasa mudah tersinggung karena kadang perasaan tidak dihargai muncul akibat sedikit sensitif terhadap suatu hal yang dirasakan, tapi itu hanya sebatas perasaannya saja, informan kedua (Ny.F) mengatakan menjadi pelupa jika meletakkan suatu barang, mengalami kegelisahan yang tidak tahu penyebabnya. Informan ketiga (Ny.R) sama halnya dia juga merasakan jadi pelupa. Untuk mengatasi itu semua informan menenangkan pikiran mereka dan menyibukkan diri sendiri dengan pekerjaan rumah tangga. Menurut informan ahli (dr.A) menopause mempengaruhi psikologis wanita karena jika hormon yang berkurang juga akan mengakibatkan kemampuan berfikir mengalami penurunan, sering stress, menangis (mikirin keluarganya mungkin).

Sesuai dengan teori Purwoastuti (2015), semua gejala psikologis yang timbul pada masa pubertas maupun pada masa klimakterik seperti rasa takut, tegang, rasa sedih, mudah tersinggung dan depresi sebenarnya sangat bergantung pada perubahan hormon tubuh wanita itu sendiri.Walaupun ini tidak berarti bahwa semua gejala psikis hanya disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen saja. Ada penyebab lain yang menimbulkan gangguan psikis. Seorang ibu rumah tangga yang memusatkan kehidupannya hanya untuk membesarkan anak-anaknya lebih mudah mengalami psikis.

Dari aspek hubungan sosial, segi penampilan, semua informan (Ny.A, Ny.F dan Ny.R) mengatakan tidak menjadi beban pikiran dengan menjadi tua, rambut mulai memutih, kulit mulai keriput karena itu semua sudah menjadi kodrat Tuhan dan menerima keadaan itu. Mereka mendapat perhatian keluarga terdekat terutama anak-anaknya memberikan dukungan moril dengan meminta untuk tetap berpenampilan menarik, dibawa santai dan refreshing

bersama keluarga serta mengkonsumsi buahan dan sayuran agar tetap sehat dan kulit tidak cepat keriput.Selain itu keluarga terdekat suami dan anak-anaknya memberikan perhatian dalam bentuk mengantarkan ibunya atau istrinya untuk cek kesehatan ketenaga kesehatan. Hubungan pribadi yang baik, saling percaya antara suami-istri, maupun antara dokter-pasien akan memberikan harapan yang besar akan kesembuhan.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Zan Pieter (2010), bahwa menjadi tua sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi wanita, kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi. Sebenarnya sulit atau mudahnya menjalani masa menopause, pada sifatnya sangat individual.Keluhan ketidaknyamanan ini bisa disikapi secara berbeda pada setiap wanita. Apabila wanita dapat berfikir positif maka keluhan-keluhan yang muncul tidak akan memberatkan dan menekan hidupnya.

Dalam aktivitas seksual, informan pertama (Ny.A) mengatakan tidak ada keluhan selama melakukan hubungan seksual dengan suaminya. Ny.A mengatakan juga bahwa ia dibantu dengan penggunaan

(9)

dengan tetap memberikan kasih sayangnya. Hal ini tidak sesuai dengan teori Jhaquin (2010), beberapa wanita mengalami penurunan gairah seks ketika menjelang premenopause. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penurunan libido pada wanita usia pertengahan begitu kompleks, termasuk depresi, gangguan tidur dan keringat malam hari. Penurunan gairah seks terjadi karena terjadiya perubahan pada vagina, seperti kekeringan, yang membuat area genitalia sakit dan selain itu terjadi perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks. Libido yang rendah mungkin disebabkan masalah psikologis, biologis atau sosial, jadi membutuhkan penyelidikan aspek-aspek untuk mengetahui penyebabnya.

Dalam aspek lingkungan, hubungan semua informan dengan orang-orang sekitar cukup baik. Dari keluarga dan teman mereka mendukung dalam segala hal yang terbaik untuknya.Untuk informan pertama (Ny.A) dan kedua (Ny.F) berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sering kumpul diwaktu senggang seperti ikut dalam pengajian yang sering diadakan, ikut arisan, ikut senam bersama, ikut posyandu. Lingkungan rumah yang nyaman membuat mereka betah tinggal dirumah. Sedangkan informan ketiga (Ny.R) mengatakan lebih banyak melakukan aktivitas dirumah saja, tetapi sesekali ikut pengajian juga. Mereka juga melakukan refreshing biasanya bersama keluarga untuk menghilangkan penat pikiran seperti jalan-jalan ke Mall, tempat rekreasi bahkan keluar kota.

Sesuai dengan teori Sofie (2014), tetaplah beraktifitas dan menyibukkan diri dengan hal yang produktif. Dengan bertambahnya usia pada umumnya kegiatan fisik berkurang. Penting sekali merubah gaya hidup dan memasukkan olahraga kedalam kegiatan rutin disamping kegiatan sosial lain seperti pengajian atau arisan.

Harapan semua informan untuk kesehatannya kedepan, tetap dengan kondisi sehat, dengan cara jangan terlalu banyak pikiran, dibawa santai, olahraga, makanan tetap dijaga, mengkonsumsi obat dan

vitamin dan refreshing bersama keluarga. Menurut informan ahli (dr. A) untuk tetap menjaga kualitas hidup pada wanita menopause bisa dengan olahraga 30 menit dibawah sinar matahari pagi, jalan pagi, konsumsui makanan yang berserat tinggi, latih berfikir, bersosialisai, cek kesehatan ke dokter, konsumsi obat dan pemberian hormon.

Sesuai dengan teori Prawirohardjo (2007), pengabatan menopause hal pertama yang harus diperhatikan adalah pola hidup diantaranya pengaturan makanan, teknik relaksasi, olahraga, aktivitas seksual, cek kesehatan. Berkurangnya hormon estrogen membawa bermacam resiko kesehatan dan secara serius dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita. Terapi sulih hormon (TSH;

Hormone Replacement Therapy = HRT) efektif untuk meringankan gejala yang menyertai sindrom pre menopause, menopause dan mencegah osteoporosi, serta menjaga kestabilan berat badan. Pemberian terapi sulih hormon dimaksudkan untuk menggantikan keberadaan hormon estrogen dan progesterone yang mengalami penurunan.

Gambaran pada saat ini, semua informan menerima keadaan yang dialami saat ini, tetap menjalankan aktivitas seperti biasa, tetap percaya diri dalam bergaul hal itu karena keluarga dan orang-orang disekitar mendukung semua kegiatannya dalam segala hal sehingga kualitas hidupnya menjadi positif pada saat menopause.

SIMPULAN

(10)

bersikap optimis dengan tetap melakukan aktivitas seperti biasanya.

2. Psikologis dari ketiga informan, informan pertama (Ny.A) merasa mudah tersinggung sedikit sensitif merasa tidak diperhatikan lagi tetapi itu hanya sebatas perasaannya saja, informan kedua (Ny.F) merasa gelisah yang tidak tahu penyebabnya, daya ingat menurun, sama halnya informan ketiga (Ny.R) merasa jadi pelupa. Untuk mengatasi itu informan menenangkan pikiran, berpikir positif dan menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah tangga.

3. Dalam hal penampilan, ketiga informan (Ny.A, Ny.F dan Ny.R) mengatakan tidak menjadi suatu beban pikiran dengan perubahan yang terjadi karena itu merupakan proses alamiah, hubungan pribadi yang baik antara keluarga, hubungan sosial yang baik dengan lingkungan sekitar rumah mendukung dan member rasa nyaman. Aktivitas seksual, ketiga informan mengatakan tidak ada keluhan dan tidak ada yang berubah, karena para suami menerima keadaan istrinya yang sekarang dengan tetap memberikan kasih sayangnya sehingga tidak menjadi beban pikiran mereka.

4. Harapan untuk kesehatan kedepannya, ketiga informan ingin tetap dengan kondisi sehat, mereka mensiasati dengan cara jangan terlalu banyak pikiran, makanan tetap dijaga, melakukan olahraga, ikut aktivitas diluar rumah, mengkonsumsi obat dan vitamin serta

refreshing bersama keluarga.

SARAN

1. Bagi Informan

Agar dapat terus meningkatkan kualitas hidup yang dijalani selama ini. Caranya mungkin dengan menggali semua potensi yang ada dan yakin bahwa masa menopause tidak akan menghambat semua wanita yang ingin melakukan hal-hal selagi itu positif.

2. Bagi significant other (keluarga terdekat)

Significant other hendaknya supaya terus memberikan perhatian, kasih sayang serta dukungan moril agar informan dapat terus meningkatkan kualitas hidupnya. 3. Bagi wanita-wanita yang akan

mengalami atau sudah mengalami menopause.

Untuk semua wanita yang akan mengalami atau sudah mengalami masa menopause tidak usah merasa takut sehingga menjadi momok dimasa tua, karena masa menopause merupakan proses alamiah yang akan dijalani setiap wanita, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat akan selalu mendukung dan tetap memandang positif terhadap kelangsungan hidup anda.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggali lebih mendalam untuk melihat faktor-faktor lainnya yang lebih menyebabkan kualitas seseorang menjadi positif ataupun negatif yang belum diungkap oleh peneliti dan menambah jumlah informan penelitian yang mendukung kualitas hidup pada wanita yang memasuki masa menopause.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, M.C. (2007). “Menopause”.

(online). (http://www.kilasan.com. Diakses tanggal 27 Maret 2016) Glasier, A dan Gebbie, A. (2006). Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi (Edisi 4). Cet.Pertama. Jakarta : EGC

Jhaquin, Arrwenia. (2010). Psikologi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Kasdu, D. (2004). Kiat Sehat Dan Bahagia Di Usia Menopause. Cetakan Pertama. Jakarta : Puspa Swara Larasati, Tika . (2012 “ Kualitas Hidup

(11)

Psikologis, Universitas Gunadarma. 2012 : 1-19. (online). http://www.gunadarma.ac.id.

(Diakses tanggal 11 Februari 2016) Manuaba, I. G. B. (1998). Memahami

Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan Jakarta : Dirjen Yankes

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Purwoastuti, Endang. et al. (2015). Panduan

Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Putri. et al. (2014). “Kualitas Hidup Wanita

Menopause “. Bagian Epidemiologi

dan Biostatitistika Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember. 2014 : 1-8. (online).

(http://www.jurnal.unej.ac.id. Diakses tanggal 11 Februari 2016) Proverawati, Atikah. (2010). MENOPAUSE

dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta: Nuha Medika

Retnowati, S. (2001). Tetap Bergairah Memasuki Usia Menopause: Sebuah Tinjauan Psikologis. Disampaikan pada Seminar Ilmiah Populer dalam Rangka Milad ke 78 RSU PKU Muhammadiyah Yogayakarta, 24 Februari 2001. (online). (http://www.googleweblight.com/tet apbergairahmemasukiusiamenopause .html?m3D1&ei=UqhejYBV7lc=id-ID&s=1&m=526&host. Diakses tanggal 14 April 2016)

Zan Pieter, S.Psi, Heridan Dr. Namora LumonggaLubis, M.Sc (2010).

(12)
(13)

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Some Physico-chemical Properties of Jackfruit (Artocarpus heterophyllus Lam) Seed Flour and Starch.. Pengaruh Penambahan Pati Biji Durian Terhadap Kualitas Fisik Nugget

Hasil yang diharapkan adalah curah hujan luaran RegCM3 tidak berbeda secara nyata dengan data observasi sehingga data curah hujan luaran RegCM3 tersebut dapat

Dalam penelitian ini ( * ) hanya dilakukan perancangan sistem pada daerah yang diberi garis putus- putus pada Gambar III.1 diatas, yakni perancangan konfigurasi

Perlakuan pada penelitian ini adalah penambahan bahan aktif alami yaitu minyak atsiri eucalyptus dan grapefruit yang berpotensi sebagai antibakteri dalam hand

Nama pengapalan yang sesuai dengan PBB : Tidak diatur Kelas Bahaya Pengangkutan : Tidak diatur Kelompok Pengemasan (jika tersedia) : Tidak diatur. Bahaya Lingkungan :

b.2. Berdasarkan tabel di atas, persentase aktivitas guru dalam proses pembelajaran guling dengan menggunakan media bantu pada siklus II pertemuan ke 2 ini adalah

Dengan asumsi data SST Niño3.4 dapat diwakili oleh data ESPI, maka sesuai dengan landasan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa akan terjadi kering yang relatif sangat