• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2007 – 2008

TESIS

Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh:

B. SRI RUKATININGSIH B.R S 850907107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

ii

JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2007 – 2008

Tesis Disusun Oleh:

B. SRI RUKATININGSIH B.R. S.850907107

Telah disetujui oleh Tim pembimbing

Pada tanggal :……… Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tri Atmojo K, M. Sc, Ph. D Drs. Budi Usodo, M.Pd. NIP. 131791750 NIP. 132050357

Mengetahui,

Ketua Program Pascasarjana Pendidikan Matematika

(3)

iii

JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2007 – 2008

Disusun oleh:

B. SRI RUKATININGSIH B.R S 850907107

Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal :………

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Mardiyana, M. Si ………..

Sekretaris Prof. Dr. Budiyono, M. Si ……….. Anggota 1. Drs. Tri Atmojo K, M. Sc, Ph. D ……….. 2. Drs. Budi Usodo, M.Pd ………..

Mengetahui, Ketua Program Studi

Direktur PPs. UNS Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. Mardiyana, M. Si

(4)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : B. Sri Rukatiningsih B.R

NIM : S.850907107

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2007 - 2008

Adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kelak kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, Januari 2009 Yang membuat pernyataan

(5)

v

* Lihatlah orang yang lebih bawah dari pada kalian, dan janganlah melihat orang yang lebih atas dari kalian. Maka yang demikian itu lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian.

(H. R. Abu Hurairah)

* Hiduplah seolah kau akan mati besok. Belajarlah seolah kau akan hidup selamanya.

(Mahatma Gandhi)

* Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau kemana pun engkau pergi.

(Yosua 1:9)

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan untuk :

1. Bapak dan almarhum Ibu yang tersayang. 2. Suamiku tercinta yang telah mendoakan

memotivasi dengan penuh pengertian. 3. Anak-anak dan cucuku Keysan yang cinta dan terkasih.

(6)

vi

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Berkat, Rahmat, dan Kesehatan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA BENGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007 – 2008.

Selesainya penyusunan tesis ini bukan karena kemampuan kami semata, namun adanya motivasi ataupun bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Mardiyana, M. Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini, serta memberikan pengantar izin penelitian kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian.

3. Drs. Tri Atmojo, K. M. Sc. Ph. D, Dosen Pembimbing I, yang telah memotivasi membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis

(7)

vii

bimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

5. Bapak / Ibu Dosen Program Pascasarjana Studi Pendidikan Matamatika yang telah membimbing dan memberikan wawasan keilmuan selama penulis puh studi pada Program Pascasarjana.

6. Drs.F. Handoyo, M.M, Kepala sekolah SMP Negeri 10 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Drs. Joko Slametto, M.Pd, Kepala sekolah SMP Negeri 17 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

8. Hj.Endang Mangularsih, S.Pd, M.M, M.Pd, Kepala sekolah SMP Negeri 19 Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Dra. Hj. Muryati, Kepala sekolah SMP Negeri 5 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian.

10. Para guru matematika SMP Negeri 10 Surakarta, SMP Negeri 17 Surakarta, SMP Negeri 19 Surakarta.

11.Seluruh staf Tata usaha Program Pascasarjana UNS, yang telah membantu kelancaran penyusunan penelitian ini.

(8)

viii menyelesaikan penelitian ini.

Harapan penulis semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan pahala yang sesuai dengan amal kebaikan yang mereka berikan.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman pada umumnya, bagi penulis, dan bagi peningkatan mutu pendidikan.

.

Surakarta, Januari 2009

(9)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS……… iii

HALAMAN PERNYATAAN………iv

MOTTO………... v

KATA PENGANTAR……….. vi

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL……….xii

DAFTAR LAMPIRAN……….xiii

DAFTAR GAMBAR………xvi

ABSTRAK………...xvii

ABSTRACT..………..xviii

BAB I : PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Indentitikasi Masalah………...6

C. Pembatasan Masalah………6

D. Perumusan Masalah……….7

E. Tujuan Penelitian……….8

(10)

x

A. Landasan Teori……….. 10

1. Prestasi Belajar Matematika……….. 10

2. Metode Pembelajaran……….15

3. Aktivitas Belajar Siswa………..23

4. Materi Pembelajaran Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, Limas…26 B. Hasil Penelitian Yang Relevan………...27

C. Kerangka Pemikiran………...28

D. Hipotesis……….31

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN………33

A. Tempat dan Waktu Penelitian……….33

B. Jenis Penelitian………34

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel………..34

D. Metode Pengumpulan Data……….38

E. Teknik Analisis Data………..46

1. Uji Pendahuluan……….46

2. Uji Prasyarat Anava……….……..48

3. Uji Hipotesis……….…….50

4. Uji Komparasi Ganda………58

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………61

A. Pengujian Instrumen………...61

(11)

xi

D. Pembahasan Hasil Penelitian……….73

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……….77

A. Kesimpulan………77

B. Implikasi Hasil Penelitian……….78

C. Saran………..79

DAFTAR PUSTAKA………81

(12)

xii

Halaman Lampiran :1 Rencana Pembelajaran Pokok Bahasan Kubus, Balok,

Prisma, dan Limas……… 84

Lampiran : 2 Materi Pembelajaran Pokok Bahasa Kubus, Balok, Prisma, Dan Limas………117

Lampiran : 3 Lembar Kerja Siswa Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, Dan Limas………179

Lampiran : 4 Daftar Siswa Kelompok Eksperimen………...192

Lampiran : 5 Daftar Siswa Kelompok Kontrol………..193

Lampiran : 6 Data Nilai Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen…………194

Lampiran : 7 Data Nilai Kemampuan Awal Kelompok Kontrol………...197

Lampiran : 8 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Keseimbangan Kemam-puan Awal Siswa………. 200

Lampiran : 9 Uji Normalitas Kelompok Kontrol……….. 204

Lampiran : 10 Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen vs Kelompok Kontrol Kemampuan Awal………208

Lampiran : 11 Uji Keseimbangan Kemampuan Awal……… 210

Lampiran : 12 Daftar Siswa Kelompok Uji Coba……….. 212

Lampiran : 13 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika………...213

(13)

xiii

Lampiran :16 Lembar Validitas II Angket Aktivitas Belajar………..229

Lampiran :17 Perhitungan Daya Pembeda Tes Uji Coba……….. 231

Lampiran : 18 Contoh Cara Perhitungan Daya Pembeda TesUji Coba……….. 233

Lampiran : 19 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Uji Coba……… 234

Lampiran : 20 Contoh Cara Perhitungan Uji Reliabilitas………236

Lampiran : 21 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, Dan Limas……….. 237

Lampiran : 22 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, dan Limas………238

Lampiran : 23 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar………. 245

Lampiran : 24 Kunci Tes Prestasi Belajar………...246

Lampiran : 25 Perhitungan Daya Beda Tes Prestasi Belajar………. 247

Lampiran : 26 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi……….. 249

Lampiran : 27 Lembar Validasi I Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa………251

Lampiran : 28 Lembar Validasi II Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa…….. 253

Lampiran : 29 Lembar Validasi III Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa…….255

Lampiran : 30 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar………257

Lampiran : 31 Contoh Perhitungan Uji Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran………. 259

Lampiran : 32 Daftar Nilai Aktivitas Belajar Kelompok Eksperimen…………261

(14)

xiv

Lampiran : 35 Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen………268

Lampiran : 36 Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar Kelompok Kontrol…………..271

Lampiran : 37 Desain Data………..274

Lampiran : 38 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen….. 275

Lampiran : 39 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Kelompok Kontrol………. 279

Lampiran : 40 Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Tinggi………283

Lampiran : 41 Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Sedang…….. 286

Lampiran : 42 Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Rendah……..290

Lampiran : 43 Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen vs Kelompok Kontrol……… 293

Lampiran : 44 Uji Homogenitas Kelompok Aktivitas Tinggi, Sedang, Rendah……… 295

Lampiran : 45 Perhitungan Pengujian Hipotesis Anava Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama……….. 297

Lampiran : 46 Perhitungan Komparasi Ganda………302

Ijin Penelitian………...306

(15)

xv

Halaman Tabel 4.1 Banyaknya Siswa Kelompok Eksperimen Yang Memiliki

vitas Belajar Dengan Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah………. 65

Tabel 4.2 Banyaknya Siswa Kelompok Kontrol Yang Memiliki Aktivitas Dengan Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah……….. 65

Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, dan Limas Kelompok Eksperimen dan Kontrol……. 66

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa………... 67

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Pokok Bahasan kubus, Balok, Prisma, dan Limas………69

Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan………. 70

Tabel 4.7 Rataan Masing-masing Sel Data Hasil Penelitian……….71

(16)

xvi

SRI RUKATININGSIH B.R. (S850907107) Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008.

Tujuan pada penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakanan model pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas, (2) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang aktivitas belajarnya tinggi, sedang, rendah pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas, (3) untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan tingkat aktivitas belajar siswa pada prestasi belajar matematika pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi pelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri kota Surakarta tahun pelajaran 2007-2008. Pengambilan sampel adalah gabungan dari stratisfied random sampling dan cluster random sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 235 siswa.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah tes pilihan ganda. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa adalah berupa angket. Untuk uji pendahuluan kemampuan awal siswa menggunakan uji t, dan sebagai prasyarat uji t adalah uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlet

Teknik analisis data pada penelitian ini digunakan Anava dua jalan dengan sel tak sama, prasyarat analisis menggunakan uji Lilliefors untuk

uji normalitas, uji homogenitas menggunakan uji Bartlet, dengan taraf signifikan (

 ) = 5 %

(17)

xvii

SRI RUKATININGSIH B.R. (S 850907107). An Experiment of Jigsaw Type of Cooperative Learning Model in Subject Matter of Flat Side Construct Viewed from Learning Activity of Grade VIII Students of SMP Negeri in Surakarta City in School Years 2007-2008.

The objectives of research are (1) to find out whether there is or not the difference of students’ learning achievement between the student using jigsaw cooperative learning model and the one using the conventional model in the subject matter of cubic, beam, prism and dipper, (2) to find out whether there is or not the difference of students’ learning achievement between the students with high, medium and low learning activity (3) to find out whether there is or not interaction between the use of learning model and the students’ learning activity level in the mathematics learning achievement in subject matter of cubic, beam, prism and dipper.

This study was categorized into a quasi experimental research. The population of research was all grade VIII students of SMP Negeri in Surakarta city in School Years of 2007-2008. The sampling technique employed was the combination of stratified random sampling and cluster random sampling. The number of sample of research was 235 students. Methods of collecting data used in this research were documentation, questionnaire, and test. The instrument employed to find out the students’ learning achievement was multiple-choice test. The instrument employed to find out the level of students’ learning activity was questionnaire. For the preliminary test of students’ prior capability, the t-test was used, and as the t-test requirement and the normality test by using Liliefors test and homogeneity test using Bartlet test.

Technique of analyzing data employed in this study was two-way Anava with different cells. The prerequisite of analysis used Liliefors test for normality test, homogeneity test used Bartlet test with significance level () = 5%.

(18)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat dan pesat. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia yang berkualitas. Salah satu cara yang harus ditempuh untuk membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui proses pendidikan, baik pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Selain itu sekolah sudah merupakan bagian dari masyarakat dan merupakan tempat yang sangat tepat bagi pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan ilmu pendidikan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan apa yang di ungkapkan oleh Soedjadi (1995:8), bahwa satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogyanya berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun jalur luar sekolah. Ini menunjukan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang bermutu tinggi.

Dalam pendidikan sekolah, untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Intelegensia, minat, bakat, motivasi, aktivitas belajar dan sebagainya, termasuk

(19)

faktor internal, sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal misalnya, guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar, metode mengajar dan sebagainya.

Dalam pembelajaran matematika, tugas seorang guru adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga siswa mempunyai ketrampilan, keberanian serta mempunyai kemampuan matematika. Dengan demikian matematika akan mempunyai peran yang penting bagi peserta didik untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu. Oleh karena itu guru sebagai pendidik perlu mempersiapkan suatu model pembelajaran yang terprogram agar siswa sebagai peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih mantap.

(20)

Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki oleh para guru, dan dengan keinginan untuk selalu mencari metode yang terbaik agar selalu menarik minat dan motivasi siswa belajar, maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.

Metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar adalah dengan menempatkan siswa secara kelompok-kelompok. Pembelajaran kelompok dapat meningkatkan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Pembelajaran yang dapat mewujudkan hal tersebut salah satunya adalah pembelajaran kooperatif, yang sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme. Dalam konstruktivisme, siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Slavin (1995:18) menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.

(21)

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam kelompoknya yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arend, RI, 1997:73 ). Dalam proses belajar mengajar pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas untuk siswa SMP kelas VIII semester II diduga lebih efektif dan efisien dari pada menggunakan metode konvensional. Hal ini disebabkan metode jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang berdasarkan filsafat konstruktivisme, sehingga siswalah yang membangun pengetahuannya sendiri. Siswa diberi kemampuan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru sebagai fasilitator membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif jigsaw dipilih karena dianggap bisa dipakai untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut, karena topik tersebut dapat dibagi atas empat sub yang independen, artinya masing-masing sub pokok bahasan tidak merupakan prasyarat bagi yang lain (syarat model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw).Dengan demikian diharapkan melalui metode kooperatif jigsaw, pembelajaran lebih bermakna sehingga lebih meningkatkan pemahaman siswa .

(22)

tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat apa yang di terangkan guru, tetapi siswa harus berpartisipasi aktif , misalnya bertanya, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan guru, dan sebagainya. Aktivitas belajar siswa bervariasi, ada siswa yang aktivitas belajarnya rendah, sedang atau tinggi. Ada sebagian siswa yang tidak tertarik pada mata pelajaran matematika, karena matematika di anggap pelajaran yang sangat sulit. Bagi mereka yang tidak suka dengan pelajaran matematika , maka aktivitas belajar mereka juga rendah. Hal ini berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi, maka prestasi yang akan diperoleh juga tinggi, sehingga aktivitas belajar siswa sangatlah membantu dalam proses belajar matematika.

Mengingat pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan keaktifan siswa. Siswa itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan aktifitas ini kemungkinan besar prestasi belajar matematika yang dicapai oleh siswa akan lebih memuaskan.

(23)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu kemungkinan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Secara umum siswa masih rendah prestasi belajar matematikanya, sehingga perlu adanya strategi pembelajaran yang bisa meningkatkan prestasi belajarnya.

3. Adanya perbedaan aktivitas belajar siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa.

4. Masih jarangnya penggunaan pembelajaran dengan metode kooperatif, diduga merupakan salah satu sebab kurang terbinanya sikap kemandirian dalam

belajar.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji dapat lebih terarah dan mendalam maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran

(24)

2. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, dalam hal ini adalah tes formatif pada pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas untuk siswa klas VIII SMP.

3. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar matematika yang meliputi aktivitas memperhatikan, bertanya, mencatat, mendengarkan, mengerjakan soal, dan mempelajari materi pelajaran matematika.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw dan metode pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi, aktivitas belajar sedang dan aktivitas belajar rendah.

(25)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw dan metode pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi, aktivitas belajar sedang dan aktivitas belajar rendah pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan aktivitas belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

F. Manfaat Penelitian Bagi Siswa :

1. Meningkatkan dan memudahkan siswa dalam belajar atau memahami mata pelajaran matematika.

2. Melatih kreativitas atau kemandirian dalam belajar.

(26)

Bagi guru :

1. Sebagai alternatif pemilihan pendekatan dalam pembelajaran matematika. 2. Menambah wawasan dalam rangka perubahan paradigma mengajar ke

paradigma belajar.

Bagi Peneliti

1. Sebagai pembelajaran penyusunan karya ilmiah.

2. Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3. Dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis pada pokok hasan lain

Bagi Sekolah

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori . 1. Prestasi Belajar Matematika

a Pengertian Matematika

Menurut Herman Hudoyo (1988:3), simbolisasi dalam matematika menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hierarkis.

Soehardjo (1992:13) juga berpendapat bahwa sistem matematika adalah sistem deduktif yang dimulai dari memilih beberapa unsur yang tidak didefinisikan (undefined) yang disebut unsur-unsur pendahulu yang diperlukan sebagai dasar komunikasi, kemudian ke unsur-unsur yang didefinisikan. Akhirnya dalil atau teorema dapat dibuktikan melalui unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur-unsur-unsur yang didefinisikan tadi. Dengan demikian, matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi.

Gagne, R. M dalam Soehardjo (1992:12) menyatakan bahwa obyek penelaahan matematika adalah fakta, keterampilan (operasi matematika), konsep dan prinsip atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini menggunakan simbol-simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.

(28)

Menurut Soehardjo (1992:12), matematika dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan sistem yang tiap-tiap sistem itu mempunyai struktur atau urutan, interrelasi dari pengetahuan atau operasi-operasi tersendiri yang tersusun secara deduktif. Matematika berkenaan dengan pikiran berstruktur yang relasi operasinya maupun hubungan-hubungannya diatur secara logis. Hal ini berarti matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep, prinsip, abstrak dan penalarannya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.

b. Belajar Matematika

Menurut Herman Hudoyo (1988:6), seseorang dikatakan belajar matematika bila dapat diasumsikan dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana tingkah laku itu dapat diamati, yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut.

Perubahan yang disebabkan oleh proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar.

(29)

kemampuan seseorang menfungsionalkan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan menerapkan matematika pada bidang-bidang lain dan dalam kehidupan nyata.

c. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Proses belajar mengajar menghasilkan perubahan di pihak siswa, dimana perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Menurut Gagne dalam Winkel (1996:482), kemampuan-kemampuan itu digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan sikap. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemapuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu prestasi, prestasi belajar yang diberikan oleh siswa, berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional, menampakkan hasil belajar.

Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil jika tujuan instruksional khusus dapat tercapai. Tujuan instruksional tersebut merupakan hasil belajar yang telah ditetapkan menurut aspek isi maupun aspek perilaku.

(30)

selama proses belajar. Indeks prestasi akan membawa konsekuensi yang sangat luas dalam perjalanan meniti karier atau perjalanan studi siswa.

Selain itu Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:120) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:

1). Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2). Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu (Abu Ahmadi, Widodo Supriyono;1991:130).

Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

(31)

(a). Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

(b). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, faktor ini terdiri dari:

i. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan.

ii. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motifasi, emosi, dan penyesuaian diri.

(c). Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2). Faktor Eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah : (a). Faktor sosial, terdiri dari :

i). Lingkungan keluarga. ii). Lingkungan sekolah. iii). Lingkungan masyarakat. iv). Lingkungan kelompok.

b). Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c). Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar. d). Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

(32)

Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah aktivitas belajar siswa, sedang faktor eksternalnya adalah metode pembelajaran.

2. Metode Pembelajaran Matematika

Berikut akan diuraikan dua macam metode pembelajaran matematika tersebut beserta teori-teori yang mendukungnya.

a. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran secara klasikal dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran pada siswa. Pembelajaran secara klasikal adalah pembelajaran yang disampaikan guru kepada sejumlah siswa tertentu secara serentak pada waktu dan tempat yang sama. Dalam sistem pembelajaran konvensional, siswa cenderung pasif, kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dan inisiatif, karena proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru.

(33)

Menurut Poerwadarminta (1997:523), konvensional adalah tradisional. Tradisional sendiri diartikan sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun.

Pembelajaran secara konvensional telah terbentuk sejak beberapa tahun yang lalu. Pola ini diterima secara umum dan masih berlaku hampir dimana saja di dewasa ini. Pada umumnya guru kurang memperhatikan model pembelajaran yang digunakan dan cenderung menggunakan model pembelajaran secara konvensional. Pandangan pembelajaran konvensional meletakan tanggung jawab belajar pada guru.

Berikut ini akan diuraikan kelebihan dan kelemahan metode konven-sional.

1). Kelebihan metode konvensional : (a). Dapat menampung kelas besar.

(b). Kemajuan anak berjalan teratur menurut tingkatan kelas.

(c). Dapat disampai kepada siswa yang usia dalam satu kelas agak bersa-maan.

(d). Buku-buku pelajaran dapat disesuaikan dengan taraf kesanggupan kelas.

2). Kelemahan metode konvensional :

(34)

(b). Siswa tidak dapat menilai apa yang dipelajari. Hal ini dikarenakan siswa tidak dapat menemukan sendiri konsep yang diajarkan, siswa hanya aktif membuat catatan.

(c). Siswa tidak bisa menggunakan teknik matematis atau ilmiah karena siswa cenderung belajar menghafal saja sehingga tidak mengakibatkan pengertian.

(d). Siswa tidak dapat menyusun fakta dan mengambil kesimpulan. (e). Siswa tidak bisa memperoleh hasil yang maksimal, karena

pengetahuan yang diperoleh cenderung lebih mudah dilupakan. b. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasar pada faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar pada kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelas/kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa, dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami bahan pelajaran.

(35)

melibatkan suatu pelajaran yang kompleks dan memerlukan keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan, maka kerja kelompok lebih sesuai untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan kompetisi, khususnya bagi mereka yang berkemampuan rendah.

Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan yang dapat dicapai oleh tiap individu dalam kelompoknya sangat berarti dalam mencapai tujuan yang positif dalam belajar kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Selain itu pembelajaran kooperatif memberikan peluang pada siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling tergantung satu sama lain dalam tugas akademik dan akan saling menghargai satu sama lain.

1). Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yaitu penerimaan, pengembangan keterampilan sosial dan prestasi akademik (Arends, 1997:111).

(a). Penerimaan.

(36)

(b). Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan terpenting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi.Hal ini sangat penting mengingat siswa berasal dari masyarakat yang heterogen.Banyak anak-anak dan orang dewasa kurang mempunyai ketrampilan kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan hubungan antar individu. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak puas jika diminta bekerja dalam situasi yang kooperatif.

(c). Prestasi Akademik

Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial, juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang berprestasi tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.

2). Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

(a). Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok atau tim.

(b). Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.

(c). Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk dapat meningkatkan

(37)

(d). Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

(e). Interaksi antar siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif.

3). Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw

Pengertian jigsaw dalam pembelajaran kooperatif adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arend,RI,1997:73).

(38)

membantu satu sama lain tentang topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah itu siswa pada kelompok ahli kembali pada kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lainnya tentang apa yang dibahas / dipelajari dalam kelompok ahli.

Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan oleh Arend, R.I sebagai berikut :

Kelompok asal

Kelompok ahli

(39)

untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya.

(40)

Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diatur secara instruksional sebagai berikut :

a) Membaca

Siswa mendapat topik-topik ahli, kemudian membaca dan mempelajari materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

b) Diskusi kelompok ahli.

Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik tersebut.

c) Laporan Kelompok, masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.

d) Kuis / tes.

Diberikan setelah tiga kali pertemuan secara perorangan. e) Penghargaan kelompok

Dilihat dari nilai rata-rata nilai kuis dalam satu kelompok. f) Rangkuman pembelajaran.

3. Aktivitas Belajar Siswa

(41)

hanya memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik, dan mengamati bagaimana perkembangan anak didik.

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (1996:17), aktivitas berarti keaktivan, kegiatan atau kesibukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Keduanya harus selalu terkait (Nasution, 1995:89).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M (1994:95) memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

(42)

Aktivitas belajar siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M (1994:99) membuat suatu daftar aktivitas belajar yang dapat digolongkan sebagai berikut :

a). Visual activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, percobaan. b). Oral activities, seperti : menyatakan, bertanya, memberi saran.

c). Listening activities, seperti : mendengarka percakapan, diskusi, musik, pidato. d). Writing activities, seperti : menulis cerita, laporan, angket, menyalin.

e). Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f). Mental activities, seperti : mengingat, memecahkan soal, menganalisis. h). Emosional activities, seperti : menaruh minat, bersemangat, berani, tenang.

Dengan klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah bermacam-macam. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah :

1). Waktu untuk belajar matematika, yang meliputi frekwensi belajar matematika dan waktu yang digunakan.

(43)

3). Belajar matematika sendiri, yang meliputi mengatasi kesulitan dalam belajar, belajar matematika di rumah, belajar di luar rumah atau les.

4). Belajar matematika secara kelompok, yang meliputi partisipasi dalam belajar kelompok, mengatasi kesulitan dalam belajar kelompok.

5). Mengerjakan tugas, latihan atau pekerjaan rumah, yang meliputi mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan, sikap dalam menghadapi pekerjaan rumah yang sulit.

4. Materi Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma Dan Limas

Materi pembelajaran matematika yang dipilih dalam penelitian ini adalah pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas VIII SMP semester 2:

a. Standard Kompetensi: Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

b. Kompentensi Dasar: 1). Kubus.

a). Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagiannya. b). Membuat jaring-jaringnya.

c). Menghitung luas permukaan dan volumenya. 2). Balok.

(44)

b). Membuat jaring-jaringnya.

c). Menghitung luas permukaan dan volumenya. 3). Prisma.

a). Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagiannya. b). Membuat jaring-jaringnya.

c). Menghitung luas dan volumenya. 4). Limas.

a). Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagiannya. b). Membuat jaring-jaringnya.

c). Menghitung luas dan volumenya.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Budi Usodo, dkk (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Kalkulus Di Jurusan P.MIPA FKIP UNS“. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif jigsaw tidak dapat meningkatkan prestasi belajar pada topik limit fungsi pada mahasiswa jurusan P.MIPA FKIP UNS.

(45)

belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran tradisional.

3. Ira Kurniawati ( 2003 ) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar

Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas II SLTP Negeri 15 Surakarta “. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif jigsaw efektif untuk proses pembelajaran pada pokok bahasan bangun datar jajaran genjang, belah ketupat, laying-layang, dan trapesium. Dan berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Dari hasil penelitian yang relevan diatas, persamaan dan perbedaannya dengan penelitian ini adalah :

Persamaan : Dalam pembelajarannya sama-sama menggunakan model lajaran kooperatif jigsaw.

(46)

C. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka pemikiran berguna untuk mewadahi teori teori yang seolah-olah terlepas menjadi suatu rangkaian yang utuh untuk menentukan jawaban sementara.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya adalah metode pembelajaran dan aktivitas belajar siswa.

Penggunaan metode pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar. Agar metode pembelajaran terpilih dengan tepat, seorang guru harus mengetahui macam-macam metode pembelajaran dan mengetahui pula model pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pokok bahasannya.

(47)

anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw adalah suatu sistim pembelajaran yang berorientasi pada proses, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Pada akhirnya, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas diduga dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional.

(48)

Berdasarkan uraian di atas, ternyata model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa adalah faktor penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif jigsaw sangat menuntut keaktifan belajar siswa, karena siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan obyek dan pengalaman dari lingkungan. Pengetahuan bukanlah suatu hal yang sudah jadi, tetapi merupakan suatu proses yang berkembang secara terus menerus dan dalam proses inilah keaktifan siswa yang ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Dengan demikian siswa dengan aktivitas belajar tinggi akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian prestasi belajar yang baik.

Berdasarkan pemikiran di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Metode pembelajaran

Prestasi belajar Aktivitas belajar

Gambar Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis

(49)

1. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang pengajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki tingkat aktivitas belajar tinggi, sedang, atau rendah.

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMP Negeri 19 Surakarta, SMP Negeri 10 Surakarta, dan SMP Negeri 17 Surakarta, sedangkan untuk uji coba angket dan tes dilaksanakan di SMP Negeri 5 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada akhir semester II tahun pelajaran 2007/2008, yaitu mulai bulan Maret 2008 sampai bulan Juni 2008, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap Pertama

Tahap pertama persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, penyusunan proposal penelitian, konsultasi proposal dan pengajuan ijin ke tempat penelitian, berlangsung pada bulan Maret 2008.

b. Tahap Pelaksanaan

(51)

c. Tahap Penyelesaian

Tahap ini merupakan langkah penyusunan laporan dan penyelesaian, sampai selesai pada bulan Januari 2009.

B. Jenis Penelitian

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi-experimental research), karena peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Budiyono (2003 : 79) menyatakan bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang relevan.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2007 - 2008.

2. Sampel

(52)

merupakan kelompok hasil individu yang diamati dan dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian sekaligus dapat meramalkan keadaan populasi.

Sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta sebanyak 6 kelas, yaitu kelas VIII B dan VIII C ( dari SMP N.10 ), Kelas VIII E dan VIII F ( dari SMP N.17 ), kelas VIII A dan VIII B ( dari SMP N.19 ).

3. Teknik Pengambilan Sampel

(53)

dari SMP Negeri 17 Suarakarta terpilih kelas VIII E dan kelas VIII F. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 6 kelas yang terdiri dari 3 kelas sebagai sampel kelompok eksperimen dan 3 kelas sebagai sampel kelompok kontrol.

Setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditetapkan, kemudian dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t. Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol seimbang kemampuannya atau tidak. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai UUB pada semester I tahun pelajaran 2007/2008.

D. Metode Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu metode pembelajaran matematika dan aktivitas belajar siswa, serta satu variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas. Adapun ciri-ciri variabel penelitian tersebut adalah:

a. Metode Pembelajaran 1). Definisi Operasional

Metode pembelajaran adalah rangkaian strategi kegiatan belajar mengajar di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas. Adapun model pembelajaran kooperatif jigsaw

)

(a1 pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional )

(54)

2). Indikator: Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

3). Skala pengukuran: Nominal dua kategori yaitu pembelajaran kooperatif jigsaw serta model pembelajaran konvensional.

4). Simbol: A. b. Aktivitas Siswa

1). Definisi Operasional

Aktivitas siswa adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar matematika baik di rumah maupun di sekolah. Aktivitas ini dibatasi pada aktivitas memperhatikan, bertanya, mencatat, mendengarkan, mengerjakan soal, dan mempelajari materi pelajaran matematika.

2). Indikator: Nilai skor hasil angket aktivitas belajar siswa.

3). Skala Pengukuran: Interval kemudian diubah menjadi skala ordinal, dengan tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagiannya sebagai berikut :

- Kelompok tinggi dengan skor  X + 1/2 s

- Kelompok sedang dengan X –1/2 s < skor < X + 1/2 s - Kelompok rendah dengan skor  X –1/2 s

Keterangan : X = Rata-rata nilai aktivitas belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

(55)

4). Simbol: B.

c. Prestasi Belajar Matematika Siswa 1). Definisi Operasional

Prestasi belajar matematika siswa adalah tingkat penguasaan siswa dalam mata pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan kubus, prisma, dan limas hasil belajar siswa yang dicapai setelah melalui proses belajar. 2). Indikator: Nilai skor formatif pokok bahasan kubus, prisma, dan limas. 3). Skala Pengukuran: Interval.

4). Simbol: abij ; i = 1, 2 ; j = 1, 2, 3.

2. Teknik Pengambilan Data

Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara mengukur variabel penelitian dan alat pengumpul data. Untuk mengukur variabel maka diperlukan instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada tiga cara, yaitu metode dokumentasi, metode angket, metode tes. a. Metode Dokumentasi

(56)

untuk uji keseimbangan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan kelompok uji coba.

b. Metode Angket

Menurut Budiyono (2003 : 47) metode angket adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket langsung karena peneliti langsung menyampaikan angket tersebut kepada subjek penelitian.

c. Metode Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (1995 : 51), tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes ini memuat beberapa pertanyaan yang berisi materi-materi pokok bahasan balok, kubus, prisma, dan limas.

3. Instrumen Penelitian a. Angket Aktivitas Belajar

(57)

negatif jika menjawab A diberi skor 1, B diberi skor 2, C diberi skor 3, dan D diberi skor 4.

Prosedur penyusunan angket aktivitas belajar adalah : 1) Menentukan indikator

2) Menentukan kisi-kisi angket aktivitas belajar. 3) Menulis butir soal angket

4) Menelaah untuk melihat validitas konstruk. Untuk menentukan validitas membutuhkan validator, dan harus hal-hal berikut :

(1) Butir angket telah mengacu pada kisi-kisi.

(2) Pernyataan butir jelas dan dapat dipahami peserta didik. (3) Pernyataan butir angket tidak memberikan interprestasi ganda

5) Uji coba angket untuk menentukan indeks konsistensi internal atau daya beda dan reliabilitas angket aktivitas. Instrumen angket ini diuji cobakan di SMP Negeri 5 Surakarta. Analisis item tes dilakukan sebagai berikut

(1) Menentukan Daya Pembeda

(58)

 

2 2

2

 

2

    Y Y n X X n Y X XY n rxy xy

r = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i.

n = banyaknya subjek yang dikenai tes ( instrumen ). X = skor butir ke-i ( dari subyek uji coba )

Y = skor total ( dari subyek uji coba )

( Budiyono, 2003: 65 )

(2) Uji reliabilitas

Menggunakan rumus Alpha yaitu :

               

2

2 11 1 1 t i S S n n r 11

r = indeks reliabilitas instrumen. n = banyaknya butir instrumen

2

i

S = variansi belahan ke-i, i = 1, 2, ...,k ( k  n ) atau variansi butir ke-i, i = 1, 2, ..., n 2

t

S = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba. Instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,7

(59)

6) Penetapan Angket

Setelah dilakukan uji coba kita tetapkan apakah butir soal tersebut dipakai, atau dibuang.

b. Tes Prestasi Belajar

Tes tersebut berupa tes pilihan ganda dengan empat pilihan sebanyak 30 butir soal prestasi pada pokok bahasan balok, kubus, prisma, dan limas. Uji coba instrumen tes dalam penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Surakarta. Subjek uji coba terdiri dari 36 siswa kelas VII

Prosedur penyusunan tes prestasi : 1) Menentukan pokok materi 2) Membuat kisi-kisi

3) Menulis butir soal

4) Menelaah untuk melihat validitas isi.

(60)

Validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkorelasikan dengan suatu kriteria dari suatu kinerja. Untuk tes hasil belajar, supaya tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut :

(1) Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar.

(2) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang diajarkan.

(3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal tes dengan benar.

Untuk mempertinggi validitas isi, disarankan agar pembuat soal melalui langkah-langkah :

(1) Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan instruksionalnya.

(2) Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis. Cara yang ditempuh adalah membuat tabel dua jalan yang membuat isi pokok bahasan yang akan diukur.

(3) Menyusun soal tes beserta kuncinya. Dalam hal ini menyusun kunci sesaat setelah menulis soal tes sangat dianjurkan.

(61)

5) Uji coba tes prestasi untuk menentukan daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas.

(1) Menentukan Daya Pembeda

Pada penelitian ini jumlah responden 36 siswa dan jika terdapat n butir, maka akan dilakukan perhitungan sebanyak n kali. Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. Indeks konsistensi internal ini sering disebut daya pembeda. Jika instrumennya berupa tes hasil belajar, maka butir yang indeks konsistensinya tinggi dapat membedakan antara anak yang pandai dan kurang pandai. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut :

 

 

 

2 2

2

2 X n Y Y

X n

Y X XY

n rxy

rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i ( daya pembeda )

n = banyaknya subjek yang dikenai tes ( instrumen ). X = skor butir ke-i ( dari subyek uji coba )

Y = skor total ( dari subyek uji coba )

(62)

(2) Menentukan Indeks Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus untuk menentukan Indeks tingkat kesukaran ( Thorndike dan Hagen dalam Noehi Nasution, 1992 : 41-42 ) adalah :

% 100   J B P Keterangan :

P= indeks tingkat kesukaran ( fasilitas butir soal ).

B= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar. J= jumlah peserta tes.

Soal dianggap baik jika 0,30  P < 0,7 .

3) Uji Reliabilitas

Reliabel disebut juga terpercaya, terandalkan, ajeg, stabil, dan konsisten

( Budiyono, 2003 : 65 ) Untuk menguji reliabilitas masing-masing item dalam tes uji Kruder-Richardson 20 (KR – 20) sebagai berikut:

              

2

2 11 1 t i i t S q p S n n r 11

(63)

n = banyaknya butir soal

pi = proporsi banyaknya menjawab subjek yang menjawab benar pada

butir ke-i.

i

q = 1- pi 2

t

S = variansi total.

(Budiyono, 2003 : 69) Hasil skor tes disebut reliabel jika besarnya indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi nilai 0,70.

6) Penetapan Tes Prestasi

Setelah dilakukan uji coba tes prestasi belajar ditentukan butir soal yang dipakai untuk tes prestasi.

E. Teknik Analisis Data 1. Uji Pendahuluan

Pada uji pendahuluan ini digunakan uji t untuk mengetaui apakah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang. Sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji keseimbangan (uji t) adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : 1 =2 (kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama).

1

(64)

b. Taraf signifikansi:

= 0,05. c. Statistik uji

2 1 2 1 1 1 n n S X X t p   

t(n1n2 2)

Keterangan:

1

X : rata-rata nilai matematika UUB semester I kelompok eksperimen.

2

X : rata-rata nilai matematika UUB semester I kelompok kontrol. 2

p

S : variansi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Sp2 =

2 n n S 1 n S 1 n 2 1 2 2 2 2 1 1      1

n : banyaknya siswa kelompok eksperimen.

2

n : banyaknya siswa kelompok kontrol.

d. Daerah kritik

DK :

; 2

2 1 2 1

/tt nn

t

e. Keputusan uji

0

H diterima jika harga statistik uji t berada di luar daerah kritik.

(65)

2. Uji Prasyarat Anava

Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas dengan metode Lilliefors digunakan apabila datanya tidak dalam distribusi frekuensi data bergolong.

Prosedur uji normalitas populasi dengan menggunakan metode Lilliefors. 1). Hipotesis

0

H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

1

H : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2). Taraf signifikansi (

) = 0,05.

3). Statistik uji yang digunakan:

   

zi S zi

F Max

L 

Dengan:

* Menentukan standart deviasi

) 1 ( 2 2   

n n X X n s

* Menentukan bilangan baku zi

s X X zii

* Menentukan peluang:

i

z

(66)

* Menghitung proporsi cacah Zzi terhadap seluruh zi

S

 

zi

* Menghitung nilai dari F

   

ziS zi

4). Daerah kritik

DK =

LLL,n

dengan n adalah ukuran sampel untuk beberapa nilai

dan n, nilai L,n dapat dilihat pada tabel.

5). Keputusan uji

Jika H0 ditolak berarti sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

(Budiyono, 2004 : 170-171) b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak (Budiyono, 2004 : 175). Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barlett dengan prosedur sebagai berikut:

1). Hipotesis

0 H : 2

1  = 2

2

 = ... = 2

k

 ( Variansi populasi homogen ).

1

H

:

tidak semua variansi sama ( Variansi bukan populasi homogen ).

2). Taraf signifikansi (

) = 0,05. 3). Statistik uji yang digunakan:

 2

2

log log

203 , 2

j j S

f RKG f

c

(67)

Selanjutnya nilai 2 yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan 2tabel.

4). Daerah kritik

DK =

2 2(2;k1)

, dimana (2;k1) didapat dari daftar distribusi Chi

Kuadrat dengan taraf signifikan

5). Keputusan uji

0

H ditolak jika 2 DK

Bila H0 ditolak berarti variansi populasinya tidak homogen.

(Budiyono, 2004 : 177-178)

3. Uji Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus Analysis of Variance (ANAVA). Pengujian hipotesis ini digunakan anava dua jalan dengan sel tak sama.

a. Model

ijk ij j ijk

X 1  

Keterangan:

ijk

X = data amatan ke-k yang dikenai faktor A (metode pembelajaran) ke-i dan faktor B (tingkat aktivitas belajar) ke-j.

 = rerata besar dari seluruh data amatan (pada populasi).

1

(68)

j

 = efek faktor B kolom ke-j variabel terikat

ij = kombinasi efek faktor A baris ke-i dan faktor B kolom ke-j pada

variabel terikat.

ijk = galat berdistribusi normal N (0,

i = 1,2 1 = untuk model pembelajaran kooperatif jigsaw. 2 = untuk model pembelajaran konvensional. j = 1,2, 3 1 = aktivitas belajar tinggi.

2 = aktivitas belajar sedang. 3 = aktivitas belajar rendah.

k = 1,2,3 ...,n;nij = banyaknya data amatan pada sel abij. b. Desain Data

Keterangan desain data: A. Penggunaan Pembelajaran

1

a = Pembelajaran dengan model kooperatif jigsaw.

2

a = Pembelajaran dengan metode Konvensional.

Aktivitas Tinggi

) (b1

Aktivitas Rendah

) (b3

Aktivitas Sedang

) (b2

12 ab 22 ab 11 ab 21 ab

Metode kooperatif jigsaw )

(a

(69)

B. Aktivitas Belajar Siswa

1

b = aktivitas belajar tinggi.

2

b = aktivitas belajar sedang. b3 = aktivitas belajar tinggi.

11

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran model kooperatif jigsaw dengan aktivitas belajar tinggi.

12

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran model kooperatif jigsaw dengan aktivitas belajar sedang.

ab13 = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan

pembelajaran model kooperatif jigsaw dengan aktivitas belajar rendah.

21

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran metode konvensional dengan aktivitas belajar tinggi.

22

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran metode konvensional dengan aktivitas belajar sedang.

23

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan

(70)

c. Prosedur 1). Hipotesis

(a). H0A :i 0 untuk semua i (tak ada perbedaan efek faktor A, i = 1, 2 terhadap variabel terikat).

0 : 1A i

H  untuk paling sedikit satu harga i (ada perbedaan efek faktor A terhadap variabel terikat).

(b). H0B:j 0 untuk semua j (tak ada perbedaan efek faktor B, j = 1, 2, 3 terhadap variabel terikat).

0 : 1B j

H  untuk paling sedikit satu harga j (ada perbedaan efek faktor B terhadap variabel terikat).

(c). H0AB :()ij 0 untuk semua ij (tak ada interaksi antara faktor A dengan faktor B terhadap variabel terikat).

0 ) ( :

0B ij

H  untuk paling sedikit satu harga (ij). (Ada interaksi antara faktor A

Gambar

Gambar 1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli dalam jigsaw Masing-masing  anggota  kelompok  asal  bertemu  dalam  diskusi  kelompok  ahli  untuk  membahas  materi  yang  ditugaskan
Gambar Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 4.1. Banyaknya Siswa Kelompok Eksperimen Yang Memiliki Aktivitas       Belajar Dengan Kategori Tinggi, Sedang Dan Rendah
Tabel 4.3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Kubus, Ba-      lok, Prisma Dan Limas Pada Kelompok Eksperimen Dan       pok Kontrol Kelompok Nilai  Tertinggi Nilai  Terendah Jangkauan ( R ) Mean      ( X ) Standar  Deviasi (s) Eksperimen 10
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jska massh terdapat peserta dsdsk yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberskan bsmbsngan..

Peranan guru dalam pembelajaran kian berubah dengan pertambahan dalam penggunaan teknologi di dalam bilik darjah. Walaupun tempat guru tidak dapat diambil alih oleh

Diharapkan kepada saudara harus membawa berkas Dokumen Asli berikut salinannya, seperti yang telah di upload ke Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) LPSE Kabupaten Bangka

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sebelum pembelajaran dengan demonstrasi, siswa memiliki pemahaman yang tidak lengkap dan pemahaman yang tidak sesuai dengan konsep

Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu–Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul dan Pembimbing Akademik.. Ibu Prita Dhyani Swamilaksita, SP., M.Si selaku

Therefore, the researcher tries to analyze naturalness characteristics in the Indonesian translation in a famous novel The Devil and Miss Prym is written by

1) Percobaan awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah

As the capabilities document is encoded as an XML instance document containing all the information for a calling client to bind to the service, this seems to be the natural place to