• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DAN INDONESIA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar diseluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 1993).

Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun)

Proyeksi penduduk oeleh Biro Pusat Statistik menggabarakn bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansai mulai mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lansia di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fsik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dann masyarakat (GBHN, 1993).

(2)

Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (primer), Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.

Perancangan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1996 di Semarang Oleh Presiden Soeharto merupakan bukti dan penghargaan pemerintah terhadap lansia.

Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang sebagian besar berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit sekali prevalensi kepikunaannya. Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak mengonsumsi sayur dan buah, aktivitas fsik yang tinggi, sosialisasidengna warga lainnya, serta hidup ditempat yang sangant bersih dan jauh dari polusi udara.

Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Unruk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliyah Keperawatan Gerontik serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia.

2. Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian lansia dan tipe-tipe lansia b. Agar mahasiswa mengetahui berbagai teori lansia

c. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan lansia

d. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

1. Klasifkasi Lansia

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

d. Lansia Potensial

Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)

e. Lansia tidak Potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain (Depkes RI, 2003)

2. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

(4)

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi 3. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup, lingkungan, kondisi fsik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

B. Teori-teori Proses Penuaan

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki keerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.

(5)

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang.

 Teori genetik dan mutasi

Menurut teori genetik dan mutasi menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).

Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada lansia yang mengakibatkan teganggunya fungsi sel itu sendiri.

Pada teori biologi dikenal istilah “pemakaian dan perusakan” (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.

 Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

 teori stress

teori stress mengungkapkan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.  Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

 Teori rantai silang

(6)

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.

2. Teori Psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yagn efektif.

Keperibadian individu yagn terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ditunjang dengan status sosialnya.

Adanya penurunan dari inteletualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan kemampuan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi atau reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.

Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fsiologis organ otak. Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi yang lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan memberi alasan secara abstrak dan melakukan penghitungan.

Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian atau peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memori terdiri dari atas tiga komponen sebagai berikut:

 Ingatan paling singkat dan segera. Contohnya pengulangan angka.  Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit

hingga beberapa hari yang lalu.  Ingatan jangka panjang.

(7)

3. Teori Sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori perkembangan (development theory) dan teori stratifkasi usia ( age stratification theory).

 Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons (1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.

Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya.

Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.

Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut:

 Masyarakat terdiri atas faktor-faktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing.

 Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.

 Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus mengeluarkan biaya.

 Aktor senantiasa mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.

(8)

 Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan disekitarnya.

Selain hal tersebut, masyarakat juga perlu mempersiapkan kondisi agar para lansia tidak menarik diri. Proses penuaan mengakibatkan interaksi sosial lansia mulai menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu:  Kehilangan peran (loss of roles)

 Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship)

 Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social moralres ad values)

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya.

Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut:

 Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

 Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.

(9)

 Teori aktivitas

Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang suskses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasaan dalam melakukan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi disisis lain dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda atau janda serta ditinggal wafat oleh pasangan hidupnya.

Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.

Pokok-pokok teori aktiivitas adalah:

 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

 Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyususnan kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk berinteraksi sepenuhnya di masyarakat.

 Teori kesinambungan

Teori ini dianut oleh pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehiduupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.

Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan pergerakan dan proses banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya.

(10)

Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut :

 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di masa lalu, lansia harus memilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilalngkan.

 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.

 Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk beradaptasi

 Teori perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erickson. Sigmund Freud meniliti tentang psikonalisis saerta perubahan psikososial anak dan balita. Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan fase, yaitu:

 Lansia yang menerima apa adanya  Lansia yang takut mati

 Lansia yang merasakan hidup penuh arti  Lansia yang menyesali diri

 Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan

 Lansia yang kehidupannya berhasil

 Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri

 Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan(ego integrity vs despair)

Joan Birchenall, R. N., Med. Dan Mary E. Streight R. N . (1973), menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna memahami perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menajdi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.

(11)

 Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.

 Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru, yaitu pensiun atau menduda/menjanda.

 Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas, dan hubungan sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temanya.

 Teori stratifkasi usia

Wiley (1971) menyusun stratifkasi usia berdasarkan usa kronologisyang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kakpasitas, peran, kewajiban dan hak mereka berdasarkan usia.

Dua elemen penting dari model stratifkasi usia tersebut adalah strruktur dan prosesnya

 Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut:bagaimanakah peran dan harapan menurut penggolongan usia; bagaimanakah penilaian strata oelh strata itu sendiri dan strata lainnya; bagaimanakah penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia.  Proses mencakup hal-hal berikut: bagaimanakah

menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran yang ada; bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus.

Keunggulan teori stratifkasi usia adalah sebagai berikut:  Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat  Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok

 Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.

4. Teori Spiritual

(12)

James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepecayaan (Wong, et .al, 1999). Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan atau demensia spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang.

Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan.

Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

C. Masalah-masalah Pada Lansia 1. Penurunan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

a. Sistem pernafasan pada lansia.

 Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal  Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

 Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.  Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan

normal 50m²), menyebabkan terganggunya proses difusi.

(13)

 CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

 kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

b. Sistem persyarafan

 Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan  Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfkir.  Mengecilnya syaraf panca indera.

 Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin

c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia 1) Penglihatan

 Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

 Sfngter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar  Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

 Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap

 Hilangnya daya akomodasi

 Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang

 Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala

2) Pendengaran

 Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)

 Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun

 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin

(14)

 Menurunnya kemampuan pengecap.

 Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang

4) Peraba

 Kemunduran dalam merasakan sakit.

 Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

5) cardiovaskuler pada usia lanjut

 Katub jantung menebal dan menjadi kaku

 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

 Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

 Kurangnya efektiftasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

 Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg).

6) Sistem genito urinaria

 Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1)

 Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin

 Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.  Atropi vulva.

(15)

 Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus

7) Sistem endokrin / metabolik pada lansia  Produksi hampir semua hormon menurun.

 Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

 Menurunnya aktivitas tiriod  Menurunnya produksi aldosteron.

 Menurunnya sekresi hormon: progesteron, estrogen, testosteron.  Defsiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari

sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stress)

8) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut

 Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

 Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.  Esofagus melebar.

 Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

 Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

 Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).

 Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

9) Sistem muskuloskeletal  Tulang rapuh.

 Resiko terjadi fraktur.  Kyphosis.

 Persendian besar & menjadi kaku.  Pada wanita lansia > resiko fraktur.

(16)

 Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan berkurang)

10) sistem kulit & jaringan ikat

 Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

 Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa

 Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.  Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya

aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.  Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan

penyembuhan luka luka kurang baik.

 Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

 Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu

 Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.

 Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.

 Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitftas otot.

11) sistem reproduksi dan kegiatan sexual  Perubahan sistem reprduksi

 Selaput lendir vagina menurun/kering.  Menciutnya ovarium dan uterus.  Atropi payudara.

 Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur

 Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik

 Kegiatan sexual

(17)

tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman seks.

2. PENYAKIT YANG DIDERITA LANSIA a. Kencing manis (Diabetes Melitus)

 Tipe I: IDDM (Insulin dependent Diabetes melitus) cirinya :  Banyak menyerang orang muda

 Disebabkan penghacuran total sel-sel beta pankreas  Sangat mutlak tergantung pada terapi insulin

 Tipe II : NIDDM (Non insulin dependent diabetes melitus) cirinya:  Paling banyak menyerang orang tua

 Sel beta pankredidas tidak dirusak tidak cukup memproduksi insulin

 Sehingga hati, otot serta sel lemak tidak beraksi secara wajar

Gejalanya adalah: polipagia, poliuria, polidipsia diikuti tubuh yang cepat lelah, kurang tenaga, badan kurus, gatal-gatal, kesemutan dan luka yang sukar sembuh.

b. Osteoporosis

Pada wanita, kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan khilangan masa tulang dampak terhadap metabolisme kalsium akhirnya membuat tulang patah. Pada pria, karena defsiensi testosteron, alkohol, penggunaan kortikosteroid, dan faktor penuaan. c. Dementia type Alzheimer

Dipengaruhi oleh hormon juga, pada wanita estrogen dapat meningkatkan produksi zat dan aktiftas neorotransmeter, penurunan testoteron pada laki-laki akan berpengaruh penurunan fungsi memori dan fungsi kognitif. Kondisi yang sangat berat akan menyebabkan terjadinya penimbunan protein amiloid di darah otak sehingga terjadi sindroma alzeimer.

(18)

 Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti; lupa meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, lupa nomor telepon atau kardus obat yang biasa dimakan, lupa mencampurkan gula dalam minuman, garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air.

 Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak mampu melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri.

 Kesulitan bicara dan berbahasa

 Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan keadaan sekitar rumah, tidak tahu membeli barang ke kedai, tidak mengenali rekan-rekan atau anggota keluarga terdekat.  Kesulitan mengambil keputusan yang tepat

 Kesulitan berpikir abstrak, seperti; orang yang sakit juga mendengar suara atau bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan.

 Salah meletakkan barang

 Perubahan mood dan perilaku, seperti; menjadi agresif, cepat marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya.

 Perubahan kepribadian, seperti; seperti menjerit, terpekik dan mengikut perawat ke mana saja walaupun ke WC.

 Hilangnya minat dan inisiatif d. Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia ada beberapa macam, yaitu :

 Penyakit Jantung Koroner

(19)

hipertensi, kegemukan, merokok, diabetes, stress, kurang olahraga dan kolesterol tinggi.

Gejala yang muncul pada penyakit jantung koroner ini adalah angina, yaitu ketidakcukupan aliran oksigen ke jantung. Perasaan sakit angina terjadi seperti: terbakar, tertekan, dan tekanan berat di dada kiri yang dapat meluas ke lengan kiri, leher, dagu dan bahu. Tanda yang khas saat penyerangan adalah timbulnya rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin dan tungkai serta lengan menjadi dingin.

 Serangan Jantung

Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak sanggup lagi mensuplai darah ke bagian otot jantung yang dialirinya. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengobatan akan mengakibatkan kematian. Hampir separoh dari kematian mendadak karena serangan jantung terjadi sebelum pasein tiba di rumah sakit. Penyebab dari serangan jantung ini adalah karena pembentukan arterisklerosis (pengerasan arteri jantung) yang berakibat pada penurunan aliran darah. Faktor resikonya meliputi: faktor keturunan, tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol tinggi, diabetes, kegemukan, kurang olahraga, pemakaian obat-obatan (terutama kokain), umur dan stres.

Gejala utama serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti menusuk-nusuk dan bersifat persisten pada dada kiri, menyebar ke lengan, rahang, leher, dan bahu sampai 12 jam lamanya atau bahkan lebih. Tanda lain adalah perasaan seperti bingung (bodoh), lelah, mual, muntah, sesak napas, dingin di lengan dan tungkai, keringat dingin, cemas dan gelisah.

 Penyakit jantung hipertensi

(20)

akan tetapi sekarang ini telah diakui sebagai pemegang peranan yang besar sebagai faktor resiko serangan jantung. Pada usia lanjut tekanan darah cenderung mengalami labilitas dan mudah mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Untuk itu dianjurkan selalu mengukur tekanan darah pada waktu periksa maupun saat kontrol pengobatan. Apabila tidak dilakukan kontrol rutin terhadap tekanan darah, akan memperbesar terjadinya penyakit jantung hipertensi.

3. Masalah Sosial Pada Lansia

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fsik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

(21)

Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca traumatik. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifkasi secara spesifk bagi perasaan yang cemas secara kronis.

Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”).

Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fsik. Terapi dapat disesuaikan secara individu tergantung beratnya dan dapat diberikan obat anti anxietas seperti : hydroxyzine, Buspirone. b. Depresi

Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat keluhan somatik.

Gejala depresi pada lansia, yaitu :  Gejala utama:

 Afek depresi  Kehilangan minat

 Berkurangnya energi (mudah lelah)  Gejala lain:

 Konsentrasi dan perhatian berkurang  Kurang percaya diri

 Sering merasa bersala  Pesimis

 Ide bunuh diri

(22)

Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa bentuk berdasarkan berat ringannya :

 Depresi ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.

 Depresi sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.

 Depresi berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.

Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor psikologik, sosial dan biologik.

 Biologik: sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti hipertensi, DM, strokeketerbatasan gerak, gangguan pendengaran atau penglihatan.

 Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.

 Psikologis: kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.

c. Gangguan Tidur

Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia dari pada usia dewasa muda adalah :

 Gangguan tidu  Ngantuk siang hari

 Tidur sejenak di siang hari  Pemakaian obat hipnotik

(23)

Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi adalah perubahan waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada lansia. Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai dengan kondisi masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau adanya gejala fungsi kognitif, perilaku, psikomotor, gangguan daya ingat, dan insomnia.

d. Paranoid

Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya.

Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan kondisi yang disebut paranoid.

Gejala-gejalanya antara lain:

 Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-orang disekelilingnya;

 Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang disekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya;

 Paranoid dapat merupakan manisfestasi dari masalah lain, seperti depresi dan rasa marah yang ditahan.

Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alasan yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala bertambah berat.

D. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Kesehatan Lansia 1. Sosial

(24)

awal. Dukungan social yang tidak cukup, sangat erat hubungannya dengan peningkatan kematian, kesakitan dan depresi juga kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Lansia yang tidak mendapatkan dukungan social yang cukup 1,5 kali lebih besar kemungkinan untuk mengalami kematian pada tiga tahun kedepan dari pada mereka yang mendapatkan dukungan sosial yang cukup.

Oleh karena itu dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi ,memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargi. Lansia dengan dukungan sosial yang tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal itu dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

2. Budaya

(25)

kepercayaan dan praktik-praktik berhubungan dengan penyakit dan kesehatan. Pengetahuan tentang keanekaragaman budaya memberikan petunjuk terhadap maksud perilaku yang sebaliknya mungkin dinilai dengan cara negatif atau sedikitnya salah dipahami. Budaya meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan dari suatu kelompok orang. Pemahaman tentang variabel budaya sangat penting untuk praktik keperawatan dengan dua alasan utama. Pertama, hal itu membawa kearah pemahaman yang lebih baik tentang perilaku pasien dan keluarga mereka. Karena pola budaya digunakan sebagai cara untuk menggambarkan penyakit, hal itu memengaruhi persepsi tentang orang sakit oleh kelompok dan mengidentifkasi penyakit yang sesuai dan perilaku mencari pelayanan keseehatan. Kedua, pemahaman terhadap faktor budaya membuat suatu pemahaman yang lebih lengkap .

Di negara-negara Eropa dan Jepang, pelayanan lanjut usia dapat dikatakan sangat baik. Tidak hanya dari segi kesehatan, namun juga dari pelayanan publik, jaminan sosial, ketenagaan, dan sarana/prasarana umum. Semuanya ramah terhadap golongan lanjut usia. Hal ini dikuatkan juga dengan struktur piramida penduduk yang dominan lanjut usia dan pra-lanjut usia sehingga pelayanan lanjut usia yang optimal menjadi sebuah keniscayaan.

3.

Ekonomi

Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara umum yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain, sedangkan lansia yang tidak memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudaranya. Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan risiko untuk menjadi sakit dan disabilitas. Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau tidak ada tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat membayar keamanan atau merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang rendah.

(26)

bisa makan hari ini, esok dan seterusnya. Kondisi lansia seperti ini yang sangat memprihatinkan, seharusnya petugas kesehatan harus cepat tanggap terhadap kondisi seperti ini.

Sering kali di media menampilkan bagaimana orang dengan ekonomi dibawah rata-rata tidak diperlakukan dengan sama terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan kepada mereka. Hal ini sperti membuat mereka hilang harapan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dengan melihat hal-hal seperti itu terjadi. Hal itu akan membuat mereka berpikir berkali-kali sebelum mendatangi tempat pelayanan kesehatan.

4. Spiritual

Agama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, “penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan”.

Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya bahwa lansia adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, lansia harus dihormati, dicintai dan diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad Saw bersabda, “hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat berkewajiban memperhatikan kondisi para lansia.

(27)

dengan orang lain (Gulardi, 1999). Lebih lanjut dijelaskan bahwa Kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman (Hurlock, 1994). Kemajuan sosio-ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).

Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang tua (Mcfadden, 1996).

5. Lingkungan

(28)

daerah lansia itu tinggal sulit diakses pelayanan kesehatan karena jauhnya jarak atau medan yang tidak bersahabat, hal ini akan menghambat lansia mendapat pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatanya.

Contoh lain, lingkungan tinggal yang mendukung aktivitas keagamaan, atau anggota masyarakat yang islami atau keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan mendukung peningkatan perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih matang. Pada akhirnya membantu lansia untuk menghadapi kenyataan termasuk dampak dari penuaan fsik yang dialami, dan mengahadapi kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat berperan aktif dalam kehidupan.

BAB III PENUTUP

(29)

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Tipe-tipe lansia:  Tipe arif bijaksana  Tipe mandiri  Tipe tidak puas  Tipe pasrah  Tipe bingung

Teori-teori proses penuaan: 1. Teori biologi

 Teori genetik dan mutasi  Immunology slow theory  Teori stress

 Teori radikal bebas  Teori rantai silang 2. Teori psikologi

3. Teori sosial

 Teori interaksi sosial  Teori penarikan diri  Teori aktivitas

 Teori kesinambungan  Teori perkembangan  Teori stratifkasi usia 4. Teori spiritual

Masalah-masalah pada kesehatan lansia: a. Penurunan Masalah Fisik Dan Fungsi Tubuh

(30)

 Penurunan fungsi panca indera  Penurunan fungsi endokrin Penyakit yang sering diderita lansia:

 Diabetes militus  Osteoporosis

 Dementia type Alzheimer  Penyakit Jantung

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia:  Sosial

 Budaya  Ekonomi  Spiritual  Lingkungan B. Saran

Sebagaimana dalam pandangan islam, orang tua atau orang yang lebih tua dari kita harus dihormati, dikasihi serta disayangi dan diperhatikan. Betapa beruntungnya menjadi tua, ada banyak sekali orang yang tidak bisa menginjak usia tua, ada banyak sekali mereka yang tidak bisa melihat anak serta cucunya tumbuh menjadi dewasa. Jadi, ketika kita bisa melihat orang tua kita menjadi tua atau menginjak usia lanjut itulah saatnya kesempatan untuk kita menyenangkan masa-masa tua mereka dengan kesuksesan anak-anaknya.

Sebagai perawat yang profesional yang sudah mempelajari ilmu gerontologi sudah sewajarnya memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya untuk para lansia tidak hanya memberikan pelayanan terhadap kebutuhan biologisnya saja tetapi mencakup kebutuhan psikologis dan spiritualnya.

Untuk para pembaca makalah ini silahkan memberikan masukan maupun kritikan atas kekurangan dari makalah ini supaya untuk makalah-makalah selanjutnya bisa jauh lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG

(31)

http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada -lanjut-usia.html?m=1

Referensi

Dokumen terkait

• Senarai semak @ • Lembaran (unit 25) 26 Pergerakan Berirama Tajuk: Rangkaian Kreatif Fokus: Berkebolehan melakukan rangkaian pergerakan lokomotor dan bukan lokomotor

Biological aspects of reproduction covers the frequency distribution of the length, length relationship weight, the size of the first ripe gonads, sex ratio, gonad maturity

Aktivitas siswa di kelas VII-B SMP Negeri 1 Kertasemaya dalam pembelajaran Sejarah dengan menggunakan metode foxfire, dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas

Tabel header yang terletak di bagian atas adalah judul kolom tabel, sedang tabel header yan terletak di bagian kiri adalah judul baris tabel.. Tag yang digunakan

keluarga mampu mendemonstrasikan kembali cara membuat obat tradisional.. dengan benar dan keluarga dapat mengerti serta memahami

Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim perlu produk perumahan dengan konsep Islam. Permukiman muslim di Komplek Masjid Menara Kudus merupakan permukiman lama mulai

Telah dilakukan penelitian tentang tingkat pencemaran logam kadmium (Cd) dan kobalt (Co) pada sedimen disekitar pesisir Bandar Lampung.. Konsentrasi logam kadmium dan kobalt

• Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Olahraga khususnya POR A1 selaku teman seperjuangan studi S2 UNNES semoga sukses selalu.. Pengaruh Latihan Koordinasi Mata-Kaki-Tangan dan Tingkat