• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan gerontik dengan gout

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan keperawatan gerontik dengan gout"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHALUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dibidang kedokteran, termasuk penemuan obat-abatan seperti antibiotika yang mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2012).

Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti amerika serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1000 orang per hari pada tahun1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan penduduk lanjut usia” (lansia) (Padila, 2013).

Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya.kenyataan mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat sekitarnya (Nugroho, 2012).

(2)

satu orang dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang kronis misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, dan penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak diperlukan (Padila,2013).

Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat serta dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara berkala. Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular salah satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra, 2013).

Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64 tahun 45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi yang sering dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout, osteoritis, dan remothoid arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data penulis di desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang pada bulan desember 2015 terdapat 1,90% penduduk yang menderita gout arthritis.

Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun dalam psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus dicegah melalui hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik melatih pergerakan, modifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.

Hail pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 1-3 desember 2015 di Dusun XI Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan yaitu berjumlah 52 orang. Lansia awal 46-55 tahun sekitar 24 orang dengan persentase 46,15%, lansia akhir 56-65 tahun sekitar 17 orang dengan persentase 32,69% sedangkan lansia manula sekitar 11 orang dengan persentase 21,15%.

(3)

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny. A di desa percut.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A

2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan gout arthritis pada Ny.A

3. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A

4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik dengangout arthritis pada Ny.A

5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny.A dengan gout arthritis.

1.3 Ruang Lingkup

Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A di dusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang tanggal 2-7 Desember 2015.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:

1. Wawancara 2. Pemeriksaan fisik 3. Studi kepustakaan

1.5 Sistematika penulisan

BAB I:Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan.

BAB II:Tinjauan teoritis terdiri dari konsep lansia dan askep.

BAB III:Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

(4)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Defenisi

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmojo,2011). Menurut WHO, 1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi. Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).

2.1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia menurut adalah sebagai berikut:

a) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu: 1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun 3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).

2.1.3 Masalah-masalah Pada Lanjut Usia

(5)

Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).

Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson, 2003).

Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria (Watson, 2003).

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).

(6)

tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).

Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

2.1.4 Teori-teori Proses Menua

Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.

a) Teori Biologis

Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.

Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya usia.

(7)

pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.

Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri dari masyarakat.

Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu daru usia pertengahan kelanjut usia.

Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003).

2.1.5 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia

Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;

a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada makromolekular,

(8)

c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi substansi

d) Penuaan pada organism

Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih.

2.1.6 Penyakit umum pada lanjut usia

Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2003) yakni:

1. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi

2. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus,klimakterium,hipertiroid dan hipotiroid

3. Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun penyakit kolagen lainnya

4. Berbagai macam neoplasma

Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:

1. Gangguan pendengaran 2. Bronkhitis kronis 3. Gangguan tungkai 4. Gangguan pada sendi 5. Dimensia

6. DM,osteomalasia,hipotiroidisme

2.2Konsep Medis Gout Artritis 2.2.1 Pengertian Gout Arthritis

(9)

jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.

2.2.2 Etiologi

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Faktor resiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :

1. Suku bangsa /ras

Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).

2. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).

3. Konsumsi ikan laut

Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).

2.2.3 Manifestasi Klinis

Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang. Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:

1) Nyeri sendi

2) Menyerang satu sendi saja

(10)

4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga

5) Kesemutan dan linu

6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur

7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak

2.3Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas, pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi (Stanley,Mickey.2007)

a. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama, status perkawinan.

b. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.

c. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.

d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh faktor genetic.

e. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.

f. Pola nutrisi

(11)

g. Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi. h. Personal Hygine

Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan. i. Neurosensori

Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada sendi.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang

b. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan c. Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak

d. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah (Sarif, 2012)

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu: 1. gangguan rasa nyaman nyeri

- Tujuan jangka panjang :

Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri klien teratasi

- Tujuan jangka panjang :

Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien dapat mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan benar,

Kriteria hasil :

a) Nyeri hilang atau terkontrol b) Ekspresi wajah klien rilek c) Skala nyeri 3

Rencana tindakan :

1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri ( 0-10 ).

(12)

3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.

4. Dorong untuk sering ubah posisi 5. Bantu passien bergerak di tempat tidur.

6. Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang mennyentak.

7. Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi. 8. Berikan masase yang lembut.

9. Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.

2. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan

 Tujuan jangka panjang:

Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien mampu berjalan dengan baik

- Tujuan jangka pendek:

Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan ROM dengan criteria

1. mampu menyebutkan manfaat latihan ROM 2. dapat mempraktekan latihan ROM

Rencana tindakan :

1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi penderita gangguan mobilitas

2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan 3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien 4. monitor tanda-tanda vital

5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien

6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien

7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.

8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu 9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).

3. Resiko injury

- Tujuan jangka panjang :

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah cidera klien tidak terjadi.

(13)

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat meminimalkan resiko cidera.

Criteria hasil:

1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien 2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien

Rencana :

1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan akibatnya

2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien

3. diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada lanjut usia proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system tubuh, akibat perubahan.

4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien tidak jatuh

5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat digunakan peralatan biaya tenaga

6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita 7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan 8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan 9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.

4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah

- Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24 jam Pasien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan dirumah.

Intervensi :

1. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan oleh dokter atau perawat.

2. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis, tujuan dan efek samping

(14)

4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik. 5. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan. 6. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit

(15)

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian 1. Identitas

Nama : Ny. A

Tempat tgl lahir : percut, 7 januari 1943 Jenis Kelamin : Perempuan

Status perkawinan : kawin

Agama : islam

Suku : melayu

Alamat : dusun XI desa percut

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi

a) Pekerjaan saat ini

Klien mengatakan saat ini hanya dirumah saja, kadang kadang kalau ada kemauan klien pergi ke kebun yang ada di samping rumahnya.

b) Pekerjaan sebelumnya

Klien mengatakan pekerjaanya dulu adalah petani c) Sumber pendapatan

Klien mengatakan sumber pendapatan dulu dari hasil yang ada dikebunnya. d) Kecukupan pendapatan

Klien mengatakan pendapatannya cukup untuk makan sehari-hari.

3. lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapian

a) Ruangan

Terkesan tidak rapi atau berantakan b) Penerangan

Kurang c) Sirkulasi udara

Kurang karena hanya terdapat satu jendela didepan rumah d) Sumber air minum

PAM

e) Keadaan kamar mandi

Kecil dan lantai licin dan berlumut f) Pembuangan sampah

Ditumpuk didepan rumah g) Resiko injury

Kamar mandi berlumut dan licin

(16)

a) Status kesehatan saat ini:

1) Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini merasakan sakt seperti kesemutan, kebas pada bagian kaki dan juga pada bagian pinggang. Klien tidak pernah melakukan latihan pergerakan, klien tidak pernah berolahraga paling nyapu halaman.

b) Riwayat kesehatan masalalu

Ny.A belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang diderita adalah pusing, batuk dan pilek.

Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah membeli obat diwarung jika tidak sembuh baru di bawa ke puskesmas.

c) Pola kebiasaan

1) Makan dan minum

Ny.A mengatakan makan 3 kali sehari tapi makanan dikonsumsinya sedikit tergantung nafsu makannya.

2) Eliminasi

Ny.A mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan mandiri, tetapi keluhan yang dirasakan tidak dapat mengontrol BAK jika mau ke kamar mandi, kadang sudah keluar sendiri sebelum sampai ke kamar mandi.

3) Toileting

a. Mandi: Ny.A mengatakan mandi 1 hari sehari dilakukan sendiri

b. Gosok gigi : jarang dilakukan, karena merasa giginya sudah ompong semua c. Mencuci rambut: seminggu sekali

d. Berpakaian dan berhias : memakai sendiri tanpa bantuan. d) Istirahat tidur

Ny.A mengtakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Ny.A beristiahat di dalam rumah atau diluar rumah

e) Aktivitas

Ny.A mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih dilakukan secara mandiri tetapi Ny.A mengatakan sudah tidak mampu berjalan jauh.

f) Neurosensori

Ny.A mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan. g) Psikososial

a. Hubungan social

Ny.A mengatakan tiak mengikuti salah satu kegiatan di masyarakat dengan alas an sudah tua

b. Konsep diri

Ny.A mengatakan semua bagian tubuhnya di sukai. Sekarang peran Ny.A adalah sebagai ibu dan nenek yang diharapkan keluarganya dapat sebagai tempat mengadu

(17)

Ny.A beragama islam yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu pasti menyembuhkan apapun yang terjadi pada diri kita.

i) Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum

sadar penuh (kompos mentis) orientasi terhadap orang, waktu, tempat dan situasi baik. Penampilan kurang rapi, rambut di ikat tetapi acak-acakan

b. tanda-tanda vital TD: 130/90 mmHg

 kepala dan rambut: rambut sebagian sudah beruban, tmpak berminyak dan

berbau.

 Mata masih dapat melihat dengan jelas

 Telinga bersih, fungsi pendengaran masih baik.  Mulut, gigi, bibir: mulut bau,

3.1.1 Pengelompokan Data

DS:

 Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu  Keluarga mengatakan ibu tidak pernah mau jalan pagi

 Ny.A mengatakan dia tidak mampu jalan jauh, kedua kaki saya kebas, kesemutan.  Keluarga mengatakan “ya memeng beginilah keadaan rumah kami”

 Ny.A mengatakan mandi 1 kali sehari

 Ny.A mengatakan jarang gosok gigi, dan mencuci rambut seminggu sekali.

DO:

 Postur tubuh tidak stabil saat berjalan  Prubahan gaya jalan lambat, kaki diseret  Ny.A tampak dapat jalan tapi sempoyongan  Nilai oto 3/5

 Lantai kamar mandi licin dan berlumut  Perabotan dan peralatan tidak rapi  Penerangan didalam rumah kurang  Rambut tampak berminyak dan lusuh  Mulut, gigi tampak kotor

 Rambut di ikat tapi acak-acakan.

(18)

No Data Etiologi Problem 1 DS:

 Ny.A mengatakan merasakan sakit pada bagian kaki, seperti kesemutan dan kebas dan juga bagian pinggangnya

 Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu

 Keluarga mengatakan ibunya tidak mau jalan-jalan pagi, karena katanya dingin.

DO:

 Postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor.

 Perubahan gaya jalan lambat, kaki diseret.

 Nilai otot 3/5

Ketidakmauan untuk melakukan pergerakan

Kerusakan mobilitas fisik

2 DS:

 Ny.A mengatakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh, kedua kaki saya kebas dan kesemutan

 Keluarga mengatakan “ya beginilah rumah kami seperti ini”

DO:

 Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan

 Lantai kamar mandi licin dan berlumut

 Perabotan dan peralatan tidak rapi penerangan kurang.

 Nilai oto 3/5

Ketidakmampuan dalam bergerak

Resiko injury

3.2 Diagnosa Keperawatan Nama: Ny.A

(19)

No Dx Diagnose Keperawatan

1 Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan di tandai dengan Ny.A mengatakan merasakan sakit pada bagian kaki, seperti kesemutan, kebas, Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu, postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor perubahan gaya jalan lambat kaki diseret.

2 Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak ditandai dengan Ny.A mengtakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh, kedua kaki saya kebas, dan kesemutan, keluarga mengatakan “ ya beginilah rumah kami seperti ini”, Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang

3.3 Intervensi Keperawatan bagi penderita gangguan mobilitas

2. Nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan

3. Monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien

4. Monitor tanda-tanda vital

5. Monitor kekuatan otot dan ROM pada klien

6. Diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien

(20)

perubahan gaya keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan akibatnya

2. Monitor tanda-tanda jatuh pada klien keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien tidak jatuh

(21)

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Nama : Ny.A

Umur : 72 tahun

No Dx

Tgl/jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Para

f 1 3-12-15

08.00 1. Melakukan pengkajian pengetahuan Ny.A dan keluarga mengenai peranan gangguan mobilitas

2. Melakukan penilaian keyakinan Ny.A terhadap setiap usaha perawatan 3. Memonitor cara latihan yang

telah dilakukan oleh Ny.A 4. Mengukur tanda-tanda vital 5. Menilai kekuatan otot dan

ROM pada Ny.A

6. Diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien

7. Demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga inginnya tetap berusaha untuk sehat, tapi

1. Diskusikan cara-cara melatih pegerakan pada klien

2. Demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan

1. Melakukan pengkajian Pukul: 09.00 WIB S:

(22)

pengetahuan Ny.A dan dalam keluarga yang ada dan dapat digunakan peralatan biaya dan tenaga

4. Mengkaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah kondisi penderita 5. Menilai jatuh dan tanda

tanda

6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita

9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.

 Lantai kamar mandi licin dan berlumut

 Perabotan dan peralatan tidak rapi

 Ada anak tetangga untuk kesulitan untuk masuk rumhn

A:

Tujuan belum tercapai

P:lanjutkan intervensi dengan diskusikan perubahan pada lanjut usia dan cara-ara

14.30 1. Mendiskusikan cara-cara melatih pergerakan pada Ny.A

2. Melakukan demontrsi cara latihan ROM aktif pada Ny.A

(23)

dan keluarga

3. Mengukur tanda-tanda vital pra dan paskal latihan evaluasi pelaksanaan senam ROM, memberi motivasi.

2 6-12-15 15.30

1. Mendiskusikan perubahan pada lanjut usia: proses dikatakan itu benar, kaena saya O:

Ny.A tempat aktif dalam diskusi dan memperhatikan tidak ada laporan Ny.A jatuh dan tanda-tanda jatuh

A: tujuan berhasil

P: lakukan kunjungan selanjutnya untuk memonitor terjadinya jatuh dan member motivasi atas usaha yang diambil

M Ny.A laihan ROM yang telah diajarkan

2. Mendorong Ny.A untuk melakukan latihan secara

Pukul: 10.00 WIB S:

 Ny.A mengatakan “saya tadi sudah senam seperti yang diajarkan

(24)

teratur 2 kali sehari

3. Mengukur tanda-tanda vital 4. Member pujian atas

keberhasilan yang telah dicapai O: Ekspresi wajah Ny.A tampak segar

3. Memonitor tanda-tanda jauh pada Ny.A

Pukul: 111.00 WIB S:

Ny.A mengatakan terimakasih saya akan meminta anak saya dan laporan jatuh pada Ny.A A: tujuan berhasil

(25)

BAB 4 PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A di dusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan tanggal 2 Desember 2015. Penulis mendapatkan kesejangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus melalui tahapan asuhankeperawatan gerontik mulai pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian

Data pada pengkajian ditemukan adanya kesenjngan dimana tidak semua data pada konsep medis ditemukan pada tinjauan kasus. Adapun data yang terdapat pada tinjauan teoritis tetapi tidak dijumpai pada tinjauan kasus adalah:

1. Anamnesis

Alamat ditemukan di tinjauan toritis, sedangkan tinjauan kasus tidak di munculkan karena penulis mengikuti format pengkajian yang di pakai oleh mahasiswa stikes santa Elisabeth medan, dimana alamat tidak dicantumkan.

2. Riwayat penyakit sekarang

Dalam pemakaian obat analgesic sesuai dengan tinjauan teoritis sedangkan pada kasus tidak ditemukan karena Ny.A lupa jenis obat yang ia pakai.

3. Riwayat penyakit dahulu

Dalam mengkaji kemungkinan penyebab masalah yang mendukung penyakit seperti gagal ginjal ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan dalam tinjauan kasus tidak ditemukan karena Ny.A hanya mengalami pilek, batuk, dan pusing.

4. Aktivitas dan istirahat

Di tinjauan teoritis ditemukan dalam melakukan aktivitas memiliki kesukaran tetapi di tinjauan kasus ditemukan Ny.A mampu melakukan aktivitas secara mandiri karena pola aktivitas dan istirahat masih dalam batas normal.

5. Pola nutrisi

(26)

6. Pola eliminasi

Masalah defekasi ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan di tinjauan kasus tidak ditemukan tetapi yang ditemukan pada Ny.A yaitu BAK tidak mampu terkontrol.

7. Personal hygiene

Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi seperti mandi ditemukan pada teoritis sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan Ny.A mandiri dalam melakukan aktivitas pribadi tanpa bantuan.

8. Neurosensori

Tanda dan gejala yang ditemukan dalam tinjauan teoritis yaitu hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada sendi. Sedangkan di tinjauan kasus tidak ada ditemukan tetapi yang ditemukan adalah Ny.A mengatakan kedua kaki kebas dan kesemutan.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Data pada diagnose keperawatan ditemukan adanya kesenjangan dimana tidak semua diagnose pada konsep teoritis diangkat pada tinjauan kasus.

Ada 3 diagnosa keperawatan yang terdapat pada teoritis tetapi dalam ketiga diagnosia ada yang tidak terdapat pada tinjauan kasus yaitu:

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang tidak diangkat karena data tentang gangguan rasa nyaman nyeri seperti wajah tampak meringis tidak ditemukan pada tinjauan kasus

2. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah. Diagnose ini tidak diangkat oleh penulis karena pada kasus ditemukan penanggulagan Ny.A dalam pengobatan dengan berobat ke klinik bidan.

Sedangkan diagnose yang diangkat pada tinjauan kasus adalah:

(27)

2. Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak.penulis mengangkat diagnose ini karena Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang.

4.3 Intervensi Keperawatan,

Setelah masalah prioritas selanjutnya disusun perencanaan keperawatan yang meliputi tujuan jangka panjang dan jangka pendek, waktu, criteria hasil, untuk menilai sejauhmana kenerhasilan yang dicapai.

Ada beberapa intervensi yang tidak dilaksanakan oleh penulis yaitu diagnosa: 1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan

- Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggunakan alat bantu. Intervensi ini tidak di laksanakan oleh penulis karena keterbatasan dalam menyiapkan alat bantu.

- Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ). Intervensi ini tidak dilaksanakan oleh penulis karena penulis hanya menerapkan atau mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas.

4.4 Implementasi keperawatan

Data pada implementasi asuhan keperawatan, penulis memfokuskan tindakan keperawatan sesuai intervensi keperawatan yang di tetapkan sebelumnya.

Adapun rencana yang ditentukan, tetapi belum terlaksana secara penuh yaitu:

- Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu Dalam intervensi ini penulis tidak melakukan karena kesenjangan dalam menyiapkan alat bantu

- Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).

Dalam intervensi ini, penulis tidak melakukan karena penulis hanya mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas yaitu khususnya mengenai masalah lansia.

4.5 Evaluasi keperawatan

(28)

masalah yang tidak teratasi pada Ny.A . 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan semua masalah teratasi pada kasus.

Adapun diagnose dan intervensi yang dapat dibuktikan :

1. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan Melatih pergerakan aktivitas seperti ROM

Dibuktkan dengan  TTV sebelum latihan

TD: 120/80 mmHg

Setelah latihan TD: 130/90mmHG

 Ny.A dapat mendemonstrasikan ulang latihan ROM aktif dalam diskusi memperhatikan

2. Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak Mencegah terjadinya cedera/ jatuh

Dibuktikan dengan :Tidak terdapat tanda-tanda jatuh dan laporan jatuh pada Ny.A

(29)

Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A didusun XI desa percut, maka penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis.

5.1 Kesimpulan

1. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Ny.A dengan gout arthritis penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan hambatan dimana pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama.

2. Pada tahap diagnose keperawatan, penulis dapat merumuskan 2 diagnosa dari 4 diagnosa keperawatan. Ada dua diagnose kepeawatan yang ditemukan pada kasus, berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan.

3. Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan falisitas yang disediakan.

4. Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena adanya kerjsama pasien dengan keluarga.

5. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan yang telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi.

5.2 Saran

1. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan komphrensif yang mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga data yang diperoleh akurat dan dapat menyimpulkan masalah yang di hadapipasien.

2. Dalam perumusan diagnose keperawatan diharapkan, tetap merumuskan masalah dan mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan pada kasus, sehingga diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.

3. Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan dapat menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan komunikasi . tahap ini sebaiknya perlu peningkatan pengetahuan, agar rencana yang telah disusun benar-benar dan mempunyai dasar logika.

4. Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap yang menentukan tercapainya tujuan, sehingga perlu ditingkatkan kerjasama yang baik agar rencana yang telah disusun benar-benar terlaksana.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal Of Nutrition College. Volume 2.

(31)

Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.

Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk (Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.

Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press, Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Studi literatur adalah teknik penelitian yang dapat berupa informasi- informasi data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang di dapat dari buku-buku,

Metode penyisihan menggunakan dua cara untuk mengestimasikan jumlah yang didebit ke Beban Piutang Tak Tertagih. Metode Penyisihan Metode Penyisihan

teruji kebenarannya, hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai F hitung (28,565) > F tabel (2,469) dan hipotesis II yang menyatakan bahwa produk, harga, promosi dan

Metode kuadrat terkecil menganut prinsip bahwa garis yang paling sesuai untuk menggambarkan suatu data berkala adalah garis yang jumlah kuadrat dari selisih antara data

Metsähakkeen tienvarsi- ja terminaalihaketuksen tuotannon logistiikan kestävyysvaikutukset Päijät-Hämeessä.. Mika Korvenranta 175534 Itä-Suomen yliopisto Historia- ja

Rencana strategis Komisi pemilihan umum tahun 2015-2019 merupakan komitmen bersama seluruh unit keria baik KPU Pusat dan KPU Daerah (provinsi, Kabupaten Kota) untuk

Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim perlu produk perumahan dengan konsep Islam. Permukiman muslim di Komplek Masjid Menara Kudus merupakan permukiman lama mulai

Dari pengolahan konsep utama terbuka dengan berlandaskan karakter syukur yang kemudian terbagi menjadi tiga, yakni Syukur kepada Tuhan, Syukur kepada Alam, dan