• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD a. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Student Team Achievement Divisison (STAD) terhadap H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD a. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Student Team Achievement Divisison (STAD) terhadap H"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

a. Pengertian IPA

Ilmu pengetahuan alam berasal dari kata-kata Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Sedangkan scienceartinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau

sciencemerupakan ilmu yang mengkaji atau belajar tentang fenomena alam yang terjadi di sekitar (Trianto, 2010:136). Berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tingkat SD/MI dalam lampiran Permendiknas No. 22 Th 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, dinyatakan bahwa jika standar kompetensi (SK) IPA merupakan suatu proses penemuan yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada pengalaman langsung agar mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. SK dan KD IPA di SD/MI adalah standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadikan arahan dalam mengembangkan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

(2)

pengembangan keterampilan proses maupun sikap ilmiah (Permendiknas No 22 Tahun 2006).

Seperti yang telah diuraikan dalam BAB I, IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan cara tahu tentang alam dengan cara yang diatur baik-baik. IPA bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, ataupun hanya prinsip-prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan mampu menjadi sarana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan kehidupan di lingkungannya. Proses pembelajaran IPA sendiri menekankan pada pengalaman langsung pada peserta didik untuk mengembangkan kompetensinya. Namun juga penerapan IPA juga perlu dilakukan dengan baik agar di lingkungan tidak berdampak buruk atau negative.

(3)

teoritis yang diperoleh ataupun disusun menggunakan cara yang khas atau khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya yang saling berkaitan.

Dari beberapa pendapat ahli yang sudah diuraikan mengenai definisi IPA, dapat dirumuskan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu yang terjadi di alam sekitar bisa dengan pengalaman secara langsung dalam kehidupan sehari-hari jadi bukan hanya sekedar mengetahui fakta, konsep dan prinsip tetapi juga bisa dengan cara menemukan sesuatu dari lingkungan sekitar dan menjadikannya sebuah pengalaman.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD

Berdasarkan Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dinyatakan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI menjadi landasan atau sebagai standar minimum yang harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi arah pada pengembangan kurikulum dalam satuan pendidikan. Ketercapaiannya didasarkan pada kemampuan peserta didik, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. SK dan KD mata pelajaran IPA di kelas V SD Semester II dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPA kelas 5 semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta Fungsinya

(4)

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana

(5)

merupakan penentu utama suatu keberhasilan pendidikan (Syaiful Sagala, 2010: 61). Oemar Hamalik (2010; 57), menyatakan bahwa pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi, material, fasilitator, perlengkapan dan juga proses yang mempengaruhi untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Hamzah mendefinisikan (2014; 42) pembelajaran adalah perpaduan dari berbagai stimulus yang menimbulkan siswa melakukan aktivitas belajar hingga memperoleh tujuan yang diinginkan. Dari beberapa definisi tersebut tentang pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah segala bentuk kegiatan yang berorientasi pada proses belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran IPA di SD sangat penting bagi kehidupan siswa. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).

Dari segi kognitifnya, peserta didik SD masih dalam tahap perkembangan operasional konkret (untuk kelas rendah) dan tahap operasional formal (untuk kelas tinggi), sehingga dalam pembelajaran dan diperlukan alat peraga konkret untuk melatih penalaran dengan bermain secara berkelompok. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan: Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan keadaan dan kondisi peserta didik, dan juga karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran. Selanjutnya Depdiknas (2007: 9) menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pada pembelajaran perlu memfasilitasi peserta didik pada pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

(6)

Bersumber dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, IPA di SD/MI memiliki tujuan supaya peserta didik mampu: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS

e. Penilaian IPA SD

Menurut Edi Hendri Mulyana (2010) Penilaian merupakan penilaian yang dilakukan guru baik yang mencakup aktivitas penilaian untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun aktivitas pengukuran untuk mendapatkan nilai kuantitatif (angka).

(7)

untuk meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar siswa (Heru Kuswanto, 2008:1).

2.1.2 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

a. Pengertian

Ridwan, (2015: 44) mengungkapkan bahwa NHT merupakan model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk berpikir bersama dengan kelompoknya. Setiap anggota kelompok diberi nomor dan diberi kesempatan menjawab pertanyaan dari guru. Model

NumberedHeadsTogether (NHT) memberikan kesempatan pada peserta didik untuk saling bertukar gagasan dan menentukan jawaban yang paling benar (MiftahulHuda, 2011: 138). Anita Lie (2004: 59) NHT merupakan suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk saling berbagi ide dan mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat. NHT menurut Trianto (2007: 62) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative pada struktur kelas tradisional.

Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 64) NHT merupakan suatu pembelajaran kooperatif dimana peserta didik diberi nomor dan dibentuk suatu kelompok, selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik. Senada dengan pendapat tersebut, Suprijono, (2013: 92) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

NHT diawali dengan penomoran pada masing-masing peserta didik dalam kelompok selanjutnya guru memberikan pertanyaan secara acak dan peserta didik berdiskusi untuk mencari jawabannya.

(8)

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe NHT

Menurut Trianto (2007: 62), berikut tahapan pembelajaran NHT :

a. Penomoran

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan nomor kepada seluruh anggota kelompok.

b. Pengajuan pertanyaan

Guru mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa. c. Berpikir bersama

Siswa saling bertukar ide atau pendapat yang dimilikinya bersama anggota kelompok dan menentukan jawabannya.

d. Pemberian jawaban

Guru memanggil nomor secara acak dari masing-masing kelompok untuk menjelaskan jawabannya.

e. Pemberian penghargaan

Anggota kelompok lain bisa memberikan pendapatnya setelah mendengarkan jawaban yang sudah dijelaskan.

c. Analisis unsur-unsur dalam Model Pembelajaran NHT

Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) bahwa setiap model pembelajaran memiliki beberapa unsur yaitu, sintagmatis (tahap-tahap kegiatan), sistem social (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku guru kepada peserta didik), sistem pendukung (sarana dan alat), dan dampak instruksional dan pengiring. Unsur-unsur yang terdapat pada model NHT adalah:

(9)

Menurut Trianto, (2009: 82) penerapan model NHT harus melalui 4 fase :

a. Fase 1 : Penomoran

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 3-5 peserta didik. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

b. Fase 2 : Pengajuan pertanyaan

Guru mengajukan atau memberikan pertanyaan maupun tugas kepada peserta didik dalam kelompoknya.

c. Fase 3 : Berpikir bersama

Peserta didik saling bertukar pendapat, berdiskusi bersama untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan. Dan seluruh anggota kelompok harus memahami dan mengerti mengenai jawaban yang telah ditentukan.

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil nomor tertentu secara acak, selanjutnya peserta didik yang dipanggil nomornya menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang guru berikan, selanjutnya lakukan seperti itu sampai seluruh nomor menyampaikan jawabannya.

2. Prinsip Reaksi

(10)

dalam kelompok. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik yang bernomor sama secara acak dan guru mengamati peserta didik tersebut dalam diskusinya. Pemberian pertanyaan disampaikan dengan jelas supaya peserta didik tidak bingung untuk menjawab pertanyaannya. Bila diperlukan, guru bisa membimbing dalam mencari jawabannya. Guru memanggil nomor kepala yang sama. Peserta didik menyampaikan jawabannya, guru memberikan pemantapan materi dan melakukan klarifikasi bila ada peserta didik mengalami Miss konsepsi. 3. Sistem Sosial

Sistem sosial yang terdapat pada model ini berlandaskan pada proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa memiliki status yang sama, namun memiliki kedudukan peran yang berbeda (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Guru tidak selalu menjadi pusat perhatian, namun ada waktunya untuk menjadi pusat perhatian tersebut tertuju kepada peserta didik. Sistem sosial dalam pembelajaran ini mengenai sikap saling membantu antar teman dalam kelompok. Peserta didik saling bahu-membahu dalam mencari jawaban yang paling tepat atas pertanyaan yang diterimanya. Setiap anggota pasti memiliki jawaban yang berbeda-beda tentunya akan ada pendapat yang diterima dan ditolak. Maka disinilah peserta didik akan belajar saling menghargai dan menerima pendapat orang lain. Setelah semua jawaban dibacakan oleh peserta didik maka akan terlihat kelompok mana yang memiliki prestasi tertinggi dan terendah. Kelompok yang memiliki prestasi rendah akan menerima kemenangan orang lain dan juga menerima kekalahannya.

4. Daya Dukung

Daya dukung yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif

(11)

dalam pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang kelas, adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran yaitu meja, kursi, papan tulis, alat tulis dll. Selain itu, guru juga harus mempersiapkan bahan ajar yang digunakan yaitu berupa materi energi untuk peserta didik lengkap dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau berupa pertanyaan yang siap diajukan kepada peserta didik dan sumber belajar (buku dan lingkungan sekitar peserta didik) yang berkaitan dengan materi energi. Guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

(12)

Dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA materi gaya melalui model NHT adalah kemampuan menentukan hubungan gaya dan menjelaskan pesawat sederhana. Dampak pengiring adalah hasil belajar lain yang muncul dari suasana pembelajaran yang dialami peserta didik diluar dari arahan guru.

d. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran NHT

Pada setiap model tentunya terdapat kelebihan maupun kelemahannya. Sama juga dengan model NHT, Menurut MiftahulHuda (2011: 39) yaitu memudahkan peserta didik dalam membagi tugas anggota kelompok, memudahkan peserta didik untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam mencari jawaban yang benar, juga mampu diterapkan dalam semua mata pelajaran da tingkatan kelas. Mampu menyampaikan ide atau gagasannya, saling menghargai pendapat orang lain, dan menerima bila ide atau gagasan yang dimiliki belum digunakan, peserta didik juga berlatih menjadi tutor sebaya dengan anggota yang belum paham.

Ada kelebihan, tentunya juga ada kekurangannya dari model NHT

ini adalah tidak semua peserta didik mendapat giliran untuk menyampaikan jawabannya, peserta didik yang kurang pandai akan cenderung mengandalkan temannya saja sehingga tidak mau berpendapat.

e. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dijelaskan dalam tabel 2.2 ini:

Tabel 2.2

Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(13)

1. Membagi kelas

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Pengertian

(14)

tersebut. Setelah seluruh anggota memahami materi, peserta didik dites kemampuannya secara individu. Kokom Komalasari, (2010: 63) menjelaskan bahwa STAD adalah suatu model pembelajaran dengan cara mengelompokkan peserta didik secara heterogen, selanjutnya siswa yang pandai menjelaskan pada anggota kelompok yang lain sampai mengerti.

Slavin, (2009: 143) membagi STAD menjadi beberapa komponen, yaitu: (1) Presentasi kelas : Pada presentasi kelas, guru mengajarkan materi kepada peserta didik dan memberitahukan aturan pembelajaran

STAD yang di dalamnya akan ada diskusi kelompok sebagai persiapan kuis individual; (2) Tim : Peserta didik akan dibentuk menjadi beberapa tim untuk mendiskusikan suatu materi dan mengerjakan soal latihan sebagai persiapan mengikuti kuis individual; (3) Kuis : Siswa melakukan kuis individual tanpa melalui bantuan dari timnya; (4) Skor kemajuan individual : Skor individual dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan skor awal. Skor kemajuan yang diperoleh akan digunakan dalam menghitung skor tim; (5) Penghargaan tim : Tim yang memperoleh poin tertinggi akan memperoleh sertifikat atau penghargaan lainnya.

b. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan STAD

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD menurut Rusman, (2013: 215).

1) Presentasi dari Guru

Guru menyajikan materi pembelajaran secara langsung kepada peserta didik.

2) Pembagian Kelompok

(15)

Peserta didik menguasai materi yang diberikan oleh guru dan mengerjakan soal sebagai latihan sebelum melakukan kuis secara individual.

4) Kuis (Evaluasi)

Peserta didik diberikan kuis secara individual untuk mengetahui penguasaan materi yang dipelajari.

5) Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja peserta didik dan diberikan angka dengan rentang 0-100.

c. Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran STAD

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyampaikan dalam bukunya Model of Teaching, model pembelajaran tersusun atas beberapa komponen. Komponen yang terdapat pada model pembelajaran diantaranya berupa Sintaks, komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa sarana prasarana pelaksanaan model, juga dampak instruksional yaitu hasil belajar peserta didik sesuai tujuan yang ingin dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat lain dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut.

1. Sintagmatis

Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Menurut Trianto (2009: 70-71) terdapat 6 fase pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

(16)

2. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi menggambarkan perilaku guru terhadap peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu guru bertindak sebagai fasilitator; menjelaskan aturan yang berlaku pada pembelajaran kali ini dan mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin, dan ras. Lebih dari sebagai fasilitator, guru juga berperan sebagai konselor akademik bagi setiap kelompok sehingga bisa terjalin hubungan yang akrab dan hangat antara peserta didik dan guru. Saat proses diskusi berjalan, guru berkeliling memantau

memotivasi siswa memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

(17)

aktivitas peserta didik dalam kelompok, juga memberikan pengarahan apabila diperlukan. Guru mengecek kemampuan peserta didik dalam kelompok dengan cara memberikan pertanyaan/soal. Miss konsepsi sering kali dialami oleh peserta didik dalam melakukan kegiatan diskusi; supaya hal itu dapat teratasi guru sebaiknya melakukan klarifikasi atas hasil diskusi/kerja tim. Dalam rangka menguasai hasil belajar masing-masing peserta didik, guru memberikan kuis secara individual.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah kerjasama dalam kelompok. Peserta didik saling membantu dalam menguasai materi yang diberikan guru. Perbedaan tingkat intelektual, jenis kelamin, dan ras akan sangat berpengaruh dalam melatih peserta didik menerima perbedaan di lingkungan sekitar. Terbentuknya rasa tanggungjawab bersama-sama untuk mendapatkan prestasi kelompok terbaik. Disaat peserta didik mulai bingung dalam berdiskusi, guru akan bersikap menjadi teman sebaya yang sedang memberikan tutor kepada anggotanya.

4. Daya Dukung

(18)

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan mempersiapkan daftar tingkat prestasi peserta didik untuk pedoman pembagian kelompok.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional merupakan hasil belajar peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional secara umum dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu peserta didik dapat bertransisi kedalam tim dengan efisien, menambah pengetahuannya melalui diskusi dengan teman sebaya, sehingga peserta didik akan lebih bebas berekspresi tanpa ada rasa takut. Peserta didik juga akan terbiasa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Secara khusus, dampak instruksional yang ditimbulkan dari pembelajaran IPA dengan materi energi melalui model STAD

(19)

pembelajaran menggunakan model STAD adalah melatih ketekunan, konsentrasi, dan keaktifan peserta didik, menumbuhkan sikap disiplin, toleransi, kerjasama, tanggung jawab. Disamping itu, peserta didik akan berpikir kritis dan percaya diri untuk menyampaikan pendapat ketika berdiskusi maupun presentasi.

d. Karakteristik Model Pembelajaran STAD

Menurut Adesanjaya (2011: 68) ada beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,yaitu: 1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. 3. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati temannya, dan mampu menghargai pendapat orang lain. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu: Kerja kelompok hanya melibatkan peserta didik yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

e. Penerapan Model Pembelajaran STAD

Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dijelaskan dalam tabel 2.4

Tabel 2.3

Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(20)
(21)

Sumaji (2003: 41) berpendapat bahwa hasil belajar IPA memiliki 2 aspek yaitu yang pertama aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual dan yang kedua aspek nonkognitif berkaitan dengan sikap, keterampilan dan juga emosional. Dilihat dari berbagai segi, yang pertama dari segi produk peserta didik diharapkan mampu menguasai konsep IPA, kedua, segi sikap peserta didik diharapkan untuk mencari tahu benda-benda yang ada disekelilingnya secara kritis, berhati-hati dan bertanggung jawab.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah hasil dari suatu proses yang didapatnya dari pengalaman belajar secara langsung oleh peserta didik.

b. Pengukuran hasil belajar IPA

Menurut Sudjana (2016: 3) penilaian hasil belajar merupakan suatu proses penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dengan ketentuan tertentu. Hal ini menandakan pada objek yang dinilainya merupakan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya yaitu perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengetahuan yang luas pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotoris. Ranah-ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang memiliki enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Pada kedua aspek pertama disebut dengan kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk pada kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif yang berkaitan dengan sikap yang memiliki lima aspek berupa penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, juga internalisasi.

(22)

yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari ketiga ranah tersebut menjadi suatu objek penilaian hasil belajar. Di dalam ketiga ranah tersebut, para guru lebih memilih ranah kognitif karena berkaitan pada kemampuan para peserta didiknya dalam menguasai isi bahan pelajaran. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti pada ranah kognitif mata pelajaran IPA.

Endang Purwati (2008: 4) menyatakan bahwa pengukuran bisa diartikan berupa kegiatan maupun upaya yang dilakukan untuk memberikan angka pada suatu peristiwa atau benda maka dari itu hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Sedangkan menurut Kosasih (2014: 139) ada beberapa cara untuk mengukur hasil belajar kognitif peserta didik yang bisa digunakan guru sesuai dengan KD, yaitu berupa tes lisan, tes tertulis dan juga pemberian tugas.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model NHT dan STAD

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mujiono, Nugroho, E. N., Rahayu, E. S. (2013), yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT

(23)

Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga telah dibuktikan dari hasil penelitian Sudiarpa, NdaraTanggu Renda, Ni Wayan. Rati (2015) yang menemukan bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran STAD lebih baik. Dibandingkan menggunakan metode ceramah. Hasil penelitian Farhan Fadoli (2012) juga menyatakan bahwa terdapat hasil belajar IPA yang lebih baik dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dibandingkan ceramah.

2.3 Kerangka Pikir

Dalam kegiatan pembelajaran perlu cara untuk menarik perhatian peserta didik supaya dengan senang hati ingin belajar dan memiliki rasa ingin tahu. Karena dalam pembelajaran IPA peserta didik diminta untuk menemukan pengetahuannya sendiri melalui pengalam langsung dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, keluarga ataupun dilingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan model STAD peserta didik akan lebih tertarik dan akan muncul rasa ingin tahunya. Sehingga hal tersebut dapat memudahkan peserta didik mengerti dan bisa mengerjakan soal ataupun dalam kegiatan sehari-hari. Pembelajaran dengan model NHT peserta didik diberi kesempatan untuk saling berbagi suatu gagasan untuk dipertimbangkan jawabannya yang paling tepat.

(24)

prosedur, maka beberapa kompetensi tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Pada pembelajaran kali ini, siswa mampu mempelajari gaya dengan baik. Ketercapaian kompetensi inilah yang disebut hasil belajar.

(25)

Gambar 2.5

Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran NHT dan STAD

(26)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada susunan kerangka pikir diatas, dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :

H0 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa

kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD. Ha: terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada peserta didik

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
Tabel 2.2
Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Tabel 2.3 STAD
Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran Gambar 2.5 NHT dan STAD

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Pengawasan Revitalisasi Pasar Tradisional Setia Jaya Gampong Lhang Kecamatan Setia dengan ini

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi,direabsorbsi,sebagian dan

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP NIAT BELI SEPATU NIKE DI SURABAYA.. Disusun

diambil- Selain itu pendanaan yang bersumber dari urang dapat mengurangi konflik antara manajer dengan pemegang saham (Crutchley and Hansen, 1989), hal ini dapat

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa: 1) Prosentase miskonsepsi konsep termodinamika dalam buku ajar sesuai silabus pada buku pertama adalah 8,33%,

test Tes tulisan (UTS) Menjelaskan pengertian multimedia mobile beserta penerapannya dengan benar dan tepat Menjelaskan pengertian multimedia mobile beserta

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa