• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENSTRUAL PERIOD WITH ANEMIA ON ADOLESCENTS Observational Study on adolescents girl at Junior High School in Banjar Regency Area 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENSTRUAL PERIOD WITH ANEMIA ON ADOLESCENTS Observational Study on adolescents girl at Junior High School in Banjar Regency Area 2017"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN POLA HAID DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA

Studi Observasional pada Remaja Putri Tingkat SMPN/Sederajat di Wilayah Kabupaten Banjar Tahun 2017

CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENSTRUAL PERIOD

WITH ANEMIA ON ADOLESCENTS

Observational Study on adolescents girl at Junior High School in Banjar Regency Area

2017

Mairita1, Syamsul Arifin2, Noor Ahda Fadillah3

1

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

2

Departemen AKK dan Promkes Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

3

Departemen Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Email: Mairita_rita@yahoo.co.id

Abstrak

Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%, data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2016 diketahui kejadian anemia sebanyak 1494 kasus dan yang tertinggi terjadi di Kabupaten Banjar dengan jumlah 63,3% anemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara status gizi dan pola haid dengan kejadian anemia pada remaja di Kabupaten Banjar. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. populasi pada penelitian ini adalah 7017 siswa tingkat SMP Negeri/Swasta di Kabupaten Banjar. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 112 responden. Teknik sampel yang di gunakan yaitu cluster sampling instrumen penellitian ini menggunakan kuesioner, timbangan injak, microtoice, finger prick (hemoglobinometer). Analisis data menggunakan uji chi square. Didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja (Pvalue 0,001) dan

ada hubungan antara pola haid dengan kejadian anemia pada remaja (Pvalue 0,0001). Kesimpulan

yang di dapat bahwa kedua variabel tersebut berhubungan.

Kata-kata kunci : status gizi, pola haid, anemia, remaja

Abstract

Based on Riskesdas data in 2013, the prevalence of anemia in Indonesia is 21,7%, data from South Kalimantan Provincial Health Office in 2016 is known anemia incidence as many as 1494 cases and the highest happened in Regency of Banjar with amount 63,3% anemia. The purpose of this study was to analyze the relationship between nutritional status and the pattern of menstruation with the incidence of anemia in adolescents in Kabupaten Banjar. The research design used was cross-sectional. population in this research is 7017 students of SMP Negeri / Swasta in Kabupaten Banjar. The sample size is 112 respondents. The sample technique used is cluster sampling instrument research using questionnaires, weighing scales, microtoice, finger prick (hemoglobinometer). Data analysis using chi square test. The result shows that there is correlation between nutritional status and the occurrence of anemia in adolescent (Pvalue 0,001) and there is relation between pattern of menstruation with occurrence of anemia in adolescent (Pvalue 0.0001). The conclusion can be that both variables are related.

(2)

PENDAHULUAN

Anemia merupakan penurunan jumlah korpuskula sel darah merah atau hemoglobin. Anemia didefinisikan sebagai kondisi konsentrasi kadar Hemoglobin dalam darah rendah, atau rendahnya hematokrit . Anemia bukan suatu penyakit, melainkan manifestasi dari beberapa jenis penyakit dan kondisi patologi. Dampak anemia defisiensi besi pada remaja adalah menurunkan imunitas, menurunkan konsentrasi, prestasi, serta produktivitas kerja, dan akibat jangka panjang jika remaja puteri nantinya hamil maka anemia ini dapat menyebabkan bayi lahir prematur, perdarahan, keguguran (abortus), komplikasi kehamilan, bahkan sampai kematian (1).

Anemia masih menjadi permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 dengan jumlah penderita 1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25 % dari jumlah penduduk dunia). Sekitar 50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi(2).

Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, anemia pada perempuan masih banyak ditemukan di 17 provinsi di Indonesia yang salah satunya ada di Kalimantan Selatan. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada pelayanan kesehatan remaja di Kabupaten/ Kota sekalimantan Selatan tahun 2016, diketahui kejadian anemia sebanyak 1494 kasus dan yang tertinggi terjadi di Kabupaten Banjar dengan jumlah 946 kasus anemia(3,4,5).

Anemia dapat membawa dampak yang kurang baik bagi remaja, anemia yang terjadi pada remaja maka dapat menyebabkan dampak keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan dampak daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah(6).

Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Selain itu, ketidak seimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi banyak yang dibongkar. Keadaan seperti ini dapat mempercepat terjadinya anemia(7).

Berdasarkan uraian di atas diperlukan penelitian mengenai hubungan status gizi dan pola haid dengan kejadian anemia pada remaja putri tingkat SMPN/Sederajat di Wilayah Kabupaten Banjar.

METODE

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. populasi pada penelitian ini adalah 7017 siswa tingkat SMP Negeri/Swasta di Kabupaten Banjar. Populasi tersebut tersebar di 129 SMP negeri dan Swasta. Dari 129 SMP negeri dan swasta yang ada di Kabupaten Banjar akan dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi terdiri dari kelompok atau gugusan (cluster). Teknik sampel ini digunakan untuk menentukan sampel apabila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas seperti kabupaten/kota. Kelompok yang diambil dari penelitian ini terdiri dari unit geografis. Dari 129 sekolah yang terdapat di Kabupaten Banjar peneliti membagi menjadi 15 (lima belas) cluster wilayah penelitian berdasarkan kecamatan. Pengambilan sekolah yang akan dijadikan sampel tiap cluster dengan cara mengundi (lottery technique) untuk mendapatkan nomor urut sekolah yang akan di jadikan sebagai sampel. Instrumen penellitian ini menggunakan kuesioner, timbangan injak, microtoice, finger prick(hemoglobinometer). Analisis data dala penelitian ini menggunakan uji Chi Square untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% (derajat kepercayaan 95%).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Status gizi

(3)

Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi status gizi remaja SMP Negri dan Swasta wilayah Kabupaten Banjar

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 112 remaja putri , diperoleh hasil remaja putri yang status gizi dalam kategori underweight sebanyak 14 orang responden (12,5%). Kategori overweight sebanyak 28 orang responden (25,0%). Dalam kategori Normal sebanyak 70 orang responden (62,5%).

2. Pola haid

Berdasarkan hasil penelitian kepada 112 remaja putri diperoleh distribusi frekuensi hasil pola haid disajikan pada tabel 2 berikut:

Tabel 2 Distribusi dan Frekuensi pola haid remaja SMP Negri dan Swasta wilayah Kabupaten Banjar

No. Pola Haid Frekuensi Presentase(%)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 112 remaja putri diperoleh distribusi frekuensi hasil kejadian anemia remaja putri disajikan pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Distribusi dan Frekuensi kejadian anemia remaja SMP Negri dan Swasta wilayah Kabupaten Banjar

No. Kejadian Anemia Frekuensi Presentase(%)

1. Anemia 28 25,0

2. Tidak anemia 84 75,0

Total 112 100.0

Sumber: Data primer tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 112 remaja putri, diperoleh hasil remaja yang kejadian anemia dalam kategori anemia sebanyak (25,0%) sedangkan yang memiliki kategori Normal sebanyak (75,0%).

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 112 remaja putri diperoleh hubungan status gizi dengan kejadian anemia disajikan pada tabel 4 berikut:

Tabel 4 Hubungan status gizi dengan kejadian anemia remaja putri SMP Negri dan Swasta Wilayah Kabupaten Banjar

No Status Gizi Kejadian Anemia Total p-value

Anemia Normal

(4)

hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukan Pvalue 0,001 dengan derajat

kemaknaan α 5 %, sehingga Pvalue lebih kecil dari nilai alpha (< 0,05) atau Ho ditolak, artinya ada

hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada siswa SMPN/Sederajat di wilayah Kabupaten Banjar.

Fakta lapangan menunjukkan adanya hubungan status gizi dengan kejadian anemia adalah lebih banyak responden dengan status gizi normal yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak (64,3%) sebaliknya responden dengan status gizi normal yang mengalami anemia lebih sedikit yaitu sebanyak(15,7%) menurut Masrizal(2007) hal ini dikarenakan Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan makanan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi(8).

Zat besi adalah komponen penting hemoglobin. Hemoglobin mengandung besi yang disebut hem dan protein globulin. Setiap molekul hemoglobin mengikat oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Pada remaja putri, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Beberapa faktor penyebab kurangnya konsumsi zat besi pada remaja adalah ketersediaan pangan salah satunya dapat dilihat dari pakta lapangan bahwa sekolah tersebut merupakan daerah daerah yang rata rata menengah kebawah. fungsi gizi sangat erat kaitannya dengan kesahatan saat menstruasi karena zat gizi mempengaruhi seluruh proses yang terdapat dalam tubuh saat terjadinya menstruasi, seperti aliran darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi. Semua zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, bahkan serat, berperan penting dalam pengaturan fisiologis seorang wanita menjelang menstruasi dan saat menstruasi(9).

Pada dasarnya anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya.Secara umum, konsumsi makanan berkaitan erat dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan dapat menimbulkan anemia. Hal ini sejalan dengan penelitian Fhany ES, Irza W, Rima S (2017) Hasil uji chisquare diperoleh bahwa nilai p=0,008 p<0,05 yang menyebutkan ada hubungan antara status gizi dengan kejadian Anemia pada remaja putri di Sumatera Barat(10).

2. Hubungan pola haid dengan kejadian anemia

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 112 remaja putri diperoleh hubungan pola haid dengan kejadian anemia disajikan pada tabel 5 berikut:

Tabel 5 Hubungan pola haid dengan kejadian anemia remaja putri SMP Negri dan Swasta Wilayah Kabupaten Banjar

No Pola Haid Kejadian Anemia Total p-value

Anemia Normal

N % N % N %

1 Tidak normal 18 60,0 12 40,0 30 100 0,0001 2 Normal 10 12,2 72 87,8 82 100

Sumber: Data primer tahun 2017

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa remaja putri yang kejadian anemia lebih banyak terjadi pada remaja yang mempunyai pola haid tidak normal (60%). Dibandingkan dengan remaja yang mempunyai pola haid normal (12,2%).

Hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukan Pvalue 0,0001 dengan derajat

kemaknaan α 5 %, sehingga Pvalue lebih kecil dari nilai alpha (< 0,05) atau Ho ditolak, artinya ada

hubungan pola haid dengan kejadian anemia pada siswa SMPN/Sederajat di wilayah Kabupaten Banjar.

(5)

Fakta lapangan menunjukkan adanya hubungan pola haid dengan kejadian anemia karena responden dengan pola haid tidak normal lebih banyak mengalami anemia yaitu sebanyak (60,0%) sebaliknya responden dengan pola haid tidak normal yang tidak mengalami anemia lebih sedikit yaitu sebanyak (40,0%). Hasil penelitian menunjukan bahwa juga terdapat remaja dengan pola haid tidak normal tetapi tidak mengalami anemia dan pola haid normal tetapi mengalami anemia. Hal ini kemungkinan di pengaruhi oleh asupan zat besi. Remaja dengan pola menstruasi normal tetapi bisa anemia kemungkinan karena adanya gangguan penyerapan zat besi pada asupan makanan. bahwa tidak pernah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan tablet fe. Anemia yang dialami oleh remaja putri dengan pola menstruasi tidak normal ini disebabkan karena terjadi pengeluaran darah yang berlebih, sehingga hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah juga ikut terbuang seiring dengan keluarnya darah menstruasi. Kehilangan darah berlebih ini menyebabkan hemoglobin dalam tubuh menurun yang disebut dengan anemia(11).

Teori menunjukkan bahwa memang ada hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia. Menurut teori Guyton dan Hall (1997) dalam gutmaningsih tahun 2007 yang menjelaskan bahwa menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Pada menstruasi tidak normal sering terjadi kehilangan darah yang kronis, sehingga penderita sering kali tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk haemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit haemoglobin, menimbulkan keadaan anemia bagi penderitanya(11).

Hal ini sejalan dengan penelitian Erma K (2015) dengan nilai p-value=0,0001 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pola haid dengan kejadian anemia pada remaja putri di pekanbaru(12).

PENUTUP

Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja tingkat SMPN/Sederajat di Wilayah Kabupaten Banjar dan ada hubungan yang signifikan antara pola haid dengan kejadian anemia pada remaja tingkat SMPN/Sederajat di Wilayah Kabupaten Banjar. Adapun saran yang dapat dierikan berdasarkan hasil penelitian ini bagi remaja putri underweight sebaiknya pola hidupnya dengan pola konsumsi yang sehat untuk menaikkan status gizi. untuk pencegahan anemia remaja putri disarankan dating ke program PKPR untuk mendapatkan tblet tambah darah yaitu dengan mengkonsumsi 10 tablet setiap bulan 1 tablet setiap hari saat menstruasi 1 tablet setiap minggu di luar menstruasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwanto, Basoeseno. Bedah Mulut. Jakarta : BGC, 1996.

2. Syatriani S, Aryani A. Konsumsi makanan dan kejadian anemia pada siswi salah satu SMP di Kota Makassar. Kesmas: National Public Health Journal, 2010 ; 4(6) : 251-254.

3. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI,2013. 4. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan

Tahun 2016.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Banjar Tahun 2016. 6. Inayati CP. Hubungan antara status gizi dan menstruasi dengan kejadian anemia pada santri

putri pondok pesantren Al-hidayah Kecamatan Karang Rayung Kabupaten Grobogan tahun 2009. Skripsi. Semarang : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, 2009.

7. Siahaan Rs. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia pada remaja putri di wilayah kota depok tahun 2011 (analisis data sekunder survei anemia remaja putri dinas kesehatan kota depok tahun 2011). Skripsi. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Depok, 2012.

8. Masrizal. Anemia defisiensi besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2007. 2(1) : 140-145.

9. Indartanti D., Kartini A. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Journal of nutrition college, 2014. 3(2) : 310-316.

10. Anong. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. 2008. 11. Yunarsih Y., Antono SD. Hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri

kelas vii smpn 6 kedirI. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2017. 3(1) : 25-33.

Gambar

Tabel 3. Distribusi dan Frekuensi kejadian anemia  remaja SMP Negri dan Swasta wilayah Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk kebutuhan di WC (water closed) maka dengan perencanaan sistem yang sama digunakan sistem air laut (sea water) yang disuplai ke tiap deck yang memiliki kamar

Aku juga nggak tahu harus bilang apa sama kamu. Aku nggak mau nyakitin perasaan

Menurut pasal 4 ayat (1) yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang

Dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan sumber data berupa daftar gaji pegawai, bukti pemotongan, SPT tahun 2015 dan wawancara dengan staf administrasi maka hasil

Pada pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses perhitungan dan pelaporan yang berkaitan dengan sewa alat dimana menyebabkan perusahaan harus memotong pajak

Pada prodi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra (Jawa) mahasiswa yang memiliki prosentase tertinggi dari bidang tertinggi (DPI) adalah mahasiswa “A1” dan “A2”

PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Suluttenggo dengan cara menganalisis pengendalian intern aktiva tetap yang diterapkan seperti mulainya penyusutan, metode penyusutan,

Tujuan penelitian ini merupakan mengembangkan KMS budidaya hidroponik melalui identifikasi pengetahuan baik tacit (pengetahuan yang belum digali) maupun explicit