KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-2 (RTRW) Kabupaten/Kota, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) Kabupaten/Kota, serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK).
5.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok
Tengah
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK), Arahan Pengembangan Pola dan Struktur Ruang, Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya; dan Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-3
A. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Praya
Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Lombok Tengah ini berada di Praya
B. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal di Kabupaten Lombok Tengah terletak di Kopang, Sengkol dan Mujur.
C. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp)
Pusat Kegiatan Lokal promosi di Kabupaten Lombok Tengah terletak di Puyung, Mantang, Janapria, dan Selong Belanak.
D. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pusat Pelayanan Kawasan di Kawasan terletak di Teratak, Ubung, dan Pringgarata
E. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan di Kabupaten Lombok Tengah ini terletak di Desa Barabali, Selebung, Sukadana, Pengembur, Pengengat, Selebung Rembiga dan Langko, Saba, Bakan, Bonder, Mangkung, Mekarsari, Ganti, Sukaraja, Kidang, Aik Bukak, Lantan, Tanak Beak, Aik Berik, Dasan Baru, Bebuak, Muncan, Ungga, Batu Jangkih, Pelambik, Bonjeruk, Pengenjek, Jelantik, Labulia, Sepakek, Sintung dan Bagu, dan Montong Terep.
A. Kawasan Lindung
1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya.
Kawasan Sempadan Pantai
Kawasan Sempadan Pantai membentang dari timur ke barat mulai dari Pantai Ujung Kelor di Teluk Awang yang berbatasan dengan Lombok Timur sampai Pantai Pengantap di Lombok Barat yang meliputi : Pantai Teluk Awang di Kecamatan Praya Timur, Pantai Teluk Bumbang, Pantai Gerupuk, Pantai Aan, Pantai Bunut, Pantai Seger, Pantai Mawun, di Kecamatan Pujut; Pantai Selong Belanak, Pantai Tomang-Omang, Pantai Tampah, Pantai Mawi, dan Pantai Rowok Pantai Serangan di Kecamatan Praya Barat; dan Pantai Torok Aik Belek di Kecamatan Praya Barat Daya sepanjang tepian pantai sejauh 35-250 (tiga puluh lima sampai dengan dua ratus lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi secara proporsional sesuai dengan bentuk, letak, kebutuhan ekonomi dan budaya dan kondisi fisik pantai.
Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai sebagaimana arahan RTRW Kabupaten Lombok Tengah meliputi:
1. Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan minimal 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
2. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan minimal 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
3. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
- pada sungai besar (sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 (lima ratus) km² atau lebih ) minimal 100 (seratus) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. - pada sungai kecil (yaitu sungai yang
mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) km2) minimal 50 (lima puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. 4. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan
perkotaan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-4 waktu ditetapkan.
- pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 2 (dua) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai ditetapkan minimal 15 (lima belas) meter dihintung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
- pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai ditetapkan minimal 30 (tiga puluh) meter dihintung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Rencana Pengelolaan Sekitar Waduk Atau Danau
Rencana pengelolaan sekitar waduk atau danau meliputi:
1. perlindungan sekitar danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
2. pengembangan tanaman perdu dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; dan 3. membatasi dan tidak boleh menggunakan
lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi.
Kawasan Sempadan Mata Air
Kawasan sekitar mata air di 121 (seratus dua puluh satu) buah mata air yang tersebar di wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Kawasan sekitar mata air ini meliputi kawasan minimal 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air.
Sedangkan rencana pengelolaan kawasan perlindungan setempat lainnya dilakukan dengan memperhatikan fungsi utama kawasan tersebut.
2. Rencana Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam
rencana pengelolaan kawasan pelestarian alam dilakukan secara kolaborasi yang meliputi:
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-5 C. penyusunan rencana pengelolaan kawasan
pelestarian alam;
D. pembinaan daya dukung kawasan, antara lain inventarisasi/monitoring flora fauna dan ekosistem, pembinaan dan monitoring populasi dan habitatnya;
E. rehabilitasi kawasan di luar areal kawasan cagar alam;
F. pemanfaatan kawasan, meliputi:
1. pariwisata alam dan jasa lingkungan (studi potensi dan obyek wisata alam dan jasa lingkungan serta perencanaan aktivitas pariwisata alam); dan
2. pendidikan bina cinta alam dan interpretasi (menyusun program interpretasi).
G. penelitian dan pengembangan, meliputi: 1. pengembangan program dan
penelitian flora, fauna dan ekosistemnya; dan
2. identifikasi/inventarisasi sosial budaya masyarakat.
H. perlindungan dan pengamanan potensi kawasan, meliputi:
1. penguatan pelaksanaan perlindungan dan pengamanan; dan
2. penguatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. I. pengembangan sumberdaya manusia
dalam rangka mendukung pengelolaan kawasan pelestarian alam, meliputi pendidikan dan pelatihan terhadap petugas dan masyarakat setempat;
3. Kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya
rencana pengelolaan kawasan cagar budaya terdiri dari :
A. perlindungan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional, dan keragaman bentuk geologi; dan B. pengembangan kegiatan konservasi dan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-6
4. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan Bencana di Kabupaten meliputi: A. Kawasan rawan bencana gunung berapi
di Kecamatan Batukliang dan Kecamatan Kopang;
B. Kawasan rawan banjir meliputi kawasan sekitar sungai besar melewati Kecamatan Batukliang Utara dan Kopang;
C. Kawasan rawan gempa bumi mencakup seluruh wilayah kecamatan;
D. Kawasan rawan gerakan tanah dan longsor mencakup Kecamatan Batukliang Utara, Kecamatan Jonggat, Kecamatan Praya Barat Daya, Kecamatan Praya Barat, Kecamatan Pujut, Kecamatan Pringgarata dan Kecamatan Kopang; dan E. Kawasan rawan gelombang pasang mencakup daerah sepanjang pesisir pantai selatan Pulau Lombok yang ada di wilayah Kabupaten yaitu Kecamatan Praya Barat Daya, Praya Barat, Pujut dan Praya Timur.
B. Kawasan Budidaya
1. Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi merupakan kawasan hutan produksi tetap yang terdapat di kelompok Hutan Mareje Bonga (RTK 13) seluas 4.583,87 (empat ribu delapan ratus delapan puluh sembilan) hektar di Kecamatan Pujut, Praya Barat dan Praya Barat Daya.
Pengelolaan Hutan Produksi Tetap sebagai berikut :
A. pengelolaan budidaya hutan, hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu serta jasa lingkungan yang ditujukan untuk kesinambungan produksi dengan memperhatikan kualitas lingkungan melalui pencegahan kerusakan tanah dan penurunan kesuburan tanah, mempertahankan bentang alam serta menjaga ketersediaan air;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-7 industri melalui pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi (HTHR), Hutan Adat, Restorasi Ekosistem (RE) dan program lainnya;
C. Pemanfaatan dan Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu;
D. Penggunaan kawasan hutan untuk budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias, jamur, lebah, penangkaran satwa, budidaya sarang burung walet serta silvo pastura E. penggunaan kawasan hutan produksi untuk
kegiatan di luar budidaya hutan dan hasil hutan yang penggunaannya untuk kepentingan umum dan bersifat strategis, dilakukan dengan memperhatikan asas konservasi tanah dan air serta mempertimbangkan luas dan jangka waktu; dan
F. percepatan rehabilitasi kawasan hutan produksi yang mempunyai tingkat kerapatan tegakan rendah.
2. Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan pertanian di terdiri atas:
1. kawasan pertanian tanaman pangan;
Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebar di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 53.453 (lima puluh tiga ribu empat ratus lima pulu tiga) hektar yang terdiri atas :
1. irigasi teknis seluas kurang lebih 24.282 (dua puluh empat ribu dua ratus delapan puluh dua) hektar;
2. irigasi setengah teknis seluas kurang lebih 14.666 (empat belas ribu enam ratus enam puluh enam) hektar;
3. irigasi sederhana PU seluas kurang lebih 3.115 (tiga ribu seratus lima belas) hektar;
4. irigasi non PU seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar; dan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-8 Kawasan pertanian hortikultura
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebar di seluruh kecamatan dengan tanaman unggulan mangga, manggis, durian, sawo, rambutan, semangka dan melon dengan luas kurang lebih 20.280 (dua puluh ribu dua ratus delapan puluh) hektar;
3. Perkebunan; dan
Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebar di seluruh kecamatan dengan tanaman unggulan kelapa, kopi, jambu mete, jarak pagar serta tembakau dengan luas wilayah kurang lebih 40.970 (empat puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh) hektar;
4. Peternakan.
Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebar di seluruh kecamatan dengan komoditi unggulan sapi;
3. Kawasan peruntukan perikanan
Kawasan peruntukan perikanan ini terbagi kedalam 3 (tiga) kelompok, diantaranya yaitu Kawasan Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan. Berikut ini merupakan uraian mengenai ketiga kawasan tersebut:
1. Kawasan perikanan tangkap terdiri atas: A. potensi perikanan tangkap di laut yang
memanfaatkan potensi perairan di sepanjang pantai Kecamatan Praya Barat Daya, Kecamatan Praya Barat, Kecamatan Pujut dan Kecamatan Praya Timur sejauh 4 (empat) mil laut dari garis pantai dengan tetap memperhatikan zona kawasan lindung serta zona kawasan pariwisata;
B. potensi perikanan tangkap di perairan umum yang memanfaatkan potensi waduk, sungai dan embung tersebar di seluruh kecamatan seluas kurang lebih 4.203 (empat ribu dua ratus tiga) hektar. 2. Kawasan perikanan budidaya terdiri atas:
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-9 ratus sembilan belas) hektar terdiri dari kolam, mina padi dan karamba; dan B. potensi perikanan budidaya air payau
seluas kurang lebih 900 (sembilan ratus) hektar terletak di Kecamatan Praya Timur meliputi Desa Bilelando dan Desa Kidang, Kecamatan Praya Barat meliputi Desa Mekar Sari dan Desa Selong Belanak, Kecamatan Praya Barat Daya meliputi Desa Montong Ajan dan Kecamatan Pujut meliputi Desa Teruai, Desa Bangkat, Desa Pengengat dan Desa Mertak dengan tetap memperhatikan zona kawasan lindung serta zona kawasan pariwisata.
C. potensi perikanan budidaya laut seluas kurang lebih 2.620 (dua ribu enam ratus dua puluh) hektar terletak Kecamatan Praya Timur, Kecamatan Praya Barat, Kecamatan Praya Barat Daya dan Kecamatan Pujut terdiri dari budidaya rumput laut, budidaya mutiara, budidaya kerang darah, budidaya teripang dan budidaya ikan;
D. balai benih ikan (BBI) teletak di kelurahan Gerunung Kecamatan Praya, Desa Pemepek Kecamatan Pringgarata, Desa Aik Bukak Kecamatan Batukliang Utara dan Desa Bonjeruk Kecamatan Jonggat; dan
E. unit pembenihan rakyat (UPR) tersebar di Kecamatan Batukliang Utara, Kecamatan Batukliang, Kecamatan Kopang, Kecamatan Pringgarata, Kecamatan Jonggat dan Kecamatan Praya.
3. Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan terdiri atas:
A. kawasan pengolahan hasil perikanan skala mikro dan kecil tersebar di seluruh kecamatan;
B. kawasan pengolahan hasil perikanan skala menengah dan besar diarahkan di kawasan minapolitan Gerupuk dan Awang di Kecamatan Pujut;
C. kawasan pemasaran hasil perikanan teridiri atas pasar ikan yang tersebar di pasar tradisional yang terdapat di seluruh kecamatan;
D. tempat pelelangan ikan (TPI) terletak di Desa Mertak Kecamatan Pujut;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-10 Timur.
F. pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Awang terletak di Desa Mertak Kecamatan Pujut.
4. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri terdiri atas kawasan industri mikro, kecil, menengah dan besar. Kawasan industri mikro dan kecil ini meliputi kawasan agroindustri dan kerajinan rumah tangga yang terdapat di seluruh kecamatan.
Pengembangan Kawasan industri menengah dan besar diarahkan di Kecamatan Praya Tengah, Kecamatan Praya Timur, Kecamatan Pujut dan Kecamatan Janapria.
5. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Terdapat empat kawasan objek wisata yang termasuk kedalam Kawasan Pariwisata, diantaranya yaitu:
A. kawasan objek wisata alam;
Kawasan objek wisata alam meliputi wisata alam hutan dan/perairan pedalaman di Kecamatan Batukliang Utara, Pujut, dan Praya Barat; wisata alam bahari di Kecamatan Pujut, Praya Barat dan dan Praya Barat Daya; dan wisata alam geologi dan/ vulkanologi di Kecamatan Batukliang Utara, Kopang, Pujut dan Praya Barat; B. kawasan objek wisata sejarah;
Kawasan objek wisata sejarah meliputi perkampungan tradisional di Kecamatan Pujut, masjid kuno di Kecamaan Pujut dan makam bersejarah di Kecamatan Kopang, Praya Tengah, Pujut; Janapria, Batukliang, Praya Timur, dan Praya.
C. kawasan objek wisata budaya; dan
Kawasan objek wisata budaya meliputi kerajinan gerabah di Kecamatan Praya Barat, kerajinan tenun di Kecamatan Jonggat dan kerajinan anyaman di Kecamatan Praya Timur dan Janapria D. kawasan objek wisata buatan.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-11 6. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman meliputi permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan yang tersebar di seluruh kecamatan. Pengembangan kawasan permukiman ini dilakukan pada daerah datar sampai
bergelombang dengan kelerengan lahan 0% - 25%, bukan kawasan lindung, bukan kawasan rawan bencana, aksesibilitas baik dan tersedia air bersih yang cukup.
Sedangkan kawasan permukiman skala besar diarahkan di Kawasan Perkotaan Praya dan sekitarnya.
7. Kawasan Peruntukan Jasa dan Perdagangan
Kawasan peruntukan jasa dan perdagangan skala Kabupaten diarahkan di Kawasan Perkotaan Praya dan skala kecamatan diarahkan di masing-masing ibukota kecamatan.
8. Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan peruntukan lainnya terdiri atas: A. kawasan pusat pemerintahan;
Kawasan pusat pemerintahan diarahkan di Kawasan Perkotaan Praya.
B. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi : kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdapat di Kecamatan Praya Barat, Kecamatan Praya Timur dan Kecamatan Pujut.
C. kawasan pertahanan dan keamanan negara. Kawasan pertahanan keamanan negara meliputi:
1. kodim Lombok Tengah di Kecamatan Praya;
2. koramil terletak di kecamatan praya, kopang, pringgarata, pujut, dan janapria; 3. posramil terletak di kecamatan jonggat,
praya tengah, praya timur, batukliang, batukliang utara, dan praya barat daya; 4. pos angkatan laut terletak di Kecamatan
Praya Timur, Pujut, Praya Barat dan Praya Barat Daya.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-12 perundangan.
Sumber: RTRW Lombok Tengah, 2011 - 2031
Pada dasarnya dalam pemilihan kawasan strategis ditinjau dari potensi perkembangan yang dimilikinya dan dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Pemilihan kawasan strategis ini juga dapat berpengaruh terhadapa keberlangsungan terhadap sector lainnya. Berikut akan dibahas kawasan strategis yang telah ditetapkan oleh RTRW Kabupaten Lombok Tengah 2011 – 2031. Berikut ini merupakan uraian mengenai Kawasan Strategis Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan RTRW Tahun 2011-2031:
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Lombok Tengah
No. Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Lokasi/Batas Kawasan
1 Kawasan strategis Nasional (KSN)
kawasan strategis dari kepentingan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani
2 Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
kawasan strategis dari kepentingan pertumbuhan ekonomi
Kawasan Kuta dan sekitarnya.
3 Kawasan strategis Kabupaten sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
a. kawasan Kuta dan sekitarnya di Kecamatan Pujut dengan sektor unggulan pariwisata dan industri;
b. kawasan Selong Belanak dan sekitarnya di Kecamatan Praya Barat dan Kecamatan Praya Barat Daya dengan sektor unggulan pariwisata dan industri;
c. kawasan Sade dan sekitarnya di Kecamatan Pujut dengan sektor unggulan pariwisata; d. kawasan Perkotaan Praya yang meliputi sebagian Kecamatan Praya, sebagian
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-13 industri, pendidikan, dan pariwisata;
e. kawasan Agropolitan Aik Meneng yang meliputi Kecamatan Batukliang Utara, Kecamatan Kopang dan Kecamatan Janapria dengan sektor unggulan agroindustri, pariwisata serta konservasi; dan f. kawasan Minapolitan di Kawasan Gerupuk dan Awang dengan sektor unggulan perikanan dan industri.
4 Kawasan strategis Kabupaten sudut Kepentingan Daya Dukung Lingkungan Hidup
a. kawasan Benang Stokel dan Benang Kelambu di Kecamatan Batukliang Utara;
b. taman nasional Gunung Rinjani di Kecamatan Batukliang Utara,
Kecamatan Kopang; dan c. kawasan bendungan Batujai dan kawasan preservasinya di
Kecamatan Praya, Praya Tengah dan Praya Barat dan
d. kawasan bendungan Pengga yang termasuk Kawasan Gunung Pupuh, Gunung Lengungsi, dan Gunung Ngabok di Kecamatan Praya Barat Daya.
5 Kawasan strategis Kabupaten Kawasan strategis dari sudut Kepentingan Sosial Budaya
a. situs Batu Rijang dan sekitarnya di Kecamatan Praya Barat;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-14 d. situs Langko dan
sekitarnya di Kecamatan Kopang dan Janapria. Sumber: Bappeda Kabupaten Lombok Tengah, 2014
Selanjutnya pada sub bab ini selain membahas rencana struktur dan pola ruang, perencanaan kawasan strategis, sub bab ini juga akan membahas indikasi program yang kiranya akan mengatur rencana struktur pola dan kawasan strategis yang sudah direncanakan. Berikut ini adalah table mengenai indikasi program yang telah ditetapkan pada RTRW Kabupaten Lombok Tengah 2011 – 2031.
Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Lombok Tengah terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No. Usulan Program Utama
Lokasi Merupakan KSK
Program Perwujudan Pusat Kegiatan 1 Penyusunan
Rencana Detail kawasan Perkotaan
PKW, PKL dan
Program Perwujudan Sistem Prasarana 2 Peningkatan
jalan-jalan lokal 3 Menyiapkan rencana
lokasi,
pembangunan- pengembangan-
pengelolaan-pemeliharaan fisik tempat parkir dan pembangkit baru (air, matahari, uap, air bersih sampai ke tingkat lingkungan
Seluruh kecamatan Ya APBD Kab.
6 Melestarikan sumber
daya guna
keberlanjutan ketersediaan air
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-15 pemantauan dan
pengendalian
peningkatan sumber air baku
9 Pemilahan teknologi pengelolaan dan pengolahan sampah
Seluruh kecamatan Ya APBD Kab. Lombok Tengah
KLH Dis PU
10 Pengembangan sistem terpusat, pada daerah perkotaan tingkat kepadatan tinggi
Seluruh kecamatan Ya APBD Kab. Lombok Tengah
KLH Dis PU
11 Pengembangan sistem individual atau pengelolaan setempat pada daerah terpencil tingkat kepadatan rendah
12 Identifikasi jenis limbah
13 Pengembangan teknologi
pengelolaan dan pengolahan air limbah
14 Pengembangan sarana dan prasarana
pengolahan air limbah
Program Perwujudan Sektor Kehutanan 15 Kawasan Hutan di
Kabupaten Lombok Tengah
Rehabilitasi Hutan Peningkatan Daya
Seluruh kecamatan APBN APBDP APBDK
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-16 Dukung DAS
16 Kawasan Resapan Air
Pemantapan fungsi kawasan konservasi dan resapan air
Kawasan Gunung Rinjani dan sekitarnya dan secara umum diarahkan pada masing-masing
Sempadan Sungai
A. Menetapkan batas sempadan sungai dalam rencana detail tata ruang
Sungai yang terdapat di Kabupaten Lombok Tengah kegiatan budidaya yang dapat mengganggu/ merusak kualitas air sungai
Seluruh kecamatan APBDP APBDK
Dis PU Bappeda
C. Mencegah pembangunan di sekitar DAS yang melebihi batas ketentuan yang berlaku
Seluruh kecamatan kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi kawasan sekitar mata air
Seluruh mata air yang tersebar di bagian utara wilayah Kabupaten Lombok Tengah
APBDP APBDK
Dis PU Bappeda
B. Rehabilitasi vegetasi disekitar mata air
Seluruh mata air yang tersebar di bagian utara wilayah Kabupaten Lombok Tengah kegiatan budidaya disekitar BIL
Ruang
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-17 sekitar Bandara Udara Lombok (BIL) C. Pengembangan
RTHK berupa ruang terbuka untuk aktifivitas olahraga dan rekreasi sekaligus berfungsi sebagai ruang terbuka hijau
Ruang
terbuka/ruang bebas sekitar Bandara Udara Lombok (BIL) (Pelestarian Alam Wisata Alam)
A. Melindungi kelestarian fauna dan flora serta lingkungan
TWA Gunung Meresek, Hutan Pantai Terawas, Gunung Glepak Balinkeculit, Gunung Margejek, Gunung Pengolon, Gunung Prabu Dundang, Gunung Tunak pengelolaan di kawasan di Taman Wisata Alam
Gunung Glepak Balinkeculit, Gunung Margejek, Gunung Pengolon, Gunung Prabu Dundang, Gunung Tunak
21 Melindungi
kelestarian kawasan cagar budaya Dusun Tradisional Sade dan Nde; Kawasan Memelak dan Pejanggik
APBDP APBDK
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-18 28 Menentukan dan
menetapkan batasan kawasan cagar budaya
-sda- APBDP
APBDK
Dinas Budpar Bappeda
29 Sosialisasi lokasi dan luasan kawasan cagar budaya
Ruang
terbuka/ruang bebas sekitar Bandara Udara Lombok (BIL) sekitar Bandara Udara Lombok (BIL)
APBDP APBDK
Dinas Budpar Bappeda
31 Pengamanan
kawasan cagar budaya dari berbagai bentuk ancaman baik oleh kegiatan manusia maupun alam
Ruang
terbuka/ruang bebas sekitar Bandara Udara Lombok (BIL)
APBDP APBDK
Dinas Budpar Bappeda
32 Mengembangkan zona-zona
pemanfaatan ruang untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata dan rekreasi, dan pendidikan.
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani
A. Inventarisasi kawasan rawan bencana
Seluruh wilayah kecamatan kegiatan budidaya pada kawasan rawan bencana
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-19 bencana gerakan
tanah dan longsor meliputi Kec. Batukliang Utara, Jonggat, Praya Barat Daya, Praya Barat, Pujut, Pringgarata dan Kopang
gelombang pasang dan tsunami mencakup daerah sepanjang pesisir pantai selatan Pulau Lombok yang ada di Lombok Tengah yaitu Kecamatan Praya Barat Daya, Praya Barat, Pujut dan Praya Timur Pengembangan
manajemen
informasi atau deteksi dini bencana sebagai upaya pencegahan
bencana.
Seluruh wilayah kecamatan
Program Perwujudan Kawasan Budidaya 34 Kawasan
Peruntukan Hutan Produksi
A. Pengembangan produksi komoditas andalan/unggulan daerah
Kawasan Hutan Mareje Bonga (RTK
Kawasan Hutan Mareje Bonga (RTK
Pertanian Lahan Basah
A. Memetakan lahan sawah yang beririgasi teknis
Seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
APBDK Dinas Pertanian dan
Peternakan, Dinas PU
B. Evaluasi tingkat kesuburan lahan
Seluruh Wilayah Kecamatan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-20 Dinas PU C. Evaluasi
kesesuaian lahan
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU D. Mencegah dan
membatasi alih fungsi lahan sawah menjadi kegiatan budidaya lainnya
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU
E. Pembinaan dan peningkatan
produksi komoditas andalan/unggulan daerah
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU
F. Peningkatan produktifitas lahan sawah
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU G. Pengembangan
kegiatan agroindustri
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU H. Pemeliharaan dan
peningkatan
prasarana pengairan
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU 36 Kawasan
Peruntukan
Pertanian Lahan Kering
A. Pengembangan kegiatan pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan pertanian tanaman pertanian lahan kering secara optimal
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
B. Pembinaan dan peningkatan
produksi komoditas andalan/unggulan daerah
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
C. Peningkatan produktifitas
tanaman lahan kering
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU 37 Perkebunan Seluruh Wilayah
Kecamatan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-21 A. Pengembangan
agroindustri dan penyiapan sarana-prasarana
pendukung
Peternakan, Dinas PU
B. Pengembangan kegiatan agrowisata pada kawasan yang potensial
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU C. Pengembangan
luas areal pada lahan-lahan yang memiliki
potensi/kesesuaian lahan
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU
D. Pengembangan produksi komoditas andalan/unggulan daerah
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU E. Meminimalkan
alih fungsi lahan perkebunan
terutama pada tingkat sangat sesuai
Seluruh Wilayah Kecamatan
APBDK Dinas Pertanian dan terlarang untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman
Seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
APBDK Dinas PU Bappeda
B. Menyusun peraturan daerah khusus permukiman
Seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
APBDK Dinas PU Bappeda
C. Identifikasi pola-pola permukiman perkotaan dan perdesaan
Seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
APBDK Bappeda
D. Menyusun pola tata bangunan perumahan dan permukiman kota dan desa
Seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-22 E. Menyediakan
lahan yang sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan permukiman
Seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
APBDK Bappeda
F. Pengembangan fasilitas pendukung permukiman
Seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
APBDK Bappeda
Perwujudan Pengembangan Kawasan Strategis 39 Pengelolaan
kawasan strategis dari sudut Sade dan sekitarnya
YA APBDP Sade dan sekitarnya
YA APBDP
APBDK
Disbudpar Bappeda
c. Pengelolaan kawasan dan pengendalian tata ruang
Seluruh Wilayah Kecamatan
Kawasan Selong Belanak dan sekitarnya, Kawasan Sade dan sekitarnya
YA APBDP
APBDK
Disbudpar Bappeda
1.2. Pengembangan Kawasan Perkotaan
Praya dan
penyusunan RDTR pengembangan kawasan
Kawasan Perkotaan Praya
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-23 b. Pembangunan
kawasan dan prasarana
pendukungnya
Kecamatan
Batukliang Utara, Kopang dan
c. Pengelolaan kawasan dan pengendalian tata ruang
Kecamatan
Batukliang Utara, Kopang dan
1.4. Pengembanban kawasan Minapolitan dan penyusunan RDTR
pengembangan kawasan
Kawasan Gerupuk dan Awang
40 Pengelolaan kawasan strategis dari sudut kepentingan daya dukung
lingkungan 2.1. Penyusunan RDTR
pengembangan kawasan
2.2. Perlindungan dan rehabilitasi ekosistem
Kawasan air terjun Benang Kelambu dan Benang Stokel di Desa Aik Berik Kecamatan
Batukliang Utara, Taman Nasional Gunung Rinjani serta Kawasan Bendungan Batujai dan Pengga
2.3. Pengelolaan kawasan dan pengendalian tata ruang
Kawasan air terjun Benang Kelambu dan Benang Stokel di Desa Aik Berik Kecamatan
Batukliang Utara, Taman Nasional Gunung Rinjani serta Kawasan Bendungan Batujai dan Pengga
41 Pengelolaan
kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya
3.1. Penyusunan RDTR
pengembangan kawasan
3.2. Perlindungan
Situs Batu Rijan dan sekitarnya, Makam Srewe dan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-24 dan pengelolaan
kawasan
Sumber: Bappeda Kabupaten Lombok Tengah, 2014
5.2.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Lombok Tengah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2-JM CK seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok Tengah merumuskan Perencanaan Pembangunan Daerah (PPD) sebagai suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur guna pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial suatu lingkungan wilayah daerah dalam jangka waktu tertentu.
A. Cakupan dan Tujuan
Perencanaan Pembangunan Daerah, dengan demikian akan berkenaan dengan tiga hal pokok yaitu komunitas, area atau lahan, serta sumberdaya yang berada di dalamnya. Dalam kaitan ini Perencanaan Pembangunan Daerah harus memperhatikan aspek lingkungan, aspek potensi dan masalah daerah, aspek institusi perencana, aspek ruang dan waktu, serta aspek legalitas kebijakan.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-25 Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional. Di sisi lain, RPJMD akan menjadi landasan bagi penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-Daerah) dan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahun.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah mengacu kepada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana ini memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program-program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam keranga regulasi pendanaan yang bersifat indikatif.
Lebih lanjut, muatan, peran dan proses penyusunan RPJMD ini dirumuskan sebagai:
RPJMD berfungsi sebagai dokumen perencanaan makro, memuat penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah jangka waktu lima tahun dan dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangat Daerah (Renstra-Daerah), dan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahun.
Proses penyusunan RPJMD secara pertisipatif melalui berbagai tahapan perencanaan partisipatif yang mellibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.
Tujuan RPJMD dirumuskan sebagai berikut.
Menyediakan satu acuan resmi bagi Pemerintah Daerah dalam menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke dalam Renstra-RSKPD dan RKPD,
Menyediakan satu pedoman berwawasan jauh untuk menentukan arah pembangunan daerah dengan mendasarkan diri pada kondisi riil dan proyeksinya ke depan,
Memudahkan seluruh jajaran aparatur pemerintah daerah dan DPRD untuk memahami dan menilai arah kebijakan, program, serta kegiatan satu tahunan daerah.
B. Visi Misi Pembangunan
Visi Kabupaten Lombok Tengah sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Lombok Tengah adalah:
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-26 Bermasyarakat dengan Menghormati Keberagaman dan HAM
Meningkatkan Kesehatan Dan Kecerdasan Masyarakat Serta Pengarasutamaan Gender
Mendorong Kemajuan Ekonomi Daerah Dalam Mewujudkan Kesejahtraan Masyarakat dengan Memanfaatkan Sumberdaya Lokal Secara Adil dan Transparan
Meningkatkan Iklim Investasi yang Lebih Kondusif dan Menumbuh Kembangkan Wirausaha dengan Tetap Mempertahankan Kelestarian Alam dan Lingkungan Hidup
Meningkatkan Pelaksanaan Tata Pemerintahan Yg Baik (Good Governance ) Berbasis Keterbukaan Dan Keadilan
Meningkatkan Pelaksanaan Otonomi Desa Berbasis Kegotongroyongan Dan Kesetiakawanan Sosial.
C. Strategi Pembangunan Kabupaten Lombok Tengah, Tahun 2011-2015
Terdapat butir-butir Strategi Pembangunan yang terumuskan dalam RPJMD Kabupaten Lombok Tengah, tahun 2011-2015. Sejumlah strategi berkenaan secara langsung dengan perencanaan tata ruang. Berikut adalah strategi yang dilakukan sebagai berikut :
1. Konsolidasi dan koordinasi masyarakat dan pemerintah dilakukan dengan : a. Kemitraan masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkan kamtibmas b. Penegakan aturan yang tidak diskriminatif
c. Pengaktifan forum-forum keagamaan
2. Optimalisasi dan revitalisasi pelayanan kesehatan dan pendidikan dilakukan dengan Penerapan SPM kesehatan dan pendidikan.
3. Koordinasi antara lembaga dan pemerintah berbasis gender dilakukan dengan peningkatan kemitraan antara pemerintah dengan lembaga berbasis gender dan menggali potensi dan dan pengembangan diri perempuan
4. Revitalisasi kelembagaan pendidikan dan keterampilan dilakukan dengan penyediaan pendidikan keterampilan berbasis produk unggulan daerah dan peningkatan intensitas dan kualitas pengembangan SDM
5. Koordinasi pembiayaan pembangunan infrastruktur dilakukan dengan peningkatan harmonisasi perencanaan pembangunan infrastruktur.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-27 7. Kebijakan pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur
dilakukan dengan : a) melestarikan adat istiadat dan budaya daerah; b). memfilter budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur masyarakat; dan c) mengembangkan dan menanam nilai-nilai luhur daerah kepada seluruh komponen masyarakat.
8. Kebijakan peningkatan ketertiban dan penanggulangan kriminalitas dilakukan dengan : a) mengembangkan sistem pengamanan lingkungan (Siskamling) secara terpadu; b) menyelesaikan berbagai kasus kriminalitas secara adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c) mengidentifikasikan daerah-daerah rawan untuk dilakukan pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif.
9. Kebijakan penegakan hukum dilakukan dengan : a) menyelenggarakan pendidikan hukum bagi masyarakat; b) melakukan pembinaan kaderkum; c) menyelesaikan kasus-kasus secara adil tanpa memandang bulu.
10. Kebijakan penghapusan diskriminasi dilakukan dengan : a) mengembangkan komunikasi secara intensif dengan semua komponen masyarakat, termasuk pembauran dengan etnis cina; b) memperlakukan sama semua komponen masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan; c) menumbuhkembangkan sikap senasip sepenanggunan dalam membangun daerah.
11. Kebijakan penghormatan dan pengakuan Hak Azasi Manusia dilakukan dengan : a) mengusulkan penghapusan berbagai peraturan yang bertentangan dengan prinsip Hak Azasi Manusia; b) menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat terhadap pengakuan dan penghormatan Hak Azasi Manusia; dan c) melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan kaidah hukum, norma sosial dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di dalam proses penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
12. Kebijakan peningkatan investasi daerah dilakukan dengan : a) menyederhanakan prosedur perijinan investasi, termasuk bagi UKM; b) menciptakan kepastian hukum yang menjamin kepastian usaha, termasuk mengurangi tumpang tindih kebijakan antar pusat dan daerah serta antar sektor; c) menyempurnakan kelembagaan investasi yang berdaya saing, efisien, transparan, dan non-diskriminatif; d) mendorong pemulihan fungsi intermediasi perbankan; serta e) meningkatkan penyediaan infrastruktur investasi.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-28 b) melakukan identifikasi atas temuan dan pengembangan teknologi di masyarakat; c) melakukan upaya apresiatif bagi penemu dan pengembang teknologi; dan d) melakukan kerja sama dengan pihak akademis dan lembaga lain dalam upaya kajian, transper dan introduksi teknologi.
15. Kebijakan revitalisasi pertanian dilakukan dengan : a) mendorong diversifikasi, meningkatkan produktivitas, dan nilai tambah produk pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan, dan perikanan untuk perbaikan kesejahteraan petani; b) meningkatkan produksi dan kualitas produksi pertanian dalam arti luas; c) memfasilitasi penyediaan modal usaha pertanian dalam rangka menciptakan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat petani; d) mendorong perkembangan industri pengolahan produk pertanian dan perikanan; e) memfasilitasi distribusi pemasaran produk untuk perluasan jaringan pemasaran pada waktu yang tepat; f) menggalakkan gerakan menanam sejuta pohon pada lahan kritis baik di dalam hutan maupun di luar hutan.
16. Kebijakan pemberdayaan Koperasi dan UKM dilakukan dengan : a) memperluas basis usaha serta penumbuhan wirausaha baru berkeunggulan; b) memperkuat kelembagaan KUKM; c) memfasilitasi penyediaan modal bagi pengembangan KUKM; dan d) meningkatkan perann KUKM sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar domestik khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
17. Kebijakan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan : a) memenuhi kebutuhan dasar penduduk miskin yang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, dan rasa aman; b) mendorong masyarakat agar memiliki semangat kesetiakawanan sosial; dan c) mendorong masyarakat untuk hidup hemat.
18. Kebijakan pembangunan perdesaan dilakukan dengan : a) mengembangkan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh, yaitu wilayah-wilayah-wilayah-wilayah yang memiliki potensi sumber daya tinggi dan/atau lokasi strategis; b). mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan terbelakang, yaitu wilayah-wilayah dengan sumber daya yang terbatas dan/atau terpencil; c). meningkatkan akses petani terhadap sumber daya produktif dan permodalan; d). meningkatkan produkstivitas dan kualitas petani dan pertanian; e). mengembangkan diversifikasi kegiatan ekonomi perdesaan, dan f). membangun infrastruktur pertanian dan pedesaan.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-29 tenaga pendidik agar lebih mampu mengembangkan kompetensinya; dan g). menyempurnakan manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perbaikan mutu pendidikan.
20. Kebijakan peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih berkualitas dilakukan dengan : a). meningkatkan jumlah, jaringan dan kualitas pusat kesehatan masyarakat; b). meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM tenaga medis; c). mengembangkan sistem jaminan kesehatan, terutama bagi rakyat miskin; d). meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat; e). meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang dimulai sejak usia kanak-kanak; dan f). meningkatkan pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar.
21. Kebijakan peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial dilakukan dengan : a). mengembangkan sistem perlindungan sosial yang terpadu; b). meningkatkan kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial; dan c). meningkatkan pemberdayaan terhadap fakir miskin, penyandang cacat dan kelompok rentan sosial lainnya.
22. Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak dilakukan dengan : a). memajukan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik; b). meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta program-program lain untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumberdaya kaum perempuan; c). meningkatkan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak; d). menegakkan hukum dalam melindungi setiap individu dari kekerasan dalam rumah tangga; e). meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak; dan f). memperkuat kelembagaan gender.
23. Kebijakan pengendalian pertumbuhan penduduk, pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas dilakukan dengan : a). mengendalikan tingkat kelahiran penduduk; b) meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga; c) meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja serta pendewasaan usia perkawinan; d) memperkuat kelembagaan dan jaringan Keluarga Berencana.
24. Kebijakan peningkatan kualitas kehidupan beragama dilakukan dengan : a). meningkatkan kualitas pelayanan, pemahaman agama dan kehidupan beragama; dan b). meningkatkan kerukunan intern dan antar umat beragama.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-30 26. Kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan pariwisata
dilakukan dengan : a). memperbaiki infrastruktur yang rusak untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat; b). memperluas kapasitas infrastruktur dengan fokus pembangunan infrastruktur baru pada daerah sentra produksi diperdesaan dan infrastruktur yang menghubungkan antar daerah; c). membangun infrastruktur yang mendukung berkembangnya pariwisata.
27. Kebijakan peningkatan kapasitas aparatur dilakukan dengan : a). melakukan pengkajian kebutuhan dan beban kerja aparatur; b) memperbaiki sistem penataan kepegawaian; c). melakukan pembinaan, bimbingan dan meningkatkan SDM aparatur; dan d). meningkatkan sarana dan prasarana aparatur.
28. Kebijakan perbaikan iklim ketenagakerjaan dilakukan dengan : a). menciptakan fleksibilitas pasar kerja dengan memperbaiki aturan main ketenagakerjaan; b). menciptakan kesempatan kerja melalui investasi; c). memperbaharui pelaksanaan berbagai program perluasan kesempatan kerja; dan d). menyempurnakan program pendukung pasar kerja dengan mendorong terbentuknya informasi pasar kerja, membentuk berbagai bursa kerja, serta memperbaiki sistem pelatihan bagi pencari kerja. 29. Kebijakan peningkatan efektivitas pembangunan daerah dilakukan dengan : a). Meningkatkan kualitas perencanaan daerah; b). Meningkatkan pengelolaan administrasi keuangan; c). Meningkatkan kapasitas penerimaan keuangan daerah; dan d). Meningkatkan kualitas pengawasan pembangunan daerah.
5.2.2 Arahan Peraturan Tentang Pembangunan Gedung Kabupaten
Lombok Tengah
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-31
A. Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Fungsi Bangunan Gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan teknis Bangunan Gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR dan/atau RTBL. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :
1. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; 3. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung, baik ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungannya, maupun keandalan bangunan gedungnya. Fungsi bangunan gedung di Wilayah Kabupaten Lombok Tengah, digolongkan dalam fungsi hunian, keagamaan, usaha , sosial dan budaya, serta fungsi khusus.
Untuk bangunan gedung fungsi hunian meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal sementara. Bangunan gedung fungsi umum meliputi fungsi keagamaan, fungsi usaha, dan fungsi sosial dan budaya. Berikut ini merupakan pembagian klasifikasi gedung berdasarkan fungsinya, diantaranya adalah : - Bangunan gedung fungsi keagamaan adalah bangunan gedung yang mempunyai fungsi
utama sebagai tempat melakukan ibadah, yang dibedakan atas fungsi-fungsi : bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, bangunan kelenteng.
- Bangunan gedung fungsi usaha adalah bangunan gedung yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan usaha, yang dibedakan atas fungsi-fungsi :
a. bangunan gedung perkantoran : perkantoran swasta, perkantoran niaga, dan sejenisnya;
b. bangunan gedung perdagangan : pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, mal, dan sejenisnya;
c. bangunan gedung perindustrian : industri kecil, industri sedang, industry besar/berat, dan sejenisnya;
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-32 g. bangunan gedung tempat penyimpanan : gudang, gedung tempat parkir dan sejenisnya. - Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya adalah bangunan gedung yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya yang dibedakan atas fungsi-fungsi :
a. bangunan gedung pelayanan pendidikan : sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolah tinggi/universitas, dan sejenisnya;
b. bangunan gedung pelayanan kesehatan : puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, rumah sakit kelas A, B, dan C, dan sejenisnya;
c. bangunan gedung kebudayaan : museum, gedung kesenian, dan sejenisnya; d. bangunan gedung laboratorium;
e. bangunan gedung kantor pemerintah; f. bangunan gedung pelayanan umum.
- Bangunan gedung fungsi khusus adalah bangunan gedung yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau yang penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat disekitarnya dan/atau mempunyai resiko bahaya tinggi, yang dibedakan atas fungsi-fungsi :
a. bangunan gedung untuk reaktor nuklir;
b. bangunan gedung untuk instalasi pertahanan dan keamanan; c. bangunan gedung sejenis yang ditetapkan oleh menteri.
- Bangunan gedung fungsi campuran adalah bangunan yang memiliki lebih dari satu fungsi di dalam suatu kavling/persil atau blok peruntukan, sepanjang sesuai dengan peruntukan lokasinya.
Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada pasal ini ditetapkan oleh pemerintah daerah dan dicantumkan dalam izin mendirikan bangunan. Perubahan fungsi bangunan gedung harus mendapatkan persetujuan dan penetapan kembali oleh pemerintah daerah. Fungsi bangunan gedung diklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanensi, tingkat resiko kebakaran, zonasi gempa, lokasi, ketinggian, dan/atau kepemilikan.
- Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat kompleksitas, dapat dibedakan atas klasifikasi :
a. bangunan gedung sederhana; b. bangunan gedung tidak sederhana; c. bangunan gedung khusus.
- Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat permanensi, dapat dibedakan atas klasifikasi :
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-33 klasifikasi :
a. bangunan gedung tingkat risiko kebakaran tinggi; b. bangunan gedung tingkat risiko kebakaran sedang; c. bangunan gedung tingkat risiko kebakaran rendah.
- Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan pada zonasi gempa meliputi tingkat zonasi gempa yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
- Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan lokasi, dapat dibedakan atas klasifikasi : a. bangunan gedung di lokasi padat;
b. bangunan gedung di lokasi sedang; c. bangunan gedung di lokasi renggang
- Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan ketinggian, dapat dibedakan atas klasifikasi : a. bangunan gedung bertingkat tinggi;
b. bangunan gedung bertingkat sedang; c. bangunan gedung bertingkat rendah.
- Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan kepemilikan, dapat dibedakan atas klasifikasi : a. bangunan gedung milik negara;
b. bangunan gedung milik badan usaha; c. bangunan gedung milik perorangan.
B. Persyaratan Bangunan Gedung
Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Didalam perda Bangunan Gedung Kabupaten Lombok Tengah terdapat peraturan yang mengharuskan bahwa setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Penjelasan mengenai persyaratan administratif bangunan gedung diantaranya adalah :
status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
status kepemilikan bangunan gedung; dan
izin mendirikan bangunan gedung.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-34 Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, diantaranya adalah sebagai berikut:
Status Hak Atas Tanah
Hak atas tanah adalah penguasaan atas tanah yang diwujudkan dalam bentuk sertifikat sebagai tanda bukti penguasaan/ kepemilikan tanah, seperti hak milik, hak guna bangunan (HGB), hak guna usaha (HGU), hak pengelolaan, dan hak pakai. Status kepemilikan atas tanah dapat berupa sertifikat, akte jual beli, girik dan akte/bukti kepemilikan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Untuk memperoleh Izin Mendirikan Bangunan gedung, pemohon diwajibkan melampirkan surat bukti penguasaan dan/atau pemilikan hak atas tanah.
Status Kepemilikan Bangunan Gedung
Status kepemilikan bangunan gedung merupakan surat bukti kepemilikan bangunan gedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten berdasarkan hasil kegiatan pendataan dan pendaftaran bangunan gedung. Status kepemilikan bangunan gedung dapat terpisah dari status kepemilikan tanah. Kepemilikan bangunan gedung dapat dialihkan kepada pihak lain. Dalam hal kepemilikan bangunan gedung dan kepemilikan tanah berbeda, pengalihan hak harus mendapat persetujuan pemilik tanah.
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dimaksudkan untuk mengendalikan pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung di wilayah Kabupaten Lombok Tengah, dengan tujuan terjaminnya keselamatan penghuni dan lingkungan serta tertib pembangunan. Permohonan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini diajukan secara tertulis kepada Bupati. Permohonan IMB harus sudah diterima keputusannya oleh pemohon paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal pengajuan apabila telah memenuhi semua persyaratan administrasi dan teknis. IMB merupakan prasyarat untuk mendapatkan pelayanan utilitas umum kota. Sebelum bangunan digunakan wajib memiliki sertifikat laik fungsi.
B.2 Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Persyaratan Tata Bangunan
Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan. Berikut ini merupakan uraian dari persyaratan tata bangunan yang diantaranya adalah:
A. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-35 bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai – nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
C. Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan
Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan berlaku bagi bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan dokumen lingkungan. Setiap bangunan gedung dilarang menimbulkan gangguan visual, limbah, pencemaran udara, kebisingan, getaran, radiasi dan/atau genangan air terhadap lingkungannya di atas baku mutu lingkungan yang berlaku.
D. Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan / atau prasarana/sarana umum
Bangunan gedung yang dibangun di atas dan/atau di bawah tanah, air, atau prasarana dan sarana umum, pengajuan permohonan izin mendirikan bangunan gedungnya dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.
Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung
Persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Berikut ini adalah uraian mengenai keandalan bangunan Gedung, yang terdapat didalam Perda Bangunan Gedung noo 7 Tahun 2012: - Persyaratan Keselamatan
Setiap bangunan harus dibangun dengan mempertimbangkan kekuatan dan kekakuan, serta kestabilan dari segi struktur. Peraturan/standar teknik yang harus dipakai ialah peraturan/standar teknik yang berlaku di Indonesia yang meliputi SNI tentang Tata Cara, Spesifikasi, dan Metode Uji yang berkaitan dengan bangunan gedung.
Setiap bangunan dan bagian konstruksinya harus diperhitungkan terhadap beban sendiri, beban yang dipikul, beban angin, serta getaran dan gaya gempa sesuai dengan peraturan pembebanan yang berlaku. Setiap bangunan dan bagian konstruksinya yang dinyatakan mempunyai tingkat beban angin atau gempa yang cukup besar harus direncanakan dengan konstruksi yang sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-36 masa pelaksanaan pembangunannya.
- Persyaratan Kesehatan
Jenis, mutu, sifat bahan, dan peralatan instalasi air bersih harus memenuhi standar dan ketentuan teknis yang berlaku. Pemilihan sistem dan penempatan instalasi air bersih harus disesuaikan dan aman terhadap sistem lingkungan, bangunan-bangunan lain, bagian-bagian lain dari bangunan-bangunan dan instalasi-instalasi lain sehingga tidak saling membahayakan, mengganggu, dan merugikan serta memudahkan pengamatan dan pemeliharaan. Pengadaan sumber air bersih diambil dari PDAM atau dari sumber yang dibenarkan secara resmi oleh yang berwenang. Perencanaan dan instalasi jaringan air bersih mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku.
- Persyaratan Kenyamanan
Setiap bangunan yang dibangun harus mempertimbangkan faktor kenyamanan bagi pengguna/penghuni yang berada di dalam dan di sekitar bangunan. Dalam merencanakan kenyamanan dalam bangunan gedung harus memperhatikan kenyamanan ruang gerak, kenyamanan hubungan antar ruang, kenyamanan kondisi udara, kenyamanan pandangan, kenyamanan terhadap kebisingan dan getaran. Untuk mengatur iklim mikro dan menjaga resapan air disekitar bangunan gedung wajib mengalokasikan sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari luas lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH).
C. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung. Berikut ini adalah pembagian mengenai tahap dari penyelenggaraan bangunan gedung berdasarkan Perda Bangunan Gedung Nomor 7 Tahun 2012:
C.1 Pembangunan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-37 meter persegi) dapat dilakukan oleh orang yang ahli/berpengalaman. Perencanaan bangunan sampai dengan dua lantai dapat dilakukan oleh orang yang ahli yang telah mendapatkan surat izin berencana yang sesuai. Untuk perencanaan bangunan lebih dari dua lantai atau bangunan umum, atau bangunan khusus harus dilakukan oleh badan hukum yang telah mendapat kualifikasi sesuai bidang dan nilai bangunan. Selain itu perencana bertanggung jawab bahwa bangunan yang direncanakan telah memenuhi persyaratan teknis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang terdiri dari
- perencanaan aristektur; - perencanaan konstruksi; - perencanaan utilitas,
- rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan (RKS).
Ketentuan untuk ini tidak berlaku bagi perencanaan bangunan yang sifatnya sementara dengan syarat bahwa luas dan tingginya tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dinas, serta pekerjaan pemeliharaan/perbaikan bangunan kecuali bangunan yang dilestarikan, antara lain:
- Memperbaiki bangunan dengan tidak merubah konstruksi dan luas lantai bangunan; - Pekerjaan memplester, memperbaiki retak bangunan dan memperbaiki lapis lantai
bangunan;
- Memperbaiki penutup atap tanpa mengubah konstruksinya;
- Memperbaiki lubang cahaya/udara tidak lebih dari 1M² (satu meter persegi); - Membuat pemisah halaman tanpa konstruksi;
- Memperbaiki langit-langit tanpa mengubah jaringan lain.
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-38 serta keahlian lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
C.3 Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan kegiatan membangun wajib mengikuti persyaratan yang tercantum dalam Izin Mendirikan Bangunan. Dalam pelaksanaan kegiatan membangun wajib dijaga keamanan, keselamatan fisik bangunan dan keamanan lingkungan. Tata cara dan persyaratan pelaksanaan kegiatan membangun ditetapkan oleh Bupati. Pada pelaksanaan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus harus dilaksanakan oleh tenaga ahli sesuai bidangnya.
D. Peran Masyarakat
Terdapat beberapa bagian dari peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung sesuai dengan Perda Bangunan Gedung Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 Tahun 2012, diantaranya adalah:
Pemantauan dan Penjagaan Ketertiban
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung masyarakat dapat berperan untuk memantau dan menjaga ketertiban, baik dalam kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, maupun kegiatan pembongkaran bangunan gedung. Pemantauan yang dilakukan secara objektif, oleh masyarakat dengan penuh tanggung jawab, dan dengan tidak menimbulkan gangguan dan/atau kerugian bagi pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung, masyarakat dan lingkungan. Masyarakat melakukan pemantauan melalui kegiatan pengamatan, penyampaian masukan, usulan, dan pengaduan. Dalam melaksanakan pemantauan, masyarakat dapat melakukan baik secara perorangan, kelompok, organisasi kemasyarakatan, maupun melalui tim ahli bangunan gedung. Berdasarkan pemantauannya, masyarakat melaporkan secara tertulis kepada pemerintah dan/atau pemerintah daerah terhadap: indikasi bangunan gedung yang tidak laik fungsi; dan/atau bangunan gedung yang pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan/atau pembongkarannya berpotensi menimbulkan gangguan dan/atau bahaya bagi pengguna, masyarakat, dan lingkungannya.
Pemberian Masukan Terhadap Penyusunan dan/atau Penyempurnaan Peraturan,
Pedoman dan Standar Teknis
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-39 berwenang terhadap penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana teknis bangunan gedung tertentu dan/atau kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan agar masyarakat yang bersangkutan ikut memiliki dan bertanggung jawab dalam penataan bangunan dan lingkungannya. Pendapat dan pertimbangan masyarakat disampaikan baik secara perorangan, kelompok, organisasi kemasyarakatan, maupun melalui tim ahli bangunan gedung dengan mengikuti prosedur dan dengan mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya setempat.
Pelaksanaan Gugatan Perwakilan
Masyarakat dapat mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Masyarakat yang dapat mengajukan gugatan perwakilan adalah :
a. perorangan atau kelompok orang yang dirugikan, yang mewakili para pihak yang dirugikan akibat adanya penyelenggaraan bangunan gedung yang mengganggu, merugikan, atau membahayakan kepentingan umum; atau
b. perorangan atau kelompok orang atau organisasi kemasyarakatan yang mewakili para pihak yang dirugikan akibat adanya penyelenggaraan bangunan gedung yang mengganggu, merugikan, atau membahayakan kepentingan umum.
E. Pembinaan
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-40 Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.
5.2.1 Bentuk Layanan
1. Pengembangan Layanan Air Bersih
a. Daerah Permukiman
Daerah Permukiman adalah kawasan layanan utama. Layanan permukiman merupakan layanan yang saat ini berkembang karena adanya jaringan eksisting yang menghubungkan sumber air, reservoir dan daerah layanan yang merupakan daerah permukiman. Pengembangan daerah permukiman dapat di perluas dengan adanya penambahan jaringan baru dan penambangan sumber air baru.
b. Daerah Kawasan Strategis
Daerah layanan strategis merupakan daerah yang dikembangan menjadi kawasan tematis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik disektor pariwisata, industri, pertanian dan konservasi budaya. Kawasan ini tidak dapat dilupakan dalam kegiatan pelayanan air bersih. Kawasan strategis di kawasan pesisir selatan Kabupaten Lombok Barat yang sangat membutuhkan tambahan pasokan air
c. Daerah Layanan Khusus
Daerah layanan khusus merupakan daerah yang sulit mendapatkan pasokan air bersih karena letak geografi yang tidak memungkinkan untuk mendistribusikan air secara gravitasi.
2. Pengembangan Layanan Air Siap Minum
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA | 5-41 Dinas PU ESDM, PDAM, dan dari Universitas Mataram. Berdasarkan hasil survey seperti yang disajikan pada Tabel 7.4, dapat diketahui bahwa aspek Teknis menempati urutan teratas untuk bidang yang perlu dikembangkan tekait dengan penyediaan air minum diikuti kemudian dengan Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan yang memiliki skala prioritas yang sama.
Aspek Teknis masih menjadi aspek yang dirasa perlu diutamakan dalam pengembangan penyediaan air minum di Kabupaten Lombok Tengah, dimana kegiatan Perbaikan Jaringan menempati urutan teratas untuk dilaksanakan. Diikuti dengan Penambahan Jaringan Air Baru, dan Pengembangan Produk Air Minum di posisi ketiga. Layanan Tempat Wisata dan Pesisir menempati posisi yang sama dalam penentuan prioritas yaitu di posisi terbawah. Prioritas pengembangan yang kedua adalah yang terkait dengan Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan. Kegiatan Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat menepati posisi teratas sebagai prioritas Aspek Sosial untuk dikembangkan. Hal ini mengingat banyaknya gangguan pada jaringan distribusi berupa sambungan ilegal oleh masyarakat. Posisi kedua yaitu kegiatan Pengembangan SDM berupa pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis maupun administrasi pengelolaan perusahaan. Posisi ketiga adalah kegiatan pemberdayaan PAMDes yang diikuti di posisi terbawah oleh pemberian Insentif pada daerah-daerah dimana sumber air PDAM berada.
Sedangkan kegiatan yang diprioritaskan pada urutan pertama Aspek Lingkungan adalah Perbaikan Kualitas Air dan Peningkatan Sumber Air yang memiliki skala prioritas yang sama diikuti oleh pencarian Sumber Alternatif di urutan terakhir.
Tabel 5.4 Skala Prioritas Pengembangan Penyediaan Sumber Air Kab. Lombok Tengah
No. Aspek Prioritas Nilai Kegiatan Nilai
Prioritas
1 Teknis 0.50 1a Perbaikan Jaringan 0.32 1b Penambangan Jaringan Baru 0.22 1c Produk Air Siap Minum 0.19 1d Layanan tempat wisata dan
niaga
0.13
1d Layanan Pesisir 0.13
2 Sosial 0.25 2a Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat
0.34
2b Pengembangan SDM (Pelatihan)
0.27