• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Disiplin Belajar dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Motivasi Belajar

Pada prinsipnya berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta

didik. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada

keinginan untuk belajar, keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut

dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal (1) mengetahui apa yang

akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan

yang baik untuk belajar, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi (mengetahui

apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari) tidak

akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Untuk dapat memahami pengertian dari motivasi belajar, terlebih dahulu

memahami pengertian dari motivasi. Motivasi belajar merupakan frase yang terdiri dari dua kata yaitu motivasi dan belajar. Kata motivasi berasal dari kata ”motif”

diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Berawal dari kata ”motif” tersebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak

yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila

(2)

2

Mc Donald dalam bukunya Sardiman (2012) mengartikan motivasi sebagai

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Kemudian Gray et al (dalam

Winardi, 2001) mendefinisikan motivasi sebagai hasil sejumlah proses, yang

bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan

timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu.

Dengan demikian motivasi adalah suatu dorongan baik yang berasal dari

dalam diri maupun yang berasal dari luar diri individu yang mengerakkan individu

untuk mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap, tindak tanduk agar individu

terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan

tertentu sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada

kegiatan belajar. Jadi motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat

non intelektual. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi

untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan optimal jika kalau ada

motivasi yang tepat. (Sardiman, 2012) Keinginan untuk mendapatkan hasil belajar

yang memuaskan akan mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar,

aktivitas belajar ini tidak akan tercipta apabila siswa tidak memiliki keinginan atau

motivasi untuk belajar. Dalam kondisi demikian motivasi belajar sangat berperan

(3)

3

(2011) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk belajar.

Menurut Sardiman (2012) motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah dalam kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Kemudian Dimyati dan Mudjiono (2013) mendefinisikan motivasi belajar

adalah segi kejiwaan yang mengalami perkembangan yang terpengaruh oleh kondisi

fisiologis dan kematangan fisiologis siswa. Dari itu mereka menyimpulkan bahwa

motivasi belajar berkaitan dengan proses belajar. Motivasi belajar sangat diperlukan

karena dapat meningkatkan semangat peserta didik untuk belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah energi yang

menggerakkan atau mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut sehingga tujuan belajar dapat

tercapai.

2.1.1 Macam-macam Motivasi Belajar

Dalam membicarakan macam-macam motivasi hanya akan dibahas dari dua

sudut pandang yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut “motivasi intristik” dan motivasi yang berasal dari luar diri

seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik” (Sardiman,2012).

a) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

(4)

4

dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Dalam aktivitas belajar, motivasi instrinsik sangat diperlukan terutama

belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinstik sulit

sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Sedangkan seseorang

yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar.

Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif bahwa semua

mata pelajaran yang dipelajari sangat dibutuhkan dan sangat berguna kini

dan mendatang.

Djamarah (2011) mengatakan motivasi itu intrinsik, bila tujuannya

tidak dapat terlepas atau melekat pada situasi belajar, kebutuhan serta

tujuan siswa ntuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam

pelajaran tersebut. Misalnya siswa tertantang senang mengerjakan

tugas-tugas yang sulit dan berusaha untuk menemukan penyelesaiannya sendiri.

Siswa termotivasi belajarnya semata-mata untuk menguasai nilai-nilai

yang terkandung dalam bahan pelajaran tersebut, bukan karena keinginan

lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah,

melainkan karena memiliki orientasi masa depan.Pada akhirnya kegiatan

belajar dapat dipandang sebagai jalan menuju ke realisasi cita-cita.

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh siswa itu belajar karena tahu

besok ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik, lulus ujian

dengan nilai yang memuaskan. Dengan hasil belajar dan nilai yang baik

(5)

5

mendapat pujian dari teman, dan mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari

segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung berkaitan

dengan esensi yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik

dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas

belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan

dan tidak baik dalam pendidikan, motivasi ini diperlukan supaya siswa

tetap semangat dan mau belajar. Berbagai macam cara dapat dilakukan

supaya siswa tetap termotivasi untuk belajar, terutama oleh guru

disekolah. Menurut Djamarah (2011) guru yang berhasil mengajar adalah

guru yang pandai membangkitkan minat siswa dalam belajar, dengan

memanfaatkan motivasi ekstrinsik dan menggunakannya dalam rangka

menunjang proses interaksi belajar mengajar dikelas. Peranan motivasi

ekstrinsik ditegaskan oleh Sardiman bahwa, bukan berarti motivasi

ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar

mengajar, motivasi ekstrinsik sangat perlu dan tetap dibutuhkan, karena

keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin

komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik

bagi siswa, sehingga perlu motivasi ekstrinsik.

2.1.2 Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dapat dilihat dalam motivasi

belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan

(6)

6

Sudjana (2005) adalah sebagai berikut :

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, yaitu siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi akan menaruh perhatian terhadap

pelajaran dan minat siswa terhadap kegiatan-kegiatan belajar yang

dilakukan.

b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugasnya, yaitu siswa yang

memiliki motivasi belajar akan selalu berusaha melakukan tugas

pekerjaanya sebaik mungkin, selalu bersikap mandiri dan memiliki

target nilai untuk meningkatkan semangat siswa dalam melakukan

tugasnya.

c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya, yaitu

siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan selalu bertanggung

jawab terhadap tugas yang diterima artinya tidak pernah

mengabaikan tugas yang diberikan.

d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan

guru, yaitu siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan

memperhatikan guru ketika sedang mengajar dan aktif bertanya

ketika proses belajar mengajar berlangsung.

e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan, artinya siswa dalam mengerjakan tugas-tugas akan

memusatkan perhatian sepenuhnya terhadap tugas yang diberikan

dan tidak mudah menyerah atau putus asa ketika mengerjakan

(7)

7

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang digunakan untuk alat ukur

atau angket motivasi belajar adalah aspek-aspek yang dikemukakan oleh

Sudjana (2005) karena aspek ini mengungkap hakikat motivasi belajar

secara lebih mendalam, yaitu bagaimana motivasi dapat memunculkan

minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, bagaimana motivasi dapat

menimbulkan semangat siswa untuk melakukan tugas-tugasnya,

bagaimana motivasi dapat meningkatkan tanggung jawab siswa dalam

tugas-tugasnya, reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang

diberikan guru dan bagaimana motivasi dapat memberikan rasa senang

dan puas pada siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2013) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai, penentu

target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan

yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi

seseorang.

b. Kemampuan siswa

Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan

tugas-tugs perkembangan. Keinginan seorang anak perlu diiringi dengan

kecakapan. Contohnya keinginan membaca perlu diiringi dengan

(8)

8 c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi

motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah

akan menganggu perhatian belajar dan begitu sebaliknya.

d. Kondisi lingkungan

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,

pergaulan sebaya dan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu kondisi

lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu

dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan

indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran adalah unsur-unsur yang

keberadaanya dalam proses belajar yang tidak stabil. Kadang-kadang

kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Khususnya

kondisi- kondisi yang sifatnya kondisional misalnya emosi siswa, gairah

belajar, situasi dalam keluarga

f. Upaya guru dalam pembelajaran siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri

dalam mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari

pengusaan materi, cara menyampaikanya, menarik perhatian siswa dan

mengelola hasil belajar siswa.

(9)

9

bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu:

a. Kebudayaan

Setiap kelompok budaya mempunyai pandangan tersendiri terhadap

pendidikan. Jika suatu wilayah mempunyai nilai budaya yang tinggi

terhadap pendidikan, masyarakat budaya tersebut akan banyak

mendorong perilaku anak didik untuk belajar keras agar menjadi orang

yang benr-benar terdidik.

b. Lingkungan keluarga

Berdasarkan penelitian yang sudah ada selama ini, keluarga terbukti

memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa karena

perkembanganya motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kondisi yang

terjadi pada setiap perkembangan.

c. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah menyangkut sarana prasarana sumber-sumber

belajar, media belajar, hubungan siswa dengan teman-temanya,

guru-gurunya, serta staf sekolah lainnya, suasana pelaksanaan

kegiatan-kegiatan belajar mengajar, dan sebagainya. Sekolah yang kaya akan

aktivitas belajar memiliki sarana dan prasarana yang memadai,

terkelola dengan baik, dan diliputi suasana akademis yang wajar akan

sangat mendorong semangat belajar siswa.

d. Keinginan siswa itu sendiri untuk belajar

Keinginan dari siswa sendiri untuk belajar merupakan hal penting.

(10)

10

akan memperoleh manfaat dari hasil belajarnya, menjadi orang

terdidik, serta memiliki keahlin di bidang tertentu. usha untuk mencapi

tujuan tersebut dilakukan dengan keinginan sebdiri tanpa paksaan dari

orang tua maupun faktor-faktor diluar siswa seperti hadiah, pujian dan

sebagainya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

belajar siswa perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang

optimal dan dijadikan dampak pengiring yang selanjutnya menimbulkan

program belajar sepanjang hayat, akan tetapi pada kenyataanya motivasi

belajar siswa tidak selamanya stabil. Hal ini disebabkan banyaknya

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar tersebut seperti

cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi

lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran serta

upaya guru dalam pembelajaran siswa. Motivasi belajar siswajuga

dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah dan keinginan siswa itu sendiri untuk belajar.

2.1.4 Bentuk dan Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2012) ada beberapa bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar siswa di sekolah, antara

lain :

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.

(11)

11

baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau

nilai-nilai pada raport angkanya yang baik-baik. Angka-angka yang baik

itu bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga,

bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar

pokoknya naik kelas saja.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

suatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk

gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seorang siswa

yang tidak memiliki bakat menggambar.

c. Saingan/kompetisi

Saingan / kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Baik persaingan individual maupun persaingan

kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involment

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas

dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi

yang cukup penting.

e. Memberi ulangan

(12)

12

karena itu pemberian ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi

yang diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa

membosankan dan bersifat rutinitas.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan

mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa

grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada diri siswa untuk

terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah reinforcement

positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu

supaya pujian ini merupakan motivasi maka pemberianya harus tepat.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan

secara tepat dan bijak akan menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru

harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu

kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak

didik itu memang ada maksud. Hasrat untuk belajar itu berarti pada anak

(13)

13 hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga

tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar

itu kan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan

alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang

harus dicapai dirasa berguna dan menguntungkan. Maka akan timbul

gairah untuk terus belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

individu dapat tumbuh apabila ada orang lain yang mendorong individu tersebut

untuk belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi

belajar individu, diantaranya adalah memberi angka, mengetahui hasil dari

pekerjaannya, memberikan pujian, memberikan hukuman, hasrat untuk belajar,

memberikan hadiah, saingan/kompetisi, ego involment, memberi ulangan, minat

dan tujuan yang diakui.

2.2Disiplin Belajar

2.2.1. Definisi Disiplin

Verhoven dan Carvalho (dalam Unaradjan, 2003) menyatakan bahwa disiplin

berasal dari kata latin discipulus, yang berarti siswa atau murid. Dalam

perkembangan selanjutnya, kata ini mengalami perubahan bentuk dan

(14)

14

pelajaran dan perlakuan yang cocok bagi seorang murid atau pelajar. Ellis

(dalam Unaradjan, 2003) di bidang psikologi dan pendidikan kata ini

berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, mental serta kapasitas moral

anak melalui pengajaran. Sehubungan dengan definisi tersebut, kata ini juga

berarti hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang

memperkuat ketaatan (Perkins dalan Unaradjan, 2003). Makna lain dari kata yang sama ialah “seseorang yang mengikuti pemimpinnya” ( Kelly dalam

Unaradjan, 2003).

Matindas (dalam Unaradjan, 2003) menyatakan bahwa disiplin pada

dasarnya adalah kepatuhan pada peraturan. Artinya, bila seseorang berperilaku

disiplin, ia diharapkan bertingkah laku patuh, menurut, dan mengikuti

aturan-aturan tertentu dilinukungannya.

Menurut Tu’u (2004) disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam

diri seseorang. Bahkan disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup

seseorang, yang muncul dalam pola tinggkah lakunya sehari – hari. Disiplin

terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup

panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam

pendidikan di sekolah. Keluarga dan sekolah menjadi tempat penting bagi

pengembangan disiplin seseorang

2.2.2.Definisi Disiplin Belajar

Maman Rachman (dalam Tu’u, 2004) menyatakan bahwa disiplin sebagai

upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam

mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib

(15)

15

Winkel (2004) mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas mental/

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru

atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar merupakan

sikap mental individu atau masyarakat yang menunjukan ketaatan dan

kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib norma kehidupan yang berlaku,

sebagai upaya untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.

2.2.3.Pentingnya Disiplin

Menurut Tu’u (2004) disiplin berperan penting dalam membentuk individu

yang berciri keunggulan. Disiplin penting karena alasan berikut ini:

1. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil

dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan

sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

2. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang

kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi

dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

3. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan

norma-norma, nilai kehidupan, dan disiplin. Dengan demikian anak-anak

(16)

16

4. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan

kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan,

dan ketaatan merupakan prasarat kesuksesan seseorang.

Berdasarkan kutipan di atas penulis meyimpulkan disiplin belajar

penting bagi siswa, karena disiplin belajar membantu siswa mengoptimalkan

potensi dan prestasinya, suasana sekolah dan juga kelas lebih kondusif,

memenuhi harapan orang tua, dan merupakan jalan bagi siswa untuk sukses

dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

2.2.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin

Perilaku disiplin perlu adanya kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga

adanya hukuman. Disiplin belajar akan tercipta apabila siswa memiliki

kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Menurut Tu’u (2004) mengatakan ada

empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin , yaitu:

1. Kesadaran diri

Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan

keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat

bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan

kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin

yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.

2. Pengikutan dan ketaatan

Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang

mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya

(17)

17 3. Alat pendidikan

Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang

sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

4. Hukuman

Sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah

sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

Tu’u (2004) menambahkan masih ada faktor-faktor lain yang

berpengaruh dalam pembentukan disiplin, yaitu:

1. Teladan

Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain.

Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai

teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa

yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan,

kepala sekolah dan guru-guru serta penata usaha sangatberpengaruh

terhadap disiplin para siswa.

2. Lingkungan Berdisiplin

Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin

dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila

berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh

lingkungan tersebut.

3. Latihan Berdisiplin

Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan.

Artinya melakuakn disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya

(18)

18

Berdasarkan kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa ada empat

faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin belajar, yaitu :

kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, dan hukuman. Dan ada

tiga faktor lain yaitu : teladan, lingkungan berdisiplin, dan latihan berdisiplin.

2.2.5.Unsur - Unsur Disiplin

Tu’u (2004) mengemukakan unsur - unsur disiplin adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.

2. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran

diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat

juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar

dirinya.

3. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan

membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau

diajarkan.

4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku,

dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah

laku.

5. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku. Berdasarkan kutipan di atas, penulis setuju dengan pendapat dari Tu’u

bahwa disiplin memiliki 5 unsur, diantaranya adalah mengikuti dan menaati

peraturan, nilai dan hukum, siswa yang meiliki disiplin akan menunjukan sikap

sesuai dengan peraturann, nilai dan hukum yang berlaku. Dislipin bisa muncul

karena adanya kesadaran diri atau bisa dari luar. Sebagai alat pendidikan untuk

(19)

19

nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. Hukuman yang diberikan bagi yang

melanggar ketentuan yang berlaku dalam rangka mendidik, melatih,

mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. Peraturan-peraturaan yang

berlaku digunakan sebagai pedoman dan ukuran perilaku.

2.2.6.Fungsi Disiplin

Disiplin belajar sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin belajar

menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku,dan tata kehidupan

berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak

ketika bekerja.

Berikut ini beberapa fungsi disiplin menurut Tu’u (2004), yaitu:

1. Menata Kehidupan Bersama

Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok

tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu

satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.

2. Membangun Kepribadian

Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian

seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu

lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tentram, sangat berperan

dalam membangun kepribadian yang baik.

3. Melatih Kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk

serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang

membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk

(20)

20 4. Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif

kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan

ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri.

Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan

dari luar.

5. Hukuman

Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh

siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata

tertib tersebut. Ancaman sanksi / hukuman sangat penting karena dapat

memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan

mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan

kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang

berlaku menjadi lemah.

6. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan

pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan

sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta

peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan

secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi

lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib dan teratur.

(21)

21

Berdasarkan kutipan diatas, penulis setuju bahwa disiplin berfungsi

untuk mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu kelompok atau masyarakat.

Dengan adanya kepatuhan dan ketaatan oleh peratuan yang telah disepakati,

maka hubungan antara individu akan terjalin dengan baik, serta membuat

lingkungan yang kondusif. Disiplin juga dapat membangun dan melatih

kepribadian. Lingukngan yang tertib, teratur, tenang, tentram dapat

mempengaruhi dalam membentuk kepribadiam. Kepribadian tersebut dapat

tebentuk melalui latihan.

Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan

motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan

ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri.

Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan

dari luar. Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan

oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata

tertib tersebut. Ancaman sanksi / hukuman sangat penting karena dapat memberi

dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa

ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat

diperlemah. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang

berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki

tingkah laku.

2.3Hubungan Antara Disiplin Belajar dengan Motivasi Belajar

Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mendidik dan

membentuk perilaku siswa agar menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi

(22)

22

Prijodarminto (1994) yaitu Disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan

terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin belajar pada siswa sangat

diperlukan tingkat konsistensi dan kebiasaan yang teratur dalam kegiatan proses

belajar mengajar karena dalam belajar membutuhkan beberapa faktor salah satu

diantaranya adalah kebiasaan dalam disiplin belajar.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar

dalam penelitian ini adalah sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai – nilai ketaatan, dan keteraturan

berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan standar

sosial. Sedangkan Mc. Donald (Sardiman, 2001) berpendapat bahawa motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi

adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam diri individu untuk

melakukan sesuatu demi mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi

diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki

oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dengan menerapkan sikap disiplin dalam

belajar pada siswa, maka diharapkan pula dapat mempengaruhi motivasi siswa

dalam belajar. Sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam belajar siswa dan

(23)

23

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa apabila siswa

memiliki disiplin yang tinggi maka dengan sendirinya ia juga akan memiliki sikap

motivasi belajar yang tinggi pula, sehingga dapat mendukung atau meningkatkan

keberhasilan dalam belajarnya. Namun apabila seorang siswa kurang memiliki

disiplin belajar rendah, maka motivasi belajar juga akan rendah bahkan sama sekali

tidak ada. Ini semua dikarenakan adanya interaksi antara disiplin belajar dan sikap

motivasi belajar yang berhubungan antara keduanya yang dapat meningkatkan cara

siswa dalam belajar yang lebih aktif.

Upaya untuk menumbuhkan kedisiplinan belajar dan motivasi belajar tidak

terlepas dari peran aktif guru dan lembaga di Sekolah yang didukung dengan adanya

tata tertib sekolah serta peran serta orang tua dan keluarga dirumah agar selalu

menanamkan dan menumbuhkembangkan sikap kepada anak didiknya yakni dengan

senantiasa menerapkan sikap disiplin dalam belajar dan memotivasi siswa agar rajin

belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Dengan kata lain sistem

sosial dan tata tertib atau peraturan sekolah harus sudah diketahui dan diperkenalkan

kepada anak masuk sekolah. Suatu hal yang sangat penting dan harus dilakukan oleh

guru sediri mungkin pada permulaan sekolah ditanamkan dan ditumbuhkan dasar

pendidikan moral, sosial, susila, etika dan agama dalm setiap pribadi anak. Untuk

membentuk kepribadian anak yang berbudi pekerti yang luhur, disiplin, kreatif,

aktif, dinamis, serta berinteligensi.

2.4 Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara disiplin belajar dengan

motivasi belajar siswa di kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK PIRI

(24)

24

Teknik Kendaraan Ringan SMK PIRI 1 Yogyakarta menjunjukkan bahwa disiplin

belajar siswa berada pada kategori sedang yaitu 87,19 dan motivasi belajar berada

pada kategori sedang yaitu dengan nilai mean 85,17. Berdasarkan perhitungan

analisis hipotesis diperoleh harga r sebesar 0,733 sehingga rhitung > rtabel (0,733 >

0,207). Maka dalam hal ini motivasi belajar terhadap hubungan antara disiplin

belajar dengan motivasi belajar siswa di Kelas XI Jurusan Teknik Kendaraan

Ringan SMK PIRI 1 Yogyakarta.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila siswa

memiliki disiplin yang sedang maka dengan sendirinya ia juga akan memiliki sikap

motivasi belajar yang sedang pula, sehingga dapat mendukung atau meningkatkan

keberhasilan dalam belajarnya.

2.5Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi Arikunto,

1997). Berdasarkan kajian teori diatas, maka hipotesis yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara disiplin belajar

Gambar

gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seorang siswa
grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada diri siswa untuk

Referensi

Dokumen terkait

Tri Hariyanto, SE (Bendahara Gaji) FIK Universitas f'Jegeri Yogyakarta. Sumaryanto,

Bahwa untuk kepentingan dimaksud perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan.. Kctua Jurusan

Karena itu, diduga, zaman seperti ini akan mudah menyebabkan manusianya menjadi sakit kejiwaannya, yang satu pihak menjadi manusia penindas dengan segala macam atribut dan

60.1 3HQJDVLK PHUXSDNDQ 60. \DQJ DNDQ GLJXQDNDQ VHEDJDL WHPSDW NHJLDWDQ XQWXN SHQXJDVDQ GRVHQ 60.1 3HQJDVLK PHPSXQ\DL ELGDQJ NHDKOLDQ 7HNQLN .RPSXWHU -DULQJDQ \DQJ VDODK VDWX

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh kematangan emosi terhadap penyesuaian perkawinan pada rumah tangga usia dini. Variabel terikat adalah

Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang telah terorganisir dalam Rumah Singgah Yayasan SPMAA Surabaya, sedangkan sampel yang digunakan adalah 60 anak jalanan

Memaafkan adalah sebuah perubahan motivasional dengan berkurang atau menurunnya keinginan untuk membalas dendam, menghindari orang lain yang telah menyakitinya, yang

PANITIA LELANG PEMBANGUNAN JALAN WILAYAH I, II, III, IV DAN V, REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN (DAK) DAN OPTIMALISASI FUNGSI JARINGAN IRIGASI YANG TELAH DIBANGUN (DAK)