BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social Responsibity (CSR) menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan
masyarakat luas, baik pemerintah, kalangan akademisi, praktisi, LSM dan organisasi sosial lainnya. Berbagai pihak sudah mengampanyekan pentingnya Tanggung Jawab Sosial ini bagi perusahaan baik untuk menjaga kelangsungan
produksi sampai tujuan membangun legitimasi sosial. Makna kata CSR ini kemudian diterjemahkan secara berbeda pula, sehingga kemudian muncul istilah
lain yang sepadan dengan makna CSR, misalnya: corporate citizenship, corporate responsiveness, corporate responsibility, dan lain sebagainya (Hopkins, 2004). Perusahaan sendiri menjalankan kegiatan CSR-nya dengan sangat beragam bentuk
dari yang sifatnya karitas, filantropi, sampai kegiatan yang memberdayakan masyarakat secara utuh.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) merupakan suatu komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan
lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan (Budimanta: 2002). Sedangkan
masalah-masalah sosial dan lingkungan. CSR bukan merupakan kegiatan
sumbangan (charity-philantropy) dari salah satu atau lebih stakeholder perusahaan, justru keterlibatan langsung dan kontinutas kegiatan inilah yang menjadi ciri khas dari CSR.
Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada
dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Perusahaan seharusnya juga memperhatikan aspek sosial
dan lingkungan sekitar, sebab jika tidak dampak negatif dari beroperasinya perusahaan tersebut dapat menimbulkan resistensi masyarakat atau gejolak
masyarakat. Adanya keselarasan antara keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan pemberian kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya merupakan mekanisme check and balances antara pihak
perusahaan dengan masyarakat. Dengan kata lain, CSR juga dipandang sebagai tolok ukur untuk reputasi perusahaan. Seberapa jauh suatu CSR perusahaan akan
berpengaruh pada reputasi perusahaan itu (Afdal: 2004).
Tiga alasan penting kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya, yaitu perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial (Badaruddin: 2008).
Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat (1) UU 40 tahun 2007 ini menjelaskan
“Perseroan yang men jalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Dengan adanya Undang-Undang ini, industri atau
korprorasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, namun kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan. Karena pembangunan suatu negara tidak hanya
tanggung jawab pemerintah dan industri saja. Oleh karena itu, Pemerintah meminta komitmen pihak swasta secara khusus sebagai wujud pertanggungjawaban atas dampak negatif yang ditimbulkan praktek bisnisnya.
CSR merupakan suatu bentuk komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama stakeholders terkait, terutama adalah
masyarakat disekeliling perusahaan tersebut beroperasi.
Perusahaan sebagai entitas bisnis yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat, tidak bisa lepas dari tanggung jawab sosialnya kepada pemangku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Stakeholders bukan hanya sekedar masyarakat dalam arti sempit yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan melainkan masyarakat dalam arti luas, misalnya pemerintah, investor, elit politik, pelanggan. Program-program CSR yang dilaksanakan untuk kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya akan
berbalik arah yaitu memberikan keuntungan kembali bagi perusahaan tersebut. Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah
kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, partial, dan tidak
melembaga). Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karikatif semacam itu, karena dianggap kurang mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan pembangunan
masyarakat kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Kegiatan CSR yang
dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan need assessment. pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat.
Model pelaksanaan CSR yang umum diterapkan di perusahaan-prusahaan yang ada di Indonesia, yaitu Pertama, CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh Perusahaan. Kedua, CSR dapat juga dilaksanakan melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau grupnya. Ketiga, sebagian besar perusahaan menjalankan CSR melalui kerjasama atau bermitra dengan pihak lain. Keempat, beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk menjalankan CSR. (Susiloadi: 2008).
Kegiatan program CSR pun beragam, tidak hanya terbatas pada program sosial maupun ekonomi. Ada beberapa bidang lain yang dapat dijadikan sasaran
pertanggung-jawaban sosial perusahaan, seperti; sosial, pendidikan, dan lingkungan. Dalam bidang ekonomi, model kegiatan yang dilakukan untuk
membangun masyarakat sekitar yang lebih berkualitas adalah melalui pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peran perusahaan dalam pengembangan UKM dapat dilakukan dengan memberikan bantuan kepada
Beberapa perusahaan yang sudah menjalankan praktik CSRnya pada program kemitraan, antara lain:
1. PT. Bio Farma melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dimulai pada tahun 1992. Perusahaan ini telah membina sebanyak 2300 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan sudah merealisasikan bantuan berupa dana dan material senilai Rp 9,26 miliar)
2. PT. Jasa Marga, dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) menggunakan dana yang berasal dari laba yang disisihkan sebesar 2% untuk menyelenggarakan program pendampingan yang bertujuan untuk meningkatkan akselerasi kinerja dan produktifitas UKM. Program ini mencakup penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang manajemen usaha kecil dan menengah, serta melibatkan mitra-binaan dalam ajang pameran dan promosi di dalam dan luar negari.
3. PT. Unilever melalui Yayasan Unilver Indonesia Peduli melalui program petani kedelai. Perusahaan mengajak kelompok tani kedelai hitam menjadi pemasok bahan baku ke pabrik Kecapa Bango. Perusahaan mendampingi dan memberikan bibit kedelai hitam terbaik, penanaman dan pinjaman tanpa bunga bekerjasama dengan ahli pertanian dari Universitas Gajah Mada. Perusahaan mendorong petani untuk mengembangkan kepekaan dan kemampuan meningkatkan usahanya. Program ini berkembang sangat baik karena para petani mendapatkan kepastian hasil panen mereka yang kualitasnya memenuhi standar akan dibeli dengan harga yang sesuai oleh pihak Unilever. Hasil panen meningkat, pendapatan petani pun meningkat. (Rahmat, Ginanjar: 2009).
PT Sinar Mas Group melalui Eka Tjipta Fondation. Organisasi ini
merupakan organisasi nirlaba yang didirikan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat dalam aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan hidup. Kegiatan yang dilakukan meliputi Bidang Sosial Kemasyarakatan dan Budaya (Melalui kegiatan pendidikan , seni budaya, olah raga, kesejahteraan sosial, keagamaan dan kesehatan), Bidang Pemberdayaan dan
Pembinaan Ekonomi Masyarakat (Melalui kegiatan sosial kemitraan usaha kecil menengah serta pertanian terpadu), dan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup
memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri, antara lain :Meningkatkan citra
perusahaan dimata stakeholder, membina hubungan/interaksi yang positif dengan komunitas lokal, pemerintah, dan kelompok kelompok lainnya.
1. Mendorong peningkatan reputasi dalam pengoperasian perusahaan dengan
etika yang baik, menunjukkan komitmen perusahaan, sehingga tercipta kepercayaan dan respon yang baik dari seluruh pihak terkait.
2. Membangun pengertian bersama dan kesetiakawanan antara dunia usaha dengan masyarakat
3. Mempermudah akses masuk ke pasar atau pelanggan
4. Meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga semangat, loyalitas terhadap perusahaan akan berkembang
5. Mengurangi resiko perusahaan yang mungkin dapat terjadi
6. Meningkatkan keberlanjutan usaha secara konsisten.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah merupakan salah satu elemen
utama kebijakan ekonomi strategis negara negara berkembang. Keberadaan BUMN diperlukan dalam pengaturan infrastuktur dan public utilities, dan
menempatkan dirinya untuk berperan pada hampir seluruh sektor aktivitas ekonomi Fernandes, 1985:470. Namun demikian, disadari bahwa posisi perusahaan BUMN ini dipandang “ambigu” karena terletak di dua sisi; yakni
sebagai instuisi bisnis dan alat negara. Sebagai instuisi bisnis, terdapat ekspektasi yang kuat agar BUMN seharusnya beroperasi sebagaimana layaknya perusahaan
agar BUMN harus berfungsi sebagai instrumen pembangunan nasional dan
kebijakan sosial.
Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah perusahaan yang ekstraktif yang bergerak dalam bidang perkebunan yang mempunyai 37 unit
usaha dan unit-unit usaha tersebut berada di 8 Daerah Tingkat II yaitu Simalungun, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Langkat, Tobasa, Tapanuli
selatan, serta Kota Medan, merupakan korporasi yang telah lama melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sekitarnya dalam bidang sosial, lingkungan dan ekonomi, bahkan jauh sebelum adanya regulasi
perundang-undangan. Keberadaan korporasi yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara ini tentu berdampak positif dan juga negatif kepada lingkungan dan masyarakat yang
berada di sekitar lokasi beroperasi. Mengingat luas dan banyaknya unit-unit usaha PT PN IV yang tersebar di Propinsi ini, penulis membatasi melakukan penelitian di lokasi Unit Usaha Kebun Adolina.
PT Perkebunan Nusantara Unit Usaha Kebun Adolina merupakan pintu gerbang PT. Perkebunan Nusantara IV, terletak di Jalan Lintas Sumatera dan
tersebar di 6 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin, Galang, Bangun Purba, STM Hilir dan Pengajahan Kabupaten Serdang bedagai. Di sekitar Perusahaan ini banyak terdapat Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang terdiri
dari beberapa sektor, seperti : sektor industri, jasa, perdagangan, pertanian, peternakanan dan perikanan. PT PN IV sendiri sudah banyak berkontribusi
pengembangan usaha kecil menengah. Usaha usaha kecil menengah berperan
cukup signifikan dalam menyokong perekonomian rakyat. Ketika krisis ekonomi dan berbagai peristiwa politik melanda Indonesia banyak usaha usaha besar mengalami penurunan dan bahkan kebangkrutan. Pemulihan kondisi yang terjadi
akibat krisis, pada usaha kecil cenderung lebih cepat dilakukan dibandingkan dengan usaha besar yang sampai sampai membutuhkan bantuan dari lembaga
keuangan pemerintah.
Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Kebun Adolina menarik untuk dikaji; karena keberadaannya di satu
sisi sebagai institusi bisnis/ekonomi yaitu penghasil laba/keuntungan dan sisi lain merupakan institusi sosial dimanadengan keberadaan perusahaan yang ambigu
tersebut dapat maju dan berkembang secara harmonis dengan masyarakat sekitar perusahaan. Penelitian ini akan mengkaji bagaimanakah sebenarnya PT PN IV Unit Usaha Kebun Adolina dalam menjalankan praktik tanggung jawab sosialnya
kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Karena ketika program CSR tersebut dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat akan berdampak kepada
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan
pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dilaksanakan oleh PTPN IV Unit
Usaha Kebun Adolina, Kabupaten Deli Serdang?
2. Bagaimanakah peranan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina dalam
memberdayakan Usaha Kecil Menengah komunitas sekitarnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari perumusan masalah yang diajukan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina dan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah masyarakat sekitarnya b. Peranan PTPN IV Unit Usaha Kebun Adolina dalam konteks praktik
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
keilmuan tentang praktik tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan UKM.
1.5. Kerangka Pemikiran
PTPN IV merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan telah menerapkan sistim Good Corporate Citizenship. Peran sosial BUMN di tuangkan melalui Keputusan Menteri BUMN
Nomor: Kep-236/MBU/2003 pada tanggal 17 juni 2003. Keputusan tersebut pada prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan yang dilaksanakan unit Corporate Social Responsibility. Terdapat beberapa bentuk dan sasaran bantuan yang dikelompokkan sebagai berikut: pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan,
sarana dan prasarana umum, sarana ibadah dan menjalin kerjasama bisnis, dan semua bentuk bantuan itu melibatkan masyarakat dengan harapan dapat