• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Manajemen Pendidikan Sistem Kosep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Manajemen Pendidikan Sistem Kosep"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.

Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan tuntunan Kurikulum SMK 2004. Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan:

(2)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Manajemen Pendidikan ?

2. Bagaimana Manajemen Komponen-komponen Sekolah ? 3. Bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah ?

4. Bagaimana Evaluasi Monitoring ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi Manajemen Sekolah.

2. Mengetahui Manajemen Komponen-komponen Sekolah. 3. Mengetahui Manajemen Berbasis Sekolah.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Manajemen Pendidikan 1. Pengertian Manajemen

Pengertian Manajemen dalam bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to manage yang secara umum berarti mengurusi atau mengelola. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin, disebut “manajer”. Pengertian Manajemen adalah suatu rangkaian proses yg meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/ perusahaan, baik sumberdaya manusia (human resource capital), modal (financial capital), material (land, natural resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi/ perusahaan.

Menurut James A.F. Stonner, pengertian manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi sera penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk menapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Robbins dan Coulter (2007) manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar.” Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu yang benar.”

Menurut Heene dan Desmidt (2010) manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkannya.

(4)

Menurut Hersey dan Blanchard (2005), “Pengertian Manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah “penggunaan sumber daya secara efektif mungkin untuk mencapai sasaran”.

2. Makna Manajemen Pendidikan

Pertama, manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup tingkat pengertian pendidikan mana yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran di kelas satu sekolah lanjutan tingkat pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandungkan dengan tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.

Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dalam pendidikan misalnya, terdapat tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah itu diperlukan kerja sama di antara semua personel sekolah (guru, murid, kepala sekolah, staf tata usaha) dan orang di luar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah (orang tua, kepala kantor Departemen P dn K. dokter puskesmas, dan lain-lain). Kerja sama dalam menyelenggarakan sekolah itu harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah tersebut memberikan sumbangan secara maksimal. Kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan berbagai aspeknya ini dapat dipandang sebagai manajemen pendidikan.

Kedua, manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan itu dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.

(5)

banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi.

Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi itu dapat dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati. Tiap-tiap orang haru mengetahui tugas masing-masing sehingga tumpang tindih yang tidak perlu dapat dihindarkan. Di samping itu dalam menjalankan tugas pendidikan, pengaturan waktu merupakan hal yang penting. Ada kegiatan yang harus didahulukan, ada yang harus dilakukan kemudian, dan ada pula yang harus dikerjakan secara barengan.

Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui jalut yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. Semua orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, harus tetap ingst dan secara konsisten menuju tujuan itu. Kadang-kadang karena beberapa faktor, perumusan itu tidak jelas, sehingga cara mencapainyapun tidak jelas. Dalam keadaan demikian diperlukan pula adanya pengarahan. Agar pengarahan ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, diperlukan pengarahan yang mempunyai kemampuan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka mau berkerja sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan bersama.

Di samping pengarahan, suatu kerja sama juga memerlukan proses pemantauan (monitoring), yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu. Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti atas data dalam menetapkan apakah tujuan tercapai atau tidak. Dengan perkataan lain, kegiatan pemantauan atau monitoring adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu proses pencapaian tujuan. Data itu dipakai untuk mengidentifikasikan apakah proses pencapaian tujuan berjalan dengan baik, apakah ada penyimpangan dalam kegiatan itu serta kelemahan apa yang didapatkan dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.

(6)

Pengertian ini kelihatannya sulit, tetapi sebenarnya tidak demikian. Ambilah contoh suatu sekolah dasar. Sekolah dasar itu merupakan suatu keseluruhan yang memproses murid menjadi lulusan. Dalam melihat sekolah itu sebagai suatu sistem kita harus melihat: (a) masukannya, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem (lingkungan) yang akan diolah oleh sistem, dalam sistem sekolah dasar masukan ini adalah anak-anak yang masuk sekolah dasar itu; (b) prosesnya, yaitu kegiatan sekolah beserta aparatnya untuk mengolah masukan menjadi keluaran. Contoh proses itu di sekolah dasar adalah proses belajar-mengajar, bimbingan kepada murid, kegiatan pramuka, palang merah remaja, dan sebagainya. Untuk melaksanakan proses ini harus ada sumber, baik tenaga, sarana dan prasarana, uang maupun waktu. Sumber ini seringkali dinakaman masukan instrumental; dan (c) keluaran, yaitu masukan yang telah diolah melalui proses tertentu. Dalam hal ini berupa lulusan.

Mutu lulusan akan sangat tergantung kepada mutu masukan, masukan instrumental, dan proses itu sendiri. Dengan demikian kemampuan awal murid, latar belakang murid, keadaan orang tua murid sebagai masukan mentah. Mutu itu juga sangat tergantung kepada mutu guru, mutu sarana dan prasarana, mutu dan iklim kerja sama diantara gutu dengan murid, guru dengan guru, serta guru dengan kepala sekolah, sebagai masukan instrumentasl. Kesemuanya ini menentukan kualitas proses belajar-mengajar yang pada gilirannya sangat menentukan kualitas lulusan itu. Hal tersebut dapat diketahui dari berbagai hasil penelitian tentang unjuk kerja sekolah dan murid.

Jika kita melihat manajemen pendidikan sebagai sistem, maka kita berusaha melihat bagian-bagian sistem itu serta interaksinya satu sama lain. Bagian-bagian itu sering juga disebut dengan komponen. Dengan meninjau komponen-komponen tersebut serta hubungannya satu dengan lainnya, diharapkan kita dapat menetapkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki komponen itu atau mengembangkannya.

(7)

Keempat,manajemen pendidiakn juga dapat dilihat dari segi efektivitas pemanfaatan sumber. Jika manajemen dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan itu sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia, uang, sarana dan prasarana maupun waktu.

Kelima, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Manajemen pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan itu, ia dapat melaksanakan tut wurihandayani, ing madya mangun karso, dan ing ngarso sung tulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Keenam, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekolompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah.

Ketujuh, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.

Kedelapan, manajemen seringali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapan laporan.

Uraian diatas mencoba menjelaskan manajemen pendidikan itu, tanpa mengemukakan definisi dengan satu pengertian saja. Seperti telah disunggung di muka, satu definisi saja tidak dapat menjelaskan dengan gamblang mengenai manajemen pendidikan itu, karena manajemen pendidikan mempunyai banyak dimensi.

Di bagian depan sudah diuraikan sedikit bahwa manajemen pendidikan dapat ditinjau dari sudut proses pencapaian tujuan pendidikan. Ptoses ini merupakan daur (siklus) yang dimulai dari; perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian.

(8)

3. Manajemen Pendidikan dari Sudut Proses Pencapaian Tujuan Pendidikan 1. Perencanaan

Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternative tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber daya manusia, material, uang dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu (a) identifikasi masalah, (b) perumusan masalah, (c) penetapan tujuan, (d) identitkasi alternative, (e) pemilihan alternatif, dan (f) elaborasi alternative. 2. Pengorganisasian

Disekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas,tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan sekolah itu. 3. Pengarahan

Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dihendaki.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan: (a) melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan individu atau kelompok, (b) memberikan petunjuk umum dan petunjuk khusus baik secara lisan maupun tertulis, secara langusng maupuin tidak langsung (Suharsimi, 1988). 4. Pengkoordinasian

(9)

5. Pembiayaan

Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan in dimulai dariperencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.

6. Penilaian

Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau anggota organisasi seperti guru, kepala sekolah dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud penilaian adalah untuk: (a) memperoleh dasar bagi pertmbangan apakah berhasil atau tidak, (b) menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien, (c) memperoleh fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yang dapat merusak, serta (d) memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan organisasi sekolah.

4. Manajemen Pendidikan dalam Operasionalnya di Sekolah

Dalam operasionalnya di sekolah, manajemen pendidikan dapat dilihat sebagai gugusan-gugusan tertentu. Gugusan-gugusan ini selanjutnya boleh disebut bidang garapan manajemen pendidikan.

Tentang bidang-bidang garapan manajemen pendidikan dalam beberapa sumber terdapat beberapa perbedaan pendapat.

Beberapa kutipan secara singkat sebagai berikut :

1. Dr. Hadari Nawawi (Gunung Agung, 1981).

Disebutnya sebagai manajemen operatif (management of operative function). Kegiatannya meliputi :

a. Tata usaha; b. Perbekalan; c. Kepegawaian; d. Keuangan;

e. Hubungan Masyarakat (humas)

2. Drs. Edi Suardi (Proyek Paket Buku Depdikbud, 1982). Kegiatan manajemen sekolah meliputi:

(10)

d. Tatalaksana keuangan;

(11)

a. Manajemen kurikulum; b. Manajemen kesiswaan; c. Manajemen personalia;

d. Manajemen sarana pendidikan; e. Manajemen tatalaksana sekolah; f. Manajemen keuangan;

g. Pengorganisasian sekolah;

h. Hubungan sekolah dengan masyarakat (Humas).

Kedelapan hal tersebut boleh dikatakan sebagai 8 komponen manajemen pendidikan di sekolah atau 8 bidang garapan manajemen pendidikan di sekolah.

2.2 Manajemen Komponen-Komponen Sekolah

Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang hamper sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan bidang kajian manajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup dan bidang kajian manajemen pendidikan. Namun demikian, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada manajemen sekolah. Dengan perkataan lain, manajemen sekolah merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau penerapan manajemen pendidikan dalam organisasi sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah terbatas pada satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau system yang lebih luas dan besar (suprasistem) secara regional, nasional, bahkan internasional.

Buku ini menggunakan istilah manajemen sekolah, terjemahan dari “school management”, dan akan melihat bagaimana manajemen subtansi-substansi pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah (School Based Management) agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat tujuh komponen-komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah

(12)

Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dibuka oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karna itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu, sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.

Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakannya Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar. Pada kurikulum tersebut muatan lokal disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai. Muatan lokal lebih di intensifkan lagi pelaksanaannya dalam kurikulum 1994. Dalam kurikulum 1994, muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi, tetapi menggunakan pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik bidang studi wajib maupun pilihan. Pengembangan kurikulum muatan lokal dimaksudkan terutama untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum sentralisasi, dan bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya, serta mau dan mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas social, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional, pembangunan regional, maupun pembangunan lokal sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar sosial budaya lingkungannya.

Kurikulum muatan lokal pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan Pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang berbunyi, “Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan.” Sebagai tindak lanjut hal tersebut, muatan lokal dan sejauh mugkin melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Dengan kurikulum muatan lokal setiap sekolah diharapkan mampu mengembangkan program pendidikan tertentu yang sesuai dengan keadaan dan tuntutan lingkungannya.

(13)

untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler dan instruksional. Agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan kegiatan manajemen program pengajaran. Manajemen atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan dibidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien.

Manajer sekolah diharapkan agar bisa membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia harus menghubungkan program-program sekolah dengan seluruh kehidupan peserta didik dan kebutuhan lingkungan.

Kepala sekolah merupakan seorang Manajer disekolah. Ia harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran disekolah. Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai prubahan program.

Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dan program pengajaran dalam MBS, kepalas sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional kedalam program tahunan, catur wulan dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut diperinci beberapa prinsip yang harus diperhatikan :

a. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin mudah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan.

b. Program itu harus sederhana dan fleksibel.

(14)

d. Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya. e. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program disekolah.

Dalam pada itu, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas, pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pengajaran serta pengisian waktu jam kosong.

2. Manajemen Tenaga Kependidikan

Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia disekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia ditempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern.

Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah menarik, mengembangkan, menggajidan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.

Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.

(15)

organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana perlu dilakukan analisis peekerjaan (job analisis) dan analisis jabatan untuk memperoleh dekripsi pekerjaan (gambaran tentang tugas-tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan). Informasi ini sangat membantu dalam menentukan jumlah pegawai yang diperlukan, dan juga untuk menghasilkan spesifikasi pekerjaan (job specification). Spesifikasi jabatan ini memberikan gambaran tentang kualitas minimum pegawai yang dapat diterima dan yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya.

Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan kegiatan recruitment, yaitu usaha untuk mencaridan mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi syarat sebanyak mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap. Untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan seleksi, melalui ujian lisan, tulisan dan praktek. Namun adakalanya, didalam suatu organisasi pengadaan pegawai dapat didatangkan secara intern atau dari dalam organisasi saja, apakah melalui promosi atau mutasi. Hal tersebut dilakukan apabila formasi yang kosong sedikit, sementara pada bagian lain ada kelebihan pegawai atau memang sudah dipersiapkan.

Organisasi senantiasa menginginkan agar personil-personilnya melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk kepentingan organisasi, serta bekerja lebih baik dari hari kehari. Disamping itu, pegawai sendiri sebagai manusia, juga membutuhkan peningkatan dan perbaikan pada dirinya termasuk dalam tugasnya. Sehubungan dengan itu, fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja pegaawai. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training. Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan, tetapi juga menyangkut aspek karier pegawai.

(16)

diangkat menjadi pegawai negeri sipil penuh. Setelah pengangkatan pegawai, kegiatan berikutnya adalah penempatan atau penugasan. Dalam penempatan atau penugasan ini diusahakan adanya kongruensi yang tinggi antara tugas yang menjadi tanggung jawab pegawai dengan karakteristik pegawai. Unutk mencapai tingkat kongruensi ysng tinggi dan membantu personil supaya benar-benar siap secara fisik dan mental untuk melaksanakan tugas-tugasnya, perlu dilakukan fungsi orientasi, baik sebelum atau sesudah penempatan.

Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang meyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajibansebagai ,embaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. untuk selanjutnya mungkin masing-masing pihak terikat dalam perjanjian dan ketentuan sebagai bekas pegawai dan bekas lembaga tempat kerja. Dalam kaitannya denga tenaga kependidikan disekolah, khususnya pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai inidapat dikelompokkan kedalam tiga jenis, yaitu (1) pemberhentian atas permohonan sendiri, (2) pemberhentian oleh dinas atau pemerintah, (3) pemberhentian sebab lain-lain.

Pemberhentian atas permohonan pegawai sendiri, misalnya karena pindah lapangan pekerjaan yang bertujuan memperbaiki nasib. Pemberhentian oleh Dinas atau Pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alas an berikut :

a. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap, dan tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

b. Perampingan atau penyederhanaan organisasi;

c. Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun harus diberhentikan dalam jangka waktu satu tahun;

d. Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;

e. Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau kurungan; f. Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil.

Sementara pemberhentian karena alas an lain penyebabnya adalah pegawai yang bersangkutan meninggal dunia, hilang, habis menjalani cuti diluar tanggung jawab Negara dan tidak melaporkan diri kepada yang berwenang, serta telah mencapai batas usia pensiun.

(17)

Pemberian kompensasi selain dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lain-lain. Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi manajemen. Dikatakan tantangan karena imbalan oleh para pekerja tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya. Akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya, organisasi cenderung melihatnya sebagai beban yang harus dipikul oleh organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran. Dalam mengembangkan dan menerapkan suatu sistem imbalan tertentu, kepentingan organisasi dan para pekerja perlu diperhitungkan.

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang dikemukakan terdahulu, diperlukan sistem penilaian pegawai secara obyektif dan akurat. penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri. Bagi para pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal, seperti kemampuan, keletihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karier. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan sangat penting dalam pengambilan keputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan , pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses efektif sumber manusia secara.

Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrument pengelolaan tenaga kependidikan seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, kondisi pegawai untuk membantu kelancaran MBS disekolah yang dipimpinnya.

3. Manajemen Kesiswaan

(18)

hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan disekolah.

Manajemen kesiswaan berjutuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan tiga tugas utama tersebut, Sutisna (1985) menjabarkan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan hal-hal berikut ini :

1. Kehadiran murid disekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu.

2. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid kekelas dan program studi.

3. Evaluasi dan pelaporan kemauan belajar.

4. Program suvervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti pengajaran,

perbaikan dan pengajaran luar biasa.

5. Pengendalian disiplin murid.

6. Program bimbingan dan penyuluhan.

7. Program kesehatan dan keamanan.

8. Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.

(19)

Keberhasilan, kemajuan dan prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan disekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar, baik dirumah maupun disekolah.

Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional disamping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberi bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun dalam sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu, disekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku prestasi siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.

4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan.

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal ini lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntuk kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

(20)

sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apalagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini.

Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber : yaitu (1)pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan, (2)orang tua atau peserta didik, (3)masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat. berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional 1989 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan dana pendidikan, tanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua. adapun dimensi pengeluaran meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan.

Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas, dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). sementara biaya pembangunan, misalnya biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furniture, serta biaya atau pengeluaran lain untuk barang-barang yang tidak habis pakai. dalam rangka implementasi MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggung jawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran, serta bebas dari penyakit KKN.

(21)

Komponen utama manajemen keuangan meliputi (1) prosedur anggaran; (2) prosedur akutansi keuangan; (3) pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian; (4) prosedur investasi; dan (5) prosedur pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mrngambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasiyang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.

Kepala sekolah sebagai manajer berfungsi sebagai otorisator dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan kedalam. Bendaharawan disamping memiliki fungsi-fungsi bendaharawan, juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

(22)

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik untuk guru maupun murid untuk berada disekolah. Disamping itu juga, diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, serta relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun murid-murid sebagai pelajar.

6. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik disekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya, sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberipenerangan tentang tujuan-tujuan program-program, kebutuhan, serta keadaan tentang masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang harmonis.

Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1) memajuka kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak; (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah masyarakat. Hal tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

(23)

menyadari pentingnya pendidikan, hubungan kerjasama ini tidak perlu dibina. Pada masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk menciptakan hubungan kerjasama yang lebih harmonis.

Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk menunjukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. gambaran dan kondisi sekolah ini dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, bulletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan oleh staf sekolah, murid, radio dan televise, serta laporan tahunan.

Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan meningkatan hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. hubungan yang harmonis ini akan membentuk :

1. Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja;

2. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing;

3. Kerjasama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.

Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien sehingga mengjasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang dapat dijadikanj bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.

(24)

Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah. manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlangsung begitu pesat pada masa sekarang menyebabkan guru tidak bisa lagi melayani kebutuhan anak-anak akan informasi, dan guru-guru juga tidak bisa mengandalkan apa yang diperolehnya di bangku sekolah.

Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun dirumah. di samping itu, juga memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual.

Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu “... manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani” (UUSPN, bab II pasal 4). Untuk kepentingan tersebut, di sekolah-sekolah dikembangkan program pendidikan jasmani dan kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan sekolah melalui usaha kesehatan sekolah (UKS), dan berusaha meningkatkan program pelayanan melalui kerjasama dengan unit-unti dinas kesehatan setempat.

Di samping itu, sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang dan nyaman.

2.3 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

(25)

pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota (Pasal 11 Ayat 2).

Untuk dapat melaksanakan kewajiban ini secara bertanggung jawab dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penduduk daerah yang bersangkutan, maka diperlukan strategi pengeloalaan pendidikan yang tepat. Strategi ini diperlukan mengingat sebagian besar daerah memiliki keterbatasan sumber daya, sementara iu tuntutan akan kualitas pendidikan selalu meningkat terus sejalan dengan kemajuan perkembangan kehidupan masyarakat dan tuntutan dunia kerja.

Untuk mencapai hasil yang lebih optimal, efektif, dan efesien dalam menangani bebagai permasalahan pendidikan, pemerintah daerah tindak mungkin dapat bekerja secara sendirian, karena masih ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (stake-holders) terhadap bidang pendidikan tersebut, seperti : orang tua (masyarakat), sekolah (lembaga pendidikan), dan institusi sosial lain seperti dunia usaha atau dunia industry. Karena itu kerja sama dan koordinasi antar pemerintah daerah dengan pihak-pihak yang berkepentingan tersebut menjadi sangat penting dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, terutama dalam bidang pengelolaan pendidikan.

Strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan kerja sama antara berbagai pihak, dengan lebih dikenal dengan istilah the collaborative school management yang pada perkembangan selanjutnya menjadi model pengelolaan sekolah yang dinamakan school based management atau Mangemen Berbasis Sekolah (MBS).

(26)

School Based Management (SBM) atau Managemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi, dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional (tim Bapenas & Bank Dunia, 1999:10).

Otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta agar sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhan lingkungan setempat. Adapum kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah harus pula diperhatikan oleh sekolah. Dengan demikian sekolah dituntut memiliki accountability (akuntabilitas) baik kepada masyarakat maupun pemeritah, karena keduanya merupakan penyelenggara pendidikan disekolah.

Lebih lanjut dijelaskan, MBS menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik. MBS merupakan suatu strategi pengelolaan penyelengaraan pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengerahan dan pendayagunaan sumber internal sekolah dan lingkungannya secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas atau bermutu.

- MBS sebagai Managemen Peningkatan Mutu

Konsep pengelolaan ini menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah di dalam mengolah potensi sumber daya pendidikan melalui kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat di dalam pengambilan keputusan untuk memenuhi tujuan peningkatan mutu sekolah. Pengelolaan sekolah semacam ini dapat juga disebut The Colaborative School Management (Caldwell & Spink dalam Beare et.al., 1992: 133-134).

(27)

(meiliki akuntabilitas) terhadap kebutuhan belajar siswa dan masyarakat (Umaedi, 2000: 75-76).

Dengan Mengutip pendapat Edmon, Umaedi (2000: 76-77) lebih lanjut mengemukakan berbagai indicator yang menunjukan karakter dari konsep manajemen ini, antara lain :

a) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,

b) Sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin dicapai, c) Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat,

d) Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi,

e) Adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus sesuai tuntutan IPTEK, f) Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai aspek

akademik dan administrative, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu dn

g) Adanya komunikasi dan dukungan intensif dan orang tua murid/masyarakat.

Dengan mendasarkan diri pada pendekatan. Total Quality Management (TQM) yang dikembangkan pertama kali oleh Edward Deming, Paine dkk. (1992: 10-13), lihat juga (Glasser, 1992) menyarankan 14 butir untuk mencapai mutu pendidikan prima, yang termasuk dalam strategi Total Quality Education (TQE), yaitu :

(1) Merancang secara terus menerus berbagai tujuan pengembangan siswa, pegawai, dan layanan pendidikan.

(2) Mengadopsi silosofi baru, yang mengedepankan kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah. Manajemen pendidikan harus mengambil prakarsa dalam gerakan peningkatan mutu ini.

(3) Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang menghasilkan kualitas kerja. Peserta didik harus berusasha mengejar kualitas, dan menyadari jika tidak menghasilkan output yang baik, custumers mereka (guru, orang tua, lapangan kerja) tidak akan menyukainya.

(28)

(5) Melakukan evaluasi secara kontinu dan mencari terobosan-terobosan pengembangan system dan proses untuk meningkatkan mutu dan produktivitas. (6) Para guru, staf lain dan murid harus dilatih dan dilatih kembali dalam

pengembangan mutu. Guru harus melatih siswa agar menjadi warga dan pekerja masa depan dengan mengembangkan kemampuan pengendalian diri, pengambilan keputusan dan pemutusan masalah.

(7) Kepemimpinan lembaga, yang mengarahkan guru, staf dan siswa mengerjakan tugas pekerjaannya dengan lebih baik. Di dalam mengelola kelas, guru hendaknya menerapkan visi kepemimpinan pada kepengawasan.

(8) Mengembangkan ketakutan, yakni semua staf harus merasa merasa dapat menemukan masalah dan cara pemecahannya, guru mengembangkan kerja sama dengan siswa untuk meningkatkan mutu.

(9) Menghilangkan penghalang kerja sama diantara staf, guru, dan murid, atau antar ketiganya.

(10) Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa pemaksaan dari luar

(11) Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan kepemimpinan, karena penetapan kuota justru akan mengurangi produktivitas dan kualitas.

(12) Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan kebanggaan para guru atau siswa tehadap kecakapan kerjanya.

(13) Sejalan dengan kebutuhan penguasaan materi baru, metode-metode atau teknik-teknik baru, maka harus disediakan program pendidikan atau pengembangan diri bagi setiap orang dalam lembaga sekolah tersebut.

(14) Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk mengambil bagian atau peranan dalam pencapaian kualitas.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa karakteristik sekolah yang efektif tersebut dapat dicapai melalui proses antara lain :

(1) Perencanaan kolaboratif dan hubungan kesejawatan. (2) Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif.

(3) Penentuan tujuan dan harapan sekolah secara jelas, yang didasarkan pad penilaian diri (self-evaluation).

(29)

Apabila dicermati berbagai uraian di atas menunjukan kepada kita tentang berbagai cara kerja yang perlu dilakukan untuk mencapai kualitas pendidikan yang diinginkan, yang pada intinya memerlukan komitmen, kesungguhan dan kesediaan untuk bekerja sama dari semua pihak yang bekepentingan dengan dunia pendidikan. Karena itu, penerapan MBS pada suatu sekolah, termasuk SD sangat bergantung pada kesiapan dari pihak-pihak diatas, kesiapan ini tidak semata-mata hanya sekedar bersifat legal formal yang lebih banyak bersifat politis, tetapi yang lebih penting adalah kesiapan teknis untuk menjalankan model pengelolaan tersebut.

MBS dapat dikatakan merupakan model pengelolaan pendidikan yang relatif baru bagi sekolah-sekolah di Indonesia. Model ini mulai di uji cobakan tahun 1999/2000 pada 140 SMUN dan 248 SLTPN, dan pada tahun 2000/2001 pada 486 SMUN dan 158 SLTPN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Dikmenum, 2000d : 3).

Sebagaimana diketahui bahwa komleksitas permasalahan pengelolan pendidikan disekolah menengah (SLTA dan SLTP) berbeda dengan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan SD-MI. Bank Dunia (1998: xi, 69-73) dalam laporannya mengungkapkan ada 4 hambatan kelembagaan yang mempengaruhi pencapaian mutu pendidikan dasar, yakni :

Fist, the organizational set up at primary level is complex because responsibilities are split among various ministries. Second, at the junior secondary level, operations are overly centralized. Third,budgeting for basic education is rigid and fragmented. Finally, management is ineffective at the school level because public school principals have little autonomy in running the school or allocating resources and hence have little incentive to use resources efficiently.

Laporan Bank Dunia tersebut menegaskan bahwa SLTP/SLTA dab SD-MI. Sementara itu sepanjang pengetahuan peneliti, konsep MBS di atas belum diterapkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar, lebih-lebih dikaitkan dengan penerapan asas desentralisasi atau otonomi pemerintahan. Untuk itu penelitian memandang perlu untuk mengkaji tingkat kesiapan daerah dalam melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management).

(30)

EVALUASI DAN PELAPORAN

Sebagaimana lazimnya penyelenggaraan pendidikan yang lain, dalam penyelenggaraan sekolah potensial juga dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinu dan berkesinambungan. Pada dasarnya, monitoring dan evaluasi dilakukan dalam kerangka pembinaan sekolah, baik oleh pusat maupun daerah.

1. Monitorng pelaksanaan

Monitoring adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah potensial, apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, sejauh mana kendala dan hambatan ditemui, dan bagaimana upaya-upaya yang sudah dan harus ditempuh untuk mengatasi kendala dan hambatan yang muncul selama pelaksanaan program dalam sekolah potensial. Monitoring lebih berpusat kepada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, antara pusat dan daerah (termasuk Komite Sekolah) harus melakukan monitoring tersebut secara bersama-sama sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Aspek-aspek yang dilakukan dalam monitoring adalah aspek-aspek yang dikembangkan dan dijalankan dalam RPS. Dalam pelaksanaan nantinya, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun monitoring dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Prinsipnya, makin sering dilakukan (Oleh daerah) makin memberikan dampak positif bagi sekolah.

2. Evaluasi Hasil

(31)

Secara substansi, pada dasarnya evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi kinerja sekolah penyelenggara sekolah potensial. Dengan demikian, materi yang dijadikan bahan untuk melakukan evaluasi adalah meliputi aspek-aspek pendidikan, baik yang termasuk dalam SNP maupun aspek-aspek lainnya yang sesuai dengan RPS. Secara metodologis, evaluasi tersebut dilakukan menggunakan pendekatan expost facto, yaitu mengungkapkan apa saja yang telah terjadi dan dilakukan oleh sekolah atau pihak lain yang terkait. Idealnya, dalam evaluasi ini tidak dilakukan sampling responden, artinya semua sekolah potensial, khususnya yang menerima dana bantuan, akan dievaluasi. Instrumen dikembangkan dalam bentuk kuisioner atau angket dari aspek-sapek pendidikan dalam SNP atau lainnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk kelengkapan data agar lebih komprehensif, instrument juga dikembangkan dalam bentuk isian terbuka(kualitatif dan kuantitatif). Sumber data diambil dari para pengelola, guru, siswa, komite sekolah, dan Dinas Pendidikan Kab/Kota. Hasil analisis dari data tersebut akan disampaikan kembali kepada sekolah dan pihak lain yang terkait untuk dipergunakan sebagai masukan dan perbaikan program pada tahun berikutnya.

3. Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporannya

Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pada sekolah potensial terdiri atas:

a. Tim Monitoring dan Evaluasi Provinsi

Tim ME provinsi akan membantu pelaksanaan ME sekaligus melakukan monitoring pelaksaan program melalui hierarki birokrasi (Dinas Pendidikan Provinsi). Monitoring dari provinsi penting dilakukan untuk menjamin pelaksanaan program dan transparansi kegiatan-kegiatan disekolah.

b. Tim Monitoring dan Evaluasi Kabupaten/Kota

(32)

program secara dini dapat diidentifikasi sehingga kesalahan-kesalahan yang fatal dapat dihindari.

c. Laporan Monitoring dan Evaluasi.

Laporan monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat kemajuan sekolah secara komprehensif. Disampojg itu, secara keseluruhan juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi maasalah-masalah yang timbul atau yang terjadi dimasing-masing sekolah. Khusus untuk laporan monitoring dimaksudkan untuk meminimalisasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada saat program masih berjalan. Dengan demikian, program-program dapat berjalan sesuai dengan rencana.

4. Pelaporan Pelaksanaan a. Tingkat Sekolah

Sekolah yang mendapatkan dana bantuan school grant diwajibkan membuat pelaporan. Pelaporan yang dimaksud adalah semua hal yang dijalankan oleh sekolah beserta hasil-hasilnya dan termasuk penggunaan keuangan. Pelaporan oleh sekolah dibagi menjadi dua, yaitu pelaporan kemajuan pelaksanaan program yang dilakukan pada setiap pertengahan tahun ajaran (Bulan November-Desember), dan pelaporan keterlaksanaan dan hasil-hasilnya pada setiap akhir tahun ajaran (Bulan Mei-Juni). Hal-hal yang harus dilaporkan adalah semua sasaran, program, kegiatan, baik pelaksanaannya maupun hasil-hasilnya seperti yang telah direncanakan oleh oleh RPS. Pelaporan dibuat rangkap empat, yaitu untuk provinsi, kabupaten/kota, komite sekolah, dan sekolah yang harus dilegalisasi atau disetujui oleh komite sekolah atau dinas pendidikan kabupaten/kota setempat. Sitematika dan format pelaporan keuangan umum dan khusus dapat dilihat pada uraian mengenai panduan penyusunan laporan.

b. Tingkat Kabupaten/Kota

Pelaporan ditingkat kabupaten/kota dibuat berdasarkan laporan dari sekolah yang ada dikabupaten/kota ditempat sekolah itu berada. Pelaporan kabupaten/kota tersebut penting dilakukan karena sekolah-sekolah pembinaan langsung ada pada tingkat daerah tersebut. Dengan demikian, ditingkat kabupaten/kota, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus dibuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk sekolah-sekolah yang ada diwilayahnya. Laporan tersebut selanjutnya dikirim oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ke provinsi masing-masing.

(33)

Pelaporan ditingkat provinsi dibuat berdasarkan laporan dari kabupaten/kota yang ada diwilayahnya. Pelaporan tingkat provinsi harus dibuat mengingat pembinaan sekolah potensial harus dilakukan secara komprehensif dan integratif. Disamping itu, pembinaan juga harus dilakukan secara terus-menerus dan bersama-sama dengan pembinaan tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian, ditingkat provinsi, Dinas Pendidikan provinsi harus dibuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk kabupaten-kabupaten atas masukan dari sekolah-sekolah yang ada diwilayahnya. Laporan tersebut selanjutnya dikirim oleh Dinas Pendidikan Provinsi ke pusat.

d. Tingkat Direktorat Pembinaan SMP

Pelaporan ditingkat pusat (Direktorat pembinaan SMP) merupakan kompilasi dan agregasi semua laporan dari provinsi. Disamping itu, pada tingkat pusat juga akan dipetakan sekolah-sekolah potensial diseluruh Indonesia. Berbagai kenyataan tentang tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah manajemen pendidikan. Dalam kenyataannya, manajemen pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik telah menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang mandiri dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat, menuju menajemen berbasis sekolah (MBS). Dengan MBS ini, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama dan Direktorat Pendidikan Menengah Umum berkemauan kuat dan bertekad bulat mengupayakan pengembangan SMP atau dikmenum dapat terjadi dan mengakar disekolah.

(34)

3.1 Kesimpulan

Konsep dasar manajemen yang merupakan ilmu sebagai suatu bidang pengetahuan yang mengatur suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang dilandasi dengan keahlian khusus. Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisaisan, pengerakkan,dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional merupakan pedoman bagi manajer Pendidikan untuk berperilaku baik secara individu maupun kelompok.

3.2 Saran

Referensi

Dokumen terkait

mensyaratkan adanya akibat dieksploitasi atau tereksploitasi yang timbul. 39 Tahun 1999 tentang HAM perdagangan orang salah satu perbuatan yang tidak diperbolehkan,

kekurangan salah satunya dalam hal pembersihan produk gas. Agar didapatkan gas yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai bahan bakar alternatif, maka pada tugas

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga kami menyelesaikan pekerjaan menyusun Laporan Keuangan Tahun Anggaran

The objective of this research was to analyze the use of Teams Games Tournament cooperative learning method to improve students’ learning participations and understanding to

Media merupakan komponen yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, dalam hal ini media digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa guna

Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dan keluarga, serta pemeliharaan

Krebet Baru Malang sebaiknya memberikan tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan menerapkan Metode Gross Up kepada pegawai tetap sebagai salah satu upaya perencanaan

berikut yang harus terwujud dalam Standar Nasional Pendidikan adalah “Standar Sarana dan Prasarana”, yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal