• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah fiqih tentang QISASatau pembunuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah fiqih tentang QISASatau pembunuh"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

makalah fiqih tentang QISAS, DIYAT , KAFARAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam islam prilaku pembunuhan sangat dilarang dalam agama, dan mendapat sangsi yang sesuai dengan pembunuhannya. Dalam islam ada tiga jenis pembunuhan.

1. Pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja, yaitu merencanakan pembunuhan dalam

keadaan jiwa sehat dan penuh kesadaran .

2. Pembunuhan yang terjadi tanpa sengaja dengan alat yang tidak mematikan.

3. Pembunuhan karena kesalahan atau kekhilafan semata-mata tanpa direncanakan dan tidak

ada maksud sama sekali, misalnya kecelekaan.

Dalam islam setiap jenis pembunuhan mempunyai sangsi masing-masing, baik dia pembunuhan sengaja, tidak sengaja , ataupun tersalah.

Maka dari itu kami disini akan membahas tentang hukuman yang diberikan kepada pelaku pembunuhan. Dimana dalam islam hukuman itu terdiri dari qisas, diyat, dan kafarat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas antara lain :

a. Menjelaskan Pengertian Qisas, diyat, dan kafarat ?

b. Bagaimanakah hukuman bagi pembunuhan sengaja, tidak sengaja, dan tersalah

c. Bagaimanakah ketentuan qisas, diyat , dan kafarat dalam islam ?

BAB II

PEMBAHASAN

(2)

Yang dimaksud dengan qishash hukuman balasan yang seimbang atau yang sama, setara dan yang sepadan dengan perbuatan kejahatan yang dilakukan bagi para pelaku sengaja dan pelaku peaniyayaan secara pisik dengan sengaja.

Yang dimaksud dengan hukuman yang sama dengan perbuatan kejahatan yang dilakukan adalah , jika seseorang melakukan pembunuhan dengan sengaja maka pelakunya harus dihukum bunuh , jika seseorang melakukan peaniyayaan secara pisik dengan sengaja terhadap orang lain maka pelakunya harus dikenai hukuman yang sama dengan bentuk kejahatan yang dilakukanya .

2. Syarat syarat diwajibkanya hukum qishash

Hukum qishash tidak diwajibkan, kecuali apabila terpenuhinya syarat – syarat sebagai berikut

a. Orang yang terbunuh terlindungi darahnya

Andaikata yang dibunuh adalah orang kapir HARBY , orang yang zinah mukhson , atau orang murtat, maka penbunuh bebas dari tanggung jawab, tidak diqishash dan diyat , sebab mereka adalah orang – orang yang tersia – sia darahnya atau tidak dilindungi .

b. Pelaku pembunuhan sudah balikh

c. Pelaku pembunuhan sudah berakal

d. Pembunuhan dalam kondisi bebas memilih

e. Pembunuh bukan orang tua dari si terbunuh, orang tua tidak diqishash sebab membunuh

anaknya atau cucunya dan seterusnya sekalipun disengaja.

“Bapak tidak dibunuh sebab dia membunuh anaknya.” (Riwayat Baihaqi)

Hadis dari ibnu Umar bahwa Nabi SAW pernah bersabda :

Artinya : orang tua tidak diqishash oleh sebab membunuh anak nya . ( H.R . IMAM TIRMIDZI ).

(3)

Kesamaan derajat ini terletak pada bidang agama dan kemerdekaan . Orang islam yang membunuh orang kafir atau orang merdeka membunuh hamba sahaya tidak diqisash , karena dalam hal ini tidak ada kesamaan derajat antara pembunuh dan yang dibunuh.

Sabda Rasullullah saw:

“ orang islam tidak dibunuh sebab dia membunuh orang kafir.”(Riwayat Bukhari)

g. Tidak ada orang lain yang ikut membantu pembunuhan diaintara orang orang yang tidak

wajib hukm qisahash atasnya.

3. Diyat (Denda)

Yang dimaksud dengan diyat ialah denda penganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya hukum bunuh . Diyat ada dua macam, yaitu :

1. Denda berat

Yaitu seratus ekor unta, dengan perincian : 30 ekor unta betina umur 3 masuk 4 tahun, 30 ekor unta betina umur 4 masuk 5 tahun, 40 ekor unta betina yang sedang hamil.

Diwajibkan denda berat karena:

a. Sebagai ganti hukum bunuh (qisas) yang dimaafkan pada pembunuhan yang betol-betul

sengaja. Denda ini wajib dibayar tunai oleh yang mebunuh sendiri.

b. Melakukan pembunuhan “seperti sengaja”. Denda ini wajib dibayar oleh keluarganya,

diangsur dalam waktu 3 tahun, tiap-tiap akhir tahun wajib dibayar sepertiganya.

Diyat berat diwajibkan atas pembunuhan sengaja yang dimaafkan oleh ahli waris dari si terbunuh,serta pembunuhan yang tidak ada unsur-unsur membunuh yang dilakukan dibulan haram, ditempat haram, serta pembunuhan atas diri seseorang yang masih ada hubungan kekeluargaan.

2. Denda ringan

(4)

Jika denda tidak dapat dibayar dengan unta, wajib dibayar dengan uang sebanyak harga unta. Denda ringan atau diyat ringan diwajibkan atas pembunuhan tersalah, Pembunuhan karena kesalahan obat bagi dokter, dan pemotongan atau membuat cacat serta melukai anggota badan.

Ringannya denda dipandang dari tiga segi:

a. Jumlahnya yang dibagi lima

b. Diwajibkan atas keluarga yang bersangkutan

c. Diberi waktu selama tiga tahun.

Beratnya denda dipandang dari tiga segi juga:

a. Jumlah denda hanya dibagi tiga, sedangkan tingkat umurnya lebih besar

b. Denda diwajibkan atas yang membunuh itu sendiri

c. Denda wajib dibayar tunai.

4. Kafarat

Telah diuraikan tentang kewajiban orang yang membunuh orang, yaitu menyerah agar ia dibunuh pula, atau membayar diyat, atau dibebaskan. Selain itu ia wajib juga membayar kafarat, yaitu memerdekakan budak, kalau tidak mampu memerdekakan budak atau hamba, misalnya keadaan sekarang yang tidak ada lagi hamba, maka ia wajib puasa dua bulan berturut-turut.

Firman ALLAH SWT:

(5)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Yang dimaksud dengan qishash hukuman balasan yang seimbang atau yang sama, setara dan yang sepadan dengan perbuatan kejahatan yang dilakukan bagi para pelaku sengaja dan pelaku peaniyayaan secara pisik dengan sengaja.

Syarat –syarat wajib qisas

a. Orang yang membunuh sudah baligh dan berakal

b. Orang yang membunuh bukan bapak dari yang terbunuh

c. Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh

d. Yang terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan islam ataua dengan

perjanjian.

(6)

1. Denda berat

Yaitu seratus ekor unta, dengan perincian : 30 ekor unta betina umur 3 masuk 4 tahun, 30 ekor unta betina umur 4 masuk 5 tahun, 40 ekor unta betina yang sedang hamil.

2. Denda ringan

Banyaknya seratus ekor unta juga, tetapi dibagi lima kelompok: 20 ekor unta betina umur 1 masuk 2 tahun, 20 ekor unta betina umur 2 masuk 3 tahun, 20 ekor unta jantan umur 2 masuk 3 tahun, 20 ekor unta betina umur 3 masuk 4 tahun, 20 ekor unta betina umur 4 masuk 5 tahun. Denda ini wajib dibayar oleh keluarga yang membunuh dalam jangka waktu tiga tahun , tiap-tiap akhir tahun dibayar sepertiga.

Hukum bagi pelaku pembunuhan yaitu qisas dan diyat. Selain itu ia wajib juga membayar kafarat, yaitu memerdekakan budak, kalau tidak mampu memerdekakan budak atau hamba, misalnya keadaan sekarang yang tidak ada lagi hamba, maka ia wajib puasa dua bulan berturut-turut.

B. Saran

Kami dari penulis berharap agar makalah yang kami buat ini bisa berguna bagi pembaca, dan dapat menjadi panduan dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar , Junaidi. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Yudhistira

Mulyadi , Arif. 2001. Islam Sebagai Tatanan Kehidupan Manusia. Bogor: Yayasan

Tatang Nana

Rasyid, Sulaiman. 1994.

Fikih Islam (hukum fikih lengkap)

. Bandung: Sinar Baru

Algensindo

http://harlisa123.blogspot.coo//2h11/12//aaalah-fiqih-tentang-qisas-iilat.ht/l

(7)

Mata Pelajaran Fiqih XI Semester

I

Pelajaran I

JINAYAH DAN HIKMAHNYA

STANDAR KOMPETENSI

1. Memahami ketentuan Hukum Islam tentang Jinayah dan hikmahnya

KOMPETENSI DASAR

1.1 Menjelaskan hukum pembunuhan dan hikmahnya

1.2 Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang qishash dan hikmahnya

1.3 Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang diyat dan kafaarat beserta hikmahnya

1.4 Menunjukkan contoh-contoh qishash, diyaat dan kafaarat dalam hukum Islam

Lihatlah gambar disamping. Pembunuhan dapat terjadi dimana-mana dengan motif yang beraneka ragam. Berapa banyak jiwa yang telah melayang pada setiap tahunnya.

Pembunuhan sering terjadi di negeri ini, baik itu dengan sengaja atau tidak, dengan alat yang mematikan atau tidak yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Dengan hukum yang begitu berat ternyata tidak membuat manusia menjadi jera. Masih banyak kasus

pembunuhan yang terjadi tanpa adanya penyelesaian hukum menjadikan pelaku bebas berkeliaran. Jikalau Negara kita menggunakan hukum Islam untuk menyelesaikan kasus pembunuhan yang terjadi, tentu akan dapat mengurangi tingkat kejahatan yang terjadi.

Padahal kita mengetahui bahwa Islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Agama yang memberikan kedamaian, ketentraman dan keselamatan bagi para pemeluknya. Islam melarang prilaku kejahatan pembunuhan baik dengan cara apapun. Namun kurangnya kesadaran dalam diri manusia perbuatan tersebut dapat terjadi. Berapa banyak kasus pembunuhan yang terjadi baik itu pembunuhan tunggal ataupun pembunuhan berantai.

(8)

Dalam bab ini akan membahas tentang hukum pembunuhan dan hikmahnya, ketentuan hukum islam tentang qishash dan hikmahnya, ketentuan hukum islam tentang diyat, kifarat dan hikmahnya, serta contoh-contoh qishash, diyat dan kifarat. Pembahan tersebut dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :

A. HUKUM PEMBUNUHAN DAN HIKMAHNYA

1. Dasar hukum larangan pembunuhan

Pengertian pembunuhan secara bahasa adalah menghilangnyakan nyawa seseorang. Sedangkan arti secara istilah membunuh adalah perbuatan manusia yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja, baik dengan alat yang mematikan ataupun dengan alat yang tidak mematikan. Pengertian tersebut di atas sejalan dengan pendapat sebagaian para ulama bahwa, pembunuhan merupakan suatu perbuatan manusia yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa seseorang dan itu tidak dibenarkan dalam agama islam.

Adapun dasar hukum larangan membunuh dijelaskan dalam firman Allah :

: أرإسلا (

٣٣

)

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (QS. Al Isra (17) : 33)

2. Macam-macam pembunuhan

Pembunuhan dibagai menjadi tiga macam sebagaimana pembahasan di bawah ini :

a. Pembunuhan Sengaja

(

ِدْمَعْلا ُلْتَق

)

Pengertian pembunuhan sengaja adalah pembunuhan yang telah direncanakan dengan menggunakan alat yang mematikan, baik yang melukai atau memberatkan (mutsaqal). Contoh pembunuhan sengaja adalah membunuh dengan menembak, melukai dengan alat yang tajam, memukul dengan alat-alat yang berat, membunuh dengan memasukkan dalam sel yang tidak ada udaranya, membunuh dengan diberi racun, disuntik dengan obat yang bisa mematikan, membunuh dengan dibiarkan tidak diberi makan dan lain sebagainya. Dikatakan pembunuhan sengaja apabila ada niat dari pelaku sebelumnya, alat yang digunakan

mematikan, Baligh dan merdeka pelakunya dan yang dibunuh orang yang baik.

b. Pembunuhan Seperti Sengaja

(

ِدْمَعْلا ِهْبِش ُلْتُق

)

Pembunuhan seperti sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan seseorang tanpa niat membunuh dan menggunakan alat yang biasanya tidak mematikan, namun menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Contohnya orang yang memukul orang lain dengan sapu lidi kemudian mati. Orang yang memanggil orang lain dengan suara keras kemudian orang lain mati karena panggilannya. Wanita ditakut-takuti ulat kemudian wanita itu mati dan sebagainya.

c.

Pembunuhan tersalah

(

إَطَخْلا ُلْتَق

)

(9)

1) Perbuatan tanpa maksud melakukan kejahatan tetapi mengakibatkan kematian seseorang.

Kesalahan seperti ini disebut salah sasaran (error in concrieto) contohnya seseorang yang menembak harimau tetapi justru menyasar mengenai orang lain hingga meninggal dunia

2) Perbuatan yang mempunyai niat membunuh, namun ternyata orang tersebut tidak boleh

dibunuh. Contohnya menembak seseorang yang disangka musuh dalam peperangan, tetapi ternyata kawan sendiri. Kesalahan demikian disebut salah dalam maksud (error in objecto)

3) Pebuatan yang pelakunya tidak bermaksud jahat, tetapi akibat kelalaiannya dapat

menyebabkan kematian seseorang. Contohnya sesorang terjatuh dari pohon dan menimpa yang ada di bawahnya hingga mati.

3. Dasar hukum bagi pembunuhan

Hukuman pokok bagi pelaku pembunuhan sengaja adalah qishash, artinya dibunuh juga tetapi jika dimaafkan oleh keluarga korban maka hukuman penggantinya adalah wajib membayar diyat mughaladhah dan dibayar secara tunai. Hukuman tambahannya adalah terhalangnya hak waris dan wasiat. Para Fuqaha sepakat bahwa pembunuhan yang dikenai hukuman qishash disyaratkan berakal sehat, dewasa, sengaja untuk membunuh, dan

melangsungkan sendiri pembunuhannya tanpa ditemani orang lain. Adapun yang menjadi dasar hukuman pembunuhan sengaja adalah :

“Dan barang siapa membunuh seseorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka jahannam, kekal ia di dalamnya, dan Allah marah kepadanya dan mengutuknya dan menyediakan adzab yang besar baginya”. (An-Nisaa (4) : 93)

Pembunuh tidak sengaja tidak dikenai hukum qishash, tetapi hukuman pokok adalah membayar diyat mughaladhah dengan diangsur selama tiga tahun setiap tahun sepertiganya dan kifarat. Hukuman penggantinya adalah puasa kifarat, sedangkan hukuman tambahannya adalah terhalangya menerima warisan dan wasiat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

َلَََتَق ْنَم

keluarga terbunuh, maka jika mereka (keluarga terbunuh) menghendaki, dapat mengambil qishash, dan jika mereka menghendaki (tidak mengambil qishash), mereka dapat mengambil diyat berupa 30 ekor hiqoh, 30 ekor jadz’ah dan 40 ekor khilfah” ( HR. Tirmudzi )

Hukuman pembunuhan tersalah adalah memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman atau membayar diyat mukhoffafah ( denda ringan ) diberikan kepada keluarga terbunuh dan boleh diangsur 3 tahun setiap tahunnya sepertiganya. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah :

“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja)[334], dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu)” ( Q.S. An-Nisa’ (4): 92)

4. Hikmah dilarangnya pembunuhan

(10)

b. Manusia yang satu dengan yang lain saling menempatkan kedudukan yang tinggi baik di

dalam hukum manusia maupun di hadapan Allah SWT.

c. Menyelamatkan jiwa manusia

d. Terciptanya keamanan dan ketentraman dalam kehidupan sehari-hari.

B. KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG QISHASH DAN HIKMAHNYA

1. Pengertian dan Hukum Qishash

Qishash berasal dari kata

َصَصَق

yang artinya memotong atau bersal dari kata

َتْقِ

ا

َص

yang artinya mengikuti, yakni mengikuti perbuatan si penjahat sebagai pembalasan atas perbuatannya.

Menurut syara’ qishash adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun perusakan aggota badan atau pelaku penghilangan manfaat anggota badan yang dilakukan dengan sengaja, Firman Allah :

: ةرقبلا (

۱۷۸

)

“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu (hukum) qishash untuk membela orang-orang yang dibunuh, orang merdeka diqishash sebab membunuh orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Tetapi barangsiapa yang mendapat sebagian kemampuan dari saudaranya (ahli waris yang terbunuh) maka hendaklah ia membalas kebaikan itu dengan cara yang baik. Dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang tersebut itu ialah suatu keringanan dan rahmat Tuhanmu”. (QS.’Al Aqarah (2) :178)

Sedangkan hukum qishash sebagai berikut :

a. Membunuh orang tidak bersalah haram hukumnya. Berdasarkan firman Allah SWT :

: ءاسنلا (

۹۳

)

“ Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya “ ( Q.S.An-Nisa’ (4): 93 ).

b. Orang mendahului melakukan pembunuhan, menanggung dosa orang yang mengikuti

membunuh itu.

c. Orang melakukan pembunuhan sengaja imannya tanggal.

d. Perkara yang mula-mula diadili Allah SWT dihari kiamat ialah perkara pembunuhan.

2. Macam-macam qishash

Berdasarkan keterangan di atas, maka qishash dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Qishash jiwa yakni hukuman mati bagi pelaku pidana pembunuhan.

b. Qishash anggota badan yakni qishash bagi pelaku tindak pidana melukai, merusak atau

menghilangkan manfaat atau fungsi anggota tubuh.

Pelaksanaan qishash jiwa maupun qishash anggota badan, diatur dalam hukum Islam. Sebagaimana firman Allah SWT.

: ةدئاَملا (

٤٥

)

(11)

kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim “( Q.S. Al-Maidah(5) : 45 ).

3. Syarat-syarat Qishash

Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan hukum qishash sebagai berikut :

a. Pembunuh sudah baligh dan berakal, maka anak-anak dan orang gila tidak dikenakan hukum

qishash. Sabda Rasulullah SAW : hukuman) dari tiga perkara : orang tidur hingga ia bangun, anak-anak ia hingga dewasa, dan orang gila hingga ia sembuh dari gilanya” ( H.R. Ahmad dan Abu Dawud)

b. Pembunuh bukan orang tua dari orang yang dibunuh. Jika orang tua membunuh anak, maka

tidak wajib dilaksanakan qishash, tetapi jika anak membunuh orang tua, maka wajib dilaksanakan qishash.

c. Jenis pembunuhan adalah pembunuhan yang disengaja. Pembunuhan yang mirip disengaja

maupun pembunuhan yang tidak disengaja tidak ada hukum qishash.

d. Orang yang dibunuh terpelihara darahya, artinya bukan orang jahat. Orang yang membunuh

karena membela diri tidak ada qishashnya baginya. Orang mukmin yang membunuh orang kafir, orang murtad dan pezina mukhshan tidak ada hukuman qishash baginya. Sabda Nabi :

) ىراخبلا هاور ( ٍرِف اَكِب ٌمِلْسُم ُلَتْقُيَل

“Orang Islam tidak dibunuh karena membunuh orang kafir ( H.R. Bukhari )

e. Orang yang dibunuh sama derajatnya, misalnya orang islam dan orang islam, merdeka dengan

merdeka, perempuan dengan perempuan dan budak dengan budak.

: ةرقبلا (

۱۷۸

)

“Hai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang-orang merdeka dengan orang-orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih” ( Q.S. Al-Baqarah (2) : 178 ).

f. Qishash dilakukan dalam hal yang sama jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, telinga dengan

telinga dan lain-lain.

(12)

Sekelompok orang yang sepakat untuk membunuh seseorang kemudian mereka laksanakan, maka mereka terkena hukum qishash walaupun dintara mereka ada yang tidak melakukan pembunuhan secara langsung, misalnya orang yang membantu proses pembunuhan.

“dan barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan[854] kepada ahli warisnya “ ( Q.S. Al-Isra’ ( 17) : 33 ).

Mughirah menghukum bunuh 7 orang yang membunuh seseorang. Ibnu Abbas pun berpendapat , ”Kalau sekelompok orang membunuh seseorang, mereka harus dibunuh meskipun jumlahnya 100 orang dengan cara yang sama. Umar Bin Khotthab RA. berkata:

“Kalau seluruh penduduk ikut membunuh seorang, niscaya aku bunuh mereka semua”

Diterangkan dalam riwayat :

َلَََتَق ُهََْنَععهََللا َى ََِضَر َرَمُع َنَا ِبَيَسُمْلا ِنْبدْيِعَإس ْنَع

tempat yang sunyi, dan ia berkata : “Andaikata mereka bersama-sama membunuhnya maka semua penduduk Shun’a, niscaya aku bunuh mereka karena laki-laki yang seorang ini (diriwayatkan Syafi’i)

Pengikut madzab Syafi’I dan Hambali memberikan persyaratan, yaitu hendaknya perbuatan satu orang dari sekelompok tersebut seandainya dia lakukan sendiri bisa mematikan. Tetapi jika perbuatannya tidak mematikan, maka tidak ada qishash baginya.

Imam Malik berkata : “Menurut kami semua lelaki merdeka yang bersekongkol membunuh seorang lelaki merdeka terkena hukum qishash jika pembunuh tersebut atas kesengajaan, demikian pula seluruh wanita karena turut membunuh satu orang wanita. Dan semua hamba sahaya yang ikut membunh seorang hamba sahaya “.

5. Hikmah ditegakkannya Qishash

Pelaksanaan hukum qishash agar supaya terpelihara jiwa dari gangguan pembunuh. Apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya akan dibunuh juga, karena akibat perbuatan membunuh orang, tentu ia akan takut membunuh orang lain. Dengan demikian terpelihara jiwa dari terbunuh; terpeliharalah manusia dari bunuh membunuh.

Menjatuhkan hukum yang sebanding dan setimpal itu , memeliharakan hidup bermasyarakat, dan Al-Qur’an tiada menamai hukum yang dijatuhkan atas pembunub itu, dengan nama hukum mati atau hukum gantung, atau hukum bunuh, hanya menamai “hukum setimpal dan sebanding” dengan kesalahan nyang diperbuatnya.

Dan mengapa Islam tidak memastikan hukumannya membayar diat saja ?.Hal ini dengan mudah dapat diketahui bahwa “diyat” itu tidak dapat memundurkan hasrat membunuh dari seseorang yang hendak membunuh itu.

(13)

“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa “ ( Q.S. Al-Baqarah (2) : 179)

Dengan kata lain adanya qishash pembunuhan dan permusuhan dapat dicegah dan dihindari. Ringkasnya hikmah ditegaknya qishash sebagai berikut :

a. Menghargai harkat dan martabat manusia, karena nyawa dibalas dengan nyawa, begitu pula

anggota tubuh dibalas juga.

b. Mencegah terjadinya permusuhan dan pertumpahan darah sehingga keamanan dan

kedamaian dapat dirasakan

c. Agar manusia berfikir dua kali, untuk melakukan kejahatan

C. KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG DIYAT, KIFARAT DAN HIKMAHNYA

1. Pengertian dan Dasar Hukum Diyat

Diyat secara bahasa artinya denda yang berat, atau ganti rugi pembunuhan. Sedangkan menurut istilah adalah sejumah harta yang wajib diberikan oleh pihak pelaku pembunuhan / kejahatan kepada pihak teraniaya atau keluarganya untuk menghilangkan dendam, meringankan beban korban dan keluarganya. Dengan kata lain denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya hukuman bunuh.

Diyat sebagai pengganti hukum qishash berdasarkan ayat Al Qur’an. Firman Allah :

) : ءاسنلا

۹۲

(

“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja)[334], dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu)” ( Q.S. An-Nisa’ (4): 92)

2. Sebab-sebab Diyat

Mengapa seseorang harus membayar diyat atau denda sebagai pengganti terhadap apa yang sudah diperbuatnya ?. Ada beberapa hal sebab-sebab seseorang harus membayar diyat :

a. Pembunuhan sengaja yang dimaafkan oleh wali/ahli waris terbunuh

b. Pembunuh lari namun sudah diketahui identitasnya sehingga diyat dibebankan kepada ahli

waris

c. Pembunuhan seperti sengaja (

ُدْمَعْلا ِهْبِش ُلْتَق

)

d. Pembunuhan tersalah (

ِإَطَخْلا ُلْتَق

)

e. Qishash sulit untuk dilaksanakan

3. Macam-macam Diyat

Diyat dalam masalah pembunuhan baik pembunuhan sengaja, seperti sengaja atau pembunuhan tersalah dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Diyat Mughallazhah

ٌَةَظَلَغُم ٌةَيِد

/ denda berat

(14)

Adapun jumlah diyat mughallazhah ialah denda dengan cara membayar 100 ekor unta, terdiri 30 ekor hiqqah ( unta betina berumur 3-4 tahun), 30 ekor jadzah (unta betina 4-5) dan 40 ekor khilfah (unta betina yang bunting).

Ketentuan denda tersebut di atas sesuai dengan hadits Nabi SAW. :

“ Barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan sengaja diserahkan perkaranya kepada keluarga yang terbunuh, maka jika mereka menghendaki supaya membunuhnya dibunuh pula, dan jika mereka kehendaki, mereka boleh menerima diyat, yaitu 30 ekor unta yang berumur 3 tahun,30 ekor unta yang berumur 4 tahun serta 40 ekor unta yang berumur 5 tahun (yang sedang hamil). Hasil perdamaian itu untuk mereka (ahli waris terbunuh). Demikian itu untuk memberatkan terhadap pembunuhan” ( Riwayat Tirmidzi)

Jika unta tidak didapat, diyat dapat dengan uang atau lainnya seharga 100 ekor unta tersebut. Pada zaman Rasulullah diyat mughallazhah dibayar 800 dinar (uang emas) atau 8.000 dirham (uang perak). Bahkan dijaman kholifah Umar bin Khathab ketika harga unta itu mahal, harganya 12.000 dirham atau 200 ekor sapi atau 2.000 ekor kambing atau 200 stel bahan pakaian.

Diyat mughallazhah ini diwajibkan :

1) Pembunuh sengaja tapi dimaafkan oleh keluarga korban. Pembayaran diyat ini sebagai

pengganti qishash. Pembayarannya secara tunai (sekaligus)

2) Pembunuhan seperti sengaja membayar ayat 100 ekor unta seperti diatas, tetapi boleh

diangsur selama tiga tahun.

3) Pembunuhan pada bulan-bulan haram yaitu bulan Dzul Qa’adah,Dzulhijjah, Muharram dan

Rajab.

4) Pembunuhan di tempat haram atau kota Makkah.

5) Pembunuhan orang yang masih mempunyai hubungan keluarga atau pembunuhan terhadap

muhrim, radha’ah atau mushaharah.

b. Diyat Mukhofafah (

ٌةَفَفَخُم ٌةَيِد

)

Denda yang sifatnya ringan yaitu membayar denda yang berupa 100 ekor unta terdiri 20 ekor hiqqah, 20 ekor jadz’ah, 20 ekor binta labun (unta betia umur lebih dari 2 tahun), 20 ekor ibnu labun (unta jantan berumur lebih dari 2 tahun) dan 20 ekor binta mukhod (unta betina bermur lebih 2 tahun) diyat mukhaffah diwajibkan atas pembunuhan tersalah dibayar oleh keluarga pembunuh dan dianngsur 3 tahun tiap tahun sepertignya.

Diyat mukhafafah ini diwajibkan kepada :

1)

ِإَطَخْلا ُلْتَق

atau pembunuh tersalah

2) Pembunuhan selain di tanah haram (Makkah) bukan bulan haram (Muharrom, Dzulhijah dan

Rajab) dan bukan muhrim. Nilai diat ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah 100 unta disamakan 200 ekor sapi atau 2000 ekor domba.

3) Orang yang sengaja memotong/membuat cacat/melukai anggota badan orang lain tetapi

dimaafkan oleh keluarga kurban.

4) Pembunuhan karena kesalahan obat bagi dokter.

5) Pemotongan atau membuat cacat serta melukai anggota badan.

4. Diyat selain Pembunuhan

(15)

a. Wajib membayar satu diyat penuh yaitu pembayaran 100 ekor unta bagi orang yang

melakukan kejahatan memotong anggota tubuh, yang berpasangan, seperti kedua mata, kedua telinga, kedua tangan, kedua kaki dan sebagainya. Menghilangkan anggota badan yang tunggal seperti hidung, lidah juga membayar diyat penuh atau 100 ekor unta.

b. Wajib membayar setengah diyat yaitu membayar lima puluh ekor unta, apabila memotong

salah satu dari anggota tubuh yang berpasangan seperti satu kaki, satu tangan, satu telinga, dan sebagainya.

c. Wajib membayar sepertiga diyat, yaitu membayar 33 ekor unta apabila melukai anggota

tubuh antara lain: melukai kepala sampai ke otak, atau melukai badan sampai ke perut.

d. Wajib membayar diyat berupa :

1) 15 ekor bagi orang yang melukai sampai terkelupas kulit di atas tulang;

2) 10 ekor unta bagi orang yang melukai sampai mengakibatkan putusnya jari-jari tangan

maupun jari kaki.

3) 5 ekor unta bagi orang yang melukai dan mengakibatkan patah/ lepasnya sebuah gigi satu

luka sampai terkelupas daging.

Bagaimana kalau seseorang meruntuhkan semua gigi orang lain, apakah harus

membayar lima ekor unta kali jumlah gigi tersebut ?. Ulama berbeda pendapat, sebagaian ulama berpendapat cukup membayar 60 ekor unta (yang berusia dewasa). Ulama yang lain berpendapat harus membayar 5 ekor unta kali jumlah gigi.

5. Hikmah Diyat

Pembayaran diyat bagi pembunuh kepada keluarga kurban, disamping untuk menghilangkan rasa dendam juga mengandung hikmah sebagai berikut :

a. Sifat pemaaf kepada orang lain karena sesuatu hal sudah terjadi

b. Manusia dapat berhati-hati dalam bertindak bahkan takut melakukan kejahatan karena sayang

harta, bisa habis bahkan melarat karena untuk membayar diyat

c. Menjunjung tinggi terhadap perlindungan jiwa dan raga.

6. Pengertian Kifarat

Kifarat secara bahasa ialah tertutup / terselubung, maksudnya hati seseorang sedang tertutup sehingga meniadakan Allah atau menentang-Nya yang selanjutnya berani melakukan perbuatan ma’syiat.Dengan kata lain kifarat berarti denda atas pelanggaran terhadap larangan. Kifarat menurut istilah berarti tebusan atau denda yang wajib dibayar oleh seseorang karena telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.

7. Macam-macam Kifarat Pembunuhan

a. Kifarat karena pembunuhan

Pembunuh selain dihukum qishash atau membayar diyat, dia harus membayar kifarat juga. Adapun kifarat bagi orang yang membunuh adalah memerdekakan hamba sahaya atau berpuasa dua bulan berturut-turut. Hal ini sejalan dengan Firman Allah : ) : ءاسنلا

۹۲(

(16)

membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[336]. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya[337], Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. .(QS. An-nisa (4): 92)

b. Kifarat karena membunuh binatang buruan pada waktu melaksanakan ihram

Kifaratnya yaitu dengan mengganti binatang ternak yang seimbang atau memberi makan orang miskin atau dengan berpuasa.

Selain kifarat di atas masih ada beberapa macam kifarat selain masalah pembunuhan sebagai berikut pembahasan di bawah ini :

a. Kifarat karena melanggar sumpah

Jika orang bersumpah dengan menggunakan nama Allah lalu melanggarnya, maka baginya wajib kifarat, yaitu memberi makan sepuluh orang miskin atau memberi pakaian,

memerdekakan seorang budak atau puasa tiga hari. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT :

: ةدئاَملا (

۸۹

)

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi Pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” (QS Al Maidah (5): 89)

b. Kifarat karena dzihar

ٌراَهِظ

Yaitu menyerupakan isterinya dengan ibunya (ibu suami). Misalnya suami berkata di depan isterinya punggungmu persis seperti punggung ibuku. Maka suami wajib kifarat yang ditunaikan sebelum menggauli isterinya. Kifaratnya adalah memerdekan hamba sahaya, atau berpuasa 2 bulan berturut atau yang tidak bisa yaitu memberi makanan 60 orang miskin

(17)

c. Kifarat karena melakukan hubungan badan suami isteri disiang hari pada bulan ramadhan, kifaratnya sama dengan dzihar.

d. Kifarat Ila’

ٌءَليِا

Yaitu suami yang berjanji tidak akan menggauli isterinya selama masa tertentu, maka kifaratnya sama dengan kifarat melanggar sumpah

8. Hikmah Kifarat Pembunuhan

Ada beberapa hikmah yang terkandung dalam kifarat pembunuhan sebagai berikut :

a. Manusia benar-benar menyesali pebuatan yang keliru, telah berbuat dosa kepada Allah dan

merugikan sesama manusia

b. Bertaubat kepada Allah dengan mendekatkan diri kepada-Nya

c. Percaya diri dengan diterima taubatnya manusia menjadi tenang, karena tuntunan agama

sudah dipenuhinya.

D. CONTOH-CONTOH QISHASH, DIYAT DAN KIFARAT

Dalam membahas masalah ini kita dihadapkan pada hokum yang berlaku di Negara kita. Negara Indonesia adalah sebuah Negara yang berlandaskan hokum yang bersumber pada UUD. Jadi bagi siapapun yang membunuh dengan sengaja, maka tidak akan dikenakan hukium qishash, tetapi sesuai dengan hokum yang berlaku. Demikian juga siapapun yang membunuh dan dima’afkan oleh keluarga juga tidak akan dikenakan diyat sebagaimana pembahasan dalam hokum Islam. Tetapi tidak ada salahnya memberikan contoh realita dalam kehidupan bermasyarakat, agar tidak terjadi pembunuhan yang memang begitu memberatkan jenis hukumannya.

Pak Karta dan Joko dalam satu kantor di salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam layanan barang dan jasa. Suatu ketika pak Karta diangkat menjadi direktur, padahal masa kerja jauh lebih lama pak Joko dibandingkan pak Karta. Suatu ketika dalam diri pak Joko timbul niat jahat untuk membunh pak Karta. Maka dibuatlah rencana cara membunuhnya agar tidak diketahui oleh karyawan perusahaan, dan alatnya berupa senapan sudah dipersiapkan. Suatu hari niat itu diujudkan dengan membunuh pak Karta.

Dari ilustrasi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pak Joko disamping harus diqishsh dengan cara dibunuh dengan senapan juga, maka juga wajib membayar diyat berupa 100 ekor unta dan dibayar secara tunai, karena kejahatan pak Joko dima’afkan oleh keluarga pak Karta. Disamping itu pak Joko harus memilih salah satu jenis kifarat sebagai hukuman tambahan karena membunh, yaitu memerdekakan seorang budak yang berimkan, atau berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika keduanya tidak mampu dikerjakan, maka harus member makan dan pakaian kepada 60 orang fakir miskin sebagai gantinya.

http:///asalafilahpeaalongan.blogspot.coo//2h12/h///ateri-fiqih-ii-se/ester-i.ht/l

Macam-macam Pembunuhan menurut ilmu Fiqih

(18)

dengan mobil, mengalirkan listrik ke tubuh korban dan sebagainya.

2. Pembunuhan seperti di sengaja, yaitu pembunuhan yang terjadi sengaja di lakukan oleh seorang mukallaf dengan alat yang biasanya tidak mematikan. Perbuatan ini tidak di niatkan untuk membunuh, mungkin sekali dengan main-main. Misalnya dengan sengaja memukul orang lain dengan cambuk ringan atau dengan mistar, akan tetapi yang terkena pukul kemudian meninggal.

3. Pembunhuan bersalah, yaitu pembunuhan karena kesalahan/keliru semata-mata tanpa di rencanakan dan tanpa maksud sama sekali. Misalnya seseorang melempar batu atau

menembak burung akan tetapi terkena orang kemudian meninggal.

http://isla/-sharei.blogspot.coo//2h11/11//acoa/-/acoa/-pe/bnnnhan-/ennrnt-il/n.ht/l

Materi Ajar Fiqih XI/1 "Pembunuhan"

Pembunuhan

a. Pengertian pembunuhan , pembunuhan adalah melenyapkan nyawa seseorang sehingga menjadi mati, baik

disengaja maupun tidak, baik dengan memakai alat atau tidak

b. Macam-macam pembunuhan :

1. Pembunuhan yang disenagja

[دمعلا لتق]

, yaitu pembunuhan yang dilakukanseseorang dengan alat yang lazim untuk membunuh, atau alat yang bisa membunuh, baik dengan anggota badan orang yang membunuh, maupun tanpa menggunkan alat. Pembunuhan jenis ini biasanya terencana.

2. Pembunuhan seperti sengaja

[دمعلا ُهبش لتق]

, yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang dengat alat yang menurut perkiraan tidak akan menyebabkan kematian, dan orang yang membuynuhnya tidak bermaksud membunuh orang lain.

3. Pembunuhan yang tidak disengaja

[ئطخلا لتق]

, yaitu pembunuhan yang sama sekali tidak sengaja membunuh.

“Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan sesuatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dhalim, maka sungguh Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. Al-Isro’: 33

(19)

دعب ًانزَو ٍناميإ دعب ٍرفك ٍثلث ىدحاب َلإ ٍملسم ٍئِرْما ُلتق ّلحَي ل

ّقح ِريغب ٍسفن ِلتقو ٍناصحإ

ًاناودعو ًاملظ

هاور]

[ملسم

“ Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali tiga hal: kufur sesudah beriman, berzinah setelah berkeluarga, dan membunuh seseorang yang benar karena semata berbuat dhalim dan permusuhan”. (HR. Muslim)

 Hikmah larangan membunuh:

1. Manusia tidake berbuat semena-mena terhadap harga diri manusia, sebaliknya ia akan menghargai keberadaan

manusia.

2. Manisa akan menempatkan manusia yang lain dalam kedudukan yang tinggi baik di mata hukum maupun

dihadapan Allah SWT.

3. Menjaga dan menyelamatkan jiwa manusia.

 Qishash

a. Pengertian qishash, yaitu hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun pengrusakan

anggota badan seseorang, yang dilakukan dengan sengaja.

b. Dasar hukum qishash

Membunuh dengan sengaja hukuimnya haram, dan pelakunya selain harus dijatuhi hukuman, kelak di akhirat mendapat siksa yang pedih.

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qishash berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahay, perempuan dengan perempuan. Tetapi barang siapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baiak, dan membayar diyat (tebusan) kepadamu dengan baik (pula), Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. (al-Baqarah 178)

Nabi saw bersabda:

لتقي َلُجَرلا وأ اكرشم تومي َلُجَرلا ّلإ هرفغي نأ هللا ىسع ٍبنذ ّلك

ًادّمعتم انمؤم

[نابح نباو دواد وبا هاور]

“Sertiap dosa ada harapan Allah akan mengampuninya, kecuali seorang laki-laki yang mati dalam keadaan syirik atau seseorang membunuh seorang mukmin dengan sengaj”

(HR. Abu Dawud dan Ibnu Hiban)

c. Syarat-syarat qishash pembunuhan

1. Pembunuh sudah bakigh dan berakal sehat.

2. Pembunuh bukan orang tua yang dibunuh.

3. Jenis pembunuhan adalah pembunuhan yang disengaja.

4. Orang yang terbunuh terpelihara darahnya, artinya bukan orang jahat.

5. Orang yang dibunuh sama derajatnya, misalnya Islam dengan Islam, merdeka dengan orang merdeka.

6. Qishash dilakukan pada hal yang sama; jiwa dengan jiwa, mata dengan mata, telinga dengan telinga.

(20)

Disebutkan di dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 45 yang artinya:

“Kami telah menetapkan bagi meraka di dalamnya (taurat) bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qishashnya (balasan yang sama)”.

e. Pembunuhan oleh massa, yaitu pembunu yang disengaja yang dilakukan oleh sekelompok orang (lebih dari

satu), maka semuanya harus diqishash. Ibnu Abbas berpendapat:”Kalau sekelompok orang membunuh seorang, mereka harus dibunuh meskipun jumlahnya 100 orang dengan cara yang sama.”

f. Hikmah hukum qishash:

1. Memberikan pelajaran kepada manusia untuk tidak melakukan kejahatan, ataupun mempermainkan nyawa

manusia.

2. Dengan adanya hukuman qishash maka manusia akan merasa takut berbuat jahat pada orang lain, terutama

penganiyaan tubuh dan jiwa manusia.

3. Hukum qishash dapat melindungi jiwa dan raga.

4. Timbulnya ketertiban, keamanan dan kedamaian dalam masyarakat.

5. Menunjukkan bahwa syari’at Islam itu luwes dalam menangani masalah.

http:///anfaatianbaroaah.blogspot.coo//2h11/h///ateri-ajiar-ii1-pe/bnnnhan.ht/l

Qisas; Bentuk Kebijaksanaan dalam Hukum Islam

Qisas yang selama ini kita ketahui terkadang masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat angker, menakutkan, dan tidak manusiawi, sehingga timbul sikap yang dinamakan “Islam phobia“. Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifatkan qisas dalam firman-Nya,

َنوُقّتَت ْمُكّلَعَل ِباَبْلَلا ْيِلوُأ ْاَي ٌةاَيَح ِصاَصِقْلا يِف ْمُكَلَو

Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 179).

Imam asy-Syaukani menjelaskan ayat ini dengan menyatakan, “Maknanya, kalian memiliki jaminan kelangsungan hidup dalam hukum yang Allah Subhanahu wa Ta’ala syariatkan ini, karena bila seseorang tahu akan dibunuh secara qisas apabila ia membunuh orang lain, tentulah ia tidak akan membunuh dan menahan diri dari mempermudah dan terjerumus padanya.

Dengan demikian, hal itu seperti kedudukan jaminan kelangsungan hidup bagi jiwa manusia. Ini adalah satu bentuk sastra (balaghah) yang tinggi dan kefasihan yang sempurna. Allah

(21)

saling bunuh di antara mereka. Hal ini dalam rangka menjaga keberadaan jiwa mereka dan keberlangsungan khidupan mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyampaikan ayat ini untuk ulil albab (orang yang berakal), karena merekalah orang yang memandang jauh ke depan dan berlindung dari bahaya yang munculnya menyusul nanti. Adapun orang yang pandir, dia berpikiran pendek dan gampang emosi, ketika amarah dan emosinya bergejolak dia tidak memandang akibat yang muncul nantinya dan dia pun tidak memikirkan masa depannya.” [1]

Dikarenakan bersikap terburu-buru dan tidak mengerti hakikat syariat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan, banyak orang bahkan kaum muslimin yang belum mau menerima atau simpati atas penegakan qisas ini. Padahal, pensyariatan qisas akan membawa kemaslahatan bagi manusia.

Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan menyatakan, “Pensyariatan qisas berisi rahmat bagi manusia dan penjagaan atas darah mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ٌةاَيَح ِصاَصِقْلا يِف ْمُكَلَو

‘Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu.‘ (Qs. al-Baqarah: 179). Sehingga, betapa jelek orang yang menyatakan bahwa qisas itu sesuatu yang tidak berprikemanusiaan (biadab) dan keras. Mereka tidak melihat kepada kebiadaban pelaku pembunuhan ketika membunuh orang tak berdosa, ketika menebar rasa takut di daerah tersebut, dan ketika menjadikan para wanita janda, anak-anak menjadi yatim, serta hancurnya rumah tangga.

Mereka ini hanya merahmati pelaku kejahatan dan tidak merahmati korban yang tak berdosa. Sungguh jelek akal dan kedangkalan mereka. Allah berfirman,

َنوُنِقوُي ٍم ْوَقّل ًامْكُح ِ اا َنِم ُنَس ْحَأ ْنَمَو َنوُغْبَي ِةّيِلِهاَجْلا َمْكُحَفَأ

‘Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?‘ (Qs. al-Ma`idah: 50)” [2]

Untuk itu, penjelasan tentang qisas ini sangat diperlukan, agar kaum muslimin bisa mengerti keindahan dan rahmat yang ada dalam qisas.

Definisi Qisas

Kata “qisas” (صاصق) berasal dari bahasa Arab yang berarti “mencari jejak”, seperti “ al-qasas“. Sedangkan dalam istilah hukum Islam, maknanya adalah pelaku kejahatan dibalas seperti perbuatannya, apabila ia membunuh maka dibunuh dan bila ia memotong anggota tubuh maka anggota tubuhnya juga dipotong. [3]

(22)

Dapat disimpulkan bahwa qisas adalah mengambil pembalasan yang sama atau serupa, mirip dengan istilah “utang nyawa dibayar dengan nyawa”.

Dasar Pensyariatan Qisas

Qisas disyariatkan dalam al-Quran dan as-sunnah, serta ijma‘. Di antara dalil dari al-Quran adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ٌء ْيَش ِهيِخَأ ْنِم ُهَل َيِفُع ْنَمَف ىَثنُلاِب ىَثنُلاَو ِدْبَعْلاِب ُدْبَعْلاَو ّرُحْلاِب ّرُحْلا ىَلْتَقْلا يِف ُصاَصِقْلا ُمُكْيَلَع َبِتُك ْاوُنَمآ َنيِذّلا اَُّيَأ اَي ِصاَصِقْلا يِف ْمُكَلَو . ٌميِلَأ ٌباَذَع ُهَلَف َكِلَذ ََدْعَب ىَدَتْعا ِنَمَف ٌةَم ْحَرَو ْمُكّبّر نّم ٌفيِف ْخَت َكِلَذ ٍناَس ْحِإِب ِهْيَلِإ ءاَدَأَو ِفوُرْعَمْلاِب ٌعاَبّتاَف َنوُقّتَت ْمُكّلَعَل ِباَبْلَلا ْيِلوُأ ْاَي ٌةاَيَح

Wahai orang yang beriman, qisas diwajibkan atasmu berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang-orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka, barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabbmu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 178-179).

Sedangkan dalil dari as-Sunnah di antaranya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتْقُي ْنَأ اّمِإَو ىَدْفُي ْنَأ اّمِإ ِنْيَرَظّنلا ِرْيَخِب َوَُُف ٌليِتَق ُهَل َلِتُق ْنَم

Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan, bisa memilih diyat dan bisa juga dibunuh (qisas).” (HR. al-Jama’ah).

Sedangkan dalam riwayat at-Tirmidzi adalah dengan lafal,

َلُتْقَي ْنَأ اّمِإَو َوُفْعَي ْنَأ اّمِإ ِنْيَرَظّنلا ِرْيَخِب َوَُُف ٌليِتَق ُهَل َلِتُق ْنَم

Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan, bisa memilih memaafkannya dan bisa membunuhnya.” [5]

Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa wali (keluarga) korban pembunuhan dengan sengaja memiliki pilihan untuk membunuh pelaku tersebut (qisas) bila menghendakinya, bila tidak bisa memilih diyat dan pengampunan. Pada asalnya, pengampunan lebih utama, selama tidak mengantar kepada mafsadat (kerusakan) atau ada kemashlahatan lainnya. [6]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah me-rajih-kan, bahwa pengampunan tidak boleh diberikan pada qatlu al-ghilah (pembunuhan dengan memperdaya korban). [7]

Sedangkan Ibnu al-Qayyim rahimahullah, ketika menyampaikan kisah al-’Urayinin, menyatakan, “Qatlu al-ghilah mengharuskan pembunuhan pelaku dilakukan secara had

(23)

pendapat dalam Mazhab Ahmad, serta yang dirajihkan asy-Syaikh (Ibnu Taimiyah, pen) dan beliau rahimahullah berfatwa dengan pendapat ini.” [8]

Hikmah Pensyariatan Qisas

Allah al-Hakim menetapkan satu ketetapan syariat dengan hikmah yang agung. Hikmah-hikmah tersebut ada yang diketahui manusia dan ada yang hanya menjadi rahasia Allah

Subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga, dalam qisas terdapat banyak hikmah, di antaranya: 1. Menjaga masyarakat dari kejahatan dan menahan setiap orang yang akan menumpahkan darah orang lain. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya,

َنوُقّتَت ْمُكّلَعَل ِباَبْلَلا ْيِلوُأ ْاَي ٌةاَيَح ِصاَصِقْلا يِف ْمُكَلَو

Dan dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Qs. al-Baqarah: 179).

2. Mewujudkan keadilan dan menolong orang yang terzalimi, dengan memberikan

kemudahan bagi wali korban untuk membalas kepada pelaku seperti yang dilakukan kepada korban. Karena itulah, Allah berfirman,

ًاروُصْنَم َناَك ُهّنِإ ِلْتَقْلا يّف فِرْسُي َلَف ًاناَطْلُس ِهّيِلَوِل اَنْلَعَج ْدَقَف ًاموُلْظَم َلِتُق نَمَو

Dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (Qs. al-Isra`: 33). 3. Menjadi sarana taubat dan penyucian dari dosa yang telah dilanggarnya, karena qisas menjadi kafarah (penghapus dosa) bagi pelakunya. Hal ini dijelaskan Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

ْنِم َباَصَأ ْنَمَو ِ ّا ىَلَع ُهُرْجَأَف ْمُكْنِم ىّفَو ْنَمَف َةَي ْلا ْمُِْيَلَع َأَرَق اوُنْزَت َلَو اوُقِرْسَت َلَو اًئْيَش ِ ّلاِب اوُكِرْشُت َل ْنَأ ىَلَع يِنوُعِياَبُت ُهَل َرَفَغ َءاَش ْنِإَو ُهَبّذَع َءاَش ْنِإ ِ ّا ىَلِإ َوَُُف ِهْيَلَع ُ ّا ُهَرَتَسَف اًئْيَش َكِلَذ ْنِم َباَصَأ ْنَمَو ُهَل ٌةَراّفَك َوَُُف ِهْيَلَع َبِقوُعَف اًئْيَش َكِلَذ

“‘Berbai’atlah kepadaku untuk tidak berbuat syirik, tidak mencuri, dan tidak berzina.’ Beliau membacakan kepada mereka ayat, (lalu bersabda), ‘Barangsiapa di antara kalian yang menunaikannya maka pahalanya ada pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan barangsiapa yang melanggar sebagiannya lalu di hukum maka hukuman itu sebagai penghapus dosa baginya. (Adapun) barangsiapa yang melanggarnya lalu Allah tutupi maka urusannya diserahkan kepada Allah, bila Dia kehendaki maka Dia mengazabnya dan bila Dia menghendaki maka Dia mengampuninya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Syarat Kewajiban Qisas

Secara umum, wali (keluarga) korban berhak menuntut qisas, apabila telah syarat-syarat berikut ini telah terpenuhi:

(24)

qisas tidak wajib, kecuali pada pembunuhan yang disengaja, dan kami tidak mengetahui adanya silang pendapat di antara mereka dalam kewajibannya (sebagai hukuman pada) pembunuhan dengan sengaja, apabila terpenuhi syarat-syaratnya.” [9]

2. Korban termasuk orang yang terlindungi darahnya (‘ishmat al-maqtul) dan bukan orang yang dihalalkan darahnya, seperti orang kafir harbi dan pezina yang telah menikah. Hal ini karena qisas disyariatkan untuk menjaga dan melindungi jiwa.

3. Pembunuh atau pelaku kejahatan adalah seseorang yang mukalaf, yaitu berakal dan baligh. Ibnu Qudamah rahimahullah menyatakan, “Tidak ada silang pendapat di antara para ulama bahwa tidak ada qisas terhadap anak kecil dan orang gila. Demikian juga orang yang hilang akal dengan sebab uzur, seperti tidur dan pingsan.” [10]

4. At-takafu’ (kesetaraan) antara korban dan pembunuhnya ketika terjadi tindak kejahatan dalam sisi agama, merdeka, dan budak. Sehingga, seorang muslim tidak di-qisas dengan sebab membunuh orang kafir, dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ٍرِفاَكِب ٌمِلْسُم ُلَتْقُي َل “Tidaklah seorang muslim dibunuh (di-qisas) dengan sebab membunuh orang kafir.” [11] 5. Tidak ada hubungan keturunan (melahirkan), dengan ketentuan korban yang dibunuh adalah anak pembunuh atau cucunya, dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِهِدَلَوِب ُدِلاَولا ُلَتْقُي َل “Orangtua tidak di-qisas dengan sebab (membunuh) anaknya.” [12]

Syekh as-Sa’di rahimahullah ketika menjelaskan syarat diwajibkannya qisas menyatakan, “Pembunuh bukan orangtua korban, karena orangtua tidak dibunuh dengan sebab membunuh anaknya.” [13]

Sedangkan bila anak membunuh orangtuanya, maka si anak tetap terkena keumuman kewajiban qisas.

Syarat Pelaksanaan Qisas

Apabila syarat-syarat kewajiban qisas terpenuhi seluruhnya, maka syarat-syarat pelaksanaannya masih perlu dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah:

1. Semua wali (keluarga) korban yang berhak menuntut qisas adalah mukalaf. Apabila yang berhak menuntut qisas atau sebagiannya adalah anak kecil atau gila, maka hak penuntutan

(25)

Hal ini dilakukan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang memenjarakan Hudbah bin Khasyram dalam qisas, hingga anak korban menjadi baligh. Hal in dilakukan di zaman para sahabat dan tidak ada yang mengingkarinya, sehingga seakan-akan menjadi ijma’ di masa beliau.

Apabila anak kecil atau orang gila membutuhkan nafkah dari para walinya, maka wali orang gila saja yang boleh memberi pengampunan qisas dengan meminta diyaat, karena orang gila tidak jelas kapan sembuhnya, berbeda dengan anak kecil. [14]

2. Kesepakatan para wali korban terbunuh dan yang terlibat dalam qisas dalam pelaksanaannya. Apabila sebagian mereka -walaupun hanya seorang- memaafkan si pembunuh dari qisas, maka gugurlah qisas tersebut. [15]

3. Aman dalam pelaksanaannya dari melampaui batas kepada selain pelaku pembunuhan, dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ًاروُصْنَم َناَك ُهّنِإ ِلْتَقْلا يّف فِرْسُي َلَف ًاناَطْلُس ِهّيِلَوِل اَنْلَعَج ْدَقَف ًاموُلْظَم َلِتُق نَمَو

Dan barangsiapa yang dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (Qs. al-Isra`: 33). Apabila qisas menyebabkan sikap melampaui batas, maka hal tersebut terlarang,

sebagaimana dijelaskan dalam ayat di atas. Dengan demikian, apabila wanita hamil akan

di-qisas, maka ia tidaklah di-qisas hingga ia melahirkan anaknya, karena membunuh wanita tersebut dalam keadaan hamil akan menyebabkan kematian janinnya. Padahal janin tersebut belum berdosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ىَر ْخُأ َر ْزِو ٌةَرِزاَو ُرِزَت َلَو

Dan seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.” (Qs. al-An’am: 164). Siapakah Yang Berhak Melakukan Qisas?

Yang berhak melakukannya adalah yang memiliki hak, yaitu para wali korban, dengan syarat mampu melakukan qisas dengan baik sesuai syariat. Apabila tidak mampu, maka diserahkan kepada pemerintah atau wakilnya. Hal ini tentunya dengan pengawasan dan naungan

pemerintah atau wakilnya, agar dapat mencegah sikap melampai batas dalam pelaksanaannya, serta untuk memaksa pelaksana menunaikannya sesuai syariat. [16]

Demikianlah beberapa hukum seputar qisas. Mudah-mudahan dapat memberikan pencerahan akan keindahan dan pentingnya menerapkan qisas di masyarakat kita.

Wabillahit taufiq.

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. Artikel www.EkonomiSyariat.com

(26)

1. Imam Ibnu Qudamah, al-Mughni, tahqiq Abdullah bin Abdil Muhsin at-Turki, cetakan kedua, tahun 1413 H, penerbit Hajar.

2. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, al-Mulakhash al-Fiqh, cetakan kedua, tahun 1426 H, Jam’iyah Ihya` at-Turats al-Islami.

3. Muhammad bin Shalih Ibnu Utsaimin, asy-Syarhu al-Mumti’ ‘ala Zad al-Mustaqni’, cetakan pertama, tahun 1428 H, Dar Ibnu al-Jauzi, KSA, 14/5.

4. Muhammad Nashirudin al-Albani, Irwa’ al-Ghaalil, al-Maktab al-Islami. 5. Lain-lain.

===

Catatan kaki:

[1] Fathu al-Qadir: 1/179, dinukil dari al-Mulakhash al-Fiqh: 2/471. [2] Al-Mulakhash al-Fiqh: 2/475.

[3] Asy-Syarhu al-Mumti’: 14/34. [4] Al-Mulakhash al-Fiqh: 2/476. [5] HR. at-Tirmidzi, no. 1409.

[6] Lihat: al-Mulakhash al-Fiqh: 2/473 dan asy-Syarhu al-Mumti’: 14/34. [7] Al-Mulakhash al-Fiqh: 2/473.

[8] Lihat: Hasyiyah ar-Raudh al-Murbi’: 7/207. [9] al-Mughni: 11/457.

[10] al-Mughni: 11/481. [11] HR. al-Bukhari, no. 111.

[12] HR. Ibnu Majah no. 2661 dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil no. 2214.

[13] Minhaj as-Salikin, hal. 237.

[14] Lihat: al-Mulakhash al-Fiqh: 2/476. [15] Lihat: asy-Syarhu al-Mumti’: 14/38.

[16] Lihat: asy-Syarhu al-Mumti’: 14/54 dan al-Mulakhash al-Fiqh: 2/478.

http://eaono/islariat.coo//fiaih-n/n//qisas-bentna-aebijiaasanaan-iala/-hnan/-isla/.ht/l

qisas

Pengertian Qisas

Qisas adalah pembayaran yang seimbang antara pelaku dan yang dianiaya seperti bila membunuh harsu dibunuh, mematahkan gigi harus dipatah gigi, dan lain-lain. Firman Allah SWT :

نيعلاب نيعلاو سفنلاب سفنلا نا اُيف مُيلع انبتكو...

Artinya :

(27)

2. Macam-Macam Qisas

Qisas itu terbagi 2 yaitu :

a. Qisas jiwa

Qisas jiwa adalah qisas yang berhubungan dengan jiwa seseorang atau hak hidup seperti pembunuhan. Pembicaraan pada masalah ini berpangkal pada pembicaraan tentang sifat pembunuhan dan pembunuh yang karena berkumpulnya sifat-sifat tersebut bersama korban mengharuskan adanya qisas.tidak semua pembunuhan dapat dikenai qisas melainkan qisas itu hanya dikenakan pada orang yang membunuh tertentu dengan cara pembunuhan tertentu dan korban tertentu. Dan demikian itu karena yang dituntut dalam hal ini tidak lain hanyalah keadilan.

Mengenai pembunuhan yang dapat dikenai qisas haruslah sesuai dengan aturan tertentu dan syarat tertentu, yaitu :

1) Syarat-syarat pembunuh

Fuqaha telah sepakat bahwa pembunuh yang dapat diqisas disyaratkan : berakal sehat, dewasa, menghendaki kematian (korbannya), melangsungkan sendiri pembunuhannya tanpa ditemani orang lain.

Fuqaha berselisih pendapat tentang orang yang dipaksa membunuh dan orang yang memaksanya:

ý Imam Malik, Syafi'ie, Ats-Tsauri, Ahmad, Abu Tsaur dan fuqaha lainnya berpendapat bahwa pembunuhan itu harus dikaitkan kepada pelaksananya, bukan kepada penyuruhnya. Tetapi si penyuruh ini harus dikenai hukuman.

ý Segolongan fuqaha berpendapat bahwa kedua orang itu (pelaksana dan penyuruh) harus dihukum mati.

Demikian itu apabila dalam pembunuhan itu tidak terdapat unsur paksaan dan kekuasaan (kekuatan) dari penyuruh atas orang-orang yang disuruh. Jika si penyuruh mempunyai kekuasaan atas orang yang disuruh, dalam hal ini ada 3 pendapat:

ý Daud, Abu hanifah dan salah satu pendapat Imam Syafi'i bahwa orang yang menyuruh dikenai hukuman mati, sedangkan yang disuruh hanya dikenai hukuman saja, tidak hukuman mati.

ý Salah satu pendapat Imam Syafi'i yang lain bahwa orang yang disuruh dikenai hukuman mati, bukan orang yang menyuruh.

ý Imam Malik berpendapat bahwa keduanya harus dihukum mati.

2) Sifat pembunuhan

(28)

alat-alat yang biasanya tidak dipakai untuk membunuh. Maka pembunuhan seperti ini tidak dikenai qisas tetapai hanya dikenai diyat saja.

3) Syarat-syarat korban

Mengenai syarat-syarat yang mengharuskan qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh, maka korban tersebut harus sepadan dengan jiwa orang yang membunuhnya. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan nilai jiwa seseorang dengan lainnya ialah keislaman, kekafiran, kemerdekaan, kehambaan, kelelakian, kewanitaan, satu orang atau banyak orang.

b. Qisas anggota badan (pelukaan)

Pelukaan itu ada 2 macam; pelukaan yang dikenai qisas dan pelukaan yang dikenai diyat atau pemaafan.

Mengenai pelukaan yang dapat dikenai qisas meliputi syarat-syarat orang yang melukai, syarat-syarat pelukaan yang mengakibatkan qisas serta syarat-syarat orang yang dilukai.

1) Syarat orang yang melukai

Orang yang melukai itu harus mukallaf (baligh (dewasa) dan berakal).jika seseorang

memotong anggota tubuh orang lain, maka tidak diperselisihkan lagi bahwa ia dikenai qisas, jika pelukaan itu mengakibatkan qisas.

2) Syarat orang yang dilukai

Jiwa orang yang dilukai itu disyaratkan seimbang dengan jiwa orang yang melukai. Adapun faktor yang mempengaruhi keseimbangan ini ialah kehambaan dan kekufuran.

3. Sanksi-Sanksi

Qisas itu dilaksanakan pada kasus :

a. Pembunuhan sengaja yang dilakukan oleh orang yang berakal sehat, dewasa, menghendaki kematian (korbannya), melangsungkan sendiri pembunuhannya tanpa ditemani orang lain.

b. Sebagian pelukaan yang mengakibatkan harus di qisas.

Sedangkan qisas tidak dapat dilaksanakan pada kasus :

a. Hilanganya tempat untuk di qisas, yaitu hilangnya anggota badan atau jiwa orang yang mau di qisas sebelum dilaksanakan hukuman qisas.

b. Pemaafan, para ulama sepakat tentang pemaafan qisas bahkan lebih utama daripada menuntutnya. Firman Allah SWT:

ةرقبلا ) ...ئيش هيخا نم هل ىفع نمف 178

(

(29)

c. Perdamaian, yaitu berdamainya antara pelaku dan korban.

d. Diwariskan hak qisas, contoh bila ahli waris adalah anak pembunuh yakni penuntut dan penanggung jwab qisas itu orangnya sama. Jelasnya mislanya A membunuh saudara sendiri yang tidak mempunyai ahli waris kecuali dirinya sendiri.

(sumber:fadliyanur.blogspot.com)

Pembunuhan adalah melenyapkan nyawa orang lain, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, baik dengan menggunakan alat yang dapat mematikan maupun dengan alat yang tidak dapat mematikan.

2. Dasar Hukum Larangan Membunuh

Dasar Hukum dilarangnya melakukan pembunuhan adalah QS. Al-Isra ayat 33, QS. Al-Baqarah ayat 178, QS. An-Nisa ayat 92, dan Hadis Nabi saw.

3. Macam-macam Pembunuhan dan sanksinya

Pembunuhan ada 3 )tiga( macam, yaitu :

a. Pembunuhan yang disengaja (qathlu al-‘amd), yaitu pembunuhan yang

dilakukan secara terencana dengan menggunakan alat yang biasa digunakan untuk membunuh )seperti; senjata api, bom, senjata tajam lainnya(, menggunakan alat yang dapat mematikan )seperti; dipukul dengan tongkat, batu besar, dan sejenisnya(, menggunakan anggota badan pelaku pembunuhan )seperti; dicekik, dinjak-injak, dan semacamnya( atau tanpa menggunakan alat )seperti; membiarkan tanpa diberi makan dan minum(.

Hukumannya )sanksinya( adalah :

1( Qisas, yaitu dihukum mati.

2( Diyat, yaitu denda berupa benda atau uang jika dimaafkan oleh keluarga

korban.

3( Kafarat, yaitu hukuman sebagai bentuk taubat kepada Allah swt.

b. Pembunuhan seperti sengaja (qathlu sibhu al-‘amd), yaitu pembunuhan

yang dilakukan tanpa disengaja dengan menggunakan alat yang biasanya tidak mengakibatkan kematian. Seperti; mendorong orang lain hingga jatuh, melempar orang lain dengan batu kerikil, dan semisalnya.

Hukumanya )sanksinya( adalah :

1( Diyat, yaitu denda berupa benda atau uang.

2( Kafarat, yaitu hukuman sebagai bentuk taubat kepada Allah swt.

c. Pembunuhan tidak disengaja (qathlu al-Khatha’), yaitu pembunuhan yang

(30)

kesalahan atau kekeliruan. Seperti; seseorang meleset melempar buah dengan menggunakan batu dan terkena orang lain yang mengakibatkan kematian.

Hukumannya )sanksinya( adalah :

1( Diyat, yaitu denda berupa benda atau uang.

2( Kafarat, yaitu hukuman sebagai bentuk taubat kepada Allah swt.

B. QISAS

1. Pengertian

Qisas adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan atau bagi pelaku pengrusakan anggota badan orang lain yang dilakukan dengan sengaja.

2. Dasar Hukum Qisas

Dasar hokum qisas adalah QS. Al-Baqarah ayat 178, QS. An-Nisa ayat 93, dan Hadis Nabi saw.

d. Orang yang terbunuh terpelihara darahnya.

e. Orang yang dibunuh sama derajatnya dengan pembunuh.

f. Qisas dilakukan dalam hal yang sama. Seperti: jiwa dengan jiwa, anggota

badan dengan anggota badan yang sama. 4. Macam-macam Qisas

Qisas terdiri dari 2 )dua( macam, yaitu :

a. Qisas jiwa, artinya orang yang melenyapkan jiwa orang lain maka

dihukum dengan jiwa pelaku pembunuhan.

b. Qisas anggota badan, artinya orang yang merusak, melukai, atau

menghilangkan fungsi anggota badan orang lain maka dihukum dengan merusak, melukai atau menghilangkan fungsi anggota badan pelakunya. 5. Pembunuhan oleh Masa

(31)

Imam Malik berpendapat bahwa sekelompok orang yang bersekongkol melakukan pembunuhan, maka semuanya harus diqisas.

6. Hikmah Qisas

a. Melindungi jiwa dan raga manusia

b. Menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat

c. Terciptanya ketertiban, keamanan, dan kedamaian dalam masyarakat.

d. Mencegah dari pelaku kejahatan

e. Memberikan efek jera

C. DIYAT

1. Pengertian

Diyat adalah denda, yaitu denda yang diwajibkan terhadap pelaku pembunuhan yang tidak dikenakan qisas atau terkena hukum qisas tetapi dimaafkan oleh keluarga korban, dengan membayar sejumlah barang atau uang sebagai pengganti hukum qisas.

2. Macam-macam dan Dasar Hukum Diyat

a. Diyat Mughalladzah )denda berat(, yaitu membayar denda berupa 100

ekor unta terdiri dari; 30 ekor hiqqah )unta betina umur 3-4 th(, 30 ekor jadza’ah )unta betina umur 4-5 th(, dan 40 ekor khalafah )unta betina yang bunting(.

Diyat Mughalladzah ini dikenakan terhadap pelaku :

1( Pembunuhan disengaja tetapi dimaafkan oleh anggota keluarga korban,

dan dibayarkan secara tunai.

2( Pembunuhan seperti sengaja. Dibayarkan selama 3 )tiga( tahun, setiap

tahunnya sepertiganya.

3( Pembunuhan yang tidak disengaja yang dilakukan di tanah haram

)Mekkah(, atau di bulan-bulan haram, seperti; bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

4( Pembunuhan yang tidak disengaja yang dilakukan terhadap mahramnya,

selain orang tua terhadap anaknya.

b. Diyat Mukhaffafah )denda ringan(, yaitu membayar denda berupa 100

ekor unta terdiri dari; 20 ekor hiqqah, 20 ekor jadza’ah, 20 ekor binta labun )unta betina umur 2 th lebih(, 20 ekor ibnu labun )unta jantan umur 2 th lebih(, dan 20 ekor binta makhad )unta betina umur 1 th lebih(.

Diyat Mukhafafah ini dikenakan terhadap pelaku :

1( Pembunuhan yang tidak disengaja yang dilakukan selain di tanah haram

)Mekkah(, bulan-bulan haram, dan bukan terhadap mahramnya. Pembayarannya selama 3 )tiga( tahun , dan setiap tahunnya sepertiganya.

2( Orang yang sengaja memotong, membuat cacat, atau melukai anggota

Referensi

Dokumen terkait

Konsep adaptasi berpangkal pada suatu keadaan lingkungan hidup yang merupakan sebuah masalah untuk organisme dan penyesuaian tersebut merupakan penyelesaian dari masalah

Selain itu,dapat dipetik dari sanksi hukum pidana pembunuhan adalah pihak keluarga korban diberikan hak otonomi sepenuhnya untuk memilih hukuman yang bakal dikenakan

tanah banyak dijumpai dalam masalah teknis yang berhubungan dengan tanah.. Sifat-sifat ini kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah-masalah..

Imam Al-Haramain sebagai tokoh penganut madzab Syafi’iyah yang sangat meluaskan dalam mengkategorikan pembunuhan yang menghalangi hak mendapatkan waris, dengan

Ma’rifatulláh tercermin dengan terlaksanakannya perjalanan hidup yang ditempuhnya dengan maqamat seperti :kefakiran seseorang karena maknanya tidak meminta lebih dari apa yang

Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologik seperti darah,

Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap

Psikologi pendidikan sebagai ilmu yang meneliti masalah jiwa dan aktivitas psikologis seseorang dalam kaitannya dengan pendidikan sebagai interaksi adalah disiplin yang cukup penting