UJI NORMALITAS SISTEM TRANSPORTASI KOTA BOGOR DALAM MENGATASI KEMACETAN
Viera Mustika Octaviani
Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, octavianiviera28@gmail.com Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota - Universitas Pasundan Bandung
Jl. Dr. Setiabudhi No.193, Kota Bandung
I. Pendahuluan
Pesatnya pembangunan di Jakarta merupakan daya tarik tersendiri dan hal
tersebut berpengaruh kepada wilayah-wilayah di sekitarnya. Tingginya aktifitas
ekonomi berbagai sector yang berlangsung di Jakarta, menuntut pemenuhan
kebutuhan akan tenaga kerja di sector tersebut. Tenaga kerja dari wilayah sekitar
Jakarta,berbagai penjuru nusantara, maupun dari luar Indonesia, datang untuk
menjadi pekerja di Jakarta. Luas lahan yang tersedia tidak sebanding dengan
tingginya aktifitas ekonomi di Jakarta, sehingga tidak tersedia cukup ruang bagi para
pekerja tersebut untuk tinggal disana. Apabila tersedia harganya tinggi.
Kota Jakarta disangga oleh beberapa kota disektiarnya, seperti Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (BODETABEK). Dalam konteks kota penyangga, selain
menimbulkan beban transportasi antar dan intern kota, pesatnya pembangunan di
Jakartapun meningkatkan intensitas perubahan tata guna lahan sebuah kota
penyangga. Transportasi merupakan turunan dari kombinasi tata guna lahan yang
saling membutuhkan yang kemudian membentuk suatu pergerakan dari guna lahan
satu ke guna lahan yang lain. Peningkatan intensitas perubahan tata guna lahan
menambah beban transportasi di sebuah kota.
Wilayah di sekitar Jakarta memiliki kepadatan dan harga yang relative lebih
bekerja di Jakarta. Hal ini menimbulkan fenomena komuter atau penglaju, dimana
seorang penglaju yang tinggal di luar Jakarta, setiap harinya menempuh perjalanan
antar kota menuju Jakarta, untuk pergi bekerja. Fenomena penglaju menambah beban
transportasi, baik transportasi antar kota sekitar Jakarta- sebagai kota- kota penyangga – dengan kota Jakarta, maupun beban transportasi di dalam kota-kota penyangga itu sendiri.
Pemerintah telah menyusun sejumlah peraturan untuk mengatasi kemacetan di
Kota Bogor, yang beberapa di antaranya telah telah dijalankan dan sebagian lainnya
masih merupakan wacana dari pemerintah Kota Bogor. Adapun peraturan-peraturan
yang telah diberlakukan, yakni:
Mei 2009, namun diundur hingga September 2009.
Ruas R0, Kedunghalang – Simpang Yasmin, Kedungwaringin (4 kilometer) ruas Kedunghalang-Kedungbadak (seksi 2A), telah beroperasi dan khusus
untuk seksiII akan dibangun konstruksi jalan layang.
Ruas R1, Simpang Yasmin, Kedungwaringin — Dramaga (3,2 kilometer)
2. Pembatasan jam operasi angkutan umum Kota Bogor (shifting) dan izin
perpanjangan trayek. Dengan peraturan ini, terjadi penurunan jumlah angkot
sebanyak 94 unit, dimana pada tahun 2000 jumlah angkot di Kota Bogor
pembatasan jam operasi ini akan dikaji ulang karena kemacetan kota Bogor
yang tidak kunjung berkurang seiring dengan pengurangan jumlah angkot.
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis.
Hupo artinya sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah
kebenarannya. Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu
hipotesis nol dan alternatif. Pada statistik, hipotesis nol diartikan sebagai tidak
adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya perbedaan
antara ukuran populasi dan ukuran sampel. Dengan demikian hipotesis yang diuji
adalah hipotesis nol, karena memang peneliti tidak mengharapkan adanya
perbedaan data populasi dengan sampel.selanjutnya hipotesis alternatif adalah
lawan hipotesis nol, yang berbunyi ada perbedaan antara data populasi dengan data
sampel. Sedangkan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah
pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji
kebenarannya, sehingga istilah hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu
diuji kebenarannya.
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih
populasi. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang
mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut.
Hipotesis statistik ialah suatu pernyataan tentang bentuk fungsi suatu variabel atau
tentang nilai sebenarnya suatu parameter. Suatu pengujian hipotesis statistik ialah
prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk
menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan/diuji. Ho dapat
berisikan tandakesamaan (equality sign) seperti : = , ≤ , atau ≥. Bilamana Ho berisi tanda kesamaan yang tegas (strict equality sign) = , maka Ha akan berisi tanda
(weak inequality sign) ≤ , maka Ha akan berisi tanda ketidaksamaan yang kuat (stirct inequality sign)> ; dan jika H0 berisi ≥, maka Ha akan berisi <.
Saya menghipotesiskan berupa : Ho : Sistem transportasi memiliki distribusi normal
& kemacetan
II. Teori
a. Definisi Sistem Transportasi
Morlok (1978) mendefinisikan transportasi sebagai “suatu tindakan, proses, atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya”.
Secara lebih spesifik transportasi di definisikan sebagai “kegiatan pemindahan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya”. Dalam terdapat unsur pergerakan (movement), dan secara fisik terjadi perpindahan
atas orang atau barang dengan atau tanpa alat pengangkutan ketempat lain. Di sini
pejalan kaki adalah perpindahan orang tanpa alat pengangkut.
Sistem : adalah suatu bentuk antara 1 variabel atau komponen dengan variable
atau komponen yang lain. Transportasi : adalah kegiatan yang penunjang atau
kelancaran tempat ke tempat yang lain.
Sistem : adalah suatu bentuk keterkaitan antara satu variabel atau komponend
angan variabel atau komponen yang lainya.
Sistem transportasi adalah suatu bentuk keterkaitan antara penumpang atau barang,prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangkaian perpindahan orang
ataubarang yang tercakup dalam suatu tatanan.
Sistem transportasi bertujuan untuk proses transportasi dapat dicapai optimum
dalam ruang dan waktu tertentu dengan mempertimbangkan faktor
keamanan,kenyamanan, kelancaran serta efisiensi waktu dan biaya. Sistem
transportasi bermanfaat untuk perjalanan, bepergian, dan lalu lintas.Perjalanan adalah
menikmati perjalanan dalam proses perpindahan dari suatu tempat ketempat yang lain
dan bukan bertujuan menikmati apa yang terjadi sepanjang lintasan. Lalulintas adalah
menyangkut lalu lalangnya orang atau barang dari suatu tempat ke tempatyang lain
yang akhirnya menimbulkan lalu lintas.
b. Aksesibilitas
Aksesibiltas adalah konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan
secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya.
Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan bagaimana
lokasi tataguna lahan berintekasi satu dengan yang lain dan bagaimana mudah dan
susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
Klasifikasi tingkat aksesibilitas:
Dari tabel diatas menunjukkan suatu tempat dikatakan ”aksesibel” jika sangat dekat dengan tempat lainnya, dan ”tidak aksesibel” jika berjauhan. Konsep ini sangat sederhana dimana hubungan transportasi dinyatakan dalam jarak (km), Saat ini jarak
merupakan suatu variabel yang tidak begitu cocok, karena orang lebih cenderung
menggunakan variabel waktu tempuh sebagai ukuran aksesibilitas.
Pengukuran Aksesibiltas di daerah perkotaan :
Black dan Conroy (1977) membuat ringkasan cara mengukur aksesibilitas di
dalam daerah perkotaan. Daerah perkotaan dibagi menjadi N zona dan semua aktifitas
terjadi di pusat zona. Aktivitas diberi notasi A. Aksesibiltas suatu zona adalah ukuran
intensitas di lokasi tataguna lahan (misal: jumlah lapangan kerja) pada setiap zona di
dalam kota tersebut dan kemudahan untuk mencapai zona tersebut melalaui sistem
jaringan transportasi.
* Ukuran fisik aksesibilitas
Ki = aksesibilitas zona i ke zona lainnya (j)
Aj = ukuran aktivitas pada setiap zona j
tij = ukuran waktu atau biaya dari zona asal i ke zona tujuan j.
c. Mobilitas
Mobilitas adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak yang
biasanya dinyatakan dengan kemampuannya membayar biaya transportasi. Jika
aksesibilitas ke suatu tempat tinggi, maka mobilitas orang ke tempat tersebut juga
tinggi selama biaya aksesibilitas ke tempat tersebut mampu dipenuhi.
d. Traffic Counting
ATCS (Automatic Traffic Counting System) adalah sistem penghitung
otomatis kendaraan yang dilengkapi dengan analisis otomatis situasi dan
karakteristik lalu lintas dengan kemampuan adalah sebagai berikut :
Penghitung otomatis jumlah kendaraan, Klasifikasi jenis kendaraan,
Deteksi tingkat kepadatan lalu lintas,
Analisis data statistik lalu lintas serta penyajian status lalu lintas (statistik,
gambar dan video) secara akurat, valid, real time dan komprehensif,
Dikembangkan secara customized & dinamis, sehingga dapat mengikuti
tuntutan perubahan & perkembangan kondisi lalu lintas, infrastruktur,
lingkungan operasi, dan budaya masyarakat Indonesia.
e. Definisi Kemacetan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) definisi kemacetan ialah
itu, Hoeve (1990) juga mengatakan bahwa “Kemacetan merupakan masalah yang timbul akibat pertumbuhan dan kepadatan penduduk” sehingga arus kendaraan bergerak sangat lambat. Kemacetan merupakan situasi atau keadaan tersendatnya
atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah
kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar,
terutamanya yang tidak mempunyai transportasi umum yang baik atau memadai
ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Dapat
dikatakan bila kemacetan merupakan suasana menumpuknya kendaraan yang ada di
jalan raya yang disebabkan oleh kapasitas jalan yang tidak sepadan dengan jumlah
kendaraan yang ada. Angka dari jumlah kendaraan yang terus bertambah dan
kapasitas jalan yang tetap menyebabkan terjadinya penumpukan jumlah kendaraan di
dalam jalan raya. Adapun hukum yang berkaitan dengan lalu lintas adalah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
f. Alternatif Usulan Kebijakan Pemerintah untuk Mengatasi Kemacetan
Memberlakukan pembatasan kuantitas angkutan umum dan beralih ke moda transportasi umum berkapasitas besar, seperti Transpakuan, dengan trayek
yang diperbanyak. Kendaraan angkutan umum yang over supply ini
cenderung membuat pendapatan supir angkutan terlalu kecil karena kapasitas
angkut yang jauh melebihi demand yang ada. Over supply ini juga memicu
penuhnya ruas jalan di kota Bogor oleh angkutan umum yang ngetem mencari
penumpang.
Memberlakukan penegakan hukum yang ketat mengenai pemberlakuan shift agar tidak ada supir angkutan umum yang melanggar.
Penegakan hukum yang ketat mengenai perilaku supir angkutan umum yang sering kali tidak mematuhhi rambu-rambu lalu lintas dan membahayakan
kecelakaan akibat perilaku supir angkutan umum ini seringkali mengundang
kemacetan.
Perlu adanya peraturan mengenai kenaikan harga BBM yang berbeda untuk
kendaraan umum dan pribadi, dimana pada SPBU
diberlakukan clustering pom bensin dengan harga lebih rendah untuk
kendaraan umum dan harga BBM full non subsidi untuk kendaraan pribadi.
Hal ini akan memicu rakyat untuk beralih untuk menggunakan kendaraan
umum daripada menggunakan kendaraan pribadi apabila daya belinya tidak
cukup kuat untuk menanggung harga BBM non subsidi. Dengan
pemberlakuan pom bensin dan harga BBM yang lebih tepat sasaran seperti ini
secara otomatis akan mengurangi anggaran negara untuk subsidi BBM.
Perbaikan sistem transportasi umum, yang dibuat nyaman serta tepat waktu. Apabila transportasi umum sudah cukup nyaman dan tersedia dengan
kapasitas yang memadai, maka penduduk Kota Bogor tidak akan lagi merasa
enggan untuk memakai kendaraan umum daripada kendaraan pribadi. Dengan
begitu, volume kendaraan di Kota Bogor dapat berangsur berkurang. Hal ini
dapat dilakukan dengan kerja sama dengan pihak swasta untuk mensponsori
pembangunan fasilitas transportasi umum.
Memperkenalkan sistem GPS pada pengguna kendaraan pribadi di Kota Bogor, sehingga pemerintah dapat mengarahkan pengguna kendaraan pribadi
tersebut untuk menghindari jalan yang padat dan terhindar dari kemacetan.
Ada baiknya apabila setiap kendaraan pribadi diharuskan oleh pemerintah
Kota Bogor untuk mempunyai GPS dalam mobilnya
g. Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi
normal baku. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data
Uji Kolmogorov Smirnov didefinisikan sebagai berikut:
𝐻0= Data mengikuti distribusi tertentu
𝐻1= Data tidak mengikuti distribusi tertentu
Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang
lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan
grafik.
Kelemahan dari Uji Kolmogorov Smirnov, yaitu bahwa jika kesimpulan kita memberikan hasil yang tidak normal, maka kita tidak
bisa menentukan transformasi seperti apa yang harus kita gunakan
untuk normalisasi.
Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat
perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi
perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa
jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan
yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal.
p < 0,05 distribusi data tidak normal p ≥ 0,05 distribusi data normal
III. Aplikasi Dalam SPSS a. Signifikasi
Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Uji Normalitas Kolmogorov - Smirnov dengan pada taraf signifikansi 0,05.
b. Dasar Pengabilan Keputusan
Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi
normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Tahapan Pengerjaan
Berikut merupakan langkah-langkah dalam menggunakan Uji Normalitas
Kolmogorof-Smirnov pada SPSS, diantaranya:
1. Buka SPSS
2. Klik Variabel View, kemudian pada bagian Name tulis saja
Pelayanan, kemudian di baris selanjutnya Harga, dan baris
berikutnya Kepuasan, pada kolom Type ubah menjadi Numeric.
3. Kemudian pindahkan ke bagian Data View dan lengkapi data
seperti gambar di bawah ini.
4. Klik menu Analyze, kemudian pilih Nonparametric Tests dan pilih
5. Selanjutnya akan muncul kotak dengan nama One-Sample
6. Klik OK, maka akan keluar hasil sebagai berikut.
Dalam pengambilan keputusan, dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. pada Tabel One Sample Kolmogorov – Smirnov Test. Maka dapat dilihat kesimpulannya sebagai berikut:
a. Berdasarkan variable volume kendaraan : Nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,931 yang lebih kecil dari 0,05, maka
kesimpulan variable volume kendaraan memiliki distribusi
data yang normal.
b. Berdasarkan variable pelayanan : Nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,629 yang lebih kecil dari 0,05 maka
kesimpulannya variable pelayanan memiliki distribusi data
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/8105249/SISTEM_TRANSPORTASI_1_I._PENDAHUL
UAN. Februari, 28,2018.
https://www.scribd.com/doc/9723597/Pengelolan-Sistem-Transportasi-Kota-Bogor.
Februari, 28,2018.
http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/STATS/AriRiz/MA%20Kol