• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Sosiologis Mengenai Aborsi Ill

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pandangan Sosiologis Mengenai Aborsi Ill"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Pandangan Sosiologis Mengenai Aborsi Illegal pada Remaja Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sosiologi

Disusun Oleh:

Rizka Aldiany T. S. H 190110140017 Nadya Luthfiyah 190110140021 Titik Sarifatun 190110140071

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah...3

1.3 Batasan Masalah...4

1.4 Rumusan Masalah...5

1.5 Tujuan...5

BAB II...7

TINJAUAN PUSTAKA...7

2.1 Aborsi...7

2.2 Remaja...8

2.3 Kesehatan...9

2.4 Gender...10

2.5 Institusi Sosial...11

2.6 Perubahan Sosial...11

2.7 Penyimpangan...11

(3)

2.9 Kelompok Sosial...15

BAB III...19

METODOLOGI PENELITIAN...19

3.1 Metode Penulisan...19

3.2 Teknik Analisis Data...20

BAB IV...21

PEMBAHASAN...21

4.1 Pandangan Kesehatan Mengenai Aborsi Pada Remaja...21

4.2 Peran Gender Dalam Aborsi Pada Remaja...23

4.3 Peran Institusi Sosial dalam memandang Aborsi Pada Remaja...24

4.4 Perubahan Sosial Mempengaruhi Aborsi Pada Remaja...27

4.5 Penilaian Masyarakat Terhadap Aborsi Pada Remaja Sebagai Penyimpangan Sosial...30

4.6 Peran Kontrol Sosial Dalam Tindakan Aborsi Pada Remaja...31

4.7 Peran Kelompok Sosial Dalam Tindakan Aborsi Pada Remaja...32

BAB V...33

PENUTUP...33

5.1 Simpulan...33

5.2 Saran...34

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi membawa perubahan yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia, baik dari segi ekonomi, social budaya hingga nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat. Perkembangan teknologi memberikan kemudahan dalam segala hal, seperti peningkatan ekonomi, efektifitas waktu dan mempermudah pekerjaan manusia, akan tetapi mempunyai sisi negatif yang tak dapat dihindarkan, yakni masuknya paham dan pola pergaulan dari tempat asalnya, yakni Negara Amerika Serikat dan Negara Eropa.

Invasi kebudayaan Barat begitu mudah dimerasuki masyarakat, seperti music, gaya berpaikan, gaya hidup bahkan dalam pergaulan. Saat ini yang paling menghwartirkan adalah pergaulan remaja yang cenderung menganut pola pergaulan yang bebas, yakni mengabaikan norma dan nilai yang ada dimasyarakat pada umumnya. Dimana tidak sedikit yang akhirnya melakukan aborsi sebagai jalan pintas untuk menutupi keselahan dari pergaulan mereka.

(5)

dalam pasal 15 ayat 2 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992.

Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan tingkat aborsi global adalah 28 dari 1.000 perempuan pertahun. Dikutip dari Tempo tanggal 29 Mei 2015 menyebutkan, sebanyak 70 persen perempuan yang mengakses layanan aborsi adalah remaja. Mereka umumnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

Fakta tersebut sungguh mencengangkan, bagaiman pola pergaulan remaja yang telah bergeser sedemikian rupa, dimana mereka dengan mudahnya melakukan perbuatan seks sebelum menikah. Padahal, dari segi umur dan tingkat kematangan emosi mereka belum cukup dewasa untuk melakukannya. Dimana aborsi dijadikan satu-satunya solusi untuk menghapuskan kesasalahan yang telah diperbuat.

Pemerintah, masyarakat, keluarga bahkan system pendidikan pun memiliki peranan dalam menciptakan pandangan atau pola pikir remaja mengenai aborsi. Dalam keadaan tersebut, remaja tidak dapat terlepas dari norma dan nilai yang ada dilingkungannya, karena manusia pada hakikatnya termasuk makhluk social.

(6)

1.2 Identifikasi Masalah a. Definisi Konseptual

Menurut World Health Organization (WHO) 1998, aborsi didefinisikan sebagai upaya terminasi kehamilan yang dilakukan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan.

Aborsi yang tidak aman atau unsafe abortion adalah aborsi yang dilakukan dengan menggunakan metode beresiku tinggi, bahkan fatal dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak terampil sserta komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian wanita usia reproduksi.

b. Definisi Operasional 1. Wanita yang hamil

2. Wanita yang mengalami pendarahan hebat pada rahim 3. Canalis servicalis terbuka

4. Kram dan nyeri pada perut bagian bawah 5. Keluarnya cairan dari jalan lahir

6. Keluarnya jaringan dari jalan lahir (plasenta) 7. Hilangnya gejala kehamilan

Menurut badan WHO (World Health Organization), berdasarkan estimasi yang dilakukan mengenai tingkat kejadian aborsi yang tidak aman pada tahun 2008, Asia Tenggara merupakan wilayah dengan tingkat aborsi tidak aman yang paling tinggi, yakni sebesar 7.420.000. Di Indonesia, sekitar 11 sampai 14 persen dari kematian ibu disebabkan oleh aborsi yang tidak aman dan 17 persen dari kelahiran yang terjadi adalah kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan. Sementara itu, menurut PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), 16 persen dari wanita yang melakukan aborsi adalah wanita yang belum menikah.

(7)

ikatan pernikahan yang dapat berujung pada terjadinya tindak aborsi. Fenomena tersebut tentunya menuai perhatian masyarakat yang merasa terganggu dan ingin melakukan perubahan terhadap hal tersebut. Pada saat ini aborsi tidak lagi hanya menjadi masalah kesehatan, tetapi juga menjadi suatu masalah sosial yang dihadapi oleh seluruh dunia, termasuk Indonesia.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang ada pada makalah ini, yaitu:

1. Aborsi dalam makalah ini kami batasi berupa aborsi buatan (provocation) yang bersifat illegal.

2. Subjek yang termasuk dalam pembahasan ini adalah remaja (usia13 – 20 tahun) yang belum menikah dan melakukan pergaulan bebas.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan kami bahas adalah:

1. Bagaimana pandangan sosiologis terhadap aborsi pada remaja? 2. Bagaimana pandangan kesehatan mengenai aborsi pada remaja? 3. Bagaimana peran gender dalam aborsi pada remaja?

4. Bagaimana peran institusi sosial dalam memandang aborsi pada remaja?

5. Bagaimana perubahan sosial mempengaruhi aborsi pada remaja?

6. Bagaimana masyarakat menilai aborsi pada remaja sebagai penyimpangan sosial?

(8)

1.5 Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pandangan sosiologis terhadap aborsi pada remaja 2. Untuk mengetahui pandangan kesehatan mengenai aborsi pada remaja 3. Untuk mengetahui peran gender dalam aborsi pada remaja

4. Untuk mengetahui peran institusi sosial dalam memandang aborsi pada remaja

5. Untuk mengetahui perubahan sosial mempengaruhi aborsi pada remaja 6. Untuk mengetahui masyarakat menilai aborsi pada remaja sebagai

penyimpangan sosial

7. Untuk mengetahui peran kontrol sosial dalam tindakan aborsi pada remaja 8. Untuk mengetahui peran kelompok sosial dalam tindakan aborsi pada

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Aborsi

Aborsi menurut KUHP adalah Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu). Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu). Dari segi medikolegal maka istilah abortus, keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.

Sedangkan menurut UU Kesehatan Nomor 23/1992 pasal 15, Disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari kalimat ‘tindakan medis tertentu’ salah satunya adalah aborsi

Selain pengertian diatas disebutkan pula bahwa aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provocatus). Yakni, kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhebti karena factor-faktor alamiah (abortus spontaneous).

(10)

 Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus

 Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis  Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).

Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

2.2Remaja

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi

wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah: masa peralihan diantara

(11)

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12

hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

2.3Kesehatan

Menurut WHO, sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.

(12)

1. Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2. Sehat Mental

Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In Corpore Sano).

3. Sehat Spritual

Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

2.4Gender

Atribut sosial, psikologis dan budaya dari maskulinitas dan feminitas yang didasarkan atas perbedaan biologis sebelumnya (Tishler, 2010).

2.5Institusi Sosial

(13)

2.6Perubahan Sosial

Perubahan signifikan dari waktu ke waktu dalam pola perilaku dan budaya (Moore 1967). Menurut Ogburn, perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik materiil maupun immaterial, dan menekankan besarnya pengaruh unsur materiil terhadap unsur immaterial.

2.7Penyimpangan

Menurut James Vander Zanden, (1979) penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Sedangkan menurut Wickman, (1991) penyimpangan adalah perilaku yang melanggar standar perilaku atau harapan dari kelompok atau lingkungan sosial.

Penyimpangan dapat juga berupa pelanggaran norma-norma kelompok baik yang diformulasikan ke dalam hukum ataupun tidak. Sifatnya relatif, tergantung lingkungan sosial dan waktu.

2.7.1 Penyimpangan dari berbagai perspektif: a. Perspektif Fungsionalis

Emile Durkheim (1964):

– Hukuman dibentuk dalam suatu kebudayaan untuk membantu membentuk tingkah laku yang diinginkan dan stabilitas.

Anomie: Lingkungan sosial kehilangan arah ketika kontrol sosial tidak efektif.

b. Perspektif Interaksionis

(14)

Cultural transmission: Manusia belajar bagaimana

bertingkah laku pada situasi sosial, apakah baik atau buruk. – Differential association: Proses dimana seseorang terpapar

sikap dan perilaku kriminal (Sutherland). Routine Activities Theory:

– Tindak kriminal meningkat ketika ada pelaku dan kesempatan.

– Tindak kriminal terjadi bersamaan dengan kegiatan sehari-hari (Marcus Felson and Lawrence E. Cohen).

c. Teori Labeling = Societal-Reaction approach

– Berfokus pada polisi, psikiater, psikolog, hakim, guru, pegawai, dan semua petugas penegak kontrol sosial

– Mereka menciptakan identitas pelaku penyimpangan – Ada kondisi yang tidak sama

d. Perspektif Konflik

Orang yang berkuasa akan mempertahankan hak-hak mereka dan definisi penyimpangan disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

e. Perspektif Feminisme

(15)

istrinya tidak ingin melayani suaminya dalam hal kegiatan seksual, tidak termasuk ke dalam tindakan hukum.

2.7.2 Jenis-Jenis Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Tindakan Kriminal atau Kejahatan

Tindakan kriminal atau kejahatan dilihat bertentangan dengan norma hukum, sosial, dan agama. Perilaku yang termasuk dalam penyimpangan ini adalah pencurian, pemerkosaan, dan perampokan.

2) Penyimpangan Seksual

Perilaku yang termasuk ke dalam penyimpangan seksual salah satunya adalah perilaku seks di luar nikah. Perilaku ini dilakukan oleh seorang pria dan wanita yang belum atau tidak memiliki ikatan resmi atau menikah.

3) Penyimpangan dalam Bentuk Gaya Hidup

Perilaku yang termasuk ke dalam penyimpangan ini diantaranya adalah sikap manusia itu sendiri. Sikap arogansi, bisa saja preman jahat, anggota boyband itu homoseksual.

2.8 Kontrol Sosial

(16)

sosial diantaranya adalah keluarga, teman sebaya (peer group), pegawai, dan pemerintahan.

Kontrol sosial dapat dibedakan menjadi kontrol sosial informal dan kontrol sosial formal. Kontrol sosial informal biasanya untuk memperkuat norma yang berlaku, biasanya berupa gestur dari tubuh seperti senyuman, tertawa, menaikan alis, melotot. Kontrol sosial formal dibawa oleh orang yang memiliki ototritas, seperti polisi, juri, dan sebagainya. Fungsi dari kontrol sosial formal juga usaha untuk bila kontrol sosial informal dan sosialisasi tidak berfungsi.

2.8.1 Sanksi

Sanksi adalah hukuman dan imbalan untuk perilaku yang menyangkut norma sosial

2.8.2 Conformity and Obedience

Conformity adalah mengikuti keinginan teman sebaya yang tidak memiliki hak untuk mengendalikan perilaku kita. Sedangkan obedience adalah mengikuti perintah dari orang dengan otoritas lebih tinggi

2.8.3 Hukum

Adalah kontrol sosial yang dilakukan oleh pemerintah (Black, 1995), hukum diciptakan sebagai respon terhadap kebutuhan masyarakat, tidak statis

2.8.4 Teori Kontrol Travis Hirchi

(17)

2.9Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. (Josep S Roucek dan Roland S. Warren). Sedangkan menurut Schaefer, kelompok sosial adalah sekelompok orang yang memiliki norma, nilai, dan harapan yang sama yang berinteraksi satu sama lain secara teratur.

2.9.1 Kriteria himpunan manusia dapat disebut kelompok sosial

4) Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku 5) Bersistem dan berproses

2.9.2 Social aggregate

Orang yang kebetulan bersama-sama dalam satu kesempatan. 2.9.3 Karakteristik Kelompok

1) Sifatnya permanen

2) Memiliki alat/metode untuk mengidentifikasi anggota kelompok 3) Memilikimekanisme untuk menerima anggota kelompok baru 4) Memiliki tujuan

5) Memiliki norma dalam berperilaku

6) Memiliki alat/metode untuk mengontrol anggotanya 2.9.4 Jenis-jenis Kelompok

a. Primary Group

Kelompok kecil yang dikarakteristikkan oleh keintiman, asosiasi bertatap muka dan kooperatif. Kelompok yang paling awal mendukung untuk bersosialisasi.

(18)

Kelompok formal, kelompok impersonal, yang di dalamnya terdapat keintiman sosial yang kecil.

2.9.5 Keberfungsian kelompok 1) Defining Boundaries

Membedakan anggota dan bukan anggota. 2) Memilih ketua

Instrumental leadership dan expressive leadership 3) Membuat keputusan dan menentukan tujuan 4) Memberikan tugas

Membantu kelompok mencapai tujuan dan meningkatkan komitmen antar anggota.

5) Mengontrol perilaku anggota – Konformitas VS punah – Sanksi

Primary VS secondary group 2.9.6 Reference Group

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penulisan

Berikut ini metode penulisan yang digunakan penulis dalam penelitian ini :

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu metode yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara tidak langsung melalui media massa berupa media elektronik dan media cetak. 2. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah suatu metode yang menjelaskan dan menggambarkan berbagai pendekatan teori dan permasalahan berdasarkan hasil kajian literatur dengan dukungan data sekunder dan dijelaskan secara deskriptif.

3. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah suatu metode untuk mendapatkan data yang diperoleh melalui mengajukan pertanyaan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada narasumber dan/atau praktisi.

3.2Teknik Analisis Data

(20)
(21)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Pandangan Kesehatan Mengenai Aborsi Pada Remaja

“Frekuensi aborsi di Indonesia agak sulit dihitung secara akurat karena memang sangat jarang pada akhirnya dilaporkan. Berdasarkan perkiraan BKKBN, kejadian aborsi di Indonesia mencapai angka yang amat fantastis yakni sekitar 2 juta kasus aborsi per tahun. Fakta aborsi di Indonesia akibat kehamilan yang tidak direncanakan 1.000.000 janin dibunuh pertahun. Agustus 1998 penelitian Jawa Post 1.750.000 janin dibunuh pertahun. April 2000, Makasar Post menulis 2.300.000 janin dibunuh pertahun. Mei 2000, Manado Post memperkirakan 2.600.000 janin dibunuh pertahun. Media Indonesia 2 Oktober 2002 melaporkan saat itu 3.000.000 janin dibunuh pertahun”

(22)

luka-luka pada daerah rahim menuju jantung dan menyumbat pembuluh nadi paru-paru)” papar dr Putri Pamulani yang merupakan salah satu dokter yang bertugas di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. dr Putri menanmbahkan “Aborsi tanpa indikasi medis adalah pembunuhan” papar dokter yang merupakan lulusan fakultas kedokteran Unpad.

Dari data yang telah kami peroleh, bahwa aborsi dikarenakan kehamilan yang tidak diinginkan mempunyai angka yang sangat tinggi. Tercatat pada tahun 2002 sekitar 3.000.000 janin dibunuh tiap tahunnya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa remaja mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk melakukan aborsi secara illegal. Hal ini dikarenakan pola pergaulan remaja zaman sekarang yang sudah banyak yang menganut free sex.

Aborsi secara illegal mempunyai dampak yang berbahaya bagi si ibu, apalagi jika aborsi di lakukan tanpa adanya indikasi medis, misalnya janin dapat membahayakan nyawa ibu atau keganasan kanker.

Pada umumnya, aborsi yang dilakukan oleh remaja merupakan sebagai solusi atas kehamilan yang tidak diinginkan, ataupun pertimbangan masa depan seperti mereka masih bersekolah. Mereka melakukan aborsi tanpa adanya indikasi medis, jelas hal ini merupakan suatu perbuatan pembunuhan. Remaja pada umumnya takut akan sanksi atau pun penilaian masyarakat jika mereka tetap melanjutkan kehamilan.

(23)

Oleh karena itu, praktisi kesehatan hendaknya melakukan sosialasi ataupun pengarahan mengeanei bahaya aborsi pada remaja. Para praktisi harus mampu merangkul kaum remaja agar mereka menghindari seks bebas yang akan berujung pada abrsi yang membahayakan nyawa.

4.2Peran Gender Dalam Aborsi Pada Remaja

“Statistik dari Elliott Institute mendapati 60 persen lebih aborsi dilakukan secara terpaksa, baik karena dorongan orang tua, suami maupun pacar. Hodgson mengatakan perempuan menanggung berbagai konsekuensi akibat aborsi, seperti mengalami depresi, mimpi buruk dan kesedihan berlarut. Dia menambahkan disahkannya aborsi pun tidak akan menurunkan angka kematian.”

Sumber : VOA Indonesia ( 29 Mei 2015) “Pemerintah melegalkan aborsi jika dilakukan dalam kondisi darurat medis dan sang calon ibu adalah korban pemerkosaan. Pembuktian tentang adanya pemerkosaan tersebut ditunjukkan korban melalui surat keterangan dari dokter, polisi, dan psikolog atau ahli lain.”

(24)

bertanggung jawab, bukan hanya melimpahkannya kepada sang perempuan. Hal ini menunjukan, betapa perempuan belum bisa sejajar dengan lelaki. Perempuan hanya objek pemuasan lelaki, dan melupakan tanggung jawabnya. Pada kasus lain, seperti aborsi karena pemerkosaan terlihat bahwa perempuan begitu jauh lebih lemah dari pada lelaki, serta mengalami penderitaan fisik dan mental yang sangat menyakitkan. Ia tidak hanya mengalami pemerkosaan, akan tetapi mengandung hasil pemerkosaan yang pada umumnya sangat mengguncang jiwa si korban. Dalam hal ini dapat dilihat, bahwa hampir secara umum yang menjadi korban aborsi adalah kaum perempuan dan bayi yang ia gugurkan.

Masyarakat pada umumnya melihat buruk kepada perempuan yang melahirkan anak tanpa suami, karena menyalahi peran yang diharapkan sebagai remaja. Remaja dalam masyarakat diharapkan aktif menuntut ilmu, peka terhadap kegiatan social dan kemasyarakatan, bukan mempunyai anak sebelum menikah. Hingga akhirnya, sebagaian besar perempuan yang hamil sebelum menikah memutuskan untuk menggugurkan janinnya atau aborsi.

4.3Peran Institusi Sosial dalam memandang Aborsi Pada Remaja

(25)

Keluarga—yang merupakan agen sosialisasi pertama seseorang—memiliki peranan penting dalam mengajarkan dan menginternalisasikan berbagai nilai dan norma pada anak. Pengajaran mengenai nilai-nilai moral dan budaya yang dilakukan oleh orang tua akan membantu mengarahkan pandangan dan sikap sang anak mengenai hal-hal yang dinilai negatif seperti pergaulan bebas, seks bebas, dan aborsi. Kurangnya pengawasan dan kontrol sosial dari lingkungan keluarga dapat berujung pada kebebasan sang anak yang dapat menimbulkan hal-hal tidak diinginkan seperti kehamilan di luar nikah. Keputusan melakukan aborsi pun juga dipengaruhi oleh sikap sang keluarga, ada atau tidaknya dukungan dan penerimaan dari pihak keluarga dalam perihal membesarkan sang bayi tanpa harus dilakukannya aborsi.

Seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, Kepala BKKBN Fasli Djalal mengatakan bahwa sebanyak 52 persen dari anak muda Indonesia berpikir kehamilan tidak akan disebabkan dari kegiatan berhubungan seksual untuk pertama kali.

"Padahal, kenyataannya, kan, tidak demikian. Mereka yang tidak siap karena kehamilan lantas mencari aborsi," ujarnya.

(26)

Selain institusi keluarga dan pendidikan, institusi agama juga berperan dalam mengatur perilaku para umatnya dalam seluruh aspek kehidupan. Setiap agama yang ada di Indonesia memiliki pandangan yang berbeda-beda akan aborsi, tetapi sebagian besar diantaranya memiliki pandangan yang negatif akan tindakan tersebut. Pada agama Islam misalnya, diberikan larangan yang jelas bahwa aborsi adalah sesuatu yang dilarang karena hal itu dianggap sebagai pembunuhan. Walaupun begitu, ulama mazhab Hanafi menyepakati diperbolehkannya aborsi sebelum usia janin 120 hari, dan ulama mazhab Syafi’I menyepakati diperbolehkannya aborsi sebelum usia janin 40 hari. Hal itu didasari atas landasan pemikiran bahwa peniupan ruh belum terjadi sebelum kedua waktu tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan adanya fatwa yang dikeluarkan oleh NU (Nahdlatul Ulama) bahwa aborsi diperbolehkan jika dalam situasi darurat atau jika janin dalam kandungan merupakan hasil pemerkosaan.

Berkaitan dengan fatwa tersebut, institusi politik juga memiliki aturan berupa larangan dan pengecualian yang tertulis dalam Pasal 75 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Pada Pasal 75 ayat (1) UU Kesehatan tersebut dinyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi, namun larangan tersebut dikecualikan berdasarkan Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan sebagai berikut:

(27)

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

Legalisasi aborsi dengan syarat ini tidak berarti bahwa pemerintah mendukung aborsi secara begitu saja. Terdapat sanksi bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan tersebut, yaitu dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar sebagaimana disebut dalam Pasal 194 UU Kesehatan. Ini berarti bahwa pemerintah tidak mengizinkan adanya aborsi-aborsi lain seperti aborsi kehamilan yang tidak diinginkan oleh remaja yang belum menikah.

4.4Perubahan Sosial Mempengaruhi Aborsi Pada Remaja

Angka aborsi di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pun memperkirakan bahwa angka aborsi pada anak usia remaja di perkotaan juga terus mengalami peningkatan.

"Kalau dari data yang kita pakai, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), peningkatannya sekitar 1 persen," kata Kepala BKKBN Fasli Djalal seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, Rabu (29/10).

(28)

Budaya barat yang sangat menjunjung tinggi “kebebasan” diterima begitu saja tanpa penyaringan yang sepantasnya.

Dibandingkan Indonesia ketika dahulu, pergaulan remaja saat ini sangatlah terbuka dan tidak terkontrol. Pergaulan bebas yang telah melewati batasan-batasan norma sudah menjadi hal yang wajar bagi beberapa kalangan remaja Indonesia. Pacaran yang dilakukan seperti layaknya pasangan suami istri, kohabitasi, dan berbagai faktor lainnya mendukung terjadinya kehamilan di luar nikah pada remaja-remaja tersebut. Kehamilan yang terjadi tanpa adanya hubungan yang sah akan memunculkan perlakuan yang berbeda dari masyarakat sekitar. Tidak ingin dikucilkan oleh masyarakat, sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan di luar nikah itu pun memutuskan untuk melakukan tindak aborsi. Hal ini dapat dilihat dari data-data yang mendukung mengenai jumlah kejadian aborsi yang dilakukan oleh para remaja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari klinik remaja Kita Sayang Remaja (KISARA), dari September sampai dengan Desember 2008 total yang datang untuk konseling Kehamilan yang Tak Diinginkan ( KTD ) berjumlah 177 orang. Menurut data tersebut, sebagian besar yang datang merupakan kelompok usia 10-24 tahun, yaitu sekitar 88,1 % dan sekitar 84,8% dari jumlah tersebut berstatus belum menikah.

(29)

dilakukan oleh remaja berusia 15-25 tahun. Aborsi terjadi karena kehamilan yang tidak diinginkan.”

Selain itu, perubahan-perubahan lain yang terjadi pada masyarakat Indonesia juga menjadi faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah aborsi yang dilakukan. Ungkapan “banyak anak banyak rezeki” lebih banyak dianut oleh masyarakat Indonesia zaman dahulu sementara masyarakat Indonesia saat ini—yang menganggap dirinya sebagai masyarakat modern—beranggapan bahwa ungkapan tersebut sudah kuno. Terlebih lagi dengan pemikiran Soekarno yang pada saat pemerintahannya menganggap bahwa tingkat kesuburan yang tinggi merupakan sebuah simbol potensi nasional.

Perkembangan teknologi yang memungkinkan pelaksanaan aborsi yang lebih aman diikuti dengan pelegalan aborsi dengan persyaratan dalam UU No. 36 Tahun 2009 dan PP No. 61 tahun 2014 juga menjadi salah satu alasan meningkatnya jumlah aborsi.

4.5Penilaian Masyarakat Terhadap Aborsi Pada Remaja Sebagai Penyimpangan Sosial

(30)

Survey yang dilakukan pada 462 responden yang mengaku pernah berhubungan seksual oleh salah satu perusahaan alat kontrasepsi pada tahun 2011 menyebutkan bahwa sebanyak 48 persen memilih aborsi pada semua kehamilan yang terjadi, kebanyakan berusia 15 sampai 19 tahun dengan jumlah 53 persen. Dengan jumlah 160 responden memiliki rentang umur 15 sampai 19 tahun, sedangkan sisanya 20 sampai 25 tahun.

Survey lain yang dilakukan oleh salah satu lembaga swadaya masyarakat di Denpasar, Bali pada Sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa kehamilan tidak diinginkan (KTD) mencapai 37.000 kasus, 27 persen diantaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah pelajar.

Fenomena tersebut menjelaskan bahwa gaya hidup yang dilakukan remaja saat ini mengalami degradasi yang signifikan dibanding dengan gaya hidup remaja terdahulu yang masih memegang teguh norma-norma dan ajaran agama. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pandangan buruk pada remaja oleh masyarakat.

(31)

4.6Peran Kontrol Sosial Dalam Tindakan Aborsi Pada Remaja

Fenomena aborsi di kalangan remaja sebenarnya dapat ditekan dengan keberfungsian kontrol sosial yang ada di masyarakat sendiri. Tidak dipungkiri yang menjadikan remaja bebas melakukan apa saja adalah karena semakin melemahnya kontrol sosial dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Kontrol sosial yang paling utama untuk seorang individu, yaitu kaluarga dapat menjadi kontrol yang sangat kuat untuk menerapkan norma-norma dan etika.

Kontrol yang diberikan oleh pemerintah juga dirasa tidak terlalu berperan banyak. Ini terlihat dari masih banyaknya praktek aborsi illegal yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak berkompeten di bidang kedokteran. Salah satunya adalah seorang dukun di daerah Tasikmalaya yang sering menjadi tujuan para remaja untuk menyelesaikan masalah mereka terkait dengan KTD.

Pada akhirnya, tidak hanya para remaja yang harus membenahi diri untuk menjadi yang lebih baik, tetapi juga harus ada dukungan dan penguatan dari kontrol-kontrol sosial yang ada karena dalam masyarakat, semuanya menjadi subjek yang penting dan saling berhubungan dalam menciptakan kehidupan yang harmonis.

4.7Peran Kelompok Sosial Dalam Tindakan Aborsi Pada Remaja

(32)

dan cenderung mudah berganti pilihan. Itu pula yang menjadi salah satu penyebab banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja.

Reference group menjadi salah-satu faktor yang juga mempengaruhi para

remaja bersikap tidak baik bahkan menyimpang. Banyaknya referensi mengenai gaya hidup remaja yang muda, liar, dan bebas telah memberikan efek yang signifikan pada remaja di Indonesia. Keinginan mereka untuk meniru apa yang mereka lihat sebagai reference group telah mengubah semua pola pikir yang jauh dari norma-norma, etika, dan bahkan agama.

(33)

BAB V

PENUTUP

5.1Simpulan

(34)

5.2Saran

1. Sebaiknya remaja di Indonesia mendapatkan pendidikan seks yang cukup dan memadai agar tidak melakukan hal yang merugikan dan merusak masa depan mereka.

2. Sebaiknya, orang tua membimbing anak mereka agar mendapatkan pembelajaran religius dan norma-norma yang sesuai dengan masyarakat Indonesia.

3. Sebaiknya pemerintah lebih peduli terhadap remaja dengan cara memberikan pendidikan seks dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. 4. Sebaiknya masyarakat tidak selamanya memandang aborsi sebagai

tindakan negatif karena aborsi bisa menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nyawa seorang wanita.

5. Sebaiknya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Komnas Wanita lebih peduli terhadap tidak aborsi.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. (1987). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Ahman, E. & Shah, I. (2011). Unsafe abortion : global and regional estimates of the incidence of unsafe abortion and associated mortality in 2008. Geneva,

Switzerland: World Health Organization.

Schaefer, Richard T. 2007. Sociology 10e. New York: McGraw-Hill.

Muhdiono. 2010. Aborsi Menurut Hukum Islam. Skripsi Tesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Akses Online pada 8 Juni 2015 dari http://digilib.uin-suka.ac.id/4846/

Muhlisin, Ahmad dr. Artikel Mediskus.com. Ibu Hamil Harus Tahu Tanda-Tanda Keguguran Berikut Ini. Diakses pada 7 Juni 2015 dari

http://Mediskus.com/wanita/tanda-tanda-keguguran.html

Murtaqi, Imam. 2011. Macam-macam Penyimpangan Sosial. Diakses pada 8 Juni 2015 dari http://imam-murtaqi-online.blogspot.com/2011/12/macam-macam-penyimpangan-sosial.html

Harahap, Riswan Hanafyah. 2013. Artikel: Macam-Macam Penyimpangan Sosial serta Pencegahannya. Dikses pada 8 Juni 2015 dari

http://mcrizzwan.blogspot.com/2013/07/artikel-macam-macam-penyimpangan-sosial.html#.VXPo82Bgtbw

Sofftiyani, Artia. 2013. Makalah aborsi Dalam Berbagai Aspek Pandangan.

(36)

http://artiasofftiyani.blogspot.com/2013/12/makalah-aborsi-dalam-berbagai-aspek.html

Anonim. 2009. Artikel Kompas. 2,3 Juta Kasus Aborsi Per Tahun, 30 Persen Oleh Remaja. Diakses pada 6 Juni 2015 dari Anonim. 2014. Yang Muda, Yang

Aborsi. Diakses pada 6 Juni 2015 dari

http://regional.kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per. Tahun..30.Persen.Oleh.Remaja

Sundawa, Sheila Putri. 2014. Why Indonesia Should Legalize Abortion. The

Jakarta Post. Diakses pada 8 Juni 2015 dari

http://www.thejakartapost.com/news/2014/08/24/why-indonesia-should-legalize-abortion.html

Afrida, Nani. 2013. Indonesia: Abortion Today—Still Secret, But Easy To Find. The Jakarta Post. Diakses pada 8 Juni 2015 dari http://choiceireland.org/content/indonesia-abortion-today-–-still-secret-easy-find Kusumawati, Utami Diah. 2014. Tercatat Angka Aborsi Meningkat di Perkotaan. CNN Indonesia. Diakses pada 8 Juni 2015 dari http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141029111311-12-8642/tercatat-angka-aborsi-meningkat-di-perkotaan/

Widari. 2009. Pro-Life or Pro-Choice. Diakses pada 8 Juni 2015 dari https://remajabali.wordpress.com/2009/02/24/pro-life-or-pro-choice/

(37)

https://www.islampos.com/bahaya-kasus-aborsi-di-kalangan-remaja-kian-meningkat-16852/

Saefullah, Saad. 2014. Generasi Tanpa Aborsi. Islampos. Diakses pada 8 Juni 2015 dari https://www.islampos.com/generasi-tanpa-aborsi-132713/

Anna, Lusia Kus. 2012. Kasus Aborsi Tak Aman Meningkat. Kompas.com.

Diakses pada 8 Juni 2015 dari

http://health.kompas.com/read/2012/01/20/15511949/Kasus.Aborsi.Tak.Aman.Me ningkat

Hull, Terence H., dan Widyantoro, Ninuk. 2009. The Right To Choose. Inside Indonesia. Diakses pada 8 Juni 2015 dari http://www.insideindonesia.org/the-right-to-choose

Alfa, Asri. 2014. Menilik Kembali Pelegalan Aborsi dalam PP No. 61 Tahun 2014. Kompasiana. Diakses pada 8 Juni 2015 dari

http://www.kompasiana.com/jurnalasri/menilik-kembali-pelegalan-aborsi-dalam-pp-no-61-tahun-2014_54f5fc2fa3331103198b457b

Muljati, Wheny Hari., dan Halimatusyadiah, Annisa. 2014. Berita: Pendidikan Kesehatan Reproduksi Cegah Aborsi. BKKBN. Diakses pada 8 Juni 2015 dari

http://www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=9c6767ad-abfe-

48e3-9120-af89b76d56f4&View=174a5cf7-357b-4b83-a7ac-be983c5ddb0e&ID=1777

Rofiuddin. 2014. NU Halalkan Aborsi Janin Hasil Pemerkosaan. Tempo.co.

(38)

http://nasional.tempo.co/read/news/2014/11/16/173622291/NU-Halalkan-Aborsi-Janin-Hasil-Perkosaan

Pramesti, Tri Jata Ayu S. H. 2014. Legalitas Aborsi dan Hak Korban

Pemerkosaan. Diakses pada 8 Juni 2015 dari

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53e83426ce020/legalitas-aborsi-dan-hak-korban-pemerkosaan

S, Nurut Fatimah. 2013. Pengertian Aborsi dan UU yang Mengatur Mengenai

Aborsi. Diakses pada 10 Juni 2015 dari

https://keperawatanreligionnurulfatimah.wordpress.com/2013/05/06/pengertian-aborsi-dan-uu-yang-mengatur-mengenai-aborsi/

Haryanto, S.Pd. 2010. Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. Belajar Psikologi. http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 96 ayat (4) dan Pasal 97 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Telah dikemukakan bahwa teori atribusi untuk mengembangkan penjelasan dari cara-cara kita menilai orang secara berlainan, bergantung pada makna apa yang kita hubungkan kesuatu

Mereka yang kebutuhannya terpenuhi oleh toko kain setempat dan yang mungkin tidak bersedia atau tidak bisa melakukan perjalanan melintasi negara bagian

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

Fusi protoplas intraspesies Pichia manshurica DUCC-015 telah memperoleh fusan dengan a menghasilkan aktivitas inulinase tinggi mencapai 0,965 IU/mL dibandingkan induk

Berdasarkan prosesnya inovasi Smart Card yang berada di UPTD Terminal Purabaya-Bungurasih termasuk Sustaining innovation (inovasi terusan) merupakan proses inovasi yang

Hasil penelitian menunjukkan tidak bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap fenomena kelenturan fenotipik dalam sifat-sifat reproduksi (umur dewasa kelamin,

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil, dan tidak boleh digunakan di dalam produk pangan karena dapat menyebabkan