• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang - IDENTIFIKASI ASAM SALISILAT DALAM SABUN BAYI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "A. Latar Belakang - IDENTIFIKASI ASAM SALISILAT DALAM SABUN BAYI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI ASAM SALISILAT DALAM SABUN BAYI

SEDIAAN PADAT YANG DIJUAL DI JALAN BUKIT KEMILING PERMAI SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

KARYA TULIS ILMIAH

Dipertahankan di Depan Sidang Penguji Nasional Ujian Akhir Program pendidikan Diploma III Kesehatan Sebagai

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi

OLEH

NURUL UMI UMAROH 10500024

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

(2)

BAB 1 PEDAHULUAN A. Latar Belakang

Bertambah nya pengetahuan penduduk di Indonesia akan mendorong

masyarakat untuk lebih maju dan lebih mencari tahu tentang perkembangan

zaman ,dan di zaman modern ini masyarakat lebih banyak pengetahuan terutama

untuk kebutuhan bayi nya , diantaranya kebutuhan kesehatan bayi baru lahir atau

anak di bawah 3 tahun termasuk sabun mandi terutama para ibu-ibu harus lebih

mewaspadai tentang bahaya penambahan bahan dalam sabun mandi bayi sediaan

batang .

Selama 12 bulan pertama kehidupan bayi penting untuk menjaga kulit bayi

aman dari pewarna, deodoran, pengawet, dan aditif yang banyak ditemukan di sabun.

Sebelum bayi mulai makan makanan padat, kulit bayi sebenarnya tidak akan

mengeluarkan keringat atau minyak dengan aroma yang sama seperti keringat orang

dewasa. Pada orang dewasa, keringat sebenarnya berfungsi sebagai jalur membuang

racun dari tubuh dan seringkali racun mereka dapat menghasilkan bau yang

memerlukan deodoran dan perawatan kimia lainnya. Karena bayi tidak makan atau

minum bahan kimia, pengawet, dan racun lainnya bahwa orang dewasa sering

menelan dalam makanan olahan dan minuman, bayi tidak perlu mandi sebanyak

(3)

Pada dasar nya sabun mandi bayi sediaan batang tidak boleh mengandung asam

salisilat, namun sampai saat ini masih ada kandungan asam salisilat pada sabun mandi

bayi sediaan batang penambahan asam salisilat pada sabun mandi bayi sediaan

batang di gunakan untuk pengawet,agar pada produk sabun mandi bayi dapat tahan

lama saat penyimpanan,tidak menurunkan kualitas pada sabun,tidak terjadi

perubahan pada bentuk sabun,hal ini sangat berbahaya bagi pemakainya terutama

bagi bayi baru lahir dan anak usia di bawah 3 tahun karna seringkali terjadi iritasi

atau terjadi kemerah-merahan pada bagian dalam paha dan luka akibat pemakaian

pempers yang terkena air kencing pada bayi.(mothercare,2011)

Resiko kesehatan yaitu dapat menyebabkan keracunan pada pengguna jangka

panjang atau pada area kulit yang luas pada bayi baru lahir,dermatitis,iritasi

local,gangguan ginjal dan hati serta meradang pada kulit yang terbuka atau pada anak

di bawah usia 3tahun. (Widianto,2010)

Menurut Peraturan menteri kesehatan RI

(4)

kosmetik yang tidak mendapatkan izin produksi dari menteri kesehatan, yang

mengandung atau terdapat bahan beracun yang melampauhi batas yang ditetapkan

dan tidak memenuhi standard mutu atau persyaratan yang di tetapkan.

B. Perumusan masalah

- Apakah sabun bayi sediaan batang yang dijual dijalan bukit kemiling

permai mengandung asam salisilat atau tidak ?

- Berapa persentase sabun bayi sediaan batang yang dijual di jalan bukit

kemiling permai yang mengandung asam salisilat ?

C. Batasan masalah

Pada Penelitian ini hanya dibatasi pada identifikasi asam salisilat pada

sabun bayi sediaan batang yang hanya dijual di toko yang terletak dijalan

bukit kemiling permai.

D. Tujuan penelitian

(5)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sabun bayi sediaan

batang yang dijual di jalan Bukit kemiling permai positif mengandung

asam salisilat atau tidak.

E. Manfaat penelitian

- Melalui penelitian ini di harapkan dapat menambah memperkaya

pengetahuan dalam kefarmasian terutama tentang asam salisilat pada

sabun mandi bayi dan pengaruh terhadap kesehatan

- Bagi penulis,dapat memberikan wawasan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan penelitian.

F. Hipotesa

Diduga bahwa sabun bayi sediaan batang yang dijual di toko jalan bukit

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sabun

Sabun adalah sediaan kosmetika yang di gunakan untuk membersihkan

kotoran . hasil reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. fatty acid adalah lemak

yang diperoleh dari lemak hewani atau nabati. ada beberapa jenis minyak yang

(7)

kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm oil), minyak kedelai (soy bean oil.

(ahmad rohkup,2009)

1. Bahan-bahan yang di gunakan untuk pembuatan sabun bayi dalam sediaan

batang

a) Sodium Palmate

b) Sodium palm kernelate

c) Aqua

d) Glycerin

e) Talk

f) Sodium chloride

g) Tetrasodium EDTA

h) Tetrasodium etidronate

i) Parfum

j) Hydrolyzed milk protein

k) Anthemis nobilis flower oil

l) Olea europaea oil,CI 77891.

Bahan Mentah

(8)

sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam

memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat

digunakan dalam pembuatan sabun (Fessenden dan Fessenden 1982) antara

lain:

a).Minyak atau Lemak

• Tallow (LemakHewan)

Tallow adalah lemak padat pada temperatur kamar dan merupakan hasil

pencampuran Asam Oleat (0-40%), Palmitat (25-30%), stearat (15-20%). Sabun

yang berasal dari Tallow digunakan dalam industri sutra dan industri sabun mandi.

Pada indsutri sabun mandi, tallow biasanya dicampurkan dengan minyak kelapa

dengan perbandingan 80% tallow dan 20% minyak kelapa.

•Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan komponen penting dalam pembuatan sabun, kerena

harga minyak kelapa cukup mahal, maka tidak digunakan untuk membuat sabun cuci.

Minyak kelapa ini berasal dari kopra yang berisikan lemak putih dan dileburkan pada

suhu 150 C.

• Minyak Inti Sawit

Minyak inti sawit memiliki karekteristik umum, seperti minyak kelapa dan

(9)

mandi. Dengan warna minyak yang terang, minyak inti sawit dapat digunakan

langsung untuk membuat sabun tanpa perlakuan pendahuluan terlebih dahulu.

• MinyakSawit(PalmOil)

Dalam pembuatan sabun, minyak sawit dapat digunakan dalam berbagai macam

bentuk, seperti Crude Palm Oil, RBD Palm Oil (minyak sawit yang telah dibleaching

dan dideorisasi)Crude Palm falty Acid dan asam lemak sawit yang telah didestilasi.

Crude Plam Oil yang telah dibleaching digunakan untuk membuat sabun cuci dan

sabun mandi, RBD Palm Oil dapat digunakan tanpa melalui Pre-Treatment terlebih

dahulu. Minyak sawit yang dicampurkan dalam pembuatan sabun sekitar 50% atau

lebih tergantung pada kegunaan sabun yang diproduksi.

• Marine Oil.

Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki

kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi

parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.

• Castor Oil(minyak jarak).

Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun

transparan.

• Olive oil(minyakzaitun)

(10)

tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki

sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

• Campuran minyak dan lemak.

Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran

minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow

karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan

asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan

berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan

memperkeras struktur sabun.

b).Alkali

Bahan terpenting lainnya dalam pembuatan sabun adalah alkali seperti NaOH,

KOH, dan lain-lain. NaOH biasanya digunakan untuk membuat sabun cuci,

sedangkan KOH digunakan untuk sabun mandi. Alkali yang digunakan harus bebas

dari kontaminasi logam berat karena mempengaruhi nama dan struktur sabun serta

dapat menurunkan resistansi terhadap oksidasi.

c).Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan

sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun

menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan

(11)

•NaCl.

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan

NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di

dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya

berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk

memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan

dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap.

NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang

berkualitas.

•Bahan aditif.

Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang

bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.

Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : pengawet, Anti oksidan, Pewarna,dan

deodorant.

2. Proses Pembuatan Sabun ( unsri ,2010)

Dalam pembuatan sabun terdapat beberapa metode untuk proses pembuatan sabun

secara umum adalah sebagai berikut :

Hidrolisa

a. Proses Batch

(12)

dengan menambahakn NaOH, lemak tersebut dipanaskan sampai bau NaOH tersebut

hilang. Seletah terbentuk endapan lalu didinginkan kemudian endapan dimurnikan

dengan menggunakan air dan diendapkan lagi dengan garam, kemudian endapan

tersebut direbus dengan air sehingga terbentuk campuran halus yang membentuk

lapisan homogen yang mengapung dan terbentuklah sabun murah.

b. Proses Kontinue

Pada proses kontinue secara umum yaitu lemak atau minyak dimasukkan kedalam

reaktor kontinue kemudian dihidrolisis dengan menggunakan katalis sehingga

menghasilkan asam lemak dengan gliserin. Kemudian dilakukan peyulingan terhadap

asam lemak dengan menambahkan NaOH sehingga terbentuk sabun.

Metode pembuatan sabun

Berdasarkan reaksi yang terjadi, ada 4 macam proses pembuatan sabun yaitu sebagai

berikut (Y.H.Hui,1996) :

a).Proses pendidihan penuh

Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan proses batch yaitu

minyak/lemak dipanaskan di dalam ketel dengan menambahkan NaOH yang telah

dipanaskan, selanjutnya campuran tersebut dipanaskan sampai terbentuk pasta

kira-kira setelah 4 jam pemanasan. Setelah terbentuk pasta ditambahkan NaCl (10-12%)

untuk mengendapan sabun. Endapan sabun dipisahkan dengan menggunakan air

(13)

b).Proses semi pendidihan

Pada proses semi pendidihan, semua bahan yaitu minyak/lemak dan alkali

langsung dicampur kemudian dipanaskan secara bersamaaan. Terjadilah reaksi

saponifikasi. Setelah reaksi sempurna ditambah sodium silikat dan sabun yang

dihasilkan berwarna gelap.

c).Proses dingin

Pada proses dingin semua bahan yaitu minyak, alkali, dan alkohol dibiarkan didalam

suatu tempat/bejana tanpa dipanaskan (temperatur kamar,250 C). Reaksi antara

NaOH dan uap air (H2O) merupakan reaksi eksoterm sehingga dapat menghasilkan

panas. Panas tersebut kemudian digunakan untuk mereaksikan minyak/lemak dan

NaOH/alkohol. Proses ini memerlukan waktu untuk reaksi sempurna selama 24 jam

dan dihasilkan sabun berkualitas tinggi.

Adapun syarat-syarat terjadinya proses dingin adalah sebagai berikut :

•Minyak/lemak yang digunakan harus murni

•Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti

•Temperatur harusterkontrol dengan baik

d).Proses netral

Prinsip dasar dari proses netral adalah minyak/lemak ditambah NaOH sehingga

(14)

tidak bersifat netral sehingga tidak dapat menghasilkan busa yang banyak. Oleh

karena itu, perlu dilakukan penetralan dengan menambahkan Na2CO3.

Netralisasi Asam Lemak

Pendekatan lain untuk memproduksi sabun adalah melalui netralisasi asam

lemak dengan kaustik. Pendekatan ini membutuhkan proses bertahap di mana asam

lemak diproduksi melalui hidrolisis lemak dan minyak dengan air, diikuti dengan

netralisasi berikutnya dengan kaustik. Pendekatan ini memiliki sejumlah keuntungan

lebih dibanding proses saponifikasi secara umum.

Tahap Hidrolisis

Tahapan hidrolisis lemak dan minyak dengan air membutuhkan pencampuran

yang baik dimana secara normal keduanya merupakan fasa yang tidak saling larut.

Reaksi dilakukan di bawah kondisi dimana air memiliki kelarutan yang cukup tinggi

yaitu sekitar 10 –25% dalam lemak dan minyak. Dalam prakteknya, proses ini dicapai

di bawah tekanan tinggi yaitu sekitar 4-5.5 MPa (580psi-800 psi) dan dengan suhu

tinggi (240OC-270OC) pada kolom stainless steel. (Gambar). ZnO kadang-kadang

ditambahkan sebagai katalis dengan lemak bahan baku dan minyak untuk

mempercepat reaksi.

(15)

dimasukkan di bagian atas kolom. Kolom didesain terbuka atau berisi baffle untuk

meningkatkan pencampuran yang lebih baik melalui aliran turbulen. Steam

bertekanan tinggi ditempatkan pada ketinggian tiga atau empat di kolom yang

berbeda untuk pemanasan awal. Desain ini menetapkan pola aliran lawan dengan air

bergerak melalui kolom dari atas ke bawah dan lemak dan minyak arah yang

berlawanan.

Sebagai bahan-bahan ini dicampurkan pada suhu dan tekanan tinggi .Keterkaitan

ester dalam lemak dan minyak dihidrolisis untuk menghasilkan asam lemak dan

gliserol. Asam lemak yang terbentuk dilanjutkan melalui kolom bagian atas,

sedangkan gliserol yang dihasilkan dilakukan pencucian melalui bagian bawah

dengan fase air. Karena ini merupakan reaksi reversibel, penting untuk

menghilangkan gliserin dari campuran melalui proses pencucian.

Asam lemak yang dihasilkan pada bagian atas kolom mengandung air, lemak yang

tidak terhidrolisis, dan Zn sisa sebagai katalis. Produk ini kemudian dilewatkan ke

tahap pengeringan vakum dimana air tersebut dihilangkan melalui penguapan dan

asam lemak didinginkan sebagai hasil dari proses penguapan.

Produk kering aliran ini kemudian diteruskan ke sistem distilasi. Sistem

distilasi memungkinkan untuk perbaikan kualitas asam lemak, yaitu, bau dan warna,

melalui pemisahan asam lemak dari lemak yang safonisasi sebagian dan minyak,

yang masih mengandung katalis Zn. Hal ini dicapai dengan pemanasan produk steam

(16)

hampa (flash still) pada tekanan 0,13kPa-0,8 kPa atau (1-6mmHg) tekanan

absolut .

Asam lemak yang diuapkan pada kondisi ini akan dihilangkan dari

bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti trigliserida terhidrolisis sebagian. Asam lemak

yang menguap kemudian melewati serangkaian kondensor air dingin untuk

fraksionasi .Sistem bervariasi dalam jumlah kondensor tetapi sistem tiga-kondensor

adalah system yang umum digunakan. Asam lemak biasanya dipisahkan menjadi

heavy cut, mid-cut, dan very light cut. Light cut sering dihilangkan karena

mengandung banyak zat yang menyebabkan bau yang tidak enak pada asam lemak.

Asam lemak yang diperoleh dari proses tersebut dapat digunakan secara

langsung atau dimanipulasi lebih lanjut untuk diperbaiki atau diubah kinerja dan

stabilitas. Hardening adalah operasi dimana beberapa ikatan tak jenuh yang terdapat

di dalam asam lemak dieliminasi melalui proses hidrogenasi atau penambahan H2 di

karbon-karbon ikatan rangkap. Proses ini pada awalnya dimaksudkan untuk

meningkatkan bau dan memperbaiki warna asam lemak melalui eliminasi dari ikatan

rangkap tak jenuh. Namun, seiring perkembangan dalam penggunaan asam lemak,

hidrogenasi merupakan proses komersial penting untuk mengubah sifat fisik dari

asam lemak.

Hardering biasanya dicapai dengan melewatikan asam lemak yang telah

dipanaskan melalui serangkaian tubes packed dengan katalis dengan kehadiran gas

hidrogen. Katalis yang paling sering digunakan adalah Ni. Hardering ditentukan oleh

(17)

melewati proses hardering kemudian disaring untuk menghilangkan sisa katalis dan

selanjutnya didinginkan dalam flash tank dimana kelebihan gas hidrogen dihilangkan.

Selain pengurangan tingkat ketidakjenuhan dalam asam lemak, proses juga dapat

mengkonversi beberapa konfigurasi cis asam lemak tak jenuh ke dalam konfigurasi

trans. Konversi dapat mempengaruhi sifat produk jadi dan biasanya dikendalikan

untuk spesifikasi yang diinginkan.

Netralisasi

Tahap pembentukan sabun dari asam lemak dicapai melalui reaksi asam lemak

dengan kaustik yang sesuai. Reaksi ini berlangsung sangat cepat untuk beberapa

kaustik yang banyak digunakan, misalnya, NaOH atau KOH, dan memerlukan

perhitungan yang tepat dan pencampuran yang akurat untuk memastikan efektivitas

proses. Meskipun relatif mudah, dalam prakteknya, beberapa pertimbangan proses

harus ditangani dengan baik. Pertama, perbandingan yang tepat dari lemak asam,

kaustik, air, dan garam harus dijaga untuk menjamin pembentukan fase neat sabun

yang diinginkan.

Proses ini dikontrol untuk menghindari terbentuknya sabun menengah, yang

memiliki viskositas tinggi dan tidak menghilang dengan cepat. Kedua, pencampuran

yang baik antara minyak dan air diperlukan untuk memastikan terbentuknya fase

campuran neat sabun yang baik. Ketiga, karena panas yang dibebaskan dari reaksi,

(18)

panas dan mendidih atau berbusa.

Ada berbagai proses komersial untuk tahap netralisasi. Umumnya, asam lemak

dipanaskan pada (50 o 70o C) dan dicampurkan dengan kaustik-garam-air (25o

C-30o C) Steam dialirkan ke dalam sebuah high shear mixing system, umumnya disebut

sebagai neutralizer. Campuran dipanaskan dengan suhu antara 85oC dan 95oC

kemudian dipompakan ke dalam tangki penerima yang efektif untuk mencampurkan

sabun baik melalui sistem resirkulasi dan agitasi. Setelah dikontakkan dengan waktu

tinggal pendek di tangki penerima untuk memastikan komposisi seragam, sabun yang

dihasilkan dipompakan ke tangki penyimpanan atau dilanjutkan ke proses finishing.

Pemurnian Sabun

Pemurnian sabun adalah suatu perlakuan untuk menghilangkan impurities

yang terlarut dalam larutan alkali dan mengcover lagi gliserin yang terbebas pada saat

reaksi saponifikasi. Asumsi tentang pemurnian sabun yaitu:

• Giserol merupakan jumlah total pelarut dalam pencucian larutan alkali.

• Gliserol ada pada sabun yang dilarutkan dalam larutan alkali.

• Ketika sabun dicampurkan dengan pencucian larutan alkali, gliserol pindah dari

larutan alkali pada sabun menjadi pencucian alkali sampai konsentrasi keduanya

stabil.

• Bila campuran tadi dibiarkan di stele kemudian dipisahkan menjadi dua lapisan

bagian yaitu lapisan atasnya adalah sabun dan lapisan bawahnya untuk pencucian

(19)

• Ketika pencucian meningkat, kebanyakan gliserol diekstrak pada saat banyaknya

larutan alkali yangdikorbankan.

Secara umum proses pencucian sabun yaitu:

• Proses pembasahan,perlakuan terhadap kotoran dan lemak-lemak

• Proses menghilangkan kotoran dari permukaan

• Mengatur kotoran-kotoran supaya tetap stabil dari larutannya atau suspensinya.

e )Finishing

Finishing merupakan langkah akhir pada proses pembuatan sabun, yang meliputi

beberapa tahap, yaitu:

1) Crutching

Jika sabun murni yang berasal dari ketel atau proses lainnya akan dicampurkan

dengan menggunakan bahan lain, maka sebelum dibentuk atau dikeringkan,

dilakukan pencampuran terlebih dahulu. Campuran itu dilarutkan di dalam mesin

crutcher dahulu. Crutcher adalah bejana yang berbentuk silindris dengan ukuran

kecil, kapasitasnya 680-2279 dan dilengkapi dengan pengaduk. Crutcher juga

digunakan di dalam pencampuran alkali dengan lemak di dalam pembuatan

sabun dengan proses pendinginan.

2) Framming

Metode yang digunakan untuk mengubah sabun murni atau cairan sabun panas

(20)

framming. Framming dilakukan pada cairan sabun yang berada pada suhu 57-62oC

didalam suatu frame yang memiliki berat 454 – 545 kg berbentuk persegi. Untuk

memadatkan sabun murni diperlukan waktu 3-7 hari. SU8abun yang telah dicetak

dapat dipotong menjadi bagian kecil. Penambahan zat adiktif antioksidan stabilizer

dan farfum dilakukan pada saat crutching sebelum framming.

3) Drying

Berbagai macam metoda pembuatan sabun dengan menggunakan reaksi

saponifikasi yang menghasilkan sabun murni mengandung air sekitar 30-35%. Sabun

murni tersebut diubah menjadi sabun chip dengan kandungan 5-15% air. Proses

pengeringan yang sederhana dikenal dengan spray drying proses. Sabun yang

mengandung air dilewatkan melalui spary nozzles. Partikel-partikel kecil ini

dikeluarkan oleh spray nozzles dalam bentuk kering. Pengeringan juga dapat

dilakukan pada vakum atau ddala atmospherik flash dryin

B. Bahan Tambahan Sabun Bahan tambahan adalah bahan yang dengan sengaja di masukan ke dalam proses

pembuatan sabun mandi ,dengan tujuan tertentu yaitu dapat mempertahan kan

kualitas sabun,dapat memberikan aroma yang khas,biasanya dengan aroma bunga

maupun buah-buahan agar dapat menarik peminat konsumen,dan juga dapat

(21)

1.Pengawet

adalah sejenis bahan yang dapat digunakan atau dengan sengaja di tambahkan ke

dalam pembuatan sejenis kosmetik ini,namun di dalam penambahan bahan pengawet

yang berlebih dapat menimbul kan bahaya .

2.Pewarna

adalah bahan yang di tambahkan ke dalam pembuatan kosmetik sejenis

sabun ,dengan tujuan untuk memperindah tampilan dalam produk kosmetik ,dengan

berbagai warna-warna yang berbeda-beda.

3.Deodorant

adalah parfum yang di tambahkan ke dalam proses pembuatan sabun mandi,untuk

menghasilkan bau yang wangi dan tahan lama,sering dijumpai aroma dari buah dan

bunga.

4.Antioksidan

Adalah bahan tambahan yang sengaja di masukan ke dalam pembuatan sabun dengan

tujun untuk mencegah atau menghambat mikroorganisme karna keringat.

5.Penetralan

Adalah Proses ini dikontrol untuk menghindari terbentuknya sabun menengah, yang

(22)

C. Asam Salisilat

Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) adalah senyawa asam beta hydroxy

yang di ekstrak antara lain berasal dari pohon willow dan merupakan asam yang

bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan

yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat

dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat.

Turunannya yang paling dikenal adalah asam asetilsalisilat.(Cynthia wisiella,2008)

D. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) atau yang di kenal dengan Thin Layer

Chromatography (TLC) adalah suatu alat pemisah dan alat uji senyawa kimia secara

kualitatif dan kuantitatif.

- Sifat kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu dapat memisahkan berbagai

senyawa seperti ion-ion anorganik ,kompleks senyawa-senyawa organik

dengan anorganik dan senyawa-senyawa organic baik yang terdapat di

alam maupun sintetik.

- Kromatografi Lapis Tipis merupakan kromatografi adsorbs dan yang

(23)

Tekhnik standard dalam melakukan pemisahan dengan KLT sebagai berikut :

- Lapisan tipis adsorben dibuat pada permukaan plat kaca atau plat lain

tebal lapisan adsorben tersebut bervariasi ,tergantung penggunaan nya

(biasanya 250u)

- Larutan campuran senyawa yang akan dipisahkan di teteskan pada

kira-kirab1,5 cm dari bagian bawah plat,zat pelarut yang terdapat pada sampel

kemudian diuapkan lebih dulu

- Plat dikembangkan dengan mencelupkan nya pada tangki yang berisi

campuran zat pelarut (solvent system ) tinggi permukaan zat pelarut dalam

tamgki harus lebih rendah dari letak tetesan sampel pada plat (< 1,5 cm )

- Dengan pengembangan tersebut masing-masing komponen senyawa

dalam sampel akan bergerak ke atas dengan kecepatan berbeda

- Maka akan timbul bercak atau spot yang dapat diidentifikasi dengan

melihatnya dibawah sinar uv atau menggunakan pereaksi kimia.

Fase Diam

Adsorben yang umum di pakai dalam kromatografi lapis tipis (KLT) adalah :

(24)

- alumina(aluminium axyde)

- kieselguhr(diatomeus earth)

Fase Gerak

Pemilihan fase gerak tergantung pada analit yang akan di analisis dan fase diam yang

di gunakan bila fase diam telah di tentukan maka pemilihan fase gerak dapat

berpedoaman pada kekuatan elusi fase gerak tersebut .

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium kimia Analisa Universitas Malahayati

Bandar Lampung

b. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan padabulan juli sampai agustus 2013

(25)

1. Alat

a) Erlenmeyer

b) Beaker glass

c) Kertas saring

d) Mortir dan Stemper

e) Batang pengaduk

f) Chamber

g) Plat silica gel 254

h) Gelas ukur

i) Kertas whatman no 1

2. Bahan

a) Aseton

b) Toluen

c) Asam asetat glacial

d) Silika gel GF 254

e) Larutan besi (III) klorida

f) Baku pembanding asam salisilat

(26)

C. Metodologi Penelitian 1.Tekhnik Sampling

a) Populasi

populasi dari penelitian ini adalah sabun bayi sediaan batang yang hanya

di jual di toko yang terletak di jalan bukit kemiling permai

b) Sampel

pengambilan sampel adalah semua sabun bayi sediaan batang yang

berwarna putih dari 5 pedagang yang di jual di jalan bukit kemiling permai.

2) Organoleptis

Di lihat dari bentuk nya berupa padat empat persegi panjang, bau

harum,warna putih.

3) Prosedur Penelitian

a. Perlakuan pada sampel

- Sampel di potong-potong digerus halus ,kemudian di timbang lebih

kurang 5 gram lalu di larutkan dengan aseton , di aduk dan di saring.

(27)

a) Penanganan sampel A (1997 , Badan Pengawas Obat Dan Makanan)

- Sejumlah lebih kurang 5 g cuplikan,yang telah di haluskan

menggunakan mortir di tambah 25 ml aseton, di aduk dan di saring

(A)

b) Penanganan bahan baku Asam Salisilat

- Sejumlah lebih kurang 25 mg asam salisilat BPFI di larut kan dalam 25

aseton (B)

c) Penanganan BP + sampel

- Sejumlah volume yang sama larutan A dan B di campur (C)

2)Identifikasi

Larutan A, B dan C masing-masing ditotolkan secara terpisah dan di

kromatografi lapis tipis sebagai berikut:

Fase Diam :Silika gel GF 254

Fase Gerak :Toluen – asam asetat glacial (80 : 20)

(28)

Penjenuhan :Dengan kertas saring

Volume penotolan :Larutan A,B dan C masing-masing 30

ul

Jarak rambat :15 cm

Penampak bercak :i. cahaya ultraviolet 254 nm,bercak asam

salisilat berwarna biru ungu

:ii. Larutan besi (III) klorida 5%,bercak

asam salisilat berwarna ungu

Persyaratan

Sabun bayi tidak boleh mengandung asam salisilat

Larutan A tidak boleh memberikan bercak dengan warna dan harga Rf yang sama

dengan harga Rf bercak larutan B dan C.

D. Analisa Data

Jarak pengembangan kromatogram

dinyatakan dengan harga Rf sebagai berikut :

(29)

Dari data yang di hasilkan dapat di tarik kesimpulan apabila bercak

larutan uji sama dengan atau sejajar dengan bercak baku pembanding dan

warna bercak kedua sama dapat di simpulkan bahwa sabun bayi sediaan

batang yang berwarna putih yang di analisa positif mengandung asam salisilat.

Selanjutnya dari data yang terkumpul dapat dilakukan analisa berdasarkan

jumlah sabun bayi yang mengandung asam salisilat ,dengan perhitungan

persentasi yaitu :

% sampel yang mengandung asam salisilat

- Jumlah sampel yang mengandung asam salisilat x100% jumlah sampel yang di periksa .

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI .No. 220/Menkes/Per,1997 , Larangan Pengedaran Kosmetika ,

Direktorat Jendral Badan Pengawas Obat dan Makanan ,Jakarta.

Hui, Y. H, 1996, Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, fifth edition ,New York: Jhon Willey

http; // www. Magarimagazine.com/cetak/2010

Cynthia wisiella , 2008,Analisa Farmasi ,Gajah mada University , Yogyakarta.

Luthana yissa, 2010, Bahan pembuatan sabun , Universitas Indonesia , Depok.

http; // www . mothercare .com /cetak /2011

Fessenden dan Fessenden ,1982 ,Kimia Organik ,Erlangga, jilid 1,Jakarta.

Widianto ,2010 , Analisa Farmasi , Universitas sriwijaya , Palembang

(31)

Referensi

Dokumen terkait

27 Menghitung sendiri besar pajak terutang akan meningkatkan kepercayaan saya dalam

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan

Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan ( bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis ) yang terbentuk melalui tiga

Model administrasi negara sebagai alat negara dan bukan aparat pemerintah ini dapat dilihat pada administrasi negara Jerman, yang juga dijadikan rujukan oleh Menteri Pemberdayaan

Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving dan Discovery Learning,

Diharapkan akan dapat meminimalkan terjadi komplikasi baik akut maupun kronis (Setyorini, 2017). Pasien DM yang menjalani diet meng- alami tingkat stres yang tinggi. Hal

Rujukan iu hamil dan neonatus yang eresiko tinggi merupakan komponen Rujukan iu hamil dan neonatus yang eresiko tinggi merupakan komponen yang penting dalam sistem

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan situasi