• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT THE ANALYSIS OF FINISHING SLOWNESS FACTORS ON SELF- MANAGEMENT PROJECTS THE CONSTRUCTION OF ELEMENTARY SCHOOL BUILDINGS IN PESISIR SELATAN REGENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ABSTRACT THE ANALYSIS OF FINISHING SLOWNESS FACTORS ON SELF- MANAGEMENT PROJECTS THE CONSTRUCTION OF ELEMENTARY SCHOOL BUILDINGS IN PESISIR SELATAN REGENCY"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISA FAKTOR KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

SWAKELOLA KONSTRUKSI GEDUNG SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

Oleh:

EDI WARMAN NPM.1310018312035

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

(2)

1 ANALISA FAKTOR KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

SWAKELOLA KONSTRUKSI GEDUNG SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN PESISIR SELATAN

1

Edi Warman, 1Zuherna Mizwar,1Wardi. M.Si 1

Program Studi Magister Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Bung Hatta 1

Program Studi Magister Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Bung Hatta Email : ediwm_27@yahoo.com

ABSTRAK

Penyaluran dana swakelola pada kegiatan dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan untuk pekerjaan rehabilitasi, pembangunan ruang kelas dan pembangunan perpustakaan dengan membentuk panitia pembangunan sekolah (P2S), SDM P2S yang kurang berpengalaman dibidang konstruksi dan manajemen proyek sehingga menimbulkan masalah, seperti kwalitas pekerjaan yang kurang sempurna dan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan dimana waktu pelaksanaan dibatasi oleh tahun anggaran. Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui faktor yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Deskriptif. Objek penelitian ini adalah Sekolah Dasar (SD) penerima dana alokasi khusus dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Populasi dari penelitian ini adalah 630 orang Panitia pembangunan sekolah. Metode penarikan sampel adalah non probability sampling dengan jenis purposive sampling dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik survey dengan instrumen kuisoiner. Analisis yang digunakan untuk menjawab persoalan penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung total capaian responden (TCR) dan analisis Cochran Test. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: a). faktor peralatan, faktor tenaga kerja, faktor material dan faktor lain lain secara keseluruhan memiliki pengaruh kuat dalam menyebabkan keterlambatan pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan, b) Faktor faktor yang paling dominan dalam yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan yang dijelaskan berdasarkan sub indikator adalah: Pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, Kurangnya Koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, kedisiplinan tenaga kerja, Tingkat keahlian pekerja, Peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi kerja, Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai rencana, Tingkat keselamatan pekerja, Perubahan disain konstruksi, keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan, dan ketidak tepatan waktu pemesanan.

(3)

2 ABSTRACT

THE ANALYSIS OF FINISHING SLOWNESS FACTORS ON SELF-MANAGEMENT PROJECTS THE CONSTRUCTION OF ELEMENTARY

SCHOOL BUILDINGS IN PESISIR SELATAN REGENCY

BY: EDI WARMAN,MAIN SUPERVISOR: DR. ZUHERNA MIZWAR, S.T., M.T. ASSISTANT SUPERVISOR: DR. IR. WARDI, M.Si.

The distribution of self-management fund at the project of specific allocation fund (SAF) education sector for projects of rehabilitation, building of new class room and libraries by forming the committee of school building (CoSB), however the human resources of CoSB are not good experiences in both construction and project management, it causes problems appearance, such as not perfect project results, and slowness of finishing project. The purpose of this study is to analyze the dominant factors cause slowness in finishing project of rehabilitation and building new class room, libraries of Specific allocation Fund program by system self-management in Pesisir Selatan Regency. This study is using quantity approach with descriptive method. The Object of this study is the elementary schools that receive SAF from year 2012 until 2015. The population of this study is committee of school building amount 630 person. The method of getting sample is non probability sampling with purposive sampling by using total sample 100 respondent. Technical of collecting data is survey by using questioner instrument. To answer the issue of this study is using descriptive analysis that calculate the total of respodent achievement (ToRA) and analysis of Cochran Test. The Results of this study reveal: a). Factor of equipment, labor, material and others strongly influence to cause the lowness of project rehabilitation and building new class room and library of SAF program by self-management system in Pesisir Selatan Regency, b). The dominant factor that causing the slowness of finishing project is explained according to sub indicators are: slowness fund releasing, less coorporative among people involved in project, undiscipline labors, level of labor skill, not qualified equipments, process of working not based on planning, level of labor safety, rechanging construction design, slowness of equipments delivering and supplying, and out of time equipment ordering.

(4)

3 PENDAHULUAN

Pendidikan adalah potensi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan nasional. Pendidikan mempunyai peranan strategis terhadap pertumbuhan ekonomi dan menjaga atau mempertahankan nilai-nilai sosial budaya kebangsaan Indonesia. Supaya pendidikan dasar memenuhi standar pelayanan mutu diperlukan untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis, dan tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya.

Urgensi pengalokasian DAK di Kabupaten Pesisir Selatan adalah berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir tahun 2012, sekolah dasar di kabupaten Pesisir Selatan berjumlah 382 Sekolah Dasar, Sekolah ini tersebar di 15 kecamatan dengan jumlah Ruang belajar 2713, sedangkan ruang yang ada 2508, dari 2508 Ruang ditemukan 57 ruang rusak berat, 107 rusak sedang dan 522 rusak ringan dan kekurangan pustaka 195 sekolah.( sumber Dinas Pendidikan Kab. Pesisir Selatan).

Tujuan penerapan metode swakelola adalah untuk menimbulkan rasa memiliki terhadap sekolah dan meningkatkan kepedulian terhadap dunia pendidikan dikalangan masyarakat/pengelola dan Pengguna sekolah, dengan adanya rasa memiliki ini diharapkan gedung sekolah mempunyai kualitas yang baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Penggunaan konsep swakelola dalam pelaksanaan kegiatan program rehabilitasi dan pembangunan ruang kelas dengan membentuk panitia pembangunan sekolah (P2S), sumber daya manusia P2S yang kurang berpengalaman di bidang konstruksi dan manajemen proyek, sehingga menimbulkan masalah, seperti kwalitas pekerjaan yang kurang sempurna

dan keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan,dimana pelaksanaan proyek dibatasi oleh tahun anggaran.

Untuk menjamin ketersediaan standar pelayanan minimum (SPM) di Kabupaten Pesisir Selatan tentunya persoalan keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan rehabilitasi dan pembangunan sarana dan prasarana pada program dana alokasi khusus (DAK) perlu dilakukan analisis, agar kedepannya ada jaminan untuk terlaksananya kegiatan rehab dan pembangunan sarana prasarana yang tepat waktu serta memiliki kwalitas yang baik. Untuk mendukung hal di atas, maka penulis akan meneliti tentang ”Analisa faktor keterlambatan penyelesaian pekerjaan swakelola konstruksi gedung Sekolah Dasar di Kabupaten Pesisir Selatan”.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan. TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Proyek Konstruksi

(5)

4 manusia (non human) yang diorganisir dan

diatur sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir” (H. Kerzner, 1989). Konsep merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan proyek konstruksi karena tanpa adanya konsep yang jelas dan terukur maka pekerjaan proyek tidak akan bisa terlaksana sesuai dengan perencanaan atau tujuan.

Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi

Sesuai dengan apa yang telah di tetapkan pada Keppres No. 54/2010 bahwa metode pemilihan penggunaan jasa konstruksi dapat dibagi menjadi 5 cara yaitu:

1. Pelelangan umum

Pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

2. Pelelangan terbatas

Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mempunyai kemampuan terbatas pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

3. Metoda pemilihan langsung

Pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.

4. Penunjukan langsung

Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan.

5. Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri atau tenaga dari luar, baik tenaga ahli mapun tenaga upah borongan. Tenaga ahli tidak boleh lebih 50 persen dari tenaga sendiri.

Defenisi Keterlambatan Proyek Konstruksi

(6)

5 Menurut Callahan (1992),

keterlambatan (delay) adalah apabila suatu aktifitas atau kegiatan proyek konstruksi mengalami penambahan waktu, atau tidak diselenggarakan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Keterlambatan menurut Ervianto (1998) adalah sebagai waktu pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda atau tidak diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan.

Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi

Ahuja dan Walsh, (1983;323) mengemukakan bahwa keterlambatan pelaksanaan proyek selain diakibatkan oleh kesalahan estimasi tingkat produksi dari kontraktor juga dapat diakibatkan oleh pemilik proyek.

Menurut Hira N. Ahuja dalam buku

Production Management , 1984

menyebutkan bahwa beberapa aspek yang menyebabkan penurunan produktifitas kerja yang pada giliranya menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek, aspek-aspek tersebut dibagi kedalam empat bagian, yaitu aspek peralatan, aspek tenaga kerja, aspek material dan aspek lainnya.

1. Faktor Peralatan 2. Faktor tenaga kerja 3. Faktor material 4. Faktor lain- lain

Menurut Thomas dan Napolitan dalam jurnalnya yang berjudul Quantitatve effects of construction on labor productivity, menyimpulkan bahwa ketika perubahan disain terjadi dalam suatu pekerjaan konstruksi, maka akan terdapat kehilangan efesiensi sekitar 30%. Rendahnya pekerjaan pekerja sangat terkait dengan perubahan prosentasi perubahan disain (change work), gangguan (disruptions), pekerjaan ulang (rework). Gangguan yang terpenting dalam suatu

pelaksanaan proyek adalah kurangnya material dan informasi yang banyak membuat perkerjaan keluar dari alurnya.

Menurut John Cristian dan Daniel Hackey dalam jurnal effect of delay times of production rate on Construction, menjelaskan bahwa kemacetan waktu pekerjaan proyek bisa diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: waiting time dan idle, dimana pekerjaan bisa dilakukan oleh pekerja tetapi tidak dilakukan karena pekerja tidak bekerja dan pekerjaan tidak bisa dilakukan kerena pengiriman material yang terlambat. 2.1 Konsep Swakelola

Istilah swakelola menurut Pasal 26 Ayat (1) Perpres nomor 70 tahun 2012: “Swakelola merupakan kegiatan pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri olehK/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.” Pasal 26 a yat(3) Perpres Nomor 70 Tahun 2012 menyebutkan bahwa prosedur swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan.

(7)

6 Istilah Swakelola menurut Pasal 26

Ayat (1) Perpres Nomor 54 Tahun 2010: “Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.”

Aturan Hukum Swakelola

Pengadaan Barang/jasa pemerintah di Indonesia saat ini didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (selanjutnya disebut Perpres Nomor 54 Tahun 2010). Peraturan Presiden ini dalam pelaksanaannya telah mengalami beberapakali perubahan diantaranya Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 8. Tahun 2006, Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006, dan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Perpres Nomor 54 Tahun 2010, pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian / Lembaga / Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Lebih lanjut diatur dalam pasal 3 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 ini, bahwa pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui pemilihan penyedian barang/jasa dan dengan cara swakelola.

Pengadaan barang/jasa secara swakelola sebagaimana diatur dalam BAB V dan dijabarkan lebih lanjut dalam Lampiran VI Perpres Nomor 54 Tahun 2010 adalah Pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya sebagai penanggungjawab anggaran, instansi pemerintah lainnya dan/atau kelompok masyarakat.

Prinsip dasar pengadaan, yaitu prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Keppres No. 80/2003 hanya bermakna jika prosedur dan tata cara pelaksanaan pengadaan secara konsisten mengacu pada prinsip tersebut.

Berdasarkan Pasal 31 huruf (a) Perpres No. 54 Tahun 2010, maka selanjutnya pejabat pembuat komitmen membuat kontrak pelaksanaan pengadaan swakelola dengan penanggung jawab kelompok masyarakat.

Hukum perikatan sebagaimana diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Pasal 1338 KUH perdata menyebutkan bahwa: ”Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagi undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang karena undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.”

Konsep Program Dana Alokasi Khusus (DAK)

(8)

7 Dalam peraturan menteri pendidikan

dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2013 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan tahun anggaran 2014 pelaksanan pekerjaan untuk fisik mengunakan metoda swakelola.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2013.

Dana alokasi khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

DAK dialokasikan bertujuan untuk : a. Mendukung penuntasan program

wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu dan merata dalam rangka memenuhi standar pelayanan minimal dan secara bertahap memenuhi standar nasional pendidikan; dan

b. Mendukung pelaksanaan pendidikan menengah universal melalui penyediaan sarana prasarana pendidikan yang berkualitas dan mencukupi.

Kegiatan DAK bidang pendidikan dasar untuk SD/SDLB:

a. Diprioritaskan untuk membiayai pengadaan dan distribusi buku teks pelajaran sesuai kurikulum 2013 untuk sekolah dasar sehingga kebutuhan buku seluruh peserta didik kelas I, II, IV dan V semester II pada tahun pelajaran 2014-2015 terpenuhi. b. Sisa DAK bidang pendidikan dasar

untuk SD/SDLB setelah digunakan untuk membiayai pengadaan dan distribusi buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud digunakan untuk membiayai peningkatan prasarana pendidikan dan pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan

Peningkatan prasarana pendidikan antara lain: a) rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak sedang beserta perabotnya, b) pembangunan ruang kelas baru (RKB) termasuk sanitasi dan perabotnya; dan/atau, c) pembangunan ruang perpustakaan termasuk sanitasi dan perabotnya, d) pembangunan asrama siswa dan/atau rumah dinas guru untuk daerah khusus beserta perabotnya.

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan

Dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2014 yang selanjutnya disebut DAK bidang pendidikan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan bidang pendidikan di daerah sesuai dengan prioritas nasional bidang pendidikan tahun anggaran 2014.

Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 100 tahun 2013 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2014 yang diperuntukkan bagi SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA, dan SMK.

Beberapa bidang kegiatan yang dialokasikan dari DAK bidang pendidikan tahun anggaran 2014 bagi SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA, dan SMK di antaranya untuk membiayai pengadaan dan distribusi buku teks pelajaran sesuai kurikulum 2013, Peningkatan prasarana pendidikan, dan pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan sebagai berikut :

(9)

8 bahasa, f) peralatan pendidikan seni budaya

dan keterampilan, g) rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak sedang beserta perabotnya, i) pembangunan ruang kelas baru (RKB) termasuk sanitasi dan perabotnya, j) pembangunan ruang perpustakaan termasuk sanitasi dan perabotnya, k) pembangunan asrama siswa dan/atau rumah dinas guru untuk daerah khusus beserta perabotnya.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada sekolah dasar (SD) yang menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan pembangunan gedung baru program dana alokasi khusus (DAK) di Kabupaten Pesisir Selatan dan mengacu pada surat keputusan Bupati Pesisir Selatan tentang penetapan sekolah dasar penerima dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2012 sampai dengan tahun 2015.

Pendekatan Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian (Guba & Lincoln, 1988: 89-115). Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999:1213).

Pada penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Deskriptif. Nazir (dalam Anwar, 2011). Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah panitia pelaksana penerima bantuan rehabilitasi, pembangunan ruang kelas baru dan pembangunan ruang perpustakaan sekolah dasar program dana alokasi khusus

(DAK) tahun 2012 s/d 2015 di sekolah dasar (SD) yang mengalami keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan di Kabupaten Pesisir Selatan yang berjumlah 63 Sekolah dasar. Jumlah panitia pelaksana dari setiap masing masing sekolah adalah 10 orang, maka jumlah populasi dari penelitian ini adalah 63 SD x 10 orang panitia = 630 orang.

untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 responden. Dalam melakukan pemilihan sampel digunakan rumus Slovin.

Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011,38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian N

o

(10)

9 Metode Analisis Data

Analisis Deskriptif

(11)

10 proses pengolahan data yang telah

di dapat dari responden a. Verifikasi data

Yaitu memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden memastikan apakah semua pernyataan sudah di jawab dengan lengkap oleh responden. b. Menghitung nilai jawaban

1. Menghitung frekuensi jawaban yang diberikan responden atas setiap item pertanyaan yang di ajukan. Kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Frekuensi (f)

p = __________________ x 100% Jumlah responden (N) Dimana :

P = Persentase hasil yang diperoleh F = Frekuensi hasil yang diperoleh N= Jumlah responden yang akan

dijadikan sampel

100% = Angka tetap persentase Menghitung rata - rata skor total item dengan menggunakan

Rumus= 5A+4B+3C+2D+1E 100

Keterangan : A = Sangat Setuju D = Tidak Setuju B = Setuju

E = Sangat Tidak Setuju C = Cukup Setuju

Menghitung nilai rerata jawaban responden dengan menggunakan rumus :

(Nasir, 2003: 282)

Dimana : = skor total n = jumlah responden 2. Menghitung nilai TCR

masing-masing kategori dari deskriptif variabel, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

TCR

Dimana

TCR= Tingkat capaian responden Rs = rata-rata skor jawaban

responden (rerata) n = nilai skor jawaban Nilai persentase dimasukkan ke dalam kriteria (Riduwan 2007:22) sebagai berikut :

a. Interval jawaban responden 81– 100% kategori jawabannya sangat kuat.

b. Interval jawaban responden 61-80% kategori jawabannya kuat.

c. Interval jawaban responden 41– 60% kategori jawabannya cukup kuat.

d. Interval jawaban responden 21– 40% kategori jawabannya lemah. e. Interval jawaban responden 0–20%

kategori jawabannya sangat lemah. Analisis Cochran Test

(12)

11 setiap atribut yang dimulai dengan

pengujian semua variabel/ atribut. Rumus Uji Cochran :

Sumber: Ujang Sumarwan( 2012;89)

Keterangan:

k = Banyaknya variabel n= kekompok contoh

Ri = Jumlah baris jawaban “ya” Cj= Jumlah kolom jawaban “ya” Dasar pengambilan keputusan: 1. Jika Cochran hitung > X2 tabel,

maka atribut tidak memenuhi variabel faktor- faktor yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek.

2. Jika Cochran hitung < X2 tabel, maka memenuhi variabel faktor- faktor yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Faktor-Faktor yang Menyebabkan

Keterlambatan Dalam Penyelesaian

Pekerjaan Proyek Konstruksi Rehab dan Pembangunan Ruang Kelas Baru, serta

Pembangunan Pustaka Program Dana

Alokasi Khusus (DAK) dengan Sistem Swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan. Penyajian data masing-masing variabel adalah dalam bentuk distribusi frekuensi di mana masing-masing responden memberikan penilaian sesuai

keadaan yang sebenarnya. Hasil penelitian ini didasarkan pada isian responden yang berjumlah100 orang.

Variabel Faktor Peralatan (X1)

indikator peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi dan keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan mempunyai rata-rata paling tinggi yaitu 3,34 dan 3,31 dengan tingkat ketercapaian responden 68% di mana nilai ini mempunyai interprestasi skor dengan kuat (Interval jawaban responden 61%-80% kategori jawabannya kuat), artinya rata-rata responden beranggapan setuju, bahwa indikator peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi dan keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan adalah faktor peralatan yang kuat mempengaruhi dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan indikator peralatan yang sudah usang, dan kesalahan penempatan perawatan mempunyai rata-rata skor paling rendah yaitu 2,9 dengan tingkat ketercapaian responden 59% di mana nilai ini masih termasuk kategori cukup kuat (Interval jawaban responden 41–60% kategori jawabannya cukup kuat). Hal ini berarti bahwa rata-rata responden beranggapan cukup setuju indikator peralatan yang sudah usang, dan kesalahan penempatan perawatan adalah faktor peralatan yang cukup mempengaruhi dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan. Variabel Faktor Tenaga Kerja (X2)

indikator kedisiplinan tenaga kerja mempunyai rata-rata paling tinggi yaitu

(13)

12 3,67 dengan tingkat ketercapaian responden

75% di mana nilai ini mempunyai interprestasi skor Kuat (Interval jawaban responden 61%-80% kategori jawabannya kuat). Sedangkan indikator faktor tenaga kerja yang lain (Tingkat keahlian pekerja, motivasi kerja tenaga kerja, tingkat keselamatan pekerja, jumlah pekerja yang kurang memadai, kurangnya teknik pengawasan pekerjaan, dan komunikasi anatara pekerja dan kepala tukang/ mandor juga berada pada interpretasi kuat karena berada pada interval jawaban responden 61%-80% dengan kategori jawabannya kuat dengan skor rata rata secara keseluruhan 72%. artinya rata-rata responden beranggapan setuju, bahwa faktor tenaga kerja secara keseluruhan berpengaruh dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

Variabel Faktor Material (X3)

indikator Kekurangan material dilapangan dan Volume material yang dikirim jumlahnya tidak tepat mempunyai rata-rata paling tinggi yaitu 3,29 dengan tingkat ketercapaian responden 67% seta diikuti oleh indikator kualitas material dan ketidak tepatan waktu pemesanan dengan nilai total capaian responden masing masing 64% dan 61%, dimana nilai ini mempunyai inter prestasi skor dengan kuat (Interval jawaban responden 61%-80% kategori jawabannya kuat), artinya rata-rata responden beranggapan setuju, bahwa indikator kekurangan material dilapangan dan volume material yang dikirim jumlahnya serta indikator kualitas material dan ketidak tepatan waktu pemesanan adalah faktor material yang mempengaruhi dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru,

dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

Sedangkan indikator pencurian material (TCR 53%), kerusakan bahan ditempat penyimpanan (TCR 56%), dan kelangkaan karena kekhususan (TCR 60%) termasuk kategori cukup kuat (Interval jawaban responden 41–60% kategori jawabannya cukup kuat). Hal ini berarti bahwa rata-rata responden beranggapan cukup setuju indikator pencurian material, kerusakan bahan ditempat penyimpanan, dan kelangkaan karena kekhususan adalah faktor peralatan yang cukup mempengaruhi dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan Variabel Faktor Lain- Lain (X4)

indikator faktor lain lain (perubahan disain konstruksi, kurangnya koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai rencana, pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, dan kondisi cuaca) memiliki rata rata 3,66 dan total capaian responden 75% dimana nilai ini mempunyai interprestasi skor kuat (Interval jawaban responden 61%-80% kategori jawabannya kuat), artinya rata-rata responden beranggapan setuju, bahwa keseluruhan indikator dari faktor lain- lain tersebut berpengaruh kuat dalam menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan proyek konstruksi rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

Analisis Cochran Test

(14)

13 pada proyek rehab dan pembangunan ruang

kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan dapat menggunakan Uji Cochran Test.

Adapun indikator yang di analisis pada uji Uji Cochran Test ini adalah peralatan yang sudah usang, perawatan peralatan yang kurang, kesalahan penempatan perawatan, peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi kerja, keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan, tingkat keahlian pekerja, motivasi kerja tenaga kerja, tingkat keselamatan pekerja, kedisiplinan tenaga kerja, jumlah pekerja yang kurang memadai, kurangnya teknik pengawasan pekerjaan, komunikasi antara pekerja dan kepala tukang/mandor, kekurangan material dilapangan, pencurian material, kualitas material, volume material yang dikirim jumlahnya tidak tepat, kerusakan bahan ditempat penyimpanan, kelangkaan karena kekhususan, ketidak tepatan waktu pemesanan, perubahan disain konstruksi, kurangnya koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai rencana, pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, dan kondisi cuaca.

Tes cohran hitung adalah 26,56557, sedangkan nilai X2 tabelnya adalah 35,17246. pada proses ini telah didapat nilai cohcran hitung < X2 tabel atau 26,56557<35,17246, maka dapat diketahui pada proses uji cohranc ini memiliki asosiasi yang sama. Hal ini berarti proses cohranc sudah dapat di hentikan dan indikator yang ada secara bersama-sama bisa menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan.

Faktor faktor yang paling dominan dalam yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada proyek

rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan adalah a). Faktor laian–lain: pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, kurangnya koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, dan perubahan disain konstruksi , b). faktor tenaga kerja: kedisiplinan tenaga kerja, tingkat keahlian pekerja, pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai rencana, tingkat keselamatan pekerja, c). faktor peralatan: peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi kerja, keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan, d). faktor material: ketidak tepatan waktu pemesanan.

KESIMPULAN DAN SARAN

1 .Faktor yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan konstruksi gedung secara swakelola, adalah faktor peralatan mempunyai interprestasi skor kuat, faktor tenaga kerja mempunyai interprestasi skor kuat, faktor material mempunyai interprestasi skor kuat walaupun hampir mendekati skor cukup kuat. dan faktor lain-lain mempunyai interprestasi skor kuat

2. Faktor faktor yang paling dominan menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola di Kabupaten Pesisir Selatan, adalah:

a. Faktor lain–lain dengan indikator pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, kurangnya koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, dan perubahan disain konstruksi.

(15)

14 c. Faktor peralatan dengan indikator

peralatan yang tidak sesuai dengan kondisi kerja, keterlambatan penyediaan atau pengiriman peralatan.

d. Faktor material dengan indikator yaitu ketidak tepatan waktu pemesanan.

Saran.

1. Pemerintah daerah Kabupaten Pesisir Selatan diharapkan melakukan perbaikan dan membuat sistem serta strategi yang tepat, sehingga persoalan pencairan dana kegiatan yang tidak tepat waktu, kurangnya koordinasi antara pihak yang terlibat didalam proyek, perubahan disain konstruksi tidak lagi menjadi persoalan utama dalam menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola.

2. Diharapkan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan sosialisasi dan pelatihan baik teknis maupun administrasi kepada sekolah dan panitia pembangunan sekolah ( P2S ) sebelum melaksanakan kegiatan rehab dan pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan pustaka program dana alokasi khusus (DAK) dengan sistem swakelola

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat Fathoni, 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rineka Cipta.

Ahuja, Hira, N. 1984. Production Manajemen, Newyork: Prentice Hall Inc.

Ahuja, Hira, N and Walsh, Michel A. 1980.

Sucsess Fool Methods in Cost

Engineering. Toronto: Jhon Wiley & Sons.

Alfitriadi, 2014. Pengadaan Barang Dan Jasa Dalam Bentuk Swakelola Pada Fakultas Teknik Unand Padang.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azwarudin, 2008. Pengertian Manajemen Konstruksi, Bandung: Pendidikan Teknik Sipil

Buckley, R. 2004. General Principle of Fracture Care, Department of Surgery, Division of Orthopaedi,

Canada: University of Calgary. Effendi, 2015. Kompetensi Project

Kompetensi Project Kompetensi Project Manager dalam Cost Accounting.

http://knowledgecenter.ptpp.co.id/ app,

Ervianto, Wulfram I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: ANDI

Idris. 2006. Aplikasi SPSS Dalam Analisis Data Kuantatif. Padang: FE UNP

Imam Soeharto, Ir. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, 2003 Kerzner, Harold. 1995. Project

(16)

15 Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 54. 2010. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Surabaya: Anfaka Perdana.

Priyatno, Dwi, 2012 Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakon,

Riduwan, Kuncoro Engkos Ahmad. 2007. Cara menggunakan dan memakai analisis jalur (path analysis). Bandung: Alfabeta.

Rusman, Muttaqin, Malahayati, 2012. Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kinerja Waktu Pelaksanaan Konstruksi Gedung Secara Swakelola (Studi Kasus : Proyek Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Di Provinsi Aceh). Jurnal Teknik Sipil Volume 1, No. 1, Agustus 2012 ISSN 2302-0253 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pp. 97- 111.

Soeharto.I, 1995. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Ke-20. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: ANDI.

Sumarwan,U,dkk, 2012. Riset Pemasaran dan Konsumen, seri 2, Bogor: PT Penerbit Press Bogor.

Widodo, T. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Solo:UNS Press. Wirabakti, Abdullah, Maddeppungeng.

2014. Studi Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian sarana dalam laboratorium ada satu itemnya yaitu Kenyamanan yang memenuhi standar ada 4 orang atau 27,67% yang sangat sesuai, 8 orang

Mlaran ini berlaku mulai sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila frkemudian hariterdapat kekeliruan akan diadakan peninjauan kembali

“The Performance effects of complementarities between manufacturing practices and management accounting systems.” Journal of Management Accounting Research 10:325-346.. Manajemen

Dimensi produk Dimensi produk sederhana karena hanya menyimpan daya dari aliran listrik PLN Solar charging bag memiliki dimensi yang lebih sederhana yang memungkinkan untuk

Setelah selesai membuat lumpur dasar selanjutnya menentukan Filtration Loss menggunakan API filter press dengan prosedur sebagi berikut yang pertama yaitu

Karena nilai signifikan ini lebih kecil dari taraf signifikan α = 0,05, maka pengujian bersifat signifikan sehingga diputuskan menolak H0, yang berarti terdapat

Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua buah cognition yaitu values (nilai) dan intentions (tujuan). Umumnya, manajer menerima penetapan tujuan

Pergaulan Mahasiswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda tentunya akan menghasilkan pola perilaku yang menarik untuk dicermati. Mahasiswa yang tinggal