• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang

Latar Belakang ini berisi sekumpulan isu yang menjadi dasar pemikiran penulisan ini. Pembahasan latar belakang dibagi menjadi tiga bagian, dengan tajuk "Tren Penggunaan Kereta Api di Indonesia", "Perlunya Perbaikan dan Peluasan di Sasiun Malang Kotabaru", "Shopping Mall sebagai Gaya Hidup di Kota Malang", dan "Ruang Publik yang Atraktif".

I.1.1 Tren Penggunaan Kereta Api di Indonesia

Kereta api merupakan sarana transportasi yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Pada masa kolonial, kereta api digunakan sebagai transportasi utama pengangkut hasil bumi seperti: kina, teh atau tembakau, dari perkebunan menuju ke pelabuhan. Perkembangan kereta api selanjutnya digunakan untuk mengangkut penumpang dalam jumlah besar, dan berperan penting pada masa perjuangan kemerdekaan. Sejarah mencatat kereta api berperan dlam distribusi logistik, mengangkut pejuang di wiliayah Yogyakarta-Magelang-Ambarawa, hingga berpindahnya pemerintahan RI dari Jakarta ke Yogyakarta. Dewasa ini pengguna transportasi kereta api terus meningkat, dan kereta api menjadi transportasi favorit

(2)

2 Tabel 1 Jumlah Penumpang Kereta Api di Pulau Jawa Tahun 2011-2015 (ribu orang) 1 Bulan Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 16446 15801 14.573 20.698 24 254 Februari 14519 15126 14.315 19.628 22 394 Maret 16584 16701 15.521 22.427 26 841 April 16031 16376 15.724 21.502 26 150 Mei 17018 17401 15.795 22.547 27 450 Juni 16806 17687 16.932 23.415 27 118 Juli 17632 17956 19.917 22.125 27 077 Agustus 14492 16675 19.031 22.763 27 351 September 16353 16063 19.439 23.219 Oktober 16062 16828 20.198 24.503 November 15765 15436 19.578 23.986 Desember 16333 15745 20.992 25.791 Total 194041 197795 212.015 272.604

Jika dilihat dari data tabel di atas, jumlah penumpang kereta api di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa selalu mengalami pengingkatan setiap tahun rata-rata 20% sampai 30%. Hal ini juga didukung oleh perbaikan fasilitas tiap tahunnya dalam kereta, seperti stop kontak pada setiap tempat duduk, layanan kereta ekonomi AC, ketepatan waktu dalam keberangkatan kereta, fasilitas pemesanan tiket online, mesin cetak tiket mandiri. Fasilitas tersebut semakin mempermudah penumpang untuk menggunakan moda transportasi ini, dan keamanan ketika bepergian juga terjamin ketika di dalam kereta.

1

(3)

3 I.1.2 Perlunya Perbaikan dan Perluasan Stasiun Malang Kotabaru

Kota Malang merupakan salah satu kota besar di Jawa Timur yang banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Dilihat dari aspek perkembangan jumlah penduduk tetap, jumlah penduduk Kota Malang tahun 2014 mencapai 857.891 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per tahun. Dengan luas Kota Malang 110,06 km2, kepadatan penduduk Kota Malang mencapai 7800 jiwa/km22. Jumlah wisatawan juga meningkat setiap tahunnya rata-rata Hal ini juga didukung oleh banyaknya perguruan tinggi favorit di Kota Malang, dengan jumlah 36 universitas negeri dan swasta, dan beberapa SMA dan SMP baik negri maupun swasta, tak heran jika Kota Malang disebut sebagai kota pendidikan .

Selain itu, besarnya potensi wisata juga menarik wisatawan untuk mengunjungi kota Malang, tahun 2014 lalu jumlah wisatawan di Malang mencapai angka 2,9 juta3. Hal ini berimbas pada meningkatnya keperluan transportasi dan kereta api menjadi pilihan utama menuju Kota Malang. Menurut Kasi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang, Budi Heriyanto4, jumlah wisawatan di Kota Malang masih didominasi oleh wisatawan asal Jakarta, yang sebagian besar menggunakan transportasi kereta api. Selain sebagai sarana bepergian jarak jauh untuk berlibur atau pulang kampung, kereta api di Kota Malang juga digunakan untuk jarak dekat yakni kereta api komuter yang menghubungkan kota-kota pusat bisnis dengan kota kecil di sekitarnya.

Stasiun sebagai prasarana utama transportasi kereta api, menjadi pengaruh yang luar biasa bagi perkembangan sebuah kota. Stasiun Malang Kotabaru menjadi nodes yang menghubungkan Malang dengan kota kecil di sekitarnya seperti Blitar, Jember, Jombang, Banyuwangi, Blimbing, dll. Stasiun menjadi salah satu pintu gerbang penghubung arus masuk maupun keluar dari Malang tentunya memiliki nilai vital untuk perkembangan kota selanjutnya. Stasiun Malang Kotabaru dapat menjadi sebuah titik pusat perkembangan bagi kota, namun ironisnya pada saat ini Stasiun Kereta Api Malang Kotabaru yang terletak di Klojen ini dirasa tidak mampu mengakomodasi kebutuhan pengunjung setiap

2 http://malangkota.bps.go.id/ diakses 22/10/2015, 09:48 3 http://radarmalang.co.id/ diakses 22/10/2015, 10:07 4 http://halomalang.com/ diakses 21/10. 2015, 19.56

(4)

4

hari. Stasiun yang beroperasi 24 jam ini, memiliki minimal jumlah penumpang mencapai 3.000 orang setiap harinya dan kedatangan mencapai 4.000 orang. Belum lagi jika masa liburan, penumpang yang datang dapat mencapai 7.000 orang/ hari, hal ini tidak sebanding dengan eksisting stasiun yang hanya mampu menampung kurang dari 1.000 penumpang/hari5. Overcapacity yang terjadi ini menurunkan kenyamanan bagi penumpang, seperti kapasitas ruang tunggu yang tidak memadai, sehingga banyak penumpang yang harus berdiri di peron. Kemudian, tidak adanya fasilitas ruang publik seperti plaza tau hall yang cukup menampung luapan pengunjung stasiun, menyebabkan kemacetan lalu lintas di area depan stasiun, ditambah tidak adanya lahan parkir khusus bagi pengantar dan penjemput serta meningkatnya jumlah transportasi baik umum maupun pribadi di Kota Malang.

Pemerintah Kota Malang dan PT. KAI telah merencanakan pembangunan stasiun baru yang terletak di bagian timur dengan menggunakan lahan seluas 16 ribu meter persegi yang sebelumnya merupakan rumah dinas dan telah dilakukan pembebasan lahan. Rencana yang akan direalisasikan tahun 2016 mendatang ini akan menilik desain stasiun modern di Gambir, Jakarta dan stasiun Gubeng, Surabaya. Tujuan dipindahkannya gedung stasiun ke sisi timur adalah untuk mengurangi kemacetan dan memperluas gedung stasiun, serta menambahkan failitas parkir.

5

(5)

5

Gambar 1 Konsep Perencanaan Pengembangan Stasiun Malang Kotabaru sumber: http://www.enciety.co/, diakses 22/10/2015, 10:18

I.1.3 Shopping Mall sebagai Gaya Hidup dan Tujuan Wisata di Kota Malang

Malang sebagai kota pendidikan dan pariwisata, penduduknya didominasi oleh kelompok usia rentang 15-25 tahun. Proyeksi penduduk usia tersebut, menurut BPS Kota Malang hingga tahun 2020 menapai 192.284 jiwa dari total 874.890 jiwa dengan presentase sebesar 21%6. Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial bagi produsen. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, gaya hidup remaja biasanya meniru teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Lewat gaya hidup, seorang remaja juga dapat menunjukkan citra diri dan status sosialnya di tengah-tengah masyarakat. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja7.

Melihat mall yang sudah ada di Malang seperti Malang Town Square (Matos) selalu ramai dipadati pengunjung. Menurut Marketing Communication

6

http://malangkota.bps.go.id/, diakses 22/10/2015, 11:59

7

Wagner, 2009. Gaya Hidup "Shopping Mall" Sebagai Bentuk Perilaku Konsumtif Pada Remaja

(6)

6

Manager Matos, Rahayu Sasmita pengunjung per hari dapat mencapat 16 ribu orang dan pada akhir pekan atau hari libur dapat mencapai 40 ribu pengunjung. Hal yang sama juga terjadi di mall lain di Malang, seperti Mall Olympic Garden. Fungsi awal shopping mall awalnya sebagai tempat rekreasi, namun seiring berkembangnya jaman dan meningkatnya tingkat konsumerisme, mall merupakan sebuah kebutuhan dan menjadi gaya hidup. Alasan pengunjung datang ke mall 86% hanya untuk ekedar melihat-lihat, berjalan-jalan, melepas penat, tanpa ada tujuan teretentu, 51% pergi bersama teman, dan 60% minat anchor adalah

foodcourt8.

Selain hal diatas, hal lain yang menyebabkan mall di Malang selalu ramai dikunjungi adalah tidak adanya wisata alam di Kota Malang, wisata alam rata-rata berada di sekitar Malang, seperti Batu, Tumpang, Puriharjo, Lawang, dsb. Kota Malang hanya sebagai tempat transit dan menginap, sehingga wisatawan umumnya akan menghabiskan waktu di mall atau berwisata kuliner.

I.1.4 Ruang Publik yang Atraktif

Dewasa ini stasiun tidak hanya sebagai tempat transit, dimana stasiun hanya sebagia tempat lalu-lalang penumpang, namun saat ini stasiun dapat berfungsi sebagai sarana rekreatif pada sebuah kota. Seperti halnya bandara yang tidak hanya sebagai tempat transit penumpang, di dalamnya terdapat fasilitas pendukung lain seperti area komersil, area cafe, ruang terbuka dan sebagainya. Stasiun memiliki kewajiban untuk memberikan fasilitas yang layak bagi pengunjungnya dengan sebagian besar aktifitas yang terjadi adalah menunggu kereta atau menunggu penjemput. Sebagian besar stasiun di Indonesia tidak memiliki ruang publik yang memadai, sehingga ketika harus menunggu kereta, banyak penumpang yang menunggu di depan atau disekitaran stasiun tanpa ada tempat duduk dan banyak yang duduk di lantai, atau berdiri di bahu jalan. Hal ini menyebabkan kemacetan dan kekumuhan di areal depan stasiun di Indonesia.

8

Perilaku Belanja Konsumen Indonesia 2009 oleh MARS Indonesia; Riset Consumer Survey Indonesia yang dikutip oleh swa.co.id, diakses 22/10/2015, 16:15

(7)

7 Shopping mall dinilai sebagai suatu ruang publik yang atraktif, karena di

dalam shopping mal terdapat berbagai prasarana untuk mengisi waktu, sehingga membuat aktifitas seperti menunggu tidak terasa membosankan. Seperti bermain, berbelanja, atau sekedar duduk dan berjalan-jalan. Selain itu shopping mall dapat berfungsi sebagai ruang komersial yang cukup atrakif, jika selama ini pertokoan di stasiun monoton dan membosankan, maka shopping mall menawarkan opsi baru untuk melakukan berbagai aktifitas dalam satu tempat yang sama, sehingga mempersingkat waktu perjalanan.

Untuk memasukkan program komersial berupa shopping mall ke dalam stasiun diperlukan pendekatan tertentu. Pendekatan ruang publik yang atraktif pada shopping mall dan efektivitas sirkulasi di stasiun, dipilih untuk mengintegrasikan kedua fungsi ini. Jika selama ini ruang publik pada shopping

mall merupakan ruang sisa dari space yang digunkan untuk area komersial, maka

dengan pendekatan ruang publik yang atraktif ini menjadikan ruang publik sebagai fokus utama dan mendukung secara positif kegiatan komersial di dalamnya. Ruang publik yang atraktif mampu mengakomodasi kegiatan selain belanja dan hal ini dapat menarik pengunjung. Karena ada inovasi baru yang merubah paradigma bahwa shopping mall hanya sebagai tempat belanja. Begitu pula bagi stasiun, ruang pubik yang atraktif ini mampu mengakomodasi penumpang yang menunggu di stasiun. Sebab, shopping mall merupakan ruang komersial yang membutuhkan ruang publik untuk menarik pengunjung berlama-lama di dalamnya. Stasiun membutuhkan ruang publik dan ruang komersial ini untuk mendukung ketersediaan hiburan dan fasilitas dalam stasiun, mengingat stasiun tidak lagi hanya sebagi tempat transit.

I.2

Rumusan Permasalahan

I.2.1 Permasalahan Non Arsitektural

 Adanya kejenuhan perjalanan terutama saat menunggu di stasiun kereta api

(8)

8  Kurangnya fasilitas komersial di stasiun kereta api dan fasilitas ruang

publik yang atraktif di stasiun

 Bagaimana merancang stasiun yang tidak kumuh dan tetap memperhatikan keperluan pelestarian stasiun

I.2.2 Permasalahan Arsitektural

Bagaimana merancang sirkulasi yang efektif dan terintegrasi antara stasiun dengan shopping mall Malang Kotabaru.

 Bagaimana merancang hubungan dan fungsi ruang yang saling

mendukung antara stasiun kereta api dan shopping mall, sehingga tercipta ruang publik dan komersial yang tidak membosankan dan atraktif.

 Bagaimana merancang bangunan stasiun Malang yang terintegrasi dengan

shopping mall yang tetap sesuai dengan konteks bangunan stasiun Malang

yang Eksisting dan dapat memunculkan identitas Kota Malang.

I.3

Tujuan dan Sasaran

I.3.1 Tujuan

 Memperbaiki dan mengembangkan Stasiun Malang Kotabaru dari segi sirkulasi, fasilitas, dan efektifitas ruang, sehingga mengurangi kemacetan yang terjadi di kawasan stasiun kereta api.

 Meningkatkan pendapatan non tiketing di stasiun dan perekonomian Kota Malang sebagai salah satu kota besar di Provinsi Jawa Timur.

Menjadikan stasiun lebih atraktif sehingga dapat berfungsi sebagai nodes dengan cara menjadikan shopping mall sebagai fasilitas komersil sekaligus ruang publik di stasiun.

I.3.2 Sasaran

Mengembangkan desain stasiun yang terintegrasi dengan shopping mall, sehingga menciptkan suasana stasiun yang lebih atraktif, tidak

(9)

9

pertumbuhan perekonomian stasiun secara khusus, dan Kota Malang secara umum.

I.4

Lingkup dan Batasan Perencanaan

 Pemilihan site berada pada lingkup site rencana pembangunan gedung baru Stasiun Malang Kotabaru, site merupakan milik PT. KAI.

 Perancangan mengikuti standar ukuran-ukuran ruang terhadap masing-masing kegatan.

 Pembahasan proyek mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang dan rencana PT KAI, dengan memberikan rekomendasi.

 Secara keseluruhan, lingkup perencanaan fasilitas dan kegiatan pada gedung shopping mall terdiri dari :

 Sirkulasi dan Parkir

 Retail dan area shopping mall  Service

 Anchor dan foodcourt

Sedangkan, pada gedung stasiun kereta api terdiri dari:

 Gedung Pokok Stasiun Kereta Api yang terintegrasi dengan Shopping Mall tidak termasuk pada detail stasiun eksisting

 Akses dan sirkulasi

I.5

Lingkup Pembahasan

Secara Makro, meningkatkan pendapatan dan perekonomian Kota

Malang dari segi pariwisata

Secara Messo, mengembangkan kawasan Stasiun Malang yang

mengikuti perkembangan dan tuntutan jaman, namun tetap merepresentasikan budaya lokal

Secara Mikro, mengintegrasikan fungsi stasiun kereta api dengan shopping mall.

(10)

10  Secara Mikro, menanggapi rencana pemerintah kota dan PT. KAI

untuk menambahkan gedung stasiun baru yang lebih layak dan sesuai dengan kapasitas.

(11)

11

I.6

Kerangka Berfikir

(12)

12

I.7

Metodologi Pembahasan

Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yakni menguraikan dan menjelaskan data kualititatif, kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengumpulan data:

I.6.1 Data Primer

 Observasi Lapangan ke Stasiun Malang Kotabaru, dengan mengambil gambar dan menggambar ulang denah stasiun dan masterplan kawasan stasiun.

 Studi banding terhadap kasus-kasus bangunan serupa, tahapan pengumpulan data dan analisis digunakan metode komparatif.

I.6.2 Data Sekunder

Studi Literatur yang membahas mengenai standar bangunan mall dan stasiun kereta api yang terkait dengan aspek fungsi dan sirkulasi, Peraturan Daerah Kota Malang terkait dengan bangunan gedung, Peraturan Rencana Tata Wilayah dan Tata Ruang Kota Malang untuk mengetahui arah perkembangan kota sebagai landasan teori yang tepat untuk menganalisis data yang diperoleh.

 Pembahasan dikembangkan dari studi banding dan digunakan untuk mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan arsitektur.

I.8

Keaslian Penulis

Telah anyak karya tugas akhir mahasiswa Arsitektur Universitas Gadjah Mada yang mengulas tentang perancangan sebuah stasiun dan shopping mall, baik sebuah perancangan baru maupun revitalisasi. Karya-karya sebelumnya digunakan sebagai pembanding untuk aspek teknis maupun non-teknis dari perancangan sebuah stasiun dan shopping mall. Hal yang membedakan karya ini dengan karya-karya sebelumnya adalah lokasi dan isu pembangunan Stasiun Malang Kotabaru. Selain itu, integrasi dua tipologi bangunan shopping mall dan stasiun, serta pendekatan sirkulasi dan hubungan ruang dalam stasiun dan

(13)

13

1. Rosediana, Elok Norma, 2012. Redesain serta Pengembangan Stasiun Kereta

Api Tawang dengan Pusat Perbelanjaan melalui Pendekatan terhadap Pola Sirkulasi serta Aksesibilitas Pengunjung. Yogyakarta: Tugas Akhir Jurusan

Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.. Karya tulis ini dijadikan pembanding dalam penggabungan dua buah fungsi yakni stasiun dan pusat perbelanjaan. Perbedaan terletak pada lokasi dan pendekatan desain bangunan.

2. Raras, Dissa Pidanti, 2015. Integrasi Stasiun dengan Bandara melalui

Pengembangan Fasilitas Ruang Publik dan Komersial di New Yogyakarta International Airport. Yogyakarta: Tugas Akhir Jurusan Arsitektur dan

Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Karya tulis ini membahas aspek komersil yang mendukung stasiun dan perkembangan sebuah kota.

I.9

Sistematika Laporan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang dan isu eksisting yang terjadi saat ini, serta rumusan masalah yang melatar belakangi gagasan tulisan ini, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan dan sistematika pembahasan.

BAB II STASIUN KERETA API DAN SHOPPING MALL

Bab ini berisi teori tinjauan pustaka dan literatur terkain dengan data standar konsep dan teori perancangan stasiun kereta api dan shopping mall, tinjauan mengenai sirkulasi dan fungsi ruang pada stasiun dan shopping mall, dan studi banding terhadap obyek sejenid untuk mendukung perancangan bangunan

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN KONDISI STASIUN MALANG

KOTABARU

Bab ini berisi tinjauan kondisi eksisting Stasiun Malang Kotabaru serta analisis perletakan lokasi stasiun yang baru dan pengintegrasiannya dengan

(14)

14  BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN DAN

PERENCANAAN

Bab ini berisi kajian, tinjauan dan analisis tentang teori, konsep yang telah disesuaikan yang mempertimbangkan aspek fugsiona, aspek kontekstual, aspek kinerja, aspek teknis dan aspek arsitektural.

BAB V PENERAPAN KONSEP PADA PERANCANGAN DAN

PERENCANAAN

Bab ini berisikan proses perencanaan tapak, pemilihan desain gubahan massa angunan dan konsep-konsep perencanaan lainnya untuk membentuk sebuah

(15)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Shopping Mall

Tinjauan mengenai shopping mall berisi landasan teori mengenai perbedaan shopping mall dan shopping center, sehingga didapatkan definisi

shopping mall yang tepat. Berisi, Peraturan RTRW Kota Malang terkait dengan

pengembangan area perdagangan di Malang, sehingga perancangan bangunan dapat berdampak positif bagi pertumbuhan kota, khususnya aspek perekonomian. Klasifikasi dan jenis-jenis shopping mall yang ditinjau dari berbagai aspek, sehingga dapat ditentukan jenis shopping mall yang akan didesain dan diintegrasikan dengan Stasiun Malang Kotabaru.

II.1.1 Definisi Shopping Mall

Sebagian besar orang menganggap shopping mall dan shopping center adalah hal yang sama, yang mewadahi aktifitas orang untuk berbelanja pad toko-toko, namun sebenarnya mall memiliki arti yang berbeda. Shopping malls atau malls adalah daerah luas yang terututp dan biasanya dicirikan dengan berbagai retail/toko yang menjual merchandise kepada pengunjung. Mall dapat berukuran sedang hingga besar, tergantung pada berapa banyak toko yang ingin ditampung dan jenis konstruksinya. Sedangkan shopping centers adalah deretan pertokoan yang diatur dalam satu baris dan berbagi ruang dalam satu bangunan. Toko-toko ini saling terkait satu sama lain, tetapi tidak memiliki suatu akses masuk terpusat untuk pengunjung. Toko-toko ini saling berbagi gedung dan juga parking lot di depan area pertokoan9

 Shopping mall merupakan sebuah plaza umum, jalan-jalan umum, atau sekumpulan sistem dengan belokan-belokan dan dirancang khusus untuk pejalan kaki10.

9

http://www.differencebetween.info/, diakses 22/10/2015, 17:26 WIB

10

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

a) Kekuatan (S), Desa Selumbung memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk wisata berbasis budaya, Desa Selumbung ditetapkan sebagai Desa Wisata sejak tahun

bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta – pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi