• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TERAPUNG DESA LOK BAINTAN KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TERAPUNG DESA LOK BAINTAN KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

45

JENIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TERAPUNG DESA LOK BAINTAN KECAMATAN

SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

Noor Indah Wulandari & Lita Luthfiyanti ABSTRACT

There are five types of speech acts seller uses: (1) assertive speech acts in the form of a statement, reporting and maintaining; (2) commissive speech acts in the form of promise; (3) directive speech acts in the form asking, inviting and requesting; (4) in the form of expressive grateful speech, and (5) in the form of declarative speech of decision. There are five types of speech acts which buyers use: (1) the assertive speech act in declaring and reporting (2) commissive speech acts in the form of proposing action; (3) directive speech acts in the form of questioning, commanding, and asking; (4) The expressive speech acts in the form of gratitude, and (5) in the form of declarative speech acts of decision to buy or cancel. By this research, directive speech acts is the most widely used by buyers and sellers in the Floating Market Lok Baintan Village, Banjar regency, followed by the kind of speech acts of assertive, expressive, and the least used by the seller and the buyer commissive and declarative speech act.

Keywords: type, function, speech acts, the seller and the buyer.

A. PENDAHULUAN

Tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur (speech event). Lalu, tindak tutur dan peristiwa tutur ini menjadi dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi. Menurut Searle (dalam Rani dkk, 2000:136), dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur, Ia berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekedar lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, maka tindak tutur dapat pula berwujud pernyataan, pertanyaan dan perintah.

(2)

46

Melakukan sebuah tuturan, manusia memerlukan bahasa, salah satunya bahasa Banjar, bahasa Banjar adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh suku (etnis) Banjar untuk berkomunikasi dalam pergaulan. Salah satunya pergaulan yang terjadi di pasar. Pada hakikatnya mekanisme pasar adalah suatu mekanisme untuk menjalankan perekonomian (Gregory 1995:46).

Pasar Terapung Lok Baintan atau Pasar Terapung Sungai Martapura yang merupakan sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Aktivitas perdagangan dimulai setelah salat Subuh hingga sekitar pukul 8 pagi. Pedagangnya didominasi perempuan dengan memakai tutup kepala (Tanggui). Mereka menjual berbagai dagangan, seperti sayur-mayur, buah-buahan, kue-kue tradisional, dan lain-lain. Di pasar terapung ini juga masih berlaku sistem barter, dan uang bukan merupakan alat transaksi utama di pasar ini. Dagangan yang akan dibarter biasanya adalah hasil bumi dan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Hal yang melatarbelakangi peneliti memilih subjek penelitian dengan judul Jenis dan Fungsi Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di Pasar Terapung Desa Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar adalah peneliti ingin mengetahui dan menggambarkan bagaimana penggunaan jenis dan fungsi transaksi jual beli di pasar terapung Desa Lok Baintan tersebut. Hal ini dirasa sangat penting dalam keterkaitannya dengan kearifan lokal Kalimantan Selatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur asertif yang digunakan penjual dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan.; mendeskripsikan jenis tindak tutur komisif yang digunakan penjual dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan; mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif yang digunakan penjual dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan dan mendeskripsikan jenis tindak tutur ekspresif yang digunakan penjual dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan; mendeskripsikan jenis tindak tutur deklaratif yang digunakan penjual dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan.

(3)

47

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pragmatik mempelajari bahasa sebagaimana bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi. Pragmatik adalah kajian tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan para pengguna bentuk-bentuk ini. Pragmatik merupakan cabang ilmu yang berfokus pada makna atau maksud penutur. George (dalam Rahardi, 2003:12) Mengemukakan pendapatnya bahwa pragmatik mengacu pada makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan prilaku umat manusia. Ilmu tentang makna bahasa tidak semata-mata mempelajari makna yang terkandung tetapi juga dikaitkan dengan sikap dan pemakaian pada praktik komunikasi yang sesungguhnya dalam masyarakat.

Jacob Mey (dalam Rahardi, 2003:13), menyimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian atau penggunaan bahasa yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat. Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Konteks ini didefinisikan oleh Leech (dalam Nadar, 2009) mendefinisikan sebagai background knowledge assumed to be shared by s and h and which contributes to h’s interpretation of what s mean by a given utterance (latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu) (s berarti speaker “penutur”; h berarti hearer “lawan tutur”). Dengan demikian, konteks adalah hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks tuturan sangat mempengaruhi interprestasi tindak tuturnya.

Dalam setiap aktivitas komunikasi, peserta komunikasi selalu terkait dengan tuturan. Jika tuturan dianggap sebagai tindakan, berarti setiap terjadi kegiatan bertutur terjadi pula tindak tutur. Dengan demikian, tindak tutur dapat diperikan sebagai hal yang dilakukan peserta komunikasi ketika bertutur. Secara terminologis, tindak tutur dapat diberi pengertian sebagai unit terkecil aktivitas bertutur yang memiliki fungsi (Richard dalam Jumadi, 2010:60).

Tidak berbeda jauh dengan Chaer, Cunningsworth (dalam Tarigan, 2009:38) tindak tutur memusatkan perhatian pada cara penggunaan bahasa

(4)

mengko-48

munikasikan maksud dan tujuan pembicara dan juga dengan maksud penggu-naan bahasa yang dilaksanakannya. Pemerian yang komprehensif dan eksplisit mengenai pelaksanaan tindak tutur ini mempunyai nilai penting bagi pengajar dan pelajar, bagi guru dan siswa dalam interaksi belajar-mengajar.

Jenis Tindak Tutur

Searle mengklasifikasikan tindak tutur yang didasarkan pada maksud penutur ketika berbicara. Adapun tindak tutur yang dikemukakan Searle sebagai berikut. a. Tindak Tutur Asertif

Yule (2006:70) menyatakan tindak tutur asertif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur sebagai masalahnya yang sebenar-nya atau bukan. Berbagai persebenar-nyataan fakta, penegasan, kesimpulan, dan paparan. Searle (dalam Jumadi,2010:66) menyatakan bahwa tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk memberi tahu orang-orang mengenai sesuatu. Selain itu, Searle juga menyatakan bahwa tindak tutur asertif mencakup tindak mempertahankan, menyatakan, dan melaporkan.

Contoh :

Pembeli : Buah apa ini, Cil? Penjual : Buah kalangkala.

Buah kalangkala merupakan jenis tindak tutur asertif. Penjual memberi tahu pembeli tentang jenis buah yang dijualnya. Ketika pembeli bertanya Buah apa ini, Cil? Siswa menyatakan bahwa buah yang dijualnya bernama kalangkala. b. Tindak Tutur Komisif

Yule (2006:71) menyatakan tindak tutur komisif adalah jenis tindak tutur yang digunakan oleh penutur untuk membuat dirinya sendiri berkomitmen untuk melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang. Komisif mengekspresikan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur komisif dalam pandangan Searle dianggap sebagai tindak tutur yang memiliki fungsi untuk mendorong penutur melakukan sesuatu. Yang dimaksud dengan tindak komisif itu sendiri adalah bersumpah, berjanji, dan mengajukan usulan. Tindak tutur komisif akan membuat penutur berkomitmen untuk melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang.

(5)

49

Contoh :

Bujuran, limaunya ni manis. Mun masam bulikakan ja. Nah, rasaikah dahulu! (Benar, jeruknya manis. Kalau rasanya asam, bisa dikembalikan. Ini dicicipi dulu!)

Tuturan di atas menyatakan bahwa si penjual berjanji menerima kembali jeruk yang telah dibeli jika jeruk tersebut rasanya asam. Tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif dengan fungsi berjanji.

c. Tindak Tutur Direktif

Yule (2006:71) menyatakan bahwa tindak tutur direktif adalah jenis-jenis tindak tutur yang digunakan penutur untuk membuat dirinya berkomitmen untuk melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang. Mereka mengekspresikan apa yang diinginkan penutur.

Dipertegas oleh Bach dan Harmish (dalam Arifin dan Abdul Rani, 2000:206) mendefinisikan tindak tutur direktif sebagai tindak tutur yang mengekspresikan maksud penutur agar mitra tuturnya melakukan sesuatu. Secara lebih rinci, Jumadi (2010:83) mengemukakan jenis tindak tutur direktif meliputi perintah, permintaan, larangan, persilaan, nasihat, dan pertanyaan.

Contoh :

Cil, bungkusakan limau ni 30 bijilah! (Bi, tolong bungkuskan jeruk yang ini 30 biji ya!)

Tuturan di atas dituturkan oleh pembeli. Tuturan tersebut berisikan pernyataan memerintah yang dilakukan oleh pembeli kepada penjual jeruk di pasar terapung.

d. Tindak Tutur Ekspresif

Yule (2006:70) menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang dirasakan penutur. Mereka mengekspresikan keadaan-keadaan psikologis dan dapat berupa pernyataan-pernyataan rasa senang, pedih, luka, tidak suka, dan duka. Jadi, dapat dikatakan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berkaitan dengan perasaan dan sikap. Tindakan ekspresif ini memiliki fungsi untuk mengekspresikan sikap psikologis pembicara terhadap pendengar sehubungan dengan keadaan tertentu.

(6)

50

Tindak tutur ini berupa tindakan meminta maaf, humor, memuji, basa-basi, menolak, berterima kasih, dan sebagainya.

Dalam realisasinya tindak tutur ekspresif ditandai oleh penanda struktur formal tertentu. Tindak ekspresif menyesali misalnya, ditandai oleh penggunaan modalitas sayang, sayang sekali. Tindak ekspresif mengecam ditandai oleh penggunaan modalitas tertentu, misalnya kecewa dan sedih (Jumadi, 2010:66). Contoh :

Nyamannya, Cil, kalolehnya! Bah, dasar harat meolah kakoleh Acil nih! (Kakolehnya enak sekali, Bi! Wah, bibi benar-benar ahli membuat kakoleh!)

Contoh tuturan yang dituturkan pembeli tersebut berisikan pemberian pujian kepada penjual kakoleh di pasar terapung.

e. Tindak Tutur Deklaratif

Yule (2006:70) menyatakan tindak tutur deklaratif adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui ujaran mereka. Kemudian Searle (dalam Chaer, 2010:30) menyatakan tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dilakukan si petutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya yang baru) misalnya memutuskan, membatalkan, dan memberi maaf. Jadi, tindak tutur deklaratif adalah tindakan tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya.

Contoh :

Pembeli : Inggih, ayu ja, Cillah. Kaina baasa. (Iya, nanti lain kali, ya Bi.)

Pada tuturan tersebut pembeli membentuk keadaan baru, yaitu tidak jadi membeli barang yang diinginkannya.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tindak Tutur Penjual di Pasar Terapung Lok Baintan Tindak Tutur Asertif

Dari identifikasi tindak tutur asertif yang digunakan penjual di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakan menyatakan, mempertahankan, dan melaporkan. Tindakan menyatakan dideskripsikan dalam kutipan percakapan berikut.

(7)

51

Pembeli 1 : Yang ini berapa cil? Penjual :Lima blas sasikat. Pembeli 2 : Yang tahalus ini pang? Penjual : sapuluh nang itu.

Percakapan di atas dilakukan oleh penjual dan pembeli. Pembeli 1 bertanya kepada penjual tentang harga pisang ambon. Penjual menjawab dengan kalimat lima blas sasikat. Kemudian pembeli 2 juga bertanya harga pisang, tetapi pisang yang ukurannya lebih kecil. Penjual kembali menjawab dengan kalimat sapuluh nang itu. Kalimat lima blas ribu dan sapuluh nang itu termasuk tindak tutur asertif, karena penjual menggunakan kalimat itu untuk memberitahu pembeli 1 dan 2 tentang harga pisang yang dijualnya. Penjual menyatakan bahwa pisang yang besar harganya lima belas ribu rupiah dan yang kecil sepuluh ribu rupiah.

Tindak tutur asertif menyatakan juga dapat dilihat pada kutipan percakapan di bawah ini.

Pembeli : Manis ai kalo, Paman?

Penjual : Manis ni, Ding ai. Putikan di pohon, kada paraman

Pada percakapan tersebut, pembeli bertanya kepada penjual perihal manis atau tidaknya buah yang ingin dibelinya. Penjual menjawab Manis ni, Ding ai. Putikan di pohon, kada paraman. Kalimat tersebut adalah tindak tutur asertif, melalui kalimat itu penjual ingin meyakinkan pembeli dengan menyatakan bahwa buah tersebut manis karena masak di pohon.

Tindak tutur asertif dengan tindakan mempertahankan dapat dilihat pada percakapan berikut.

Pembeli : Kada kurang lagi kah cil? Penjual : Kada, biasanya 12 ribu dijual.

Pada percakapan di atas, pembeli menawar barang yang ingin dibelinya. Penjual menggunakan tindak tutur asertif untuk mempertahankan harga barang yang dijualnya dengan mengatakan Kada, biasanya 12 ribu dijual.

Tindak tutur asertif dengan tindakan mempertahankan juga dapat dlihat pada percakapan berikut ini.

(8)

52

Pembeli : Barapaan sapuluh? Penjual : Lima balas ayu ha. Pembeli : Uma ai, sapuluh gen.

Penjual : Ganal ni limaunya, kada dapat sapuluh.

Pembeli bertanya kepada penjual harga buah yang ingin dibelinya. Penjual menjawab dan mengatakan bahwa harga buah tersebut lima belas ribu. Pembeli kemudian menawar karena merasa terlalu mahal. Tetapi, penjual tetap mempertahankan harga buah tersebut dengan mengatakan ganal ni limaunya, kada dapat sapuluh.

Tindak tutur asertif dengan tindakan melaporkan dapat dilihat pada percakapan berikut ini.

Penjual : Pucuk gumbilikah? Gasan manyayur nah. Pembeli : Napa lagi ada?

Penjual : Banyak ai nah. Kacang, pucuk kastela, kastela anum, kambangnya jua. Nyaman dimakan basambal acan.

Pada percakapan di atas, penjual menawarkan dagangannya kepada pembeli. Pembeli kemudian bertanya kepada penjual, barang apa lagi yang dijualnya selain pucuk gumbili. Penjual lalu menjawab menggunakan tindak tutur asertif. Ia memberitahu pembeli tentang jenis-jenis sayur yang dijulanya dengan mengatakan banyak ai nah. Kacang, pucuk kastela, kastela anum, kambangnya jua. Nyaman dimakan basambal acan.

Tindak tutur asertif dengan tindakan melaporkan juga dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.

Pembeli : Malihat, Cil, ramanianya.

Penjual : Nah, nang ini nah pina masak-masak. Acil mamutik di higa rumah. Labat banar buahnya. Masak di puhun ni.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli ingin membeli ramania di salah satu penjual di pasar terapung Lok Baintan. Dia meminta izin kepada penjual untuk melihat ramania yang diletakkan di dalam bungkalang yang disusun di atas jukung. Penjual kemudian menunjukkan ramania yang dijualnya sambil mengatakan nah, nang ini nah pina masak-masak. Acil mamutik di higa rumah. Labat banar buahnya. Masak di puhun ni. Melalui tuturannya, penjual

(9)

53

memberitahu pembeli bahwa dua memetik buah ramania yang tumbuh di samping rumahnya. Pohon ramanianya berbuah lebat dan buah yang dijualnya masak di pohon.

Tindak Tutur Komisif

Dari identifikasi tindak tutur komisif yang digunakan penjual di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakan berjanji. Tindakan berjanji dideskripsikan dalam kutipan percakapan berikut ini.

Penjual : Ni sudah, hangit nah. Talalu hangit pahit kaina. Nah, nang banyak nyiur tadi. Acil tinggal dahululah. Handak bajalan ka sana.

Pembeli 1 : Kayapa piring pian? Penjual : Kaina acil buliki kasini.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli membeli kue khas Banjar, yaitu lupis, apam, kakoleh, dan putu mayang. Pembeli menggunakan piring dan sendok penjual kue tersebut dan makan di kelotok yang mereka tumpangi. Penjual mengatakan bahwa dia akan meninggalkan mereka sebentar karena ingin membawa dagangannya ke kelotok yang lain. Pembeli bertanya ”bagaimana dengan piring, Anda?” Penjual menjawab bahwa ia akan kembali ke kelotok mereka untuk mengambil piring dan sendok yang mereka gunakan. Penjual tersebut mengatakan kaina acil buliki ka sini. Kalimat yang diucapkan penjual tersebut menunjukkan bahwa dia melakuan tindakan berjanji, dan berjanji termasuk tindak tutur komisif.

Tindak Tutur Direktif

Dari identifikasi tindak tutur direktif yang digunakan penjual di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakan bertanya, mempersilakan dan meminta. Tindakan bertanya dideskripsikan dalam kutipan percakapan berikut ini.

Pembeli : Cil, Cil, sini, Cil! Penjual : Hadang.

Pembeli : Putu Mayang masih adalah, Cil?

Penjual :Ada, apam batil, lupis, kakoleh banyak jua masih. Makankah? Handak nasikah? Ni nasi kuning, ni putih. Haruan, intalukah, hayamkah?

(10)

54

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli ingin membeli kue khas Banjar di salah satu penjual kue di pasar terapung Lok Baintan. Pembeli tersebut ingin membeli putu mayang. Kemudian penjual juga menawarkan jenis kue khas Banjar yang lain kepada pembeli tersebut. Ia mengatakan Ada, apam batil, lupis, kakoleh banyak jua masih. Makankah? Handak nasikah? Ni nasi kuning, ni putih.

Haruan, intalukah, hayamkah? Kata makankah?, handak nasikah? dan haruan,

intalukah, hayamkah? adalah tindakan bertanya yang merupakan tindak tutur direktif.

Tindak tutur direktif dengan tindakan bertanya juga dapat dilihat pada percakapan di bawah ini.

Penjual : Kopi tadi nah. Ni Teh. Lupis tadi banyaki nyiurnya kalo? Pembeli 1 : Inggih, banyaki. Apamnya 2, cillah. Hangiti jua.

Percakapan terjadi ketika penjual menyajikan lupis kepada seorang pembeli. Ia mengatakan Lupis tadi banyaki nyiurnya kalo? Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif karena menggunakan kalimat tanya.

Tindakan mempersilakan dapat dilihat pada percakapan berikut ini. Pembeli : Kada 1000 ja kah, Paman? Banyak nah maambil.

Penjual : Ih, ayu ja. Pilih ja dulu, nyaman kena kuikatakan.

Percakapan tersebut terjadi ketika pembeli menawar harga seikat rambutan. Ia menawar harga seikat rambutan menjadi seribu rupiah, karena ia membeli dalam jumlah yang banyak. Penjual menyetujuinya, dan mempersilakan pembeli untuk memilih sendiri rambutan yang diinginkannya. Ia mengatakan pilih ja dulu. Kalimat persilaan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif.

Tindakan persilaan juga dapat dilihat pada percakapan penjual dan pembeli di bawah ini.

Pembeli : Anu, mun kuini ni pang barapaan jua, Cil?

Penjual : Dua ribu sabigi, masak di puhun jua ni. Manis. Ni nah nang sudah

batatak, rasai ha.

Percakapan tersebut terjadi ketika pembeli ingin membeli buah kuini pada seorang penjual buah kuini di pasar terapung Lok Baintan. Ia bertanya kepada penjual mengenai harga buah kuini tersebut. Penjual mengatakan bahwa

(11)

55

harganya dua ribu rupiah per biji. Penjual lalu mengatakan rasai ha kepada pembeli. Tuturan yang diucapkannya menunjukkan bahwa ia mempersilakan pembeli untuk mencicipi buah kuini yang sudah dikupas dan dipotong. Tuturan yang diucapkan untuk mempersilakan termasuk tindak tutur direktif.

Tindakan meminta dapat dilihat pada percakapan berikut ini. Penjual : Tukariakan, nah!

Pembeli : Berapa? Penjual : Saikat 5 ribu

Percakapan di atas terjadi ketika seorang penjual menawarkan barang yang dijualnya kepada pembeli di pasar terapung Lok Baintan. Penjual mengatakan tukariakan, nah! Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif karena penjual meminta pembeli untuk membeli barang yang dijualnya.

Tindak Tutur Ekspresif

Dari identifikasi tindak tutur ekspresif yang digunakan penjual di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakan berterima kasih. Tindakan berterima kasih dideskripsikan dalam kutipan percakapan berikut ini.

Pembeli : Nah ulun ambil 2 tuyuk . Penjual : Juallah 16 ribu. Tarima kasih! Pembeli : Inggih, tukar 16 ribu, sama-sama.

Percakapan di atas terjadi ketika seorang pembeli membeli buah pada seorang penjual buah-buahan di pasar terapung Lok Baintan. Setelah pembeli menyerahkan uang sebanyak enam belas ribu rupiah, penjual mengucapkan terima kasih. Tindakan berterima kasih merupakan tindak tutur ekspresif, karena melalui tuturannya penjual menyatakan apa yang dia rasakan kepada pembeli. Penjual tersebut mengucapkan terima kasih karena merasa senang pembeli telah membeli buah yang dijualnya.

Tindak Tutur Deklaratif

Dari identifikasi tindak tutur deklaratif yang digunakan penjual di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakan memutuskan. Tindakan memutuskan dideskripsikan dalam kutipan percakapan berikut ini.

(12)

56

Penjual : Manis ni, Ding ai. Putikan di pohon, kada paraman. Pembeli : Kurangi lagi pamanlah, maambil 20 ikat nah. Penjual : Ayu ja 1.200 nah.

Pembeli : Kada 1000 ja kah, Paman?Banyak nah maambil. Penjual : Ih, ayu ja. Pilih ja dulu, nyaman kena kuikatakan.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli menawar harga rambutan yang ingin dibelinya. Penjual menyetujui keinginan pembeli yang menawar harga rambutan menjadi 1000 rupiah. Dengan demikian, penjual memutuskan harga rambutan yang dijualnya menjadi lebih murah, yaitu 1000 rupiah.

Tindakan memutuskan juga dapat dilihat dalam kutipan percakapan berikut ini.

Pembeli : Jadi barapa barataan nih?

Penjual : Ramania dua puluh bigi, sapuluh ribu. Kuini sapuluh bigi dua puluh ribu. Sapuluh lawan dua puluh, tiga puluh samunyaan.

Pembeli : Nah, Cil, pas lah. Tukar. Penjual : Ih, jual.

Percakapan di atas terjadi ketika seorang pembeli membeli buah ramania di salah satu penjual di pasar terapung. Setelah transaksi jual-beli, penjual dan pembeli mengucapkan akad. Pembeli mengucapkan kata “tukar” dan penjual mengucapkan kata “jual”. Kata “jual” yang diucapkan penjual menyatakan bahwa dia memutuskan menjual ramania kepada pembeli tersebut.

Tindak Tutur Pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan

Jenis tindak tutur yang digunakan penjual di pasar terapung Lok Baintan ada lima, yaitu asertif, komisif, direktif, ekspresif, dan deklaratif.

Tindak Tutur Asertif

Dari identifikasi tindak tutur asertif yang digunakan pembeli di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakanmenyatakan dan melaporkan.

Penjual : Manis ni, Ding ai. Putikan di pohon, kada paraman. Pembeli : kurangi lagi pamanlah, maambil 20 ikat nah.

Penjual : Ayu ja 1.200 nah.

Pembeli : Kada 1000 ja kah, Paman? Banyak nah maambil.

Percakapan di atas merupakan tindak tutur asertif dengan tindakan menyatakan. Seorang pembeli yang ingin membeli buah rambutan di pasar terapung menawar

(13)

57

harga yang telah ditentukan oleh penjual. Pembeli tersebut menawar rambutan yang harganya 1.200 rupiah per ikat menjadi 1000 rupiah. Dia mengatakan banyak nah maambil (saya beli banyak) kepada penjual. Melalui tuturannya pembeli tersebut menyatakan bahwa dia akan membeli banyak rambutan, jika harganya 1000 rupiah saja.

Tindakan menyatakan juga dapat dilihat pada percakapan di bawah ini. Penjual : Dua ribu sabigi, masak di puhun jua ni. Manis. Ni nah nang sudah batatak, rasai ha.

Pembeli : Manis, Cillah.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli ingin membeli buah kuini di pasar terapung. Penjual mempersilakan pembeli tersebut untuk mencicipi buah kuini yang sudah dikupas dan dipotong. Pembeli mengatakan manis, Cil lah (manis, ya, Bi). Melalui tuturannya, pembeli menyatakan bahwa buah kuini yang akan dibelinya memiliki rasa yang manis.

Tindakan melaporkan dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Penjual : Inikah? Nah pilih ja!

Pembeli : 30 biji, jadi 36 kalo Paman?

Penjual : Nah, manggasullah. Ada duit pas kah? Pembeli : Kadada, kadada duit pacah.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli ingin membeli buah di pasar terapung. Ketika pembeli ingin membayar, ternyata si penjual tidak mempunyai uang kembalian. Pembeli kemudian memberitahu penjual bahwa dia juga tidak memiliki uang pas untuk membayar. Dia mengatakan nah kadada duit pacah (wah, tidak ada uang kecil). Tuturan pembeli tersebut merupakan tindak tutur asertif, karena melalui tuturannya dia melakukan tindak melaporkan.

Penjual : Banyak ai nah. Kacang, pucuk kastela, kastela anum, kambangnya jua. Nyaman dimakan basambal acan.

Pembeli :Nah ini nah, pucuk gumbil saikat, kastela 2 ikat. Kambangnya sapiring.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli akan membeli sayur di pasar terapung. Penjual menawarkan dagangannya berupa jenis-jenis sayuran yang sudah ditata

(14)

58

diatas perahu. Pembeli memilih sayur dan kemudian melaporkan kepada penjual bahwa dia ingin membeli daun singkong dan daun pepaya.

Tindak Tutur Komisif

Dari identifikasi tindak tutur komisif yang digunakan pembeli di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakanmengajukan usulan.

Pembeli : yang ini pang Mang berapa? Penjual : yang itu dalapan satangah satujuk . Pembeli : yang ganal tuh 7 aja nah, Man. Penjual : kada kawa, mun 8 biar ha.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli memilih buah ramania di salah satu pedagang di pasar terapung. Pembeli bertanya tentang harga ramania yang sudah disusun pedangang di atas perahu. Penjual menyatakan bahwa harganya delapan ribu rupiah. Pembeli mengatakan yang ganal tuh, tujuh aja nah, Paman (yang besr itu tujuh ribu saja ya, Paman). Melalui tuturannya, pembeli melakukan tindakan mengajukan usulan yang merupakan ciri dari tindak tutur komisif. Pembeli : Barapaan sapuluh?

Penjual : Lima balas ayu ha. Pembeli : Uma ai, sapuluh gen.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli ingin membeli buah di pasar terapung. Ketika penjual mengatakan bahwa harga buah yang dijualnya adalah lima belas ribu rupiah. Pembeli menawar harganya dengan mengusulkan agar harganya menjadi sepuluh ribu rupiah saja.

Tindak Tutur Direktif

Dari identifikasi tindak tutur direktif yang digunakan penjual di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakan bertanya, memerintah, dan meminta. Tindakan bertanya dideskripsikan dalam contoh kutipan percakapan berikut ini.

Pembeli : Man, ini berapa? Penjual : Sapuluh satuyuk

Pembeli : Yang ini pang, Mang, berapa? Penjual : Yang itu dalapan satangah satuyuk.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli ingin membeli buah di pasar terapung Lok Baintan. Pembeli ingin mengetahui harga buah yang akan dibelinya dengan

(15)

59

bertanya kepada penjual menggunakan kata tanya berapa. Penggunaan kata tanya berapa menandakan bahwa tuturan tesebut termasuk tindak tutur direktif. Pembeli : Saya beli garuda 10 ikat, batuk 10 ikat ya.

Penjual : Inggih, Bu.

Pembeli : Jadi berapa semuanya?

Penjual : Garuda sepuluh 25 ribu. Batuk 8 ribu. Jadi 32 ribu.

Dari percakapan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembeli menggunakan jenis tindak tutur direktif jenis pertanyaan. Hal ini ditegaskan dalam kata “Jadi berapa semuanya?”

Penjual : Manis ni, Ding ai. Putikan di pohon, kada paraman. Pembeli : kurangi lagi pamanlah, maambil 20 ikat nah.

Penjual : Ayu ja 1.200 nah.

Direktif permintaan pada percakapan di atas terlihat pada kata “kurangi lagi pamanlah....” kata tersebut menunjukan adanya tindak tutur untuk meminta lebih murah kepada penjualnya.

Penjual : Laksa sungsung habis, Nak ai. Kada banyak maulah. Nang ini ha lagi nah.

Pembeli : Ulun apam batil gen, Cil ai. Nang panaslah. 3 buting. Hangiti sadikit. Pada percakapan di atas terlihat, adanya tindak tutur direktif permintaan ditegaskan pada kata “Hangiti sadikit” kata tersebut menunjukan adanya permintaan dari pembeli.

Pembeli : Manis, Cillah.

Penjual : Han manis kalo. Kuininyakah jua, tampulu di sini nah. Kaini mun di pasar nang di muka pa tia larang pada di sini haraganya.

Pembeli : Anuakan ja,Cil ai. Ramania dua puluh, kuini sapuluh biji.

Direktif perintah ditegaskan pada kata “Anuakan ja,Cil ai. Ramania dua puluh, kuini sapuluh biji” yang artinya “siapkan saja”

Pembeli : Pasakan sapuluh gen kalo.

Penjual : Kada kawa lagi kaitu pang sudah haraganya. Ganal, manis limaunya. Pembeli : Ayu ha. Anuakan ja tiga puluh.

Percakapan di atas juga menunjukan adanya direktif perintah “Ayu ha. Anuakan ja tiga puluh” yang artinya baiklah, siapkan saja tiga puluh”

(16)

60

Tindak Tutur Ekspresif

Dari identifikasi tindak tutur ekspresif yang digunakan pembeli di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakan berterimakasih.

Pembeli : Ayu ja kaina baasa, Pamanlah. Penjual : Rasai dahulu nah.

Pembeli : Ayu ja, kaina gen, makasih dulu, Pamanlah.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli pembeli membatalkan rencananya membeli buah di salah satu pembeli di pasar terapung. Penjual mempersilakan pembeli untuk mencicipi dagangan yag dijualnya. Tetapi, pembeli tetap menolak dan mengucapkan terima kasih kepada penjual karena telah menawarkan dagangan kepadanya.

Tindakan berterima kasih juga dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Pembeli : Kada kurang lagi kah?

Penjual : Pas ding ae.

Pembeli : Makasih dulu cil lah.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli mencoba menawar harga barang yang ingin dibelinya kepada penjual di pasar terapung. Tuturan yang menyatakan tindakan berterima kasih ada pada kalimat makasih dulu, cil lah (terima kasih, ya, Bi).

Tindak Tutur Deklaratif

Dari identifikasi tindak tutur deklaratif yang digunakan pembeli di pasar terapung Lok Baintan ditemukan tindakanmemutuskan dan membatalkan.

Penjual : Ramania dua puluh bigi, sapuluh ribu. Kuini sapuluh bigi dua puluh ribu. Sapuluh lawan dua puluh, tiga puluh samunyaan.

Pembeli : Nah, Cil, pas lah. Tukar. Penjual : Ih, jual.

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli memutuskan membeli buah di salah satu pedagang di pasar terapung. Hal ini ditegaskan pada kata “Nah, Cil, pas lah. Tukar” yang artinya “Ini pas, saya beli”

Penjual : Inggih, Bu ai. Mun batuk dasar manis asam rasanya. Lawan berair. Memang seperti itu, Bu ai.

Pembeli : Saya beli garuda 10 ikat, batuk 10 ikat ya. Penjual : Inggih, Bu.

(17)

61

Percakapan di atas terjadi ketika pembeli memutuskan membeli buah di salah satu pedagang di pasar terapung. Hal ini ditegaskan pada kata “Saya beli garuda 10 ikat, batuk 10 ikat ya”.

Pembeli : Berapaan?

Penjual : Batuk 1.500, antalagi 2.000, timbul 2.500, garuda 3.500. Pembeli : Uma ai, kurangi ai, Paman ai.

Penjual : Pas sudah tu. Manis nah rambutannya. Pembeli : Ayu ja kaina baasa, Pamanlah. Penjual : Rasai dahulu nah.

Pembeli : Ayu ja, kaina gen, makasih dulu, Pamanlah.

Dalam peristiwa jual beli tentunya terdapat berbagai jenis tindak tutur, salah satunya tindak tutur deklaratif membatalkan. Pada kalimat berikut ditegaskan deklaratif membatalkan. “Ayu ja kaina baasa, Pamanlah” dan “Ayu ja, kaina gen” yang artinya “Baiklah, nanti lain kali saja”

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul dan Abdul Rani. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Arikunto, Suharsmi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Dajjasudarma, T. Fatimah.2010. Wacana. Bandung: Refika Aditama.

Daymon, Christine dan Immy Holloway.2002. Qualitative Research Methods in

Publik Relations and Marketing Communication. Terjemahan oleh Cahya

Wiratama. 2010. Riset Kualitatif. Yogyakarta: Bentang.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

(18)

62

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. Tanpa Tahun. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Tanpa Penerbit.

Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Edisi Revisi.

Muin, Abdul. 2009. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Indonesia Telaah terhadap Fonetik dan Morfologi. Jakarta: PT. Al-Husna Baru.

Nadar F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Rafiek Muhammad. 2007. Sosiologi Bahasa. Banjarmasin: Unlam.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rahardi, R. Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma.

Satori, Djaman dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik (Edisi Revisi). Bandung: Angkasa.

Tim Penyiapan Naskah Edisi Keempat. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Biro Administrasi Akademik, Perencanaan, dan Sistem Informasi Bekerja Sama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.

Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Banjarmasin: Unlam.

Referensi

Dokumen terkait

Uji t untuk membuktikan hipotesis yaitu “Terdapat pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja secara parsial terhadap kinerja karyawan Bank Syariah Mandiri

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas XI T1 SMK N1 Kasihan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pembelajaran PPKn dengan menerapkan model

Pada kerangka saturasi akan menghitung efek subtitusi dari fluida yang menggunakan property kerangka batuan meliputi persamaaan gasmann untuk menghitung batuan yang

Keadaan tersebut berbeda dengan wilayah kondisi lingkungan dan perilaku peternak sedang (LPS), karena pada wilayah ini ketersediaan air untuk minum dan sanitasi

jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupu n kolom B (Dirjen

Perancangan sistem pada penelitian ini sudah sesuai dengan yang direncanakan yaitu desain sistem monitoring arus, tegangan dan suhu pada Transformator daya menggunakan

Strategi yang didapatkan adalah memberikan panduan kepada masyarakat tentang cara memesan GO-JEK menggunakan aplikasi.Strategi WO diterapkan berdasarkan perbandingan

Penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan hasil prediksi curah hujan dengan menggunakan Algoritma Levenberg Marquardt menghasilkan prediksi yang lebih baik