• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI BIOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI BIOLOGI"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Oleh: Nama

Nama : : Dwi Dwi Apik Apik SiyantoSiyanto NIM

NIM : : 44014030764401403076

Prodram Studi : Pendidikan Biologi Prodram Studi : Pendidikan Biologi Jurusan

Jurusan : : BiologiBiologi Fakultas

Fakultas : : MIPAMIPA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007 2007

(2)
(3)

Siswa Menggunakan Metode Permainan Pada Konsep Sistem Transportasi Di Kelas Siswa Menggunakan Metode Permainan Pada Konsep Sistem Transportasi Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Semarang

VIII SMP Negeri 2 Semarang

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Pada:

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Pada:

Hari : Hari : Tanggal : Tanggal : Panitia Ujian, Panitia Ujian, Ketua Sekretaris Ketua Sekretaris Drs.

Drs. Kasmadi Kasmadi Imam Imam S., S., M.S. M.S. Ir. Ir. Tuti Tuti Widianti, Widianti, M.Biomed.M.Biomed. NIP.

NIP. 130781015 130781015 NIP. NIP. 130781009130781009 Pembimbing

Pembimbing I I Penguji Penguji II

Dra.

Dra. Nur Nur Kusuma Kusuma Dewi, Dewi, M.Si. M.Si. Dra. Dra. Nur Nur Rahayu Rahayu Utami, Utami, M.Si.M.Si. NIP.

NIP. 130935362 130935362 NIP. NIP. 131764022131764022 Pembimbing

Pembimbing II II Penguji Penguji IIII

Dra.

Dra. Chasnah Chasnah Dra. Dra. Nur Nur Kusuma Kusuma Dewi, Dewi, M.Si.M.Si. NIP.

NIP. 131413201 131413201 NIP. NIP. 130935362130935362 Penguji III Penguji III Dra. Chasnah Dra. Chasnah NIP. 131413201 NIP. 131413201 ii ii

(4)

iii iii

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pengelolaan Lingkungan (Studi Kasus di SMP Negeri 27 Semarang)

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Biologi FMIPA UNNES pada:

Hari : Senin

Tanggal : 27 Agustus 2007

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, M. S Ir. Tuti Widianti, M. Biomed

NIP. 130781011 NIP. 130781009

Pembimbing I Penguji I

Drs. Sigit Saptono, M. Pd Drs. Putut Martin HB, M. Si

NIP 131931631 NIP 132231403

Pembimbing II Penguji II

Ir Kuntoro Budiyanto Drs. Sigit Saptono, M. Pd

NIP 131876227 NIP 131931631

Penguji III

Ir Kuntoro Budiyanto NIP 131876227

(13)

yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah membawa konsekuensi logis pada upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran biologi di SMP yang disesuaikan dengan karakteristik dan lingkungan sekitar sekolah. Selama ini pembelajaran biologi selalu dilakukan dengan cara ceramah tanpa memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekolah. Gambaran mengenai kegiatan belajar mengajar biologi tersebut dapat dilihat di SMP 27 Semarang. Untuk itu perlu adanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan memberikan kompetensi pada siswa. Oleh karena itu penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa sangat cocok untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar dan aktifitas siswa dengan penerapan Jelajah Alam Sekitar berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa pada konsep Pengelolaan Lingkungan di SMP Negeri 27 Semarang.

Penelitian dilakukan di tiga kelas yaitu kelas VIIB, VIIC, dan VIIG. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen yang dilaksanakan selama lima kali pertemuan. Pertemuan I  pre-test , pertemuan II sampai IV pelaksanaan pembelajaran dan pertemuan V post-test . Data yang diambil meliputi data primer (hasil belajar dan aktifitas siswa) dan data sekunder (kinerja guru selama pembelajaran berlangsung). Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan cara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Secara individual rata-rata hasil belajar siswa di ketiga kelas lebih dari 65, untuk kelas VIIB 69,2; kelas VIIC 68,2 dan kelas VIIG 78,2, tetapi secara klasikal hanya kelas VIIG yang persentasenya di atas 85% yaitu sebesar 87,8% sedangkan kelas VIIB 73,1% dan VIIC 64,1%. Aktifitas siswa menunjukkan respon positif di kelas VIIB 94,3%, kelas VIIC 95,9% dan kelas VIIG 93,2%.

Berdasarkan penelitian tersebut penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar dalam proses pembelajaran perlu diterapkan secara intensif dan berkesinambungan pada setiap materi Biologi, karena untuk melihat hasil yang sesuai dengan harapan diperlukan waktu yang lama.

Kata kunci: Pendekatan Jelajah Alam Sekitar, hasil belajar, aktifitas siswa.

(14)

Sungguh kelak Tuhanmu pasti akan memberikan kemudahan dan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau menjadi puas” (Q. S Ad Duha: 5)

“Kebenaran itu adalah dari Tuhan-Mu sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk  orang-orang yang ragu”

PERSEMBAHAN

☯ Ibu dan Ayahku yang dengan tulus ikhlas mendoakan dan mengalirkan keringatnya dalam samudera kasih yang tak pernah surut. ☯ Kakak-adikku tercinta: Mas Yoyok, Mas Pahing (Alm), Dik Bagus. Sepupuku Adi, Dita, Rio, Rachma, Gatot, Wisnu dan banyak lagi sehingga tidak dapat disebut satu persatu, yang selalu memberikan dukungannya dan membantuku atas segala kebutuhanku. Semoga masa depan kita cerah. Amin ☯ Terima kasih kepada Pak Sigit, Bu Kaesih, Bu Dewi Mustika, Bu Alimah, Mas Sholikin, Anah, Asri atas kesempatan dan bantuannya selama pelaksanaan

penelitian kolaborasi Hibah A2. ☯ “Bio-Hot”dan teman-teman sekampus semoga kalian masih semangat dalam mengarungi hidup ini.Good Luck!!! ☯ Teman-temanku yang ada di Solo dan anak-anak GAM (Geng Anak Madangan) yang telah menemaniku dalam sedih maupun senang.

(15)

Segala puja dan puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan izin dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hasil Belajar dan Aktifitas Siswa dengan Penerapan Jelajah Alam Sekitar Berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa Pada Konsep Pengelolaan Lingkungan (Studi Kasus di SMP Negeri 27 Semarang). Penulis menyadari skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian

2. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.

3. Drs. Sigit Saptono, M. Si dan Ir. Kuntoro Budiyanto sebagai dosen pembimbing yang telah dengan sabar berkenan membimbing dan memberi petunjuk serta pengarahan selama penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Putut Martin, M. Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak  masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah SMP Negeri 27 Semarang yang telah memberikan izin dan kemudahan serta kerjasamanya selama pelaksaan penelitian.

(16)

masukan dan kerjasama selama penelitian.

7. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dan memberikan motivasi selama pelaksanaan penelitian sampai selesainya penyususnan skripsi ini.

Hanya ucapan terima kasih dan doa, semoga apa yang telah diberikan tercatat sebagai amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan masih banyak  kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima berbagai saran ataupun kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kaepada semua pihak.

Semarang, 28 Agustus 2007

Penulis

(17)

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

ABSTRAK ...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR BAGAN ...x DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1 B. Masalah ...7 C. Tujuan Penelitian ...7 D. Manfaat Penelitian ...8 E. Pembatasan Masalah ...8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Belajar dan Proses Belajar Mengajar...11

2. Hasil Belajar Siswa ...18

3. Aktifitas Siswa dalam Proses Pembelajaran...21

(18)

6. Strategi Pembelajaran dan Pengukuran Hasil Belajar Biologi Berbasis

Jelajah Alam Sekitar ...30

7. Penerapan Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa pada JAS ...32

B. HIPOTESIS...37

BAB III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian... 38

B. Data Penelitian ... 38

C. Rancangan Penelitian ...39

D. Prosedur Penelitian ...40

E. Data dan Cara Pengambilan Data ...42

F. Instrumen ...43

G. Metode Analisis Data...49

H. Indikator Keberhasilan...53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Siswa ...54

B. Aktifitas Siswa ...76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...84

B. Saran...84

DAFTAR PUSTAKA ...85

LAMPIRAN... 87

(19)

1. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba ... 45

2. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal Uji Coba... 46

3. Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba ... 47

4. Hasil Analisis Realibilitas Soal Uji Coba... 48

5. Nomor soal yang Digunakan dan Tidak Digunakan ... 48

6. Tabel Lembar Analisis Pre-test ... 50

7. Tabel Lembar Analisis Post-test ... 51

8. Tabel Konversi Skala 11 ... 52

9. Tabel rekap Hasil Belajar Siswa ... 55

10. Hasil Observasi Aktifitas Guru ... 66

11. Rekap Hasil Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 72

12. Rekapitulasi Hasil Observasi Keaktifan Siswa ... 77

13. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa... 82

(20)

Bagan Halaman

1. Proses Perubahan Tingkah Laku ... 15

2. Komponen Proses Pembelajaran ... 17

3. Skema Perolehan Pengetahuan Sains... 32

4. Skema Pembelajaran Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa ... 35

5. Alur Metode Pre-test dan Post-test design... 39

6. Alur Tahap-Tahap Pembelajaran... 56

(21)

1. Rancangan Pembelajaran ... 87

2. Soal-Soal Pre-Test ... 94

3. Rubrik Analisis Pre-Test ... 95

4. Tabel Analisis Hasil Pre-Test ... 98

5. Lembar Kerja Siswa... 99

6. Soal Uji Coba Post-Test ... 109

7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Post-Test ... 118

8. Kisi-Kisi Soal uji Coba ... 119

9. Tabel Analisis Butir Soal Uji Coba (Post-test ) ... 121

10. Soal Ulangan Harian (Post-Test ) ... 124

11. Kunci Jawaban Soal Ulangan Harian (Post-Test)... 133

12. Nilai Hasil Belajar (Post-test ) Siswa... 134

13. Analisis Hasil Belajar (Post-Test ) Siswa ... 138

14. Grafik Pola Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 139

15. Lembar Observasi Aktifitas Siswa... 141

16. Rubrik untuk Observasi Aktifitas Siswa... 142

17. Tabel Hasil Aktifitas Siswa... 144

(22)

20. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran... 151

21. Rubrik Kinerja Guru dalam Pengajaran... 152

22. Hasil Kinerja Guru Selama Pembelajaran... 156

23. Lembar Observasi Kinerja Siswa... 157

24. Rubrik  Asesment Kinerja Menanam Tanaman di Pot dan Membuat Slogan158

25. Hasil Kinerja ( Hand-On) Siswa... 160

26. Dokumentasi Penelitian ... 162

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mulai diberlakukannya kurikulum 2004 (Kurikulum berbasis Kompetensi) yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah membawa konsekuensi logis pada upaya   peningkatan kualitas proses pembelajaran biologi di SMP yang disesuaikan

dengan karakteristik dan lingkungan sekitar sekolah. Tujuan KTSP pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak  mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Wibowo, 2006). Proses belajar yang diharapkan melalui kurikulum ini   bukan sekedar membahas materi dalam buku-buku panduan pelajaran atau

menginformasikan pengetahuan kepada siswa, melainkan menekankan pada  pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk memahami gejala

yang terjadi (Anonimus, 2004).

Biologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang konsep/teori berdasarkan kejadian di alam. Pelajaran biologi diperkenalkan mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah. Selama ini pembelajaran biologi selalu dilakukan secara konvensional yaitu hanya sebatas penguasaan konsep-konsep yang dibahas dalam buku-buku panduan pelajaran, serta kurangnya pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti laboratorium dan lingkungan sekolah sekitar yang seringkali pembelajaran biologi dilakukan di dalam kelas.

(24)

Pembelajaran tersebut bagi guru merupakan suatu keterpaksaan yang harus dilakukan karena guru beranggapan bahwa kendala yang dihadapi dengan   pembelajaran di luar kelas adalah tidak banyak materi yang dapat

disampaikan, memakan waktu lama, siswa tidak aktif, tenaga pengajar yang kurang untuk pengelolaan kelas dan sumber belajar di lingkungan tidak  lengkap. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa guru-guru biologi masih  berorientasi pada materi belajar (bukan proses untuk mencapai tujuan belajar). Pembelajaran konvensional yang sering dilakukan tersebut memperlakukan siswa sebagai obyek dalam belajar yang berperan sebagai penerima informasi yang diberikan oleh gurunya, sehingga pembelajaran ter sebut dapat membatasi   peran siswa untuk mengembangkan penalaran dan kreativitasnya dalam

rangka pengembangan dirinya serta meningkatkan aktifitas siswa dalam  belajar.

Gambaran mengenai kegiatan belajar mengajar biologi seperti di atas dapat dilihat di SMP 27 Semarang, dari hasil observasi yang telah dilakukan  bahwa usaha yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswanya masih perlu dimaksimalkan. Guru lebih banyak menjelaskan, menggambar dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang dibahas. Guru belum menunjukkan usaha memanfaatkan media dalam rangka menjelaskan dan memberikan contoh fenomena Biologi serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktifitas dalam proses belajar seperti mengajukan   pertanyaan, berdiskusi, melakukan presentasi, dan mengambil kesimpulan

(25)

 perlu ditingkatkan seperti memberikan kesempatan siswa untuk bereksplorasi dalam rangka menemukan sendiri gejala atau fenomena alam yang terjadi atau  bila mungkin mengubah pemahamannya yang mungkin tidak benar. Salah satu imbas dari kondisi seperti ini adalah hasil tes sumatif semester gasal tahun   pelajaran 2004/2005 menunjukkan bahwa rerata nilai Biologi untuk kelas

unggulan 8,15, sedangkan untuk kelas non unggulan 5,64. Pada semester gasal tahun pelajaran 2005/2006 rerata nilai Biologi untuk kelas unggulan 8,21, sedangkan kelas non unggulan 6,25.

Hasil kajian tentang kebutuhan para guru SMP di Semarang dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran biologi (Saptono dkk, 2005) bahwa 75% guru Biologi belum pernah mendesain pembelajaran sesuai t untutan kurikulum 2004 (yang disempunakan menjadi KTSP) yaitu menuntut pemberian   pengalaman langsung kepada siswa dalam belajar untuk memahami gejala

yang terjadi baik yang dilaksanakan di dalam kelas, laboratorium maupun di luar kelas. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SMP, persentase materi yang memerlukan dukungan pembelajaran di luar kelas, yaitu 88% materi SMP kelas I, 10% materi kelas II dan 100% materi kelas III. Gambaran evaluasi hasil belajar siswa yang sering dilakukan guru Biologi SMP di Semarang adalah tes tertulis.

Berdasarkan data-data di atas maka dapat ditemukenali bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Biologi di SMP yang  berkaitan dengan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang

(26)

1. Strategi pembelajaran Biologi berbasis kompetensi yang bervariasi

2. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berorientasi pada  pencapaian kompetensi tertentu

3. Penerapan outdoor learning (termasuk pemanfaatan laboratorium)

4. Pengembangan instrumen evaluasi hasil belajar siswa (alternative assessment )

Berdasarkan sifat Biologi yang mempelajari tentang konsep-konsep yang  berhubungan dengan lingkungan, maka perlu adanya suatu pendekatan dalam membelajarkan biologi yang memberikan ruang gerak dan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi melalui kegiatan-kegiatan yang relevan sesuai dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu salah satunya dengan penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dengan Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa yang diharapkan dengan strategi ini dapat membantu guru pada kendala-kendala yang dialami selama  pembelajaran biologi yang sering dilakukan. Obyek Biologi adalah fenomena nyata sehingga cara-cara eksploratif adalah cara yang tepat untuk  mempelajarinya (Djohar, 2005).

Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam di sekitar kehidupan siswa,   baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sebagai obyek belajar Biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono, 2005).

(27)

Pembelajaran dengan penerapkan JAS, siswa diajak bersentuhan langsung dan mengenal obyek, gejala dan permasalahan, menelaahnya dan menentukan simpulan atau konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya (Saiful Ridlo, 2005).

Jelajah Alam Sekitar secara ontologis dicirikan dengan siswa belajar  melakukan secara nyata dan alamiah, bentuk kegiatan lebih utama dari pada hasil, berpusat pada siswa, terbentuknya masyarakat belajar, berpikir tingkat tinggi, memecahkan masalah, menanamkan sifat ilmiah dan ada sebagai cara dalam mengukur hasil belajar. Epistemolgi pembelajaran dengan Pendekatan JAS mencakup hal-hal yang inovatif dalam penerapannya yaitu konstruktivisme , penerapan proses sains, proses inquiri, proses eksplorasi lingkungan alam sekitar, dan penerapan alternative assessment . Karakter  Jelajah Alam Sekitar (JAS) antara lain adanya unsur   joyful lerning (belajar  yang menyenangkan) dengan nuansa  Bioedutainment , tertanamnya sikap ilmiah yang berupa kejujuran, ketelitian, menghargai pendapat orang lain, disiplin, toleran, obyektif, kerja keras dan bertanggung jawab. Ciri-ciri  pendekatan JAS adalah selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan menggunakan media, selalu ada kegiatan   berupa ramalan (prediksi), pengamatan dan penjelasan serta adanya laporan

untuk dikomunikasikan baik secara lesan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual (Marianti dan Kartijono, 2005).

Konseptualisasi dan pemahaman diperoleh siswa tidak hanya secara langsung dari guru atau buku, akan tetapi juga ditekankan melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, membandingkan,

(28)

memprediksi, membuat pertanyaan, merancang kegiatan, membuat hipotesis, dan membuat laporan secara komprehensif .

Bell (1993) menerangkan bahwa pengetahuan siswa diperoleh dengan dua sumber yaitu pada saat siswa berinteraksi dengan lingkungan, dan   pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal di sekolah. Pada saat

siswa memperoleh kesempatan untuk menguji dan mencocokan gagasan baru dengan pengetahuan hasil interaksi dengan lingkungannya, maka secara   psikologis siswa akan mengorganisasi kembali kerangka pengetahuannya.

Oleh karena itu akan lebih bijaksana jika guru menganalisis pengetahuan awal siswa terlebih dahulu sebelum membahas konsep tertentu

Berdasarkan asumsi di atas maka analisis pengetahuan awal siswa dijadikan suatu strategi dalam penerapan pendekatan JAS. Strategi tersebut menitikberatkan pada skema pembelajaran K-W-L, yaitu what did you Know, what do you Want to know, what will you Learn . Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa dapat diterapkan untuk menggali pemahaman siswa tentang suatu konsep dan hubungan antar konsep biologi, kemudian menguji  pemahaman siswa tersebut dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk 

melakukan eksplorasi, baik di kelas, laboratorium maupun di luar kelas.

Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran Biologi melalui   penerapan Jelajah Alam Sekitar memberikan ruang gerak dan kesempatan

kepada siswa untuk melakukan eksplorasi melalui kegiatan-kegiatan yang relevan, sehingga memungkinkan siswa merekonstruksi kembali pemahaman konseptualnya, dengan demikian siswa akan terlatih untuk selalu berupaya

(29)

mengembangkan penalaran dan kreativitasnya yang nantinya dapat meningkatkan pemahamannya menjadi lebih baik 

Penerapan pendekatan JAS dapat diterapkan untuk mempelajari konsep   biologi yang berkaitan dengan lingkungan seperti dalam materi konsep   pengelolaan lingkungan. Penerapan pendekatan JAS dalam proses  pembelajarannya mengajak siswa menemukenali masalah-masalah yang ada di

lingkungan baik penyebab maupun dampaknya terhadap lingkungan. Diharapkan siswa dapat menemukan konsep pelajaran dari hasil eksplorasinya dan dapat memecahkan masalah-masalah yang ditemukan selama proses   pembelajaran mengenai konsep pengelolaan lingkungan seperti erosi,  pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah

B. Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa tentang pengelolaan lingkungan dengan  penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa? 2. Bagaimanakah aktifitas siswa selama pembelajaran dengan penerapan

 pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang:

1. Hasil belajar siswa SMP Negeri 27 Semarang dengan penerapan  pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa.

2. Aktifitas siswa SMP Negeri 27 Semarang dengan penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa.

(30)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi siswa

Siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal, terutama dalam hal bereksplorasi, mengemukakan pendapat, dan mengembangkan kreativitasnya.

2. Manfaat bagi guru

Menambah kemampuan menerapkan strategi pembelajaran Biologi sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat lebih  bervariasi serta mampu memaksimalkan kualitasnya.

3. Manfaat bagi sekolah

Memberi sumbangan bagi sekolah dalam rangka upaya perbaikan proses   pembelajaran secara menyeluruh, sehingga prestasi para siswanya akan

lebih meningkat. E. Pembatasan Masalah

1. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)

Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam di sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sebagai obyek belajar  Biologi yang fenomenanya dipelajari dengan kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono, 2005). Ciri-ciri pendekatan JAS adalah selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung yaitu degan menggunakan media, selalu ada kegiatan berupa ramalan (prediksi),   pengamatan dan penjelasan serta adanya laporan untuk dikomunikasikan

(31)

  baik secara lesan, tulisan, gambar, foto atau

  baik secara lesan, tulisan, gambar, foto atau audiovisualaudiovisual (Marianti dan(Marianti dan Kartijono, 2005) dengan

Kartijono, 2005) dengan joyful lerning joyful lerning (belajar yang menyenangkan)(belajar yang menyenangkan) 2.

2. Penerapan KTSPPenerapan KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan   pendidikan (Wibowo, 2006) merupakan pengembangan Kurikulum   pendidikan (Wibowo, 2006) merupakan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada penelitian ini sekolah penelitian masih Berbasis Kompetensi (KBK). Pada penelitian ini sekolah penelitian masih menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). 3.

3. Pengetahuan AwalPengetahuan Awal

Pengetahuan awal merupakan pengetahuan atau konsepsi awal yang Pengetahuan awal merupakan pengetahuan atau konsepsi awal yang dimiliki oleh siswa melalui pengalaman yang telah dilakukan sebelum dimiliki oleh siswa melalui pengalaman yang telah dilakukan sebelum mendapatkan suatu hal baru (Rustaman, 2003). Dalam penelitian ini mendapatkan suatu hal baru (Rustaman, 2003). Dalam penelitian ini   pengetahuan awal siswa diperoleh dengan cara melakukan pre-test   pengetahuan awal siswa diperoleh dengan cara melakukan pre-test

sebelum dilakukan proses belajar mengajar. sebelum dilakukan proses belajar mengajar. 4.

4. Hasil Belajar Hasil Belajar 

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah melakukan belajar. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah melakukan belajar. Dalam hal ini hasil

Dalam hal ini hasil belajar ditunjukkan dengan adanya produk berupa hasilbelajar ditunjukkan dengan adanya produk berupa hasil  post-test dan hasil kerja dari lembar penugasan.

 post-test dan hasil kerja dari lembar penugasan. 5.

5. Aktifitas SiswaAktifitas Siswa

Aktifitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama Aktifitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama  pembelajaran. Dalam penelitian ini aktifitas siswa yang dinilai antara lain  pembelajaran. Dalam penelitian ini aktifitas siswa yang dinilai antara lain meliputi aktifitas siswa dalam kelompok maupun kelas yang meliputi meliputi aktifitas siswa dalam kelompok maupun kelas yang meliputi kemampuan siswa dalam bertanya, berdiskusi dalam kelompok, kemampuan siswa dalam bertanya, berdiskusi dalam kelompok,

(32)

mengemukakan pendapat, menarik kesimpulan dan aktifitas siswa dalam mengemukakan pendapat, menarik kesimpulan dan aktifitas siswa dalam melakukan eksplorasi.

melakukan eksplorasi. 6.

6. Konsep Pengelolaan LingkunganKonsep Pengelolaan Lingkungan

Penelitian ini mengambil materi Pengelolaan Lingkungan yang mengkaji Penelitian ini mengambil materi Pengelolaan Lingkungan yang mengkaji tentang sumber atau penyebab terjadinya pencemaran lingkungan, baik  tentang sumber atau penyebab terjadinya pencemaran lingkungan, baik    pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, dan erosi tanah.   pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, dan erosi tanah. Selain itu juga mengkaji tentang dampak yang ditimbulkan serta upaya Selain itu juga mengkaji tentang dampak yang ditimbulkan serta upaya  penanggulangan pencemaran lingkungan tersebut.

(33)

BAB II BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.

A. Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka 1.

1. Belajar dan Proses PembelajaranBelajar dan Proses Pembelajaran

Menurut Hamalik (2001) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan Menurut Hamalik (2001) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil maupun tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan dan bukan suatu hasil maupun tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Pengalaman diperoleh berkat tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan l

interaksi antara individu dengan lingkungannya.ingkungannya.

Sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu kumpulan yang besifat Sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu kumpulan yang besifat individual, yang mengubah stimuli yang datang dari lingkungan seseorang ke individual, yang mengubah stimuli yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil   belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil belajar ini memberikan   belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil belajar ini memberikan kemampuan kepada siswa untuk melakukan berbagai penampilan. Secara kemampuan kepada siswa untuk melakukan berbagai penampilan. Secara umum belajar adalah terjadinya perubahan pada seseorang baik yang terlihat umum belajar adalah terjadinya perubahan pada seseorang baik yang terlihat ((Covert Covert ) maupun tidak terlihat () maupun tidak terlihat (Convert Convert ), bertahan lama atau tidak, kearah), bertahan lama atau tidak, kearah  positif atau negatif semuanya karena pengalaman.

 positif atau negatif semuanya karena pengalaman.

Menurut Sudjana (2000), belajar pada hakikatnya adalah suatu proses Menurut Sudjana (2000), belajar pada hakikatnya adalah suatu proses   perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu disebabkan karena suatu   perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu disebabkan karena suatu   pengalaman. Pengalaman manusia dapat dijadikan dua jenis, yaitu   pengalaman. Pengalaman manusia dapat dijadikan dua jenis, yaitu   pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung yakni anak    pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung yakni anak  mengalami dan berbuat sendiri secara langsung. Anak melakukan sendiri mengalami dan berbuat sendiri secara langsung. Anak melakukan sendiri  perbuatan tersebut dalam situasi sebenarnya. Pengalaman demikian tentu akan  perbuatan tersebut dalam situasi sebenarnya. Pengalaman demikian tentu akan

(34)

membawa hasil yang lebih baik. Tetapi tidak semua persoalan dapat dipelajari melalui pengalaman secara langsung, bahkan pada umumnya atau sebagian   besar dipelajari melalui pengalaman tidak langsung. Pengalaman tidak 

langsung dapat diperoleh dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Mengamati gejala atau situasi dengan menggunakan alat indera, misalnya mengamati orang yang sedang menjahit, orang yang sedang menari dan lain sebagainya.

 b. Melalui bentuk gambar, misalnya mempelajari lukisan, foto dan lain sebagainya.

c. Melalui bentuk grafik, misalnya mempelajari peta, grafik, diagram dan lain sebagainya.

d. Melalui bentuk verbal yaitu diperoleh dengan cara membaca, uraian tertulis dan lain sebagainya.

e. Melalui lambang, seperti rumus, istilah dan lain-lain.

Pengalaman demikian erat dengan alat peraga, ini menunjukkan betapa   pentingnya keperagaan dalam proses belajar. Edgar Dale mengemukakan

sepuluh jenis pengalaman. Kesepuluh jenis ini adalah: a. Pengalaman langsung

Dalam pengalaman ini anak mengalami sendiri dan berbuat sendiri. Dengan cara ini akan memperoleh pengalaman secara langsung, sehingga hasilnya akan lebih berarti padanya.

(35)

 b. Pengalaman langsung melalui benda-benda tiruan

Banyak hal yang dipelajari melalui benda tiruan.yaitu dengan benda tiruan anak dapat mempelajarinya secara keseluruhan.

c. Pengalaman melalui dramatisasi

Dengan dramatisasi anak berkesempatan melakukan, menafsirkan, dan memamerkan suatu peranan tertentu.

d. Pengalaman melalui demonstrasi

Pada demonstrasi anak kelihatan tidak seaktif pada ketiga jenis di atas. Anak lebih banyak melihat dari pada berbuat. Demonstrasi bertujuan untuk memperlihatkan suatu proses.

e. Pengalaman melalui karyawisata

Karyawisata adalah kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Dalam karyawisata siswa menganalisis, mengobservasi, dan meneliti sesuatu di luar.

f. Pengalaman melalui pameran

Dalam pameran diperlihatkan benda-benda yang realistik dengan maksud menyajikan ide atau gagasan.

g. Pengalaman melalui televisi dan gambar hidup

Alat ini berpengaruh pada anak melalui pendengaran dan penglihatan. Jadi   pengalaman yang diperolehnya tidak langsung tetapi membutuhkan  penghayatan yang tinggi.

(36)

h. Pengalaman melalui radio dan rekaman

Pengalaman ini hanya membutuhkan pendengaran saja, sehingga lebih sulit lagi dibandingkan dengan televisi dan gambar hidup.

i. Pengalaman melalui lambang-lambang visual

Pengalaman merupakan sebuah contoh dari lambang visual. Jadi   pengalaman melalui lambang visual memerlukan penghayatan dan   pemikiran yang tajam, sebab harus menerjemahkan lambang tadi untuk 

membentuk satu pengertian.  j. Lambang kata (verbal)

Lambang kata merupakan pengganti hal-hal yang sifatnya konkret. Tidak  ada persamaan yang konkret dari lambang kata dengan ide atau benda dibalik kata tesebut. Kata-kata adalah abstraksi yang mutlak. Ini hanya mungkin dimengeri kalau anak sudah berfikir abstrak.

Menurut Darsono, dkk (2001) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,   psikomotorik, maupun sikap. Sedangkan menurut Sanjaya (2007) belajar 

adalah proses perubahan tingkah laku yang merupakan suatu misteri karena   perubahan tersebut sulit dilihat dan diraba. Walaupun tidak dapat melihat   proses terjadinya perubahan tetapi dapat ditentukan apakah seseorang telah   belajar atau belum yaitu dengan membandingkan kondisi sebelum dan

sesudah proses pembelajaran berlangsung. Proses perubahan tingkah laku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(37)

S Proses S'

  Input Output

Bagan 1. Proses Perubahan Tingkah Laku

Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa telah terjadi proses belajar    pada diri seseorang (S) manakala terjadi perubahan dari S sebagai input  menjadi S' sebagai output . Misalkan sebelum sesorang mengalami proses  belajar ia tidak tahu konsep tentang ‘X’ tapi setelah mengalami proses belajar 

ia jadi paham konsep ‘X’, dengan demikian dapat dikatakan seseorang tersebut telah belajar. Sebaliknya sebelum terjadi proses pembelajaran ia tidak  tahu tentang ‘X’ , dan setelah mengalami proses pembelajaran ia masih tetap tidak tahu tentang ‘X’ maka dapat dikatakan bahwa ia tidak belajar atau proses   pembelajarannya dianggap gagal. Dengan demikian efektivitas pembelajaran

atau belajar dan tidaknya seseorang tidak dapat dilihat dari aktifitasnya selama terjadi proses pembelajaran, tetapi hanya bisa dilihat dari adanya perubahan dari sebelum dan sesudah terjadi proses belajar. Seorang siswa yang sepertinya aktif belajar yang ditunjukkan dengan caranya memerhatikan guru dan rapinya ia membuat catatan, belum tentu ia belajar dengan baik manakala ia tidak mampu menunjukkan adanya perubahan tingkah la ku.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Bagaimana suatu proses pembelajaran berhasil? Menurut Sanjaya (2007) faktor-faktor yang berpengaruh dalam sistem pembelajaran adalah

(38)

a. Faktor guru

Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi   pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Masing-masing   perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi

atau implementasi pembelajaran. Dengan demikian efektivitas proses   pembelajaran terletak di pundak guru, karena keberhasilan proses  pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru.

 b. Faktor siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang dilihat dari aspek siswa meliputi latar belakang siswa yang terdiri dari jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.

c. Faktor sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran. Keuntungan lengkapnya sarana dan  prasarana terhadap prsses pembelajaran adalah dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam mengajar, dapat memberikan pilihan pada siswa untuk belajar, jika mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi maka dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien, sedangkan jika mengajaran dipandang sebagai proees mengatur lingkungan agar siswa

(39)

dapat belajar maka dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat medorong siswa untuk belajar.

d. Faktor lingkungan

Faktor organisasi kelas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi   proses pembelajaran. Faktor pengorganisasian kelas terdiri dari jumlah

siswa dalam satu kelas. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:

Proses Tujuan Isi/Materi Metode Media Evaluasi S S' Output  Input

(40)

Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem  pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Isi/materi pelajaran merupakan inti dari proses pembelajaran karena sering diartikan proses   pembelajaran sebagai proses penyampaian materi pelajaran, namun setting   pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi,

tugas, tanggungjawab maka materi pelajaran dapat digunakan sebagai sumber    belajar. Strategi atau metode yang tepat merupakan komponen yang

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Alat dan sumber merupakan alat   bantu yang berperan sebagai pengelola sumber belajar, melalui penggunaan

sumber belajar diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin meningkat. Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran, evaluasi tidak hanya untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses   pembelajaran tetapi juga sebagai umpan balik bagi guru atas kinerja dalam  pengelolaan pembelajaran.

2. Hasil Belajar Siswa

Menurut Purwanto (1986) bahwa hasil belajar biasanya dapat diketahui melaui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, menurut Dalyono (1996) faktor-faktor tersebut meliputi: faktor  internal dan faktor  eksternal.

(41)

a. Faktor  Internal (faktor dari dalam) 1) Kesehatan jasmani dan rohani 2)  Intelegensia dan bakat.

Seseorang yang mempunyai intelegensi baik umumnya mudah  belajar dan hasilnya cenderung baik.

3) Minat dan motivasi.

Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar  artinya dalam mencapai tujuan belajar. Seseorang yang belajar  dengan motivasi kuat akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat.

4) Cara belajar.

Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajar  mengajar tanpa memperhatikan faktor fisiologis, psikologis dan kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

 b. Faktor  Eksternal (faktor dari luar) 1) Keluarga

2) Sekolah 3) Masyarakat

4) Lingkungan sekitar.

Upaya pendekatan hasil belajar siswa merupakan suatu bentuk yang tidak  mudah untuk dilakukan oleh guru dan pihak sekolah. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan karakteristik yang ada pada setiap siswa. Antara siswa satu dengan yang lainnya memiliki karakteristik yang jauh bebeda. Oleh karena itu

(42)

guru perlu mengetahui karakteristik setiap siswa sebelum melakukan proses   pembelajaran. Menurut Gagne (1985) dalam Soekamto dan Winataputra

(1995), menyebutkan adanya lima hasil belajar sebagai berikut:

a. Keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural yang mencakup   belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah, yang

kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah.

 b. Strategi kognitif yang kemampuannya untuk memecahakan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat dan berfikir.

c. Informasi verbal yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi yang relevan.

d. Kemampuan motorik  yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

e. Sikap yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor  intelektual.

Kegiatan belajar siswa dapat tejadi apabila siswa ada perhatian dan dorongan terhadap stimulus belajar. Oleh karena itu maka guru harus   berupaya menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan siswa

dalam melakukan kegiatan belajar. Upaya memberikan perhatian dan dorongan belajar kepada siswa dilakukan oleh guru sebelum mengajar  dimulai, pada saat berlangsungnya proses dan pada saat-saat kondisi belajar  siswa mengalami kemunduran. Perhatian siswa terhadap stimulasi belajar 

(43)

dapat diwujudkan melalui beberapa upaya seperti penggunaan media  pengajaran atau alat peraga, memberikan pertanyaan kepada siswa, melakukan   pengulangan informasi yang berbeda sifatnya dengan cara sebelumnya,

memberikan stimulus belajar dalam bentuk lain sehingga siswa tidak bosan (Sudjana, 2000). Agar kegiatan ini terwujud, harus ada motivasi yang disebut motivasi belajar. Oleh kaena itu, guru sebagai orang yang membelajarkan siswa harus peduli dengan masalah motivasi ini. Ia harus mampu dan mau memotivasi siswa yang rendah motivasi belajarnya dan meningkatkan motivasi siswa yang sudah mempunyai motivasi belajar. Motivasi belajar yang ada pada diri siswa dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

3. Aktifitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar diwujudkan dalam bentuk  kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan lain sebagainya. Menurut Sanjaya (2007) aktifitas siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi   juga ditentukan aktifitas nonfisik  seperti mental, intelektual, dan emosional. Oleh karena itu sebetulnya aktif dan tidak aktifnya siswa hanya siswa sendiri yang tahu secara pasti. Siswa yang diam mendengarkan penjelasan bukan   berarti tidak aktif, sebaliknya belum tentu siswa yang secara fisik aktif 

memiliki kadar aktifitas mental yang tinggi pula.

Menurut Zaini dalam Kasyati (2005) belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru dan menyimpannya di dalam otak. Belajar aktif ini sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar 

(44)

yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak  hanya sekedar menerima dan menyimpan, akan tetapi otak manusia akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan. Agar otak dapat memproses informasi dengan baik, maka akan sangat membantu kalau terjadi proses refleksi secara internal. Jika siswa diajak    berdiskusi, menjawab pertanyaan atau membuat pertanyaan, maka otak 

mereka akan bekerja lebih baik sehingga proses belajarpun dapat terjadi dengan baik pula.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk   belajar secara aktif (Sudjana, 1996). Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti

mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupannya. Oleh karena itu dengan belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam seluruh  proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasa suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

(45)

Variabel-variabel keaktifan siswa meliputi keikutsertaan mempersiapkan  pelajaran, kegembiraan dalam belajar, kemauan dan kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan minat, sikap kritis dan ingin tahu, kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur, pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif (Karyadi, 1993).

4. Jelajah Alam Sekitar

Biologi adalah bagian dari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Biologi merupakan terminologi yang berasal dari kata yaitu bios, yang berarti hidup dan logos, yang dapat diartikan sebagai ilmu/pengetahuan. Dari pengertian tersebut Biologi mencakup ilmu-ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam semesta. Pengetahuan ini termasuk yang sudah ditemukan sejak jaman dahulu, hingga penemuan pengetahuan yang paling   baru. Pengetahuan tersebut dapat berupa fakta, konsep, teori, maupun

generalisasi yang menjelaskan tentang gejala kehidupan. Pengembangan  pembelajaran Biologi adalah bahwa Biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta ataupun konsep, karena dalam Biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata (Saptono, 2003a).

Pembelajaran Biologi yang berkaitan dengan gejala-gejala di alam atau fakta alam haruslah dilakukan suatu pengamatan langsung mengenai gejala-gejala tersebut. Dalam aktifitas pembelajaran Biologi tersebut perlu adanya suatu kerja ilmiah yang mencakup proses pengamatan gejala alam, merumuskan hipotesis, melakukan pengujian serta membuat generalisasi.

(46)

Tanpa mengurangi hakikat pembelajaran Biologi, pembelajarannya dapat dilakukan di ruang kelas, laboratorium serta di luar ruang kelas, yang semuanya dapat diuraikan seperti di bawah ini:

a. Pembelajaran Ruang Kelas

Pembelajaran ruang kelas adalah pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Kelas:

1) Dalam arti sempit, kelas menurut H. Nawawi (dalam Rustaman, 2002) merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, dimana sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti kegiatan belajar  mengajar.

2) Dalam arti luas kelas dapat diartikan sebagai kelompok atau   pengelompokan di dalam masyarakat yang masing-masing

mempunyai ciri khas, penentu, jenjang, atau tingkatan.

3) Menurut Hamalik (1986) (dalam Rustaman, 2002) kelas adalah suatu kelompok sosial yang pada hakikatnya suatu unit sosial yang mempunyai tujuan yang sama dan terbentuk secara formal, yang  berada di bawah satu pimpinan yaitu guru.

4) Untuk guru Biologi, kelas merupakan sejumlah siswa yang   berkumpul bersama mengikuti proses pembelajaran, tetapi tidak 

harus selalu di dalam suatu ruangan di lokasi sekolah. Untuk proses  pembelajaran dapat dilakukan di tempat di luar ruangan kelas seperti   pekarangan sekolah, lapangan rumput dekat sekolah, atau kebun

(47)

5) Pembelajaran di ruang kelas dibutuhkan pengelolaan kelas yang dapat diartikan sebagai keterampilan guru untuk memelihara dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam PBM (Rustaman, 2002).

 b. Pembelajaran Laboratorium

Pemahaman bahwa Biologi dapat juga dikatakan sebagai suatu proses investigasi (penelusuran/penyelidikan) banyak diartikan dengan hal-hal yang selalu berhubungan dengan laboratorium beserta perlengkapannya (Saptono, 2003a). Menurut Rustaman (2002) dalam pendidikan IPA kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dan kegiatan belajar  mengajar khususnya Biologi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman, 2002) mengemukakan empat hal yaitu:

1) Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Melalui kegiatan  praktikum, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa, ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan  praktikum dimana siswa menentukan pengetahuan melalui e ksplorasi

terhadap alam.

2) Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Dengan kegiatan praktikum siswa dilatih untuk  mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur  secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau canggih,

(48)

menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan mengintepretasikan eksperimen.

3) Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Metode yang dilakukan antara lain dengan menggunakan metode inkuari, yaitu siswa dituntut untuk untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen, merakit alat, melakukan pengukuran secara cermat, mengintepretasikan data perolehan, serta mengkomunikasikannya, melalui laporan yang harus dibuatnya.

4) Praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori, dan membuktikan teori. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

c. Pembelajaran Luar Ruang

Pembelajaran luar ruang merupakan strategi dalam pembelajaran yang mengutamakan pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah, sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dalam hal ini guru harus  jeli dalam memilih topik pelajaran yang cocok jika akan menggunakan strategi

ini.

Strategi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan strategi ini adalah:

(49)

1) Siswa belajar dalam kondisi menyenangkan, tidak membosankan. 2) Strategi ini didasarkan pada learning by doing.

3) Siswa dapat berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata, sehingga seluruh indera yang dimilikinya akan difungsikan.

4) Siswa dapat melihat atau mengamati secara langsung fenomena alam di sekitar sekolahnya, jadi secara induktif siswa akan mengumpulkan fakta-fakta sehingga selanjutnya siswa akan membangun makna terhadap pengamatannya. Adapun kekurangan strategi ini adalah: a) Pengelolaan siswa yang cukup merepotkan guru.

 b) Belum tentu setiap sekolahan memiliki lahan yang dijadikan sebagai sumber belajar.

c) Membutuhkan manajemen waktu yang ketat dan hal ini tidak  mudah dilakukan, karena biasanya jika siswa belajar di luar  ruang kelas, untuk kembali ke kelasnya mereka enggan.

Pada topik-topik tertentu dalam Biologi dapat diimplementasikan strategi   pembelajaran di luar ruang. Konsep-konsep yang berkaitan dengan ekologi, sistematika tumbuhan, konservasi lingkungan, reproduksi tumbuhan, sumber  daya alam dapat disajikan dengan strategi ini (Saptono, 2003a). Dalam  pembelajaran luar ruang ini dikembangkan lebih lanjut menjadi pembelajaran

Jelajah Alam Sekitar (JAS).

5. Jelajah Alam Sekitar (JAS) sebagai Pendekatan Pembelajaran Biologi Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembalajaran. Istilah pendekatan merujuk pada suatu proses

(50)

yang sifatnya masih umum (Sanjaya, 2007). Roy Killen dalam Sanjaya (2007) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang   berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang  berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat   pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),   pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiri serta strategi pembelajaran induktif .

JAS merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada  pemanfaatan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sebagai obyek belajar Biologi yang fenomenanya dipelajari dengan kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono, 2005). Pendekatan JAS mencakup hal-hal yang inovatif dalam penerapannya, yaitu konstruktivisme , penerapan proses sains, proses inquiri, proses eksploitasi lingkungan alam sekitar, dan penerapan alternative assessment .

Pendekatan JAS merupakan pendekatan kodrat manusia dalam upayanya mengenali alam lingkungannya. Pembelajaran melalui JAS memungkinkan siswa mengembangkan potensinya sebagai manusia yang memiliki akal budi. Pendekatan JAS menekankan pada kegiatan belajar yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa dan dunia nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa juga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan masalah-masalah kehidupan nyata. Dengan demikian, hasil belajar siswa lebih

(51)

  bermakna bagi kehidupannya, sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan integritas dirinya (Ridlo, 2005).

Diterapkannya JAS, siswa diajak mengenal obyek, gejala dan   permasalahan, menelaah dan menemukan simpulan atau konsep tentang

sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan pemahaman diperoleh siswa tidak secara langsung dari guru atau buku, akan tetapi melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, membandingkan, memprediksi, membuat pertanyaan, merancang kegiatan, membuat hipotesis, merumuskan simpulan berdasarkan data dan membuat laporan secara komprehensif. Secara langsung siswa melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam yang terjadi. Fenomena tersebut dapat ditemui di lingkungan sekeliling siswa atau fenomena alam (Biologi) akan sangat membantu siswa untuk mengamati sekaligus memahami gejala atau konsep yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran dengan pendekatan JAS dapat mengubah pengetahuan awal siswa yang semula salah ataupun ragu menjadi benar.

Pendekatan JAS dikembangkan berdasarkan pemikiran Piaget dan Vygotsky yang menekankan konstruktivisme kognitif dan sosial. Seseorang akan lebih efektif dalam proses belajar jika kognitifnya secara aktif  mengalami rekonstruksi, baik ketika berbenturan dengan suatu fenomena maupun kondisi sosial. Sebagai implikasinya, pembelajaran seharusnya memperhatikan pengembangan hand-on dan mind-on siswa. Beberapa hal   penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan hand-on dan mind-on

(52)

a. Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator yang tercermin dalam kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran.

 b. Pembelajaran memungkinkan siswa belajar dalam kelompok.

c. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswa untuk  mengekspresikan kemampuan dan gagasannya, baik melalui lisan,  performance, maupun tulisan.

6. Strategi pembelajaran dan pengukuran hasil belajar Biologi berbasis JAS

Kemp dalam Sanjaya (2007) menjelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar  tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Senada dengan  pendapat di atas strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey dalam Sanjaya (2007) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk  menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan   perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk 

mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sanjaya, 2007).

Strategi pembelajaran merupakan hal penting dalam upaya membelajarkan siswa. Implementasi strategi berbasis pendekatan JAS dalam pembelajaran Biologi dapat dijabarkan sebagai berikut.

Siswa diberi kesempatan untuk secara aktif melakukan eksplorasi ke lingkungan untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dilakukannya eksplorasi, siswa dapat memahami konsep dan menyusun

(53)

  pengetahuannya sendiri, dan berinteraksi sosial dengan lingkungannya. (Slavin, 1995). Kegiatan pembelajaran berbasis JAS meliputi:

1) Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak  langsung, maupun memanfaatkan media dalam pembelajaran kelas. 2) Selalu ada kegiatan pengamatan, melakukan prediksi dan penjelasan. 3) Ada laporan yang dapat dikomunikasikan, baik secara lisan, tulisan,

melalui gambar, foto atau audiovisual.

4) Sasarannya pada dampak perorangan atau kelompok yang memungkinkan siswa memenuhi rasa keingintahuan dan minatnya. 5) Keterlibatan aktif siswa dalam menjangkau kondisi di luar 

sekolahnya.

Berdasarkan strategi pembelajaran Biologi berbasis JAS di atas, maka   pengukuran hasil belajar siswa tidak cukup jika hanya berdasarkan hasil tes “  paper and pen”.   Alternative assessment sebagai alternatif penilaian komperehensif yang dapat menggambarkan proses dan hasil belajar siswa diperlukan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa guna melengkapi tes “ paper and pen”.

Pelaksanaan tes “pa  per and pen” dapat digunakan untuk mengungkap kemampuan kognitif siswa tentang pengetahuan konseptual dan prosedural. Adapun untuk kemampuan prosedural atau kinerja ( hand-on) dapat digunakan   performance assessment sebagai salah satu alternative assessment  (Lim, 1997). Teknik observasi dapat diterapkan pada saat mengakses aktifitas siswa.

(54)

Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, maka portofolio merupakan alternative assessment yang dapat diimplementasikan.

7. Penerapan Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa pada JAS

Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa merupakan pengembangan dari   pandangan yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan   pengetahuan) selalu diawali dengan terjadinya konflik kognitif (Saptono,

2003b). Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengaturan diri ( self  regulation) oleh siswa yang sedang belajar. Pada akhir proses belajar,   pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa (konstruktivisme) melalui  pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Terjadinya proses

modifikasi struktur kognitif dapat digambarkan sebagai berikut:

Hal Baru

(hasil interaksi dengan lingkungan (pada saat siswa belajar)

SKEMATA

Dibandin kan den an konse si awal

Akomodasi Asimilasi Cocok  Cocok  Tidak cocok  Belum memahami Keseimbangan Mengerti Perlu alternatif  strategi lain Ketidakseimbangan

(55)

Konflik kognitif terbentuk saat terjadi interaksi antara konsepsi awal (pengetahuan awal) yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan fenomena   baru yang tidak dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan   perubahan atau modifikasi struktur kognitif (skemata) untuk mencapai

keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.

Perolehan pengetahuan oleh siswa diawali dengan diadobsinya fenomena (pengetahuan) baru hasil interaksi dengan lingkungannya. Kemudian, hal baru tersebut dibandingkan dengan konsepsi awal yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Jika hal baru tersebut sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi asimilasi atau penguatan dalam struktur kognisinya.

Jika hal baru tersebut tidak sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang mengakibatkan adanya ketidak keseimbangan (disequilibrium) dengan struktur kognisinya. Melalui proses akomodasi dalam kegiatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, struktur kognisi siswa dapat memodifikasi menuju keseimbangan (equilibrium), sehingga terjadi  proses asimilasi (pembentukan struktur kognisi yang sesuai).

  Namun demikian, tidak menutup kemungkinan siswa mengalami “jalan  buntu” (tidak mampu mengetahui yang baru) karena struktur kognisinya tidak  mampu berakomodasi secara positif. Hal ini diperlukan kreatifitas guru dalam mengembangkan variasi dalam berbagai strategi agar siswa dapat memahami  pengetahuan yang sedang dipelajari.

(56)

Bertolak dari pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa   pengetahuan tidak dapat dipindahkan maknanya dari seorang guru kepada

siswanya melainkan siswa sendirilah yang akan membangun pengetahuannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus dilibatkan secara langsung dengan fenomena-fenomena yang memungkinkan diperolehnya suatu  pengetahuan.

Dari pandangan ini kemudian muncul gagasan untuk mengembangkannya ke dalam model pembelajaran, termasuk Biologi. Gagasan tersebut antara lain menyebutkan bahwa dalam pengembangan pembelajaran Biologi hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengetahui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui  pengalaman sebelumnya.

 b. Menekankan pengembangan kemampuan hand-on dan mind-on siswa. c. Menyadari bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan

konseptual.

d. Mengetahui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif. e. Memperhatikan terjadinya interaksi sosial.

Melalui penerapan model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk memperoleh pengalaman nyata dan   pengembangan gagasan-gagasannya. Berdasarkan hal tersebut siswa akan

terbiasa sekaligus mampu membangun pengetahuannya sendiri secara aktif  tentang fenomena-fenimena alam yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari.

(57)

Dalam implementasinya, tahap-tahap pembelajaran yang dikembangkan dalam Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa yang diintegrasikan dengan alternative assessment adalah sebagai berikut:

Menggali pengetahuann awal siswa berkaitan Dengan materi yang akan dibahas

Tes/penugasan

Memberikan informasi yang akan dilakukan

Siswa melaporkan hasil eksplorasi

Siswa melakukan eksplorasi

secara kelompok  JAS

Penegasan konseptual oleh guru Tes tertulis Hasil karya/action (penugasan)  Bioedutain ment  Cooperative konstruktivi sme

Bagan 4. Skema Pembelajaran Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa

Tahap pertama dalam pembelajaran, siswa diberi motivasi agar  menemukan pengetahuan awalnya tentang konsep/materi yang akan dibahas. Bila diperlukan guru bisa mengajukan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-harinya tentang relevan dengan konsep/materi yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya terhadap konsep tersebut.

(58)

Tahap ke dua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok, siswa melakukan kegiatan eksperimen dan berdiskusi. Hasil temuan kelompok  didiskusikan dengan kelompok lain. Secara keseluruhan tahapan ini akan memenuhi rasa keingin tahuan siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya.

Tahap ketiga, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil pengamatannya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa akan membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang  pemahamanya.

Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik  melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang relevan dengan isu-isu dilingkungannya.

  Alternative assessment diterapkan pada saat siswa melakukan eksplorasi dan laporan hasil eksplorasi, baik secara lisan maupun yang tertulis seperti   penyajian data dengan tabel, grafik, skema atau bentuk lainnya. Tes dan   penugasan (berupa assesment  kerja/action dari lembar penugasan)

(59)

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar siswa SMP Negeri 27 Semarang dengan penerapan   pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa minimal

mencapai 6,5.

2. Aktifitas siswa SMP Negeri 27 Semarang dengan penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa menunjukkan adanya respon positif (+).

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP 27 Semarang yang saat penelitian dilakukan sekolah tersebut menerapkan KBK (Kurikulum 2004). Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan pendekatan JAS sebagai treatment-nya. Subyek penelitian ditentukan secara sampling. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah   purposive sampling karena pihak  sekolah (kepala sekolah dan guru) menghendaki penelitian ini dilaksanakan di 3 kelas yaitu kelas VII C, VII B, dan VII G, hal ini dilakukan karena beberapa  pertimbangan yaitu alasan keterbatasan waktu dan kesediaan tenaga pengajar  B. Data Penelitian

Data-data yang diambil dalam penelitian ini meliputi: 1. Data primer 

Data primer meliputi data-data hasil belajar dan aktifitas siswa selama   pembelajaran. Hasil belajar yang diamati adalah perolehan nilai yang   berhubungan dengan nilai tes dan nilai penugasan. Aktifitas yang diamati

meliputi aktifitas siswa dalam kelompok dan dalam kelas. Aktifitas siswa dalam kelompok yang diamati meliputi aktifitas kerjasama, mengemukakan  pendapat, presentasi kelompok, menarik simpulan. Aktifitas siswa dalam kelas meliputi memperhatikan penjelasan guru, mengemukakan pendapat atau   bertanya, mengerjakan tugas yang diberikan guru dan menjawab pertanyaan

(61)

2. Data sekunder 

Data sekunder meliputi kinerja/ performance guru dalam KBM meliputi langkah-langkah proses pembelajaran yang seharusnya dilakukan guru secara keseluruhan dan potret secara diskripsi tentang kegiatan belajar mengajar  C. Rancangan Penelitian

Penelitian Quasi Eksperimen ini dilakukan dengan metode   pre-test and    post-test design. Pelaksanaan penelitian dapat digambarkan seperti alur di  bawah ini: Pelaksanaan Pre-test  Treatment  Pembelajaran JAS Post-test 

(nilai tes dan nilai tugas) Analisis hasil  pre-test  Analisis hasil  post-test  Persentase Keberhasilan

Bagan 5. Alur Metode Pre-test and Post-test Design

Pelaksanaan pre-test dilakukan sebelum diadakannya proses pembelajaran  biologi dalam bentuk soal uraian sesuai dengan materi yang akan diterapkan. Setelah dilakukan pre-test kemudian hasilnya dianalisis berdasarkan  pemahaman awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan sehingga dapat

diketahui konsep-konsep apa yang belum dimengerti siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan materi yang diajarkan yang lebih menekankan pada konsep-konsep yang belum dimengerti siswa/konsep yang salah berdasarkan hasil analisis pre-test .

(62)

Post-test  dilaksanakan setelah pelaksanaan treatment yang berupa evaluasi dalam bentuk pilihan ganda dan tugas/assesment  kerja. Analisis  post-test  dilakukan setelah pelaksanaan  post-test  yang berupa nilai hasil tes dan nilai  penugasan/assesment kerja.

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan

Pada tahap awal penelitian dilakukan observasi awal terhadap   pembelajaran Biologi di SMP 27 Semarang dengan teknik pengamatan dan

wawancara. 2. Perencanaan

Pada tahap perencanaan menyusun perangkat untuk melaksanakan proses  pembelajaran yang telah ditentukan. Perangkat tersebut adalah:

a. Rencana Pembelajaran (RP).

Penyususnan RP dilaksanakan sebelum dilakukan kegiatan   belajar mengajar mengenai materi Pengelolaan Lingkungan dengan

memperhatikan langkah-langkah strategis yang dapat diterapkan guru. Bersamaan dengan penyusunan RP tersebut juga dilakukan   perencanaan tempat yang akan dijadikan sebagai sumber belajar,

media yang mungkin digunakan, serta pembuatan perangkat  pelengkap lain seperti apron untuk nama kelompok.

 b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS disusun untuk melengkapi RP. LKS yang disusun mempertimbangkan student centered activities, dengan menetapkan

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba
Tabel 2. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal Uji Coba
Tabel 3. Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba
tabel product moment maka item soal yang diuji bersifat reliabel.
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil wawancara dengan guru biologi, aspek keterampilan proses sains yang biasanya muncul pada saat praktikum biologi antara lain mempersiapkan alat dan bahan, menggunakan alat

Berdasarkan doktrin-doktrin hukum tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya diskresi merupakan kebebasan bertindak atau kebebasan mengambil keputusan

Dengan menggunakan nlai parameter ini, hibridisasi GA-SA pada optimasi permasalahan Multi-trip VRPTW dapat menghasilkan nilai rata-rata fitness yang lebih baik daripada

belum diketahui tersebut adalah besar sudut P dan sudut Q. Oleh karena itu subjek sudah dapat memahami peran matematika untuk mengembangkan gagasan. Sehingga subjek

mengembangakan kerjasama dibandingkan kelompok yang anggotanya homogen yang cenderung memperkembangkan persaingan ketat yang dapat menyebabkan siswa tertekan (stres). Guru

JNE menyadari bahwa citra merek (brand image) dapat menurun apabila perusahaan tidak dapat menjaga citra merek tersebut. Salah satunya yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor

Namun, verba kopula yang dikatakan sebagai penghubung subjek-predikat itu tidak hanya bersifat kopulatif, tetapi dapat memiliki makna leksikal tertentu yang dapat

5 juta dan mempunyai usia di atas 40 tahun adalah orang-orang yang tidak tertarik akan investasi saham 2211 : Responden dengan pekerjaan sebagai seorang non pegawai