• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skilll (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persepsi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skilll (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: THERESIA APRI LINDAWATI 151314042. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: THERESIA APRI LINDAWATI 151314042. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019. i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGESAHAN. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1. Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai, membimbing dan memberkati saya. 2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai; Bapak Dominicus Gusman Maryono dan Ibu Fransisca Suyatmi, serta kakak saya; Kakak Yohanes Agung Danang Nugraha yang senantiasa memberikan doa, motivasi, semangat serta dukungan selama ini. 3. Sahabat-sahabat yang sangat saya sayangi yang selalu memberikan penghiburan, bantuan, semangat, dan dukungan.. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO -Amsal 17:22“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”. -Filipi 4:13“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”. v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah. Yogyakarta, 26 Juli 2019 Penulis,. (Theresia Apri Lindawati). vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini,saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama. : Theresia Apri Lindawati. NIM. : 151314042. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam. bentuk. perangkat. data,. mendistribusikan. secara. terbatas,. dan. mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 26 Juli 2019 Yang menyatakan. (Theresia Apri Lindawati). vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA Theresia Apri Lindawati 151314042 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) persepsi guru dan (2) persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua guru sejarah dan delapan siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, wawancara, dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Guru dan (2) Siswa memiliki persepsi positif terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS. Persepsi positif guru dan siswa mencakup enam indikator yaitu kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan, kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru, kemampuan mengkreasi atau mencipta produk serta kemampuan berefleksi untuk diaplikasikan dalam keseharian. Kata Kunci : Higher Order Thinking Skill (HOTS), Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Persepsi Guru, Persepsi Siswa.. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT TEACHERS AND STUDENTS PERCEPTION OF HISTORICAL LEARNING EVALUATION BASED ON HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) AT SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA Theresia Apri Lindawati 151314042 The aim of this research is to describe: (1) teachers’ perception and (2) students’ perception of evaluation on learning history based on Higher Order Thinking Skill (HOTS). This research is a qualitative research with a case study method. The informants in this research are two history teachers and eight students of SMA Negeri 6 Yogyakarta who are selected by using purposive sampling technique. The data collection is done by conducting observation, distributing questionnaire, interviewing, and documenting. The data analysis technique uses Miles and Huberman interactive model which consists of the data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The result of this research shows that: (1) the teachers and (2) the students have positive perception of evaluation on learning history based on HOTS. The positive perception of teachers and students involves six indicators that are the ability to think critically, think creatively and innovatively, solve a problem and take a decision, relate the material with a new knowledge, create a product, reflect to be applied in daily life.. Key word: Higher Order Thinking Skill (HOTS), Historical Learning, Evaluation, Teacher Perception, Student Perception.. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta” Penelitian ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Dalam proses penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari akan keterlibatan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo S.Pd. M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2. Bapak Ignatius Bondan, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Dharma sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan kepada peneliti dari awal penelitian sampai penyusunan laporan penelitian. 3. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah sekaligus dosen pembimbing serta dosen pembimbing Akademik yang dengan sabar membimbing dan memberi banyak masukan kepada peneliti. 4. Seluruh dosen program studi Pendidikan Sejarah yang selalu memberikan dukungan kepada mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan tugas akhir. 5. Bruder Sarju dan Pak Tri selaku pengurus Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat menerima beasiswa selama menempuh studi.. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Bapak Agus selaku sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu sabar dan telaten memberikan pelayanan dan administrasi demi kelancaran penelitian kepada penulis. 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA 6 SMA Negeri 6 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data guna menyelesaikan skripsi. 8. Kedua orang tua tercinta Bapak Dominicus Gusman Maryono dan Ibu Fransisca Suyatmi serta Kakak Yohanes Agung Danang Nugraha yang selalu memberikan dukungan. 9. Seluruh keluarga besar yang selalu menyemangati dan mendukung penulis dalam setiap langkah dan perjuangan. 10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah angkatan 2015, Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir. 11. Sahabat-sahabat penulis Dian,Sesilia,Yuyun,Konsita, mas Pandu,Suster Lidia. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih baik. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.. Yogyakarta, 26 Juli 2019 Penulis. Theresia Apri Lindawati (151314042). xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7 C. Tujuan .......................................................................................................... 7 D. Manfaat ........................................................................................................ 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 10 A. Kajian Teori ................................................................................................. 10 1.. Pendidikan Abad 21 .............................................................................. 10. 2.. Kurikulum 2013 .................................................................................... 13. 3.. Higher Order Thinking Skill (HOTS) ................................................... 17. 4.. Pembelajaran Sejarah ............................................................................ 28. 5.. Evaluasi (Penilaian Autentik) Pembelajaran Sejarah ........................... 33. 6.. Persepsi ................................................................................................ 42. B. Penelitian yang Relevan............................................................................... 44 C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 47. xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 50 A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 50 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 52 C. Sumber Data ................................................................................................ 52 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 53 E. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 55 F. Teknik Cuplikan ............................................................................................ 61 G. Validitas Data ............................................................................................... 61 H. Analisis Data ............................................................................................... 65 I. Sistematika Penulisan ................................................................................... 69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 70 A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 70 B. Deskripsi Hasil Penelitian............................................................................ 74 C. Pembahasan ................................................................................................. 97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 113 A. Kesimpulan ................................................................................................ 113 B. Saran .......................................................................................................... 118 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 115 LAMPIRAN ....................................................................................................... 123. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Perbedaan Taksonomi Bloom dengan Anderson dan Krathwohl......... 24 Tabel 2. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ...............................................25 Tabel 3. Matrik Tujuan Pembelajaran Dimensi Kognitif dan Pengetahuan........26 Tabel 4. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif .................................................27 Tabel 5. Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik .......................................27 Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..............................................................51 Tabel 7. Kisi-kisi Kuesioner Guru ......................................................................56 Tabel 8. Kisi-kisi Kuesioner Siswa .....................................................................57. xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar I. Kerangka Pikir .................................................................................. 49 Gambar II. Model Analisis Data Miles dan Huberman ..................................... 68. xv.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Catatan Lapangan 1 ..................................................................... 120 Lampiran 2. Lembar Kuesioner Guru .............................................................. 123 Lampiran 3. Lembar Kuesioner Siswa ............................................................. 126 Lampiran 4. Catatan Lapangan 2 ..................................................................... 129 Lampiran 5. Catatan Lapangan 3 ..................................................................... 131 Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru .......................................... 135 Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa ......................................... 136 Lampiran 8. Daftar Narasumber ...................................................................... 137 Lampiran 9. Catatan Lapangan 4 ..................................................................... 138 Lampiran 10. Catatan Lapangan 5 ................................................................... 141 Lampiran 11. Catatan Lapangan 6 ................................................................... 145 Lampiran 12. Catatan Lapangan 7 ................................................................... 147 Lampiran 13. Catatan Lapangan 8 ................................................................... 149 Lampiran 14. Catatan Lapangan 9 ................................................................... 151 Lampiran 15. Catatan Lapangan 10 ................................................................. 153 Lampiran 16. Catatan Lapangan 11 ................................................................. 155 Lampiran 17. Catatan Lapangan 12 ................................................................. 157 Lampiran 18. Catatan Lapangan 13 ................................................................. 159 Lampiran 19. Catatan Lapangan 14 ................................................................. 161 Lampiran 20. Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.......................... 162 Lampiran 21. Dokumen Daftar Nilai ............................................................... 195 Lampiran 22. Dokumentasi Pengisian Kuesioner ........................................... 196 Lampiran 23. Dokumentasi Wawancara ......................................................... 197 Lampiran 24. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Universitas................ 200 Lampiran 25. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Dikpora..................... 201 Lampiran 26. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian....................................... 202. xvi.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam upaya memajukan dan membangun suatu bangsa. Taraf kehidupan bangsa dapat meningkat apabila bangsa tersebut sangat menjamin mutu dan kualitas pendidikan bagi masyarakatnya. Oleh karena itu sumber daya manusia yang terlatih dan memperoleh pendidikan layak akan mampu berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Pelaksanaan pendidikan yang optimal berperan penting membentuk karakter generasi penerus bangsa yang handal. Usaha memajukan bangsa dimaksudkan agar para generasi penerus di masa depan memiliki keunggulan dan keahlian untuk bersaing di era global. Pembenahan dan peningkatan mutu pembelajaran yang ada di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya, pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk menciptakan transformasi kehidupan. Meningkatkan mutu pembelajaran berarti menciptakan generasi terdidik yang mampu untuk bersaing di tengah masyarakat global dan tuntutan perubahan itu sendiri.1 Dengan kata lain, jika implementasi pembelajaran di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan tersebut cenderung kurang inovatif maka akan menghambat perkembangan peserta didik dalam mengasah potensi dan motivasinya, sehingga akan sulit memenuhi tantangan global.. Hatta Saputra, Pengembangan Mutu Pendidikan Dalam Era Global, Bandung: CV. Smile’s Indonesia Institute, 2016, hlm. 86.. 1. 1.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Awal abad 21 ditandai dengan bergantinya tahun dari tahun 2000 menuju tahun 2001. Banyak aspek kehidupan yang berubah pada abad 21, yang menonjol salah satunya adalah bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem komunikasi termasuk di dalam revolusi tersebut, dengan mudahnya akses internet hingga ke pelosok negeri menjadi salah satu cirinya. Segala macam hal dengan mudah dan cepat dapat diketahui orang serta tersebar luas ke penjuru dunia, seakan dunia berada dalam genggaman. Oleh sebab itu, menjadi keuntungan bagi manusia untuk mempermudah berbagai urusan dengan efektif dan efisien. Hal serupa turut berlaku pada dunia pendidikan yang juga mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Pada abad 21 ini pendidikan nasional mempunyai tujuan mencapai cita-cita bangsa yang diwujudkan melalui pemberdayaan manusia agar semakin berkualitas yang diharapkan dapat menjadikan kedudukan Indonesia setara dengan negara-negara lain di kancah Internasional. Sebagai manifesto untuk mencetak generasi milenial yang unggul dan berdaya saing, kementerian pendidikan berupaya agar pembelajaran di sekolah mengintegrasikan. literasi,. Penguatan. Pendidikan. Karakter. (PPK),. Communication, Collaborative, Critical Thinking, Creativity (4C) dan Higher Order Thinking Skill (HOTS), sehingga dikeluarkanlah kurikulum 2013 revisi 2017. Pada penerapan Kurikulum 2013 pula memuat adanya pendekatan.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. pembelajaran saintifik yang di dalamnya terdapat kegiatan 5M yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.2 Dalam proses pembelajaran, terdapat penilaian pokok oleh guru terhadap siswa berdasarkan kurikulum 2013 yang terdiri atas penilaian sikap spiritual dan sosial (afektif), penilaian keterampilan (psikomotorik) dan penilaian pengetahuan (kognitif).. Dimensi atau ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar. intelektual, atau segala upaya yang menyangkut aktivitas berpikir. Taksonomi tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh Bloom tahun 1956, mengkategorikan ranah kognitif terdiri dari enam jenjang, yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (aplikasi), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (eveluasi).3 Akan tetapi seiring perkembangan zaman, taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson dan Krathwohl tahun 2001 yang isi taksonominya menjadi C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi) dan C6 (mencipta). Indikator untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi tiga kemampuan siswa yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi atau menghasilkan produk. Dalam ketiga indikator tersebut jika diuraikan memuat berpikir kritis, kreatif, mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Ketiga indikator tersebut merupakan indikator revisi dari taksonomi kemampuan kognitif Bloom dari C4-C6.. 2. 3. Abdul Majid dan Chaerul Saleh, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 75. Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017, hlm. 22..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Langkah penting yang ditempuh sekolah dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas salah satunya dengan peningkatan kualiatas soal yang dibuat oleh guru. Semakin berbobot tingkat kesulitan soal yang dibuat, semakin mendorong siswa untuk terampil berpikir kritis. Reformasi pembelajaran sudah dilakukan di dunia dengan mengubah pembelajaran yang cenderung teacher centered yang berbasis Lower Order Thinking Skill (LOTS) atau keterampilan berpikir tingkat rendah menjadi Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi.4 Higher Order Thinking Skill (HOTS) sangat berperan bagi siswa dalam mengambil sikap dan menyaring informasi pada era digital seperti saat ini. Adanya pembelajaran interaktif, peran guru mempunyai hubungan yang erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan.5 Penerapan pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat orientasi atau bisa disebut teacher centered. Siswa yang harus lebih aktif sehingga, menjadi student centered. Guru tidak lagi sepenuhnya menyampaikan materi dengan metode ceramah, siswa yang harus mencari informasi terkait materi dari berbagai sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dengan pengawasan guru di dalam kelas. Mencari tahu melibatkan proses berpikir kreatif untuk menemukan informasi yang memuat solusi. Proses berpikir yang demikian mengarahkan siswa dituntut untuk mengeksplorasi, mengingat, memahami hingga menganalisis suatu masalah untuk dipecahkan. Kegiatan belajar interaktif tidak ditekankan pada 4. Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills), Tangerang: Tira Smart, 2019. hlm. 45 5 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 86..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. “hasil”, tetapi pada “proses” belajar.6 Intinya adalah penyusunan strategi pembelajaran yang mendorong siswa memperoleh pengetahuan dengan cara “mengalami”, bukan “menghafal”. Ketika terampil berpikir kompleks, siswa akan terbiasa menghadapi berbagai hal sulit dan rumit. Oleh sebab itu, supaya dapat menghadapi hal sulit otomatis memerlukan Higher Order Thinking Skill. (HOTS). Pada saat guru. membuat soal-soal ujian baik yang soal objektif maupun uraian, terlebih dahulu membuat kisi-kisi agar soal yang diujikan mencakup tingkat kesukaran dari yang mudah, sedang hingga sulit. Soal yang memuat indikator Higher Order Thinking Skill (HOTS) cenderung bersifat analitis dan kompleks dan masuk kategori soal tingkat sulit. Soal-soal yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi akan mendorong siswa-siswa untuk menghasilkan jawaban beragam. Kompleksitas tersebut disebabkan oleh perbedaan daya ingat, pengalaman dan pemahaman siswa ketika menerima materi dari guru. Dari jawaban tersebut, guru dapat mengukur tingkat berpikir siswa yang bisa dikategorikan tinggi, sedang dan rendah. Semua hal di atas berlaku dan sudah pasti dapat diterapkan pada pembelajaran sejarah. Guru harus berupaya membuat perangkat pembelajaran sejarah serta instrumen penilaian baik penilaian tugas secara terstruktur, penilaian harian sampai penilaian akhir semester sesuai materi sejarah yang diajarkan dengan berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Pembelajaran sejarah yang. 6. Ibid., hlm. 87..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. mengintegrasikan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif, kritis dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah. Selaras dengan bunyi pasal 57 ayat 2 Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, program pendidikan pada jalur formal dan non formal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, Evaluasi hasil belajar murid merupakan bagian integral dari tugas seorang guru.7 Evaluasi dilakukan guru dalam rangka mengetahui kesesuaian antara tingkat pemahaman belajar yang dicapai oleh siswa dengan tujuan yang ditetapkan. Kegiatan evaluasi mencakup hasil tes, ulangan maupun ujian yang dilaksanakan secara berkelanjutan serta sistematis agar tidak menyimpang dari tujuan yang sudah dirumuskan. Dari hasil evaluasi itu, guru mendapat gambaran untuk dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Berangkat dari evaluasi pembelajaran di kelas yang melibatkan peran guru dan siswa di dalamnya, tentu tidak terlepas dari persepsi. Sudut pandang yang diuraikan baik guru maupun siswa sudah pasti beragam, dapat positif atau negatif. Hal tersebut tergantung dari hasil pengalaman yang sudah didapatkan selama proses pembelajaran dan berpengaruh pada respon guru dan siswa ketika pelaksanaan evaluasi. Pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) telah diterapkan di beberapa SMA di Yogyakarta, salah satunya adalah SMA Negeri 6 Yogyakarta yang sudah menerapkan pembelajaran sejarah berbasis Higher Order 7. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: PT Gramedia, 1983, hlm. 102..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Thinking Skill (HOTS). Oleh sebab itu, peneliti memilih SMA Negeri 6 Yogyakarta sebagai tempat penelitian sesuai pemaparan latar belakang yang sudah peneliti kemukakan di atas. Secara khusus, peneliti tertarik untuk mengetahui persepi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1.. Bagaimana persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta?. 2.. Bagaimana persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta? C. Tujuan Tujuan Penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas untuk. mendeskripsikan tentang: 1.. Persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta.. 2.. Persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. D. Manfaat Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoretis maupun praktis, sebagai berikut: 1.. Manfaat Teoretis: Menambah khasanah keilmuan tentang evaluasi. pembelajaran sejarah. berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) agar semakin jelas. 2.. Manfaat Praktis: a) Bagi Universitas Sanata Dharma Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi penelitian terkait evaluasi pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) siswa SMA pada pembelajaran sejarah. b) Bagi Sekolah Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) agar dapat meningkatkan kualitas akademik siswa. c). Bagi Guru Terkhusus bagi guru mata pelajaran sejarah dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam membuat perangkat serta evaluasi pembelajaran sejarah yang mengasah Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada siswa..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. d). Bagi Peneliti Dengan melaksanakan penelitian ini, peneliti memperoleh pengetahuan baru mengenai evaluasi pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada siswa SMA serta mendapat pengalaman baru dalam tata cara penulisan karya ilmiah..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori 1.. Pendidikan Abad 21 Frederico Mayor menyatakan perlunya perubahan atau transformasi guna. membangun segala aspek kehidupan yang lebih pada abad 21 yang memang kewajiban dan pekerjaan rumah bagi setiap orang.8 Perubahan yang dimaksud adalah perubahan ke arah positif di berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, sosial, IPTEK, dan bidang pokok kehidupan lainnya. Bidang-bidang penting dalam kehidupan manusia sangat diharapkan membawa kemajuan serta menjadi warisan bagi generasi penerus. Dalam mewujudkan peningkatan taraf kehidupan tentu saja menghadapi berbagai rintangan. Tan dalam Ridwan Abdullah Sani mengungkapkan bahwa terdapat berbagai tantangan masa depan yang akan dihadapi antara lain:9 a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.. 8 9. Kompetisi ekonomi global Perubahan dalam pandangan ekonomi dan keuangan Pandangan baru dalam politik Perubahan pandangan sosial Perubahan kebutuhan industri Perubahan bisnis dan layanan Perubahan pola perilaku konsumen Globalisasi Kecenderungan penggunan IT Inovasi yang berkembang cepat Perubahan kebutuhan dunia kerja Perubahan kebutuhan pemberi kerja. Hatta Saputra, op.cit., hlm. 25. Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 55.. 10.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. Kehidupan dan karir pada abad 21 membutukan kemampuan untuk: 1) fleksibel dan adaptif, 2) berinisiatif dan mandiri, 3) memiliki keterampilan sosial dan budaya, 4) produktif dan akuntabel, 5) memiliki kepemimpinan dan tanggung jawab.10 Oleh sebab itu, dalam hal ini peran pendidikan sangat berpengaruh guna menghadapi tantangan abad 21 yang semakin nyata dirasakan masyarakat global. Kurikulum dan pembelajaran yang harus diterapkan menurut Oon-Seng-Tan untuk menghadapi tantangan abad 21 adalah:11 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12). Belajar mandiri Mencari informasi Menggunakan tantangan dunia nyata Menggunakan permasalahan tidak terstruktur Kontektualisasi pengetahuan Menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) Siswa menentukan lingkup dan isu pembelajaran Pembelajaran teman sejawat Evaluasi oleh teman sejawat Kerja kelompok Pembelajaran multi-disiplin Penilaian keterampilan proses. Pendidikan yang baik dapat membentuk masyarakat cerdas dalam mengolah informasi yang ada, sehingga bisa menyerap yang baik dan yang tidak sesuai dengan khazanah kultural kebangsaan akan disaring dan ditinggalkan.12 Seseorang yang terdidik dan terbiasa berada di lingkungan yang mendukung pendidikannya dengan baik akan memiliki perbedaan sudut pandang dan cara menjalani hidup berbeda dengan mereka yang sebaliknya. Pendidikan merupakan. 10. Ibid., hlm. 54. Ibid,. hlm. 58. 12 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 23. 11.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. investasi penting untuk bekal hidup yang berguna sampai kapanpun. Di samping itu, memiliki keterampilan dan berusaha mengasahnya dapat menjadi pegangan yang berharga termasuk dalam menjalani hidup di abad 21 ini. Trilling dan Fadel menjelaskan tiga keterampilan pada abad 21 yaitu Life and career skills (keterampilan hidup dan berkarir), Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) serta Information, media and technology skills (keterampilan mengolah informasi, menggunakan media dan teknologi).13 Oleh sebab itu, guru turut memiliki peran penting dalam pendidikan di abad 21 ini, sebagai berikut:14 a) Learning to know: guru dalam menguasai ilmu pengetahuan harus mencakup proses sampai produk yang dihasilkan dengan menguasai epistimologi serta disiplin ilmu tersebut. b) Learning to do: guru harus mengenal karakteristik siswa sebagai pribadi yang sedang dalam proses perkembangan pemikiran, sosial, emosional dan moral. c) Learning to be: guru harus memiliki pemahaman mengenai pendidikan sebagai proses pembudayaan, supaya mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi. yang. memungkinkan. terjadinya. proses. sosialisasi. berbagai. kemampuan, nilai, sikap dalam proses mempelajari berbagai disiplin ilmu. d) Learning to live together: peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi dan dari sudut pandang psikologis. 13 14. Daryanto dan Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Gava Media, 2017, hlm. 13. Ibid., hlm. 6-7..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. 2.. Kurikulum 2013 Kurikulum adalah sebuah rencana tertulis terkait usaha yang harus dimiliki. berdasarkan penetapan standar nasional, materi dan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan usaha tersebut serta dengan mengupayakan kegiatan evaluasi untuk mengukur tingkat pencapaian akademik siswa dan seperangkat aturan tentang pengalaman belajar siswa dalam rangka mengembangkan bakat pada dalam satuan pendidikan tertentu.15 Dengan adanya kurikulum pada sistem pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan dan menggali berbagai potensi yang dimilikinya baik dari segi psikis maupun fisik yang meliputi moral dan. nilai-nilai. agama,. sosial-emosional,. kognitif,. bahasa,. fisik/motorik,. kemandirian dan keterampilan-seni dalam persiapan memasuki pendidikan dasar (sekolah). Kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran dimaksudkan bahwa Kurikulum berisi aturan yang wajib diikuti dan dicapai oleh siswa untuk memenuhi tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yaitu dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa adalah tanggung jawab guru serta sekolah tersebut baik ketika kegiatan belajar dan pembelajaran berlangsung maupun dalam kegiatan di luar sekolah yang dalam rangka membawa nama baik sekolah. Kurikulum sebagai perencanaan program belajar yaitu guru sebagai perencana kegiatan pembelajaran dengan mengacu kurikulum yang berlaku serta dapat mengembangkan sesuai situasi dan kondisi. 15. Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 91..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. kelas dengan tujuan agar siswa mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.16 Untuk itu, adanya kurikulum merupakan program rencana yang dirancang sebagai bentuk usaha menghadapi salah satu tantangan dalam dunia pendidikan yang menuntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi utuh. yang mencakup kemampuan pengetahuan, sikap dan. keterampilan yang terintegrasi.17 Bentuk konkret dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, salah satunya adalah dengan mengkaji dan merevisi berbagai kebijakan. dan. program. pendidikan. supaya. semakin. berorientasi. pada. pembangunan bangsa yang lebih baik di masa depan.18 Oleh sebab itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan memberlakukan kurikulum 2013. Sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 yang merupakan perbaikan dan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 yang merupakan perpaduan antara kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kurikulum 2013 didesain ulang dengan penyempurnaan pola pikir yang termuat dalam Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, sebagai berikut:19. 16. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, hlm. 2. 17 Abdul Majid dan Chaerul Saleh, op.cit., hlm. 1. 18 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 26. 19 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. (1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama (2). Pola. pembelajaran. satu. arah. (interaksi. guru-siswa). menjadi. pembelajaran interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat lingkungan alam, sumber/media lainnya) (3). Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan darimana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet). (4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif - mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains) (5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim) (6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia (7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap siswa (8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pembelajaran Kurikulum 2013 lebih menekankan siswa untuk aktif dan berpikir kritis. Guru memiliki peran sebagai fasilitator dalam peroses pembelajaran dengan mengarahkan siswa untuk terus menggali potensi yang dimiliki agar terus berkembang dan membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sehubungan dengan hal di atas, orientasi pembelajaran kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan insan muda Indonesia yang unggul, kreatif, inovatif dan produktif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), pengetahuan (tahu apa) dan keterampilan (tahu bagaimana). Hal tersebut didasari adanya kesadaran bahwa perkembangan kehidupan dan IPTEK pada abad 21 mengalami pergeseran aspek pokok dibanding dengan abad sebelumnya yang merupakan abad otomasi, komputasi, informasi dan komunikasi.20 Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan melalui pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 terpusat pada usaha mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam implementasi pembelajaran. Terdapat lima karakter yang diperkuat dalam PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Di samping itu, dalam upaya menjawab tantangan di era global pada abad 21, pembelajaran perlu mengintegrasikan pula budaya literasi, 4C (Communication, Collaborative, Creative dan Critical Thinking) yang merupakan keterampilan abad 21 serta dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau yang biasa disebut Higher Order Thinking Skill (HOTS).21. 20 21. Hatta Saputra, op.cit., hlm. 2. Hendra Kurniawan, Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA Menurut Kurikulum 2013, Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2018, hlm. 253..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. 3.. Higher Order Thinking Skill (HOTS). a. Konsep Higher Order Thinking Skill (HOTS) Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam bahasa Indonesia berarti keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Petres, ketika seseorang sedang menerapkan HOTS, ia perlu memeriksa asumsi dan nilai-nilai, mengevaluasi fakta dan menilai kesimpulan.22 Pendapat senada juga diungkapkan oleh Lewis dan Smith, keterampilan berpikir tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi baru lalu menghubungan dan mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai tujuan atau memperoleh solusi ketika dalam situasi yang rumit.23 Pada dunia pendidikan, Corebina mengemukakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat diketahui dari kemampuan kognitif siswa pada tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi.24 Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikatakan oleh Tomei bahwa HOTS sebenarnya mencakup transformasi informasi dan ide-ide. Transformasi ini terjadi jika siswa mampu menganalisa, mensintesa (menggabungkan fakta dan ide), menggeneralisasi kemudian menjelaskannya dan yang terakhir dapat membuat kesimpulan atau menginterpretasikan informasi tersebut.25 Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir secara lebih. 22. Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 3. Ibid., hlm. 2. 24 Bela Wicasari & Zeni Ernaningsih, Analisis Kemampuan Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Permasalahan Matematika yang Berorientasi pada HOTS, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogy, Universitas Sanata Dharma, 2016, hlm. 250. 25 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 2. 23.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. matang untuk menghadapi tantangan baru yang lebih rumit lalu menjawab tantangan tersebut. Keterampilan berpikir tingkat tinggi sama artinya jika seseorang mampu berpikir pada tingkat lebih tinggi bukan hanya menghafal dan mengulang informasi yang sama lalu menyampaikan informasi tersebut pada orang lain sama persis dengan pemberi informasi pertama. Hal serupa turut berlaku jika diterapkan kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa harus dibiasakan untuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah terkait pembelajaran yang diikuti. Supaya dapat membiasakan siswa menerapkan HOTS, siswa harus mampu menalar, mempertimbangkan berbagai macam ide dan informasi yang didapat lalu menganalisisnya agar menemukan solusi atau kesimpulan. Dalam menerapkan HOTS maka tentu melibatkan aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi pengalaman. yang. kompleks. agar. dapat. mengambil. keputusan. untuk. menyelesaikan masalah dalam hidup sehari-hari. Secara lebih lanjut, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa ada delapan aspek yang berasosiasi dengan berpikir tingkat tinggi, yaitu:26 (a) Tidak ada seorang pun yang dapat berpikir sempurna atau tidak dapat berpikir sepanjang waktu. (b) Mengingat sesuatu tidak sama dengan berpikir persis tentang sesuatu tersebut. (c) Mengingat sesuatu dapat dilakukan tanpa memahaminya. (d) Berpikir dapat diwujudkan dalam kata dan gambar. (e) Terdapat tiga tipe intelegensi dan berpikir yaitu analitis, kreatif dan praktis. (f) Ketiga intelegensi dan cara berpikir tersebut berguna dalam kehidupan seharihari. (g) Keterampilan berpikir dapat ditingkatkan dengan memahami proses yang terlibat dalam berpikir. (h) Metakognisi adalah bagian berpikir tingkat tinggi.. 26. Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, hlm. 122..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. Siswa dengan pengetahuan konseptual yang lebih mendalam akan lebih mampu memproses informasi tersebut untuk digunakan dalam konteks baru. Hal ini merupakan manfaat yang paling penting dari pemikiran tingkat tinggi. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir tingkat tinggi lebih mudah ditransferkan, sehingga siswa dengan pemahaman konseptual mendalam tentang sebuah ide memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dapat menerapkan pengetahuan itu dalam memecahkan masalah baru. b. Karakteristik Higher Order Thinking Skill (HOTS) 1). Berpikir Kritis dan Kreatif Secara teknis, kemampuan berpikir menurut Bloom diartikan sebagai. kemampuan intelektual, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Dalam bahasa lain kemampuan-kemampuan ini dapat dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis.27 Kemampuan berpikir kritis merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin tahu terhadap berbagai informasi yang ada untuk mencapai suatu pemahaman yang mendalam. Kemampuan berpikir kritis meliputi interpretation, analysis, inference,. evaluation,. explanation.. Aspek. interpretation. siswa. mampu. mengelompokkan permasalahan yang diterima sehingga mempunyai arti dan bermakna jelas. Aspek analysis siswa mampu menguji ide-ide dan mengenali alasan serta pernyataan. Aspek inference siswa mampu membuat suatu kesimpulan dalam pemecahan masalah. Aspek evaluation siswa mampu menilai pernyataan atau pendapat yang diterima baik dari diri sendiri maupun orang lain.. 27. Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual, Bandung: Refika Aditama, 2011, hlm. 266..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. Aspek explanation siswa mampu menjelaskan pernyataan maupun pendapat yang telah diungkapkan.28 Penjabaran tentang berpikir kritis dapat dilihat bahwasannya saat ini siswa sangat dituntut untuk dapat menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan informasi-informasi yang didapatkan dengan kemampuan berpikir kritisnya, sehingga siswa mampu membedakan antara informasi yang baik dan buruk, serta dapat mengambil keputusan terhadap informasi yang didapatkannya melalui berpikir kritis. Kreativitas adalah kemampuan yang dirancang untuk menstimulasikan imajinasi berdasarkan data dan informasi yang tersedia, untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan, dan keragaman jawaban, menerapkannya dalam pemecahan masalah.29 Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam belajar. Berpikir kreatif dapat mendorong siswa untuk menyebutkan banyak ide dan contoh-contoh serta solusi penyelesaian yang berhubungan dengan kehidupannya. Hal ini dikarenakan berpikir kreatif merupakan tahapan bereksplorasi dan elemen penting dalam memecahkan masalah.30. 28. 29. 30. Septy Yustyan,et al, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Siswa Kelas X Sma Panjura Malang. Jurnal Biologi Indonesia, Vol.1 No. 4, 2015, hlm.241. Beni S. Ambarjaya, Model-Model Pembelajaran Kreatif, Bogor: Tim Kreatif Regina, 2009, hlm.85. Elsa Bunga, et al, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Di SMA Negeri 1 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara, Jurnal Pendidikan, Vol. 5 No 4, 2016, hlm. 67..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui pentingnya siswa memiliki dan menggunakan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran serta kehidupan sehari-hari. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir kreatif siswa dapat mengungkapkan hubungan-hubungan baru, menemukan solusi terhadap suatu masalah, mempunyai banyak ide-ide yang sangat dibutuhkan. Siswa dapat melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir. kreatif. sangat. diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperoleh informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. 2). Mengambil Keputusan untuk Memecahkan Masalah Garofalo dan Lester dalam Ridwan Abdulah menyatakan bahwa Problem. Solving atau Pemecahan masalah adalah proses yang mencakup visualisasi, sosialisasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar, analisis, sintesis, dan generalisasi, yang masing-masing harus diatur dan dikoordinasikan31 Berpikir. tingkat. tinggi. meliputi. aktivitas. pembelajaran. terhadap. keterampilan dalam memutuskan hal-hal yang bersifat kompleks untuk mencari solusi dalam pemecahan masalah.32. 31 32. Ridwan Abadullah Sani, op.cit., hlm. 27. Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 263..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. Langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk mengambil keputusan dalam rangka memecahkan masalah antara lain:33 a) Mencari definisi permasalahan b) Memperoleh informasi dan sumber daya pendukung c) Membuat atau menyusun daftar pilihan d) Menimbang dan membandingkan pilihan yang sudah didaftar e) Membuat keputusan f) Membuat rencana tindakan selanjutnya g) Mengevaluasi keputusan yang sudah diambil Siswa juga dapat memecahkan masalah, menghindarkan diri dari segala jenis penipuan, pencucian otak yang sangat marak terjadi saat ini, dan siswa juga dapat membuat keputusan yang tepat. Berpikir kritis selalu bersanding dengan berpikir kreatif, karena saat siswa mendapatkan suatu masalah, siswa mengunakan kemampuan berpikir kritis dalam mengambil keputusan tepat dan juga menggunakan kemampuan berpikir kreatif untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Jika tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif maka siswa tidak akan mampu mengolah menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang penting untuk diterapkan kepada siswa supaya dapat mengambil keputusan dalam mencari solusi permasalahannya.. 33. Ridwan Abadullah Sani, op.cit., hlm. 167..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. Di sisi lain terkait dengan pentingnya berefleksi dalam kehidupan seharihari harus senantiasa disadari. Refleksi menurut Tahir adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan. Di sisi lain, Paul Suparno menyatakan bahwa refleksi memiliki banyak manfaat diantaranya melalui refleksi siswa dibantu untuk menggali pengalaman sedalam-dalamnya dan mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan. Pembiasaan refleksi juga membantu siswa untuk melihat secara mendalam makna dan nilai dari bahan yang dipelajari; sehingga memunculkan aksi serta membentuk suara hati sebagai proses formatif untuk; melihat hal baik dan buruk dalam persoalan.34 c. Taksonomi Bloom Teori belajar Bloom bernama taksonomi pendidikan. Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu tassein yang berarti “mengklasifikasi”, dan nomos yang berarti “aturan”. Dengan demikian taksonomi berarti hierarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan.35 Brookhart menyatakan indikator untuk mengukur kemampuan analisis ialah fokus pada ide utama, menganalisis argumen, serta membandingkan dan mengkontraskan.. Indikator. untuk. mengukur. kemampuan. evaluasi. ialah. kemampuan mengambil keputusan atau metode agar sejalan dengan tujuan yang 34. Paul Suparno, Prinsip-Prinsip Pedagogi Ignatian dan Pengalaman Implementasi, Visi, Misi, Nilai Dasar Dan PPI dalam Pembelajaran Jurnal Repository USD dalam Lokakarya Pengembangan Model-Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignatian, Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma, 2017, hlm. 5. 35 Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta: IRCiSoD, 2017, hlm. 191..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. diinginkan. Indikator untuk mengukur kemampuan kreasi ialah menyelesaikan soal dengan solusi lebih dari satu, merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah, dan membuat sesuatu yang baru.36 Seiring perkembangan jaman dan untuk menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada era saat ini maka Krathwohl dan Anderson yang merupakan murid dari Bloom mencoba untuk merevisi tingkatan berpikir dari Bloom yang terkenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Revisi dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (dalam Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Tabel 1. Perbedaan Taksonomi Bloom dengan Taksonomi Revisi Anderson dan Krathwohl. Revisi dilakukan oleh Krathwohl dan Anderson, taksonomi menjadi: mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying),. 36. Dian Kurniati, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP Di Kabupaten Jember dalam Menyelesaikan Soal Berstandar PISA, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 20 No. 2, 2016, hlm. 144..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating) dan mencipta (creating) dengan penjelasan sebagai berikut:37 (1) Mengingat. (Remembering):. Mengambil,. mengakui,. dan. mengingat. pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. (2) Memahami (understanding): Membangun makna dari pesan lisan, tertulis, dan grafis melalui menafsirkan mencontohkan,mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. (3) Menerapkan (applying): Melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui mengeksekusi, atau pelaksana. (4) Menganalisis (analyzing): membagi-bagi informasi ke dalam struktur yang lebih kecil, menentukan cara bagian-bagiandapat berhubungan satu sama lain dan. ke. struktur. keseluruhan. atau. tujuan. melalui. membedakan,. pengorganisasian, serta menghubungkan. (5) Mengevaluasi (evaluating): Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar melalui pemeriksaan dan mengkritisi. (6) Membuat (Creating): merelasikan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang utuh atau fungsional; reorganisasi unsur ke dalam pola baru atau struktur melalui pembangkit,perencanaan, atau yang menghasilkan. Berikut daftar klasifikasi kata kerja operasional dalam ranah kognitif menurut Anderson dan Karthwohl38:. 37 38. Bella Wicasari, op.cit., hlm. 250. L.W Anderson dan D.R Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 88..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. Tabel 2. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif C1 Mengingat. C2 Memaha mi. C3 Mengaplik asikan. C4 Menganal isis. C5 Mengeval uasi. C6 Mencipta. Mengutip Menjelas Kan Memasang kan Membaca Menamai Meninjau Memberi kode Menulis Menyata kan Menunjuk kan Mendaftar Menggam bar Menghafal Mencatat Meniru. Memper kirakan Mencerita kan Menjabar kan Menconth kan Mengemu kakan Mengubah Mengurai kan Mengarti kan Menerang kan Menafsir kan membeda kan. Menegas kan Menentu Kan Menerap kan Memba ngun Mencegah Melatih Menyelidiki Memproses Mensimulas ikan Mengurut kan Mengklasifi kasi Menjalan kan. Memecah kan Menegas kan Meganali sis Menyimp ulkan Mengait kan Mentrans fer Mengedit Menemu kan Menyelek si Menelaah Mengukur. Memban dingkan Menilai Mengarah kan Mengukur Meangkum Mendu kung Memilih Memproye ksikan Mengkritik Mengarah kan Memutus kan Memisah kan. Mengumpul kan Mengatur Merancang Membuat Mengkreasi Memperjelas Mengarang Menyususn Mengkombi nasikan Memfasili tasi Mengkons truksi Merumuskan Menciptakan Menampil Kan. Berikut Matriks Tujuan Pembelajaran berdasarkan KKO ranah kognitif dengan dimensi pengetahuan:39. 39. Ibid, hlm. 89..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Tabel 3. Matriks Tujuan Pembelajaran Dimensi Kognitif dengan Pengetahuan. Upaya pembiasaan memberikan masalah yang berorientasi pada HOTS juga dapat meningkatkan tingkat kemampuan berpikir siswa jika sebelumnya hanya sampai pada mengingat atau menghafal (remembering) dan mungkin sedikit memahami (understanding) karena terlalu tergantung pada rumus maka dengan pembiasaan yang baru ini diharapkan siswa mampu mencapai tahap mencipta (creating)..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Di bawah ini terdapat klasifikasi kata kerja operasional ranah afektif dan psikomotorik:40 Tabel 4. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif Menerima (A1). Merespon (A2). Menghargai (A3). Mengelola (A4). Mengikuti Menganut Mematuhi Meminati. Menyenangi Mengopromikan Menyambut Mendukung Melaporkan Memilih Memilah Menolak Menampilkan Menyetujui Mengatakan. Mengasumsikan Meyakini Meyakinkan Memperjelas Menekankan Memprakarsai Menyumbang Mengimani. Mengubah Menata Mambangun Membentukpendapat Memadukan Mengelola Merembuk Menegosiasi. Karakterisasi Menurut Nilai (A5) Membiasakan Mengubah perilkau Melayani Mempengaruhi Mengkualifikasi Memuktikan Memecahkan. Tabel 5. Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik Meniru (P1). Memanipula si (P2) Mengulang Membangun Menjiplak Melakukan Meneladani Menerapkan Menyamakan Merancang Melatih Mereparasi. 4.. Presisi (P3) Menunjukkan Melengkapi Mengendalikan Mengalihkan Menggantikan Memutar. Artikulasi (P4) Membangun Mengatasi Beradaptasi Mengembang kan Merumuskan Mensketsa. Naturaslisas i (P5) Mendesain Menentu kan Mengelola Mencipta kan. Pembelajaran Sejarah. a. Konsep Belajar Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Dengan 40. Ibid, hlm. 90..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. demikian belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Karenanya pemahaman yang benar tentang konsep belajar sangat diperlukan.41 Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.42 Belajar menurut Wasty Soemanto merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahanperubahan untuk menjadi lebih baik sehingga tingkah lakunya berkembang.43 Winkel menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.44 Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas dari dalam diri seseorang dalam rangka memperluas wawasan dengan secara aktif melakukan kontak sosial di lingkungan sekitar dan memberi hasil berupa perubahan berupa pengalaman, daya cipta serta nilai-nilai kehidupan. b. Konsep Sejarah Kata sejarah diadopsi dari bahasa Arab yaitu “Syajarah” yang berarti pohon kehidupan. Maksudnya segala hal mengenai kehidupan memiliki “pohon” yakni masa lalu itu sendiri. Sebagai pohon, sejarah adalah awal dari segalanya yang. 41. Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014, hlm. 47. Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 9. 43 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Bina Aksara, 1984, hlm. 99. 44 Jamil, Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm.15. 42.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. menjadi realitas masa kini.45 Sejarah merupakan suatu proses perjuangan manusia dalam mencapai gambaran tentang segala aktivitasnya yang disusun secara ilmiah dengan memperhatikan urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami.46 Menurut Kuntowijoyo sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu. Artinya apa yang telah terjadi dalam kaitannya dengan manusia dan tindakan manusia direkonstruksi (re berarti kembali; contruction artinya bangunan) dalam bentuk kisah sejarah.47 Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1) perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3) perkembangan dalam ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode sejarah. Perkembangan sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.48 Sejarah selalu berkaitan dengan kontinuitas atau kesinambungan antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Di dalam kesinambungan sejarah memuat dimensi waktu dan tempat yang melibatkan sudut pandang berbeda ketika fakta sejarah tersebut dinarasikan. Dalam dunia pendidikan nasional, sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pembelajaran khususnya di jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas). Pada penerapannya, pembelajaran sejarah tidak selalu menitikberatkan pada hafalan baik menghafal nama tokoh maupun waktu dan. 45. Rahman Hamid dan Muhammad Saleh, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 4. 46 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran), Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 54. 47 Rahman Hamid dan Muhammad Saleh, op.cit., hlm. 9. 48 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Pustaka, 1995, hlm. 22..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. tempat suatu peristiwa bersejarah, namun lebih ditekankan pada penanaman nilainilai kehidupan yang dapat diamalkan pada kehidupan di masa kini serta dapat sebagai bekal di masa depan. Menurut Aman, Pembelajaran sejarah yang diterapkan pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD (Sekolah Dasar) sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas. (SMA) adalah pembelajaran. yang mengandung tugas. menanamkan semangat berbangsa dan bertanah air. Tugas pokok pembelajaran sejarah adalah dalam rangka character building peserta. didik. Pembelajaran. sejarah akan membangkitkan kesadaran empati di kalangan peserta didik, yakni sikap empati dan toleransi terhadap orang lain yang disertai dengan kemampuan mental dan sosial untuk mengembangkan imajinasi dan sikap kreatif, inovatif serta partisipatif.49 Pada implementasi pembelajaran sejarah tentu mempunyai tujuan antara lain untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami materi sejarah yang diajarkan guru dengan berlandaskan kajian keilmuan yang berisifat ilmiah serta berefleksi agar dapat mengambil nilai positif dari setiap materi yang diterima. Hal tersebut mendorong siswa menjadi terbuka dan dapat mengkritisi suatu peristiwa maupun masalah yang terjadi dalam kehidupannya baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa. Mengajar sejarah berarti membantu peserta didik untuk mempelajari sejarah sehingga guru perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah.50. 49 50. Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2009, hlm. 2. Brian Garvey dan Mary Krug, Model-Model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2015, hlm. 1..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. Guru sejarah berperan penting dalam memberi pemahaman siswa akan materi sejarah agar siswa tidak hanya berkembang secara kognitif melainkan juga aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga, dapat mengaktualisasikannya dalam hidup berbangsa dan bernegara. Djoko Suryo merumuskan beberapa indikator dalam pembelajaran sejarah sebagai berikut:51 1) Pembelajaran sejarah memiliki tujuan, subtansi dan sasaran pada aspek yang bersifat normatif. 2) Kepentingan tujuan pendidikan menjadi arah bagi makna dan nilai sejarah dari pada akademik atau ilmiah murni. 3) Aplikasi pembelajaran sejarah bersifat pragmatis, sehingga dimensi dan substansi dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, makna dan nilai pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan. 4) Pembelajaran harus memuat unsur pokok: instruction, intellectual training, pembelajaran moral bangsa, civil society yang demokratis dan bertanggung jawab pada masa depan bangsa. 5) Pembelajaran sejarah bukan hanya menyajikan pengetahuan fakta pengalaman kolektif dari masa lalu tetapi harus memberikan latihan berpikir kritis dalam memahami makna dari peristiwa sejarah. 6) Interpretasi sejarah merupakan latihan berpikir secara intelektual kepada para peserta didik (learning process dan reasoning) dalam pembelajaran sejarah.. 51. Aman, op.cit., hlm. 62-63..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. 7) Pembelajaran. sejarah. berorientasi. pada. humanistic. dan. verstehn. (understanding), meaning, historical conciuness bukan hanya pengetahuan kognitif (knowledge) dari bahan sejarah. 8) Nilai dan makna peristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal di samping nilai partikular. 9) Virtue, religiusitas, keluruhan kemanusiaan universal, nilai-nilai patriotisme, nasionalisme. dan. kewarganegaraan. serta. nilai-nilai. demokratis. yang. berwawasan nasional penting dalam penyajian pembelajaran sejarah. 10) Pembelajaran sejarah tidak hanya mendasari pembentukan kecerdasan dan intelektualitas tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi. 11) Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunan nasional berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan. 5.. Evaluasi (Penilaian Autentik) Pembelajaran Sejarah Evaluasi di sini dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian soal-soal dalam. pembelajaran sejarah guna mengukur tingkat pemahaman siswa ketika menerima materi sejarah yang diajarkan guru. a. Pengertian Evaluasi (Penilaian Autentik) Ida Farida mengemukakan bahwa Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk menentukan pencapaian kompetensi siswa terhadap suatu mata pelajaran.52 Secara teoritis menurut Stufflebeam, evaluasi adalah suatu usaha terencana dan terorganisir untuk mengumpulkan, menyusun dan mengolah data yang memuat fakta dengan tujuan menarik garis besar mengenai makna atau nilai guna serta 52. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 335..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. prestasi suatu program dan kemudian dari hasil tersebut dijadikan sarana penentuan pengambilan keputusan maupun perbaikan kinerja suatu program.53 Evaluasi adalah sebuah proses terstruktur, berkesinambungan serta menyeluruh dengan maksud untuk mengontrol, menjamin, penetapan kualitas dari berbagai komponen pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah disepakati .54 Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi atau penilaian merupakan suatu kegiatan mengukur dari awal proses hingga akhir. Pengambilan data dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung hingga akhir proses pembelajaran, kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Maka dari itu, evaluasi menjadi kegiatan yang direncanakan untuk menilai ketercapaian suatu program yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Dalam hal ini, evaluasi digunakan sebagai faktor penentu keputusan berkaitan dengan proses pendidikan. Penyempurnaan Kurikulum 2013 masih terus dilaksanakan yang sejak tahun 2016 kemudian lebih dikenal dengan Kurikulum Nasional. Pada Kurikulum Nasional, Standar Pendidikan diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 23 Tahun 2016. Pada pelaksanaan Kurikulum Nasional, penilaian autentik memuat ruang lingkup yang meliputi aspek sikap (afektif), aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan (psikomotorik) dan disesuaikan jenis penilaian berdasarkan aspek yang dinilai.55. 53. Aman, op.cit., hlm. 77. Ida Farida, op.cit., hlm. 2. 55 Ibid., hlm. 7. 54.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. b. Prinsip Evaluasi (Penilaian Autentik) Penilaian autentik hasil belajar siswa disemua jenjang pendidikan baik bangku Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah dalam penerapannya berdasar prinsip-prinsip sebagai berikut:56 1) Sahih: penilaian didasarkan menurut data yang mencerminkan kompetensi siswa yang dapat diukur menggunakan alat ukur sesuai kompetensi yanga akan dinilai. 2) Objektif: penilaian didasarkan pada pertimbangan yang jelas dan bebas dari pengaruh emosional dan subjetivitas penilai. 3) Adil: penilaian harus sesuai dengan hasil belajar siswa, tidak ada unsur keberpihakan karena faktor keberagaman latar belakang sosial, budaya, agama, ekonomi maupun gender yang dapat membuat untung atau rugi siswa. 4) Terpadu: penilaian yang dilakukan guru merupakan bagian yang sudah menyatu dan tidak dapat terpisahkan pada proses pembelajaran. 5) Terbuka: alur prosedur, kriteria serta dasar pengambilan keputusan terkait dalam penilaian bersifat transparan sehingga pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dengan jelas. 6) Menyeluruh dan berkesinambungan: penilaian oleh guru meliputi seluruh aspek kompetensi siswa yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik dilakukan dengan teknik penilaian yang telah disesuaikan berdasar kebutuhan dalam rangka mengamati perkembangan kemampuan siswa.. 56. Abdul Majid, op.cit., hlm. 336-337..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. 7) Sistematis:. penilaian. dilaksanakan. secara. terstruktur,. runtut. dalam. perencanaan sesuai langkah-langkah baku yang sudah diatur. 8) Beracuan kriteria: penilaian didasarkan sesuai ukuran pencapaian kemampuan siswa yang telah ditetapkan. 9) Akuntabel: penilaian harus dapat dipertanggungjawabkan dari teknik, prosedur serta hasil yang diperoleh siswa. c. Tujuan Evaluasi Menurut Eggen dan Kauchak, evaluasi memiliki tujuan diantaranya:57 1) Mengumpulkan informasi dan membuat keputusan tentang kemajuan dan perkembangan belajar siswa. Informasi ini berguna untuk memantau tingkat pencapaian siswa serta menjadi bahan utama guru dalam pengambilan keputusan terkait tindakan selanjutnya yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa. 2) Meningkatkan belajar siswa, hal tersebut karena setelah siswa mengetahui hasil belajar yang telah dicapai dapat menjadi bahan introspeksi dan refleksi. Informasi tentang hasil belajar itu kemudian menjadi acuan atau titik tolak siswa untuk berusaha lebih maksimal dalam belajar serta ke depannya dapat mengatur strategi belajar yang lebih baik lagi. 3) Meningkatkan motivasi belajar siswa, karena melalui hasil belajar, siswa menjadi termotivasi dalam upaya memperbaiki usaha belajarnya agar terus meningkat. Jika hasil yang dicapai memenuhi target, membuat siswa untuk. 57. Nyanyu Khodijah, op.cit, hlm. 191..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. tidak mudah berpuas diri begitu pula sebaliknya jika hasil belajar belum memuaskan dapat memacu semangat siswa agar lebih giat dalam belajar. Sejalan dengan hal di atas, Chittenden juga mengemukakan tentang tujuan kegiatan evaluasi oleh guru di kelas yang hendaknya diarahkan pada empat hal sebagai berikut:58 a) Penelurusan (keeping track) yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran siswa tidak menyimpang dari rencana yang sudah disusun. Melalui hasil penilaian selama satu sampai dua semester guru mendapat gambaran tentang tingkat pencapaian kompetensi siswa. b) Pengecekan (checking-up) yaitu dengan kegiatan evaluasi, guru dapat melakukan pengecekan terkait pemahaman materi pembelajaran oleh siswa, sehingga dapat lebih mengoptimalkan pada bagian materi yang belum dikuasai atau dipahami siswa. c) Pencarian (finding out) yaitu guru harus menganalisis serta merefleksikan hasil penilaian kelas untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menjadi penyebab kegiatan pembelajaran kurang efektif. d) Penyimpulan (summing up) yaitu ketika akhir semester guru wajib melaporkan hasil belajar siswa kepada orang tua atau wali. Oleh sebab itu guru harus menyimpulkan tentang mampu atau tidaknya siswa dalam mencapai semua kompetensi yang ditetapkan kurikulum. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, tujuan evaluasi dalam pembelajaran adalah. 58. untuk. Abdul Majid, op.cit., hlm. 337-338.. mengetahui keefektifan dan efisien. sistem.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, sumber belajar, maupun penilaian itu sendiri. Selain itu, adanya evaluasi juga betujuan untuk mengetahui pencapaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. d. Fungsi Evaluasi Menurut Zainal Arifin, fungsi evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut:59 1). Fungsi formatif Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar. untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi siswa. 2). Fungsi sumatif Untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar siswa dalam mata. pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan siswa. 3). Fungsi diagnostik Untuk memahami latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) siswa. yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.. 59. Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 20..

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. 4). Fungsi penempatan Untuk menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran yang tepat (misalnya. dalam menentukan program spesialisasi/penjurusan) sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Sehubungan dengan Fungsi pembelajaran, menurut Sukardi evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut:60 a) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru. b) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta. didik dalam melakukan. kegiatan belajar. c) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar. d) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa. e) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. f) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua atau wali siswa.. 60. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm. 4..

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. e. Jenis Evaluasi (Penilaian Autentik) Terdapat lima jenis evaluasi (penilaian autentik) pembelajaran sebagai berikut:61 1). Penilaian Proyek Guru dalam melakukan Penilaian proyek diatur setiap akhir bab atau tema. pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi dilakukan oleh siswa, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek berkaitan dengan aspek pemahaman, pengaplikasian, penyelidikan, dan lain-lain. 2). Penilaian Kinerja Dalam kurikulum 2013, pelaksanaan penilaian autentik khususnya pada. penilaian kinerja ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu langkah-langkah kinerja harus dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu; ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai; kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator pokok yang akan diamati; urutan keterampilan siswa yang akan diamati. 3). Penilaian Portofolio Penilaian Portofolio merupakan pelaksanaan penilaian oleh guru dari hasil. kumpulan tugas-tugas yang telah dibuat siswa serta sudah terdapat nilai di dalamnya pada jangka waktu tertentu. Melalui penilaian portofolio guru akan 61. Abdul Majid, Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 62..

Gambar

Gambar I. Kerangka Pikir .................................................................................
Tabel 1. Perbedaan Taksonomi Bloom dengan Taksonomi Revisi Anderson dan  Krathwohl
Tabel 2. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif  C1  Mengingat  C2  Memaha mi  C3  Mengaplikasikan  C4  Menganalisis  C5  Mengevaluasi  C6  Mencipta  Mengutip  Menjelas  Kan  Memasang  kan  Membaca  Menamai  Meninjau  Memberi  kode  Menulis  Menyata  kan  M
Tabel 3. Matriks Tujuan Pembelajaran Dimensi Kognitif dengan Pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

En la medida de lo posible, sería muy conveniente completar este apartado, así como el anterior, tratando de forma sistemática la totalidad de léxico procedente del latín con el fin

Pengambilan Pengetahuan, dimana tahapan ini menjelaskan bagaimana memproses suatu dokumen mulai dari usulan sampai dapat tersimpan dengan rapi di Knowledge Management

Dengan diterapkannya sistem informasi penggajian karyawan pada toko Winscom Kabupaten Pacitan dapat membantu permasalahan yang sering terjadi ditoko Winscom Kabupaten Pacitan

Klinik Kecantikan Kusuma memiliki beberapa masalah yang diantaranya adalah tidak dapat menginformasikan secara akurat kepada pelanggan, layanan telepon klinik Kusuma yang

Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk menjadikan Taman Air Gua Sunyaragi menjadi topik objek penelitian dalam Tugas Akhir ini yang outputnya berupa rancangan

Walaupun tidak mendapat perlindungan hukum dari Undang-undang Jaminan Fidusia, yang mana dengan tidak didaftarkannya jaminan fidusia ke kantor pendaftaran fidusia

Penentuan umur simpan produk pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode Extended Storage Studies (ESS) dan Accelerated Storage Studies (ASS). ESS atu

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah suatu sistem berbasis komputer dan mempunyai 3 komponen yaitu: sistem bahasa (mekanisme yang memberikan komunikasi antara user dan