• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPOT TEST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPOT TEST"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

SPOT TEST SPOT TEST

Asriani Hayatun, Efrin Pratama, Fitri Wulandari, Khairil Afdal, Rahamawati Asriani Hayatun, Efrin Pratama, Fitri Wulandari, Khairil Afdal, Rahamawati

Arfah, Susilo Sudarman Desa, dan Tri Mei Yollanni Arfah, Susilo Sudarman Desa, dan Tri Mei Yollanni

Jurusan Kimia Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Makassar Universitas Negeri Makassar

Abstrak Abstrak

Spot test merupakan metode analisis kualitatif yang mereaksikan suatu zat Spot test merupakan metode analisis kualitatif yang mereaksikan suatu zat (sampel) dengan suatu pereaksi tertentu untuk mengetahui kandungan yang ada dalamzat (sampel) dengan suatu pereaksi tertentu untuk mengetahui kandungan yang ada dalamzat atau sampel tersebut yang ditandai dengan adanya perubahan warna atau adanya bercak atau sampel tersebut yang ditandai dengan adanya perubahan warna atau adanya bercak  pada

 pada kertas kertas saring. saring. Tujuan Tujuan dari dari percobaan percobaan ini ini yaitu yaitu mengetahui mengetahui cara cara pengujian pengujian raksaraksa dengan Cu (II) Iodida, pengujian arsen dengan metode gutzeit dan dengan perak nitrat, dengan Cu (II) Iodida, pengujian arsen dengan metode gutzeit dan dengan perak nitrat,  pengujian

 pengujian kobalt kobalt dengan dengan ammonium tiosianat ammonium tiosianat dalam dalam aseton aseton dan dan adanya besi, adanya besi, pengujianpengujian klorida dengan pengendapan sebaal perak klorida dengan adanya halida-halida lain serta klorida dengan pengendapan sebaal perak klorida dengan adanya halida-halida lain serta  pengujian dengan volatilisasi asam klorida, pengujian sulfat dengan barium karbonat dan  pengujian dengan volatilisasi asam klorida, pengujian sulfat dengan barium karbonat dan PP, dan pengujian hidrogen peroksida dengan ferrisianida. Metode yang digunakan dalam PP, dan pengujian hidrogen peroksida dengan ferrisianida. Metode yang digunakan dalam  percobaan ini

 percobaan ini yaitu metode yaitu metode spot tspot test yaitu est yaitu pereaksian suatu zat pereaksian suatu zat dengan pereaksi tertentu.dengan pereaksi tertentu. Adapun hasil dari percobaan ini yaitu pengujian raksa dengan Cu (II) Iodida Adapun hasil dari percobaan ini yaitu pengujian raksa dengan Cu (II) Iodida menghasilkan larutan berwarna orange, pengujian arsen dengan metode gutzeit menghasilkan larutan berwarna orange, pengujian arsen dengan metode gutzeit menghasilkan bercak kuning pada kertas saring, dan dengan perak nitrat menghasilkan menghasilkan bercak kuning pada kertas saring, dan dengan perak nitrat menghasilkan endapan coklat, pengujian kobalt dengan ammonium tiosianat dalam aseton endapan coklat, pengujian kobalt dengan ammonium tiosianat dalam aseton menghasilka

menghasilkan larutan warna hijau n larutan warna hijau kebiruan dan adanya besi larutan warna hijau kebiruan,kebiruan dan adanya besi larutan warna hijau kebiruan,  pengujian klorida dengan pengendapan sebaal menghasilka

 pengujian klorida dengan pengendapan sebaal menghasilkan larutan keruh dan n larutan keruh dan pengujianpengujian dengan volatilisasi asam klorida menghasilkan gas dan berwarna keruh, pengujian sulfat dengan volatilisasi asam klorida menghasilkan gas dan berwarna keruh, pengujian sulfat dengan barium karbonat dan PP menghasilkan larutan endapan kuning, dan pengujian dengan barium karbonat dan PP menghasilkan larutan endapan kuning, dan pengujian ferrisianida mengha

ferrisianida menghasilkan larutan warna biru silkan larutan warna biru prusi.prusi.

Kata Kunci

Kata Kunci : Spot test, pengujian, larutan, : Spot test, pengujian, larutan,

I.

I. PENDAHULUANPENDAHULUAN A.

A. Tujuan PercobaanTujuan Percobaan 1.

(2)

2. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian arsen dengan metode gutzeit dan dengan perak nitrat

3. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian kobalt dengan amonium tiosianat dalam aseton serta dengan adanya besi

4. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian klorida dengan  pengendapan sebaal perak klorida dengan adanya halida-halida lain serta  pengujian dengan volatilisasi asam klorida

5. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian sulfat dengan barium karbonat dan PP

6. Untuk mengetahui dan memahami cara pengujian hidrogen peroksida dan ferrisianida

B. Landasan Teori

Beberapa metode analisa yang sudah ada, untuk penetapan kandungan formalin, borak, dan zat pewarna berbahaya salah satunya dapat dilakukan dengan metode spot test, yaitu metode analisa kimia dengan menggunakan reagen kit (kit tester). Metode ini mempunyai kemampuan atau keistimewaan antara lain cepat, murah, pasti dan tidak memerlukan peralatan yang rumit dan bapat filakukan kapanpun dan dimanapun. Prinsip kerjanya yaitu dengan memanbahkan cairan (reagent) pada bahan makanan yang diduga menggunakan bahan yang diselidiki, dengan hasil akhir terjadinya perubahan warna yang khas. Salah satu contoh yaitu FMR (Formalin Main Reagent) adalah salah satu jenis kit tester kandungan formalin. Kit tester tersebut merupakan salah satu penemuan dari dosen fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam UB Malang ( Singgih, 2013 : 58 ).

Menurut Underwood ( 2002 : 279 ), ada beberapa tipe dari indikator yang dapat dipergunakan dalam titrasi redoks yaitu :

1. Suatu substansi berwarna yang dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri. Sebagai contoh larutan kalium permanganat memiliki warna yang begitu gelap, sehingga sedikit kelebihan dari reagen ini dalam sebuah titrasi dapat secara mudah terdeteksi.

2. Suatu indikator yang spesifik adalah suatu substansi yang bereaksi dengan cara yang spesifik dengan salah satu dari reagen-reagennya dalam suatu titrasui

(3)

untuk menghasilkan sebuah warna. Contoh-contohnya adalah kanji, yang menghasilkan warna biru gelap dengan iodin dan ion tiosianat menghasilkan warna merah dengan ion besi (III).

3. Indikator-indikator luar, atau spot test dulu pernah digunakan ketika indikator internal belum tersedia. Ion ferrisianida digunakan untuk mendeteksi ion besi (II) melalui pembentuka besi (II) ferrisianida (biru trunbull) pada sebuah  piringan diluar bejana titrasi.

4. Potensial redoks dapat diikuti selama titrasi, dan titik ekivalen yang dideteksi dari perubahan potensial yang besar dalam kurva titrasi. Prosedur semacam ini disebut dengan titrasi pitensiometrik, dan kurva titrasi dapat diplot secara manual ataupun secara otomatis.

5. Akhirnya sebuah indikator yang menjalani sendiri oksidasi-reduksi dapat dipergunakan dan memandang sebuah substansi sebagai sebuah indikator redoks yang sebenarnya.

Pengendapan (presipitasi) adalah reaksi pembentukan padatan dalam larutan atau didalam padatan lain selama reaksi kimia. Pengendapan dapat juga terjadi karena difusi dalam padatan. Ketika reaksi terjadi dalam larutan cair. Padatan terbentuk disebut sebagai pengendap. Tanpa kekuatan energi gravitasi yang cukup membawa partikel-partikel padat ke bawah bersama-sama, maka endapan akan tetap disebut sebagai pelat. Caoiran yang sudah tidak mempunyai endapan supernatant ( Winarno, 2012 : 1 ).

Tujuan utama dari reaksi pengendapan adalah untuk memisahkan suatu fase padat murni dalam bentuk yang kompak dan rapat yang dapat disaring dengan sangat mudah. Pentingnya derajat keadaan lewar jenuh yang kecil telah lama dipahami, karena alasan inilah larutan zat pengendap yang encer ditambahkan dengan perlahan sambil diaduk. Teknik yang dikenal sebagai pengendap dari larutan homogen, zat pengendap tidak ditambahkan sebagi zat pengendap itu sendiri, melainkan dibentuk dengan  perlahan dari suatu reaksi homogen dalam larutan. Dengan demikian, endapan dibentuk pada kondisi yang tak mengandung efek konsentrasi yang tak dikehendaki ( Basset, 1994 : 482 ).

(4)

Pengendapan terjadi jika konsentrasi senyawa melebihi kelarutan. Pegendapan dapat terjadi dengan cepat dari larutan jenuh. Pengendapan erat kaitannya dengan hasil kali kelarutan. Dalam padatan, pengendapan terjadi jika konsentrasi salah satu padatan berada diatas batas kelarutan. Pengendapan padatan sering digunakan untuk mensintesis nanociuster. Tahap penting dari proses  pengendapan adalah nukleasi. Pembentukan partikel padatan meliputi  pembentukan antar muka, yang memerlukan beberapa energi didasarkan pada energi permukaan reaktif padatan atau larutan. Jika tidak maka terjadi kejenuhan, contoh :

AgNO3 (aq)  + KCl (aq)  AgCl (s)  + KNO3

Reaksi pengendapan adalah ketika larutan perak nitrat ditambahkan kedalam larutan yang mengandung kalium klorida, maka akan terbentuk endapan putih yaitu perak klorida ( Winarto, 2012 : 1 ).

Pengendapan magnesium hidroksida yang dengan menggunakan agen  pengendap untuk membandingkan kadar Mg yang terkandung dalam endapan hasil elektrolisis dari sel katoda dan endapan hasil penambahan agen pengendap  pada air garam. Reagen pengendap yang digunakan adalah NaOH yang telah distandarisasi dengan larutan standar primer asam oksalat. Penambahan NaOH dilakukan sampai pH larutan mencapai 10,7-11. Diperlukan 12,2 ml NaOH 0,51M untuk menjadikan pH larutan menjadi 10,8 dan ternyata diperoleh kadar Mg yang tidak jauh berbeda dengan kadar Mg tertinggi dalam endapan hasil elektrolisis yakni 17,88 mg dalam 100 ml dan jika dihitung massa endapan MgOH diperoleh yaitu sebesar 0,0432 gram ( Rakhmawati, 2013 : 53 ).

Arsenik dalam jumlah- jumlah yang lebih sedikit mungkin terdapat dalam larutan perak nitrat itu sebagai asam arsenit, dan ini dapat dideteksi dengan uji-uji  biasa, misalnya dengan hidrogen sulfida setelah perak nitrat berlebihan dihilangkan degan asam klorida encer. Uji Marsh meliputi pembakaran dan  pendepositan arsenik diatas permukaan yang dingin. Kini, uji cerminlah yang

sekarang biasa dipakai. Reaksi perak nitrat itu (kadang-kadang dikenal sebgai uji hofmann) sangat berguna sebagai uji pemastian. Uji gutzeit adalah suatu modifikasi dari uji marsh dimana perbedaan utamanya adalah bahwa hanya satu

(5)

tabung reaksi yang diperlukan, dan arsina dideteksi dengan perak nitrat atau merkurium (II) klorida ( Svehla, 1990 : 244 ).

Raksa merupakan logam dengan ikatan metalik terlemah diantara semua logam dan satu-satunya logam berfase cair pada temperatur kamar. Lemahnya itu ikatan metalik yang mengakibatkan tingginya tekanan uap pada temperatur kamar dan ini sangat berbahaya sebagai racun jika terhisap oleh makhluk hidup. Raksa  banyak digunakan didalam termometer, barometer, panel pengganti listrik, dan lampu pijar raksa. Larutan logam pada raksa disebut amalgam. Sebagai contoh natrium amalgam dan zink amalgam digunakan sebagai agen pereduksi dalam laboratorium, dental amalgam yang mengandung campurab raksa, perak, timah dan tembaga digunakan untuk pengisi gigi ysng berlubang. Pemakaian campuran  bahan ini cukup beralasan ( Sugiyarto, 2001 : 83 ).

Menurut Svehla ( 1990: 238 ), ada beberapa reaksi-reaksi ion arsenik diantara sebagai berikut :

1. Hidrogen sulfida, endapan kuning arsenik (III) sulfida: 2As3+ + 3H2S As2S3 + 6H+

Larutan harus sangat bersifat asam, jika tidak terdapat cukup asam, hanya akan terlihat larutan berwarna kuning, karena terbentuknya koloid As2O3. Endapan

tak larut dalam asam klorida pekat.

2. Perak nitrat, endapan kuning perak arsenit dalam larutan netral AsO33-  + 3Ag+ Ag3AsO3

3. Campuran magnesia (larutan yang mengandung MgCl, NH4Cl dan sedikit

 NH3) tak ada endapan, hasil yang serupa akan diperoleh dengan reagensia

magnesium nitrat

4. Larutan tembaga sulfat, endapan hijau tembaga arsenit. Endapan melarut dalam asam dan juga dalam larutan amonia dengan membentuk larutan biru

5. Kalium tri-iodida (larutan iod dalam kalium iodida), mengoksidasi ion arsenit sambil kehilangan warna

AsO33- + I3 + H2O AsO43- + 3I- + 2H+

6. Larutan timah (II) klorida dalam asam klorida pekat (uji battendorff). Beberapa tetes larutan arsenit ditambahkan pada 2 ml asam klorida pekat dan 0.5 ml

(6)

larutan timah klorida jenuhdan ,larutan dipanaskan perlahan-laha, larutan menjadi coklat tua dan akhirnya hitam disebabkan oleh memisahnya arsenik unsur

2As3+  + 3Sn2+ 2As + 3Sn4+

Satu - satunya biji raksa yaitu mineral sinabar, raksa (II) sulfida. Kira - kira 75 % logam ini di dunia terdapat sebagai endapan di Spanyol dan Italia. Banyak bijih raksa mengandung kurang dari 15 raksa sulfida, yang mengakibatkan mahalnya logam ini. Raksa yang sederhana dapat diekstraksi dengan pemanasan bijih raksa (II) sulfida dalam udara. Ligam raksa yang menguap dan dikondensasi sebagai cairan :

HgS(s) + O2(g) ` Hg(l) + SO(g)

Senyawa raksa juga dapat dibedakan atas atau senyawa raksa terdiri dari senyawa raksa (I) dan senyawa raksa (II) (Sugiyarto, 2001: 80).

II. METODE PERCOBAAN A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu spot plate 1 buah, pipet tetes 20 buah, tabung reaksi kecil (Iwaki) 10 buah, rak tabung reaksi 1 buah,  batang pengaduk 1 buah, helas kimia (GG-17) 1 buah, krus 1 buah, klem kayu 1 buah, pembakar spiritus 1 buah, kaki tiga dan kasa asbes 1 buah, botol semprot 1 buah dan spatula 1 buah.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tembaga sulfat (CuSO4), perak nitrat (AgNO3), asam sulfat (H2SO4), barium karbonat

(BaCO3), kalium iodida natrium sulfat (KI-Na2SO3), raksa(II) klorida

(HgCl2), arsen (Ar), ammonium sianida (NH4SCN), logam zink (Zn),

hidrogen peroksida (H2O2), tembaga (II) nitrat (Cu(NO3)2), kobalt (Co), besi

(III) klorida (FeCl3), kalium heksa siano ferrat (K 3Fe(CN)6), asam klorida

(HCl), oksim, asam nitrat (HNO3), larutan PP, asam asetat encer

(7)

B. Prosedur kerja

1. Uji Raksa dengan Cu (II) Iodida

Memasukkan 1 tetes KI-Na2SO3 kedalam spot plate, menambahkan 1

tetes CuSO4 dan menambahkan 1 tetes yang diuji yaitu HgCl2.

2. Uji Arsen

a) Metode Gutzeit

Memasukkan beberapa tetes yaitu 3 tetes As2O3, menambahkan 1 butir

logam Zn dan menambahkan 5 tetes H2SO4  encer, dan diamati perubahan

yang terjadi.

 b) Dengan perak nitran

Memasukkan 3 tetes As2O3, menambahkan dengan NH3 dan H2O2 10%,

kemudian larutan ditambah CH3COOH encer dan 3 tetes AgNO3 1%, dan

diamati perubahan yang terjadi. 3. Uji kobalt

a) Dengan ammonium tiosianat

Memasukkan 1 tetes CONO3  kedalam spot plate kemudian

menambahkan 1 tetes NH4SCN dalam aseton 10%

 b) Dengan adanya besi

Memasukkan 2 tetes CoNO3  kedalam spot plate, kemudian

menambahkan beberapa mg NH4F, dan 5 tetes NH4SCN 10% dalam aseton.

4. Uji Kobalt

a) Pengujian dengan pengendapan sebaal perak klorida dan adanya halida lain Memasukkan 1 tetes FeCl3, kemudian menambahkan 1 tetes oksim dan 1

tetes H2O2  serta 1 tetes HNO3  dan larutan dipanaskan dan menambahkan 1

tetes AgNO3.

 b) Pengujian dengan volatilisasi asam klorida

Memasukkan NaCl padat kedalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 4 tetes HNO3  pekat dan meletakkan batang pengaduk yang

telah dibasahi dengan AgNO3 1% dan dipanaskan.

(8)

Memasukkan 4 tetes CuSO4 dalam tabung reaksi kemudian

menambahkan 4 tetes BaCO3 dan memanaskannya setelah itu menambahkan

4 tetes PP 1%.

6. Uji hidrogen peroksida dengan pengujian besi

Memasukkan 1 tetes H2O2  pada spot plate dan menambahkan 1 tetes

FeCl3 dan 1 tetes K 3Fe(CN)6dan mengamati hasilnya.

III. HASIL PENGAMATAN A. Uji Raksa dengan Cu (II) Iodida

 NO Aktivitas Pengamatan

1 tetes KI-Na2SO3 + 1 tetes

CuSO4 + 1 tetes HgCl2 Larutan berwarna orange

B. Uji Arsen

 NO Aktivitas Pengamatan

1. a.

 b.

Dengan metode gutzeit

3 tetes As2O3(bening) + 1 butir Zn

(silver) + 5 tetes H2SO4(bening)

Ditutup dengan kertas saring (yang telah dibasahi dengan AgNO3 20%)

Larutan berwarna keruh

Terdapat bercak kuning  pada kertas saring

2. Dengan perak nitrat

3 tetes As2O3(bening ) + NH3

+ H2O2 10% + CH3COOH encer

sampai kering + 3 tetes AgNO31 % Endapan coklat

C. Uji Kobalt

 NO Aktivitas Pengamatan

1. Dengan ammonium tiosianat dalam aseton

1 tetes CoNO3  (pink) + 1 tetes

 NH4SCN/aseton 10% (coklat)

(9)

2. Uji kobalt dengan adanya besi

2 tetes CoNO3 (pink) + beberapa mg

 NH4F dan 5 tetes NH4SCN 10% Larutan hijau kebiruan

D. Uji Klorida

 NO Aktivitas Pengamatan

1. a.  b. c. d. e.

Pengendapan sebaal sebagai perak klorida dan adanya halida lain

1 tetes FeCl3 (kuning) + 1 tetes oksin

Larutan warna hijau + 1 tetes H2O2

Larutan warna hijau + 1 tetes H2O2

Larutan hijau bening

Larutan hijau bening + 1 tetes AgNO31%

Larutan warna hijau Larutan warna hijau Larutan hijau bening Larutan hijau bening

Larutan keruh

2.

a.  b.

Pengujian dengan volatilisasi asam klorida

 NaCl (padat) + 4 tetes HNO3 pekat

Batang pengaduk diletakkan diatas larutan keruh (telah dibasahi AgNO3

1% )

Larutan keruh

Terbentuk gas dan batang  pengaduk berwarna keruh

E.Uji sulfat dengan Barium karbonat dan PP

 NO Aktivitas Pengamatan

1. 2.

4 tetes CuSO4 + 4 tetes BaCO3

Larutan biru muda + 4 tetes PP 1%

Larutan warna biru muda

Endapan kuning

F. Uji Hidrogen peroksida dengan pengujian ferrisianida

 NO Aktivitas Pengamatan

1 tetes H2O2 + 1 tetes FeCl3 + 1 tetes

(10)

IV.PEMBAHASAN

Spot test adalah suatu metode analisis kualitatif dengan cara mereaksikan suatu zat atau sampel dengan pereaksi tertentu untuk mengetahui kandungan dari zar atau sampel tersebut yang ditandai dengan perubahan warna atau adanya  bercak pada kertas saring. Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu mengetahui

cara pengujian raksa dengan Cu (II) Iodida, pengujian arsen dengan metode gutzeit dan dengan perak nitrat, pengujian kobalt dengan ammonium tiosianat dalam aseton dan adanya besi, pengujian klorida dengan pengendapan sebaal  perak klorida dengan adanya halida-halida lain serta pengujian dengan volatilisasi

asam klorida, pengujian sulfat dengan barium karbonat dan PP, dan pengujian hidrogen peroksida dengan ferrisianida. Ada beberapa pengujian yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

A. Uji Raksa dengan Cu (II) Iodida

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan raksa pada sampel dimana sampel yang digunakan adalah HgCl2  dan peraksinya adalah

Cu(II) Iodida. Dilakukan penambahan larutan CuSO4 dan KI-Na2S2O3

menghasilkan larutan berwarna orange. Fungsi dari KI-Na2S2O3yaitu untuk

membebaskan iodida dan penambahan CuSO4 untuk membebaskan ion Cu2+

dan diperoleh Cu2I2,  selanjutnya ditambahkan HgCl2  diperoleh larutan

 berwarna orange. HgCl2  berfungsi sebagai larutan yang akan diuji dan

diidentifikasi. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori bahwa suspensi Cu(I)Iodida yang telah dibasahi dengan Cu(I)Iodida dalam larutan dalam larutan akan berubah menjadi merah atau orange. Adapun reaksinya yaitu :

2 Cu2I + HgCl2 Cu2(HgI4) + Cl2 + Cu2+

(orange) B. Uji Arsen

1. Dengan Metode Gutzeit

Uji gutzeit merupakan suatu modifikasi dari uji marsh dimana perbedaan utamanya adalah bahwa hanya ada satu tabung reaksi yang diperlukan dalam arsina dideteksi dengan perak nitrat. Tujuan dari uji ini yaitu untuk menguji kandungan arsen pada sampel, dimana sampel yang digunakan adalah As2O3.

(11)

Pengujian arsen dengan metode gutzeit ditandai dengan adanya bercak kuning. Larutan yang akan diuji yaitu arsen yang akan ditambahkan butiran logam Zn dengan H2SO4  encer dalam tabung reaksi yang menghasilkan larutan bening.

Fungsi H2SO4 memberikan suasana asam sehingga menyumbangkan ion H+. Zn

 berfungsi sebagai pembentuk uap hibrida arsen yang dialirkan ke kertas saring. Arsen berfungsi sebagai larutan yang diuji, dan setelah penambahan H2SO4,

mulut tabung reaksi ditutup dengan kertas saring yang telah ditetesi AgNO3 dan

akan terbentuk bercak kuning pada kertas saring. Hal ini yang menunjukkan  bahwa pada percobaan hasil hasil positif karena adanya bercak kuning. Secara teori hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori bahwa bila uap hibrida arsen dialirkan ke kertas saring yang telah dibasahi bila yanh digunakan adalah AgNO3,

maka akan diperoleh warna kuning. Reaksinya yaitu :

AsH3  + AgNO3  AsAg3  + 3HNO3

(kuning) 2. Dengan Perak Nitrat

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan arsen dengan menggunakan NH3  sebagai pereaksi. Uji positif pada pengujian ini yaitu

terbentuknya larutan warna merah kecoklatan. Dimana larutan arsen direaksikan dengan NH3 dan H2O2 yang menghasilkan larutan bening, kemudian dipanaskan

dan ditambahkan larutan CH3COOH dan AgNO3 menghasilkan endapan coklat.

Fungsi arsen yaitu sebagai larutan uji, dan NH3 dan H2O2 untuk mengubah arsen

yang berbentuk asam arsenit, sulfida sulfoarrat senit menjadi arsenat. AgNO3

 berfungsi sebagai zat pengendap yang mengikat atau bereaksi dengan arsenat membentuk perak arsenat yang tidak larut dalam arsenat. Asam asetat berfungsi untuk memberi suasana asam. Adapun reaksinya yaitu :

AsO43-  + 3AgNO3 Ag3AsO4  + 3NO2

-(merah kecoklatan) C. Uji Kobalt

1. Dengan Ammonium Tiosianat

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kobalt dalam sampel, dimana sampel yang digunakan adalah Co(NO3)2. Pengujian kobalt

(12)

dengan ammonium tiosianat dengan memasukka larutan Co(NO3)2yang berwarna

merah muda ke dalam spot plate. Kemudian menambahkan NH4SCN yang

 berwarna yang berwarna jingga menghasilkan larutan berwarna biru. Fungsi  NH4SCN yaitu untuk memberikan perubahan warna pada larutan yang warna

hijau sampai biru. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada penambahan NH4SCN akan memberikan warna biru

yang intens karena terbentuknya kompleks tiosianat. Adapun reaksinya yaitu ; Co(NO3)2  + 4NH4SCN Co(SCN)4(NH4)2 + 2NH4+ + NO3

-(biru/hijau) 2. Uji Kobalt dengan adanya Besi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji kandungan kobalt dengan adanya  besi. Uji positif yang mengandung kobalt ditandai dengan hasil reaksi berupa

larutan warna hijau kebiruan. Dimana larutan Co(NO3)2  direaksikan dengan

larutan NH4F, menghasilkan larutan merah muda dan direaksikan dengan larutan

ammonium tiosianat menghasilkan larutan biru muda. Fungsi Co(NO3)2  yaitu

sebagai larutan uji. NH4F berfungsi untuk menghilangkan gangguan ion besi(III)

yang dapat menjadi kompleks ferrifluorida (FeF6)3-  yang tidak berwarna.

Ammonium tiosianat berfungsi untuk mengionkan kobalt dan membentuk tetratiosianatokobalt (II). Dalam percobaan tidak ditambahkan besi karena sifat kobalt yang rapat. Logam keras menyerupai penambahan besi dan nikel kobalt memiliki permeabilitas logam sekitar 2/3 dari pada besi. Secara teori hasil yang diperoleh tidak sesuai teori karena hasil yang didapat larutan hijau kebiruan sedangkan secara teori bahwa garam ferri dapat diubah menjadi kompleks ferri fluorida yang tidak berwarna dengan penambahan alkali fluorida. Adapun reaksinya :

Co(NO3)2 + 6NH4F + 3Fe3+  [FeF6]3- + Co2+ + 6NH4  + 2FeNO3

(tidak berwarna) D. Uji Klorida

1. Pengujian dengan pengendapan sebaal perak klorida dengan halida lain.

Pengujian ini bertujuan untuk menguji adanya klorida dengan cara  pengendapan sebaal, uji positif pengujian ini yaitu terbentuknya endapan putih

(13)

dan kekeruhan pada larutan. Dimana HCl direaksikan dengan oksin kemudian dipanaskan dan ditambah AgNO3 menghasilkan larutan bening dan ada endapan

 putih. HCl berfungsi sebagai larutan uji, fungsi oksin pada saat senyawa fenolit  berlangsung akan terhalogenasi oleh halogen bebas (Br - dan I-). HNO3 berfungsi

untuk memberikan suasana asam sehingga klorida tidak mengalami oksidasi. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori bahwa HCl bereaksi dengan AgNO3 dan terbentuk endapan putih. Adapun reaksinya :

HCl + AgNO3 AgCl + HNO3

(endapan putih) 2. Pengujian dengan Volatilisasi asam klorida

Pengujian ini bertujuan untuk menguji adanya kandungan klorida dalam sampel, uji positif mengandung klorida ditandai dengan larutan keruh dan ada gelembung. Sampel yang digunakan adalah NaCl padatan kemudian ditambah HNO3  pekat diperoleh larutan keruh. Fungsi HNO3  sebagai reagen yang akan

 berikatan dengan NaCl sehingga akan melepaskan HCl dalam bentuk gelembung. Setelah itu dimasukka batang pengaduk yang telah dibasahi dengan AgNO3.

Campuran ini dipanaskan sampai terbentuk gelembung-gelembung pada tabung reaksi. Fungsi AgNO3  yaitu sebagai reagen yang akan berikatan dengan HCl

menghasilkan larutan keruh. Adapun reaksinya yaitu :  NaCl + HNO3  NaNO3  + HCl

HCl + AgNO3 AgCl + HNO3

(endapan putih)

Secara teori hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori bahwa jika klorida  padat dipanaskan dengan HNO3 akan menghasilkan kekeruhan atau endapan.

E. Uji Sulfat dengan Barium Karbonat dan PP

Pengujian ini bertujuan untuk menguji kandungan sulfat pada sampel, uji  positif pada percobaan ini yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah yang

menunjukkan adanya sulfat. Larutan uji yang digunakan pada percobaan ini yaitu CuSO4 kemudian ditambahkan BaCO3 menghailkan larutan biru. Fungsi BaCO3

yaitu sebagai bahan penguji adanya sulfat pada CuSO4. Campuran kemudian

(14)

antara kedua larutan. Kemudian ditambahkan PP menghasilkan larutan merah kecoklatan, fungsi dari PP yaitu untuk mendeteksi hasil reaksi dengan perubahan warna merah. Hasil yang diperoleh negatif karena timbul endapan kuning, hasil yang positif yaitu timbul warna merah yang menandakan adanya sulfat., hasil ini tidak sesuai dengan teori disebabkan karena pemanasan yang tidak baik dan  bahan yang tidak steril. Adapun reaksinya yaitu ;

CuSO4 + BaCO4  BaSO4 + CuCO3

(merah) F. Uji Hidrogen Peroksida dengan ferrisianida

Pengujian ini bertujuan untuk menguji kandungan hidrogen peroksida dengan ferrisianida, uji positif pada percobaan ini yaitu menghasilkan warna biru  prusi. Pengujian H2O2 denga cara mereaksikan K 3Fe(CN)6  dengan FeCl3

menghasilkan larytan biru prusi. Fungsi K 3Fe(CN)6  yaitu sebagai reagen yang

akan berikatan dengan H2O2dan fungsi FeCl3 yaitu sebagai reagen yang bereaksi

cepat terhadap larutan yang mengandung ion ferri. Adapun reaksinya :

2[Fe(CN)6]3- + H2O2  2[Fe(CN)6]4- + 2H+ + O2

3[Fe(CN)6]4- + 4Fe3+ Fe4 [Fe(CN)6]3

(biru prusi)

V. PENUTUP A. Kesimpulan

1. Uji raksa dengan Cu (II) Iodida menghasilkan larutan berwarna orange yang menunjukkan positif mengandung raksa

2. Uji arsen dengan metode gutzeit dihasilkan bercak kuning pada kertas saring yang menunjukkan positif terdapat arsen dan dengan perak nitrat juga positif karena terdapat endapan coklat

3. Uji kobalt dengan ammonium tiosianat menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan timbulnya warna hijau kebiruan sedangkan uji kobalt dengan adanya besi menunjukkan hasil negatif yaitu dengan timbulnya larutan warna hijau kebiruan

(15)

4. Uji klorida yang menunjukkan uji positif pada pengujian dengan  pengendapan sebaal perak klorida dengan halida lain dengan volatilisasi yang

menghasilkan larutan keruh dan ada gelembung

5. Uji sulfat dengan barium karbonatbdan PP menunjukkan hasil negatif yaitu adayan endapan kuning

6. Uji hidrogen peroksida dengan ferrisianida menghasilkan larutan berwarna  biru prusi yang menandakan adanya hidrogen peroksida pada larutan.

B. Saran

1. Untuk praktikan agar mengetahui dan memahami prosedur kerja dengan  benar khususnya pada takaran-takaran penambahan bahan agar dapat

diperoleh hasil yang positif

2. Untuk laboran agar menyediakan alat dan bahan yang digunakan dalam  praktikum agar praktikum dapat berjalan lancar

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J, dkk. 1990.  Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rakhmawati, Fauziyah dan Suprapto. 2013. Pengendapan Magnesium Hidroksida  pada Elektrolisis Larutan Garam Industri. Jurnal Sains dan Pomits, vol 2, 2,

50-70.

Singgih, Hariyadi. 2013. Kandungan Formalin pada Ikan Asin menggunakan Sensor Warna dengan Bantuan FMR. Jurnal Eltek , vol 11, 01, 55-70.

Sugiyarto, Kristian H. 2001. Kimia Anorganik II . Yogyakarta : UNY.

Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif . Jakarta : Erlangga.

Underwood dan Day. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta : Erlangga.

Winarto, Dwi. 2012.  Reaksi Pengendapan. http://www.ilmu-kimia.org/materi-kimia/Reaksi-pengendapan-kimia/html.  Diakses di Makassar pada tanggal 20 Desember 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Pemupukan campuran (Bio-slurry padat dan NPK) baik percobaan I maupun percobaan II memiliki potensi menghasilkan pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah yang lebih tinggi yaitu

Hasil pengujian karakteristik ZnxCu1-xO menunjukkan material dengan kandungan Cu 2% mol dan pengujian pada temperatur operasional 450 o C menghasilkan nilai figure

Kegagalan percobaan kompleks Cu baik garam cupri amonium Sulfat maupun tetraamintembaga(II)sulfat monohidrat dikarenakan penambahan air yang terlalu banyak dimana kristal

Gambar 1 menampilkan hasil percobaan waktu kesetimbangan, dimana dapat dilihat bahwa waktu kesetimbangan penjerapan (adsorpsi) ion Cu(II) oleh karbon aktif

Percobaan terbaik yang diperoleh dari proses pengujian pada semua percobaan dengan metode ekstraksi ciri Hjorth Descriptor dan klasifikasi MLP adalah percobaan yang

Perbandingan hasil solusi numerik pengaruh pH, Cr(III) dan Cu(II) terhadap jerapan U(VI) ke dalam asam humat dengan percobaan

Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa katalis amonium molibdat mampu mempercepat reaksi antara kalium iodida dengan hidrogen peroksia K.

Mekanisme keracunan air raksa di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas, terutama dalam tubuh manusia karena belum ada data percobaan dose-response air raksa