BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. Latar belakangLatar belakang
Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang sering terjadi dan dapat Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang sering terjadi dan dapat mengakibatkan cedera serius dan kematian. Pasien jatuh merupakan adverse event mengakibatkan cedera serius dan kematian. Pasien jatuh merupakan adverse event kedua terbanyak dalam institusi perawatan kesehatan setelah kesalahan kedua terbanyak dalam institusi perawatan kesehatan setelah kesalahan pengobatan/medication erors
pengobatan/medication erors (AHRQ). (AHRQ). Insiden pasiInsiden pasien jen jatuh atuh tidak tidak hanya hanya berdampakberdampak kepada fisik pasien tetapi juga dampak keuangan yang ditanggung pasien dan rumah kepada fisik pasien tetapi juga dampak keuangan yang ditanggung pasien dan rumah sakit (RS). Permasalahan pasien jatuh telah menjadi perhatian penting bagi sakit (RS). Permasalahan pasien jatuh telah menjadi perhatian penting bagi pemerintah
pemerintah dalam dalam pelayanan pelayanan pasien pasien di di RS RS melalui melalui peraturan peraturan menteri menteri kesehatankesehatan No.1691/MENKES / PER / VII /
No.1691/MENKES / PER / VII / 2011 tentang keselamatan 2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit, pasien rumah sakit, bab 4bab 4 pasal
pasal 8 8 bahwa bahwa : : setiap setiap RS RS wajib wajib mengupayakan mengupayakan pemenuhan pemenuhan sasaran sasaran keselamatankeselamatan pasien.
pasien. Enam Enam sasaran sasaran keselamatan keselamatan pasien pasien dan dan salah salah satunya satunya adalah adalah penguranganpengurangan risiko pasien jatuh. Dalam rangka menurunkan risiko cedera akibat jatuh, maka risiko pasien jatuh. Dalam rangka menurunkan risiko cedera akibat jatuh, maka petugas RS
petugas RS perlu melakukan perlu melakukan asesmen asesmen dan asesmedan asesmen/penilaian ulang n/penilaian ulang terhadap terhadap kategorikategori risiko
risiko pasien pasien jatuh jatuh dan dan bekerja bekerja sama sama dalam dalam memberikan memberikan intervesi intervesi pencegahanpencegahan pasien jatuh, sesuai prosedur
pasien jatuh, sesuai prosedur
B.
B. DEFINISIDEFINISI
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh dengan atau Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/ tidak direncanakan, dengan arah tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/ tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke
jatuh ke lantai, lantai, dengan atau dengan atau tanpa mencederai tanpa mencederai dirinya. Penyebab dirinya. Penyebab jatuh dapat jatuh dapat meliputimeliputi faktor fisiologis (ping
faktor fisiologis (pingsan) atau lingkusan) atau lingkungan (lantai yngan (lantai yang licin). Resiko ang licin). Resiko jatuh jatuh adalahadalah pasien
pasien yang yang beresiko beresiko untuk untuk jatuh jatuh yang yang umumnya umumnya disebabkan disebabkan oleh oleh factorfactor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera.
lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera. Faktor resiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori: Faktor resiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori: 1.
Selain itu, faktor resiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat diperkirakan (unanticipated). Faktor tersebut adalah:
1. Dapat diperkirakan :
a. Intrinsik (berhubungan dengan kondisi pasien): 1) Riwayat jatuh sebelumnya
2) Inkontinensia
3) gangguan kognitif/psikologis 4) gangguan keseimbangan/mobilitas 5) usia > 65 tahun
6) osteoporosis
7) status kesehatan yang buruk 8) gangguan moskuloskeletal
b. Ekstrinsik (berhubungan dengan lingkungan)
1) Lantai basah/silau, ruang berantakan, pencahayaan kurang, kabel longgar/lepas
2) Alas kaki tidak pas.
3) Dudukan toilet yang rendah. 4) Kursi atau tempat tifur beroda 5) Rawat inap berkepanjangan. 6) Peralatan yang tidak aman. 7) Peralatan rusak.
8) Tempat tidur ditinggalkan dalam posisi tinggi. 2. Tidak dapat diperkirakan
a. Intrinsik (berhubungan dengan kondisi pasien) 1) Kejang
2) aritmia jantung
3) stroke atau serangan iskemik sementara (transient ischaemic attack-TIA). 4) Pingsan
5) serangan jantung (drop attack). 6) Penyakit kronis
b. Ekstrinsik ( berhubungan dengan lingkungan ) 1) Reaksi individu terhadap obat-obatan
C. Tujuan Pencegahan Jatuh
Sebagai suatu proses untuk mencegah kejadian jatuh pada pasien, dengan cara: 1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan
menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh”
2. Melakukan asesmen ulang pada semua pasien(setiap hari)
3. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”
4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif
BAB II
RUANG LINGKUP
Komponen utama dari proses pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan adalah asesmen pasien untuk memperoleh informasi terkait status medis pasien. Begitu juga untuk pasien yang mempunyai resiko jatuh. Asesmen pasien dengan resiko jatuh dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan terkait:
1. Status kesehatan pasien
2. Kebutuhan dan permasalahan keperawatan
3. Intervensi guna memecahkan permasalahan kesehatan yang sudah teridentifikasi atau juga mencegah permasalahan yang bias timbul dimasa mendatang serta
4. Tindak lanjut untuk memastikan hasil-hasil yang diharapkan pasien terpenuhi. Pengelolaan risiko pasien jatuh terutama dapat terjadi pada pasien yang dirawat diruangan:
IRNA
ICU
Dll
Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus memahami bahwa semua pasien yang dirawat inap memiliki risiko untuk jatuh, dan semua petugas tersebut memiliki peran untuk mencegah pasien jatuh.
BAB III
TATA LAKSANA
Dalam pentatalaksanan pengelolaan pasien dengan resiko jatuh meliputi : A. Petugas penanggung jawab: Perawat
B. Perangkat kerja;
1. Status Rekam Medis Pasien
2. Tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning) 3. Formulir pengkajian risiko pasien jatuh
4. Formulir dokumentasi informasi risiko pasien jatuh
5. Formulir catatan kegiatan perawat tentang asesmen dan intervensi risiko jatuh C. Tata laksana
1. Asesmen awal / skrining
a. Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Resiko Jatuh Morse Fall Scale dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS dan mencatat hasil asesmen dan langsung dilakukakan talaksana risiko jatuh
2. Asesmen ulang
a. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap: saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian jatuh pada pasien.
b. Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale dan Rencana Keperawatan Interdisiplin akan diperbaharui/dimodifikasi sesuai dengan hasil asesmen.
3. Perawat yang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapka n “Prosedur Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada:
a. Kategori risiko jatuh (rendah, sedang, tinggi) b. Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien
d. Asesmen Klinis Harian. Assesmen ulang resiko jatuh dilaksanakan setiap hari, saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian jatuh pada pasien.
4. “Prosedur Pencegahan Jatuh” pada pasien yang beresiko rendah, sedang, atau tinggi harus diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai harus optimal. Untuk mengubah kategori dari resiko tinggi ke rendah diperlukan skor <25 dalam 2 kali pemeriksaan berturut turut.
5. Intervensi pencegahan jatuh
a. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori): 1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
2) Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan tempat tidur tepasang dengan baik
3) Ruangan rapi
4) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam,tombol panggilan, air minum, kacamata)
5) Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien) 6) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
7) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih dan berfungsi)
8) Pantau efek obat-obatan
9) Anjuran ke kamar mandi secara rutin
10) Sediakan dukungan emosional dan psikologis
11) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan Keluarga.
b. Kategori risiko tinggi: lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini.
1) Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan dipergelangan tangan pasien
3) Tawarkan bantuan ke kamar mandi 4) Nilai kebutuhan akan:
i. Fisioterapi dan terapi okupasi ii. Alarm tempat tidur
iii.Tempat tidur rendah (khusus)
iv. Usahakan lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse station)
D. Asesmen risiko jatuh pada anak-anak dilakukan pencegahan umum dan hal - hal sebagai berikut:
1) Pencegahan resiko jatuh pasien anak-anak: a) Kategori Pasien dengan Resiko Tinggi
Memastikan tempat tidur/brankard dalam posisi roda terkunci Pagar sisi tempat tidur/brankard dalam posisi berdiri/terpasang Lingkungan bebas dari peralatan yang tidak digunakan
Berikan penjelasan kepada orang tua tentang pencegahan jatuh
Pastikan pasien memiliki stiker penanda resiko tinggi jatuh pada
gelang identifikasi dan tanda kewaspadaan dan panel informasi pasien 2) Strategi Rencana Keperawatan
a) Strategi umum untuk pasien resiko jatuh, yaitu:
Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam sekali (saat pasien
bangun)
Gunakan 2-3 sisi pegangan tempat tidur
Lampu panggilan berada dalam jangkauan, perintahkan pasien untuk
mendemonstrasikan penggunaan lampu panggilan
Jangan ragu untuk meminta bantuan
Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
Rujuk ke departemen yang sesuai untuk asesmen yang lebih spesifik,
misalnya fisioterapi
Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat saat hendak
turun dari tempat tidur
b) Strategi untuk mengurangi / mengantisipasi kejadian jatuh fisiologis, yaitu:
Berikan orientasi kamar tidur kepada pasien
Libatkan pasien dalam pemilihan aktivitas sehari-harinya
Pantau ketat efek obat-obatan, termasuk obat psikotropika (lihat
daftar)
Kurangi suara berisik Lakukan asesmen ulang
Sediakan dukungan emosional dan psikologis
c) Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi resiko jatuh, yaitu:
Lampu panggilan berada dalam jangkauan Posisi tempat tidur rendah
Lantai tidak silau/memantul dan tidak licin Pencahayaan yang adekuat
Ruangan rapi
Sarana toilet dekat dengan pasien
d) Manajemen Setelah Kejadian Jatuh
Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi,
fraktur, cedera kepala)
Nilai tanda vital
Nilai adanya keterbatasan gerak Pantau pasien dengan ketat
Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas dan lengkapi
laporan insidens
Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi
pasien
e) Edukasi pasien/keluarga
1) Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai factor resiko jatuh dan setuju untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan. Pasien dan keluarga harus diberikan edukasi mengenai faktor resiko jatuh di lingkungan rumah sakit dan melanjutkan keikutsertaannya sepanjang keperawatan pasien.
2) Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktivitas sebelum memulai penggunaan alat bantu
3) Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding
4) Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obatan, efek samping, serta interaksinya dengan makanan/ obat-obatan lain.
BAB IV DOKUMENTASI
Bukti dokumen yang terdapat pada kegiatan pengelolaan pencegahan pada pasien beresiko jatuh terdiri dari :
Dokumen self assesmen resiko pasien jatuh Pengkajian resiko jatuh (morse fall sacale)
Asesmen resiko jatuh pada pasien anak menggunakan hump;ty dumpty. Assesmen resiko jatuh pada pasien lanjut usia menggunakan sydney
scorcing.
Assesmen resiko jatuh harian pada pasien. Ceklis alat pengamanan.
SPO pengelolaan pada pasien resiko jatuh di rawat inap Rumah sakit
khusus Gigi dan Mulut.
SPO Pemasangan gelang pada pasien resiko jatuh di instalasi rawat
inap Rumah sakit khusus gigi dan mulut
Diagnosis sekunder:
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak, berikan skor 0.
1. Alat bantu:
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30. Jika pasien menggunakan tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jik pasien
dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor 0. 2. Terapi intravena (terpasang infus):
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan skor 0. 3. Gaya berjalan:
Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitan untuk bangun dari kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk mendorong tubuhnya, kepala menunduk, pandangan mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan sedang – total untuk menjaga keseimbangan dengan berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu berjalan, dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 20. Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien membungkuk; tidak dapat mengangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan, atau memerlukan bantuan ringan untuk berjalan; dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 10. Jika pasien
memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0 4. Status mental:
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk berjalan. Jika pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 15. Jika asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0